• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-aging

4.6.1 Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture chacker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya efek peningkatan kadar air pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.9. Awal setelah pemakaian masker

7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

Keterangan: Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012),

F0 : Masker gel peel-off tanpa minyak macadamia (blanko), F1:

Masker gel off minyak macadamia 2,5%, F2 : Masker gel peel-off minyak macadamia 5%, F3 : Masker gel peel-peel-off minyak macadamia 7,5%, F4 : Masker gel peel-off minyak macadamia 10%

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kondisi kulit yang memiliki kelembaban kulit dehidrasi mejadi normal. Persentase kadar air pada kulit wajah sukarelawan meningkat yaitu sebesar 20,78% (F1), 24,99% (F2), 30,73% (F3), dan 37,04%

(F4). Sedangkan persentase kadar air kulit pada blanko juga mengalami peningkatan yaitu naik 7,82% yang disebabkan oleh gliserin yang terdapat dalam formula bersifat sebagai humektan yang dapat menarik air dari lingkungan sehingga kulit terhidrasi.

Keterangan: Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012), F0 : Masker gel peel-off tanpa minyak macadamia (blanko), F1 : Masker gel off minyak macadamia 2.5%, F2 : Masker gel peel-off minyak macadamia 5%, F3 : Masker gel peel-peel-off minyak macadamia 7.5%, F4 : Masker gel peel-off minyak macadamia 10%

Gambar 4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan

Grafik peningkatan kadar air kulit pada pemakain masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia selama 28 hari perawatan. Pada Gambar 4.2

menunjukkan bahwa pemakaian masker gel peel-off memberikan efek terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan. Kadar air kulit meningkat setelah penggunaan masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia selama 28 hari perawatan.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kadar air yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 90.

Kulit manusia terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan epidermis (kutikula) dan lapisan dermis (korium). Di dalam lapisan epidermis terdapat lapisan yang sangat penting yaitu lapisan tanduk (korneum). Lapisan tanduk (korneum) mempunyai daya mengikat air yang sangat besar (Santosa dan Gunawan, 2011). Lapisan epidermis dan dermis memiliki kadar air berkisar 80%, dan pada bagian teratas lapisan epidermis terdapat lapisan keratin yang hanya memiliki kadar air sejumlah 10-30% (Prianto, 2014).

Kandungan air pada kulit sehat adalah minimal sebesar 60% agar kulit tetap lembut, kenyal, cerah, memasok sel dengan nutrisi yang cukup sehingga kulit tetap lembut dan berfungsi dengan baik (Bentley dan Whitten, 2007). Untuk fungsi fisiologisnya kulit memerlukan lemak dan air. Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan-bahan dalam lapisan tanduk yang bersifat higroskopis dapat menyerap air dan berada dalam hubungan yang fungsional disebut Natural

Moisturizing Factor. Kemampuan stratum korneum untuk mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kemampuan kulit dalam menyerap (absorbsi) sangat dipengaruhi oleh metabolisme, kelembaban dan ketebalan kulit (Darmawan, 2013).

4.5.3 Noda (Spot)

Pengukuran jumlah noda (Spot) dilakukan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aramo lensa perbesaran 60x dengan lampu warna sensor jingga.

Hasil pengukuran jumlah noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.10 Awal setelah pemakaian masker

7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

(blanko), F1: Masker gel peel-off minyak macadamia 2,5%, F2:

Masker gel peel-off minyak macadamia 5%, F3: Masker gel peel-off minyak macadamia 7,5%, F4: Masker gel peel-off minyak macadamia 10%

Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya efek penurunan jumlah noda pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

Persentase penurunan jumlah noda pada kulit wajah sukarelawan yaitu sebesar 27,34% (F1), 29,60% (F2), 32,57% (F3), dan 37,51% (F4), sedangkan persentase jumlah noda pada blanko merupakan penurunan paling rendah yaitu hanya sebesar 6,17%, grafik penurunan jumlah noda pada pemakaian masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Keterangan: Sedikit noda 0-19; Banyak noda 20-39; Sangat banyak noda 40-100 (Aramo, 2012), F0 : Masker gel peel-off tanpa minyak macadamia (blanko), F1 : Masker gel peel-off minyak macadamia 2,5%, F2 : Masker gel off minyak macadamia 5%, F3 : Masker gel peel-off minyak macadamia 7,5%, F4 : Masker gel peel-peel-off minyak macadamia 10%

Gambar 4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah noda pada kulit wajah sukarelawan

Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pemakaian masker gel peel-off memberikan efek terhadap penurunan jumlah noda pada kulit wajah sukarelawan.

Jumlah noda berkurang setelah penggunaan masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap jumlah noda pada wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan adanya perbedaan jumlah noda yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 94.

Mulyawan dan Suriana (2013) menyebutkan bahwa noda hitam (hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang belum menua oleh karena berbagai penyebab. Hiperpigmentasi juga disebabkan oleh karena berkurangnya enzim katalisator dopa yang berguna untuk proses pembentukan melanin (Putro, 1997). Timbulnya bercak pada kulit akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Pada umumnya bercak-bercak hitam ini muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar UV (Bogadenta, 2012). Bercak-bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet dari matahari yang menembus lapisan epidermis kulit, juga dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan, seperti asap kendaraan dan berbagai pencemaran lainnya yang merupakan sumber radikal

bebas penyebab kerusakan kulit (Hembing, 2008). Bercak hitam ini akan terlihat jelas pada orang dengan warna kulit putih, sedangkan pada kulit yang gelap tidak begitu tampak (Darmawan, 2013).

4.5.4 Keriput (wrinkle)

Pengukuran jumlah keriput (wrinkle) dilakuan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aramo lensa perbesaran 10x dan dengan warna lampu sensor biru. Hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan

Formula

Keriput %

Pemulihan Awal setelah pemakaian masker

7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

Rata-rata 27,7 25,7 22,3 20,3 18,0 34,94 Keterangan: Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100

(Aramo, 2012), F0 : Masker gel peel-off tanpa minyak macadamia (blanko), F1 : Masker gel peel-off minyak macadamia 2,5%, F2 : Masker gel off minyak macadamia 5%, F3 : Masker gel peel-off minyak macadamia 7,5%, F4 : Masker gel peel-peel-off minyak macadamia 10%

Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya efek penurunan jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

Persentase penurunan jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan yaitu sebesar 17,35% (F1), 21,51% (F2), 26,74% (F3), 34,94% (F4). Sedangkan persentase jumlah keriput pada blanko merupakan penurunan paling rendah yaitu hanya turun sebesar 3,85%.

Grafik penurunan jumlah keriput pada pemakaian masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Keterangan: Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012), F0 : Masker gel peel-off tanpa minyak macadamia (blanko), F1 : Masker gel peel-off minyak macadamia 2,5%, F2 :

Masker gel off minyak macadamia 5%, F3 : Masker gel peel-off minyak macadamia 7,5%, F4 : Masker gel peel-peel-off minyak macadamia 10%

Gambar 4.4 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pemakain masker gel peel-off memberikan efek terhadap penuruan jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan. Jumlah keriput menurun setelah penggunaan masker gel peel-off yang mengandung minyak macadamia.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap jumlah keriput pada wajah sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan antar formula. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah keriput yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3, dan F4 (nilai p<0,05). Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 98.

Kulit terus menerus terpapar radikal bebas yang menyebabkan kerusakan DNA, protein, dan membran keratonosit, sehingga terjadi penuaan dini sel-sel kulit. Ketika terpapar sinar ultraviolet, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan penuaan kulit disertai dengan kerutan dan penurunan elastisitas kulit (Pouillot, et al., 2011). Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah peregangan (Darmawan, 2013).

Paparan sinar UV yang berlebihan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan. Sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan struktur kulit pada lapisan kolagen dan elastin (Prianto, 2014). Kondisi ini disebabkan oleh perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga kelenturan kulit menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya.

Pada proses menua, tulang dan otot mengalami atropi (pengecilan), jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan kulit tipis disertai kehilangan daya kenyalnya sehingga membuat terbentuknya kerutan-kerutan dan lipatan-lipatan kulit (Putro, 1997). Perubahan-perubahan ini akan sangat mempengaruhi penampilan dan secara langsung akan memperlihatkan gambaran bahwa seseorang telah memasuki usia senja (Hembing, 2008).

BAB V

Dokumen terkait