• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII

SMPN 2 PASIMARANNU DESA BONEA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ROSMIATI KADIR 10531 1946 12

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

(2)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Seseorang yang memiliki Integritas tinggi adalah Orang yang dengan penuh Keberanian serta berusaha Tanpa putus asa

Untuk dapat mencapai apa Yang ia cita-citakan

Dunia adalah wujud Pembuktian kualitas Diri manusia

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, kakakku, adekku, , dan sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(3)

ABSTRAK

Rosmiati kadir. 2016. Pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi, Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing St. Fatimah Tola, dan Baharullah.

Penelitian ini mengangkat masalah sebagai berikut : adakah Pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.jenis penelitian ini menggunakan eksprimen. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar yang berjumlah 40 siswa dan teknik penarikan sampel yang digunakan penulis ini adalah sampling jenuh, hasil penelitian ini akan dianalisis dengan cara ekprimen dalam teknik Deskriptif Korelasi.

Lokasi penelitian ini bertempat di VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar. Yang berpopulasi siswa kelas VIII yang berjumlah 40 orang.

Hasil uji hipotesis dengan nilai hasil korelasi, yaitu rxy 0,82 Ternyata thitung

lebih besar dari ttabel atau 8,861≥ 2,021 maka Ho ditolak. Berdasarkan perhitungan tersebut, Hipotesis dapat ditafsirkan Ha : ada Pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, dan Ho : tidak ada Pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 pasimarannu desa bonea kabupaten kepulauan selayar.

Kata Kunci : Pembelajaran Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah segala pujian bagi Allah Yang Maha cinta atas limpahan nikmat kasih sayang-Nya. Sehingga saya masih mampu menimba sedikit ilmu yang telah menetes kedunia ini. Semoga saya termasuk kedalam firman- Nya.Yarfa‟illahu al-ladzinaamanuminkumwalladzina

utul „ilmadarajat. Amin.

Muara rahmat kasih-Nya mudah-mudahan senantiasa tercurah kepangkuan Nabi Muhammad SAW. Sang Pembebas Kebodohan. Dengan selalu mengikuti dan menjalankan ajaran beliau, semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa‟atul „udzma fi yaum al makhsyar.

Dalam pengantar sederhana ini, dengan kerendahan hati saya ucapkan banyak terima kasih kepada Ayah saya Abd Kadir dan Ibu saya Hawatia orang tua tercinta, serta kakak dan adikku tersayang yang bersusah payah memberikan dukungan moril maupun materil selama proses Skripsi ini dan ucapan terimakasih yang tak terhingga pula kepada:

Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan sarana dan prasarana perkuliahan, Andi Adam, S.Pd M.Pd., ketua Jurusan Teknologi Pendidikan, Aliem Bahri, S.Pd, M.Pd., sekretaris ketua Jurusan Teknologi Pendidikan, Dra. Hj, Siti Fatimah Tola, M.Si, pembimbing pertama saya, Bapak Dr. Baharullah M.Pd., pembimbing kedua saya, dan Rekan-rekan Mahasiswa yang telah bersama-sama berjuang membawa nama baik Universitas Muhammadiyah Makassar Paling tidak, nama-nama yang saya sebut di atas sangat berperan penting dalam mendukung terselesaikannya Skripsi ini. Kelemahan dan kekurangan pembuatan Skripsi ini sekaligus mengundang berbagai pihak untuk memberikan saran kritik konstruktif terhadap pribadi saya.

Akhir kata, semoga apa yang saya susun ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi yang sangat laur biasa bagi dunia pendidikan. Amin.

WassalamualaikumWr.Wb.

Makassar, Sep 2016 Penyusun,

Rosmiati Kadir

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 6

A. Kajian Pustaka Dan Penelitian Yang Relevan ... 6

B. Kerangka Pikir ... 17

C. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 21

C. Lokasi Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian ... 22

(6)

E. Data dan sumber data ... 23

F. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Analisis statistik dekskriptif ... 33

C. Teknik analisis dekskriptif data dan presentase ... 33

D. Analisis Hasil Belajar... 38

E. Analisi Nilai Angket. ... 41

F. Pengujian Hipotesis ... 43

G. Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Distribusi Jumlah Populasi Penelitian ... 23

Tabel 4.1 Daftar Frekuensi dan Persentase pertanyaan... 34

Tabel 4.2 Hasil belajar kelas VII.A pada kelompok kontrol. ... 38

Tabel 4.3 Interval hasil belajar kelas VII.A... 39

Tabel 4.4 Hasil belajar kelas kelas VIII.B pada kelompok eksperimen .... 39

Tabel 4.5 Tabel interval kelas VII.B ... 41

Tabel 4.6 Analisis Nilai Angket... 41

Tabel 4.7 Analisis Perhitungan Angket dan Hasil belajar Biologi... 43

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 21

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki individu di era globalisasi.Hal ini didukung oleh pernyataan Munandar (2009: 7) bahwa kemajuan teknologi menuntut individu untuk beradaptasi secara kreatif.Kondisi tersebut menuntut negara-negara di dunia untuk memiliki individu yang kreatif, salah satunya adalah Indonesia.Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan individu yang kreatif yang mampu memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dikarenakan individu yang kreatif memiliki kepercayaan diri, mandiri, tanggung jawab dan komitmen kepada tugas, tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah, kaya inisiatif, dan lebih berorientasi kepada masa kini dan masa depan daripada masa lalu (Supriadi, 2001:

61).

Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kreatif, pemerintah Indonesia telah mengintegrasikan kemampuan berpikir kreatif ke dalam kurikulum pendidikan.Hal ini telah dirumuskan dalam UU NO. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Depdikbud, 2013:1). Selain itu,

1

(10)

pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam dunia pendidikan juga diungkapkan oleh Munandar (2009:12) bahwa pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kemampuan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat negara.

Pengintegrasian kemampuan berpikir kreatif ke dalam dunia pendidikan dan mata pelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif individu.Namun, faktanya kemampuan berpikir kreatif individu Indonesia masih tergolong rendah. Permasalahan ini diduga dapat terjadi karena pendidikan di Indonesia lebih ditekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan sehingga proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih (Munandar, 2009: 7).

Kondisi tersebut dapat terjadi karena selama ini proses pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan metode diskusi dan ceramah. Metode ceramah yang dilakukan membuat proses pembelajaran berpusat pada guru dan siswa hanya berperan sebagai objek. Sementara itu, kegiatan diskusi yang dilakukan terlihat tidak efektif dan hanya sebuah formalitas.Hal ini diduga karena materi – materi yang didiskusikan hanya berasal dari buku paket, tanpa adanya permasalahan atau tantangan yang dapat memacu siswa untuk dapat berpikir.Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif terutama berpikir lancar dan luwes.Salah satu pembelajaran yang diduga efektif adalah pembelajaranProblemSolving(Pemecahan Masalah).Problem solvingdirasakan tepat karena model ini menghadapkan siswa pada permasalahan

(11)

yang ada di dunia nyata dan tidak terstruktur yang memiliki perspektif majemuk yang menuntut siswa memecahkan masalah tersebut secara mandiri (Tan, 2003: 30), melalui pembelajaran yang memiliki perspektif majemuk dan menekankan pada kemandirian siswa membuat siswa bebas mengemukakan gagasan-gagasan yang timbul dalam dirinya dan aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif terutama berpikir lancar dan luwes.

Problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif terutama berpikir lancar dan luwes didukung dari beberapa hasil penelitian.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif melalui pembelajaran pemecahan masalah pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah penerapan pembelajaran pemecahan masalah berpengaruh terhadapkemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran pemecahan masalah

(12)

dalam kemampuan berpikir kreatif pada siswa SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi atas 2 bagian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis

1. Manfaat Teoritis.

Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran terutama pada pembelajaran pemecahan masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran.

2. Manfaat Praktis.

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberi manfaat antara lain:

a. Bagi penulis

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilakukan proses pembelajaran dengan mengunakan strategi pembelajaran.

b. Bagi guru

Dengan mengunakan strategi pembelajaran dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif.

(13)

c. Bagi siswa

1) Dapat memahami materi pelajaran dengan lebih efektif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan daya ingat siswa

2) Dapat membantu siswa untuk meningkatkatkan daya ingat.

(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pemecahan Masalah

Barangkali secara umum orang memahami masalah (problem) sebagai kesenjangan antara kenyataan dan harapan.Namun dalam istilah “problem” memiliki makna yang lebih khusus.Kata “Problem” terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan problem solving.Dalam hal ini tidak setiap soal dapat disebut problem atau masalah. Ciri-ciri suatu soal disebut “problem” dalam perspektif ini paling tidak memuat 2 hal yaitu:

a. Soal tersebut menantang pikiran (challenging),

b. Soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (nonroutine).

Para guru mungkin sering tidak menyadari bahwa kita terlalu banyak memberi soal-soal dalam satu jenis saja.Sayangnya, soal-soal yang sering kita beri tidak bernuansa pemecahan masalah.

Apa itu problem solving? Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah problem solving dalam pembelajaran, yaitu (1) problemsolving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process), dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill). (Branca, N. A. dalam Krulik, S. & Reys, R. E., 1980:3-6).

(15)

2. Pembelajaran Pemecahan Masalah

Menurut Arends (Trianto, 2009) pembelajaran pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Hal senada diungkapkan pula oleh Suryadi (2005) yang menyatakan bahwa problem solving merupakan suatu strategi yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan.Pada saat siswa menghadapi masalah tersebut, mereka mulai menyadari bahwa hal demikian dapat dipandang dari berbagai perspektif serta menyelesaikannya dibutuhkan pengintegrasian informasi dari berbagai ilmu.

Selanjutnya Barrow (Ismaimuza, 2010) mengungkapkan bahwa masalah dalam pembelajaran pemecahan masalah adalah masalah yang tidak terstruktur (ill- structure), atau kontekstual dan menarik (contextual andengaging), sehingga

meransang siswa untuk bertanya dari berbagai perspektif. Menurut Slavin (Ismaimuza, 2010) karakteristik lain dari pembelajaran pemecahan masalah meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan produk atau karya yang harus dipamerkan.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin, menurut Pierce dan Jones (Howey et al, 2001) dalam pelaksanaan problem solving terdapat proses yang

(16)

harus dimunculkan, seperti : keterlibatan (engagement), inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance), Tanya jawab dan diskusi (debriefing).

Keterlibatan bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah (self-directed problem solver) yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mampu mendorong untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikannya. Inkuiri dan investigasi yang meliputi kegiatan mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan implikasinya, serta kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Kinerja bertujuan menyajikan temuan yang diperoleh.Tanya jawab dan diskusi, yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang dilakukan.

Dengan demikian problem solving menghendaki agar siswa aktif untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.Agar siswa aktif maka diperlukan desain bahan ajar yang sesuai dengan mempertimbangkan pengetahuan siswa serta guru dapat memberikan bantuan atau intervensi berupa petunjuk (scaffolding) yang mengarahkan siswa untuk menemukan solusinya.

Pembelajaran problem solving adalah suatu metode bcrpikir dan memecahkan masalah.Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya.Dalam 'bahasa perencanaan', masalah adalah perbedaan antara kondisi yang ada (objektif) dengan kondisi yang diharapkan.Dalam pembelajaran di

(17)

sekolah, suatu masalah (seal) menjadi tantangan yang tidak dapat segera diselesaikan dengan prosedur rutin yang diketahui oleh siswa.

Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang berupa

penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang di peroleh dengan yang diinginkan, (Pranata, 2005 : 3). Sejalan dengan pendapat tersebut Prawiro (1986 : 36) mengatakan bahwa problem solving adalah metode mengajar dengan jalan menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sendiri dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada pada diri siswa tersebut.

Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah sebagai berikut : Menurut Abdul Majid. 2009.142-143 adalah sebagai berikut :

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdikusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban itu tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.

(18)

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan.Menurut Polya (2002 : 30) pembelajaranproblem solving memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain adalah:

Kekurangan pembelajaranproblem solving antara lain adalah:

1. Dapat membuat siswa menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari, 2. Dapat melatih dan membiasakan para siswa untuk menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil,

3. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara kreatif, 4. Siswa sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.

Kekurangan pembelajaranproblem solving antara lain adalah:

1. Memerlukan cukup banyak waktu, 2. Melibatkan lebih banyak orang.

3. Dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru,

4. Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan pernyataan beberapa teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving adalah proses belajar mengajar yaitu dengan menghadapkan siswa pada masalah yang harus dipecahkan sendiri sesuai dengan kemampuan yang

(19)

ada pada diri siswa tersebut, dan dengan memberi latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika yang bersifat latihan dan masalah yang menghendaki siswa untuk menggunakan sintesa atau analisa agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman.

3. Pengertian Berpikir Kreatif

Ada beberapa ahli mendefinisikan berpikir kreatif dengan cara pandang yang berbeda antara lain: Jonhson (Siswono, 2004: 2) mengatakan bahwa berpikir kreatif yang mengisyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian melibatkan aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang serupa, mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas, menerapkan imajinasi pada setiap situasi yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan memperhatikan intuisi.

Munandar (1999: 167) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuain.Coleman dan Hammen (Rohaeti, 2007), bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating).

Puccio dan Mudock (Costa, ed., 2001), bahwa dalam berpikir kreatif memuat aspek ketrampilan kognitif dan metakognitif antara lain mengidentifikasi masalah,

(20)

menyusun pertanyaan, mengidentifikasi data yang relevan dan tidak relevan, produktif, mengahasilkan banyak ide, ide yang berbeda dan produk atau ide yang baru dan memuat disposisi yaitu bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks, memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis, dan sikap sensitive terhadap perasaan orang lain. Sabandar (2008), bahwa berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan- hubungan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Kemampuan kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari orang–orang lain secara spontan.

Pomalato (Mulyana T & Sabandar, 2005) mengemukakan bahwa selain ciri-ciri kreatif yang berhubungan dengan kreatif afektif dapat dilihat dari rasa ingin tahu, bersifat imajinaf, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai.

(21)

Membicarakan tentang berpikir kreatif, berarti menghubungkan dengan hal seseorang yang memiliki kreativitas. Maka tak jarang ketika membahas pengertian berpikir kreatif ini tidak akan lepas dari kata kreativitas. Menurut Rusman menyatakan bahwa berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Senada dengan pendapat tersebut, Munandar dalam Farid mengatakan:biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan menciptakan hal-hal baru. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak mesti hal-hal yangbaru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal- hal yang sudah ada sebelumnya.

Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi terlatih. Kreativitas dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, agar siswa dapat berpikir secara bebas, bekerja dengan baik karena ia merasa aman dan mengetahui tujuannya, mewujudkan potensi kreativitasnya karena ia diperkenankan untuk melakukannya.

Menurut Mulyasa dalam Rusman, pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut :

1) Persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji

2) Inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional

3) Iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat, dan rasional

(22)

4) Verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.

Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran saat ini masih diabaikan.

Umumnya orang beranggapan bahwa kreativitas dan tidak ada kaitannya satu sama lain. Masykur menyatakan bahwa untuk dapat berkembang, sangat membutuhkan kreativitas dan intuisimanusia seperti halnya seni dan sastra.Kreativitas dalam menyangkut akal budi, imajinasi, estetika, dan intuisi mengenai hal-hal benar.

Proses perilaku kreatif berkaitan dengan keterampilan untuk mengubah atau menemukan relasi baru. Berpikir kreatif merupakan proses mental yang di dalam proses itu pengalaman masa lampau dikombinasikan dan dikombinasikan kembali, sering dengan beberapa distorsi, dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga orang muncul dengan pola-pola baru, sehingga muncul pemecahan yang lebih baik yang dibutuhkan manusia.

Menurut Freud menyatakan bahwa kreativitas berasal dari alam bawah sadar (id). Cepat atau lambat ketidaksadaran akan menghasilkan sebuah penyelesaian terhadapkonflik ini. Jika penyelesaian itu memaksakan kembali sebuah aktivitas yang dikehendaki oleh bagian dari kepribadian yang sadar (ego), penyelesaian itu kemudian akan menghasilkan perilaku yang kreatif. Jika penyelesaian itu bertentangan denganego, penyelesaian itu ditekan di bawah alam sadar atau akan muncul sebagai neorosis. Dengan demikian, pribadi yang kreatif dan yang neoritik didorong oleh kekuatan yang sama, yakni energi dan ketidaksadaran. Psikoanalisis

(23)

telah memodifikasi pandangan Freudian.Kreativitas dapat dilihat sebagai hasil dari pikiran prasadar ketimbang pikiran yang tidak sadar.Pikiran prasadar terbuka untuk mengingat apabila ego direlekskan (ditenangkan).Pemikiran kreatif dapat terjadi jika ego secara suka rela dan mengontrolnya lebih efektif.Prasadar merupakan sumber

kreativitas karena kebebasannya untuk mengumpulkan, membandingkan, dan mengatur ide-ide yang sudah ada.

4. kemampuan berfikir kreatif

Kemampuan kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari orang–orang lain secara spontan. Suatu sikap kreatif adalah sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan keterampilan berpikir kreatif Schank (dalam Sternberg, 2007). Berkenaan dengan hal tersebut Sternberg mengemukakan bahwa dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ada beberapa strategi yang digunakan antara lain:

1. Mendefinisikan kembali masalah

2. Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi 3. Menjual ide-ide kreatif

4. Membangkitkan ide-ide

5. Mengenali dua sisi pengetahuan

6. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan

(24)

7. Mengambil resiko-resiko dengan bijak 8. Menoleransi ambiguitas (kemenduan) 9. Membangun kecakapan diri

10. Menemukan minat sejati 11. Menunda kepuasan

12. Membuat model kreativitas.

Dari uraian di atas, beberapa strategi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif antara lain: siswa diperlukan dengan membangkitkan ide-ide baru, mendefinisikan kembali masalah, mengidentifikasi dan mengatasi masalah, membangun kecakapan diri, minat belajar matematika dan membuat model kreativitas. Pada bagaian berikut diuraikan beberapa strategi mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

(a) Mendefinisikan kembali suatu masalah dapat diartikan mengatakan dengan cara lain, mengubah pandangan, menyusun kembali, meninjau kembali dengan kata lain mencari duduk permasalahan mulai dari awal. Contohnya guru mendorong siswa untuk menemukan suatu pertanyaan yang berbeda dalam menanyakan masalah matematika yang dihadapinya.

(b) Mempertanyakan dan analisis asumsi-asumsi atau anggapan orang kreatif

(25)

mempertanyakan asumsi-asumsi tersebut dan akhirnya mengakibatkan orang lain ikut mempertanyakan juga. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari berpikir analitis yang tercakup dalam kreativitas.

(c) Kemampuan melahirkan ide-ide, menciptakan, menghasilkan, menemukan gagasan kadang kala suatu gagasan datang pada saat yang tak terduga. Kadang kala juga datang membutuhkan waktu panjang untuk mengembangkan suatu gagasan.Contohnya guru dapat meminta kepada siswa membuat soal biologi dalam bentuk cerita.

(d) Kemampuan membangun kecakapan diri yaitu percaya pada kemampuan sendiri, menjamin pelaksanaan tugas, melakukan apa yang perlu untuk dilakukan, bekerja dengan efektif. Contohnya guru dapat mendorong siswa meluangkan waktu untuk memecahkan soal yang cukup sulit.

(e) Kemampuan mengenali minat sejati, dalam hal ini kemampuan tentang menemukan diri sendiri, menemukan semangat diri, mengetahui apa yang yang perlu dilakukan dan kemana harus melangkah. Contohnya guru mendorong siswa untuk memahami penggunaan dalam biologi ola raga. Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukan bahwa untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kreatif siswa, guru perlu memberikan beberapa strategi yang tepat kepada siswanya sehingga dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa

(26)

Salah satustrategi pengembangan kemampuan berpikir kreatif relevan dengan ide berpikir kreatif matematik menggunakan model pembelajaran dimana guru dapat memperagakan kreativitasnya dan guru tidak hanya menceramahi siswa tentang kreativitas melainkan guru mendemonstrasikan berpikir kreatif dalam tindakan- tindakannya, memberi peluang bagi para siswa untuk kreatif.Mengarahkan dengan contoh adalah salah satu pengaruh lingkungan terkuat yang mungkin diciptakan oleh seorang guru.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Kajian penelitian yang relevan merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah ataupun sumber lain yang dijadikan penulis sebagai bahan rujukan atau perbandingan terhadap penelitian yang penulis laksanakan. Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Wilson, Hope E. (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Nurfiyanti, Arif (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah dengan mennggunakan lembar kerja dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa serta meningkatkan keaktifan siswa sehingga berdampak pada hasil belajar.

Memperhatikan hasil-hasil penelitian di atas, maka penelitian yang penulis lakukan adalah peningkatan kemampuan berpikir melalui pembelajaran pemecahan

(27)

masalah.Dengan menggunakan pembelajaran pemecahan masalah ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar

C. KERANGKA PIKIR

Pengintegrasian kemampuan berpikir kreatif ke dalam dunia pendidikan dan mata pelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif individu.Namun, faktanya kemampuan berpikir kreatif individu Indonesia masih tergolong rendah. Permasalahan ini diduga dapat terjadi karena pendidikan di Indonesia lebih ditekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan sehingga proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih.

Suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif terutama berpikir lancar dan luwes.Salah satu pembelajaran yang diduga efektif adalah pembelajaran ProblemSolving (Pemecahan Masalah).Problem solving dirasakan tepat karena model ini menghadapkan siswa pada permasalahan yang ada di dunia nyata dan tidak terstruktur yang memiliki perspektif majemuk yang menuntut siswa memecahkan masalah tersebut secara mandiri

(28)

BAGAN KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1 bagan kerangka piker

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktor- faktor empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan selayar”

kemampuan berpikir kreatif

Pembelajaran pemecahan masalah

Temuan Guru

Tidak Berpengaruh Bepengaruh

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN A. PendekatandanJenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang data-datanya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Menurut Sugiyono, (2013:14) Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

2. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono, (2013:107) “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Adapun desain yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pre-test dan post-test (pre-test-posttest Control Group Design). Dalam penelitian ini Subjek penelitian dikelompokkan

menjadi dua kelompok yang mendapatkan perlakuan berbeda. Masing-masing kelompok mendapatkan pre-test (T1) dan post-test (T2).

22

(30)

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono, 2013:117) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu yang berjumlah 40 orang dan tersebar pada dua kelas, yaitu kelas VIII A dan VIII B. Lebih jelasnya dapat lihat pada tabel 1.1.

