• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Masker gel peel-off

2.7.1 Formula standar

Berdasarkan Rieger (2000) formula standar sebagai berikut:

R/ Polivinil alkohol 5–10%

Humektan 2–10%

Surfaktan 2–5%

Alkohol 10–30%

pH buffer pH 4–7 Pengawet q.s.

Parfum q.s.

Pewarna q.s.

Air suling ad 100

2.7.2 Bahan Pembuatan Masker Gel Peel-Off a. Polivinil alkohol

Gambar 2.2 Struktur polivinil alkohol (Rowe, et al., 2009)

Polyvinil alkohol memiliki sinonim alkoteks, lemol, gelvatol, polivinil alkohol polimer dan airvol. Polivinil alkohol berupa serbuk granul berwarna putih dan tidak berbau. Larut dalam air panas, sedikit larut dalam etanol 95% dan tidak larut dalam pelarut organik (Rowe, et al., 2009).

Polivinil alkohol merupakan polimer sintetis terutama digunakan untuk sediaan topikal berfungsi sebagai zat peningkat viskositas. Polivinil alkohol umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Salah satu keunggulan PVA diantaranya dapat membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Selain itu film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antar obat dan kulit (Rowe, et al., 2009)

b. Carbomer

Gambar 2.3 Struktur carbomer (Rowe, et al., 2009)

Carbomer memiliki sinonim karbomera, karbopol, acipol, polimer asam akrilat dan asam poliakrilat. Carbomer merupakan serbuk berwarna putih, memiliki bau lemah serta besifat higroskopis dan asam. Carbomer digunakansebagai bahan pengental yang baik dan menghasilkan gel yang bening.

Carbomer digunakan sebagai pembentuk gel pada konsentrasi 0,5–2,0% (Rowe, et al., 2009).

c. Gliserin

Gambar 2.4 Struktur gliserin (Rowe, et al., 2009)

Pada sediaan topikal dan kosmetik gliserin digunakan sebagai humektan.

Gliserin tidak berwarna, tidak berbau, cairan kental bersifat higroskopis yang berasa manis (Rowe, et al., 2009).

d. Propilenglikol

Gambar 2.5 Struktur propilenglikol (Rowe, et al., 2009)

Propilenglikol berupa cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam menyerupai gliserin. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air, tidak larut dengan minyak mineral ringan, tetapi akan melarutkan beberapa minyak esensial. Konsentrasi propilenglikol yang biasa digunakan adalah 15 % (Rowe, et al., 2009).

e. Etanol 96%

Gambar 2.6 Struktur etanol (Rowe, et al., 2009)

Etanol 96% memiliki sinonim etil alkohol, etil hidroksida, metal karbinol yang digunakan sebagai disinfektan, antimikroba, dan pelarut (Rowe, et al., 2009).

f. Nipagin

Gambar 2.7 Struktur nipagin (Rowe, et al., 2009)

Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin).

Nipagin berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai

rasa, kemudian agak membakar, diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan 15 dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Ditjen POM, 1979).

Nipagin umumnya digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetik, dalam penggunaan nipagin sering dikombinasikan dengan paraben lain ataupun pengawet lain. Nipagin (0,18%) dikombinasi dengan propil paraben (0,02%) telah banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetika parenteral. Penggunaan nipagin dalam sediaan topikal lainnya adalah sebagai pengawet (anti mikroba) digunakan dengan konsentrasi 0,02-0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.8 Macadamia

Macadamia merupakan tanaman yang berukuran kecil sampai medium sampai setinggi 15 meter. Macadamia disamping untuk diambil buahnya dapat ditanam sebagai tanaman hias karena bentuknya yang menarik. Tanaman mulai menghasilkan buah setelah 6-7 tahun, kadang-kadang sampai 10-15 tahun (Ditjen Perkebunan, 2006)

Melihat prospeknya tanaman ini dapat dikembangkan mengingat macadamia telah tumbuh dengan baik di kebun raya Cibodas, kebun percobaan hortikultura Jawa Timur, kebun percobaan Balittro di Manoko, Lembang (tahun 2006 ada 327 pohon) dan Bogor sebagai tanaman koleksi serta dapat diproduksi dengan baik (Ditjen Perkebunan, 2006).

Indonesia kawasan beriklim tropis mirip di Hawai dengan lahan bertekstur lempung ringan sampai sedang dengan pH 5-5,5 cukup banyak, seperti kepulauan Maluku atau dikenal dengan provinsi seribu pulau, nampaknya mendekati kepulauan Hawai. Tanaman macadamia cocok sebagai tanaman diversifikasi pada kebun kopi arabika dengan ketinggian tempat lebih dari 700 mdpl. Populasi tanaman macadamia sebagai tanaman diversifikasi sekitar 30-40 pohon/ha. (Ditjen Perkebunan, 2006).

Gambar 2.8 Pohon dan buah macadamia (Ditjen Perkebunan, 2006)

Berdasarkan Ditjen Perkebunan (2006) di daerah Hawai tanaman macadamia merupakan tanaman utama dalam pengusahaan kebun buah-buahan yang di budidayakan mencapai 9000 hektar tanaman yang berproduksi, sedangkan di Australia tanaman macadamia yang di budidayakan mencapai 6000 ha, yang mana kacangnya merupakan jenis kacang-kacangan terbaik dan termahal di dunia.

Kacang hasil gongsengan dijual tanpa maupun dengan garam digunakan dalam berbagai hal termasuk:

a) Sebagai kudapan dapat dimakan baik mentah maupun disangrai digoreng dan digarami

b) Dipanggang dalam kue cake, biscuit dan dalam roti berukuran kecil

c) Perusahaan yang menjual permen menggunakan macadamia di dalam coklat dan permen, digunakan separuh atau utuh

d) Dapat meningkatkan rasa pada ikan dan sup serta salad

e) Kualitas minyak sangat baik, tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal 2.8.1 Taksonomi tanaman macadamia

Sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman macadamia diklasifikasikan sebagai berikut (Ditjen Perkebunan, 2006)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Proteales Family : Proteaceae Genus : Macadamia

Spesies : Macadamia integrifolia 2.8.2 Minyak macadamia

Minyak macadamia adalah minyak nabati yang unik karena tinggi asam lemak tak jenuh tunggal, dan mengandung vitamin E (tokotrienol dan tokoferol) yang merupakan antioksidan alami. Antioksidan ini dapat mengurangi peradangan dan stres oksidatif kulit (Wall, 2010). Minyak nabati ini dapat berpenetrasi dalam kulit karena komponen di dalamnya sangat mirip dengan minyak alami kulit serta berfungsi untuk mempertahankan kelembaban dan menutrisi kulit. Komposisi minyak macadamia memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga sering digunakan sebagai produk perawatan kulit dan juga anti-aging.

Minyak macadamia selain mempunyai nilai manfaat yang baik, dan aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, dkk., 2009).

Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membrane sel. Vitamin E mempunyai kemampuan untuk melindungi membrane sel dari radikal bebas. Pada membrane sel vitamin E mengumpulkan radikal bekas sehingga melindungi asam lemak tak jenuh, protein dan kerusakan oksidatif kulit (Linder, 1992)

Minyak macadamia mengandung asam palmitat. Asam palmitat ditemukan dalam sebum manusia, tetapi menurun drastis pada usia dewasa. Minyak macadamia juga mengandung banyak asam oleat yang sangat bagus untuk melembutkan kulit, meregenerasi sel kulit, melembabkan kulit, dan merupakan anti-inflamasi alami. Kandungan asam linoleat membantu mengembalikan fungsi barrier kulit dan mengurangi transepidermal water loss (TEWL). Pitosterol juga ditemukan dalam jumlah efektif dimana sebagian besar terdiri dari B-sitosterol, campesterol dan stigmasterol. Pitosterol ini memiliki fungsi yang mirip seperti kortison yaitu dapat mengurangi rasa gatal, kemerahan, dan meredakan kulit yang teriritasi. Minyak macadamia juga mengandung squalene yang memberi manfaat dalam regenerasi sel dan bermanfaat sebagai antioksidan dengan melindungi kulit dari UV-induced lipid peroxidation (Wall, 2010).

Asam lemak yang sering digunakan pada kosmetik adalah asam palmitat yang merupakan bagian dari sebum kulit manusia. Kandungan asam palmitat yang terkandung pada minyak macadamia banyak diformulasikan untuk produk perawatan kulit (Navarro, 2016). Minyak macadamia mempunyai nilai manfaat yang baik, selain itu aman dibuat sebagai produk kosmetik (Akhtar, dkk., 2009).

Minyak macadamia banyak dibuat sediaan dalam bentuk sabun wajah, krim

tangan, krim wajah, dan juga gel sebagai anti-aging. Minyak macadamia dengan konsentrasi 25% diformulasikan sebagai sediaan kosmetik untuk pemakaian topikal sebagai pencegahan dan pengobatan kulit kering, selain itu formulasi gel sebagai perbaikan kulit akibat sinar matahari dan mengurangi keriput digunakan minyak macadamia 0,2% sampai 2,7% (Navarro, 2016).

BAB III

Dokumen terkait