• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. AV adalah penyakit hormonal genetik kulit akibat peradangan kronis, yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. AV adalah penyakit hormonal genetik kulit akibat peradangan kronis, yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne Vulgaris 2.1.1 Definisi

AV adalah penyakit hormonal genetik kulit akibat peradangan kronis, yang mengenai unit pilosebaceous ditandai dengan pembentukan komedo, papula dan kista di mana dapat mengarah ke pembentukan pustula dan abses serta beberapa kasus dapat meninggalkan jaringan parut dan sikatriks pada tempat predileksinya. (Izmir & dr behcet, 2017).

2.1.2 Epidemiologi

AV merupakan salah satu maslaah kulit yang banyak dikeluhkan masyarakat terutama kalangan remaja. Penyakit kulit ini pada umumnya mempengaruhi sekitar 9,4% dari populasi dunia dengan prevalensi paling tinggi terjadi pada remaja, dimana lebih dari 90% pria dan 80% wanita pada semua kelompok etnis (Saed-alanazi, et al, 2018). Di AS, Bhate dan Williams melaporkan prevalensi jerawat pada 85% remaja dan preavalensi tertinggi adalah dikalangan remaja perempuan (Saed-alanazi, et al, 2018). Selain itu, di Asia timur, Eropa Barat dan Asia Selatan memiliki prevalensi tertinggi pada usia kelompok 15-19 diantara masing-masing populasi usia meskipun ada perbedaan dalam tingkat kejadian (Darren et al, 2016)

(2)

6 Gambar 2.1

Prevalensi AV Berdasarkan Jenis Kelamin Di Dunia

Gambar 2.2

Prevalensi AV berdasarkan jenis kelamin secara global dinegara maju dan berkembang

(3)

7 2.1.3 Etiologi

Berbagai macam faktor yang diyakini mepengaruhi timbulnya AV yaitu:

1. Sebum

Pada penderita akne terjadi produksi sebum yang berlebihan dari kelenjar sebasea. Penderita akne akan memproduksi sebum yang lebih banyak daripada orang yang tanpa akne, meskipun kualitas dari sebum yang dihasilkan tetap sama. Salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida, memiliki peran dalam patogenesis akne. Trigliserida diubah menjadi asam lemak bebas oleh Propionibacterium aknes flora normal unit pilosebasea.

Asam lemak bebas ini akan mempromosikan penggumpalan bakteri lebih lanjut dan kolonisasi P.aknes, inflamasi, dan mungkin komedogenik. Hal-hal lain yang berpengaruh dalam peningkatan produksi sebum adalah aktifitas androgen. Hormon-hormon androgenik juga mempengaruhi produksi sebum, seperti testosteron yang mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan produksi sebum (Theresia, 2013).

2. Hormonal

Pada umumnya, AV dimulai pada saat pubertas ketika keseimbangan hormon mulai berubah-ubah. Tingkat tinggi androgen ini dikaitkan dengan keparahan AV yang lebih besar. Selain perubahan sistemik dalam kadar hormon, kelebihan steroid lokal, khususnya androgen, dapat dikaitkan dengan akne vulgaris. Pasien dengan AV menghasilkan lebih banyak testosteron dan 5α-DHT di kulit mereka daripada kontrol yang sehat (Tuchayi, 2015).

(4)

8 3. Bakteri

Telah diterima secara luas bahwa spesies propionibacterium (propionibacterium akne, propionibacterium granulosum) dan lain-lain adalah faktor utama dalam patogenesis jerawat. propionibacterium akne adalah bakteri yang umumnya banyak ditemukan dikulit dan salah satu komponen utama flora mikroba dari folikel pilosebaceous. Bakteri residen ini menghasilkan lebih banyak lipase yang bertanggung jawab untuk hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas yang berkontribusi terhadap hiperkeratosis folikel serta pecahnya folikel. (Usha dan Dinesh, 2015) 4. Herediter

Predisposisi jerawat juga dapat terjadi secara genetik. Sangat sedikit pengetahuan yang diperoleh tentang mekanisme herediter ini. Ada beberapa gen yang terlibat dalam mekanisme herditer ini diantanya yang paling utama adalah cyt-P450-1A1 dan steroid-hidrolase yang mengontrol produksi androgen kelenjar adrenal. Orang yang memiliki kariotipe XYY menunjukkan jenis jerawat yang parah (Prasad, 2016).

5. Diet/makanan

Diet rendah glikemik dapat mengurangi produksi sebum melalui efek endokrin. Pembatasan kalori secara ketat dapat meminimalisir ekskresi sebum. Perubahan dalam lemak makanan atau asupan karbohidrat juga dapat mengubah produksi dan komposisi sebum (Tuchayi, 2015).Studi yang dilakukan pada murid sekolah menengah di Teheran, Iran melaporkan bahwa

(5)

9

konsumsi teratur permen, kacang-kacangan, cokelat dan makanan berminyak dikaitkan dengan peningkatan akne vulgaris. Sebuah studi cross-sectional pada 1.871 pasien dengan AV melaporkan bahwa asupan lemak dan gula yang sering dikaitkan dengan peningkatan risiko akne vulgaris. Namun, studi lain telah gagal menunjukkan hubungan antara diet dan AV (Tuchayi, 2015).

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa produk olahan susu dapat memperberat derajat AV (Alburqueue, 2014).

6. Kosmetik

Kosmetik disebutkan dapat menjadi penyebab AV khususnya pada remaja perempuan dan wanita muda. Konsep akne kosmetika diteliti oleh Kligman dan Mills pada tahun 1972 pada telinga kelinci dan model manusia.

Studi ini menunjukkan bahwa bahan kosmetik yang diuji memiliki efek komedogenik (Sigh & Maan K, 2013).

7. Jenis kelamin

Menurut penelitian dari American Academy of Dermatology, AV merupakan penyakit kulit yang dapat terjadi di semua usia namun jumlah wanita yang menderita AV lebih banyak dari laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh masalah hormonal.

8. Jenis kulit

Jenis kulit terbukti menjadi faktor efektif lain. Ada beberapa tipe kulit seperti berminyak, kering, normal, dan kompleks. Kulit berminyak menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi terhadap infeksi sedangkan kulit kering juga rentan terhadap infeksi tetapi persentase yang relatif lebih rendah.

(6)

10

namun, jenis kulit normal dan kompleks memiliki sensitivitas yang dapat diabaikan. (Qidway et al,2017).

9. Stres

Secara fisiologis stres dapat meningkatkan HPA axis yang kemudian meningkatkan ACTH dan kadar glukokortikoid secara berkepanjangan.

peningkatan ACTH ini akan meningkatkan hormon androgen dimana hormon tersebut akan merangsang peningkatan produksi sebum dan keratinosit.

Peningkatan produksi sebum dan keratinosit akan meningkatkan timbulnya AV (Usha dan Dinesh, 2015)

2.1.4 Patogenesis

Terdapat empat faktor yang berperan pada patogenesis akne vulgaris, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum yang meningkat, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium akne.

Androgen juga berperan penting pada patogenesis AV (Theresia, 2013).

1. Produksi sebum yang meningkat

Pada individu yan mengalami AV secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah lobul tiap kelenjar bertambah. Hormon androgen berperan dalam ekskresi sebum dan perubahan sel-sel sebosit demikian pula sel keratinosit folikular sehingga menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang menjadi lesi inflamasi.

Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memlikii mekanisme seluler yang digunakan untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim 5-α-reduktase (tipe 1) serta 3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang

(7)

11

terdapat pada sel sebosit basal yang belum diferensiasi. Setelah sel-sel sebosit berdiferensiasi kemudian terjadi ruptur dengan melepaskan sebum ke dalam duktus pilosebasea. Proses diferensiasi sel-sel sebosit tersebut dipicu oleh hormon androgen yang akan berikatan dengan reseptornya pada inti sel sebosit, selanjutnya terjadi stimulasi transkripsi gen dan diferensiasi sebosit.

Pada individu akne vulgaris, secara umum produksi sebum dikaitkan dengan respon yang berbeda dari unit folikel pilosebasea masing-masing organ target, atau adanya peningkatan androgen sirkulasi atau keduanya. Misalnya, didapatkan produksi sebum berlebih pada lokasi wajah, dada dan punggung meskipun didapatkan kadar androgen sirkulasi tetap. Sebagai kesimpulan, androgen merupakan faktor penyebab pada akne vulgaris, meskipun pada umumnya individu dengan AV tidak mengalami gangguan fungsi endokrin secara bermakna. Jumlah sebum yang diproduksi sangat berhubungan dengan keparahan akne vulgaris.

2. Hiperproliferasi folikel sebasea

Lesi AV dimulai dengan mikrokomedo. Lesi mikroskopis yang tidak terlihat dengan mata telanjang, komedo pertama kali terbentuk dimulai dengan deskuamase abnormal pada pasien akne vulgaris. Epitel tidak dilepaskan satu per satu ke dalam lumen sebagaimana biasanya. Penelitian imunohistokimiawi menunjukan adanya peningkatan proliferassi keratinosit dan diferensiasi abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan karena berkurangnya kadar asam linoleat sebasea. Lapisan granulosum menjadi menebal, tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat,

(8)

12

kandungan lipid bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk sumbatan pada orifisumfolikel. Proses ini pertama kali ditemukan pada pertemuan antara duktus sebasea dengan epitel folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga menyebabkan folikel melebar.

Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non inflamasi atau lesi inflamasi, yaitu bila Propionibacterium acnes (PA) berproloferasi dan menghasilkan mediator-mediator inflamasi.

3. Kolonisasi Propionibacterium acnes (PA).

Propionibacterium acnes merupakan mikroorganisme utama yang

ditemukan di daerah infrainfundibulum dan Propionibacterium acnes dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. Propionibacterium acnes akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya jumlah

trigliserida dalam sebum yang merupakan nutrisi bagi Propionibacterium acnes.

4. Proses inflamasi

Propionibacterium acnes diduga berperan penting menimbulkan

inflamasi pada AV dengan menghasilkan kemotatik dan enzim lipase yang akan mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas.

2.1.5 Manifestasi klinis

AV paling banyak terjadi di area wajah, namun dapat pula terjadi pada punggung, dada, dan bahu. Di area badan, AV cenderung terkonsentrasi di dekat garis tengah tubuh. Penyakit ini ditandai oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu jenis lesi biasanya lebih mendominasi (Dreno,2018). Lesi noninflamasi, yaitu

(9)

13

komedo. Komedo terbagi menjadi dua yaitu komedo terbuka (blackhead comedones) yang terjadi akibat oksidasi melanin, dan komedo tertutup (whitehead comedones). Lesi inflamasi berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista. Skar atau jaringan parut dapat menjadi komplikasi AV non-inflamasi maupun inflamasi.

Gambar 2.3 Akne Vulgaris

2.1.6

Diagnosis

AV ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia untuk menentukan derajat AV (ringan,

Gambar 2.4

White heads, black heads, papules, pustules, nodules, cysts.

(10)

14

sedang, dan berat) adalah klasifikasi menurut Lehmann dkk. Klasifikasi tersebut diadopsi dari 2nd AV Round Table Meeting (South East Asia), Regional Consensus on AV Management, 13 Januari 2003, Ho Chi Minh City-Vietnam.

Derajat AV berdasarkan tipe dan jumlah lesi dapat digolongkan menjadi ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

Tabel 2.1 Consensus Conference on AV Classification

Derajat Lesi

AV ringan Komedo <20, atau Lesi inflamasi <15, atau Total lesi <30

AV sedang Komedo 20-100, atau Lesi inflamasi 15-50, atau Total lesi 30-125

AV berat Kista >5 atau komedo <100, atau Lesi inflamasi>50, atau

Total lesi>125

(Akne round table meeting, Regional Consensus on Akne Management, 2013)

2.1.7 Terapi

Beberapa obat topikal dan sistemik dapat membantu dalam mengobati AV (Seth dan Mirsha,2015)

a. Benzoil Peroksida:

Benzoil peroksida sama efektifnya dengan retinoid topikal dan digunakan dalam gel, krim atau lotion dengan kekuatan bervariasi dari 2,5 hingga 10%. Ini adalah agen antimikroba luas yang efektif melalui aktivitas pengoksidasi. Ini memiliki aktivitas anti-inflamasi, keratolitik dan komedolitik. Diindikasikan pada jerawat ringan sampai sedang. Efek

(11)

15

samping utamanya adalah kekeringan berlebihan, iritasi, dermatitis kontak alergi dan pemutihan pakaian, rambut, dan linen tempat tidur .

b. Antibiotik topikal:

Ini digunakan pada jerawat radang. Erythromycin topikal dan klindamisin adalah yang paling populer , digunakan dalam 1 formulasi baik sendiri atau dalam kombinasi dengan benzoil peroksida atau adaplene. Efek samping ringan termasuk eritema, mengelupas, gatal, kering, terbakar dan berkembangnya resistensi.

c. Agen topikal lainnya disebutkan sebagai berikut:

 Asam azelaic tersedia krim 10 20% dan efektif untuk jerawat inflamasi dan komedo

 Asam salisilat digunakan sebagai agen komedolitik, tetapi kurang poten

daripada retinoid topikal. Asam laktat bermanfaat dalam mengurangi lesi jerawat

 Minyak pohon teh

 Gel asam Picolinic 10%

 Gel Dapsone 5%

d. Terapi sistemik

Beberapa terapi sistemik untuk pengobatan AV yaitu: Tetrasiklin, obat- obatan sulpha, macrolides, terapi hormonal, terapi seng oral, retinoid oral – isotretinoin (Usha dan Dinesh, 2015).

