• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk muniversitas Sumatera Uta OLEH: RARA LAVENIA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diajukan untuk muniversitas Sumatera Uta OLEH: RARA LAVENIA NIM"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG

MINYAK MACADAMIA SKRIPSI

Diajukan untuk mUniversitas Sumatera Uta

OLEH:

RARA LAVENIA NIM 151524044

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG

MINYAK MACADAMIA SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Diajukan untuk mUniversitas Sumatera Uta

OLEH:

RARA LAVENIA NIM 151524044

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG

MINYAK MACADAMIA

OLEH:

RARA LAVENIA NIM 151524044

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 28 November 2017

Medan, Desember 2017 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.

NIP 195707231986012001

Panitia Penguji,

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.

NIP 19600511198902201

Pembimbing II,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

NIP 195807101986012001

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt NIP 195406081983031005

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

NIP 195807101986012001

T.Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt.

NIP 197512082009122002 Pembimbing I,

T.Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt.

NIP 197512082009122002

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Formulasi dan Uji Efektivitas Anti- Aging Masker Gel Peel-Off yang Mengandung Minyak Macadamia”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Minyak macadamia mengandung asam palmintat, asam oleat, dan vitamin E yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mengurangi kerusakan pada kulit. Masker gel peel-off adalah sediaan yang praktis dan mudah digunakan.

Tujuan penelitian ini adalah Formulasi dan uji efektivitas anti-aging masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia. Hasil yang diperoleh yaitu Minyak macadamia dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off sebagai anti-aging, konsentrasi 10% menunjukkan efektivitas anti-aging yang lebih baik yang memberikan efek anti-aging pada kulit wajah selama 28 hari perawatan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam mengatasi penuan melalui pemanfaatan minyak macadamia.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu T.Ismanelly Hanum S.Si., M.Si., Apt., dan Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan

(5)

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muhammad Faozan dan Ibunda Marwati komalasari atas segala doa dan dukungannya serta keridhaannya bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan pendidikan, juga untuk adik Nada Kamilah dan Nayla Syafana, orang terkasih dan para sahabat (pudy, ka rere, ka reza, sae, fauzal, salihin, rachma, fanny, selly, selvy, desy, linda, intan, april) atas doa, nasehat dan bantuan dalam penyelesaian penelitian dan bahan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, November 2017 Penulis,

Rara Lavenia NIM 151524044

(6)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Rara Lavenia NIM : 151524044

Jurusan : S-1 Farmasi Ekstensi Fakultas : Farmasi

Judul penelitian : Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-Aging Masker Gel Peel-Off yang Mengandung Minyak Macadamia Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, November 2017 Yang membuat pernyataan,

Rara Lavenia NIM 151524044

(7)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG

MINYAK MACADAMIA ABSTRAK

Latar Belakang: Minyak macadamia mengandung asam palmitat, asam oleat, dan vitamin E yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mencegah penuaan pada kulit. Masker gel peel-off adalah sediaan masker yang praktis dan mudah digunakan.

Tujuan: Formulasi dan uji efektivitas anti-aging masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

Metode: Minyak macadamia diuji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman DPPH (1,1–diphenyl-2-picrylhydrazyl). Formula masker gel peel-off terdiri dari polivinil alkohol, carbomer 940, etanol 96%, gliserin, propilenglikol, nipagin dan air suling. Sediaan masker gel peel-off dibuat dengan konsentrasi minyak macadamia 2,5% (FI), 5% (FII), 7,5% (FIII), dan 10% (FIV). Sebagai blanko (F0) sediaan dibuat tanpa minyak macadamia. Evaluasi terhadap sediaan masker gel peel-off meliputi uji stabilitas sediaan (homogenitas, bau, warna, pH, waktu pengeringan, daya sebar, dan viskositas), uji tipe emulsi, uji iritasi dan uji efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer terhadap kulit wajah sukarelawan dengan parameter yang diukur meliputi kadar air, noda, dan kerutan.

Perawatan dilakukan selama 28 hari. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan SPSS 22.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak macadamia tergolong sebagai antioksidan kuat dengan nilai IC50 sebesar 100,4 ppm dan dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel peel-off yang homogen, dengan tipe emulsi minyak dalam air (m/a), pH antara 5,8-6,2, waktu pengeringan antara 16-19 menit, daya sebar antara 5,9-6,8 cm, viskositas antara 11500-14500 cps, tetap stabil dalam penyimpanan 91 hari pada suhu kamar, dan tidak mengiritasi kulit sukarelawan. Peningkatan konsentrasi minyak macadamia pada sediaan masker gel peel-off mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit sukarelawan, yang ditunjukkan dengan kadar air kulit yang semakin meningkat, jumlah noda dan kerutan yang semakin berkurang selama 28 hari perawatan. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan yang signifikan antar formula.

Kesimpulan:Minyak macadamia sebagai antioksidan kuat dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off sebagai anti-aging, konsentrasi 10%

menunjukkan efektivitas anti penuaan yang lebih baik dengan perubahan kondisi kadar air kulit wajah dehidrasi (22,3) menjadi normal (30,7) setelah penggunaan 14 hari, penurunan banyak noda (29,3) menjadi sedikit noda (18,3), dan wajah berkeriput (27,7) menjadi tidak berkeriput (18) setelah 28 hari pemakaian masker.

Kata Kunci: masker gel peel-off, minyak macadamia, antioksidan, anti- aging.

(8)

THE FORMULATION AND EFFECTIVENESS TEST OF ANTI-AGING PEEL-OFF MASK GEL WHICH CONTAINS

MACADAMIA OIL ABSTRACT

Background: Macadamia oil contains palmitic acid, oleic acid, and vitamin E which is a natural antioxidant. These antioxidants can prevent aging in the skin.

Peel-off mask gel is a practical mask preparation.and easy to use

Purpose: Formulation and test of anti-aging effectiveness of peel-off mask gel containing macadamia oil.

Method: Macadamia oils were tested for antioxidant activity by DPPH method (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). The peel-off mask gel formula consists of polyvinyl alcohol, carbomer 940, ethanol 96%, glycerin, propylene glycol, nipagin and aquadest. The preparation of peel-off mask gel was made with macadamia oil concentrations 2.5% (FI), 5% (FII), 7.5% (FIII), and 10% (FIV).

As a blank (F0) the base of the peel-off mask gel was made without macadamia oil. Evaluation of peel-off mask gel preparation include stability test (homogenity, odor, color, pH, and viscosity), drying time test, spreadability test, emulsion type test, irritation test and anti-aging effectiveness test using skin analyzer to facial skin and parameter measured including moisture content, stains, and wrinkles.

Treatment is done for 28 days by applying a mask preparation to facial skin once a week. The data obtained were then analyzed using SPSS.

Result: The results showed that macadamia oil classified as strong antioxidant with IC50 value was 100,4 ppm and can be formulated in homogenous peel-off mask gel preparation, with type oil in water emulsion (o/w), pH 5.8-6.2, drying time 16-19 minutes, the spreadability was 5.9-6.8, viscosity 11500-14500 cps, remains stable in 91 days storage at room temperature, and does not irritate volunteer skin. Increased concentration of macadamia oil 2.5%, 5%, 7.5%, and 10% in the preparation peel-off mask gel affected the effectiveness of anti-aging on the skin of the volunteers, indicated by changes skin conditions are increased moisture content, decreased spot, and wrinkles are reduced for 28 days of treatment. The result of statistical analysis obtained p value <0,05 that there was significant difference between formula.

Conclusion: Macadamia oil as a strong antioxidant can be formulated in a peel- off gel mask preparation as anti-aging, a concentration 10% indicates better anti- aging effectiveness with a change facial skin moisture condition in dehydration (22.3) to normal (30,7) after use of 14 days, the decrease of many spot (29.3) to a little spot (18.3), and the wrinkled face (27,7) becomes no wrinkled (18) after 28 days of mask use.

Keywords: peel-off mask, macadamia oil, antioxidant, anti-aging

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kulit ... 6

2.1.1 Struktur kulit ... 6

2.1.2 Fungsi kulit ... 9

2.1.3 Jenis-jenis kulit wajah ... 10

2.2 Penuaan Pada Kulit ... 10

(10)

2.2.1 Penuaan dini ... 11

2.2.2 Tanda-tanda penuaan ... 12

2.3 Anti-aging ... 13

2.3.1 Pengertian anti-aging ... 14

2.3.1 Fungsi anti-aging ... 14

2.4.1 Manfaat anti-aging ... 14

2.4 Antioksidan ... 14

2.4.1 Antioksidan sebagai bahan aktif produk anti-aging ... 15

2.4.2 Pengukuran antioksidan ... 16

2.5 Skin Analyzer ... 18

2.5.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer ... 19

2.6 Masker ... 21

2.6.1 Mekanisme kerja masker ... 21

2.6.2 Jenis-jenis masker ... 22

2.7 Masker Gel Peel-Off ... 23

2.7.1 Formula standar ... 24

2.7.2 Bahan pembuatan masker gel peel-off ... 24

2.8 Macadamia ... 26

2.8.1 Taksonomi tanaman macadamia ... 28

2.8.2 Minyak macadamia ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Alat dan Bahan ... 31

3.1.1 Alat ... 31

3.1.2 Bahan ... 31

3.2 Sukarelawan ... 32

(11)

3.3 Identifikasi Sampel ... 32

3.4 Pengujian Antioksidan Dengan Metode Peredaman DPPH .... 32

3.4.1 Prinsip metode peredaman radikal bebas DPPH ... 32

3.4.2 Pembuatan larutan induk DPPH ... 33

3.4.3 Pembuatan larutan blanko ... 33

3.4.4 Pengukuran panjang gelombang maksimum DPPH ... 33

3.4.5 Pembuatan larutan induk sampel ... 33

3.4.6 Pembuatan larutan uji sampel ... 33

3.4.7 Pembuatan larutan induk vitamin C ... 34

3.4.8 Pembuatan larutan uji vitamin C ... 34

3.4.9 Penentuan persen peredaman ... 34

3.4.10 Penentuan nilai IC50 sampel uji dan vitamin C ... 34

3.5 Formula Sediaan Masker Gel Peel-Off ... 35

3.5.1 Formula standar ... 35

3.5.2 Rancangan formula masker gel peel-off ... 35

3.5.3 Formulasi sediaan masker gel peel-off ... 36

3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 37

3.6.1 Uji homogenitas ... 37

3.6.2 Pengamatan organoleptis ... 37

3.6.3 Pengukuran pH ... 37

3.6.4 Pengujian waktu pengeringan sediaan ... 37

3.6.5 Pengujian daya sebar ... 37

3.6.6 Pengukuran viskositas ... 38

3.6.7 Pengamatan stabilitas sediaan ... 38

3.6.8 Uji tipe emulsi ... 38

(12)

3.7 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 38

3.8 Pengujian Efektivitas Anti-Aging ... 39

3.9 Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Identifikasi Sampel ... 41

4.2 Hasil Pengujian Antioksidan Dangan Metode DPPH ... 41

4.2.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum DPPH 41 4.2.2 Hasil Analisis Peredaman DPPH Oleh Sampel Uji dan Vitamin C ... 42

4.2.3 Hasil analisis nilai IC50 sampel uji dan vitamin C ... 43

4.3 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel-Off ... 44

4.4 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ... 45

4.4.1 Hasil pemeriksaan homogenitas ... 45

4.4.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 45

4.4.3 Hasil uji tipe emulsi sediaan ... 48

4.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 49

4.6 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging ... 50

4.5.1 Kadar air (Moisture) ... 51

4.5.4 Noda (Spot) ... 54

4.5.5 Keriput (Wrinkle) ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 66

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 11

3.1 Formulasi sediaan masker peel-off ... 36

4.1 Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh minyak macadamia 42

4.2 Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh vitamin C ... 42

4.3 Hasil persamaan regresi linier yang dari minyak macadamia dan vitamin C ... 43

4.4 Kategori nilai IC50 sebagai antioksidan ... 44

4.5 Hasil nilai IC50 ... 44

4.6 Hasil evaluasi stabilitas sediaan masker peel-off ... 46

4.7 Hasil uji kelarutan biru metal pada sediaan ... 49

4.8 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 50

4.9 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan ... 51

4.9 Hasil pengukuran noda (spot) pada kulit sukarelawan ... 54

4.10 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit sukarelawan ... 57

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur anatomi kulit ... 6

2.2 Struktur polivinil alkohol ... 24

2.3 Struktur carbomer ... 25

2.4 Struktur gliserin ... 25

2.5 Struktur propilenglikol ... 26

2.6 Struktur etanol ... 26

2.7 Struktur nipagin ... 26

2.8 Pohon dan buah macadamia ... 28

4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH ... 41

4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan ... 52

4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah noda kulit wajah sukarelawan ... 55

4.4 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap keriput kulit wajah sukarelawan ... 58

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil identifikasi sampel minyak macadamia ... 66

2 Gambar minyak macadamia ... 68

3 Bagan pengujian antioksidan minyak macadamia ... 69

4 Bagan formulasi masker gel peel-off ... 70

5 Gambar sediaan masker gel peel-off ... 71

6 Gambar uji homogenitas sediaan ... 72

7 Gambar uji tipe emulsi sediaan ... 73

8 Gambar alat-alat penelitian ... 74

9 Surat pernyataan persetujuan sukarelawan ... 75

10 Aplikasi sediaan masker terhadap kulit wajah sukarelawan 76 11 Hasil uji antioksidan minyak macadamia ... 77

12 Hasil uji antioksidan vitamin C ... 80

13 Hasil serapan minyak macadamia ... 83

14 Hasil serapan vitamin C ... 84

15 Hasil skin analyzer kadar air (moisture) ... 85

16 Hasil skin analyzer noda (spot) ... 86

17 Hasil skin analyzer keriput (wrinkle) ... 88

18 Hasil uji statistik kadar air (moisture) ... 90

19 Hasil uji statistik noda (spot) ... 94

20 Hasil uji statistik keriput (wrinkle) ... 9

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan merupakan proses alami yang akan dialami setiap orang.

Ternyata tidak semua orang mengalami penuaan sesuai usianya, atau yang disebut dengan istilah penuaan dini (Darmawan, 2013). Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya (Bogadenta, 2012). Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20–30 tahun. Regenerasi kulit pada usia muda, terjadi setiap 28–30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013). Tanda-tanda penuaan dini dapat terjadi disemua organ tubuh manusia dan yang paling tampak adalah pada kulit (Jaelani, 2009).

Terlihat beberapa gejala pada kulit yang mengalami penuaan, yaitu: adanya keriput, kulit kering dan kasar serta timbul noda-noda gelap (Vinski, 2012).

Penuaan kulit terbagi menjadi dua proses besar, yaitu penuaan kronologi dan photo aging. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan stuktur dan fungsi, serta metabolit kulit seiring bertambahnya usia. Sementara itu photo aging adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat paparan sinar ultraviolet (UV). Paparan sinar UV yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis dari radikal bebas yang terbentuk. Selanjutnya enzim ini akan memecahkan kolagen yang berada di bawah dermis (Zelfis, 2012).

Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit (Ardhie, 2011). Antioksidan

(17)

adalah suatu senyawa yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel (Hernani dan Raharjo, 2005). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Berdasarkan sumber perolehannya, antioksidan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami lebih banyak diamati dibandingkan dengan antioksidan sintetik, karena antioksidan sintetik dikhawatirkan memiliki efek samping, sehingga antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Panjaitan, dkk., 2014).

Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai sumber antioksidan telah dikembangkan dalam sediaan kosmetika (Mario, 2001). Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal dibandingkan oral (Draelos dan Thaman, 2006). Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk peel- off masih jarang dijumpai. Masker peel-off adalah masker yang dipakai pada kulit wajah kemudian dikelupas kembali setelah kering (Rieger, 2000). Sediaan masker wajah peel-off memberikan hasil nyaman dan mudah digunakan serta ketahanannya pada kulit dapat dijadikan sebagai penggunaan sistem penyampaian obat secara topikal. Masker peel-off merupakan sistem penyampaian obat yang tergolong baru dengan menggunakan bahan polimer pembentuk film sebagai penyampaian obat untuk waktu yang lebih lama. Masker wajah seperti ini dapat memberi keuntungan untuk membersihkan pori wajah dengan cara mengangkat

(18)

kotoran dan sebum yang menumpuk (Jayronia, 2016), mengangkat sel kulit mati, komedo, rambut wajah yang tidak diinginkan, memperbaiki warna dan tekstur kulit (Rieger, 2000), serta mengurangi keriput (Jayronia, 2016). Pemakaian teratur masker gel peel-off dapat mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah (Basuki, 2003).

Minyak macadamia mengandung vitamin E (tokotrienol dan tokoferol) yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mengurangi peradangan dan stres oksidatif pada kulit, selain itu minyak ini memperlihatkan kandungan asam palmitat dan asam lemak tak jenuh yang mirip dengan kandungan di dalam kulit. Minyak macadamia juga mengandung banyak asam oleat yang sangat bagus untuk melembutkan kulit, meregenerasi sel kulit, melembabkan kulit, dan merupakan antiinflamasi alami. Kandungan asam linoleat membantu mengembalikan fungsi barrier kulit dan mengurangi transepidermal water loss (TEWL). Minyak macadamia juga mengandung squalene yang memberi manfaat dalam regenerasi sel dan bermanfaat sebagai antioksidan dengan melindungi kulit dari UV-induced lipid peroxidation (Wall, 2010). Minyak macadamia menunjukan sifat emolien yang tinggi dan penetrasi yang cepat sehingga membantu menjaga fungsi fisiologis kulit (Navarro, 2016).

Minyak macadamia mempunyai nilai manfaat yang baik, selain itu aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, et al., 2009). Komposisi minyak macadamia memiliki kandungan asam lemak yang tinggi sehingga sering digunakan sebagai produk perawatan kulit dan juga anti-aging. Asam lemak yang sering digunakan pada kosmetik adalah asam palmitat yang merupakan bagian dari sebum kulit manusia. Kandungan asam palmitat yang terkandung pada minyak macadamia banyak diformulasikan untuk produk perawatan kulit

(19)

(Navarro, 2016). Minyak macadamia banyak dibuat sediaan dalam bentuk sabun wajah, krim tangan, krim wajah, dan juga gel sebagai anti-aging. Minyak macadamia dengan konsentrasi 25% diformulasikan sebagai sediaan kosmetik untuk pemakaian topikal sebagai pencegahan dan pengobatan kulit kering, selain itu formulasi gel sebagai perbaikan kulit akibat sinar matahari dan mengurangi keriput digunakan minyak macadamia 0,2% sampai 2,7% (Navarro, 2016).

Berdasarkan informasi di atas, telah dilakukan penelitian mengenai efektivitas anti-aging dari sediaan masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah minyak macadamia memiliki kekuatan antioksidan?

b. Apakah minyak macadamia dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel peel-off?

c. Apakah perbedaan konsentrasi minyak macadamia dalam masker gel peel-off mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit sukarelawan?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Minyak macadamia memiliki kekuatan antioksidan.

b. Minyak macadamia dapat diformulasi dalam bentuk sediaan masker gel peel-off.

(20)

c. Perbedaan konsentrasi minyak macadamia dalam masker gel peel-off mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit sukarelawan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah minyak macadamia memiliki kekuatan antioksidan.

b. Untuk mengetahui apakah minyak macadamia dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel peel-off.

c. Untuk mengetahui apakah perbedaan konsentrasi minyak macadamia dalam masker gel peel-off mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit sukarelawan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang kegunaan minyak macadamia sebagai antioksidan sehingga dapat memberi kontribusi dalam mengatasi penuaan melalui pemanfaatan minyak macadamia yang diformulasi dalam sediaan masker gel peel-off sehingga penggunaannya menjadi lebih mudah dan praktis.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg (Putro, 1997).

Kulit merupakan organ yang esensial dan vital. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif (Wasitaatmadja, 1997). Kulit memiliki peran penting dalam memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar, baik secara fisik atau mekanis, kimiawi, sinar UV (ultraviolet) dan mikroba (Darmawan, 2013).

2.1.1 Struktur kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah lapisan epidermis, lapisan dermis, lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).

Gambar 2.1 Struktur anatomi kulit (Wasitaatmadja, 1997).

(22)

a. Epidermis

Menurut Mitsui (1997): lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:

1) Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

2) Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

3) Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum.

4) Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

5) Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.

b. Dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Tranggono dan Latifah, 2007).

(23)

Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata 3-5 mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak.

Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kolagen adalah zat pengisi kulit yang membuat kulit menjadi kencang.

Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain dengan anti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan olahraga dan nutrisi yang baik (Tranggono dan Latifah, 2007).

Salah satu zat yang memiliki peranan penting dalam kulit, terutama wajah adalah sebum. Sebum merupakan kandungan minyak yang melembabkan dan melindungi kulit dari polusi. Sebum dibentuk oleh kelenjar palit yang terletak di bagian atas kulit jangat, berdekatan dengan kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut (Bogadenta, 2012).

c. Subkutan

Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014).

Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir

(24)

karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).

Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lainnya. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Putro, 1997).

2.1.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu fungsi perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar UV, polusi, bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan (Achroni, 2012). Membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh merasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya, sehingga mampu mempertahankan tekstur atau bentuknya sendiri. Kulit juga memiliki sistem saraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar. Oleh karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan (Putro, 1997).

(25)

2.1.3 Jenis-jenis kulit wajah

Menurut Noormindhawati (2013), kulit dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Kulit normal: memiliki pH normal; kadar air dan kadar minyak seimbang;

tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil.

b. Kulit berminyak: kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%; kulit wajah tampak mengkilap; memiliki pori-pori besar; cenderung mudah berjerawat.

c. Kulit kering: kulit kasar dan kusam, mudah bersisik, pori-pori tidak kelihatan, dan mulai tampak kerutan-kerutan.

d. Kulit kombinasi: merupakan kombonasi antara kulit wajah kering dan berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit kering.

e. Kulit sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif.

2.2 Penuaan Pada Kulit

Proses menua atau aging merupakan proses biologis yang terjadi secara alami dan mengenai semua makhluk hidup, meliputi seluruh organ tubuh seperti jantung, paru, otak, ginjal, termasuk kulit (Yaar dan Gilchrest, 2007). Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya (Cunningham, 2003).

Setiap manusia tentu ingin terlihat muda tetapi proses menua secara perlahan-lahan berjalan terus dan kulit merupakan salah satu jaringan tubuh yang secara langsung memperlihatkan terjadinya proses menua. Proses menua ini

(26)

antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda (Tranggono dan latifah, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa proses penuaan pada setiap individu bergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut.

Penuaan kulit terjadi karena dua proses yang saling berkaitan, yaitu:

a. Proses menua intrinsik (intrinsic aging; true aging; chronologic aging)

Proses menua intrinsik merupakan proses menua yang berlangsung secara alamiah, disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal, dan rasial. Perubahan kulit terjadi secara menyeluruh dan perlahan-lahan sejalan dengan bertambahnya usia dan proses ini tidak dapat dihindari (Yaar dan Gilchrest, 2007).

b. Proses menua ekstrinsik (extrinsic aging; photoaging; premature aging) Proses menua ekstrinsik merupakan proses menua yang terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh atau faktor lingkungan seperti kelembaban udara, suhu, polusi, sinar UV dan berbagai faktor eksternal lain. Paparan sinar UV yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis dari radikal bebas yang terbentuk. Selanjutnya enzim ini akan memecahkan kolagen yang berada di bawah dermis (Zelfis, 2012).

2.2.1 Penuaan dini (premature aging)

Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya (Bogadenta, 2012). Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20–30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28–30 hari.

Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).

Seiring bertambahnya usia, proses penuaan akan terus terjadi.

(27)

Secara garis besar fase penuaan pada wanita dibagi menjadi 3 fase kehidupan, yaitu fase subklinis, fase transisi, dan fase klinis. Fase subklinis terjadi pada usia 25–35 tahun, pada fase ini produksi hormon mulai mengalami penurunan produksi hingga 14%. Sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan penyebabnya adalah stress, diet yang tidak sehat dan adanya polusi udara. Fase transisi terjadi pada usia 35-45 tahun, dimana produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%. Tubuh mulai mengalami penuaan. Fase klinis merupakan fase terakhir dalam proses penuaan pada wanita. Fase ini terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Tanda-tandanya adalah berkurangnya produksi hormon dan akhirnya berhenti sama sekali (Darmawan, 2013).

2.2.2 Tanda-tanda penuaan

Proses menua menyebabkan perubahan fisiologik kulit yang dapat terlihat tandanya terutama pada wajah, ini dapat dipakai sebagai tanda klinis penuaan:

a. Kulit kasar dan bersisik

Permukaan kulit yang kasar dan kusam terjadi karena berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit mati untuk diganti dengan sel kulit baru. Terjadi kelainan proses keratinisasi dan perubahan ukuran serta bentuk sel lapisan tanduk, sebagian berkelompok dan mudah lepas sehingga terlihat sebagai sisik yang kasar (Yaar dan Gilchrest, 2007).

b. Keriput

Kulit kendur, timbul kerutan, dan lipatan kulit disebabkan oleh perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga kelenturan kulit menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya, selain itu terjadi atrofi tulang dan otot, jaringan lemak subkutan berkurang disertai lapisan kulit yang tipis,

(28)

menyokong terbentuknya kerutan-kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang nyata (Yaar dan Gilchrest, 2007).

c. Kulit kering

Kulit menjadi kering disebabkan berkurangnya kadar air di dalam lapisan atas kulit dan menurunnya fungsi kelenjar minyak dan kelenjar keringat, serta terjadinya penguapan air yang berlebihan (Yaar dan Gilchrest, 2007).

d. Bercak pigmentasi

Noda hitam (hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang belum menua oleh karena berbagai penyebab, salah satunya penyebab timbulnya bercak pada kulit akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Pada umumnya bercak-bercak hitam ini muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari (Bogadenta, 2012). Bercak-bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet dari matahari yang menembus lapisan epidermis kulit, juga dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan, seperti asap kendaraan dan berbagai pencemaran lainnya yang merupakan sumber radikal bebas penyebab kerusakan kulit (Hembing, 2008).

2.3 Anti-Aging

Kulit aging adalah kulit yang telah menampakkan garis kerutan dan ketuaan, untuk perawatannya perlu produk kosmetik anti-aging yang bertekstur ringan dan lembut, yaitu yang dapat membersihkan dan mengangkat sel-sel kulit mati serta membantu memberikan perlindungan, mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit, juga merangsang pertumbuhan kulit baru (Putro, 1997).

(29)

2.3.1 Pengertian anti-aging

Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.3.2 Fungsi anti-aging

Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit d. Merangsang produksi kolagen

e. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.3.3 Manfaat anti-aging

Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.

b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat

(30)

merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil (Mulyawan dan Suriana, 2013).

Senyawa antioksidan memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri.

Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh (Mulyawan dan Suriana, 2013).

Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.4.1 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk antiaging

Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, dimana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas, sehingga sel-sel pada jaringan kulit terhindar dari serangan radikal bebas, oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Berdasarkan sumber perolehannya, antioksidan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik.

(31)

Antioksidan alami lebih banyak diamati dibandingkan dengan antioksidan sintetik, karena antioksidan sintetik dikhawatirkan memiliki efek samping, sehingga antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Panjaitan, dkk., 2014). Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai sumber antioksidan telah dikembangkan dalam sediaan kosmetika (Mario, 2001). Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal dibandingkan oral (Draelos dan Thaman, 2006).

2.4.2 Pengukuran aktivitas antioksidan

Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat ditetapkan melalui metode Transfer Atom Hidrogen (HAT) atau Transfer Elektron (TE). Prinsip metode HAT adalah dengan memanfaatkan kontrol kinetik, termasuk kompetisi yang terjadi antara antioksidan dan substrat memperebutkan peroksil radikal yang akhirnya akan mendekomposisi azo (Charles, 2012). Metode ET dilakukan berdasarkan reaksi reduksi yang dialami oleh oksidan sehingga akan mengubah warnanya.

Metode analisis yang didasari atas reaksi HAT adalah ORAC, TRAP, dan TOCS, sedangkan metode analisis berdasarkan reaksi ET adalah FRAP, TEAC, dan DPPH (Charles, 2012).

a. Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua elektron pada radikal bebas

(32)

DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang.

Perubahan ini dapat diukur sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat reduktor (Molyneux, 2004).

Metode DPPH merupakan suatu metode yang cepat, sederhana, dan murah yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga dalam bentuk larutan dan berlaku untuk keseluruhan kapasitas antioksidan sampel. Prinsipnya adalah elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang tertentu yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan.

Perubahan warna ini berdasarkan reaksi kesetimbangan kimia (Molyneux, 2004).

Molyneux (2004), menyatakan bahwa suatu zat mempunyai sifat antioksidan bila nilai IC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50 yang diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih berpotensi sebagai zat antioksidan. Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah nilai Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai nilai IC50 yang rendah.

b. Pelarut

Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH akan memberikan hasil yang baik dengan menggunakan pelarut metanol atau etanol karena pelarut

(33)

ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).

c. Pengukuran absorbansi – panjang gelombang

Panjang gelombang maksimum (λ maks) yang digunakan dalam pengukuran sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, 519 nm dan 520 nm. Pada prakteknya hasil pengukuran yang memberikan peak maksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan di atas (Molyneux, 2004).

2.5 Skin Analyzer

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnosa dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012). Pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalam keriput (Aramo, 2012).

(34)

2.5.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Parameter Interprestasi Hasil

Moisture (% kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51- 100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore (Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle (Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0 – 19 20 – 52 53 – 100

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:

a. Kadar air (moisture )

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

Sebum (kadar minyak), Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

(35)

b. Kehalusan (evenness)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

c. Pori (pore)

Pengukuran perbesaran pori pada kulit secara otomatis akan muncul pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan muncul pada kotak bagian pori-pori kulit.

Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada layar komputer.

d. Noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi).

Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur, kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

e. Keriput (wrinkle)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya

(36)

jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalam keriput juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer.

2.6 Masker

Masker merupakan salah satu pembersih kulit wajah yang efektif. Masker termasuk kosmetik depth cleansing yaitu kosmetik yang bekerja secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel kulit mati. Masker memiliki banyak kegunaan, terutama untuk mengencangkan kulit, mengangkat sel-sel tanduk yang sudah siap mengelupas, memberi kelembaban dan nutrisi pada kulit, memperbaiki tekstur wajah, meremajakan kulit, mencerahkan warna kulit, mengecilkan pori-pori, membersihkan pori-pori kulit wajah yang tersumbat kotoran, menyegarkan wajah karena akan memberi efek rileks otot-otot wajah (Septiari, 2014). Sebaiknya, penggunaan masker dilakukan 1 minggu sekali (Wirakusumah, 2007).

Penggunaan masker dapat meningkatkan penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lainnya (Lee, 2013).

2.6.1 Mekanisme kerja masker

Mekanisme kerja masker wajah adalah peningkatan suhu kulit wajah (±1oC) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif ke dalam kulit. sehingga kulit muka terlihat menjadi lebih segar. Akibat dari terjadi peningkatan suhu dan peredaran darah yang menjadi lebih lancar maka fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa-sisa metabolisme dikeluarkan ke permukaan kulit kemudian diserap oleh lapisan masker yang mengering. Cairan yang berasal dari keringat dan sebagian cairan masker diserap oleh lapisan tanduk,

(37)

meskipun lapisan masker mengering tetapi lapisan tanduk tetap kenyal, bahkan sifat ini menjadi lebih baik ketika lapisan masker dilepaskan yaitu terlihat keriput pada kulit menjadi berkurang dan kulit wajah tidak saja menjadi lebih halus tetapi juga menjadi lebih kencang. Setelah masker dilepaskan, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk akan menguap akibatnya akan terjadi penurunan suhu kulit wajah sehingga memiliki efek menyegarkan kulit (Lee, 2013).

2.6.2 Jenis-jenis masker

Menurut Lee (2013) dan Mitsui (1997), jenis-jenis masker adalah sebagai berikut:

a. Tipe peel-off

Prinsip masker gel peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut.

Bahan yang digunakan: polivinil alcohol (PVA), carboxy methyl cellulose (CMC), dan sebagainya. Masker jenis inin dapat dengan cepat membersihkan pori-pori, dan membersihkan komedo.. Masker ini juga dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan dengan pemakaian teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah.

b. Tipe wash-off

1) Tipe mud pack, kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk kacangkacangan, dan sebagainya. Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum

(38)

kulit yang telah mengeras. Kerugian: dapat terkontaminasi bakteri dan sulit untuk dibersihkan.

2) Tipe krim Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo.

Keuntungan: dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput. Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena penimbunan minyak pada kulit.

c. Tipe sheet

Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion atau essence. Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin, melembapkan, merevitalisasi, memutihkan, sebagai anti-aging dan nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis, tetapi kurang mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati.

2.7 Masker gel peel-off

Masker wajah adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah. Salah satu jenis masker wajah adalah masker wajah gel peel-off. Masker gel peel-off yang dioleskan ke kulit muka kemudian alkohol yang terkandung dalam masker akan menguap, terbentuklah lapisan tipis film yang tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15-30 menit, lapisan tersebut akan diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikelupas (Lee, 2013). Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta kulit ari yang telah mati akan ikut terangkat (Septiari, 2014).

(39)

Masker gel peel-off mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan masker jenis lain diantaranya penggunaan yang mudah serta mudah untuk dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Lee, 2013).

Masker gel peel-off memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan kulit wajah (Vieira, 2009). Bahkan dengan pemakaian yang teratur, masker gel peel-off dapat mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah.

2.7.1 Formula standar

Berdasarkan Rieger (2000) formula standar sebagai berikut:

R/ Polivinil alkohol 5–10%

Humektan 2–10%

Surfaktan 2–5%

Alkohol 10–30%

pH buffer pH 4–7 Pengawet q.s.

Parfum q.s.

Pewarna q.s.

Air suling ad 100

2.7.2 Bahan Pembuatan Masker Gel Peel-Off a. Polivinil alkohol

Gambar 2.2 Struktur polivinil alkohol (Rowe, et al., 2009)

(40)

Polyvinil alkohol memiliki sinonim alkoteks, lemol, gelvatol, polivinil alkohol polimer dan airvol. Polivinil alkohol berupa serbuk granul berwarna putih dan tidak berbau. Larut dalam air panas, sedikit larut dalam etanol 95% dan tidak larut dalam pelarut organik (Rowe, et al., 2009).

Polivinil alkohol merupakan polimer sintetis terutama digunakan untuk sediaan topikal berfungsi sebagai zat peningkat viskositas. Polivinil alkohol umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Salah satu keunggulan PVA diantaranya dapat membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Selain itu film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antar obat dan kulit (Rowe, et al., 2009)

b. Carbomer

Gambar 2.3 Struktur carbomer (Rowe, et al., 2009)

Carbomer memiliki sinonim karbomera, karbopol, acipol, polimer asam akrilat dan asam poliakrilat. Carbomer merupakan serbuk berwarna putih, memiliki bau lemah serta besifat higroskopis dan asam. Carbomer digunakansebagai bahan pengental yang baik dan menghasilkan gel yang bening.

Carbomer digunakan sebagai pembentuk gel pada konsentrasi 0,5–2,0% (Rowe, et al., 2009).

c. Gliserin

Gambar 2.4 Struktur gliserin (Rowe, et al., 2009)

(41)

Pada sediaan topikal dan kosmetik gliserin digunakan sebagai humektan.

Gliserin tidak berwarna, tidak berbau, cairan kental bersifat higroskopis yang berasa manis (Rowe, et al., 2009).

d. Propilenglikol

Gambar 2.5 Struktur propilenglikol (Rowe, et al., 2009)

Propilenglikol berupa cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam menyerupai gliserin. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air, tidak larut dengan minyak mineral ringan, tetapi akan melarutkan beberapa minyak esensial. Konsentrasi propilenglikol yang biasa digunakan adalah 15 % (Rowe, et al., 2009).

e. Etanol 96%

Gambar 2.6 Struktur etanol (Rowe, et al., 2009)

Etanol 96% memiliki sinonim etil alkohol, etil hidroksida, metal karbinol yang digunakan sebagai disinfektan, antimikroba, dan pelarut (Rowe, et al., 2009).

f. Nipagin

Gambar 2.7 Struktur nipagin (Rowe, et al., 2009)

Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin).

Nipagin berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai

(42)

rasa, kemudian agak membakar, diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan 15 dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Ditjen POM, 1979).

Nipagin umumnya digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetik, dalam penggunaan nipagin sering dikombinasikan dengan paraben lain ataupun pengawet lain. Nipagin (0,18%) dikombinasi dengan propil paraben (0,02%) telah banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetika parenteral. Penggunaan nipagin dalam sediaan topikal lainnya adalah sebagai pengawet (anti mikroba) digunakan dengan konsentrasi 0,02-0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.8 Macadamia

Macadamia merupakan tanaman yang berukuran kecil sampai medium sampai setinggi 15 meter. Macadamia disamping untuk diambil buahnya dapat ditanam sebagai tanaman hias karena bentuknya yang menarik. Tanaman mulai menghasilkan buah setelah 6-7 tahun, kadang-kadang sampai 10-15 tahun (Ditjen Perkebunan, 2006)

Melihat prospeknya tanaman ini dapat dikembangkan mengingat macadamia telah tumbuh dengan baik di kebun raya Cibodas, kebun percobaan hortikultura Jawa Timur, kebun percobaan Balittro di Manoko, Lembang (tahun 2006 ada 327 pohon) dan Bogor sebagai tanaman koleksi serta dapat diproduksi dengan baik (Ditjen Perkebunan, 2006).

(43)

Indonesia kawasan beriklim tropis mirip di Hawai dengan lahan bertekstur lempung ringan sampai sedang dengan pH 5-5,5 cukup banyak, seperti kepulauan Maluku atau dikenal dengan provinsi seribu pulau, nampaknya mendekati kepulauan Hawai. Tanaman macadamia cocok sebagai tanaman diversifikasi pada kebun kopi arabika dengan ketinggian tempat lebih dari 700 mdpl. Populasi tanaman macadamia sebagai tanaman diversifikasi sekitar 30-40 pohon/ha. (Ditjen Perkebunan, 2006).

Gambar 2.8 Pohon dan buah macadamia (Ditjen Perkebunan, 2006)

Berdasarkan Ditjen Perkebunan (2006) di daerah Hawai tanaman macadamia merupakan tanaman utama dalam pengusahaan kebun buah-buahan yang di budidayakan mencapai 9000 hektar tanaman yang berproduksi, sedangkan di Australia tanaman macadamia yang di budidayakan mencapai 6000 ha, yang mana kacangnya merupakan jenis kacang-kacangan terbaik dan termahal di dunia.

Kacang hasil gongsengan dijual tanpa maupun dengan garam digunakan dalam berbagai hal termasuk:

a) Sebagai kudapan dapat dimakan baik mentah maupun disangrai digoreng dan digarami

b) Dipanggang dalam kue cake, biscuit dan dalam roti berukuran kecil

(44)

c) Perusahaan yang menjual permen menggunakan macadamia di dalam coklat dan permen, digunakan separuh atau utuh

d) Dapat meningkatkan rasa pada ikan dan sup serta salad

e) Kualitas minyak sangat baik, tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal 2.8.1 Taksonomi tanaman macadamia

Sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman macadamia diklasifikasikan sebagai berikut (Ditjen Perkebunan, 2006)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Proteales Family : Proteaceae Genus : Macadamia

Spesies : Macadamia integrifolia 2.8.2 Minyak macadamia

Minyak macadamia adalah minyak nabati yang unik karena tinggi asam lemak tak jenuh tunggal, dan mengandung vitamin E (tokotrienol dan tokoferol) yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mengurangi peradangan dan stres oksidatif kulit (Wall, 2010). Minyak nabati ini dapat berpenetrasi dalam kulit karena komponen di dalamnya sangat mirip dengan minyak alami kulit serta berfungsi untuk mempertahankan kelembaban dan menutrisi kulit. Komposisi minyak macadamia memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga sering digunakan sebagai produk perawatan kulit dan juga anti-aging.

(45)

Minyak macadamia selain mempunyai nilai manfaat yang baik, dan aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, dkk., 2009).

Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membrane sel. Vitamin E mempunyai kemampuan untuk melindungi membrane sel dari radikal bebas. Pada membrane sel vitamin E mengumpulkan radikal bekas sehingga melindungi asam lemak tak jenuh, protein dan kerusakan oksidatif kulit (Linder, 1992)

Minyak macadamia mengandung asam palmitat. Asam palmitat ditemukan dalam sebum manusia, tetapi menurun drastis pada usia dewasa. Minyak macadamia juga mengandung banyak asam oleat yang sangat bagus untuk melembutkan kulit, meregenerasi sel kulit, melembabkan kulit, dan merupakan anti-inflamasi alami. Kandungan asam linoleat membantu mengembalikan fungsi barrier kulit dan mengurangi transepidermal water loss (TEWL). Pitosterol juga ditemukan dalam jumlah efektif dimana sebagian besar terdiri dari B-sitosterol, campesterol dan stigmasterol. Pitosterol ini memiliki fungsi yang mirip seperti kortison yaitu dapat mengurangi rasa gatal, kemerahan, dan meredakan kulit yang teriritasi. Minyak macadamia juga mengandung squalene yang memberi manfaat dalam regenerasi sel dan bermanfaat sebagai antioksidan dengan melindungi kulit dari UV-induced lipid peroxidation (Wall, 2010).

Asam lemak yang sering digunakan pada kosmetik adalah asam palmitat yang merupakan bagian dari sebum kulit manusia. Kandungan asam palmitat yang terkandung pada minyak macadamia banyak diformulasikan untuk produk perawatan kulit (Navarro, 2016). Minyak macadamia mempunyai nilai manfaat yang baik, selain itu aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, dkk., 2009).

Minyak macadamia banyak dibuat sediaan dalam bentuk sabun wajah, krim

(46)

tangan, krim wajah, dan juga gel sebagai anti-aging. Minyak macadamia dengan konsentrasi 25% diformulasikan sebagai sediaan kosmetik untuk pemakaian topikal sebagai pencegahan dan pengobatan kulit kering, selain itu formulasi gel sebagai perbaikan kulit akibat sinar matahari dan mengurangi keriput digunakan minyak macadamia 0,2% sampai 2,7% (Navarro, 2016).

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Proses penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini meliputi pengujian aktivitas antioksidan, pembuatan sediaan masker gel peel-off minyak macadamia, evaluasi terhadap mutu fisik sediaan, pengumpulan relawan, uji iritasi terhadap sukarelawan, pengukuran kulit relawan, dan pengujian efektivitas anti-aging.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, labu tentukur, pipet volume, lumpang porselen, stamfer, cawan porselen, spatula, sudip, pot plastik, pipet tetes, alumunium foil, bola karet, neraca analitik (Boeco Germany), penangas air (Yenaco), pH meter (Hanna Instrumen), spektrofotometer UV/Vis (Shimadzu UV - 1800 Series), stopwatch, Viskometer Brookfield, skin analyzer, dan moisture checker (Aramo).

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak macadamia.

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah berkualitas pro analisis produksi Sigma DPPH (1,1–diphenyl–2-picrylhydrazyl), produksi E-Merck metanol, N-Heksan, vitamin C, polivinil alkohol (PVA), carbomer 940, propilenglikol, gliserin, nipagin, air suling.

(48)

3.2 Sukarelawan

Pemilihan sukarelawan berdasarkan kriteria inklusi antara lain wanita berusia antara 20-30 tahun, memiliki pola hidup sehat (tidak dalam kondisi tegang, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol dan nikotin).

Sukarelawan memiliki tanda-tanda penuaan dini, tidak sedang menderita dermatitis, serta tidak menderita penyakit kronis. Sukarelawan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan uji efektifitas sediaan sebagai anti-aging selama penelitian berlangsung, serta bersedia mengisi dan menandatangani surat pernyataan (informed consent) yang telah disediakan.

Surat pernyataan dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 75.

Kriteria eksklusi meliputi wanita dengan kelainan kulit pada daerah uji seperti luka dan penyakit kulit lainnya tidak dapat dimasukkan dalam penelitian, Selain itu wanita dengan riwayat alergi terhadap salah satu zat yang terdapat dalam sediaan juga tidak dapat dimasukkan dalam penelitian.

3.3 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak macadamia di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

3.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman DPPH 3.4.1 Prinsip metode peredaman DPPH

Kemampuan sampel uji dalam meredam DPPH (1,1–diphenyl–2- picrylhydrazyl) sebagai radikal bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi peredaman warna ungu DPPH) dengan nilai IC50 (Inhibitor Concetration)

Gambar

Gambar 2.1 Struktur anatomi kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Gambar 2.3 Struktur carbomer (Rowe, et al., 2009)
Gambar 2.8 Pohon dan buah macadamia (Ditjen Perkebunan, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di

Cara alami agar kulit putih dalam 1 hari pada prinsipnya adalah menghilangkan lapisan kulit bagian luar dimana terdapat sel – sel mati yang dapat menghambat pertumbuhan sel kulit

Pada jalur transelular, obat melewati kulit dengan menembus secara langsung lapisan lipid stratum korneum dan sitoplasma dari keratinosit yang mati.. Jalur ini merupakan

Pada jalur transelular, obat melewati kulit dengan menembus secara langsung lapisan lipid stratum korneum dan sitoplasma dari keratinosit yang mati.. Jalur ini merupakan

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah

Gambar.2 Epidermis Akar Kulit luar  Merupakan lapisan luar akar  Terdiri dari selapis sel yang tersusun rapat  Dinding sel: tipis dan mudah dilalui air  Sel-sel epidermis akan