PT. BAHANA NUSANTARA
REHULINA APRIYANTI, ST., MT
KAJIAN KONSEP PERANCANGAN BERTEMA KEARIFAN LOKAL PADA BANGUNAN SKPT DI SAUMLAKI
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Margonda Raya No. 100, Pondok Cina Depok, Jawa Barat 2021
i |
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Laporan penelitan dengan judul “Kajian Konsep Perancangan Bertema Kearifan Lokal pada Bangunan SKPT di Saumlaki” telah dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan penelitian dengan judul “Kajian Konsep Perancangan Bertema Kearifan Lokal pada Bangunan SKPT di Saumlaki” memuat suatu proses perencanaan yang menerapkan konsep kearifan local pada desain sebuah kawasan yang berfungsi sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
Bagaimana sebuah bentuk proses perencanaan yang diawali dengan sebuah konsep dapat membuat warna tersendiri pada suatu bangunan, hal ini yang ingin dikaji untuk diketahui penerapannya pada bangunan SKPT di Saumlaki.
Pada akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan Laporan penelitian “Kajian Konsep Perancangan Bertema Kearifan Lokal pada Bangunan SKPT di Saumlaki” ini.
Depok, Januari 2021
Penulis
ii |
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 2
1.3. LOKASI KEGIATAN 2
1.4. STANDAR TEKNIS 3
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN 4
2.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Tanimbar 4
2.1.2 Pelabuhan Perikanan Ukurlaran 9
BAB 3 KONSEPSI PERANCANGAN
3.1. KONSEP ARSITEKTURAL 18
3.1.1. Penerapan Konsep Modern pada Bangunan 18
3.1.2. Penerapan Konsep Kearifan Lokal pada Bangunan 19
3.1.3. Konsep Tapak 20
BAB 4 PENUTUP
4.1. KESIMPULAN 38
4.2. SARAN 38
iii |
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kabupaten Kepulauan Tanimbar 4
Gambar 2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar 7
Gambar 2.3. Lokasi Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar 10
Gambar 2.4. Pelabuhan Perikanan Ukurlaran 10
Gambar 2.5. Sumber Mata Air PDAM 12
Gambar 3.1. Pasar Ikan Omele yang ada di Saumlaki 16
Gambar 3.2. Pasar ikan di Pasar Lama Saumlaki 17
Gambar 3.3. Kondisi Eksisting Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Saumlaki
17
Gambar 3.4. Penerapan Konsep Kearifan Lokal dan Modern Pada
Bangunan 19
Gambar 3.5. Batas Tapak pada Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
Saumlaki 21
Gambar 3.6. Pencapaian/Aksesbilitas Menuju lokasi SKPT Saumlaki 23 Gambar 3.7. Sirkulasi didalam site SKPT Saumlaki 25 Gambar 3.8. Pengelompokkan Fungsi Bangunan Berdasarkan Zoning 28 Gambar 3.9. Aktivitas berdasarkan Fungsi pada kawasan SKPT
Saumlaki
32
Gambar 3.10. Peletakkan Massa Bangunan pada kawasan SKPT Saumlaki 33 Gambar 3.11. Pembentukan Ruang Luar pada Kawasan SKPT Saumlaki 34 Gambar 3.12. Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT Saumlaki 35 Gambar 3.13. Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT Saumlaki 36 Gambar 3.14. Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT Saumlaki 37
iv |
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2018
7
Tabel 2.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2018
8
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2018
9
1
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Realita saat ini potensi sumber daya di Kabupaten Kepulauan Tanimbar belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan pemanfaatan dan pengelolaan laut yang mengarah pada pengembangan potensi kelautan dan perikanan dengan memanfaatkan ruang laut dan memperhatikan kelestarian, kesinambungan, interaktif, adaptif, dan partisipatif untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Kebijakan dan strategi percepatan pembangunan kelautan dilakukan dengan percepatan pengembangan ekonomi kelautan yaitu pengembangan industri kelautan melalui pengembangan industri kelautan secara bertahap dan terpadu melalui keterkaitan antar industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menjadi inisiasi untuk sebuah program pembangunan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan yang terintegrasi dan menyeluruh, yang diterjemahkan melalui pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) berbasis pulau- pulau kecil dan/ atau kawasan perbatasan. SKPT adalah pusat bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan.
SKPT yang berbasis pulau-pulau kecil dan/ atau kawasan perbatasan ini diserahkan agar memiliki nilai strategis sebagai tempat berlangsungnya pengolahan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan dari sektor hulu hingga hilirnya secara terpadu, baik secara proses maupun secara kelembagaan. Dengan adanya SKPT pada pulau-pulau kecil dan/ atau kawasan perbatasan negara diharapkan akan dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan pasar dalam negeri maupun luar negeri. SKPT adalah upaya KKP untuk mempercepat tindakan pengembangan industri perikanan nasional dari hulu- hilir berbasis kawasan di pulau-pulau terluar.
2 Upaya pengembangan SKPT tidak semata-mata bergantung pada penguatan sektor hulu (pasokan bahan baku perikanan), tetapi juga sektor hilir (sektor pengolahan) seperti sarana dan prasarana pendukung lainnya. Aksi pengembangan SKPT ini diharapkan dapat mempercepat personifikasi pulau- pulau kecil dan/ atau kemandirian masyarakat derah perbatasan.
Salah satu lokasi pembangunan SKPT Saumlaki yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dengan pusat pengembangan perikanan tangkap berada di Pelabuhan Perikanan (PP) Ukurlaran di Kecamatan Tanimbar Selatan.
Pembangunan PP. Proses perencanaan yang berjalan diharapkan dapat menerapkan konsep bertemakan kearifan local pada konsep perancangannya.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk mengkaji penerapan konsep kearifan local pada perencanaan kawasan SKPT di Saumlaki.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk dapat mengetahui lebih lanjut konsep kearifan local yang dapat digunakan pada kawasan SKPT, khususnya untuk wilayah di Saumlaki.
1.3. Landasan Hukum
Landasan Hukum yang digunakan dalam laporan penelitian ini antara lain:
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
2. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51/KEPMEN-KP/2016 Tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
3. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 73/KEPMEN-KP/2016 Tentang Pengelola Sentra Kelautan Dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2015 Tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
3 5. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 40/PERMEN-KP/2016 Tentang Penugasan Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
6. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 8/PERMEN-KP/2017 Tentang Revisi Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 40/PERMEN-KP/2016 tentang Penugasan Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
1.4. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian dengan judul “Kajian Konsep Perancangan Bertema Kearifan Lokal pada bangunan SKPT di Saumlaki, terdiri dari beberapa bab, dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Bab 1 Pendahuluan
Menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, dan sistematika penulisan.
b) Bab 2 Gambaran Umum Wilayah
Menjelaskan tentang gambaran umum wilayah perencanaan yaitu Saumlaki sehingga dapat memahami apa yang menjadi karakter dari wilayah yang dapat diangkat kearifan local pada wilayah tersebut.
c) Bab 3 Konsepsi Perancangan
Menjelaskan tentang konsep desain yang ditawarkan pada masing masing lokasi, seperti pengelompokan fungsi bangunan, jalur akses, massa bangunan, konsep drainase dan lain lain.
d) Bab 4 Penutup
4
BAB 2.
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum Wilayah Kajian 2.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tanimbar
A. Kondisi Geografis
Secara astronomis, Kabupaten Kepulauan Tanimbar terletak antara 6034’24” – 8024’36” LS dan 130037’47” – 13304’12” BT. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Kepulauan Tanimbar berbatasan dengan:
sebelah utara : Laut Banda
sebelah selatan : Laut Timor dan Samudera Pasifik sebelah barat : Gugus Pulau Babar Sermatang sebelah timur : Laut Arafura
Gambar 2-1. Kabupaten Kepulauan Tanimbar
Kabupaten Kepulauan Tanimbar merupakan daerah kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar yang mempunyai luas keseluruhan 52.995,20 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 (19,06%) dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km2 (80,94%). Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan
5 Tanimbar terdiri dari banyak pulau, baik itu yang berpenghuni maupun yang masih belum tersentuh, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 81 pulau.
Kabupaten Kepulauan Tanimbar terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecamatan Tanimbar Selatan, Wertamrian, Wermaktian, Selaru, Tanimbar Utara, Yaru, Wuarlabobar, Nirunmas, Kormomolin dan Molu Maru. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Wermaktian (15.427,95 km2), sedangkan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Yaru (416,62 km2).
B. Kondisi Iklim
Iklim di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim yang bergerak dari dan ke arah ekuator, sehingga pola iklim di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/
Januari dan April/ Mei.
a. Musim
Selama periode April – September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September.
Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator kemudian berubah arah menjadi barat laut atau angin barat menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati Laut Banda yang cukup luas.
Angin tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah Kepulauan Tanimbar.
b. Curah hujan
Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Mei.
Jumlah curah hujan selama tahun 2018 sesuai data dari Stasiun Metereologi Kecamatan Tanimbar Selatan adalah 1.557,1 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 334,8 mm. Jumlah curah hujan selama tahun 2018 adalah 175 hari, dengan hari hujan terbanyak pada bulan Januari yaitu 29 hari.
c. Suhu, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Kecamatan Tanimbar Selatan, suhu rata- rata terendah pada tahun 2018 adalah 26,30C yaitu pada bulan Agustus,
6 sedangkan suhu rata-rata tertinggi pada bulan April sebesar 29,30C. Rata - rata kelembaban udara relatif tertinggi tahun 2018 terjadi pada bulan Januari sebesar 86%.
Tekanan udara tertinggi pada tahun 2018 terjadi pada bulan Agustus dan durasi penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan Oktober masing-masing sebesar 1.013,5 milibar dan 91%. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 14 knot.
d. Tipe iklim
Berdasarkan Peta Zona Agroklimat Provinsi Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikaso Oldeman (1980), gugus Pulau Tanimbar termasuk dalam tiga zona agroklimat, yaitu:
1) Zona II.3: curah hujan tahunan 1500 – 1800 mm, tercakup dalam Zona D3 menurut Oldeman dengan bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 4-6 bulan.
2) Zona II.4: curah hujan tahunan 1800 – 2100 mm, tercakup dalam Zona C3 menurut Oldeman dengan bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering 4-6 bulan.
3) Zona IV.1: curah hujan tahunan 3000 – 4000 mm, tercakup dalam Zona A3 menurut Oldeman dengan bulan basah lebih dari 9 bulan dan bulan kering kurang dari 2 bulan.
C. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Tanimbar tahun 2018 sebanyak 125.736 jiwa yang terdiri atas 63.574 jiwa penduduk laki-laki dan 62.152 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan tahun 2017, penduduk Kepulauan Tanimbar mengalami pertumbuhan sebesar 1,54%. Sementara itu rasio jenis kelamin tahun 2018 sebesar 102.
7 Tabel 2-1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar Tahun 2018 Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan
Tanimbar Selatan
18.975 18.539 37.514 102
Wertamrian 5.850 5.788 11.638 101
Wermaktian 6.678 6.470 13.148 103
Selaru 7.150 6.894 14.044 103
Tanimbar Utara 7.510 7.512 15.022 100
Yaru 2.718 2.747 5.465 99
Wuarlabor 4.585 4.367 8.952 105
Nirunmas 4.235 4.199 8.434 101
Kormomolin 3.859 3.748 7.607 103
Molu Maru 2.014 1.898 3.912 106
Total 63.574 62.162 125.736 102 Sumber: Kabupaten Kepulauan Tanimbar Dalam Angka (2019)
Gambar 2-2 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2014 – 2018
Kepadatan penduduk di Kepulauan Tanimbar tahun 2018 mencapai 12,44 jiwa/ km2. Distribusi penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan distribusi penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Tanimbar Selatan dengan
8 persentase sebesar 29,84% dan terendah di Kecamatan Molu Maru sebesar 3,11%.
Tabel 2-2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2018
Kecamatan Persentase Penduduk
Kepadatan Penduduk per km2
Tanimbar Selatan 29,84 45,43
Wertamrian 9,26 8,96
Wermaktian 10,46 4,47
Selaru 11,17 16,99
Tanimbar Utara 11,95 13,96
Yaru 4,35 68,81
Wuarlabor 7,12 13,67*)
Nirunmas 6,71 5,74
Kormomolin 6,05 8,15
Molu Maru 3,11 -
Total 100 12,44
*) termasuk Kecamatan Molu Maru
Sumber: Kabupaten Kepulauan Tanimbar Dalam Angka (2019)
Jumlah angkatan kerja penduduk berumur 15 tahun ke atas pada tahun 2018 sebesar 50.276 jiwa, dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 47.935 jiwa dan pengangguran terbuka sebesar 2.341 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bukan merupakan angkatan kerja sebesar 22.569 jiwa. Jumlah pencari kerja terdaftar di Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada tahun 2018 sebesar 4.335 orang. Dari 4.335 pekerja yang terdaftar sebesar 576 telah ditempatkan bekerja.
9 Tabel 2-3. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2018
Kegiatan Utama Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Angkatan Kerja 28.766 21.510 50.276
- Bekerja 27.787 20.148 47.935
- Pengangguran Terbuka
979 1.362 2.341
Bukan Angkatan Kerja
7.456 15.140 22.596
- Sekolah 3.298 3.333 6.631
- Mengurus Rumah Tangga
2.134 10.086 12.220
- Lainnya 2.024 1.721 3.745
Jumlah 36.222 36.650 72.872
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja 79,42 58,69 68,99 Tingkat
Pengangguran
3,40 6,33 4,66
Sumber: Kabupaten Kepulauan Tanimbar Dalam Angka (2019)
2.1.2. Pelabuhan Perikanan Ukurlaran
Pelabuhan Perikanan Ukurlaran terletak di Saumlaki, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Lokasi ini berada sekitar 5 km dari pusat Kota Kabupaten. Daerah yang berdekatan dengan Ukurlaran adalah Kabiar dan Sifnana dimana desa ini merupakan daerah permukiman dan perkantoran yang banyak didiami penduduk.
Posisi geografis lokasi Pelabuhan Perikanan Ukurlaran berada di Kepulauan Tanimbar, lokasi lahan berada pada titik 7,56°. 2,32° LS sampai dengan 131°.17 . 34,89° BT. Daerah ini terletak pada daerah pantai yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar dan mempunyai peluang untuk pengembangan pengolahan hasil
10 usaha penangkapan ikan laut serta merupakan sentra perdagangan perikanan utamanya yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan sekitarnya.
Gambar 2-3. Lokasi Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar
Gambar 2-4. Pelabuhan Perikanan Ukurlaran (Sumber: Hasil Survey 2020)
Pelabuhan Perikanan Ukurlaran menjadi lokasi Sentra Kelautan Perikanan Terpadu. Lokasi ini merupakan lokasi yang dikatakan cukup strategis karna memiliki potensi perikanan sampai 10.000 ton/tahun. Berdasarakan potensi tersebut, pelabuhan perikanan ukurlaran membawa beban besar buat kemajuan perikanan di kabupaten kepulauan tanimbar sehingga dilakukan perencanaan yang harus mengakomodir kebutuhan nelayan.
11 Konsep lay out pelabuhan perikanan pada dasarnya sudah mengakomodir kebutuhan nelayan. Dermaga/jetty menjadi pintu gerbang nelayan dari daerah lain untuk mendaratkan kapalnya di pelabuhan tersebut. Setelah dermaga, difasilitasi juga causeway yang menghubungkan daratan utama dengan laut.
Causeway ini memiliki panjang sekitar 468 meter yang menjadi akses keluar masuk dermaga. Setelah itu, di sisi kanan kiri, ada pos jaga dan tempat pelelangan ikan. Pos jaga ini berfungsi sebagai lokasi pemeriksaan keamanan buat nelayan yang mendaratkan kapalnya dan tempat pelelangan ikan berfungsi sebagai tempat ikan didaratkan setelah dari kapal. Terlihat juga jalan yang lumayan lebar, sekitar 7 meter yang menghubungkan causeway dan pintu utama dari daratan. Masuk di lokasi daratan, terdapat kantor pelayanan, workshop/bengkel, mess, mushalla, dan pabrik es. namun, semua fasilitas ini belum berfungsi secara maksimal dikarenakan belum mampunya kapasitas listrik dan air dalam mengakomodir kebutuhan pelabuhan tersebut.
Daya listrik terpasang di PP. Ukurlaran sebesar 16.500 VA. Pada saat malam hari, penerangan hanya ada di area darat seperti kantor dan jalan, sedangkan area causeway dan jetty tidak ada penerangan. Berdasarkan hasil wawancara, PLN sanggup mensupport kebutuhan listrik di PP. Ukurlaran apabila nanti ada penambahan daya.
Sumber air yang digunakan di PP. Ukurlaran berasal dari PDAM. Kapasitas sumber mata air PDAM berasal dari sumber mata air Wermomolin dan sumber mata air Bomaki. Sumber air di PP. Ukurlaran berasal dari sumber mata air Bomaki yang memiliki debit 15 liter/detik dan mengandalkan gravitasi. Sumber air yang mengalir ke PP. Ukurlaran memiliki jaringan pipa tersendiri.
12 Gambar 2-5. Sumber Mata Air PDAM
(Sumber: PDAM Kabupaten Kepulauan Tanimbar 2020)
1. Fasilitas Eksisting a). Fasilitas pokok
Lahan, lahan PP Ukurlaran kurang lebih seluas 2 ha. Status lahan saat ini sudah hak milik Kementrian Kelautan dan Perikanan
Dermaga, kondisi dermaga saat ini dalam keadaan rusak (struktur dermaga mengalami korosi). Kapal TNI sering tambat di dermaga ini.
Oleh karena itu, dermaga eksisting saat ini sebenarnya sudah layak untuk tempat tambat kapal-kapal besar, hanya saja perlu dilakukan peningkatan kualitas dermaga eksisting.
Trestle dengan ukuran 6 x 35 m2
Causeway
Jalan, kondisi jalan sudah menggunakan aspal kasar dengan lebar jalan 5 – 7 meter.
Drainase, terdapat di kanan dan kiri jalan dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30 – 70 cm.
13
Jalan Drainase
Causeway Dermaga
b). Fasilitas fungsional
TPI
Kantor pengelola
Rumah Trafo
Workshop
Pagar kawasan
Bak air, ruang genset
14
TPI Kantor
Rumah Trafo Workshop
Pagar Rumah Genset
c). Fasilitas penunjang
Rumah dinas
Toilet
Pos jaga
Kios logistik
15 Kios Logistik Rumah Dinas
Pos Jaga Utama Pos Jaga Dermaga
Toilet Umum
16
BAB 3.
KONSEPSI PERANCANGAN
Sesuai dengan rencana pemerintah menetapkan Maluku sebagai lumbung ikan nasional harusnya diimbangi dengan tersedianya sarana dan prasarana penunjang dalam rangka mendukung peningkatan produksi perikanan, memperlancar lalu lintas kapal perikanan, mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat perikanan, pelaksanaan dan pengendalian sumber daya ikan, dan mempercepat pelayanan terhadap kegiatan di bidang usaha perikanan. Salah satu sarana penting dalam rangka menjawab permasalahan diatas adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Selain itu dengan adanya PPI dapat juga membantu nelayan berkaitan dengan pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh bahkan merapatnya kapal/perahu perikanan dan dapat melakukan bongkar/muat ikan, pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan, pusat pembinaan mutu hasil perikanan dan pusat penyuluhan serta pusat informasi perikanan.
Ide awal perencanaan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki ini adalah bagaimana menciptakan sebuah kawasan untuk memfasilitasi masyarakat pada umumnya, dalam melakukan kegiatan sentra kelautan dan perikanan, khususnya untuk produk perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku. Dimana kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki dari mulai dibangun sampai saat ini masih belum dapat beroperasi, dikarenakan lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki sangat jauh dari kota dan akses menuju lokasi belum ada kendaraan umum. Kondisi ini juga yang menyebabkan nelayan tidak dapat menjual ikannya di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki, nelayan rata-rata menjual ikannya di pasar lama dekat dengan pelabuhan.
Gambar 3-1. Pasar Ikan Omele yang ada di Saumlaki
17 Gambar 3-2 Pasar ikan di Pasar Lama Saumlaki
(Sumber: Data Lapangan 2020)
Gambar 3-3 Kondisi Eksisting Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Saumlaki (Sumber: Data Lapangan 2020)
Ide awal dalam konsep perancangan pada perencanaan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki adalah bagaimana menciptakan kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki ini dapat terfungsikan dengan baik
18 terutama dari aspek bangunannya, dan diharapkan bangunan dapat mencerminkan aktivitas dan kearifan lokal sehingga dapat menjadi daya tarik tidak hanya untuk masyarakat pengguna tapi juga bisa menjadikan kawasan ini menjadi salah satu lokasi yang akan dikunjungi oleh masyarakat luar sebagai bentuk wisata kelautan di Saumlaki.
Dalam mewujudkan konsep perancangan ini maka pada pelaksanaan pekerjaan perencanaan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki akan diterapkan konsep: “Modern, Minimalis dan Local Wisdom (Kearifan Lokal)”.
3.1. Konsep Arsitektural
3.1.1. Penerapan Konsep Modern pada Bangunan
Kesederhanaan dalam arsitektur modern sangat ditekankan. Oleh karena itu para arsitek yang menganut aliran arsitektur modern merancang bangunannya dengan cara mengurangi unsur ornamen, bahkan bersih dari ornamen serta sesuai dengan fungsinya sehingga arsitektur modern menerapkan prinsip form follows function, yaitu bentukan desain arsitektur yang mengikuti fungsi pada suatu bangunan dengan metode konstruksi yang terkini.
Bentukan pada arsitektur modern berupa platonic solid dengan bentuk yang dominan persegi atau kotak, tak berdekorasi, serta terdapat perulangan yang monoton. Hal-hal tersebut adalah ciri dari arsitektur modern (Banham, 1978).
Arsitektur modern memiliki karakter yang maupun beragam bentuk kebudayaan.
Lalu arsitektur modern memiliki prinsip kesederhanaan atau less is more sehingga memiliki bentuk yang fungsional dan juga sederhana atau simple, serta mengutamakan efisiensi sehingga tidak membutuhkan ornamen. Memiliki penekanan perancangan pada ruang maka desain menjadi sederhana, polos bergaya internasional sehingga karakter modern dapat diaplikasikan di berbagai area, bidang kaca yang lebar serta banyak menggunakan bentuk geometri dasar dan material yang digunakan jujur apa adanya dengan di ekspos secara polos, dengan tujuan agar tetap memberikan kesan tersendiri dari material, misalnya beton memberi kesan berat, baja memberi kesan kokoh, kaca memberi kesan ringan (Gossel, 1991).
19 Dari beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan karakteristik arsitektur modern adalah sebagai berikut:
Menekankan prinsip kesederhanaan serta simpel.
Fungsional pada semua aspek.
Bentuk yang geometris.
Ekspresi material ataupun struktur.
Gambar 3-4. Penerapan Konsep Kearifan Lokal dan Modern Pada Bangunan
3.1.2. Penerapan Konsep Kearifan Lokal pada Bangunan
Kebijakan lokal merupakan aspek yang dihasilkan dari hubungan antara manusia dan alam dimana manusia akan beradaptasi dengan alam sekitarnya.
Konsep kearifan lokal sering dipergunakan dalam arsitektur tradisional dimana arsitektur tradisional atau vernakular selalu mempertimbangkan harmonisasi antara makro kosmos dan mikro kosmos sehingga kehidupan di dalam alam semesta dapat berlangsung dalam keadaan seimbang.
Menurut Antaryama (2009) dalam Dahliani (2015) pengertian kearifan lokal adalah system ilmu pengetahuan yang memiliki orientasi terhadap bahasa alam pada wilayah-wilayah tertentu. Dahliani (2015) mengatakan bahwa konsep kearifan lokal dalam manajemen lingkungan digambarkan oleh Berkes (1993) sebagai traditional ecological knowledge yang merupakan kumpulan dari pengetahuan, praktek dan kepercayaan yang berevolusi melalui proses adaptasi yang diwarisi secara turun temurun melalui budaya. Kearifan lokal juga dapat diasosiasikan dengan indigenous knowledge (Ellen, Parker, Bicker 2005). Antariksa (2009)
20 mengatakan bahwa kearifan lokal adalah perilaku positif dari manusia yang menghubungkan antara alam dengan lingkungan disekitarnya.
Kearifan lokal dianggap sebagai ide-ide lokal yang bijaksana, penuh dengan nasihat dan nilai-nilai yang dijadikan pedoman hidup oleh manusia. Dari beberapa karkater yang dimiliki oleh kearifan lokal diatas bisa kita simpulkan bahwa kearifan lokal adalah sesuatu yang bersifat kedaerahan yang diturunkan melalui lisan, demonstrasi langsung ataupun meniru dan merupakan hasil dari praktik keseharian.
3.1.3. Konsep Tapak A. Batasan Tapak
Pangkalan Pendaratan Ikan Ukurlaran terletak di Kota Saumlaki dengan luasan tapak kurang lebih 2 hektar. Batas – batas lokasi rencana pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah:
Batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Kabiar
Batas sebelah barat berbatasan dengan Desa Wasteta
Batas sebelah selatan berbatasan dengan perairan Nustabun
Batas sebelah timur berbatasan dengan hutang mangrove Desa Kabiar Posisi geografis lokasi Pangkalan Pendaratan ikan Ukurlaran Saumlaki berada di Pulau Yamdena. Lokasi lahan berada pada titik koordinat rupa bumi secara teknis berada pada 7,56° LU - 2,32° LS dan 131°.17 BT - 131,89° BB. Daerah ini terletak pada daerah pantai yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar dan mempunyai peluang untuk pengembangan pengolahan hasil usaha penangkapan ikan laut, lebih dari itu merupakan sentra perdagangan perikanan utamanya yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan sekitarnya.
Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Saumlaki, berbatasan dengan site disekitarnya sebagai berikut:
Utara : Lahan Perkebunan yang dapat dijadikan sebagai area pengembangan SKPT Saumlaki
Barat : Kawasan mangrove Selatan : Laut Saumlaki
Timur : Lahan Swasta dan PLTG
21 Konsep tapak yang akan dirancang pada Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Saumlaki lebih mengutamakan perbaikan kualitas tapak yang sudah ada. Potensi yang ada pada tapak seperti view yang baik menuju laut akan ditonjolkan sebagai vocal point pada kawasan ini, sedangkan untuk kekurangan yang ada pada tapak akan diselesaikan secara desain.
Gambar 3-5. Batas Tapak pada Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Saumlaki (Sumber: Data Lapangan Dianalisis 2020)
22 B. Pencapaian/Aksesbilitas
Pencapaian atau akses menuju tapak di lokasi sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) Saumlaki, dibagi menjadi dua, yaitu akses dari darat dan akses dari laut.
Akses utama yang merupakan pintu masuk menuju kawasan SKPT Saumlaki adalah akses dari laut. Sebagai akses masuk menuju kawasan SKPT Saumlaki, akses ini diperuntukkan bagi nelayan yang ingin melakukan kegiatan bongkar muat hasil tangkapan. Akses ini dapat diakses melalui dermaga eksisting maupun dermaga yang direncanakan pada kawasan SKPT Saumlaki. Selain itu, akses dari laut ini juga dapat diakses oleh kapal berukuran besar dalam rangka bongkar muat kargo.
Akses kedua adalah akses dari darat merupakan akses yang diperuntukkan bagi jalur untuk mengirim pasokan ikan yang ada melewati jalur darat baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat tanimbar, ataupun jalur pengiriman pasok yang akan dikirim ke lokasi lainnya. Selain itu akses darat ini juga diperuntukkan bagi pengelola SKPT Saumlaki baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dan jalur masuk untuk kebutuhan suplai BBM dan logistic yang dibutuhkan untuk kawasan SKPT Saumlaki.
Akses darat ini dapat diakses dari Jalan Budiono menuju Jalan Sungai Luturiali.
Jalan Budiono ini merupakan jalan poros utama di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dimana jalan ini dapat dilalui oleh moda transportasi darat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Namun yang perlu diperhatikan adalah, jalan menuju pintu gerbang kawasan SKPT Saumlaki merupakan jalan yang membelah area perkebunan milik warga sekitar dan membutuhkan penambahan penerangan jalan.
23 Gambar 3-6. Pencapaian/Aksesbilitas Menuju lokasi SKPT Saumlaki
Akses darat digunakan untuk mendistribusikan pasok ikan yang akan dikirim ke kota tanimbar dan kota-kota lainnya
Akses laut yang akan dimasukin oleh berbagai jenis kapal nelayan dari ukuran 3 GT sampai ukuran lebih dari 30GT. Sebagai area muka dari kawasan SKPT Saumlaki maka perencanaan akses laut
menggunakan dermaga dan tangga pendaratan
24 C. Sirkulasi Dalam Site
Sirkulasi dalam site direncanakan dengan pola linier mengikuti kondisi jalan eksisting saat ini, sirkulasi digunakan untuk memudahkan jalur perpindahan pada massa bangunan yang ada di dalam kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) Saumlaki.
Pola jalan menyebar menuju masing-masing massa bangunan yang membutuhkan sirkulasi kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua, dan kebutuhan terhadap pergerakan aktivitas yang terjadi di bangunan- bangunan seperti pabrik es, ICS, kantor, dan lain sebagainya.
Sirkulasi di dalam site direncanakan untuk jalan utama dengan ROW 14 meter (2 lajur 2 arah dengan median taman), sedangkan jalan pembagi dengan ROW 5 - 7 meter. ROW (Right of Way) adalah Daerah Milik Jalan yang merupakan luasan wilayah di sisi jalan yang berfungsi untuk area cadangan untuk pengembangan jalan.
Untuk perencanaan SKPT Saumlaki akses utama dari laut akan dilewati melalui dermaga dan jalur causeway dengan lebar 6 meter, dan akses ini digunakan sebagai jalur kendaraan yang akan mengangkut hasi tangkapan ikan dari nelayan yang sandar di dermaga. Ikan ini akan dibawa menuju PPI dan ICS yang ada di kawasan SKPT Saumlaki. Sedangkan hasil ikan dari nelayan dengan kapal nelayan < 3GT langsung menggunakan tangga pendaratan dan di kirim ke PPI atau langsung ke pembeli kecil.
Sirkulasi lainnya di dalam site juga direncanakan untuk melayani perpindahan pergerakan baik kendaraan maupun manusia sehingga direncanakan diadakan jalan penghubung ke setiap fungsi bangunan yang ada di SKPT Saumlaki. Jalan penghubung dengan lebar 6 meter disediakan untuk jalaur berputar dan jalur keluar dari SKPT Saumlaki menuju kota tanimbar.
25 Legenda :
Gambar 3-7. Sirkulasi didalam site SKPT Saumlaki darat
laut
Zona Laut Zona darat
Jalan Utama ROW 7 meter Jalan Penghubung ROW 6 meter
26 D. Pengelompokkan Fungsi
Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor:
PER.08/MEN/2012 BAB 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI)
Kriteria teknis Pelabuhan Perikanan terdiri dari:
1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan Indonesia.
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 5 GT.
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalam kolam minus 1 m
4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau jumlah sekurang-kurangnya 75 GT; dan
5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha.
Kriteria Operasional yaitu terdapat aktivitas bongkar muat dan pemasaran hasil perikanan rata-rata 2 ton per hari.
Selain kriteria teknis dan operasional diatas, pelabuhan perikanan memiliki fasilitas maksimal sebagai berikut:
1. Fasilitas pokok yaitu fasilitas terdiri dari :
Penahan gelombang (breakwater), turap (revetment) dan groin
Dermaga
Jetty
Kolam Pelabuhan
Alur Pelayaran
Jalan komplek dan drainase
Lahan
27 2. Fasilitas fungsional terdiri atas :
Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio komunikasi, rambu-rambu, lampu suar dan menara pengawas
Air bersih, instalasi bahan bakar minyak, es, dan instalasi listrik.
Tempat pemeliharaan kapal, dan alat penangkapan ikatan seperti dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring;
Tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu;
Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos pelayanan terpadu, dan perbankan;
Transportasi seperti alat-alat angkut ikan;
Kebersihan dan pengelolaan limbah seperti instalasi pengolahan air limbah (IPAL), tempat pembuangan sementara (TPS); dan
Penanganan kawasan seperti pagar kawasan 3. Fasilitas penunjang terdiri atas :
Balai pertemuan nelayan;
Mess operator
Wisma nelayan
Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadahan dan Mandi Cuci Kakus (MCK);
Pertokoan; dan pos jaga.
Agar dapat beroperasinya pelabuhan perikanan maka berdasarkan PERMEN 08 tersebut mengisyaratkan bahwa:
Fasilitas pokok terdiri dari lahan, dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek dan drainase;
Fasilitas fungsional terdiri dari administrasi kantor pelabuhan, TPI, suplai air bersih dan instalasi listrik
Fasilitas penunjang terdiri dari pos jaga dan MCK.
28 Gambar 3-8. Pengelompokkan Fungsi Bangunan Berdasarkan Zoning
Mengacu pada standar kebutuhan yang ada di dalam Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: PER.08/MEN/2012, maka dilakukan pengelompokkan fungsi pada kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) Saumlaki sebagai berikut:
Fasilitas Pokok yang merupakan fasilitas utama yang direncanakan pada kawasan SKPT Saumlaki. Menurut PERMEN KP No. 08/MEN/2012, fasilitas ini menjadi syarat utama berjalannya sebuah pelabuhan perikanan, dimana selanjutnya dikelompokan sebagai Fungsi Publik. Bangunan yang termasuk ke dalam fungsi publik dalam kegiatan ini antara lain:
29 1. Jetty : Penambahan 30 Gt dan 5 GT
2. Tangga Pendaratan untuk kapal ikan kecil (3GT) 3. Rehabilitasi Dermaga
4. Taman
5. Rehabilitasi Bangunan PPI 6. Kantin Nelayan
7. Workshop repair net 8. Pabrik es 20 ton
Fasilitas Fungsional, merupakan fasilitas yang digunakan untuk menjalankan kegiatan – kegiatan pengelolaan, pelayanan dan kegiatan fungsional yang direncanakan pada kawasan SKPT Saumlaki, dimana selanjutnya dikelompokan sebagai Fungsi Private. Bangunan yang termasuk ke dalam fungsi private dalam kegiatan ini antara lain:
1. Menara Pandang (pengawasan bagi dermaga dan keamanan) 2. Kantor Pelayanan
3. ICS (Integrated Cold Storage 100 tons)
4. Rehabilitasi Gedung Kantor menjadi Mess Karyawan 5. Rehabilitasi Rumah Dinas (2 unit)
6. Mess Nelayan
Fasilitas Penunjang, merupakan fasilitas yang digunakan untuk menjalankan kegiatan – kegiatan maintenance dan kegiatan utilitas yang direncanakan pada kawasan SKPT Saumlaki, dimana selanjutnya dikelompokan sebagai Fungsi Service. Bangunan yang termasuk ke dalam fungsi service dalam kegiatan ini antara lain:
1. Pom Bensin (Fuel station) 2. Rehabilitasi Depo
3. Rehabilitasi Kios Logistik
4. Rehabilitasi Bangunan Workshop
5. Rehabilitasi Tandon Air (Water Source Suply) dari PDAM 6. Rehabilitasi Power House
7. Rehabilitasi Pos Jaga Utama dan Pos jaga dermaga 8. IPAL
9. TPS
30 10. Rehabilitasi Toilet Umum
11. Rehabilitasi Ruang Genset 12. Rehabilitasi ruang Pompa 13. Rehabilitasi Pagar
14. Pintu masuk dan gapura
E. Penataan Massa Bangunan
Dalam penataan massa bangunan pada kawasan SKPT Saumlaki penataan akan disesuaikan dengan kondisi eksisting yang telah ada di kawasan SKPT Saumlaki. Bangunan eksisting yang telah ada di kawasan ini adalah sebagai berikut :
1. Rumah Dinas sebanyak 2 unit
2. Kantor yang akan dijadikan sebagai Mess Karyawan pelabuhan
3. Bangunan PPI yang kondisinya sudah rusak total dan akan dihancurkan untuk dibangun PPI baru
4. Bangunan workshop 5. Bangunan kios logistic
6. Bangunan Depo yang akan dijadikan kantor pelayanan bagi para nelayan 7. Pos jaga dermaga dan pos jaga darat
8. Dan bangunan utilitas seperti : rumah travo (power house), rumah genset, rumah pompa, toilet, reservoir atas (tendon air) dan ground tank
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap pelayanan yang akan direncanakan pada kawasan SKPT Saumlaki akan direncanakan pembangunan massa bangunan baru dengan fungsi yang disesuaikan terhadap kebutuhan dan pelayanan yang akan diberikan di SKPT Saumlaki.
Salah satu hal penting dalam pelayanan pemasaran dan distribusi ikan adalah ketersediaan es, baik berupa es balok maupun ice flake. PP Ukurlaran perlu memiliki pabrik es, selain dapat melayani kebutuhan pemasaran dan distribusi ikan, juga dapat memenuhi kebutuhan kapal-kapal perikanan maupun perahu sebagai bekal untuk kegiatan penangkapan ikan. Fasilitas ini harus dibangun dan direncanakan pengelolaanya dengan sistem bisnis yang baik dan lembaga usaha profesional sehingga dapat menjamin kesediaannya di setiap waktu dan
31 di sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan nelayan maupun pengusaha penangkapan ikan.
Lahan PP Ukurlaran seluas 2 hektar yang sudah dimiliki pemerintah pusat, perlu direncanakan untuk memfasilitasi perkembangan usaha dan industri di masa mendatang. Peluang ini diharapkan dapat menciptakan daya tarik tersendiri bagi usaha-usaha perikanan kedepannya.
Daya tarik PP ukurlaran saat ini kurang diminati oleh nelayan maupun pengusaha perikanan dikarenakan belum mampu menyediakan pelayanan kebutuhan logistik dan perbekalan kapal perikanan, sehingga merupakan hal penting yang juga harus disediakan. Fasilitas ini harus dibangun dan direncanakan pengelolaanya dengan sistem bisnis yang baik dan lembaga usaha profesional sehingga dapat menjamin kesediaannya di setiap waktu dan di sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan nelayan maupun pengusaha penangkapan ikan.
Fasilitas perbekalan yang wajib disediakan oleh pelabuhan antara lain ketersediaan bahan bakar minyak untuk kapal dan ketersediaan air bersih.
Untuk menjamin ketersediaan logistik tersebut perlu dibangun SPDN dan sumber air.
Hal lainnya yang harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan pengusaha penangkapan ikan antara lain:
1. Wisma Nelayan;
2. Warung Kuliner/ Kantin 3. Pertokoan
4. Kantor Pelayanan Perizinan Kapal dan pelayanan jasa lainnya.
Penyediaan fungsi pelayanan ini juga memiliki peluang untuk mampu memberikan daya tarik bagi nelayan maupun pengusaha perikanan.
Berdasarkan kondisi diatas maka akan direncanakan pembangunan massa bangunan baru sebagai berikut :
1. Bangunan PPI 2. Pom Bensin (BBM) 3. Menara observasi
4. Workshop perbaikan jarring 5. Kantor Pelabuhan
6. Pabrik Es 7. ICS
32 8. Area Kuliner, dan
9. Mess Nelayan
Peletakkan massa bangunan baru disesuaikan dengan pengelompokkan aktivitas yang terjadi di kawasan SKPT Saumlaki. Untuk lebih jelasnya aktivitas yang terjadi sebagai berikut :
Gambar 3-9 Aktivitas berdasarkan Fungsi pada kawasan SKPT Saumlaki (Sumber: Data Lapangan Dianalisis 2020)
Untuk lebih jelas peletakkan massa bangunan di dalam tapak dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
33 Gambar 3-10. Peletakkan Massa Bangunan pada kawasan SKPT Saumlaki
Area
Pengembangan dan Area Hijau
Area Hunian bagi Karyawan SKTP Saumlaki
Area Pengolahan Hasil Tangkapan Nelayan dan Fasilitas Penunjangnya Area untuk Pelayanan
Kebutuhan Nelayan dan Perkantoran
34 F. Pembentukan Ruang Luar
Ruang luar di luar bangunan merupakan ruang yang sengaja dibentuk untuk memenuhi fungsi estetika dan fungsi penunjang, antara lain ruang terbuka hijau (green area), lahan parkir, plaza. Untuk pembentukan ruang luar pada kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki sebagai berikut:
1. Menata ruang-ruang mati akibat terbentuknya ruang antara massa bangunan menjadi area hijau (taman);
2. Menata taman bermain untuk anak dengan menggunakan elemen kapal (boat) yang telah tersedia di lokasi;
3. Menata area hijau sepanjang jalur jalan utama dengan tanaman pengarah seperti palem;
4. Menata ruang hijau untuk area parkir kendaraan roda dua dan roda empat dengan jenis tanaman peneduh seperti tanaman ketapang kencana, pohon tanjung, pohon flamboyant, tabebuya.
Gambar 3-11. Pembentukan Ruang Luar pada Kawasan SKPT Saumlaki (Sumber: Data Lapangan Dianalisis 2020)
35 G. Konsep Bangunan
Konsep bangunan yang akan diterapkan pada kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki adalah Modern, Minimalis dan Local Wishdom. Konsep ini diterapkan agar bangunan mengikuti fungsinya sehingga bentuk bangunan ini bisa terkesan lebih modern, dan menyesuaikan dengan kondisi ketersediaan material yang ada pada lokasi.
Kearifan local (local wishdom) pada konsep bangunan untuk menunjukan identitas kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Gambar 3-12. Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT Saumlaki (Sumber: Data Lapangan Dianalisis 2020)
36 Gambar 3-13. Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT Saumlaki
(Sumber: Data Lapangan Dianalisis 2020)
37 Gambar 3-14. Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT Saumlaki
(Sumber: Data Lapangan Dianalisis 2020)
38
BAB 4.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki, konsep perancangan yang akan diterapkan adalam “Modern, Minimalis dan Kearifan local (Local Wishdom)”. Dimana konsep perancangan ini digunakan agar kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki memiliki ciri khas yang berdasarkan pada lokasi dan budayanya. Konsep ini juga diterapkan agar bangunan yang ada sesuai dengan fungsinya dan menggunakan material yang ada pada lokasi perencanaan;
Perencanaan pada kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki, menata kembali bangunan yang telah ada (eksisting) dengan terlebih dahulu melakukan rehabilitasi berdasarkan tingkat kerusakan dari setiap bangunan yang ada, kemudian disesuaikan dengan fungsi yang akan diterapkan terhadap bangunan tersebut; dan
Untuk memenuhi kebutuhan sebagai kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki, maka akan direncanakan adanya pembangunan bangunan baru yang telah dijelaskan pada konsep di laporan ini.
PP. Ukurlaran harus mengembangkan fungsi pengusahaan berupa penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal perikanan dan jasa terkait di pelabuhan perikanan. Prioritas pokok adalah pembangunan prasarana tambat labuh kapal perikanan, bongkar muat ikan, pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil perikanan serta pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan. Sementara untuk fungsi pelayanan lainnya dapat menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil survey (pengamatan langsung) pada kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki, secara arsitektur dapat direkomendasikan untuk bangunan eksisting yang telah dilakukan pendataan maka akan dilakukan penilaian kerusakan untuk dapat diberikan rekomendasi apakah bangunan akan direhab ringan, sedang atau rehab berat/total.
39 Dari hasil penilaian tersebut maka akan didesainkan kembali untuk bangunan eksisting dengan penerapan konsep pada bangunan sehingga memiliki desain yang sama dengan desain pada bangunan yang akan dibangun baru pada kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki.
Penataan Blok Plan merupakan hasil dari penyelesaian terhadap potensi dan kelamahan yang dimiliki oleh tapak (Site) pada kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu Saumlaki.
Perikanan:
Intervensi pengalokasian kapal penangkap ikan ijin provinsi.
Intervensi pengalokasian kapal penangkap ikan ijin pusat di WPPNRI 714 dan WPPNRI 718
Intervensi Pemda Kab. Tanimbar terhadap armada kapal di Kecamatan Tanimbar Selatan khususnya serta kecamatan terdekat lainnya untuk mendaratkan ikan di PP. Ukurlaran
Membangun dan menghidupkan akses distribusi dan pemasaran hasil perikanan di PP. Ukurlaran ke Pulau Jawa (kapal Pelni reguler/tol laut/kapal kontainer/kapal pengangkut ikan)