• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VISUAL KRIYA KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS VISUAL KRIYA KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VISUAL KRIYA KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh :

MOHAMMAD ARIF AMIRUDDIN JABBAR 0900170

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

ANALISIS VISUAL KRIYA KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG

Oleh

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Mohammad Arif Amiruddin Jabbar Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MOHAMMAD ARIF AMIRUDDIN JABBAR (0900170)

ANALISIS VISUAL KERAJINAN KRIYA KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA KECAMATAN PAGADEN

KABUPATEN SUBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Drs. Yadi Rukmayadi, M.Pd. NIP. 196104011994031001

Pembimbing II,

Suryadi, S.Pd. M.Sn. NIP. 197307142003121001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar NIM. 0900170

ANALISIS VISUAL KERAJINAN KRIYA KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA KECAMATAN PAGADEN

KABUPATEN SUBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Penguji I,

Dr. Ayat Suryatna, M.Si. NIP. 196401031989011001

Penguji II,

Drs. Taswadi, M.Sn. NIP. 196501111994121001

Penguji III,

(5)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

ABSTRAK

Indonesia adalah negara yang kaya akan nilai seni tradisi dan budayanya yang beragam, unik, dan menarik yang tersebar di seluruh bagian nusantara. Kabupaten Subang merupakan bagian daerah wilayah provinsi Jawa Barat yang memiliki nilai tersebut, salah satunya dalam ruang lingkup seni rupa yaitu kerajinan kayu lame yang berada di kampung Saradan. Bentuk yang berbeda dari setiap jenisnya, dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan menjadi keunikan dan daya tarik tersendiri pada kriya ini. Dari asumsi tersebut, penulis termotivasi untuk meneliti kriya tersebut dalam skripsi dengan judul “ANALISIS VISUAL KRIYA

KAYU LAME DI KAMPUNG SARADAN DESA SUKAMULYA

KECAMATAN PAGADEN KABUPATEN SUBANG”. Rumusan masalah: 1) Apa bentuk yang dihasilkan kriya kayu lame di kampung Saradan desa Sukamulya kecamatan Pagaden kabupaten Subang? 2)Bagaimana teknik pembuatan kriya kayu lame di kampung Saradan desa Sukamulya kecamatan Pagaden kabupaten Subang? 3) Bagaimana bentuk visual kriya kayu lame di kampung Saradan desa Sukamulya kecamatan Pagaden kabupaten Subang? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka yang dibantu dengan menggunakan instrumen atau alat seperti kamera, handphone, dan alat tulis. Objek yang diteliti adalah kriya kayu lame bentuk topeng, cerita rakyat sisingaan, bentuk kucing, burung, dan bebek. Hasil dari penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu bentuk kriya kayu lame yang dihasilkan adalah bentuk figuratif seperti topeng, cerita rakyat, dan miniatur jenis binatang. Secara teknik pembuatan kriya kayu lame memiliki dua tahap, pertama tahap pembentukan objek dan kedua tahap finishing. Pada tahap atau proses pembentukkan dibagi lagi menjadi tiga tahap, yaitu memotong kayu yang dibentuk menjadi balok persegi, kemudian membuat pola gambar objek pada kayu tersebut, kedua membentuk objek tampak kasar, terakhir membentuk detail objek. Sedangkan pada proses finishing, dibagi menjadi dua tahap, pertama pewarnaan pada bentuk objek dan tahap akhir memberi pelapis kayu dengan menggunakan aqua wood finish. Bentuk visual kriya kayu yang dihasilkan ada yang bersifat deformatif dan ada juga yang bersifat modifikasi, selain itu bentuk kriya tersebut berbeda-beda baik dalam hal ukuran, penggunaan bahan, tekstur, warna dan garis. Kriya kayu lame fungsinya selain sebagai benda hiasan, juga sebagai nilai edukasi dan budaya. Dari nilai-nilai tersebut, hendaknya dari berbagai pihak untuk tetap melestarikan produk ini sebagai aset sekaligus sarana apresiasi dan kreasi untuk pembelajaran.

(6)

i

ABSTRACT

Indonesia is a country rich in tradition and cultural value of art is diverse, unique, and exciting scattered throughout the archipelago. Subang Regency is part of West Java province region that has such a value, one of them within the scope of art is lame wooden crafts that are Saradan Village. Different forms of any kind, and materials used in the manufacturing process are unique and special attraction at this craft. From these assumptions, the authors are motivated to investigate the craft in a thesis entitled " ANALYSIS OF VISUAL LAME WOOD CRAFT IN THE SARADAN VILLAGE SUKAMULYA DISTRICT PAGADEN SUBANG " . Formulation of the problem: 1) What forms of lame woodcraft produced hometown in Saradan, Pagaden - Subang? 2) What is the process or technique of making lame wooden craft in the village Saradan, Pagadan - Subang? 3) How does the visual form of the lame wooden craft in the village Saradan, Pagaden - Subang? This study uses descriptive qualitative approach. Collecting data in this study using interviews, documentation, and literature that assisted with the use of instruments or tools such as cameras, mobile phones, and stationery. The object under study is lame woodcraft mask form, sisingaan folklore, shape cats, birds, and ducks. The results of research based formulation of the problem is the form produced woodcraft is lame figurative forms such as masks, folklore, and miniature animals. In the technique of making lame woodcraft has two stages, the first stage of the formation of the object and the second finishing stage. On stage or formation process is divided into three stages, namely cut wood beams formed into a square, then make a pattern on the wooden image of the object, the second object looks rough form, the last forming the object details. While in the process of finishing, is divided into two phases, the first object shape and coloration in the final stages gives wood coatings by using aqua wood finish. Lame Woodcraft visual form that is produced there and some are deformatif be modified , but it forms the craft vary both in terms of size, use of materials, textures, colors and lines. Lame woodwork functions as decorative objects, as well as educational and cultural values. From these values, should be of various parties to remain preserve these products as well as asset appreciation and creation tool for learning.

(7)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

(8)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

3. Teknik Finishing Kriya Kayu ………... 32

D. Kayu Lame sebagai Bahan Produksi Kerajinan ………. 34

1. Sifat/Karakteristik Kayu Lame ………. 35

2. Kegunaan/Fungsi Kayu Lame ……….. 35

a. Menentukan Judul, Rumusan Masalah, dan Tujuan ………... 44

b. Pengumpulan Data ……….. 44

c. Tahap Pengolahan Data ……….. 45

d. Penyajian Data ……… 46

e. Pengambilan Kesimpulan ……… 46

B. Waktu, Lokasi, dan Objek Penelitian ………. 46

2. Teknik Pembuatan Kriya Kayu Lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang ……….….. 54

a. Kriya Kayu Lame Bentuk Topeng ………. 60

(9)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

a. Kriya Kayu Lame Bentuk Topeng ……….. 98

b. Kriya Kayu Lame Bentuk Cerita Rakyat Sisingaan ………… 107

c. Kriya Kayu Lame Bentuk Kucing ……….. 117

d. Kriya Kayu Lame Bentuk Burung ……….. 122

e. Kriya Kayu Lame Bentuk Bebek ……… 127

2. Analisis Bentuk Visual Kriya Kayu Lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang ….….. 132

a. Kriya Kayu Lame Bentuk Topeng ……….. 133

b. Kriya Kayu Lame Bentuk Cerita Rakyat Sisingaan ………… 141

c. Kriya Kayu Lame Bentuk Kucing ……….. 151

d. Kriya Kayu Lame Bentuk Burung ……….. 158

e. Kriya Kayu Lame Bentuk Bebek ……… 166

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 174

A. Kesimpulan ………. 174

B. Saran ………... 176

(10)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

DAFTAR TABEL

4.2 Alat dan Bahan Kriya Kayu Lame di Kampung Saradan …...….. 54 4.3 Proses Pembuatan Kriya Kayu Lame Bentuk Topeng ……... 60 4.4 Proses Pewarnaan dan Finishing Kriya Kayu Lame Bentuk

Topeng ……….. 63

4.7 Proses Pemotongan dan Pembentukan Karakter Orang-Orangan

Pada Sisingaan ……….. 68

4.8 Proses Perakitan Orang-Orangan Karakter Laki-Laki ...………….. 70 4.9 Proses Perakitan Karakter Orang-Orangan Perempuan ……… 72 4.10 Proses Pembuatan Karakter Sisingaan …….…………..………….. 73 4.12 Proses Finishing Kriya Kayu Lame Cerita Rakyat Sisingaan ……. 76 4.13 Proses Pembuatan Kriya Kayu Lame Bentuk Kucing ….……….... 79 4.14 Proses Pewarnaan Dan Finishing Kriya Kayu Lame Bentuk

Kucing ……….. 81

4.17 Proses Pembuatan Kriya Kayu Lame Bentuk Burung ………..…... 84 4.18 Proses Pewarnaan Dan Finishing Kriya Kayu Lame Bentuk

Burung ……….. 86

4.19 Proses Pembuatan Kriya Kayu Lame Bentuk Bebek Bagian

Badan ……….... 88

4.20 Proses Pembuatan Kriya Kayu Lame Bentuk Bebek Bagian

Kepala ……….. 90

4.21 Proses Penggabungan Bentuk Kepala dan Badan Bebek ………… 91 2.22 Proses Pewarnaan Dan Finishing Kriya Kayu Lame Bentuk

(11)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

4.6 Hasil Karya Hiasan Dinding Cerita Rakyat Sisingaan ……….. 67

4.11 Hasil Pembuatan Karakter Sisingaan ………. 75

4.32 Tahap Meraut/Menyayat Bentuk Karakter Orang-Orangan ………... 109

(12)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

4.46 Desain Sketsa Bentuk Bebek ……… 127

4.47 Tahap Pembentukan Badan Bebek ……… 128

4.48 Tahap Pembentukan Kepala Bebek ……….. 129

4.49 Tahap Penggabungan Kepala Dan Badan Bebek ………..… 130

4.50 Tahap Finishing Bebek ………. 131

4.51 Bentuk Topeng ……….. 133

4.52 Bentuk Garis Topeng ……… 136

4.53 Bentuk Tekstur Topeng ……… 137

4.54 Bentuk Motif Dan Warna Topeng ………….……… 139

4.55 Hasil Cerita Rakyat Sisingaan ……… 142

4.56 Bentuk Karakter Laki-Laki ……… 143

4.57 Bentuk Karakter Perempuan ………... 145

4.58 Bentuk Karakter Sisingaan ………. 146

4.59 Bentuk Posisi Dan Penempatan Sisingaan ………... 148

4.60 Bentuk Kucing ………... 152

4.61 Bentuk Garis Kucing ………. 154

4.62 Bentuk Bidang Kucing ……….. 155

4.63 Bentuk Warna Dan Tekstur Kucing ……….. 156

4.64 Bentuk Burung ……….. 159

4.65 Bentuk Garis Burung ………. 161

4.66 Bentuk Bidang Burung ……….. 162

4.67 Warna Dan Tekstur Burung ……….. 162

4.68 Bentuk Bebek ……… 166

4.69 Bentuk Garis Bebek ……….. 167

4.70 Bentuk Bidang Bebek ……… 169

(13)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan sejarahnya yang terdapat dari Sabang sampai Merauke. Indonesia juga memiliki keunikan keanekaragaman lainnya seperti keberagaman memeluk agama, adat istiadat daerah setempat, bahasa daerah, seni tradisi dan kebudayaan yang unik serta menarik.“Bhineka Tunggal Ika” sebagai ciri khas, aset dan sekaligus semboyan negara Indonesia yang berarti walaupun berbeda-beda baik suku adat istiadatnya, budayanya maupun bahasanya tetapi tetap satu jua satu negara yaitu Indonesia.

Sebagai pemersatu budaya Indonesia seni sangatlah berperan penting, sebab seni merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk pengetahuan masyarakat luas. Karya seni arsitektur Candi Borobudur dan Candi Prambanan memiliki fungsi penting misalnya, mendapatkan putri cantik. Lukisan di dinding goa yang terdapat di Sulawesi menggambarkan peristiwa kehidupan dahulu sedang berburu merupakan contoh yang ada bahwa peninggalan-peninggalan tersebut memiliki nilai makna dan cerita tentang kehidupan dahulunya yang perlu kita simpan dan lindungi. Contoh tersebut merupakan sebuah komunikasi yang di dalamnya mengandung pesan untuk kita pelajari.

Seni merupakan suatu gagasan pemikiran seseorang untuk menciptakan suatu karya yang memiliki nilai-nilai dan makna yang unik serta menarik, baik karya yang dibuatnya berupa seni murni maupun seni terapan. Kehidupan manusia baik sadar maupun tidak sadar, selalu dekat dengan seni untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yakni kebutuhan ekonomi, tradisi, spiritual, sosial dan budaya.

(14)

2

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Sukabumi, Indramayu, Sumedang, Subang, dan daerah-daerah lain juga memiliki kesenian tradisi serta kerajinan yang memiliki ciri khasnya masing-masing.

Menurut data yang ditulis dalam www.subang.go.id mengenai wilayah Subang, menjelaskan bahwa:

Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205.176,95 ha atau 6,34 % dari luas Provinsi Jawa Barat. Secara administratif, Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan kelurahan yang tergabung dalam 22 kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Camat, jumlah kecamatan bertambah menjadi 30 kecamatan.

Kabupaten Subang juga tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya yang memiliki kesenian tradisi dan kerajinannya yang khas. Diantaranya adalah Sisingaan, Nadran, Doger Kontrak, Gembyung, Mapag Dewi Sri, Ruwatan Bumi,

dan Toleat, merupakan contoh bentuk kesenian tradisi kabupaten Subang. Sedangkan bentuk kerajinannya adalah wayang golek, sisingaan, dan kriya kayu.

Penelitian ini, penulis tidak akan membahas semua kerajinan yang disebutkan di atas. Akan tetapi, penulis akan membahas khusus dalam ruang lingkup seni rupa salah satunya adalah kriya kayu. Kriya kayu merupakan salah satu dari jenis seni terapan yang fungsinya tidak selalu mementingkan nilai estetis atau keindahannya saja. Akan tetapi, seni terapan juga memperhatikan fungsi nilai kegunaannya. Nilai kedua tersebut dapat menghasilkan karya yang indah dan berguna baik dalam memuaskan jiwanya maupun dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kriya kayu adalah suatu bentuk seni yang dituangkan dalam bidang kayu dan biasanya dikerjakan atau dibentuk dengan tatah ukir, pisau raut dan sebagainya. Kayu yang biasanya digunakan antara lain: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka, lame, dan lain-lain. Hasil dari pada kerajinan atau kriya kayu bermacam-macam mulai dari benda pakai, hias, hingga sebagai benda mainan.

(15)

3

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

bebek-bebekan, ayam, macan, dan bentuk miniatur lainnya serta ada pula dengan hasil hiasan dinding kayu yang bertema cerita rakyat.

Kerajinan kayu lame di kampung Saradan, Pagaden – Subang, memiliki bentuk yang berbeda-beda, baik dalam bentuk maupun bahan yang digunakan. Secara utuh bahan utama yang digunakan adalah menggunakan kayu lame, tetapi dalam pembentukannya tidak hanya menggunakan kayu saja. Pada kriya ini juga terdapat penambahan bahan seperti kain batik, pita, dan kawat. Perpaduan antara kayu dengan bahan-bahan tersebut memiliki keunikan tersendiri dalam visualnya, sehingga menambah nilai estetis pada kriya kayu tersebut. Teknik pembuatan secara umum mungkin sama dengan kriya kayu lainnya seperti memahat, dan meraut atau menyayat dengan menggunakan pisau raut, namun di sini ada yang unik, sebab pada salah satu proses pengerjaannya ada yang menggunakan solder, sehingga hasil dari kerajinan tersebut tepatnya di kabupaten Subang yaitu di kampung Saradan memiliki keunikan serta memiliki ciri khas tersendiri dalam kerajinan kayunya.

Selain itu, terdapat pula teknik lukis hiasan motif seperti yang terdapat pada gambar 1.1 topeng. Namun teknik ini, belum terkenal dan menyebar seperti teknik solder karena menurut bapak Hernawan (pengrajin kriya kayu lame kampung Saradan), masih dalam tahap pengembangan. Namun dari kedua teknik yang ada, di sini penulis tidak fokus membahas teknik tersebut secara rinci dan detail, melainkan akan mengkaji mengenai bentuk atau unsur-unsur visual yang terdapat dalam kriya kayu lame, dan teknik pembuatan pun akan dibahas nantinya.

Berangkat dari pemikiran di atas, kerajinan tersebut merupakan lokal jenius khas Subang, sehingga penulis merasa tergerak dan termotivasi untuk meneliti bentuk visual kerajinan ukiran kayu tersebut (seperti pada gambar) dalam sebuah penelitian skripsi dengan judul “Analisis Visual Kriya Kayu Lame di Kampung

(16)

4

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian

1. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memudahkan proses penelitian, maka dalam pembahasan penelitian ini penulis akan membatasi kajian yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Deskripsi dibatasi pada bentuk yang dihasilkan kriya kayu lame di kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

b. Deskripsi dibatasi pada proses pembuatan kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

c. Deskripsi dibatasi pada unsur visual kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apa bentuk yang dihasilkan kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan khusus penelitian adalah mendeskripsikan secara ilmiah sekaligus memahami bagian terpenting dalam penelitian, diantaranya sebagai berikut:

a. Mengetahui bentuk yang dihasilkan kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang;

(17)

5

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

c. Mendeskripsikan bentuk dan unsur visual kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

2. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur seni rupa khususnya mengenai proses pembuatan dan bentuk visual kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan yang baru kepada akademik khususnya seni rupa umumnya semua masyarakat serta memberikan ide yang kreatif dalam berkarya seni rupa, yakni seni terapan kriya kayu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian bertujuan untuk memberikan sekaligus menambah ilmu pengetahuan, khususnya dalam seni rupa lebih khusus lagi mengenai kriya kayu.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian mengenai proses pembuatan dan bentuk atau model hasil kriya kayu lame di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :

a. Bagi Penulis

Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai proses pembuatan kriya kayu lame serta bentuk atau model yang dihasilkan karya dari pengerajin kriya kayu lame (Bapak Hernawan), dalam hal ini berarti teknik atau cara membuatnya dan hasil bentuk visual kriya kayu tersebut. Selain itu, juga menambah ide atau gagasan dalam menciptakan sebuah karya. b. Seniman atau pengerajin

(18)

6

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

kreasi untuk pembelajaran, sehingga karya yang dibuat semakin luas dan dapat dikenal lebih jauh oleh masyarakat.

c. Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan, penemuan baru dalam teknik dan gagasan dari hasil kriya kayu lame serta dapat dijadikan bahan pembelajaran apresiasi dan kreasi seni.

d. Masyarakat/Pembaca

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang seni kriya kayu lame baik dalam ide gagasannya maupun dalam teknik cara membuatnya.

E. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini, menjelaskan tentang latar belakang penelitian, batasan dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini, menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan untuk memperkuat analisis pada hasil penelitian. Diantaranya tinjauan umum seni rupa, seni kriya, kriya kayu, kayu lame sebagai bahan produk kerajinan, dan ornamen.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini, berisikan pembahasan tentang cara mengumpulkan data diantaranya yaitu, metode dan teknik pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, tahap-tahap analisis dan pengolahan data, lokasi dan objek penelitian.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

(19)

7

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

BAB V Kesimpulan dan Saran

(20)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kerajinan atau kriya kayu lame di kampung Saradan, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut penulis langsung berhadapan dengan responden untuk mengumpulkan data-data informasi yang dibutuhkan, baik dari lokasi, individu/kelompok pengrajin, bentuk hasil kerajinannya, maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi saat melakukan penelitian. Kemudian setelah informasi dan data-data terkumpul, penulis mendeskripsikan data-data yang kemudian diolah dalam tahap analisis hasil pembahasan.

Sebagaimana yang dikemukakan Sukmadinata, (2011: 60) menyebutkan bahwa:

Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Pendapat di atas sejalan menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2011: 47) mengemukakan bahwa:

Penelitian seni, sebagaimana juga penelitian kualitatif, dilakukan melalui katerlibatan di dalam lapangan atau situasi kehidupan nyata secara mendalam dan/ atau yang memerlukan waktu yang panjang. Peneliti seni harus mampu merasakan denyut dan getar-getar seni yang dikajinya, dia tidak sekedar mengamatinya dengan cara melihat dan mendengar saja. Dalam hal ini menjadi penting bagi peneliti untuk terlibat penuh dalam situasi kehidupan seni, yaitu situasi berlangsung normal, hal-hal yang biasa dilakukan, suasana yang mencerminkan kehidupan sehari-hari individu-individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi.

(21)

38

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Pada intinya penelitian kualitatif dengan metode deskriptif ialah peneliti melakukan kegiatan pengamatan langsung dalam melihat peristiwa dan momen apa saja yang penting pada saat penelitian. Dalam hal ini, peneliti tidak hanya fokus mengamati subjek penelitian. Akan tetapi, juga mengamati peristiwa yang ada disekitar, sehingga sumber data terkumpul dengan baik, dan pada akhirnya dapat dideskripsikan juga dengan baik.

2. Instrumen Penelitian

Gambar 3.1 Alat dokumentasi penelitian (Sumber: www.google.com)

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode-metode penelitian seperti observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi, memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Instrumen yang dimaksud yaitu kamera, telepon genggam untuk recorder, pensil, ballpoint, buku dan buku gambar. Kamera digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video. Recorder, digunakan untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data,

(22)

39

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Instrumen yang digunakan adalah melalui observasi dan wawancara. Observasi yang dilakukan peneliti meliputi apa saja fokus kajian yang diteliti yaitu sebagai berikut:

1) Karya seni, semua ekspresi seni yang dihasilkan atau diapresiasi, serta medium dan peralatan yang digunakan menjadi fokus kajian.

2) Ruang atau tempat, setiap gejala (benda, peristiwa, tindakan, dan orang) selalu berada dalam ruang dan tempat tertentu memungkinkan adanya pengaruh terhadap gejala-gejala yang diamati.

3) Pelaku, memiliki ciri atau peran tertentu terhadap suatu aktivitas yang dilakukan akan mempengaruhi apa yang diamati.

4) Kegiatan, dalam ruang dan tempat para pelaku melakukan kegiatan atau tindakan yang dapat mewujudkan interaksi.

5) Waktu, setiap kegiatan selalu berada dalam tahap-tahap waktu yang berkesinambungan. Seorang peneliti harus memperhatikan waktu dan urutan-urutan dari suatu tahap kegiatan, tetapi juga mungkin hanya memperhatikan kegiatan tersebut dalam satu jangka waktu tertentu saja secara parsial (keseluruhan).

6) Peristiwa, kejadian yang berlangsung yang melibatkan pelaku-pelaku yang diamati, baik bersifat rutin maupun biasa. Seorang peneliti yang baik harus memperhatikan setiap peristiwa yang diamatinya secara cermat.

7) Tujuan, dalam kegiatan yang diamati dapat juga terlihat tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku, seperti bentuk tindakan, ekspresi wajah, dan ungkapan bahasa.

8) Perasaan, para pelaku dalam kegiatannya mungkin juga menunjukan perasaan atau memperlihatkan ungkapan perasaan dan emosi dalam bentuk tindakan, perkataan, ekspresi wajah, dan gerak tubuh.

(23)

40

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

1) Bagaimana latar belakang kriya kayu lame di kampung Saradan, Pagaden - Subang?

a) Sejak kapan kriya kayu lame ada?

b) Siapa orang yang pertama mempunyai gagasan membuat kerajinan kayu lame?

c) Di mana tempat pembuatan kerajinan tersebut?

2) Alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan kriya kayu lame? 3) Bagaimana proses cara pengerjaan/pembuatan kriya kayu lame?

4) Bagaimana finishing dalam pengerjaan kriya kayu lame ?

5) Bentuk atau model apa saja yang dibuat dalam pembuatan kriya kayu lame? 6) Mengapa kayu yang dipilih menggunakan kayu lame?

7) Berapa lama waktu yang diperlukan dalam membuat 1 buah kriya kayu lame? 8) Dalam satu hari, berapa banyak hasil produk kayu lame yang dibuat?

9) Pada bentuk hasil yang telah jadi terdapat sebuah warna dan bentuk motif atau ornamen bunga dan binatang, apakah visual tersebut memiliki makna atau pesan yang disampaikan?

10)Apakah kerajinan kayu lame yang dibuat mendapat pengaruh dari budaya lain atau murni dari hasil gagasan sendiri?

11)Apakah fungsi dari kriya kayu yang dibuat Bapak Hernawan? 12)Apa kesulitan yang dirasakan pada saat membuat kriya kayu lame? 13)Apa kelebihan kayu lame terhadap kriya kayu yang dibuat?

14)Apa kelemahan kayu lame terhadap kriya kayu yang dibuat? 15)Bagaimana solusi dalam menutupi kelemahan kayu lame?

16)Bagaimana finishing yang dilakukan terhadap hasil dari kriya kayu lame? 17)Bagaimana pemasaran produksi kriya kayu lame?

a) Dijual kemana saja? b) Dijual kepada siapa saja?

(24)

41

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

3. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis lakukan, maka harus memiliki cara atau teknik untuk mendapatkan data atau informasi yang baik dan terstruktur serta akurat dari setiap apa yang diteliti, sehingga kebenaran informasi data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

a. Observasi

Diantara berbagai metode penelitian dalam bidang seni, metode observasi tampaknya merupakan metode yang penting dan harus mendapat perhatian selayaknya. Observasi mengungkapkan gambaran sistematis mengenai peristiwa, tingkah laku, benda atau karya yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Penggunaan metode observasi secara tepat yang sesuai dengan persyaratan yang digunakan dalam teknik-tekniknya, baik digunakan secara tersendiri maupun digunakan secara bersama-sama dengan metode lainnya dalam suatu kegiatan di lapangan, akan sangat bermanfaat untuk memperoleh data yang tepat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk melaksanakan metode observasi sebaik-baiknya perlu latihan dan pengalaman yang cukup, sekalipun banyak orang yang menganggap kegiatan mengobservasi merupakan kegiatan yang paling mudah serta dapat dilakukan secara sambil lalu. Mereka mungkin menganggap bahwa metode observasi merupakan kegiatan sehari-hari dan tidak memerlukan pemahaman yang mendalam. Sebab metode ini menggunakan mata untuk melihat dan mengamati segala sesuatu yang ada di sekeliling atau yang sedang kita hadapi, bahkan seringkali hal ini terjadi tanpa sengaja atau tanpa suatu rencana.

“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan

data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung” (Sukmadinata, 2011: 220). Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2011 : 182) dalam bukunya yang berjudul Metodelogi Penelitian Seni, mengemukakan bahwa :

(25)

42

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

laku, dan berbagai perangkatnya (medium dan teknik) pada tempat penelitian (studio, galeri, ruang pamer, komunitas,dsb.) yang dipilih untuk diteliti.

Tjetjep Rohendi Rohidi, (2011: 184-189) juga mengemukakan bahwa “…dalam observasi, terdapat setidak-tidaknya tiga macam metode observasi yaitu, observasi biasa, observasi terkendali, dan observasi terlibat”. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa macam observasi, diantaranya sebagai berikut.

a) Observasi Biasa

Peneliti yang menggunakan metode ini, tidak perlu terlibat dalam hubungan emosi dengan pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Penelitian ini juga tidak melakukan kontak atau komunikasi dengan pelaku seni yang diamatinya, melainkan hanya mengumpulkan informasi apa yang dilihat baik secara langsung oleh mata maupun dibantu dengan alat dokumentasi.

b) Observasi Terkendali

Observasi terkendali ini sama dengan observasi biasa yaitu tidak perlu terlibat dalam hubungan emosi dengan pelaku. Perbedaannya, pada observasi terkendali para pelaku yang akan diamati dipilih dan kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan dikendalikan oleh peneliti.

c) Observasi Terlibat

Observasi ini bentuk khusus observasi yang menuntut keterlibatan langsung pada dunia sosial yang dipilih untuk diteliti. Keterlibatan peneliti dalam penelitian memberi peluang yang sangat baik untuk melihat, mendengar, dan mengalami realitas sebagaimana yang dilakukan dan dirasakan oleh para pelaku, masyarakat serta kebudayaan setempat.

