• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLABORASI, ADAPTASI BARU PENGUATAN KARAKTER DI MASA PANDEMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOLABORASI, ADAPTASI BARU PENGUATAN KARAKTER DI MASA PANDEMI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 KOLABORASI, ADAPTASI BARU PENGUATAN KARAKTER DI MASA

PANDEMI

Sekolah sepi. Koridor begitu lengang. Keceriaan anak-anak murid yang biasanya saya temui tiap pagi sirna sejak beberapa bulan lalu. Pandemi membuat segalanya berubah. Pagi itu, saat berjalan melintas di ruang-ruang kelas. Menengok sesekali ke jendela yang mulai buram karena lama tidak tersentuh tangan-tangan siswa yang selalu bersemenagt membersihkannya. Kali ini, wajah pendidikan di sekolah secara cepat telah berubah. Saya teringat hiruk pikuk dan lalu lalang siswa menjadi tontonan wajib yang menghiasi sekolah. Banyak aktivitas seperti piket kelas, piket halaman dan kebun, hingga akhirnya pembelajaran dimulai. Tegur, sapa, salam semuanya terjadi secara langsung. Kontak mata dan bentuk komunikasi nonverbal lainnya dapat diekspresikan tanpa ragu. Perubahan besar terjadi tanpa menunggu kesiapan kita. Wabah korona ini mengingatkan kita untuk selalu siap sedia. Siap menghadapi perubahan besar. Perubahan wajah pendidikan di Indonesia yang tatap muka secara dratis menjadi model pembelajajran jarak jauh (PJJ). Baik itu PJJ dalam jaringan (daring), PJJ luar jaringan, atau kombinasi (blended learning). Apa yang menjadi kebiasaan lama kini berganti dengan kebiasaan baru.

Berbicara tentang di sekolah dasar, pendidikan dasar menjadi pondasi utama pendidikan bagi jenjang berikutnya. Sebagai pondasi, maka keberhasilan proses pendidikan di tingkat dasar perlu menjadi perhatian setiap kalangan pendidikan. Keberhasilan pendidikan pada tingkat ini tidak hanya mengacu pada hasil belajar, melainkan pada upaya menghasilkan lulusan yang cerdas dan berkarakter. Karakter seseorang tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, dilatih, dan dikelola secara bertahap (Rahmawati, 2012). Karakter memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

Pentingnya menjaga karakter

Pendidikan karakter muncul sebagai upaya membangun integritas anak. Usia sekolah dasar merupakan tahap penting bagi pelaksanaan pendidikan karakter, bahkan hal yang merupakan fundamental bagi kesuksesan

(2)

2 pengembangan karakter anak. Pada usia sekolah dasar, anak mengalami perkembangan fisik dan motorik. Tidah hanya perkembangan fisik dan motoric, anak akan mengalami perkembangan kepribadian, watak emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti, dan moralnya yang bertumbuh pesat. Pada kondisi awal ini menjadi fase penting untuk menanamkan pendidikan karakter agar memperoleh hasil yang optimal.

Pada dunia pendidikan, pembentukan karakter siswa merupakan tanggung jawab semua pihak, yaitu: kepala sekolah, guru, serta pelibatan keluarga (informal) maupun masyarakat luas. Pemangku kepentingan ini harus memiliki komitmen untuk membentuk, membangun, dan mempertahankan penguatan dan penanaman karakter bagi anak. Namun, di tengah pandemi dengan sistem pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka penuh ini menjadi tantangan bagi pelaku pendidikan. Perlu disadari bahwa pendidikan karakter anak sebenarnya bukan hanya tanggung jawab sekolah saja melainkan orang tua. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Keluarga menjadi bagian pendidikan informal menjadi kunci penentu keberhasilan pendidikan. Di sisi lain, guru harus menemukan strategi pembelajaran yang mampu mengintegrasikan pendidikan karakter pada materi yang disampaikan.

Upaya guru

Di tengah keterbatasan untuk bertemu secara fisik, guru harus tetap hadir di tengah-tengah siswa dalam pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak pendidikan formal memiliki peranan penting. Guru dapat melakukan upaya integrasi penanaman nilai karakter ke dalam muatan pembelajaran. Penanaman karakter itu bersifat holistik, artinya tak dapat terpisahkan dari peran guru sebagai teladan di sekolah. Guru harus sungguh-sungguh dalam menanamkan karakter kepada siswanya agar nantinya siswa mempunyai kepribadian yang lebih baik lagi. Maka dari itu sekolah harus membiasakan pendidikan karakter melalui penanaman nilai karakter dalam berbagai strategi untuk membentuk siswa yang berkarakter.

Guna menghadapi tantangan ini, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan pola pembelajaran. Diagnostik awal ini menjadi langkah bagi guru

(3)

3 menentukan model pembelajaran yaitu pembelajaran dalam jaringan, pembelajaran luar jaringan, ataupun mengombinasi keduanya. Diagnotik awal bertujuan untuk menganalisis keunggulan maupun kelemahan yang terjadi. Keunggulan meliputi ketersedian sarana yang dimiliki siswa, minimal smartphone. Kemudian, bagi siswa yang memiliki keterbatasan sarana smartphone, guru dapat menyediakan tugas-tugas yang dapat dikerjakan secara luring. Pemetaan ini harus dilakukan di awal agar pembelajaran yang dilakukan dapat tepat sasaran. Kemudia, tahap selanjutnya berkaitan dengan menanamkan karakter bagi siswa, guru harus menganalisis tema dan mengintegrasikan nilai karakter di dalamnya. Analisis tema yang dilakukan guru dapat mengacu pada kurikulum nasional ataupun kurikulum kondis khusus. Sebagai contoh, pada Tema 1 Diriku di Kelas 1, guru dapat menekankan pada pentingnya sikap mandiri. Sikap untuk menghargai diri sendiri, bersyukur kehadapan Tuhan yang Esa atas anugerah yang diberikan seperti sehat. Perlu disadari bahwa penanaman karakter tumbuh dari pembiasaan-pembiasaan yang dapat diberikan. Pembiasan merupakan sesuatu yang dilakukan secara rutin dan terus menerus agar menjadi kebiasaan.

Pembiasaan dan Pendampingan

Dalam hal pelaksanaan pembelajaran secara daring, materi yang disajikan guru baik berupa rangkuman materi maupun video selalu mengingatkan siswa dengan pembiasaan. Misal, pembiasaan mengawali pertemuan dengan pemberian salam dan doa sebelum pembelajaran di mulai. Penanaman karakter harus dibiasakan dan diamalkan secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan dan terbentuk karakter sesuai yang diinginkan. Beberapa karakter yang muncul dari pembiasaan pembelajaran sebagai berikut. Pertama, Religiositas. Pembiasaan karakter ini dapat dilakukan dengan arahan untuk berdoa sebelum mulai belajar, setelah belajar, dan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Pembiasaan berdoa merupakan cerminan nilai sila Ketuhanan yang Esa. Mengucap syukur adalah bentuk nyata pengalamalan nilai sila pertama Pancasila.

Kedua, Peduli. Kegiatan belajar di rumah tidak hanya menuntut

(4)

4 Pembiasaan tugas untuk membersihkan tempat tidur, halaman, dan menjaga kebersihan lingkungan menjadi bagian karakter peduli yang harus ditanamkan pada diri siswa. Disisi lain, kepedulian siswa terhadap kebersihan diri dan lingkungan menajdi bagian menghargai nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial. Bayangkan saja jika siswa abai terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Lingkungan rumah yang kotor akan mengurangi kualitas kesehatan penghuninya. Ketiga, jujur dan mandiri. Karakter ini dapat dibiasakan dengan mengajak siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri dan merupakan hasil karyanya sendiri. Yakinkan siswa bahwa kemandirian dan kejujuran dalam menyelesaikan tugas ini penting. Mandiri dalam ruang lingkup pribadi mencerminkan bentuk nasionalisme. Dengan membangun semangat untuk menyelesaikan tugas secara mandiri sejak dini, maka anak dilatih untuk menghargai kemampuan sendiri. Anak akan menganl yang mana tugas yang harus dikerjakan secara mandiri dan yang mana merupakan tugas bersama. Dalam hal kerja sama, menghargai perbedaan baik pendapat maupun pilihan dapat terjadi ketika siswa belajar di rumah. Keempat, disiplin dan tanggungjawab. Disiplin nampak dari tepat waktu atau tidaknya siswa dalam menyelesaikan materi ataupun tugas yang disepakati dalam pembelajaran. Disiplin merupakan kunci keberhasilan Dengan disipilin, siswa terbiasanya menyelesaikan tugas tepat waktu.

Selain bentuk pembiasaan, guru juga dapat melakukan pendampingan. Pendampingan yang dapat dilakukan guru dengan melakukan komunikasi secara virtual. Tidak hanya dengan mengirim chat melalui whatsapp atau pesan singkat, sesekali guru dapat mengajak siswa berdiskusi angsung menggunakan telepon atau videocall. Pada tahap ini guru dapat mengeksplorasi pengalaman siswa selama belajar di rumah. Diskusi melalui telepon ini juga memberikan gambaran bagi guru dan mengonfirmasi berkaitan kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Rutinitas dan konsistensi guru melakukan pendampingan akan berdampak pada terbangunnya rasa saling menghargai antara guru dan siswa. Siswa maupun guru yang terbiasa bertatap muka menjadi rindu untuk saling menyapa.

(5)

5 Kesadaran peran

Selama melaksanakan pembelajaran di rumah, keluarga mempunyai peran dalam hal pengawasan atau control. Di sisi ini, pelibatan orang tua dalam membangun pembiasaan karater ini menjadi kunci keberhasilan yang tidak dapat dimungkiri peranannya. Saat mengerjakan tugas yang diberikan guru, orang tua hendaknya tidak mengambil peran menjadi siswa. Artinya, tugas sekolah tidak dikerjakan oleh orang tua dengan alasan ingin meningkatkan nilai sang anak. Disinilah peran pengawan atau control yang dimaksud. Peran orang tua pada saat siswa mengerjakan tugas terbatas pada proses menemani belajar. Karakter anak akan tumbuh berdasarkan keteladanan orang tua. Apa yang dilakukan orang tua akan diamati secara langsung oleh anak, kemudian anak akan meniru apa yang dilihat, didengar, dirasa, dan dilakukan oleh orang tuanya.

Fungsi keluarga sebagai peletak dasar pendidikan dan persiapan anak dalam menempuh kehidupan di masa depan. Di keluarga, tujuan pendidikan yang tersirat adalah membentuk anak menjadi pribadi yang mantap, beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Keluarga menjadi wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan sesuatu pada anak, mengembangkan kemampuan seluiruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik. Masyarakat sebagai bagian dari pendidikan juga dapat berperan serta dalam mendukung pembiasaan-pembiasaan. Anak-anak kita tidak hanya berinteraksi di keluarga, namun mereka akan tubuh dan berkembang menjadi bagian masyarakat di lingkungannya. Berhasilnya pembiasaan karakter dalam keluarga tentunya berdampak pada terwujudnya masyarakat Indonesia yang madani.

Keberhasilan pendidikan bagi anak sangat ditentukan oleh berbagai unsur lingkungan yang ada dalam lingkungan pendidikan anak. Lingkungan pendidikan anak tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang terkenal dengan Tri Pusat Pendidikan. Di keluarga, orang tua memiliki andil untuk membantu guru (sekolah) dalam mengembangkan beragam aspek perkembangan anak termasuk karakter dengan cara menjalin kolaborasi.

(6)

6 Adanya kolaborasi ini, orang tua akan memperoleh pengalaman menjadi guru dalam hal mendidik anak-anaknya di rumah.

Tugas kita tidak hanya mengembangkan kecerdasan siswa saja akan tetapi juga berusaha membentuk kepribadian siswa menjadi manusia yang berwatak baik dan berakhlak. Di tengah keterbatasan sarana dan prasarana, kendala signal dan kuota, maupun akses informasi yang tengah melanda pendidikan di negara ini, maka kolaborasi menjadi salah satu solusi dalam memajukan pendidikan dengan tetap menguatkan nilai nilai karakter. Diakui bahwa keragaman geografis menjadi kendala dalam pemerataan pendidikan, terlebih lagi situasi seperti ini. Pandemi yang terjadi hendaknya tidak melemahkan kualitas pendidikan, melainkan harus menguatkan. Banyak hal yang dapat dilakukan. Mulailah dari hal sederhana secara konsiten. Guru mewujudkan pendidikan yang mengitegrasi nilai-nilai luhur Pancasila melalui penanaman karakter. Orang tua menjadi teladan dengan mengambil peran pendampingan, pengawasan terhadap anaknya. Masyarakat ikut serta menduukung kegiatan atau adaptasi kebiasaan baru yang dterjadi ditengah pandemi. Semua orang memiliki peran dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantara, setiap rumah adalah sekolah, dan setiap orang adalah guru, maka marilah bangun kolaborasi menuju Indonesia cerdas berkarakter.

Referensi

Dokumen terkait

Dokter gigi layanan primer sebagai first professional degree yang peran dan fungsinya adalah di pelayanan tingkat primer ( primary health services ) berfungsi sebagai gate-keeper

Haastatteluiden pohjalta siis tutkittiin oppilaiden suhtautumista luonnollisen kielen ja kuviokielen käyttämiseen osana matematiikan opetusta ja erityisesti tässä

Perbaikan Jalan dengan Rigid Pavement Perkerasan kaku ( Rigid Pavement ) adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa

Sementara itu, dengan kisaran ukuran lebar karapas antara 51,75"160,17 mm CW di S1 dan rajungan yang berukuran <Lm 50 tertangkap dengan jumlah masing-masing 34% dan 22%

4. Siswa diminta untuk mempelajarai materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya tentang menu seimbang sesuai dengan kelompok umur.. Melakukan pembukaan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Peran pembimbing akademik terhadap pembentukan karakter mahasiswa Jurusan Pen-

Bedanya, jika pada gelombang hellenisme pertama masih didominasi dengan pola-pola “impor” pengetahuan dari Yunani ke Islam dalam bentuk penerjemahan, gelombang

Kunci identifikasi tingkat spesies untuk Famili Miniopteridae (*Diketahui di Sumatera tetapi tidak 246 ditemukan di BBSL) 247 1.1. Kunci identifikasi tingkat subfamili untuk