Tabel 3.1. Distribusi Jumlah Populasi Penelitian

No. Kelas

Siswa

Jumlah Siswa Laki-Laki Perempuan

1. VIII A 8 12 20

2. VIII B 8 12 20

Jumlah 16 24 40

Sumber Data : SMPN 2 Pasimarannu 2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

(Sugiyono, 2013:11) Pada penelitian ini sampelnya adalah semua anggota populasi yaitu siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu menggunakankorelasiProduct momen, dengan bentuk desain, maka sampel akan

(31)

dibagi menjadi dua kelas yaitu VIIIA dan VIIIB, dimana untuk kelas VIIIA tidak diberi perlakuan ( kontrol ) sedangkan kelas VIIIB diberi perlakuan kelas Eksperimen, tapi pemilihan kelas ekperimen dan kelas kontrol tidak dilakukan secara random atau acak.

C. Lokasi Penelitian

Menjadi lokasi penelitian adalah SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar. Pemilihan lokasi ini didasari atas pertimbangan berikut :

1. Belum pernah ada penelitian sejenis yang dilakukan di SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Kesedian sekolah untuk menjadi pusat pelaksanaan penelitian dan dimungkinkan dengan adanya kerja sama yang baik antara peneliti dengan pihak sekolah sehingga memperlancar penelitian

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2013:39) Berdasarkan judul dan masalah penelitian, maka penelitian, maka penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:

(32)

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran pemecahan masalah.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

E. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang digali dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data pokok dan data penunjang.

a. Data pokok dalam penelitian ini adalah :

1) Data tentang prestasi belajar siswa tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan pembelajaran pemecahan masalah.

2) Data tentang pengaruh penggunaan pembelajaran pemecahan masalah terhadap hasil belajar siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif.

b. Data Penunjang yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini adalah:

1) Gambaran umum mengenai lokasi penelitian yaitu SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

(33)

2) Keadaan siswa SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

3) Keadaan dewan guru dan staf tata usaha SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

4) Keadaan suasana dan prasarana SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Sumber Data

Memperoleh data di atas diperlukan sumber data sebagai berikut :

a. Responden, yaitu Seluruh siswa kelas III SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

b. Informan, yaitu kepala sekolah guru dan staf tata usaha SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar.

c. Dokumen, yaitu beberapa catatan ataupun arsip-arsip yang memuat data-data atau informasi yang mendukung dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang diganukan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi (pengamat), yaitu dengan mengamati langsung objek penelitian.

Dalam hal ini peneliti mengamati lokasi, fisik, sarana dan prasarana serta aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

(34)

2. Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan peneliti yang bentuk dan isinya disusun berdasarkan materi yang akan diajarkan dan telah dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran.Pemberian tes dilaksanakan sebelum pembelajaran (Pre-test) dan sesudah pembelajaran (Post-test).Pre-test bertujuan untuk memperoleh data keadaan awal siswa sebelum menerima proses pembelajaran. Post-test bertujuan untuk mengkaji besarnya hasil belajar kognitif siswa setelah pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata-katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Peneliti yang menggunakan teknik dokumentasi ini akan menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

4. Quistionary (angket)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yang memuat sejumlah pertanyaan tertulis yang di ajukan kepada siswa berupa beberapa opsi pertanyaan tentang pemanfaatan modul bergambar

(35)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus dalam melakukan analisis data secara deskriptif pada data dari kedua variabel, yaitu menghitung rata-rata, presentase dalam bentuk distribusi frekuensi. Adapun rumus yang di gunakan adalah sebagai berikut:

P = x 10%

Keterangan; P : presentase F : frekuensi

N : responden (number of casus)

Berdasarkan perhitungan presentase dalam tabel frekuensi relatif, yang di namakan tabel presentase kemudian di interprestasikan dalam bentuk uraian yang kemudian di tarik kesimpulan. Kedua data dari masing-masing variabel pada penelitian ini di jelaskan berdasarkan kategori berikut:

Nilai (81 – 100) = Baik Sekali Nilai (61 – 80) = Baik

Nilai (41 – 60) = Cukup Baik Nilai (21 – 40) = Kurang Nilai (0 – 20) = Kurang Sekali

Untuk mengetahui tingkat korelasi antara Pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas VIII SMPN 2 pasimarannu desa bonea kabupaten kepulauan selayar, dengan

(36)

menggunakan rumus korelasi product moment, yairtu salah satu teknik mecari koeralasi antara dua variabel dengan rumus sebagai berikut :

( ) ( ) ( )

√( ( ) ) ( ( ) ) keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi

n = Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu) ( ) = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

( ) = Jumlah Seluruh Skor X

= Jumlah Seluruh Skor Y

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan di SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulaun Selayar.Hasil penelitian yang yang diperoleh melalui tes dalam mengukur hasil pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pemecahan masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kretifsi swa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepualun Selayar, berdasarkan hasil tes, akan disajikan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, dan tes untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian ini ada dua kelas yang akan diteliti yaitu kelas VIII.A dan kelas VIII.B, dimana kelas VIII A adalah kelas control dan kelas VIII B kelas Eksperimen. Kelas control tidak mendapatkan perlakuan, sedangkan kelas eksperimen pendapatkan perlakuan dalam pembelajaran

1. Sejarah berdirinya SMPN 2 Pasimarannnu Desa Bonea Kab.

Kepulauan Selayar

SMPN 2 Pasimarannu berdiri pada tanngal 7 bulan juli 2009 di Desa Bonea Dusun One malangka Timur. Adapun pendiri SMPN 2 Pasimarannu adalah bapak Abd. Rahman S.Pd.,M.M berasal dari desa sambali, alumni Universitas Muhammadiyah ( unismuh ) Makassar jurusan keraguan angkatan tahun 1990.

