BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit merupakan organ terbesar, terluas pada tubuh kita.Rata-rata orang dewasa memiliki luas kulit sekitar 170-200 cm2 dengan berat antara 15-17 kg (Tabor dan Blair, 2009).Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).Kulit merupakan target utama produk kosmetik. Konsumen menggunakan produk kosmetik pada kulit mereka untuk membersihkan, melindungi, melembapkan, dan sebagainya (Baki dan Alexander, 2015).
2.1.1 Fungsi kulit 2.1.1.1 Fungsipelindung
Lapisan terluar kulit terbuat dari keratin yang berfungsi melindungi tubuh dari gangguan fisik serta mekanik, gangguan kimia, sinar UV dari matahari, dan agen penginfeksi seperti bakteri dan jamur (Shai, et al., 2009).Gangguan fisik serta mekanikdapat dicegah dengan adanya serat elastis pada dermis dan jaringan lemak subkutan yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh (Mitsui, 1997).
Pigmentasi melanin pada kulit akan menyerap dan melindungi tubuh dari gangguan radiasi sinar UV. Asam lemak tidak jenuh pada lipid kulit mempunyai sifat bakterisid dan mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit (Mitsui, 1997).Umumnya bakteri pada kulit manusia tidak patogenik sehingga tidak menyebabkan penyakit tetapi, kerusakan pada kulit seperti luka bakar dapat menyebabkan infeksi akibat bakteri.Dibandingkan bakteri, beberapa tipe jamur dapat merusak keratin kulit sehingga infeksi kulit akibat jamur lebih umum terjadi dibanding infeksi bakteri (Shai, et al., 2009).
Kulit tidak hanya melindungi tubuh dari gangguan lingkungan tetapi juga mencegah penguapan air dari tubuh (Shai, et al., 2009).Lapisan tanduk terluar kulit dan lipid permukaan kulit berfungsi melindungi tubuh dari kehilangan cairan serta pelindung dari gangguan kimiawi (Mitsui, 1997).
2.1.1.2 Thermoregulation
Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah aliran darah pada kulit dengan mendilatasi dan konstriksi kapiler darah kulit dan melalui evaporasi (Mitsui, 1997).Penguapan air pada permukaan kulit mempunyai efek menyejukkan.Jumlah keringat yang dilepaskan dari kulit bergantung pada temperatur tubuh dan kondisi lingkungan (Shai, et al., 2009).Pusat pengaturan suhu tubuh dan keringat berada pada hipotalamus (Mitsui, 1997).
2.1.1.3 Absorpsi
2.1.1.4 Fungsi lain
Lapisan dermis terdiri dari banyak saraf yang mentransmisi sensasi dari sentuhan, tekanan, sakit, dan suhu dari kulit.Sinar matahari menstimulasi produksi vitamin D pada kulit.Vitamin tersebut kemudian masuk ke aliran darah dan mencapai jaringan pada tubuh untuk memberikan efeknya.(Shai, et al., 2009).Kulit juga memiliki peranan dalam menunjukkan keadaan emosional seperti tersipu dan ketakutan (pucat dan rambut tegak) (Mitsui, 1997).
Gambar 2.1 Fungsi-fungsi kulit (Walters, 2007) 2.1.2 Anatomi dan fisiologi kulit
Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu: a. Epidermis, terbentuk pada lapisan terluar kulit.
b. Dermis, terbentuk di bawah epidermis dan lebih tebal dibanding epidermis. c. Jaringan subkutan, terdapat di bawah dermis dan terdiri dari sel lemak (Shai, et
Gambar 2.2 Struktur kulit (Shai, et al., 2009). 2.1.2.1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang berfungsi sebagai lapisan pelindung dari pengaruh eksternal. Epidermis tersusun atas lima lapisan (Baki dan Alexander, 2015) yaitu:
1. Stratum korneum
2. Stratum lusidum
Merupakan lapisan transparan yang terdiri dari 3-5 baris sel-sel kulit mati datar yang kompak.
3. Stratum granulosum
Merupakan lapisan granular, terdiri dari 3-5 lapisan keratinosit yang mulai mati. 4. Stratum spinosum
Lapisan sel prickle (duri), terdiri dari 8-10 baris sel. Lapisan ini bertanggung jawab pada sintesis lipid dan protein.
5. Stratum basal (germinativum)
Lapisan sel basal, terbuat dari satu lapisan sel. Pada lapisan ini sel terbagi secara terus menerus untuk membentuk keratinosit baru.Melanosit, sel langerhans dan sel merkel juga terdapat pada lapisan ini.
2.1.2.2 Dermis
Dermis merupakan komponen penting pada tubuh, tidak hanya sebagai penyedia nutrisi, imunitas, dan bantuan lain untuk epidermis melalui lapis kapiler tipis pada epidermis tetapi juga berperan pada pengaturan suhu, tekanan, dan rasa sakit. Dermis memiliki ketebalan 0,1-0,5 cm dan mempengaruhi elastisitas kulit (Walters, 2007).
Dermis terbentuk dari sel-sel, serat, dan zat dasar (ground substance).Sel-sel yang paling banyak adalah fibroblas.Sel ini merupakan tempat produksi komponen dermal lainnya yaitu serat-serat dermis dan zat dasar (Tabor dan Blair, 2009).
Serat yang diproduksi oleh fibroblas ada beberapa tipe sesuai dengan fungsi mereka (Tabor dan Blair, 2009):
Merupakan serat yang paling banyak dan tersusun dari asam amino tertentu seperti prolin, hidroksiprolin, dan glisin yang membentuk struktur berserat.Fungsi serat kolagen adalah menunjang struktur internal kulit.
b. Serat elastis
Komponen utama serat elastis adalah protein yang disebut elastin.Fungsi serat ini adalah untuk memberikan elastisitas kulit untuk semua gerakan tubuh.Kerusakan dari serat ini adalah penyebab utama dari stretch mark.
c. Zat dasar (ground substance)
Terbentuk dari zat-zat seperti asam mukopolisakarida (glikosaminoglikan, secara kimia diklasifikasikan sebagai gula kompleks), asam hialuronat, dan kondroitin sulfat.Glikosaminoglikan dan protein spesifik lainnya membentuk agregat molecular besar (proteoglikan).Karakteristiknya adalah kemampuan untuk mengikat molekul air, sehingga membentuk gel amorf yang berfungsi agar nutrisi dan oksigen masuk ke jaringan dan melindungi struktur dermal. 2.1.2.3 Jaringan subkutan
Lapisan terdalam kulit adalah jaringan subkutan atau hipodermis.Lapisan ini merupakan jaringan sel-sel lemak yang terhubung dengan dermis melalui serat kolagen dan elastin. Selain sel lemak, sel utama lain yang terdapat pada hipodermis adalah fibroblas dan makrofag (Walters, 2007). Fungsi jaringan subkutan adalah sebagai lapisan pelindung organ vital dari trauma dan pelindung dari suhu dingin.Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai cadangan energi dan membentuk struktur tubuh (Baki dan Alexander, 2015).
2.1.3 Jenis-jenis kulit
1. Kulit normal
Secara umum digambarkan dengan kulit yang tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu kering. Pada tingkat kosmetologi, kulit normal seimbang secara struktural dan fungsional dan memiliki pori yang kecil, halus, dan suplai darah yang bagus.
2. Kulit kering
Jenis kulit memiliki karakteristik bersisik, kasar, dan kusam yang dapat menyebabkan kulit tegang dan gatal.Kulit kering sering mengarah pada penuaan dini dan lebih banyak keriput.Pengaruh lingkungan seperti kelembapan rendah, cuaca dingin, dan sinar matahari serta kontak dengan air, surfaktan, dan pelarutsecara terus menerus, serta beberapa penyakit kulit dan defisiensi nutrisi dapat membuat kulit kering.
3. Kulit berminyak
Jenis kulit ini memiliki ciri-ciri pori besar, kulit kilat karena aktivitas berlebih dari kelenjar sebaseus. Kulit berminyak banyak dijumpai pada kening, hidung, dan dagu.Kulit berminyak umumnya terbentuk pada saat pubertas dan mempengaruhi kebanyakan remaja.Banyak faktor penyebab kulit berminyak seperti warisan genetik, perubahan hormon, makanan, stres, dan penyebab eksternal (seperti kosmetik, kimia, sinar UV).Individu yang memiliki jenis kulit ini sering mengalami jerawat dan ketombe.
4. Kulit kombinasi
2.2 Penuaan Dini
Aging adalah proses yang dialami oleh tubuh dimana fungsi bagian-bagian
tubuh semakin berkurang (Waluyo dan Putra, 2010). Selama proses penuaan, kulit menjadi lebih tipis, berkeriput, dan kendur disertai rambut beruban (Dayan, 2008). Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat ireversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit (Putro, 1997).
Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya. Bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20-30 tahun. Penuaan dini dapat terjadi kapan saja (Noormindhawati, 2013).
Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28-30 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari (Noormindhawati, 2013).
Tipe kulit yang cenderung mengalami penuaan dini yaitu kulit kering yang secara alami lebih sedikit memproduksi sebum dan kulit sensitif karena kulit sangat tipis sehingga mudah terbentuk keriput. Walaupun kulit berminyak tampaknya tidak diinginkan ketika seseorang masih muda, kulit berminyak dapat menjadi berkat seiring dengan bertambahnya usia karena tipe kulit berminyak lebih lambat mengalami penuaan dibanding jenis kulit lainnya. Penyebab utama yang menyebabkan penuaan dini adalah aktivitas, makanan, dan gaya hidup(Beale dan Jensen, 2004).
2.2.1 Penyebab penuaan dini
a. Faktor intrinsik (intrinsic aging)
Penuaan yang terjadi secara alami.Penuaan intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang ireversibel.Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan secara intrinsik.Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan kulit, yaitu:
1.Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua akanterjadi.
2.Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh dalam perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin pada kulit.Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara dini.
3.Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses penuaan dini. Faktor genetik menentukan kapan menurunnya proses metabolik dalam tubuh dan seberapa cepat proses menua itu berjalan.
4.Hormonal
dan progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum, dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas.
5.Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain yang dianggap dapat mempercepat proses penuaan kulit yaitu stres psikis dan penyakit-penyakit sistemik misalnya diabetes dan malnutrisi.
b. Faktor ekstrinsik (extrinsic aging)
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu, kelembapan, polusi, dan terutama sinar UV. Sinar matahari adalah faktor lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering, dan keriput atau sering disebut dengan photoaging.
Kontak dengan bahan kimia tertentu dalam waktu yang cukup lama dapat mempercepat penuaan kulit, seperti pemakaian detergen dan pembersih yang mengandung alkohol berlebihan akan menghilangkan lemak permukaan kulit sehingga menyebabkan kekeringan kulit.
dahi.Banyaknya frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata menyebabkan otot-otot di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperparah kerutan di area dahi (Putro, 1997;Wasitaatmadja, 1997;Setiabudi, 2014)
2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini
Tanda-tanda penuaan secara intrinsik berbeda dengan penuaansecara ektrinsik.Secara klinis, kulit yang mengalami penuaan secara intrinsik terlihat halus, tipis, pucat, dan berkeriput halus.Secara histologi, penuaan intrinsik ditunjukkan dengan perubahan fungsi jaringan seperti penipisan dermis, degenerasi jaringan elastin, dan kehilangan hidrasi (Baki dan Alexander, 2015).Hal-hal yang terjadi pada penuaan intrinsik menurut Shai, et al., (2009)yaitu:
a. Degenerasi serat elastin
Serat elastin akan menipis dan mengalami degenerasi sehingga menjadi tumpukan serat yang kehilangan fungsi normalnya. Perubahan serat elastin merupakan penyebab utama timbulnya keriput dan kehilangan elastisitas kulit. b.Degenerasi serat kolagen
Proses degenerasi juga terjadi pada serat kolagen. Hal ini menyebabkan penurunan kekuatan elastisitas kulit sehingga terlihat kendur.
c. Penipisan kulit
Secara umum, pada usia 45 tahun semua lapisan kulit akan mengalami penipisan termasuk epidermis, dermis, dan subkutan. Proses ini lebih terlihat pada wanita dibandingkan pria.
Dengan bertambahnya usia, kulit akan menjadi lebih kering. Kulit kering disebabkan karena menurunnya aktivitas kelenjar sebaseus. Penurunan ini terjadi pada wanita setelah menopause dan pada pria usia lanjut. Penurunan produksi sebum menyebabkan kulit semakin kering dan menurunnya fungsi kulit untuk menjaga kadar air.
e. Perubahan pigmentasi
Pertambahan usia menyebabkan penurunan jumlah melanosit pada kulit, sehingga menurunnya produksi melanin. Warna kulit akan menjadi lebih muda. Penurunan melanin mengakibatkan berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari. Selain itu kulit yang terkena sinar matahari akan mengalami proliferasi melanosit sehingga timbul noda hitam pada kulit.
f. Pembesaran kelenjar sebaseus
Pada daerah tertentu, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi sebum kulit, ukuran kelenjar sebeseus meningkat.Akibatnya pori-pori kulit menjadi besar. Pembesaran kelenjar dapat terlihat dengan noda kekuningan pada kulit, lebarnya dapat mencapai 3 mm. Karena tingginya densitas kelenjar sebaseus pada hidung, proses ini menyebabkan penebalan, pembesaran, dan perubahan pada penampilan hidung.
Secara umum, pada penuaan intrinsik terjadi penurunan fungsi kulit dan perubahan atrofi kulit seperti penipisan kulit sedangkan pada penuaan ekstrinsik kulit mengalami penebalan dan terjadi penumpukan serat elastin yang telah terdegradasi.Perbedaan anatomi penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perubahan internal pada kulit akibat photoaging dan intrinsic aging Bagian kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging
Lapisan epidermis Tebal Tipis
Sel-sel keratinosit • Sel-sel tidak seragam • Sel-selterdistribusi tidak
merata
• Pembesaran mendadak
• Sel-sel seragam
• Sel-sel terdistribusi secara merata
• Pembesaranberkala Stratum korneum • Peningkatan lapisan sel
• Ukuran dan bentuk korneosit bervariasi
• Penurunan lapisan sel • Ukuran dan bentuk
korneosit seragam Melanosit • Sel-sel bervariasi
• Peningkatan produksi melanosom
• Sel-sel seragam
• Penurunan produksi melanosom
Sel-sel Langerhans • Pengurangan sel dalam jumlah yang besar
• Sel-sel bervariasi
• Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil
• Sel-sel seragam Kolagen dan
Jaringan ikat
• Serat kolagen dan jaringan ikat menurun jumlahnya
• Serat kolagen kendur, jaringan ikat menebal
Fibroblas Sel mast Sel inflamasi
• Meningkat dan hiperaktif • Meningkat
• Berperan
• Menurunberkala • Menurun
• Tidak berperan Glikosaminoglikan • Peningkatan jumlah
produksi
• Penurunan jumlah
produksi
(Mitsui, 1997). 2.3 Anti-aging
(degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Menurut Djuanda (2004) danNoormindhawati (2013), ada dua jenis perawatan kulit untuk mencegah penuaan dini yaitu:
a. Perawatan medis
1. Microdermabrasion
Merupakan prosedur eksfoliasi pada wajah menggunakan kristal mikro untuk mengangkat sel kulit mati dan merangsang produksi sel kulit baru.Efek samping dalam jangka pendek yaitu kemerahan pada kulit dan kulit menjadi lebih sensitif.
2. Chemical Peeling
Merupakan tindakan pengelupasan kulit dengan menggunakan bahan kimia berbentuk cairan seperti asam alfa hidroksi (AHA) dan asam tri-chloro-acetate (TCA).Kekurangannya yaitu harus dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman dan terkadang timbul rasa nyeri saat dikerjakan. 3. Botox
Merupakan penyuntikan dengan menggunakan Botolinum Toxin untuk meremajakan wajah secara cepat (instant rejuvenation). Efek samping jangka pendek yaitu: menimbulkan kebiruan pada area yang disuntik, kelopak mata turun sebelah, dan alis asimetris.
b. Perawatan secara alami
1. Perawatan dari dalam dengan meminum jamu atau ramuan tradisional. 2. Perawatan dari luar
Merupakan perawatan kulit yang mencakup pembersihan wajah, eksfoliasi, steam, masker, dan moisturizing. Manfaat facial yaitu menjaga kulit agar tetap awet muda, mencegah kerutan pada wajah, melembutkan kulit, dan sebagainya.
b. Body scrubbing
Diaplikasikan ke seluruh kulit tubuh dan memberikan manfaat mengangkat sel kulit mati, mengatasi kulit kusam, dan menghilangkan selulit.
2.4 Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013).
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit wajah meningkat (±1oC) sehingga peredaran darah kulit meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif ke dalam kulit 5 hingga 50 kali dibanding sediaan lain.(Lu, 2010; Lee, 2013).
2.4.1 Jenis-jenis masker
Menurut Mitsui (1997), Lu (2010), dan Lee (2013), dan, jenis-jenis masker adalah sebagai berikut:
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut.
Bahan yang digunakan: polyvinyl pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate (PVA), carboxy methyl cellulose (CMC), dan sebagainya.
Keuntungan: dapat dengan cepat membersihkan pori, memutihkan, dan membersihkan komedo.
Kerugian: apabila daya lekat masker terlalu kuat, folikel rambut akan ikut lepas bersama masker sehingga membuat pori-pori kulit besar dan menimbulkan iritasi kulit. Kandungan alkohol yang tinggi pada tipe masker ini dapat menghilangkan kadar air dan sebum kulit serta kurang mampu melembapkan dan menutrisi kulit sehingga tidak cocok untuk tipe kulit kering dan sensitif.
2. Tipe wash-off
Tipe masker ini tidak akan membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembapkan.Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonit, lumpur alami, serbuk kacang-kacangan, dan sebagainya.
Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras.
b. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air.Kegunaan utamanya adalah untuk melembapkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo.
Keuntungan: dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput.
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci, dan penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat.
3. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan polimer larut air, sering ditambahkan humektan seperti gliserin.
Keuntungan: cocok untuk kulit sensitif
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dengan air. 4. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion atau essence.Keuntungannya yaitu memberikan efek dingin, nyaman digunakan
serta pemakaiannya praktis. 2.4.2 Maskersheet
Masker sheet telah banyak digunakan pada Asia Timur, lembaran masker umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya.Dapat meningkatkan efek melembapkan, memutihkan dan anti-aging, tetapi kurang mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee, 2013). Jenis-jenis lembaran masker (Lee, 2013)akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tipe non woven
Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam kemasan. Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering. b. Tipe serat kertas (pulp)
Awalnya serat kertas merupakan bahan dasar pembuatan masker sheet, tetapi telah diganti dengan bahan non woven.
Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.
Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek karena tipis. c. Tipe bioselulosa
Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi kulit.
Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah terlepas. Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal.
d. Tipe charcoal
Menggunakan serbuk arang dari bambu moso yang endemik di Taiwan yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya.
Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essencedengan baik, kandungan serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalam kulit.
Kerugian: biaya pembuatan lebih mahal dibanding tipe non woven. e. Tipe jeli
Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan dengan bentuk menyerupai wajah.
Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang dibandingkan jenis masker sheet lainnya.
2.5 Essence
Essence bukan merupakan tipe sediaan kosmetik baru. Alasan yang
membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen, sebagai contoh, masyarakat ingin menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu, gambaran bahwa konsentrat berarti produk tersebut memiliki efek yang lebih baik, nyaman digunakan karena pengembangan desain wadah, pengembangan fungsi bahan pelembap, dan bahan farmasetik (Mitsui, 1997).
Essence dibuat untuk meminimalkan kekurangan produk perawatan kulit
konvensional dalam hal efek, kesan penggunaan, dan sebagainya.Essence tersedia dalam beberapa tipe seperti losion, emulsi, krim, dan minyak dengan teknologi pembuatan dan keistimewaan masing-masing tipeessencedapat dilihat pada Tabel 2.2.Dikarenakan penggunaan essence dalam jumlah sedikit dan harus memenuhi beberapa syarat seperti lembut, lembap, dan nyaman setelah penggunaan, maka pemilihan polimer dan humektan harus disesuaikan (Mitsui, 1997).
Tabel 2.2 Tipe-tipe essence (Mitsui, 1997).
Tipe Teknologi Keistimewaan
Tipe losion
Secara umum mengandung humektan lebih banyak dari losion. Teksturnya dapat diatur dengan pemilihan humektan dan polimer larut air serta variasi kombinasi keduanya. Tipe ini merupakan tipe essence paling umum.
Tipe emulsi
Tipe m/a Tipe a/m Tipe a/m/a
Tipe
minyak -
Tipe ini telah digunakan sejak lama. Teksturnya diatur kombinasi minyak padat atau semi-padat dan lemak hewan atau minyak tumbuhan dengan proporsi yang berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe essencelain sehingga sudah tidak ada di pasaran.
Tipe lain
Tipe losion dengan serbuk Tipe alkohol
Essence untuk T-zone yang banyak mensekresi sebum. Mengandung serbuk penyerap sebum agar riasan wajah bertahan lebih lama
Essence yang mempunyai efek germisida untuk sediaan jerawat
2.6 Vitamin B3
2.6.1 Struktur kimia vitamin B3
Struktur kimia niasinamida dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur kimianiasinamida(Draelos, 2016). 2.6.2 Sifat-sifat niasinamida
Niasinamida berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa pahit, dan larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus.Mudah larut dalam air dan dalam etanol serta larut dalam gliserin. Berat molekul niasinamida adalah 122,12 g/mol (Ditjen BKAK, 2014). Vitamin ini sangat stabil terhadap panas, cahaya, dan oksigen.Konsentrasi topikal vitamin B3 adalah 1%-5% (Marselina, 2012).
2.6.3 Sumber vitamin B3
tersedia dalam tiga bentuk yaitu niasinamida (nikotinamida), asam nikotinat, dan ester nikotinat (myristyl nicotinate, benzyl nicotinate) (Draelos, 2016).
2.6.4 Manfaat vitamin B3 bagi kulit
Niacinamida merupakan bagian dari koenzim nicotinamide adenine dinucleotide (NAD), NAD phosphate (NADP) dan bentuk reduksinya (NADH
dan NADPH) yang penting bagi reaksi biokimia pada kulit.Sebagai contoh, NADPH merupakan kofaktor dalam sintesis ceramide dan NADH berfungsi menghambat sintesis glikosaminoglikan.Selain itu, niasinamida juga dapat meningkatkan produksi lapisan protein pelindung kulit, menghambat transfer melanosom menuju keratinosit dan efek antimikroba (Barel, et al., 2014; Wohlrab dan Kreft, 2014;Draelos. 2016).
2.6.5 Kelemahan vitamin B3 pada formulasi
Kunci utama penggunaan niasinamida dan ester nikotinat adalah menghindari hidrolisis menjadi asam nikotinat.Asam nikotinat, meskipun dengan dosis rendah, dapat menimbulkan respon kemerahan (flushing) pada kulit.Untuk menghindari hidrolisis, pH sediaan harus pada rentang 5-7. Kemurnian bahan baku niasinamida juga harus tinggi untuk meminimalkan kontaminasi asam bebas.
Beberapa ester nikotinat pada dosis <1% sulit digunakan pada produk kosmetik karena terhidrolisis pada kulit menjadi asam nikotinat menyebabkan kemerahan dan iritasi/rasa gatal pada kulit.Semakin panjang rantai ester (myristyl nicotinate) semakin resisten terhadap hidrolisis sehingga lebih cocok untuk
2.7 Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput.Pengukuran
kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter masing-masing pengukuran yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. Parameter hasil pengukuranskin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran Parameter (%)
Moisture (Kadar air)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-44 45-100
(Kehalusan) 0-31 32-51 52-100 Pore
(Pori)
Kecil Sedang Besar
0-19 20-39 40-100
Spot (Noda)
Sedikit Sedang Banyak
0-19 20-40 41-100
Wrinkle (Keriput)
Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah
0-19 20-52 53-100