BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Kulit merupakan organ terbesar, terluas pada tubuh
kita. Kulit menutupi dan melindungi tubuh dari perusak eksternal dan dari kehilangan kelembaban (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat) (Tranggono dan Latifah, 2007).
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam menjadi 5 lapisan, yakni:
1. Lapisan tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas.
2. Lapisan jernih (Stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier”. 3. Lapisan berbutir-butir (Stratum granulosum).
4. Lapisan malphigi (Stratum spinosum) yang selnya seperti berduri.
2.1.1 Fungsi Biologik Kulit 1. Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wasitaatmadja, 1997).
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah
masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat
mencegah pertumbuhan bakteri di kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). 2. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan
konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi,
sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan gas (Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Persepsi Sensoris
Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor seperti benda
Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri (Tranggono
dan Latifah, 2007). 4. Absorbsi
Ada dua jalur absorpsi, satu melalui epidermis dan yang lainnya melalui
kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barier) terhadap senyawa larut air yang
dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat
yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vahikulum antarsel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut (Wasitaatmadja, 1997).
5. Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia, dan sedikit lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amnion yang pada waktu lahir disebut sebagai vernix caseosa. Sebum yang di produksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan
sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (Wasitaatmadja, 1997).
6. Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak dilapisan basal epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit
serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinas, ion
Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Bila pajanan bertambah produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas epidermis melalui tangan-tangan dendrit yang
mirip kaki cumi-cumi pada melanosit ke arah dermis pigmen, disebarkan melalui sel melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya
kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten (Wasitaatmadja, 1997). 7. Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama :
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitos ke atas berubah bentuk lebih polygonal yaitu sel spinosum,
terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mongering menjadi keras, gepeng, tanpa inti disebut sel tanduk. Sel tanduk ini secara kontinu lepas dari permukaan kulit
melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, kasar dan kering
(Wasitaatmadja, 1997). 8. Produksi Vitamin D
Ternyata kulit juga dapat membuat Vitamin D dari bahan baku
7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan Vitamin D sehingga diperlukan tambahan
Vitamin D dari luar melalui makanan (Wasitaatmadja, 1997). 9. Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit
mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan
tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa
erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas (Wasitaatmadja,
1997).
2.1.2 Klasifikasi kulit
Menurut (Wasitaatmadja, 1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan,
kulit umumnya terdiri dari atas 3 jenis, dengan tambahan jenis kulit kombinasi dan kulit bermasalah.
1. Kulit Normal
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit normal yaitu : − Kulit tampak segar dan cerah
− Cukup tegang dan bertekstur halus
− Pori-pori kelihatan, tetapi tidak terlalu besar
− Kadang kelihatan berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung (Tranggono
dan Latifah, 2007). 2. Kulit kering
Adalah permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar, retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit kering yaitu : − Kulit kusam, bersisik,mulai tampak kerutan-kerutan − Pori-pori tidak kelihatan (Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Kulit berminyak
Merupakan kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam, biasanya pori kulit lebar
sehingga kesannya kasar dan lengket. Kulit berminyak banyak dijumpai pada kening, hidung, dan dagu.
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit berminyak yaitu : − Tekstur kulit kasar, berminyak, dan pori-pori besar
− Mudah kotor dan berjerawat (Tranggono dan Latifah, 2007).
4. Kulit campuran atau kombinasi
2.2 Penuaan Dini
Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya.
Bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20-30 tahun. Penuaan dini dapat terjadi kapan saja (Noormindhawati, 2013). Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat
ireversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit (Putro, 1997).
Tipe kulit yang cenderung mengalami penuaan dini yaitu kulit kering yang
secara alami lebih sedikit memproduksi sebum dan kulit sensitive karena kulit sangat tipis sehingga mudah terbentuk keriput. Walaupun kulit berminyak tampaknya tidak diinginkan ketika seseorang masih muda, kulit berminyak dapat
menjadi berkat seiring dengan bertambahnya usia karena tipe kulit berminyak lebih lambat mengalami penuaan dibandingkan jenis kulit lainnya. Penyebab
utama yang menyebabkan penuaan dini adalah aktivitas, makanan, dan gaya hidup (Beale dan Jensen, 2004).
2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini
Perubahan yang terjadi di semua daerah tubuh (terlepas dari paparan sinar matahari) secara alamiah seiring waktu adalah sebagai berikut.
a. Degenerasi serat elastin
Perubahan dalam serat elastin adalah penyebab utama dari kehilangan elastisitas kulit dan terbentuknya keriput. Serat elastin akan menipis dan
mengalami degenerasi sehingga menjadi tumpukan serat. b. Degenerasi serat kolagen
c. Penipisan kulit
Secara umum, mulai dari sekitar 45 tahun ke atas, terjadi penipisan
bertahap semua lapisan kulit pada manusia termasuk epidermis, dermis, dan subkutis. Proses penipisan kulit ini lebih jelas terlihat pada wanita dibandingkan pada pria. Lapisan lemak subkutan menjadi lebih tipis dan
menonjol penipisannya di beberapa daerah tertentu seperti pada wajah, tangan, dan betis.
d. Kelembaban kulit
Dengan bertambahnya usia, kulit akan menjadi lebih kering. Kulit kering ini terjadi disebabkan karena penurunan secara bertahap aktivitas kelenjar
sebaseus pada seluruh permukaan kulit terutama wajah. Penurunan ini terjadi pada wanita setelah menopause dan pada pria usia lanjut.
Penurunan produksi sebum menyebabkan kulit semakin kering. e. Perubahan pigmentasi
Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan jumlah melanosit
pada kulit, sehingga produksi melanin mengalami penurunan yang mengakibatkan berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi
sinar matahari. Selain itu kulit yang terkena sinar matahari akan mengalami proliferasi melanosit sehingga timbul noda hitam pada kulit. f. Pembesaran kelenjar sebaseus
Pada daerah tertentu, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi sebum kulit, ukuran kelenjar sebaseus meningkat. Akibatnya pori-pori kulit
2.2.2 Penyebab penuaan dini
Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini, baik
faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik (lingkungan). Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor intrinsik
Proses penuaan alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu. Penuaan intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang
ireversibel. Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan secara intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan kulit, yaitu:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur
bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua akan terjadi. 2. Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh
dalam perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin
pada kulit. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara dini.
3. Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses
4. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam
proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron
meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum, dan pembentukan melanin. Berkurangnya
hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas. 5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain yang dianggap dapat mempercepat proses penuaan kulit
yaitu stress psikis dan penyakit-penyakit sistemik misalnya diabetes dan malnutrisi.
b. Faktor ekstrinsik (extrinsic aging)
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu, kelembapan, polusi, dan terutama sinar UV. Sinar matahari adalah faktor
lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak
elastis, kering dan keriput atau sering disebut dengan photoaging.
Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah, diantaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit
terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Posisi tidur yang salah juga berperan dalam terbentuknya kerutan. Kerutan di area pipi dan dagu pada
di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperngaruh kerutan di area dahi (Putro, 1997 ; Wasitaatmadja, 1997 ; Setiabudi, 2014).
2.3 Anti-aging
Sediaan anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi
menghambat proses kerusakan kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Menurut Djuanda (2004) dan Noormindhawati (2013), ada dua jenis perawatan kulit untuk mencegah penuaan dini yaitu:
a. Perawatan medis
1. Microdermabrasion
Merupakan prosedur eksfoliasi pada wajah menggunakan Kristal mikro
untuk mengangkat sel kulit mati dan merangsang produksi sel kulit baru. Efek samping dalam jangka pendek yaitu kemerahan pada kulit dan kulit menjadi lebih sensitif.
2. Chemical Peeling
Merupakan tindakan pengelupasan kulit dengan menggunakan bahan
kimia berbentuk cairan seperti asam alfa hidroksi (AHA) dan asam tri-chloro-acetate (TCA). Kekurangannya yaitu harus dilakukan oleh dokter
yang berpengalaman dan terkadang timbul rasa nyeri saat dikerjakan.
3. Botox
Merupakan penyuntikan dengan menggunakan Botolinum Toxin untuk
b. Perawatan secara alami
1. Perawatan dari dalam dengan meminum jamu atau ramuan tradisional.
2. Perawatan dari luar a. Facial
Merupakan perawatan kulit yang mencakup pembersihan wajah,
eksfoliasi, steam, masker, dan moisturizing. Manfaat facial yaitu menjaga kulit agar tetap awet muda, mencegah kerutan pada wajah,
melembutkan kulit, dan sebagainya. b. Body scrubbing
Diaplikasikan ke seluruh kulit tubuh dan memberikan manfaat
mengangkat sel kulit mati, mengatasi kulit kusam, dan menghilangkan selulit.
Fungsi dan manfaat anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah senyawa atau zat yang berfungsi
mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif). Adapun fungsi dari produk
anti-aging, yaitu:
1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. 3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit. 4. Merangsnag produksi kolagen.
5. Melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4 Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (OTD) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membrane pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lee, 2013).
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit wajah meningkat (±1°C) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat,
mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif dalam essence ke dalam kulit. Penggunaan masker dapat meningkatkan
penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lain (Lee, 2013). 2.4.1Jenis-jenis masker
Menurut Lee (2013) dan Mitsui (1997), jenis-jenis masker sebagai berikut:
1. Tipe peel-off
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis.
Keuntungan dari tipe peel-off dapat dengan cepat membersihkan pori-pori, memutihkan, dan membersihkan komedo. Sedangkan kerugian tipe peel-off
yaitu apabila daya lekat masker terlalu kuat, pada saat dilepaskan atau ditarik dari permukaan kulit maka folikel rambut akan ikut lepas bersama masker sehingga membuat pori kulit besar dan menimbulkan iritasi kulit. Kandungan alkohol yang
tinggi pada tipe masker ini dapat menghilangkan kadar air. 2. Tipe wash-off
Tipe makser ini tidak membentuk film pada kulit, terbagi 2 jenis yaitu: a. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya
adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo.
Adapun Keuntungan dari tipe krim yaitu dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput. Sedangkan kerugian dari tipe krim yaitu penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan
penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena penimbunan minyak pada kulit.
b. Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk kacang-kacangan,
dan sebagainya.
Adapun Keuntungan tipe mud pack yaitu mengandung surfaktan dan air
3. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan
polimer-polimer larut air, jadi sering ditambahkan humektan seperti gliserin. Adapun Keuntungan dari tipe gel yaitu cocok untuk kulit sensitif sedangkan kerugian dari tipe gel yaitu penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dengan air.
4. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion
atau essence. Adapun Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin, melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis.
2.4.2Masker sheet
Masker sheet telah banyak digunakan di Asia Timur, lembaran masker umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya.
Masker sheet dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan anti-aging, tetapi kurang membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee, 2013).
Jenis-jenis lembaran masker (Lee, 2013) akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tipe non woven
Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene, Bemliese fabric dan
viscose rayon.
Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam
kemasan.
Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering.
b. Tipe serat Kertas (pulp)
Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.
Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek Karena
tipis.
c. Tipe bioselulosa
Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan
selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi kulit.
Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah terlepas.
Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal.
d. Tipe charcoal
Menggunakan serbuk arang dari bamboo moso yang endemik di Taiwan
yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya. Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik, kandungan serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalamn kulit.
Kerugian: karena penambahan serbuk arang, biaya pembuatan lebih mahal dibandingkan tipe non woven.
e. Tipe jeli
Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan.
Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya. Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang
2.5 Essence
Essence tersedia dalam beberapa tipe seperti losion, emulsi, krim, dan
minyak dengan teknologi pembuatan dan keistimewaan masing-masing. Alasan yang membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen, menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu,
memiliki efek yang lebih baik, nyaman digunakan karena pengembangan desain wadah, pengembangan fungsi bahan pelembab dan bahan farmasetik (Mitsui,
1997). Adapun tipe essence dapat dilihat pada tabel 2.1. Table 2.1 Tipe-tipe essence
Tipe Teknologi Keistimewaan
Tipe losion
Secara umum mengandung humektan lebih banyak dari losion. Teksturnya dapat diatur dengan pemilihan humektan dan polimer larut air serta variasi kombinasi keduanya. Tipe ini merupakan tipe essence paling umum.
Tipe emulsi Tipe m/a Tipe a/m Tipe a/m/a
Tipe ini mengandung banyak emolien (komponen minyak), sangat cocok untuk sediaan yang mengandung banyak bahan penyerap UV dan bahan minyak lainnya. Tipe a/m cocok untuk sediaan yang waterproof.
Tipe minyak - Tipe ini telah digunakan sejak lama. Teksturnya diatur kombinasi minyak padat atau semi-padat dan lemak hewan atau minyak tumbuhan dengan proporsi yang berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe essence lain sehingga sudah tidak ada di pasaran.
Tipe lain Tipe losion dengan serbuk
Tipe alkohol
Essence untuk T zone yang banyak mensekresi sebum. Mengandung serbuk penyerap sebum agar riasan wajah bertahan lebih lama
2.6 Putih Telur
Telur ayam kampung ukurannya lebih kecil dari telur ayam ras rata-rata
36-37 g/butir. Didapatkan dari ayam yang dipelihara di kampung-kampung (pedesaan) atau pedalaman dengan asupan makanan yang tidak dikhususkan sehingga diyakini lebih banyak khasiatnya dan aroma telur pun lebih enak (tidak
terlalu amis) (Wirakusumah, 2005).
Kandungan vitamin pada telur juga bervariasi tergantung jenis makanan
yang diberikan pada ternak. Rata-rata kandungan vitamin pada telur yaitu seperti vitamin A, D, E, kobalamin (B12), biotin (B8), choline, asam folat, asam nikotinak (B3), asam pentotenat (B5), pyridoxin (B6), riboflavin (B2) dan thiamin
(B1) (Wirakusumah, 2005).
Pengeringan telur bertujuan mengurangi dan mencegah aktivitas
mikroorganisme sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Pembuatan telur menjadi tepung telur dapat pula mengurangi ruang penyimpanan, mempermudah penanganan dan transportasi (Winarno dan Sutrisno, 2002). Menurut Romanoff
dan Romanoff (1963) dan Berquist (1964) keuntungan pengeringan telur adalah mempermudah dan mengurangi ruang penyimpanan, menghemat biaya
transportasi, memperpanjang daya simpan, mempermudah dalam penggunaannya. Metode pengeringan yang digunakan dalam pembuatan tepung telur yaitu pengeringan semprot (spray drying), foaming drying, pengeringan lapis (pan
drying) dan pengeringan beku (freeze drying). Pengeringan semprot (spray
drying) biasanya digunakan dalam membuat tepung telur dan tepung kuning telur
bentuk beku menjadi uap. Metode ini banyak digunakan dalam proses pengeringan dan pengawetan bahan pangan untuk mempertahankan stabilitas,
aroma, serta tekstur yang menyerupai bahan awal (Aman, dkk., 1992).
Menurut Simon, Abustam, dan Said (2014) ada beberapa tahap-tahap pembuatan tepung putih telur :
1. Persiapan telur. Kulit telur dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotorannya.
2. Pemisahan isi telur dan homogenisasi. Telur dipecahkan kemudian dipisahkan bagian kuning dan putih telurnya, lalu putih telur dihomogenkan dengan mixer selama 3 menit hingga tercampur rata.
3. Putih telur dibekukan di freezer selama 24 jam pada suhu −30°C.
4. Putih telur yang telah dibekukan dan dimasukkan ke dalam freeze dryer. 5. Setelah kering, putih telur kemudian dihaluskan.
2.7 Uraian Bahan 1. Gliserin
Pemerian : cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dalam minyak menguap (Ditjen POM RI, 1995).
2. Aqua Demineral
Air demineral dibuat dari air minum yang dimurnikan menggunakan penukar ion
3. Butilen Glikol
Pemerian : tidak berwarna, cairan kental dengan rasa manis dan rasa pahit.
Kelarutan : larut dengan aseton, etanol (95%), castor oil, dibutyl phthalate, eter, air, praktis tidak larut dalam minyak mineral, minyak biji rami, etanolamin, alipatik hidrokarbon, minyak essensial dan substansi sintetis (Rowe, dkk., 2009).
4. Butilen Glikol
Pemerian : tidak berwarna, cairan kental dengan rasa manis dan rasa pahit.
Kelarutan : larut dengan aseton, etanol (95%), castor oil, dibutyl phthalate, eter, air, praktis tidak larut dalam minyak mineral, minyak biji rami, etanolamin, alipatik hidrokarbon, minyak essensial dan substansi sintetis (Rowe, dkk., 2009).
5. PEG-40 Hydrogenated Castor Oil
Pemerian : larutan kental bening dan tidak berbau, mudah larut dalam air, minyak
dan alkohol (Rowe, dkk., 2009). 6. Xantan Gum
Pemerian : terjadi sebagai krim berwarna, tidak berbau, mudah mengalir, serbuk
halus bebas putih.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol dan eter, larut dalam air panas dan air
dingin (Rowe, dkk., 2009). 7. Nipagin
Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau
atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida,
8. Etanol 96%
Pemerian : cairan bening, tidak berwarna, dan mudah menguap dengan sedikit bau
yang khas dan terbakar rasa.
Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan temperatur dan konsentrasi tinggi) (Rowe, dkk., 2009).
2.8 Skin Analyzer
Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis
dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor
kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput.
Parameter hasil pengukuranskin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran Parameter (%)
Moisture (Kadar air)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-44 45-100
Sedikit Sedang Banyak
0-19 20-40 41-100
Wrinkle (Keriput)
Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah