• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penalaran Proporsional Siswa Bergaya Kognitif Sistematis dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penalaran Proporsional Siswa Bergaya Kognitif Sistematis dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi dan anlisis data penalaran proporsional siswa pada bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penalaran Proporsional Siswa Bergaya Kognitif Sistematis dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan

Penalaran proporsional siswa bergaya kognitif sistematis pada tahap memahami masalah yaitu; subjek menyebutkan kuantitas-kuantitas yang berubah atau tidak berubah dalam masalah dengan benar dengan cara membaca dan memahami kembali masalah tersebut, menjelaskan arah perubahan kuantitas dengan memandang masalah sebagai hubungan berbanding lurus/berbanding terbalik dengan benar dengan cara memahami kembali masalah tersebut dan menganalisisnya. Pada tahap merencanakan penyelesaian; subjek mengidentifikasi hubungan multiplikatif antar kuantitas dengan cara mengumpulkan informasi terlebih dahulu dan memilih strategi dan konsep yang sesuai dengan masalah perbandingan.

Pada tahap melakukan rencana penyelesaian;

subjek menggunakan strategi berdasarkan konsep multiplikatif dalam menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah penyelesaian yang benar dan berurutan, berpikir divergen, menunjukkan rasio yang terkandung dalam masalah dengan benar dengan cara membaca dan memahami kembali masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Dwi Shinta Rahayu bahwa siswa bergaya kognitif sistematis cenderung menggunakan tahapan secara berurutan, berpikir secara runtut baik itu dalam memahami, menyelesaikan masalah maupun dalam pengambilan keputusan. Selain itu, hal ini sesuai dengan karakteristik gaya kognitif sistematis, yaitu berpikir divergen, memberikan alasan mengapa masalah tersebut

(2)

dapat diselesaikan menggunakan konsep perbandingan dengan benar. Pada tahap melihat kembali penyelesaian;

subjek membuktikan kebenaran jawabannya dengan cara memeriksa kembali jawabannya dengan teliti dan membuat pembuktian dengan alternatif lain agar jawaban yang diperolehnya benar dan sesuai dengan apa yang ditanyakan. Hal ini sesuai dengan karakteristik gaya kognitif sistematis yaitu sangat berhati-hati dalam melaksanakan suatu hal. Subjek juga memberikan kesimpulan yang benar tentang masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai maupun perbandingan berbalik nilai.

2. Penalaran Proporsional Siswa Bergaya Kognitif Intuitif dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan

Penalaran proporsional siswa bergaya kognitif intuitif pada tahap memahami masalah; subjek menyebutkan kuantitas yang berubah atau tidak berubah dalam masalah dengan benar tanpa membaca kembali masalah yang dipahaminya, subjek menjelaskan arah perubahan kuantitas dengan cara memandang masalah tersebut sebagai hubungan berbanding lurus/berbanding terbalik dengan benar dengan cara menganalisis masalah tanpa memahami kembali masalah tersebut. Pada tahap merencanakan penyelesaian; subjek mengidentifikasi hubungan multiplikatif dengan cara memilih strategi dan konsep yang sesuai dengan masalah.

Pada tahap melakukan rencana penyelesaian;

subjek menggunakan strategi berdasarkan konsep multiplikatif dalam menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah penyelesaian yang benar dan singkat serta kurang berurutan, berpikir konvergen, subjek menunjukkan rasio yang terkandung dalam masalah dengan benar tanpa membaca dan memahami kembali masalah tersebut, serta memberikan alasan mengapa masalah tersebut dapat diselesaikan menggunakan konsep perbandingan dengan benar tetapi kurang tepat.

Pada tahap melihat kembali penyelesaian; subjek meyakini kebenaran jawabannya berdasarkan perasaannya tanpa melihat kembali jawabannya, subjek membuktikan

(3)

kebenaran penyelesaiannya dengan melihat hasilnya saja, subjek kurang teliti memahami masalah sehingga jawaban yang diperolehnya benar tetapi kurang tepat. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa bergaya kognitif intuitif yaitu cenderung mengikuti perasaan dan pengalaman sebelumnya dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, subjek intuitif seringkali melihat sesuatu secara global, cenderung mengikuti perasaan, spontan, cenderung berpikir secara konvergen, dan kurang teliti dalam menyelesaikan masalah.

3. Perbedaan Penalaran Proporsional Siswa Bergaya Kognitif Sistematis dan Intuitif dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan

Perbedaan penalaran proporsional siswa bergaya kognitif sistematis dan intuitif dalam menyelesaikan masalah perbandingan berdasarkan tahapan Polya, peneliti sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1

Perbedaan Gaya Kognitif Sistematis dan Intuitif dalam Menyelesaikan Masalah Perbandingan Tahapan

Polya

Siswa Bergaya Kognitif istematis

Siswa Bergaya Kognitif Intuitif Memahami

Masalah

 Subjek menyebutkan kuantitas-kuantitas dalam masalah dengan cara membaca dan memahami kembali masalah tersebut.

 Subjek menjelaskan arah perubahan kuantitas dalam masalah dengan cara memahami kembali masalah tersebut dan menganalisisnya.

 Subjek menyebutkan kuantitas-kuantitas yang berubah atau tidak berubah dalam masalah tanpa membaca kembali masalah yang dipahaminya.

 Subjek menjelaskan arah perubahan kuantitas dengan cara memandang masalah sebagai hubungan berbanding lurus/berbanding terbalik dengan cara menganalisis masalah

(4)

tanpa memahami

kembali masalah tersebut.

Merencanakan Penyelesaian

 Subjek

mengidentifikasi hubungan multiplikatif antar kuantitas dengan cara mengumpulkan informasi terlebih dahulu kemudian memilih strategi dan konsep yang sesuai dengan masalah.

 Subjek

mengidentifikasi hubungan multiplikatif antar kuantitas dengan cara memilih strategi dan konsep yang sesuai dengan masalah.

Melakukan Rencana Penyelesaian

 Subjek menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang benar dan berurutan

 berpikir divergen

 memberikan alasan mengapa masalah tersebut dapat diselesaikan menggunakan konsep perbandingan dengan benar.

 subjek menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang benar dan singkat.

 berpikir konvergen.

 memberikan alasan mengapa masalah tersebut dapat diselesaikan

menggunakan konsep perbandingan dengan benar tetapi kurang tepat.

Melihat Kembali Penyelesaian

 subjek memeriksa kembali penyelesaian dengan membuat strategi perkalian silang dengan teliti.

 Subjek mengoreksi kembali jawabannya dengan teliti.

 subjek meyakini kebenaran jawabannya berdasarkan

perasaannya.

 membuktikan kebenaran penyelesaiannya dengan melihat hasilnya saja.

 kurang teliti dalam memahami masalah.

(5)

B. Diskusi Hasil Penelitian

Dari hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa penalaran proporsional antara siswa bergaya kognitif sistematis dan siswa bergaya kognitif intuitif terdapat perbedaan yang mencolok. Siswa bergaya kognitif sistematis terkesan lebih hati-hati dalam menyelesaikan masalah. Sementara siswa bergaya kognitif intuitif terkesan terburu-buru dalam menyelesaikan masalah, sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam waktu yang cukup singkat.

Adapun kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah, memilih subjek sistematis dan intuitif tidak berdasarkan gender. Mengingat gaya kognitif antara siswa perempuan dan siswa laki-laki terdapat perbedaan yang mencolok, yaitu siswa laki-laki cenderung menyelesaikan masalah dengan cara yang singkat dibandingkan siswa perempuan. Sehingga siswa laki- laki cenderung memerlukan waktu yang singkat untuk menyelesaikan masalah.

Selain itu kelemahan dari penelitian ini yaitu peneliti kurang menfokuskan secara total pada proses penyelesaian masalah siswa, baik siswa yang bergaya kognitif sistematis maupun intuitif. Karena dalam penelitian ini seharusnya peneliti lebih menitik beratkan pada proses penyelesaian masalah siswa dari pada hasil penyelesaian siswa dalam menyelesaiakn masalah.

(6)

Halaman ini sengaja dikosongkan

Referensi

Dokumen terkait

70 23 November 2013 Ketua Panitia Pelatihan PBJ Fakultas

Diartikan promosi penjualan adalah insentif khusus atau program yang mendorong konsumen untuk membeli produk tertentu atau pelayanan biasanya digunakan bersama

Sesungguhnya kekuatan yang mereka kagumi dari musuh-musuh Allah Swt tersebut bisa mereka dapatkan jika mereka mau bertawakal kepada Allah Swt dan mengerjakan sebab-sebab

Buku Informasi Versi: 2015 Halaman: 7 dari 67 instalasi pompa hydrant dan valve terpasang dengan baik, dilakukan testing dan commisioning terhadap system fire

Dari tabel 3 diatas juga dapat disimpulkan bahwa Petek yang merupakan genotipe toleran naungan dapat digunakan sebagai tetua persilangan, baik sebagai tetua

• Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran

Pada hari ini, Selasa tanggal Tujuh Belas Bulan Juli Tahun Dua Ribu Dua Belas (17 Juli 2012 ), Kelompok Kerja UPT Unit Pelayanan Pengadaan (UPT).. Barang/Jasa Kota Sukabumi

Ahli kimia asal Swiss in mengkhususkan perhatiannya pada penggunaan asam-asam aminopolikarboksilat, salah satunya Ethylenediaminetetraacetic acid