(26)

43

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

b. Wawancara/Interview

“Interview atau yang sering juga disebut wawancara atau kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara (nara sumber)” (Arikunto, 2006: 155). Pendapat di

atas sejalan dengan Ratna, (2010 : 222) dalam bukunya yang berjudul Metodelogi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Humaniora Pada Umumnya yang

menyatakan bahwa:

Wawancara (interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Wawancara melibatkan dua komponen, pewawancara yaitu peneliti itu sendiri dan orang yang diwawancarai.

Pendapat ke dua di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dapat digambarkan sebagai sebuah interaksi yang melibatkan antara pewawancara (orang yang bertanya) dengan yang diwawancarai (orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan), dengan maksud mendapatkan informasi yang sah dan dapat dipercaya.

c. Studi Pustaka dan Dokumentasi

(27)

44

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

4. Tahap-tahap Penelitian

Gambar 3.2 Skema Tahap Penelitian (Sumber: dokumentasi penulis, 2013)

a. Menentukan Judul, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian

Melalui tahapan ini, penulis menentukan judul penelitian terlebih dahulu dari sebuah ketertarikan terhadap informasi kriya kayu yang berada di kabupaten Subang, yang sebelumnya disetujui dalam bentuk proposal skripsi ke tahap penulisan skripsi. Setelah menentukan judul, kemudian mengangkat rumusan masalah penelitian yang menjadi pertanyaan ketertarikan penulis. Dari rumusan masalah tersebut kemudian menyebutkan tujuan daripada keingintahuan penulis terhadap kriya kayu tersebut, dalam hal ini mengenai teknik pembuatan dan bentuk visual kriya kayu lame.

b. Pengumpulan Data

(28)

45

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

penulis melakukan berbagai cara untuk mendapatkan informasi tersebut, diantaranya dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian dengan mengamati segala peristiwa, mewawancarai pelaku/pengrajin kriya kayu tersebut, mendokumentasikan kegiatan berkaitan dengan kriya kayu, dan mencari data dari sumber yang berkaitan. Dari kegiatan tersebut, maka penulis mendapatkan hasil dari data dan informasi yang diinginkan.

c. Tahap Pengolahan Data

Data yang sudah didapat dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka, kemudian di rangkum dan diseleksi. Merangkum dan menseleksi data didasarkan pada pokok permasalahan yang telah ditetapkan dan dirumuskan sebelum kegiatan penelitian berlangsung, sekaligus mencakup proses penyusunan data ke dalam berbagai fokus, kategori atau permasalahan yang sesuai. Pada akhir tahap ini, semua data yang relevan diharapkan telah tersusun dan terstruktur sesuai kebutuhan.

Teknik analisis data dilaksanakan dalam suatu proses. Proses pelaksanaanya harus sudah dimulai sejak awal sampai akhir penelitian. Oleh karena itu, semua data dan informasi yang didapat pada suatu penelitian harus segera dituangkan kedalam tulisan dan dianalisis.

Menurut Soegiono (2003: 335), menjelaskan mengenai analisis sebagai berikut:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(29)

46

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

d. Penyajian Data

Setelah proses data, selanjutnya data diolah atau dianalisis kembali dengan menyusun atau menyajikannya dalam bentuk uraian, tabel, gambar, dan dideskripsikan secara sistematis.

e. Pengambilan Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan proses penyajian data, secara langsung penulis akan memahami apa yang ditulis dari hasil pengolahan bahan penelitian, sehingga mendapatkan poin-poin yang penting untuk dijadikan kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan dari penelitian.

B. Waktu, Lokasi dan Objek Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian terhadap kriya kayu lame di kampung Saradan desa Sukamulya kecamatan Pagaden kabupaten Subang, berlangsung cukup lama yaitu kurang lebih selama lima bulan, dari awal September 2013 hingga Januari 2014. Selama itu juga, penulis atau peneliti melakukan berbagai kegiatan dengan bapak Hernawan dan rekan-rekannya, baik pengamatan maupun pengolahan data yang disajikan dalam bentuk deskriptif.

(30)

47

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Gambar 3.3 Lokasi pembuatan kerajinan atau kriya kayu Di Kampung Saradan (Rumah Bapak Hernawan)

(Sumber: dokumentasi penulis, 2013)

Tempat atau lokasi yang digunakan penulis sebagai lokasi penelitian yang membahas tentang kerajinan atau kriya kayu lame yaitu di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Kampung tersebut merupakan daerah yang subur akan persawahannya. Masyarakat daerah tersebut memiliki beragam bahasa yang digunakan, sebagian ada yang menggunakan bahasa Sunda dan sebagian lainnya ada yang menggunakan bahasa Jawa. Hal ini karena kecamatan Pagaden kabupaten Subang ini dekat dengan Kabupaten Indramayu. Di samping itu, mata pencaharian masyarakat juga beragam, ada yang menjadi petani, pedagang, wiraswasta, pendidik, pengrajin dan lain-lain.

Menurut bapak Hernawan selaku narasumber penelitian, kampung tersebut dulu sangat terkenal sebagai kampung pengrajin, bahkan sebagai pusat atau sentral kerajinan yang paling terkenal pada saat itu. Di Kampung Saradan ini berbagai kerajinan dari kayu lame dibuat. Banyak ragam jenis yang dibuat antara lain berupa bentuk topeng, wayang golek, sisingaan, dan miniatur binatang (bebek-bebekan, kucing, burung, ayam, dan lain sebagainya).

3. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, diperlukan data-data atau informasi dari sumber yang dapat memberikan informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan penelitian. Oleh karena itu, diperlukan objek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi yang diperlukan. Sesuai dengan judul penelitian yang telah diuraikan pada Bab I, objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah bentuk visual (topeng, cerita rakyat sisingaan, kucing, burung, bebek) kerajinan atau

(31)

48

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Gambar 3.4 Kegiatan berkarya kerajinan kayu lame (Sumber: dokumentasi penulis, 2013)

4. Perkembangan Kriya Kayu Lame

Kerajinan kriya kayu lame merupakan kerajinan asal dari daerah Kabupaten Subang, yaitu terletak di Kampung Saradan RT 05 RW 01 Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, tepatnya berada disalah satu rumah seorang pengrajin kerajinan tersebut yang bernama Bapak Hernawan.

Beliau memulai berkarya seni kerajinan kriya kayu lame sejak tahun 1992. Menurutnya, usaha kerajinan yang digelutinya hingga sekarang adalah peninggalan usaha milik sang ayah yakni Bapak Rohata, dari sang ayah beliau belajar cara membuat kerajinan kayu.

Sebelum memulai usahanya sendiri, beliau terlebih dahulu bekerja sebagai pengrajin disebuah usaha kerajinan bersama orang Kanada kurang lebih selama 16 tahun. Selama itu pula, beliau mendapatkan berbagai pengalaman baik dalam hal teknik pengerjaan, membuat bentuk kerajinan, hingga dapat mengelola pemasaran kerajinan tersebut. Barulah pada tahun 2008 memutuskan untuk mandiri menciptakan kerajinan sendiri sesuai kemampuan yang dimiliki. Karya yang dibuat antara lain berupa miniatur jenis binatang, sisingaan, wayang golek, topeng, dan sebagainya.

(32)

49

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

sang ayah rupanya membuat bapak Hernawan terus mengembangkan bentuk-bentuk karyanya, baik dilihat dari segi kegunaan/fungsi maupun nilai jual itu sendiri.

Dilihat dari segi teknik cara membuatnya, dulu kerajinan kriya kayu lame hanya membuat bentuk kerajinan miniatur binatang dengan teknik solder. “ya, teknik solder merupakan ciri khas dari kerajinan kami. Tapi sekarang, kami juga memiliki teknik lain yaitu teknik lukis dengan dihiasi motif-motif”. Ujar pak Hernawan. Teknik solder memang ciri khas kerajinan tersebut, dan orang sudah mengenal bahwa teknik ini memang ciri khas kampung Saradan. Luar kota seperti, Bandung, Yogyakarta, Bali, hingga Iran dan Korea pernah memesan produk kerajinan kayu lame dengan teknik solder.

Teknik lukis dengan dihiasi motif-motif juga tidak kalah bagusnya, apalagi bentuk-bentuk sekarang yang dibuat lebih dinamis dan harmonis, serta ada penambahan unsur perpaduan kain batik dalam karya yang dibuat, sehingga mempunyai nilai lebih salah satunya nilai budaya. Namun teknik ini, masyarakat belum mengetahui bahwa karya tersebut adalah buatan bapak Hernawan di kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.

(33)

50

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Gambar.3.5 Kriya Kayu Lame Kampung Saradan Teknik Solder

(sumber: dokumentasi penulis, 2013)

Gambar 3.6 Kriya Kayu Lame Kampung Saradan Teknik Lukis dihiasi Motif-motif (sumber: dokumentasi penulis, 2013)

Gambar 3.7 Kriya Kayu Lame Kampung Saradan Teknik Lukis dihiasi Kain Batik

(34)

51

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Gambar 3.8 Cerita Rakyat Kriya Kayu Lame Kampung Saradan (sumber: dokumentasi penulis, 2013)

(35)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan dan analaisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bentuk Kriya Lame yang Dihasilkan Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Kriya kayu lame merupakan hasil kerajinan dari daerah Jawa Barat, tepatnya di kampung Saradan desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Bentuk kriya kayu yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah topeng hias, hiasan dinding cerita rakyat Subang Sisingaan, bentuk binatang kucing, bebek, dan burung. Bahan utama yang digunakan adalah kayu lame yang memiliki karakter ringan, lunak, dan mudah patah. Pada kriya ini juga menggunakan bahan pendukung atau tambahan untuk memperindah bentuk visual itu sendiri, seperti batik, pita, dan kawat.

2. Teknik pembuatan kriya kayu lame di kampung Saradan desa Sukamulya kecamatan Pagaden kabupaten Subang

(36)

175

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

hingga bentuk halus, dan dalam tahap ini dihaluskan dengan menggunakan amplas kayu.

Tahap penyelesaian akhir (finishing) dikerjakan oleh Kang Hernawan, dalam hal ini juga sering dibantu oleh Kang Usim. Proses finishing itu sendiri ada tiga tahapan, pertama adalah menghaluskan objek kriya dengan menggunakan amplas kayu setelah itu bentuk objek didasari dengan cat warna putih. Tahap kedua, mewarnai atau melukis bentuk objek sesuai karakter objek itu sendiri, selain itu dalam tahap ini juga pada objek tertentu menggunakan penambahan bahan atau aksesoris seperti kain batik, pita, dan kawat (bentuk sisingaan dan kucing). Tahap ketiga, yaitu memberikan pelapis kayu aqua wood finish untuk membuat kesan warna lebih mengkilat. Dalam proses ini alat dan bahan yang digunakan adalah cat bibit warna merah, kuning, dan biru serta cat tembok warna putih dan hitam. Selain itu, lem glue, kuas juga sering digunakan dalam proses tersebut.

3. Bentuk visual kriya kayu lame di kampung Saradan desa Sukamulya kecamatan Pagaden kabupaten Subang

Secara umum bentuk pada kriya lame diubah menjadi dua bagian, pertama bentuk deformatif dan bentuk modifikasi. Bentuk deformatif ini maksudnya adalah mengubah bentuk asal yang jauh dari bentuk karakter aslinya, ini terdapat pada bagian objek topeng dan sisingaan. Bentuk lainnya bersifat modifikasi, yaitu mengubah bentuk objek tanpa menghilangkan karakter bentuk asalnya, pada kriya kayu lame bentuk terdapat pada objek kucing, bebek, dan burung.

Dari hasil kriya yang penulis teliti, bentuk-bentuk tersebut berbeda satu sama lainnya. Ada yang secara utuh hanya menggunakan bahan kayu lame saja (topeng dan bebek), di sisi lain ada yang menambahkan kain batik dan pita (kucing dan cerita rakyat sisingaan), dan ada pula yang menambahkan dengan menggunakan kawat (burung). Hal ini menjadi keunikan tersendiri dari setiap masing-masing objek kriya tersebut.

(37)

176

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

warna terkesan monoton ditampilkan, tetapi menjadi keunikan tersendiri. Warna yang dihadirkan mengadopsi bentuk atau wujud asli dari karakter itu sendiri, seperti yang terdapat pada topeng, warna hijau motif daun mengadopsi warna daun itu sendiri, begitu juga merah pada bunga, dan lain-lain.

Pada setiap masing-masing objek kriya memiliki nilai estetis tersendiri, baik itu dari warna, bentuk garis, dan sebagainya yang memiliki nilai untuk kita apresiasi dari arti dan perlambangannya.

B. Saran

1. Seniman/Pengrajin

Adapun saran untuk seniman atau pengrajin kriya kayu lame, melalui penelitian yang penulis kakukan yaitu sebagai berikut:

 Diharapkan untuk tetap terus semangat berkarya menciptakan gagasan baru dalam membuat bentuk kriya tersebut, sehingga bentuk-bentuk yang dihasilkan lebih beragam dan menarik.

 Dalam berkarya tetap membawa nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia, seperti batik, sisingaan, dan sebagainya untuk terus dilestarikan dalam bentuk kriya kayu lame.

 Dalam membuat karya lebih beragam fungsinya, misalkan dengan membuat kriya kayu lame sebagai media pembelajaran, yaitu sebagai sarana apresiasi dan kreasi.

2. Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI

(38)

177

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

lame diharapkan juga sebagai bahan acauan pembelajaran baik dalam hal apresiasi atau pun pembelajaran lainnya.

3. Bagi Pemerintah Kabupaten Subang

Untuk pemerintah kabupaten Subang, supaya memberikan wadah atau fasilitas guna menjalankan produk kriya kayu daerah sendiri, karena dengan sendirinya dapat berpotensi sebagai wisata seni dengan kata lain sebagai ciri khas produk daerah Subang, sehingga bisa meningkatkan nilai sosial, budaya, dan ekonominya.

4. Masyarakat

Dalam penulisan ini, penulis juga berpesan kepada masyarakat untuk mencintai produk karya lokal daerah sendiri umumnya, terutama kabupaten Subang yang memiliki produk kriya kayu lame, dengan mencintai produk sendiri berarti kita ikut membangun melestarikan budaya dalam bentuk kerajinan kayu ini.

Demikian kesimpulan dan saran yang penulis sampaikan dalam Bab V ini,

semoga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Visual Kriya Kayu Lame di

(39)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Darmaprawira W. A., S. (2002). WARNA Teori dan Kreativitas Penggunaannya (Edisi ke-2). Bandung: ITB.

Irawan, B dan Tamara, P. (2013). Dasar-dasar Desain. Jakarta: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)

Kartika, D. S. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Martawijaya, A. dan Kartasujana, I. (1997). Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-jenis Kayu Indonesia. Bogor: Lembaga Hasil Penelitian Hutan.

Muharam, E. dan Sundaryati, W. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Rasjoyo. (1995). Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan. Jakarta: Erlangga. Ratna, N. K. (2010). METODELOGI PENELITIAN Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu

Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohidi, T. R. (2011). METODELOGI PENELITIAN SENI. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Sachari, A. (2005). Metodelogi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga.

Sanyoto, S. E. (2010). NIRMANA Elemen-elemen Seni dan Desain (Edisi Kedua). Yoyakarta: Jalasutra.

Soedjono, BSc. dan Hartanto, H. (2008). Membuat Kerajinan Dari Kayu. Bandung: Titian Ilmu.

Soehardjo, A. J. (1990). Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Suhernawan, R. dan Nugraha, R. A. (2010). Seni Rupa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sunaryo, A. (2009). ORNAMEN NUSANTARA Kajian Khusus tentang Ornamen

Indonesia. Semarang: Dahara Prize

(40)

Mohammad Arif Amiruddin Jabbar, 2014

Analisis Visual Kriya Kayu Lame Di Kampung Saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang

Sumber internet:

Ilukmana. (2013). Definisi Seni Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia:

Gambar

Gambar 3.1 Alat dokumentasi penelitian    (Sumber: www.google.com)
Gambar 3.2 Skema Tahap Penelitian   (Sumber: dokumentasi penulis, 2013)
Gambar 3.4 Kegiatan berkarya kerajinan kayu lame (Sumber: dokumentasi penulis, 2013)
Gambar.3.5 Kriya Kayu Lame Kampung Saradan  Teknik Solder
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “ Studi seroprevalensi penyakit infectious bronchitis pada ayam kampung di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang ” adalah karya

MAKNA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMELIHARAAN JALAN DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN

Perkembangan industri kriya kayu di Kabupaten Badung menghadapi banyak kendala yang hampir sama dengan yang dialami industri rumah tangga, kecil dan menengah lainnya

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ ANALISIS VISUAL KRIYA ROTAN DESA LEUWILAJA KECAMATAN SINDANGWANGI KABUPATEN MAJALENGKA ” ini beserta seluruh

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Studi seroprevalensi penyakit infectious bronchitis pada ayam kampung di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang” adalah karya saya

Program Jumat Berkah yang diadakan di RT 18, Desa Kamarung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat merupakan budaya sedekah makanan, bisa berupa makanan

“EFEKTIVITAS PEMICUAN TERHADAP KOMITMEN PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA SARADAN KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG ” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan

Jadi, penelitian yang berjudul Efektivitas Program keluarga Harapan di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun dinyatakan efektif, dengan Rincian skor