30

(38)

2. Visi, misi dan tujuan SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea kab. Kepulauan selayar.

a. Visi

Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat untuk mencerahakan dan mencerdaskan bangsa dengan mencetak insane Indonesia islami yang cerdas spiritual , emosional, intelektual , dan social, serta kompetitf, berdaya, dan berbudaya.

b. Misi

Misi adalah tindakan atau upayah untuk mewujudkan misi. Jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban , dan rancangan tindakkan ang dijadikan rahan untuk mewujudkan visi, dengan kata lain , misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang di tuangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Adapun misi SMPN 2 Pasimarannu adalah :

1. Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi di bidang IMTAQ dan IPTEK

2. Menghasilkan lulusan yang unggul dan kompetitif

3. Memberikan pelayanan di bidang pendidikan yang berkualitas.

4. Memebentuk sumber daya manusia yang islami, aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan berkembangan zaman.

(39)

5. Membangun citra sekolah sebagai lembaga pendidkan terpercaya di masyarakat. Membangun system persekolahan berkualitas yang komprehensif meliputi pengelolaaan input, proses, dan output pendidkan 3. Tujuan

Jka visi dan misi terkaot dengan jangka waktuyang relatif panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah, dengnan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.

Adapun tujuan penyelenggaraan SMPN 2 Pasimarannu adalah sebagai berikut : 1. Mendidik siswa beriman dan bertqwa kepada Allah swt serta berakhlak

mlia, sehat jasmani dan rohani

2. Menanamkan konsep belajar sepanjang hayat ( life long educaton ) agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara terus menerus.

3. Mentransfer dan mentranformasikan ilmu pengetahuan agar murid memiliki dasar- dasar pengetahuan, pola, piker,dan ketrampilan hidup untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta menjadi insan yang bertanggungjawab terhadap tuhannya, dirinya,keluarganya, masyarakakat dan negara.

4. Menanamkan sikap kebanggsaan dan negaranya.

Untuk mewujudkan beberapa hal tersebut di atas, maka SMPN 2 Pasimarannu ini membagi program kegiatan menjadi dua poin besar yakni dalam kegiatan belajar mengajar dan hungan sosial kemasyarakatan.

(40)

B. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pemecahan masmasalah terhadap kemampuan berpikir siswa kelas VIII SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kebupaten Kepulauan Selyar, Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dari temuan penelitian telah direkapitulasi kemudian dianalisis untuk mengetahui pengaruh pembejalajran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir siswa

C. Teknik analisis deskriptif data dengan persentase

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis hasil angket adalah analisis deskriptif dengan rumus persentase yang dikemukakan oleh Ali (1986:84) yaitu:

Di mana :

P = Persentase

f = Frekuensi yang diperoleh N = Jumlah responden

30

(41)

Tabel 4.1 Daftar Frekuensi dan Persentase pertanyaan

Pernyataan

pilihan jawaban

N Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak

Setuju

F P F P F P F P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 22 55 16 40 0 0 2 5 40

100

2 22 55 17 42,5 1 2,5 0 0 40

100

3 8 20 24 60 8 20 0 0 40

100

4 21 52,5 14 35 3 7,5 2 5 40

100

5 17 42,5 12 30 8 20 3 7,5 40

100

6 17 42,5 21 52,5 2 5 0 0 40

100

7 16 40 20 50 3 7,5 1 2,5 40

100

8 0 0 4 10 10 25 26 65 40

100

9 5 12,5 20 50 12 30 3 7,5 40

100

10 27 67,5 11 27,5 0 0 2 5 40

100 Dari tabel 4.1.di atas dapat dilihat dari frekuensi dan presentase (%)

Untuk pernyataan 1 “Pembelajaran pemecahan masalah bermanfaat untuk belajar

Dari 40 respondenyang menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang atau 55%, yang menjawab setuju sebanyak 16 orang atau 40%, yang menjawab tidak setuju tidak ada atau 0%, yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak2 atau 5,%.

(42)

Pernyataan 2 “Belajar dengan menggunakan pembelajaran pemecahan masalah membuat saya lebih terampil

Dari 40 responden yang menjwab sangat setuju sebanyak 22 orang atau 55%, yang menjawab setuju sebanyak 17 orang atau 42,5%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2,5% dan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%

Pernyataan 3 “Belajar menggunakan pembelajaran pemecahan masalah membuat materi lebih diingat

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 8 orang atau 20%, yang menjawab setuju sebanyak 24 orang atau 60%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 8 orang atau 20% dan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%

Pernyataan 4 “Pembelajaran pemecahan masalah mendorong saya untuk menemukan ide-ide baru

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 21 orang atau 52,5%, yang menjawab setuju sebanyak 14 orang atau 35%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 atau 7,5% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 5%.

Pernyataan 5 “pembelajaran ini membuat saya senang berdiskusi dengan anggota kelompok untuk mrnyelesaikan masalah dengan saling bertukar hasil jawaban”.

(43)

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 17 orang atau 42,5%, yang menjawab setuju sebanyak 12 orang atau 30%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 8 orang atau 20%, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 orang atau 7,5%.

Pernyataan 6 “ dengan pembelajaran ini saya merasa mudah untuk mengingat materi yang pernah dipelajari”

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 17 orang atau 42,5%, yang menjawab setuju sebanyak 21 orang atau 52,5%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang atau 5%, dan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%.

Pernyataan 7 “setelah mengikuti pembelajaran ini, pemahaman materi saya menjadi meningkat”.

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang atau 40%, yang menjawab setuju sebanyak 20 orang atau 50%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang atau 7,5%, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2,5%.

Pernyataan 8 “Menurut saya, pembelajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran membosankan”

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju 0 orang atau 0%, yang menjawab setuju sebanyak 4 orang atau 10%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 10 orang atau 25%, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 26 orang atau 65%.

(44)

Pernyataan 9 “Belajar menggunakan pembelajaran pemecahan masalah membuat saya merasa tertekan

Dari 40 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang atau 12,5%, yang menjawab setuju sebanyak 20 orang atau 50%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 12 orang atau 30%, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 orang atau 7,5%.

Pernyataan 10 “Belajar menggunakan pembelajaran pemecahan masalah saya rasa lebih termotivasi

Dari 39 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 27 orang atau 67,5%, yang menjawab setuju sebanyak 11 orang atau 27,5%, yang menjawab tidak setuju tidak ada atau 0%, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 5%.

D. Analisis hasil belajar

Tabel 4.2.Hasil belajar kelas VIII.A pada kelompok kontrol.

NO NAMA KELAS KONTROL KET

PRE-TES PRO-TES

1 FARIDAWATI 60 80

2 ADELIA 60 87

3 NURHAYANTI 55 80

4 JAYANTI 60 80

5 ERLANGGA 50 73

6 HENDRAWAN 60 80

7 HASNANI 53 80

8 SUBINATI 50 73

9 NARDIN 60 80

10 FERDI 50 73

11 AWAL

MA‟RUF 55

67

(45)

12 MUHLIS 57 60 13 MUH.

SYAHRIR

53 73

14 WINDA SARI 50 60

15 FEBRIANTI 53 73

16 WULANDARI 50 60

17 CEPI ARIANI M

53 73

18 NURAMANI 60 80

19 HENDRA 50 60

20 ROSMAYANTI 60 80

Jumlah 1099 1472

Rata-rata 54,95 73,6

Dari hasil belajar kelas VIII.A pada kelompok control yang diberikan melelui pre –tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa memperoleh nilai rata-rata 54,95 dan setelah melakukan pembelajaran konfensional maka hasil pos-tes memperoleh nilai rata-rata 73,6,

. Dari hasil belajar tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan hasil nilai belajar ke dalam tabel interval seperti berikut.

Tabel 4.3 Intervalhasil belajar kelas VIII.A

Interval Hasil Pembelajaran

Kelompok kontrol Frekuensi Persentase

8-10 Sangat Baik 9 45

7-7,9 Baik 6 30

6-6,9 Cukup 5 25

5-5,9 Kurang 0 0

<5,0 Gagal 0 0

Jumlah 20

Sumber: Hasil Tes

(46)

Tabel 4.3.menunjukkan bahwa 20 responden penelitian berdasarkan tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang memiliki hasil pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konfesionaldalam kategori kurang tidak ada (0%), disusul kategori cukup sebanyak 5 (25%), kategori baik sebanyak 6 responden (30%) dan kategori sangat baik sebanyak 9 responden (45% ).

Tabel 4.4.Hasil belajar kelas kelas VIII.B pada kelompok eksperimen

NO NAMA KELAS EKSPERIMEN Ket

PRE-TES POS-TES

1 HASANUDDIN 60 80

2 MBITIWATI 55 80

3 SUGANDI 60 80

4 NURDILLAH 50 80

5 ADE ARLAN 53 73

6 NUR AFISA 60 80

7 MUH. KADAVI 55 80

8 ZULAIKA 50 73

9 LADY ELSA GITA B

55 73

10 SUJONO 60 80

11 HASDIANTO 60 80

12 ALDA SAFIRA 57 87

13 MITA 60 80

14 YULIANTI 55 80

15 SUBAEDA 50 73

16 HASMI 60 80

17 JUANDI 57 80

18 MASNAWATI 55 73

19 ASDAR 60 80

20 SANARIA 53 73

Rata-rata 1125 1565

Jumlah 56,25 78,25

Dari tabel 4.4 tersebut di atas hasil belajar kelas VIII B pada kelompok Eksperimen dapat di lihat bahwa sebelum menggunakan pembelajan pemecahan

(47)

masalah hasil belajar Pre-tes siswa mempreoleh nila rata-rata 56,25 dan setelah siswa melakukan pembelajaran pemecahan masalah siswa memperoleh hasil belajar Pos-Tes dengan rata-rata 78,25, dari hasil Pre-tes dan Pos -tes terdapat perbedaan hasil belajar.

Deskripsi berdasarkan tabel kelas VIII.B tersebut terdapat pula perbedaan dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan melelui tes setelah melakukan proses pembelajaran antara kelompok eksperimen yang menggunakan modol dan kelompok kontrol yang tidak menggunakan modol . Nilai rata-rata kelompok ekperimen yaitu 78,25 sedangkan kelompok kontrol yaitu 73,5. Dari hasil belajar tersebut dapat di kelompokkan berdasarkan hasil nilai belajar kedalam tabel interval seperti berikut

Tabel 4.5 Tabel interval kelas VIII.B

Interval Hasil Pembelajaran

Kelompok Eksperimen Frekuensi Persentase

8-10 Sangat Baik 14 70

7-7,9 Baik 6 30

6-6,9 Cukup 0 0

5-5,9 Kurang 0 0

<5,0 Gagal 0 0

Jumlah 20

Sumber: Hasil Tes

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa 20 responden penelitian berdasarkan tes yang diberikan kepada kelompok experimen yang memiliki hasil pembelajaran

(48)

yang menggunakan modol dalam kategori kurang tidak ada (0%), disusul kategori cukup tidak ada responden (0%), kategori baik sebanyak 6 responden (30%) dan kategori sangat baik sebanyak 14 responden (70% persen).

E. Analisis Nilai Angket Tabel 4.6 Analisis Nilai Angket

No Resp

Sangat Setuju (4)

Setuju (3)

Tidak Setuju (2)

Sangat Tidak Setuju (1) X

1 2 3 4 5 6

1 4 16 3 9 2 4 1 1 30

2 5 20 3 9 2 4 0 0 33

3 8 32 1 3 1 2 0 0 37

4 4 16 4 12 1 2 1 1 31

5 4 16 4 12 1 2 1 1 31

6 3 12 4 12 1 2 2 2 28

7 5 20 4 12 0 0 1 1 31

8 4 16 4 12 1 2 1 1 31

9 7 28 2 6 0 0 1 1 35

10 6 24 2 6 1 2 1 1 33

11 5 20 2 6 2 4 1 1 31

12 3 12 5 15 2 4 0 0 31

13 3 12 5 15 1 2 1 1 30

14 4 16 5 15 0 0 1 1 32

15 6 24 3 9 0 0 1 1 34

16 6 24 3 9 0 0 1 1 34

17 3 12 5 15 1 2 1 1 30

18 5 20 3 9 1 2 1 1 32

(49)

19 4 16 4 12 1 2 1 1 31

20 3 12 6 18 1 2 0 0 32

21 4 16 3 9 2 4 1 1 30

22 4 16 5 15 0 0 1 1 32

23 1 4 6 18 3 6 0 0 28

24 3 12 3 9 3 6 1 1 28

25 3 12 3 9 2 4 2 2 27

26 1 4 6 18 2 4 1 1 27

27 2 8 6 18 2 4 0 0 30

28 2 8 6 18 1 2 1 1 27

29 0 0 8 24 2 4 0 0 28

30 2 8 1 3 2 4 5 5 2

31 3 13 7 21 0 0 0 0 34

32 7 28 2 6 0 0 1 1 35

33 5 20 4 12 1 2 0 0 34

34 3 12 3 9 2 4 2 2 27

35 6 24 3 9 0 0 1 1 34

36 2 8 6 18 1 2 1 1 29

37 4 16 4 12 1 2 1 1 31

38 3 12 4 12 0 0 3 3 27

39 0 0 7 21 3 6 0 0 26

40 3 12 4 12 2 4 1 1 29

Jumlah 1220

Berdasarkan tabel 4.6.dapat dilihat bahwa nilai hasil angket pembelajaran pemecahan masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir siswa kelas VIII di SMPN 2 Pasimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar sangat

(50)

berpengaruh dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat diambil sebagai nilai X, yaitu nilai hasil Angket dimana X = 1220.

F. Pengujian Hipotesis

Hasil hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa Kelas VIII SMPN 2 Paimarannu Desa Bonea Kabupaten Kepulauan Selayar

Tabel 4.7 Analisis Perhitungan Angket dan Hasil belajar

No X Y X2 Y2 XY

1 2 3 4 5 6

1 30 80 900 6400 2400

2 33 80 1089 6400 2640

3 37 80 1369 6400 2960

4 31 80 961 6400 2480

5 31 73 961 5329 2263

6 28 80 784 6400 2240

7 31 80 961 6400 2480

8 31 73 961 5329 2263

9 35 73 1225 5329 2555

10 33 80 1089 6400 2640

11 31 67 961 4489 2077

12 31 67 961 4489 2077

13 30 73 900 5329 2190

14 32 67 1024 4489 2144

15 34 73 1156 5329 2482

16 34 73 1156 5329 2482

17 30 67 900 4489 2010

18 32 67 1024 4489 2144

19 31 73 961 5329 2263

20 32 80 1024 6400 2560

21 30 80 900 6400 2400

22 32 87 1024 7569 2784

23 28 80 784 6400 2240

(51)

24 28 80 784 6400 2240

25 27 73 729 5329 1971

26 27 80 729 6400 2160

27 30 80 900 6400 2400

28 27 73 729 5329 1971

29 28 80 784 6400 2240

30 20 73 400 5329 1460

31 34 67 1156 4489 2278

32 35 60 1225 3600 2800

33 34 73 1156 5329 2482

34 27 60 729 3600 1620

35 34 73 1156 5329 2482

36 29 60 841 3600 1740

37 31 73 961 5329 2263

38 27 80 729 6400 2160

39 26 60 676 3600 1560

40 29 80 841 6400 2320

Statistik X Y X2 Y2 XY

JML 1220 2958 37600 220580 90921

Selanjutnya untuk menguji hipotesis, digunakan analisis korelasi product momen a. Hasil Analisis Korelasi Product Momen

( ) ( ) ( )

√( ( ) ) ( ( ) )

( ) ( ) ( )

√ ( ) ( ) ) ( ( ) ( ) )

( ) ( )

√( ) ( ) ( ) ( )

( )

√( ) ( ) ( )

(52)

( ) 0,8 Dimana :

Rxy= AngkaIndeksKorelasi N = Jumlahsiswa

Jumlah hasi lperkalianAntaraskor X danskor Y Jumlah seluruhskor X

Jumlah seluruh skor Y

Untuk mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y dengan rumus sebagai berikut:

KP = r2 x 100% = 0,8 2 x 100% = 67, 4%

Artinya tingkat pembelajaran masalah meberikan konsultasi terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sebesar = 67, 4% dan = 67, 4% – 100% dengan jumlah sisanya sebesar 32,72% ditentukan oleh variabel lain.

Menguji signifikan dengan rumus thitung sebagai berikut :

t

hitung

=

( ) ( )

8,861

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas berkat dan pendampingan- Nya selama Penulis mengerjakan laporan berjudul “EVALUASI UNTUK PENINGKATAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel – variabel tekstur yang penting dalam roti tawar dan membandingkan tiga merk roti tawar (Wonder, Swiss dan

Penulis berharap dengan adanya Aplikasi Pencatatan Transaksi Simpan Pinjam pada Koperasi Kredit Sentosa, dapat mengoptimalkan kinerja petugas koperasi dan mengefisienkan waktu

Atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Inovasi Pelayanan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sikap demokratis dan prestasi belajar PKn melalui metode Simulasi di

Skripsi ini berisi deskripsi Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD N 1 Tambaksari Materi Membaca Melalui Penerapan Metode SQ3R yang membahas masalah sesuai

dibulatkan 2 angka di belakang koma, yang terdapat di kawasan pantai tempat peneluran penyu di Lhok Pante Tibang Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala Banda

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi