• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN 1947-1950.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN 1947-1950."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI

PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN 1947-1950

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh

Rinaldo Adi Pratama NIM 1103858

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI

PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN 1947-1950

Oleh:

RINALDO ADI PRATAMA

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rinaldo Adi Pratama 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

RINALDO ADI PRATAMA

KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN 1947 - 1950

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Drs. Andi Suwirta, M.Hum NIP. 19621009 199001 1 001

Pembimbing II

Moch. Eryk Kamsori, S.Pd NIP. 19690430 199802 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB IITINJAUAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Revolusi ... 12

2.2 Peranan Masyarakat ... 15

2.3 Kepemimpinan ... 16

2.4 Konflik ... 18

2.5 Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 20

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 32

3.2 Persiapan Penelitian ... 37

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 37

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 38

3.2.3 Mengurus Perizinan ... 40

3.2.4 Proses Bimbingan dan Konsultasi ... 40

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 42

3.3.1 Heuristik ... 42

3.3.2 Kritik Sumber ... 48

(5)

3.3.4 Historiografi ... 52

BAB IVCIWARU SEBAGAI IBU KOTAKERESIDENAN CIREBON TAHUN 1947-1950 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan ... 54

4.2 Kondisi Sosial-Politik Kabupaten Kuningan Pasca Proklamasi ... 56

4.3 Penggalangan Kekuatan Perjuangan di Kuningan ... 64

4.4 Kuningan Masa Perang Kemerdekaan ... 70

4.4.1 Melawan Agresi Militer Belanda I ... 70

4.4.2 Kecamatan Ciwaru Menjadi Pusat Pemerintahan Keresidenan Cirebon... 82

4.4.3 Ciwaru Pada Masa Perundingan Renville ... 88

4.5 Kebijakan Residen Cirebon Selama di Ciwaru ... 94

4.6 Peristiwa Penghianatan Divisi Bambu Runcing ... 95

4.6.1 Kemunculan Divisi Bambu Runcing di Ciwaru ... 95

4.6.2 Penghianatan Divisi Bambu Runcing di Ciwaru ... 98

BAB VSIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan ... 103

5.2 Rekomendasi ... 107

Daftar Pustaka ... 109 Lampiran-Lampiran

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Berbicara mengenai sejarah bangsa Indonesia, terdapat suatu masa yang penting dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga Indonesia menjadi seperti sekarang ini, peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa revolusi kemerdekaan yang terjadi pada kurun waktu 1945-1950 (Ricklefs, 2008, hlm. 317 ; Suwirta, 2006, hlm. 1). Indonesia berada pada zaman revolusi kemerdekaan selama kurang lebih lima tahun. Meskipun waktu tersebut cukup singkat tapi cukup berakibat besar dalam proses penentuan kedaulatan Indonesia yang baru saja berdiri sebagai sebuah negara, selain itu banyak pula terjadi pengerahan kekuatan yang berasal dari rakyat Indonesia. Revolusi kemerdekaan atau sering pula disebut dengan revolusi fisik merupakan revolusi menentang keberadaan kolonial yang melibatkan hampir seluruh massa dalam jumlah besar dan berlangsung serentak di seluruh Indonesia yang terjadi pada kurun waktu tersebut. Revolusi yang dilakukan memiliki tujuan untuk menghapuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pihak kolonial yang mengganggu keberlangsungan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdulat penuh (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, hlm. 1-2).

(8)

pengaruh asing khususnya Belanda dalam hal ini yang menjadi lawan Indonesia selama masa revolusi kemerdekaan.

Tak terkecuali di wilayah Jawa Barat pun peristiwa revolusi kemerdekaan terjadi, perlawanan rakyat terhadap Belanda banyak sekali dilakukan pada masa revolusi Indonesia, baik itu pada masa Agresi Militer Belanda I maupun pada masa Agresi Militer Belanda II. Selama masa revolusi tersebut tercatat beberapa peristiwa yang merupakan salah satu bukti adanya perlawanan yang dilakukan oleh rakyat di daerah-daerah guna mempertahankan kedaulatan negara. Terkait dengan adanya beberapa peristiwa perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Jawa Barat terhadap hegemoni pihak Belanda di Indonesia, khususnya di Jawa Barat pada masa revolusi dinyatakan oleh Ekadjati dkk. (1981, hlm. 5) bahwa,

Peristiwa Bandung Lautan Api 1946, Pertempuran Gekbrong di Sukabumi 1946, Longmarch Siliwangi 1948, Peristiwa 11 April 1949 di Sumedang merupakan sebagian kecil dari sekian peristiwa dan masalah yang terjadi di Jawa Barat dalam jaman revolusi yang merupakan betapa tingginya semangat juang dan betapa besarnya peranan dan pengorbanan rakyat dan daerah Jawa Barat dalam memperjuangkan mempertahankan dan menegakan kemerdekaan. Pernyataan di atas menggambarkan bahwa bagaimana rakyat yang berada di wilayah Jawa Barat tidak tinggal diam untuk membiarkan Belanda masuk kembali merongrong kedaulatan Indonesia, melainkan rakyat melakukan perlawanan-perlawanan terhadap pihak Belanda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selain peristiwa-peristiwa yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi peristiwa sekitar masa revolusi Indonesia di wilayah Jawa Barat, salah satunya di Kabupaten Kuningan. Keterlibatan Kuningan pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia dapat dilihat dalam dua konteks, yakni Kuningan sebagai suatu lokasi tempat terjadinya peristiwa sejarah dan para pelaku sejarahnya, hal ini selaras dengan pernyataan dari Zakaria (2011, hlm. 7) yang melihat posisi Kuningan dalam kancah revolusi kemerdekaan menyebutkan bahwa,

(9)

terutama setelah Kota Cirebon jatuh ke tangan Belanda pada 23 Juli 1947.

Pasukan Belanda yang menyerang wilayah Jawa Barat bergerak dari tiga pusat kedudukannya yaitu Bandung, Jakarta dan Bogor yang dilakukan serentak dan dalam waktu yang bersamaan. Serangan dari pasukan Belanda yang didahului oleh pasukan lapis baja dan dibantu oleh angkatan udarannya telah mengakibatkan hancurnya pertahanan tentara nasional yang terdapat di Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Subang, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Cirebon dan Kuningan (Wiryono, 1999, hlm. 55).

Serangan pertama ke Kuningan terjadi pada tanggal 25 Juli 1947. Pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari Kamis sekitar pukul 11.00-12.00 WIB, tiga buah kapal terbang melakukan penembakan ke objek-objek vital yang ada di Kuningan seperti gardu listrik, kantor telepon, kantor pos dan kantor-kantor pemerintahan lainnya (Emran, 2004, hlm. 254 ; Wiryono, 2004, hlm. 44). Pasca serangan pertama Belanda ke wilayah Kuningan ini, masyarakat Kuningan pada keesokan harinya mendapat perintah untuk menebang pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan dan menggali parit-parit dan merusak jembatan-jembatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat gerakan pasukan-pasukan infanteri yang akan masuk ke wilayah Kuningan dari jalur darat.

Keberadaan Belanda di Kuningan menyebabkan terjadinya perlawanan dari rakyat Kuningan dan menimbulkan banyak pertempuran dengan pihak Belanda (Zakaria, 2011, hlm. 7). Penghianatan Belanda terhadap Perundingan Linggajati telah menyadarkan masyarakat Kuningan untuk menentang kembali kehadiran Belanda dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Masyarakat Kuningan yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia merasa bahwa kehadiran Belanda akan membuat rakyat kembali sengsara.

(10)

Kuningan malalui kedua jalur tersebut yakni Cilimus dan Mandirancan dan di sana rakyat beserta laskar-laskar mencoba menahan pasukan Belanda yang mencoba masuk dari arah Cirebon tersebut.

Selanjutnya selain peristiwa yang terjadi di Cilimus dan Mandirancan peristiwa lain pun terjadi di Ciwaru. Di wilayah Ciwaru terdapat suatu peristiwa penting dimana Ciwaru dipilih sebagai Ibukota Pemerintahan Darurat Keresidenan Cirebon ketika wilayah Cirebon yang menjadi pusat pemerintahan sebelumnya di hancurkan oleh pasukan Belanda. Dewan Harian Cabang Angkatan '45 Kabupaten Kuningan (2006), menyebutkan mengenai pemindahan ibu kota tersebut ke Ciwaru sebagai berikut,

Akibat kondisi dan situasi yang tidak menentu, maka berdasarkan Keputusan Dewan Pertahanan Keresidenan Cirebon dan Brigade V Siliwangi, pada akhir Juli 1947 pusat pemerintahan Keresidenan Cirebon secara resmi pindah ke Ciwaru (Kabupaten Kuningan). Pada waktu itu, pemerintahan di Keresidenan Cirebon dipimpin oleh Residen Hamdani, Sekretaris Keresidenan oleh Abdurrachman serta Kepala Bagian Umum oleh Hartono Sugra. Komando Pertahanan Laut dan Pelabuhan Cirebon (AL-CA III) dipindahkan ke Desa Sadamecat, Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan.

Pernyataan di atas sangatlah jelas bahwasannya Kuningan memiliki peranan penting pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia dimana Kuningan khususnya Ciwaru dijadikannya basis pemerintahan dan militer oleh pihak Keresidenan Cirebon. Setelah semua komponen pemerintahan, baik dari pihak sipil dan militer, banyak pula dari laskar-laskar perjuang serta berbagai lapisan masyarakat mulai berbondong-bondong datang menuju Ciwaru yang merupakan ibukota baru dari Keresidenan Cirebon hal ini mengakibatkan Ciwaru yang tadinya hanya desa biasa yang sepi dan terpencil menjadi ramai oleh aktifitas pemerintahan sipil dan militer (Hermawan, 2000, hlm. 50).

(11)

(Dewan Harian Cabang Angkatan '45 Kabupaten Kuningan, 2006, hlm. 102 ; Hermawan, 2000, hlm. 51).

Kepindahan pemerintahan Keresidenan Cirebon ke Ciwaru ini ternyata tidak diikuti oleh seluruh pejabat sipil tingkat bawah beserta stafnya. Untuk mengatasi kekurangan pegawai banyak dari pihak penduduk setempat, pengungsi, pejuang dan lainnya direkrut dan dijadikan pegawai pemerintahan Keresidenan Cirebon di Ciwaru. Semenjak Ciwaru dijadikan sebagai pusat pemerintahan darurat Cirebon, maka banyak berkumpul para pejabat yang ada disana antara lain Residen Hamdani, Abdurrachman sebagai Sekertaris Keresidenan, Hartono Sugra selaku Kepala Bagian Umum, Amanan selaku Komisaris Polisi, Asikin Nitiatmaja selaku Bupati Kuningan, Abdul Saleh selaku Wedana Luragung dan Camat Ciwaru yang pada saat itu adalah Soemarno (Dewan Harian Cabang Angkatan '45 Kabupaten Kuningan, 2006, hlm. 103).

Setelah Ciwaru dijadikan sebagai pusat pemerintahan Keresidenan Cirebon, berdatanganlah para laskar-laskar pejuang yang bermarkas maupun yang hanya singgah sebentar di Ciwaru. Salah satunya adalah Pasukan Bambu Runcing dibawah pimpinan Letnan Kolonel Sutan Akbar. Pasukan Bambu Runcing dalam perjalanannya ternyata berkhianat terhadap Divisi Siliwangi. Mereka terus menteror dan memprovokasi bahwa Pasukan Siliwangi adalah antek-antek Belanda dan Negara Pasundan, sedangkan Siliwangi dengan singkatan SLW mereka sebut dengan Stoot Leger Wilhelmina dan Pasukan Siliwangi yang tidak bersedia bergabung dengan Pasukan Bambu Runcing dianggap sebagai penghianat.

(12)

Peristiwa pemindahan ibukota Keresidenan Cirebon ke Ciwaru dan beberapa peristiwa yang terjadi di Ciwaru merupakan suatu kejadian yang terbatas pada suatu tempat tertentu, yaitu terjadi di sekitar wilayah Kuningan. Berdasarkan pengamatan penulis, tampaknya penulisan sejarah Kuningan kurang mendapat perhatian dari para peneliti dan sejarawan lainnya. Para peneliti sejarah cenderung mengkaji peristiwa-peristiwa besar yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap dinamika perjuangan rakyat Indonesia, seperti halnya pertempuran Surabaya. Pada masa revolusi di Indonesia pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, dan Medan Area dianggap sebagai ajang pertempuran yang paling hebat dan menjadi lambang perlawanan nasional (Riklefs, 2009 ; Poesponegoro, 1993).

Alasan pemilihan Kuningan khususnya Ciwaru sebagai tempat untuk penelitian, seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu karena kurangnya sumber-sumber mengenai sejarah lokal yang menyebabkan peristiwa di tingkat lokal jarang sekali dikaji oleh banyak peneliti sejarah dan juga pada umumnya hanya sejarah yang bersifat nasional yang banyak dikaji oleh peneliti sejarah, namun hal tersebut bukan berarti kajian revolusi tidak dapat diteliti karena peneliti masih dapat menggali dari bukti-bukti yang masih ada. Sejarah lokal sendiri merupakan sejarah dari suatu tempat atau locality yang batasannya ditentukan oleh perjanjian yang diajukan penulis sejarah (Abdullah, 1990, hlm. 15). Sejarah lokal sendiri secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kisah di masa lampau dari sekelompok masyarakat yang berada pada daerah geografis yang terbatas. Peristiwa-peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Kuningan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sejarah lokal atau bahkan sejarah nasional. Selain itu pula, masih kurangnya kesadaran dari pihak pemerintah untuk melestarikan sejarah lokal.

(13)

hanya mengulas mengenai sejarah Kuningan dari masa prasejarah sampai kerajaan-kerajaan masa Hindu-Buddha. Walaupun ada mengenai tentang kajian revolusi hanya mengulas sedikit saja mengenai revolusi dan tidak ada paparan lain secara terperinci berupa deskripsi peristiwa kejadian dari revolusi tersebut.

Alasan lain dari penulis adalah ingin mencoba untuk mendokumentasikan memori ataupun ingatan para tokoh dan saksi sejarah peristiwa yang terjadi di Kuningan sekitar revolusi. Hal ini dikarenakan penulisan sejarah menyangkut dengan waktu, penulis merasa resah sejarah revolusi di Kuningan tidak akan terangkat dengan baik dikarenakan para saksi sejarah atau pelaku sejarah telah berusia lanjut bahkan sebagian besar telah meninggal dunia. Kondisi seperti ini akan berdampak pada kesempatan untuk menggali peristiwa dari sumber primer menjadi semakin kecil. Selain itu juga yang membuat penulis tertarik meneliti peristiwa di Kuningan pada masa revolusi karena Ciwaru pun pernah menjadi Ibu Kota Kabupaten Kuningan dan Ibu Kota Keresidenan Cirebon.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan rentang waktu periode tahun 1947 dan berakhir pada tahun 1950. Hal ini di pilih karena menurut sumber data dan dokumen yang terdapat di Ciwaru dikatakan bahwa pada tahun 1947 Kuningan khususnya Ciwaru memainkan peranan penting sebagai basis pertahanan Keresidenan Cirebon, tidak hanya pemerintahan sipil namun militer pun ada di Kuningan. Sedangkan tahun 1950 dipilih karena seluruh pemerintahan dan basis militer Keresidenan Cirebon di Ciwaru kembali ke Cirebon ketika Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui KMB dan Kuningan tetap termasuk wilayah Keresidenan Cirebon yang telah memberikan jasanya selama perjuangan revolusi kemerdekaan.

Berdasarkan permasalahan yang sudah penulis paparkan di atas, maka penulis bermaksud untuk mengkaji dan menganalisis hal-hal tersebut kedalam

sebuah skripsi yang berjudul “Kuningan Pada Masa Revolusi: Ciwaru Sebagai Pusat Keresidenan Cirebon Tahun 1947-1950”.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

(14)

Kuningan khususnya Ciwaru sebagai pusat Keresidenan Cirebon pada masa Revolusi Indonesia di tahun 1947-1950?”. Untuk lebih mengarahkan dan mempertajam dalam pembahasan permasalahan tersebut, selanjutnya dalam penulisan skripsi ini diajukan beberapa pertanyaan sekaligus batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas, antara lain:

1. Bagaimana kondisi sosial dan politik di Kabupaten Kuningan pada masa awal revolusi?

2. Bagaimana proses penentuan Ciwaru sebagai pusat Keresidenan Cirebon pada masa revolusi?

3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh Residen Cirebon selama di Ciwaru? 4. Bagaimana peristiwa penghianatan yang terjadi selama pusat

Keresidenan Cirebon berada di Ciwaru?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai “Bagaimanakah keadaan Kuningan khususnya Ciwaru pada masa Revolusi Indonesia di tahun 1947-1950?”. Adapun hasil dan tujuan yang ingin diperoleh oleh penulis dalam melakukan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kondisi sosial politik di Kabupaten Kuningan pada masa awal revolusi.

2. Mendeskripsikan proses penentuan Ciwaru sebagai pusat Keresidenan Cirebon pada masa revolusi.

3. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan oleh Residen Cirebon selama di Ciwaru.

4. Mendeskripsikan penghianatan Divisi Bambu Runcing selama berada di Ciwaru?

1.4Manfaat Penelitian

(15)

1. Memperkaya tulisan mengenai sejarah lokal khususnya mengenai sejarah revolusi yang terjadi di tingkat lokal di Departemen Pendidikan Sejarah. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan sejarah

lokal di Kabupaten Kuningan pada saat ini dan masa mendatang agar tetap terjaga dan lestari.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat perjuangan bagi masyarakat Kuningan pada umumnya dan masyarakat Ciwaru pada khususnya.

4. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran sejarah lokal di persekolahan.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini, maka disusunlah struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini akan diuraikan secara terperinci mengenai latar belakang masalah. Disini juga penulis akan memaparkan alasan mengapa memilih daerah Kuningan sebagai tempat penelitian dan Ciwaru sebagai objeknya. Selanjutnya dijelaskan juga mengenai permasalahan-permasalahan apa yang akan dikaji oleh penulis. Akan dijelaskan pula tentang tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan penelitian mengenai peranan Ciwaru di Kuningan sebagai ibukota Keresidenan Cirebon. Pada bab ini juga penulis mencoba memberikan gambaran secara umum mengenai kerangka teoritis yang akan dipaparkan dalam skripsi nanti tentang Ciwaru Kuningan. Hal ini dimaksudkan agar penulisan skripsi nantinya bisa memberikan arah dan gambaran yang jelas melalui latar belakang yang disajikan pada awal bab.

(16)

Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini penulis diajak untuk mampu menguraikan metode yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan permasalahan penelitian. Pada bab ini juga dijelaskan secara komprehensif mengenai langkah-langkah serta tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir diuraikan secara terperinci. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam memberikan arahan dalam memecahkan masalah mengenai permasalahan yang akan dikaji yakni masa revolusi di Ciwaru Kuningan dengan menggunakan metode historis dan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan, wawancara dan studi dokumentasi.

Bab IV Kuningan Sebagai Ibu Kota Keresidenan Cirebon Tahun 1947-1950, pada dasarnya dalam bab ini dituangkan semua kemampuan penulis untuk memaparkan hasil temuan di lapangan. Penulis menganalisis serta merekonstruksi data-data serta fakta yang telah ditemukan melalui pencarian sumber di lapangan. Tentu saja pembahasan di sini disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian. Pada bab ini diuraikan juga mengenai jawaban-jawaban permasalahan penelitian. Hal tersebut juga merupakan bagian dalam pengolahan hasil penelitian mengenai kajian peranan Ciwaru Kuningan sebagai ibukota Keresidenan Cirebon pada masa revolusi. Mulai dari hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa itu sampai dengan dampak yang diakibatkan setelah terjadinya peristiwa tersebut terhadap masyarakat Kuningan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III merupakan bab yang secara khusus memaparkan metode penelitian yang penulis gunakan. Dalam bab ini akan dipaparkan secara rinci mengenai metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian di lapangan mengenai judul skripsi yang penulis angkat yakni “Kuningan Pada Masa

Revolusi: Ciwaru Sebagai Pusat Keresidenan Cirebon Tahun 1947-1950”. Pada

bab III ini penulis memaparkan mengenai tahapan-tahapan dalam proses penyusunan skripsi. Pada bagian pertama dipaparkan mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian. Selanjutnya penulis juga memaparkan tentang tahap-tahap persiapan dalam penyusunan skripsi ini. Dimulai dari pra-penelitian, pelaksanaan di lapangan dan terakhir penulis melakukan laporan tertulis dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk skripsi.

3.1 Metode Penelitian

Metode merupakan sebuah prosedur, tahapan, proses atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007, hlm. 11). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode historis. Menurut Louis Gottschalk (1975, hlm. 32) metode historis mengandung arti proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Pernyataan Louis Gottschalk di atas menyiratkan bahwasanya metode historis merupakan metode yang digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau permasalahan pada masa lampau secara deskriptif dan analitis.

(18)

lapangan. Penulis dalam hal ini memilih menggunakan metode historis dikarenakan data dan fakta yang dibutuhkan untuk menunjang kajian yang penulis angkat merupakan fakta-fakta yang berasal dari masa lampau.

Berbicara mengenai metode historis, terdapat beberapa ahli yang mencoba memaparkan tahapan-tahapan dari metode historis yang dapat dilakukan oleh peneliti sejarah dalam menjalankan proses penelitian di lapangan. Sjamsuddin (2007, hlm.70) menjelaskan bawa setidaknya terdapat enam langkah atau tahapan yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, diantaranya:

1. Memilih suatu topik yang sesuai;

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik;

3. Membuat catatan tentang itu apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung; 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

(kritik sumber);

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya;

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti dengan sejelas mungkin.

Adapun pendapat lain dari Ismaun (2005, hlm. 50) yang menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan metode historis. Menurut Ismaun sedikitnya terdapat empat langkah atau tahap yang dapat ditempuh oleh peneliti sejarah dalam mengembangkan metode historis, yakni: (1) heuristik, (2) kritik sumber, (3) interpretasi dan (4) historiografi.

1. Heuristik

(19)

atau saksi sejarah mengenai peristiwa sekitar perang kemerdekaan atau revolusi di Kabupaten Kuningan.

Adapun teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini penulis paparkan di bawah ini:

a) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan dan menganalisis materi dari berbagai literatur yang relevan untuk memecahkan permasalahan penelitian, penulis berusaha untuk membandingkan antara literatur yang satu dengan yang lainnya agar mendapatkan data yang akurat. Dalam mengkaji berbagai literatur yang ada, penulis mencari dan membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian. Setelah itu penulis menganalisis dari setiap sumber yang ada dengan membandingkannya.

Dalam prakteknya penulis mencoba mengkaji dan menelaah berbagai literatur baik berupa buku, artikel jurnal, surat kabar dan artikel-artikel di internet yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan yang penulis kaji yakni mengenai sejarah revolusi yang terjadi di wilayah Keresidenan Cirebon.

b) Wawancara

Wawancara yaitu suatu usaha mengumpulkan informasi melalui kontak langsung antar pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan pihak yang memiliki informasi (interviewee) dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana

interview diartikan sebagai alat penumpul data dengan mempergunakan tanya

jawab antara pencari informasi dan sumber informasi.

(20)

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama atau berulang (Rahmat, 2009, hlm. 6).

Penggunaan wawancara sebagai teknik penelitian dalam memperoleh data didasarkan pada pertimbangan bahwa periode kajian penelitian ini masih memiliki kesempatan didapatkannya sumber lisan mengenai permasalahan yang penulis kaji. Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap para pelaku dan para saksi peristiwa yang berkaitan dengan kajian yang penulis teliti. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yakni wawancara yang menggunakan pedoman wawancara, namun dalam penggunaannya tidaklah sekaku dan seketat wawancara terstruktur yang harus merujuk kepada pedoman pertanyaan yang sudah ditentukan sebelum terjun ke lapangan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan pedoman wawancara yang bersifat umum dengan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa revolusi yang terjadi dalam ruang lingkup spasial Keresidenan Cirebon saja khususnya yang terjadi di wilayah Kabupaten Kuningan.

c) Studi dokumentasi

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film/record yang tidak dipersiapkan. Guba dan Lincoln (1981, hlm. 228) dalam (Farida, 2010, hlm. 55) mendefinisikan record sebagai berikut record adalah setiap pernyataan tertulis

yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting’.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Wujud dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

(21)

dipertanggungjawabkan seperti : 1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong. 2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. 3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. 4) Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan. 5) Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi. 6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Teknik Studi dokumen sendiri merupakan pelengkap dari penggunaan teknik studi literatur dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Adapun hal yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan studi dokumentasi ini dengan mengkaji dan memperhatikan fakta-fakta yang terdapat dalam dokumen yang penulis dapatkan dalam heuristik.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber, merupakan langkah untuk menyelidiki dan menilai secara kritis. Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap sumber yang diperoleh baik berupa buku, artikel, jurnal maupun dokumen/arsip yang relevan dengan peristiwa yang penulis kaji. penulis melakukan dua hal dalam masalah kritik sumber baik terhadap sumber lisan maupun sumber tertulis. Kritik sumber terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Kritik eksternal, yaitu cara pengujian terjadap aspek luar dari sumber sejarah. Kritik eksternal yang dilakukan bertujuan untuk menguji integritas dan otentisitas sumber-sumber sejarah yang sifatnya bukan isi atau konten dari sumber sejarah tersebut melainkan seperti bahan dan bentuk sumber, umur dan asal dokumen, kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instansi apa, apakah sumber itu asli atau salinan masih utuh atau sebagian.

(22)

3. Interpretasi

Setelah kritik sumber sudah dilakukan, langkah berikutnya yang harus ditempuh oleh penulis sejarah adalah melakukan interpretasi. Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta yang telah dikritik dengan merujuk kepada beberapa referensi yang mendukung permasalahan yang dikaji. Dalam tahap ini penulis dapat memberikan pandangan dan komentarnya dalam rangka menyusun interpretasi guna memenuhi tujuan dari penelitian.

4. Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga satu kesatuan yang utuh dalam bentuk karya ilmiah yang dapat diujikan yaitu skripsi. Skripsi yang nantinya dihasilkan merupakan suatu tulisan yang logis dan sistematis dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis ini mencakup kedalam empat langkah kerja di atas yang merupakan kegiatan inti penelitian. Langkah-langkah penelitian sejarah yang dilakukan oleh penulis sendiri dapat dibagi dalam tiga tahapan secara garis besar yakni pra-penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian yang berupa skripsi.

3.2 Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian secara langsung ke lapangan, penulis terlebih dahulu mempersiapkan segala hal yang dapat menunjang penulis dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Adapun tahapan yang penulis lakukan dalam tahap persiapan penelitian adalah penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, mengurus perizinan dan proses bimbingan/konsultasi.

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

(23)

tema penelitian ini pada awalnya dipengaruhi oleh ketertarikan penulis ketika mengikuti mata kuliah Sejarah Revolusi di Indonesia pada semester lima. Selain itu penentuan tema revolusi dan khususnya tema revolusi di tingkatan lokal merupakan follow up dari tugas yang pernah diberikan pada masa kuliah dalam mata kuliah tersebut.

Untuk mempermudah penentuan judul dari tema yang sudah ditentukan diawal, penulis mencoba untuk membaca berbagai sumber literatur dan penelitian-penelitian terdahulu yang berupa buku, jurnal maupun artikel di internet, selain itu pula penulis melakukan konsultasi dengan dosen pengampu mata kuliah Sejarah Revolusi di Indonesia sekaligus juga sebagai ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si sampai pada akhirnya penulis memutuskan untuk menjadikan tema tersebut sebagai sebuah skripsi yang bertemakan sejarah revolusi yang terjadi di tingkat lokal.

Setelah membaca berbagai sumber literatur, fokus penulis tertuju pada salah satu peristiwa revolusi kemerdekaan yang terjadi di wilayah Keresidenan Cirebon lebih tepatnya kajian di Kabupaten Kuningan dan penulis mencoba mengajukan judul Kuningan Pada Masa Revolusi: Ciwaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Karesidenan Cirebon Tahun 1947-1950 kepada TPPS Departemen Pendidikan

Sejarah FPIPS UPI.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan atau proposal penelitian adalah sebagai suatu prasyarat yang harus ditempuh oleh penulis sebelum melakukan penelitian di lapangan. Rancangan penelitian yang penulis buat dalam bentuk proposal skripsi ini mulai direalisasikan ketika penulis mengikuti mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah (SPKI) di semester enam. Dalam mata kuliah tersebut, penulis berkesempatan untuk mempersentasikan proposal/rancangan penelitian dengan judul Kuningan Pada Masa Revolusi: Ciwaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Karesidenan Cirebon Tahun 1947-1950. Dalam mata kuliah tersebut penulis

(24)

Berdasarkan kritik, saran dan masukan yang penulis dapatkan selama kuliah SPKI, hal selanjutnya yang penulis lakukan yaitu melakukan perbaikan-perbaikan sesuai saran yang diterima, perubahan yang paling mencolok terdapat pada judul rancangan yang diperbaiki menjadi Kuningan Pada Masa Revolusi: Ciwaru

Sebagai Pusat Keresidenan Cirebon Tahun 1947-1950. Pada bulan Juli 2014,

proposal skripsi hasil perbaikan kembali diajukan kepada TPPS untuk dikonsultasikan sebelum dapat dan layak diseminarkan dalam seminar proposal skripsi Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. penulis melakukan pendaftaran untuk dapat melakukan seminar proposal skripsi dan pendaftaran untuk seminar proposal skripsi dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014. Proposal skripsi yang sudah dimasukan ke TPPS diterima dan diseminarkan pada tanggal 7 Juli 2014 di Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah dengan calon pembimbing I Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum dan calon pembimbing II Bapak Moch. Eryk Kamsori, S.Pd.

Dalam pelaksanaan seminar yang dilaksanakan di Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah Lantai IV Gedung FPIPS UPI, penulis mendapat banyak masukan baik dari calon dosen pembimbing maupun dosen lainnya yang hadir dalam pelaksanaan seminar proposal. Bapak Moch. Eryk Kamsori, S.Pd memberikan masukan supaya latarbelakang penelitian diperbaiki lagi serta teknik penulisan harus memperhatikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dari beberapa masukan yang penulis terima, selanjutnya penulis melakukan perbaikan kembali sesuai saran yang penulis dapat, maka proposal skripsi hasil perbaikan diterima oleh TPPS dan layak untuk dijadikan sebagai sebuah rancangan penelitian skripsi.

(25)

3.2.3 Mengurus Perizinan

Tahapan ini dilakukan oleh penulis guna memudahkan dan memperlancar penulis dalam melakukan penelitian. Untuk mendapatkan sumber-sumber yang mendukung penyusunan skripsi ini penulis perlu mendatangi instansi-instansi terkait yang memiliki birokrasi perizinan yang cukup ketat dan pula proses perizinan ini sebagai sebuah bukti bahwa penulis memang merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang sedang melakukan penelitian.

Sebelum mengurus perizinan, penulis terlebih dahulu memilih dan menentukan lembaga atau instansi yang sekiranya dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Setelah itu, penulis mengurus surat perizinan mulai dari tingkat departemen yang kemudian diurus ditingkat fakultas untuk mendapatkan legitimasi dari dekan FPIPS. Adapun surat perizinan yang dibuat pada tanggal 1 Oktober 2014 ditujukan kepada pihak Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Kuningan. LVRI Cabang Kuningan, LVRI Ranting Ciwaru, dan Kepala Desa Ciwaru.

Pada tanggal 6 Oktober 2014 penulis mencoba mengurus surat izin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Kuningan untuk mendapatkan pengakuan sebagai penulis yang akan melakukan kegiatan penelitian di lingkungan hukum Kabupaten Kuningan. Adapun surat-surat yang berkaitan tentang perizinan kegiatan penelitian oleh penulis lampirkan dalam lampiran skripsi ini.

3.2.4 Proses Bimbingan dan Konsultasi

(26)

penulis dibimbing oleh dua dosen pembimbing yaitu Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak Moch. Eryk Kamsori, S.Pd selaku pembimbing II. Setiap hasil penelitian oleh penulis selalu dilaporkan kepada dosen pembimbing untuk dikonsultasikan supaya penulis mendapatkan masukan dari setiap bab yang penulis buat.

Jadwal bimbingan yang dilakukan oleh penulis dengan dosen pembimbing dilakukan secara fleksibel sesuai dengan kesepakatan antara penulis dan dosen pembimbing. Namun dari proses bimbingan dengan pembimbing telah disepakati bahwa proses bimbingan dilakukan per bab setiap pertemuan proses bimbingan.

Bimbingan pertama penulis lakukan dengan dosen pembimbing I pada tanggal 10 September 2014. Dalam proses bimbingan pertama yakni bab I masih terdapat kekurangan dilatarbelakang masalah penelitian dan disuruh ditambahkan referensi tentang Kuningan pada masa revolusi untuk menguatkan permasalahan penelitian yang penulis buat, pada bimbingan pertama ini penulis harus memperbaiki bab I sesuai saran dan boleh lanjut ke bab II namun revisi bab I harus dibawa pada bimbingan berikutnya.

Bimbingan berikutnya dengan pembimbing II yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2014. Dalam proses bimbingan dengan Bapak Moch. Eryk Kamsori, S.Pd bab I di acc dan boleh lanjut ke bab II. Pada tanggal 22 September 2014 penulis melakukan bimbingan kembali dengan pembimbing I dengan membawa bab I yang sudah direvisi dan bab II, dari hasil bimbingan bab I di acc dan bab II harus diperbaiki sesuai saran yang diberikan dan boleh sambil jalan mengerjakan bab III.

(27)

melanjutkan ke bab IV dengan sebelumnya harus menyiapkan instrumen untuk wawancara di lapangan dan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan pada saat penelitian di lapangan.

Penulis sudah menggarap bab IV sambil terus melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Hasil temuan di lapangan dan kajian dari berbagai literatur oleh penulis coba dimasukan dalam bab IV dan tidak lupa dikonsultasikan. Pada tanggal 18 Desember 2014 akhirnya bab IV penulis di acc oleh dosen pembimbing I dan II. Proses bimbingan terus berlanjut hingga bab V sampai pelengkap skripsi seperti abstrak dan lainnya. Skripsi yang dibuat oleh penulis akhirnya di acc seluruhnya dan dianggap layak untuk bersidang oleh pembimbing I pada tanggal 23 Januari 2015 dan oleh pembimbing II pada tanggal 11 Februari 2015. Adapun seluruh aktivitas bimbingan dan frekuensi bimbingan selama penyusunan skripsi ini akan penulis lampirkan dalam lampiran skripsi ini.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap berikutnya setelah penelti mempersiapkan dan merancang penelitian skripsi. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan empat tahapan sesuai metode historis yang akan penulis paparkan sebagai berikut.

3.3.1 Heuristik

Setelah seorang penulis sejarah memilih suatu topik penelitian, langkah berikutnya yang harus dilakukan ialah mengumpulkan semua sumber atau proses heuristik yang berkaitan dengan kajian penelitian. Heuristik merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan penelitian sejarah, heuristik atau pengumpulan sumber ini dapat meliputi pencarian, menemukan dan mengumpulkan data dan fakta atas sumber-sumber yang relevan dengan kajian yang penulis angkat.

(28)

peninggalan-peninggalan berupa artefak, catatan, rekaman, kronik, otobiografi, surat kabar, publikasi pemerintah, surat pribadi & catatan harian. Sumber sejarah juga dapat dibedakan menjadi sumber tertulis, sumber lisan, sumber primer dan sumber sekunder yang kesemuanya dapat digunakan dalam proses penelitian sejarah.

Sejalan dengan teknik penelitian yang penulis gunakan yakni studi literatur, wawancara dan studi dokumentasi, maka sumber yang penulis gunakan adalah sumber tertulis, narasumber yang kompeten dan dokumen-dokumen yang relevan dengan kajian yang penulis angkat, adapun proses pengumpulan sumber yang telah dilakukan oleh penulis diantaranya:

a) Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia

Pencarian sumber yang dilakukan oleh penulis di perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mulai dilakukan pada bulan September sampai bulan Desember 2014. Sumber yang didapat selama proses heuristik tersebut diantaranya:

1. Karya Abdul Haris Nasution yang berjudul Sekitar Perang Kemerdekaan

jilid 1-11

2. Karya Heru Erwantoro & Sindu Galba (editor) yang berjudul Kota dan

Kabupaten Dalam Lintasan Sejarah (Banten, Lebak, Subang dan Kuningan).

3.Karya Ismaun yang berjudul Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana

Pendidikan.

4. Skripsi karya Asep Dian yang berjudul Revolusi Fisik di Desa Mandala

Cirebon Tahun 1947 dan 1949.

b) Perpustakaan Badan Pelestarian Nilai dan Budaya (BPNB) Bandung

(29)

1. Karya Herry Wiryono yang berjudul Peranan Masyarakat Kuningan dalam

Mempertahankan Kedaulatan Republik Indonesia Periode 1945-1950.

2. Karya Herry Wiryono yang berjudul Peranan Tentara Pelajar (TP) Dalam

Mempertahankan Daerah Karesidenan Cirebon (1945-1950).

c) Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah

Dari kunjungan yang penulis lakukan pada tanggal 29 April 2014 di Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah, penulis mendapatkan beberapa sumber yang menunjang dalam penyusunan skripsi penulis. Buku yang didapat antara lain:

1. Karya Asmawi Zainul & Didin Saripudin (editor) yang berjudul 50 Tahun

Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI 1954-2004 yang didalamnya

terdapat artikel dari Ali Emran yang berjudul Kabupaten Kuningan Dari Masa Revolusi Hingga Pembangunan di Indonesia.

d) Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jawa Barat

Dari penelusuran yang dilakukan oleh penulis pada bulan 23 April 2014, penulis mendapatkan beberapa sumber buku yang penulis butuhkan dan dianggap relevan dengan kajian penelitian, buku-buku tersebut diantaranya:

1. Karya T.B Simatupang yang berjudul Dari Revolusi ke Pembangunan.

2. Karya Nina Herlina Lubis dengan judul Sejarah Tatar Sunda Jidil II.

3. Karya Edi S. Ekadjati yang berjudul Sejarah Revolusi Kemerdekaan

Daerah Jawa Barat.

e) Perpustakaan Pusat TNI-AD

Penelusuran sumber di Perpustakaan Pusat TNI-AD yang terdapat di Jalan Kalimantan-Bandung pada tanggal 27 Oktober 2014 penulis mendapatkan beberapa sumber yang cukup relevan dengan kajian penelitian yang sedang dilakukan. Adapun sumber buku yang didapatkan diantaranya:

1. Karya Disjarahdam VI/Siliwangi yang berjudul Siliwangi Dari Masa Ke

(30)

2. Karya Himawan Soetanto yang berjudul Long March Siliwangi.

3. Karya tim penyusun Pemerintah Daerah Djawa Barat yang berjudul

Sedjarah Djawa Barat Suatu Tanggapan dan Pembahasan.

4. Karya Tanu Suherly yang berjudul Sejarah Perang Kemerdekaan

Indonesia.

5. Karya Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung yang berjudul

Sejarah Kota Bandung Periode Revolusi Kemerdekaan (1945-1950).

f) Perpustakaan Umum Kabupaten Kuningan

Dari penelusuran pertama yang penulis lakukan di Perpustakaan Umum Kabupaten Kuningan sekitar awal Mei sampai Oktober 2014, penulis mendapatkan sumber buku sebagai berikut:

1. Karya Wawan Hermawan yang berjudul Kuningan Menembus Waktu 2. Karya Ide Gde Agung Anak Agung yang berjudul Renville.

3. Karya Ide Gde Agung Anak Agung yang berjudul Persetujuan Linggajati

Prolog dan Epilog.

4. Karya Abidin Anwar Dading yang berjudul Kuningan Dalam Kenangan

Remaja-Pemuda, Dari Masa Ke Masa.

5. Karya Tim Penulisan dan Penelitian Sejarah dan Hari Jadi Kuningan yang berjudul Sejarah dan Hari Jadi Kuningan.

6. Karya Suparjadi yang berjudul Dari Sejarah Pertumbuhan Perjuangan

Putra-Putra Kabupaten Kuningan Sejak BKR/TKR Sampai Sekarang.

g) Kantor Legiun Veteran Republik Indonesia Cabang Kuningan

Dari hasil kunjungan penulis ke kantor LVRI cabang Kuningan yang dilakukan pada tanggal 30 April 2014, penulis berkesempatan bertemu dengan beberapa tokoh veteran Kuningan. Selain itu juga, penulis mendapatkan buku karya Tatang Sudarta yang berjudul Perjuangan Rakyat Kuningan Dari Masa Ke

(31)

h) Kantor Legiun Veteran Republik Indonesia Ranting Ciwaru

Dari hasil kunjungan ke Kantor LVRI ranting Ciwaru yang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2014, penulis mendapatkan beberapa dokumen berupa catatan nama-nama pejuang yang pernah berjuang di Ciwaru serta dokumen-dokumen lainnya yang menunjang penulis dalam melakukan penelitian seperti foto-foto dan tugu peringatan peristiwa di Ciwaru. Selain itu juga penulis mendapatkan buku karya Dewan Harian Cabang Angkatan '45 Kabupaten Kuningan yang berjudul

Perjuangan Rakyat Kuningan Masa Revolusi Kemerdekaan.

i) Gedung Juang ’45 Kuningan

Kunjungan ke Gedung Juang ’45 Kuningan penulis lakukan pada tanggal 21

Oktober 2014. Dari hasil kunjungan tersebut penulis berhasil menemui salah seorang mantan Tentara Pelajar Kuningan dan berkesempatan untuk mewawancarainya sebagai sumber pelengkap. Selain itu juga penulis mendapatkan dua majalah yang berjudul Simpay Siliwangi edisi 24 dan 38.

j) Penelusuran di internet

Selain pencarian yang dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan-perpustakaan serta tempat-tempat yang sekiranya terdapat sumber yang dapat penulis jadikan bahan rujukan, penulis juga menggukan media internet untuk melakukan pengumpulan sumber. Hal ini dilakukan penulis karena penulis beranggapan bahwasanya di era modern dan digital seperti saat ini sumber-sumber informasi akan dapat dengan mudah dilakukan melalui media internet, benar saja hasil penelusuran yang penulis lakukan, penulis mendapatkan banyak sumber yang bisa digunakan sebagai bahan referensi utama yang berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun sumber yang penulis dapatkan selama penelusuran sumber yang dilakukan sekitar bulan September-Desember 2014 diantaranya:

1. Makalah yang diseminarkan yang disusun oleh Mumuh Muhsin Zakaria yang berjudul Peranan Tokoh Kuningan Dari Masa Pergerakan Hingga

(32)

2. Skripsi dari Rudi Fachrudin (Universitas Indonesia) yang berjudul Divisi

Bambu Runcing (DBR) Sosok dan Aktivitasnya di Celah-celah Pendudukan Jawa Barat Juli 1947 - Oktober 1949.

3. Skripsi dari Ike Pustakaningrat (Universitas Indonesia) yang berjudul

Cirebon di Masa Revolusi : Dari Linggarjati Hingga Pengakuan Kedaulatan.

k) Koleksi pribadi

Selain buku sumber yang penulis dapatkan dari perpustakaan-perpustakaan dan penelusuran di internet terdapat pula buku-buku koleksi pribadi yang sudah dimiliki untuk menunjang penyusunan skripsi. Adapun buku-buku yang penulis miliki antara lain:

1. Karya Taufik Abdullah yang berjudul Sejarah Lokal di Indonesia.

2. Karya M.C. Ricklefs yang berjudul Sejarah Indonesia Modern

1200-2008.

3. Karya Sartono Kartodirdjo yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial Dalam

Metodologi Sejarah.

4. Karya Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened P. Yang berjudul

Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.

5. Karya Sewaka yang berjudul Tjorat Tjaret Dari Djaman Ke Djaman. 6. Karya Helius Sjamsuddin yang berjudul Metodologi Sejarah.

l) Sumber Lisan

Untuk melengkapi kekurangan dari sumber literatur, penulis melakukan wawancara dengan para pelaku sejarah dan saksi sejarah terkait peristiwa revolusi kemerdekaan yang terjadi di Kuningan. Adapun narasumber yang sudah penulis kunjungi dan melakukan wawancara antara lain:

(33)

2. Bapak Mulyadi yang berusia 85 tahun yang pada waktu peristiwa revolusi merupakan anggota laskar Angkatan Pemuda Indonesia (API) di daerah Ciwaru. diwawancara pada tanggal 2 Mei 2014 dan 20 Oktober 2014.

3. Bapak Sa’i berusia 89 tahun yang waktu peristiwa revolusi merupakan

anggota laskar Angkatan Pemuda Indonesia (API). Diwawancara pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2014.

4. Bapak M. Setiadi berusia 80 Tahun yang pada waktu peristiwa revolusi merupakan bagian dari anggota Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Kecamatan Ciwaru. Diwawancara pada tanggal 18 dan 20 Oktober 2014. 5. Bapak Juhari berusia 80 tahun yang pada waktu peristiwa revolusi

merupakan bagian dari pelajar Kuningan yang ikut berjuang yang akhirnya tegabung menjadi Tentara Pelajar Kuningan. Diwawancara pada tanggal 21 Oktober 2014.

3.3.2 Kritik Sumber

Sumber sejarah yang sudah terkumpul melalui tahap heuristik kemudian dikritik melalui langkah kritik sumber. Dalam tahap ini, sumber-sumber yang telah terkumpul diverifikasi untuk diketahui otentisitasnya dan kredibilitasnya. Sumber-sumber yang ada dikritik baik secara eksternal dan internal. Tujuan dari itu semua adalah untuk memilah dan memilih sumber-sumber yang ada apakah layak dan relevan untuk digunakan sebagai sebuah rujukan atas fakta-fakta yang ada didalamnya. Untuk lebih jelasnya, penulis memaparkan kritik eksternal dan internal yang penulis lakukan terhadap sumber yang didapat.

3.3.2.1 Kritik Eksternal

(34)

Kritik pertama yang dilakukan penulis adalah buku karya Abdul Haris Nasution, sosok A.H. Nasution sebagai tokoh penting dalam kancah militer Indonesia tentu saja tidak dapat diragukan kemampuanya dalam hal strategi dan perang. Namun selain itu pula kemampuan seorang A.H. Nasution dalam menulis pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk buku yang penulis jadikan salah satu sumber rujukan utama yakni buku dengan judul Sekitar Perang Kemerdekaan dan Pokok-Pokok Gerilya memiliki integritas yang tinggi.

Selain buku yang karya A.H Nasution penulis juga melakukan kritik eksternal terhadap hasil penelitian dari Herry Wiryono. Dua hasil penelitian Herry penulis gunakan karena berhubungan langsung dengan peristiwa revolusi di Kuningan, selain itu latar belakang peneliti sendiri yang merupakan tim riset dari Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung membuat penulis yakin bahwa hasil penelitian yang berjudul Peranan Masyarakat Kuningan dalam

Mempertahankan Kedaulatan Republik Indonesia Periode 1945-1950 dan Peranan Tentara Pelajar (TP) Dalam Mempertahankan Daerah Karesidenan Cirebon (1945-1950) memiliki integritas dan otentisitas yang tinggi. Selain dilihat

dari latarbelakang peneliti sendiri penulis melihat dari usia sumber dan jenis kertas memiliki otentisitas yang cukup karena kertas yang sudah menguning dan lusuh karena penelitian dilakukan sekitar tahun 1999-an.

Tulisan karya Ali Emran yang berjudul Kabupaten Kuningan Dari Masa

Revolusi Hingga Pembangunan di Indonesia yang selanjutnya penulis coba kritik.

Dari latarbelakang penulis sendiri Ali Emran merupakan mantan Ketua Departemen Pendidikan Sejarah periode 1972-1975 dan 1975-1978 yang mana tentu saja integritas penulis dapat diakui.

Sumber yang selanjutnya penulis kritik yaitu buku karya T.B. Simatupang yang berjudul Dari Revolusi ke Pembangunan latarbelakang penulis yang merupakan tokoh penting dalam kemiliteran dan juga bertugas dimasa revolusi kemerdekaan menjadikan tulisan mengenai peristiwa revolusi sangat memiliki kredibilitas, berikutnya buku karya Nina Herlina Lubis dengan judul Sejarah

Tatar Sunda Jidil II sosok penulis yang memang sejarawan dari Universitas

(35)

Sumber berikutnya yang dikritik buku yang disusun oleh Dewan Harian Cabang Angkatan '45 Kabupaten Kuningan yang berjudul Perjuangan Rakyat

Kuningan Masa Revolusi Kemerdekaan, buku ini disusun dengan metodologi

sejarah yang baik, dan juga tim penulis buku ini merupakan orang-orang yang memiliki ikatan langsung dengan peristiwa revolusi di Kuningan, maka dari itu kredibilitas buku ini cukup dapat diperhitungkan. Sumber berikutnya yang coba penulis kritik adalah buku yang disusun oleh Tim Humas Pemda Kab. Kuningan yang berjudul Kuningan Menembus Waktu yang isinya bercerita mengenai perjalanan sejarah Kuningan dari masa ke masa, penyusun buku ini salah satunya adalah mantan wartawan senior yaitu Wawan Hermawan yang memang sudah terbiasa dan menjadi tim pula dalam perumusan buku karya Dewan harian 45 Kuningan.

Berikutnya adalah buku dari Edi S. Ekadjati yang berjudul Sunda,

Nusantara dan Indonesia Suatu Tinjauan Sejarah. Latarbelakang penulis sebagai

guru besar dalam bidang sejarah tentu memiliki kredibilitas dalam tulisannya, apalagi tulisan ini merupakan pidato ilmiah dalam pengangkatan guru besar di Universitas Padjajaran.

Buku terakhir yang coba dikritik oleh penulis adalah buku karya Tatang Sudarta yang berjudul Perjuangan Rakyat Kuningan Dari Masa Ke Masa, penulis merupakan mantan sekertaris daerah Kabupaten Kuningan tahun 1990-an. Meskipun bukan berasal dari latarbelakang sejarawan tapi profesi sekertaris daerah yang selalu berhubungan dengan arsip dan dokumen pemerintahan tentu cukup memiliki kredibilitas dalam tulisannya.

(36)

yang bertugas di wilayah Kuningan barat menjadikan informasi yang didapatkan memiliki integritas yang cukup memadai.

Kedua, Bapak Sa’i yang berusia 89 tahun merupakan mantan anggota laskar

API di wilayah Kuningan kota, kondisi Bapak Sa’i dalam memberikan informasi masih cukup baik, secara penyampaian pun tidak terlalu lama berfikir hal ini menandakan beliau memang benar mengalami langsung peristiwa sekitar revolusi di Kuningan. Namun dengan kondisi Bapak Sa’i yang agak kurang pendengarannya membuat wawancara yang dilakukan harus menggunakan nada yang lebih tinggi. Namun secara integritas dan latarbelakang narasumber menjadikan informasi yang didapat memiliki integritas yang cukup.

Ketiga, Bapak Juhari berusia 80 tahun yang berlatarbelakang mantan Tentara Pelajar Kuningan menjadikan informasi yang didapatkan oleh penulis menjadi lebih lengkap. Kondisi fisik yang masih sehat dan bugar diusia 80 tahun menjadikan penyampaian informasi yang diberikan cukup lancar dan tidak ada hambatan yang berarti, keterangan yang diberikan dengan cukup jelas menjadikan informasi mengenai peristiwa sekitar revolusi menjadikan memiliki integritas yang cukup.

Keempat, Bapak Mulyadi berusia 85 tahun yang merupakan ketua LVRI ranting Ciwaru dan berlatarbelakang veteran mantan anggota API Ciwaru. Kondisi fisik yang masih bugar menjadikan penyampaian informasi yang diberikan cukup lancar dan baik, tidak ada kendala dalam penyampaian informasi oleh narasumber menjadikan informasi yang diperoleh memiliki integritas yang baik.

Kelima, M. Setiadi berusia 80 tahun yang berlatarbelakang mantan anggota Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Ciwaru. Kondisi fisik yang masih bugar di usia 80 tahun menjadikan penyampaian informasi yang diperoleh cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan pengetahuan beliau mengenai lokasi detail peristiwa yang pernah terjadi di Ciwaru.

3.3.2.2 Kritik Internal

(37)

didapatkan. Apabila dilihat dari konten yang terdapat dalam buku-buku yang telah disebutkan di atas secara tataran konten sudah memiliki kredibilitas dalam kesaksian dan fakta-fakta yang digunakan. Sumber-sumber yang digunakan dalam menyusun buku merekapun sudah sesuai dengan apa yang seharusnya, apalagi karya A.H. Nasution merupakan cerita pengalaman yang beliau tuangkan dalam buku menjadikan informasi yang ada memiliki kredibilitas isi yang mumpuni.

Selain sumber tulisan, kritik internal terhadap sumber lisan pun dilakukan guna menjaga kredibilitas isi yang disampaikan oleh narasumber mengenai peristiwa revolusi yang terjadi di Kuningan khususnya Ciwaru. Apabila dilihat dari latarbelakang mereka dan hasil wawancara yang dilakukan, informasi yang diperoleh dari narasumber memiliki kredibilitas yang cukup tinggi.

3.3.3 Interpretasi

Tahap berikutnya yang ditempuh oleh penulis adalah tahap interpretasi atau penafsiran. Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengolah, menyusun dan menafsirkan fakta yang telah teruji kebenarannya karena telah melalui tahap kritik sumber. Fakta-fakta yang telah diproses kemudian dirangkai dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dimana peristiwa yang satu dengan lainnya menjadi selaras dalam konteks peristiwa-peristiwa yang melingkupinya (Ismaun, 2005, hlm. 38).

Dalam melakukan penafsiran dari fakta-fakta yang sebelumnya telah di verifikasi melalui kritik sumber, penulis melakukan tanggapan, komentar dan analisis data yang mana tentu saja melalui kaidah-kaidah ilmiah. Dalam tahap interpretasi ini penulis merangkai seluruh fakta yang telah didapatkan dari sumber-sumber yang ada sekaligus melakukan tahap historiografi.

3.3.4 Historiografi

(38)

menghasilkan suatu sintesis dari seluruh penelitian atau penemuan dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007, hlm.156).

Sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah dengan menggunakan dan merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa

Berikutnya adalah pengumpulan sumber (heuristic) baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Ketiga adalah verifikasi, yang berupa kritik ekstern maupun intern

penelitian: mencari, menemukan, dan mengumpulkan jejak masa lampau atau sumber sejarah dlm bentuk benda, tulisan maupun lisan.  Visualisasi fakta sejarah TNI

langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah: Heuristik Pada tahap ini peneliti mencoba mencari dan mengumpulkan data-data yang diperlukan baik sumber

Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik , kritik sumber baik intern maupun ekstern,

Dalam mencari data, penulis berusaha menghimpun baik sumber primer (karya sejarah yang ditulis Kuntowijoyo) maupun sekunder (komentar- komentar yang dilontarkan pada

a) Heuristik. Tahap ini merupakan proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Pada tahap ini, penulis mencari dan

Berikutnya adalah pengumpulan sumber (heuristic) baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Ketiga adalah verifikasi, yang berupa kritik ekstern maupun intern