(12)

16

Pengobatan AV dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat keparahannya. pengobatan AV berdasarkan tingkat keparahnnya adalah sebagai berikut:

1. AV ringan

a. Penzoil peroksida b. Retinoid topikal

c. Kombinasi terapi topikal retinoid dan benzoil peroksida 2. AV sedang

a. Kombinasi terapi topikal

b. Kombinasi terapi topikal + antibiotik

c. Kombinasi terapi topikal + antibiotik +antibiotik topikal 3. AV berat

a. Kombinasi terapi topikal + antibiotik b. Isotretioin oral. (Zaenglein et al,2016)

2.2 Kualitas Hidup 2.2.1 Definisi

Menurut WHO (1996) kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai kedudukannya di dalam kehidupan yang berkaitan dengan budaya serta norma yang berlaku dimana individu tersebut tinggal dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standarisasi, dan kepentingan individu tersebut. Cohen dan Lazarus (Sarafino, 1994) mendefinisikan kualitas hidup sebagai tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dapat dinilai dari tujuan hidup,

(13)

17

kontrol pribadi, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi.

Kualitas hidup adalah tingkat dimana individu dapat memaksimalkan keberfungsian fisik, psikis, vokasi dan kehidupan sosialnya (Taylor, 2006).

Kualitas hidup adalah konsep luas yang mencakup banyak komponen dari kesehatan secara keseluruhan dan kesejahteraan misalnya, fisik, psikososial, ekonomi, dan budaya (Oliel & Thomas, 2011). Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi menggabungkan kesejahteraan, partisipasi sosial dan gaya hidup, faktor fisik dan psikologis, dan harapan individu untuk hidupnya (Brett, Gow, Corley, Pattie, Starr & Deary, 2012).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai dirinya yang mencakup beberapa komponen seperti tujuan, harapan, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual, kesejahteraan fisik dan psikologis, psikososial, ekonomi, dan budaya yang dapat menggambarkan keunggulan seorang individu.

2.2.2 Domain Kualitas Hidup

Menurut WHO (1996) kualitas hidup memiliki empat domain, yaitu:

A. Domain Kesehatan Fisik

Domain kesehatan fisik terdiri dari tujuh faktor, yaitu energi dan fatigue, rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, mobilitas, akitivitas sehari-hari, ketergantungan obat dan bantuan medis, serta kapasitas kerja. Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu

(14)

18

akan memberikan pengalaman-pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya.

B. Domain Psikologis

Domain psikologis terdiri dari enam faktor, yaitu citra tubuh dan penampilan, perasaan positif, perasaan negatif, self-esteem, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi, serta spiritualitas. Aspek psikologis ini terkait dengan mental individu. Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan pengembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan dari luar. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik dimana individu dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara mental.

C. Domain Hubungan Sosial

Domain hubungan sosial terdiri dari tiga faktor, yaitu hubungan pribadi, dukungan sosial, serta aktivitas seksual. Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antar individu atau lebih dimana tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat manusia adalah makhluk social maka dalam hubungan social ini, manusia dapat merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya.

D. Domain Linkungan

Domain lingkungan terdiri dari delapan faktor, yaitu sumber keuangan, kebebasan, keamanan fisik, kesehatan dan perlindungan social

(15)

19

lingkungan tempat tinggal, kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, lingkungan fisik (polusi, kebisingan, lalu lintas, atau cuaca serta transportasi).

Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk didalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan aktivitas dan sarana prasarana yang dapat menunjang kehidupan

Cella (1994) dalam artikel yang berjudul konsep dan definisis kualitas hidup mengemukakan ada empat aspek kualitas hidup, yaitu:

A. Physical Well-Being

Kesejahteraan fisik adalah suatu kondisi dimana seseorang melakukan penilaian terhadap hidupnya sehari-hari yang meliputi reaksi emosional terhadap suatu peristiwa dan evaluasi sadar yang dilaporkan baik pada saat suatu peristiwa terjadi atau secara global setelah waktu yang lama.

B. Social Well-Being

Kesejahteraan sosial mengacu pada evaluasi individu pada relasi sosial antara individu dengan lingkungannya dimana kontrol pribadi adalah cara yang efektif untuk memfokuskan diri dalam evaluasi yang positif dan menjaga hubungan yang positif.

C. Emotional Well-Being

Kesejahteraan emosi mengacu pada keadaan senang, sehat, dan nyaman karena adanya perasaan yang kuat dalam perilaku seseorang.

(16)

20 D. Functional Well- Being

Kesejahteraan fungsional adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari- hari untuk dapat melaksanakan peran sosial. Berdasarkan beberapa aspek kualitas hidup di atas, peneliti menggunakan aspek yang dikemukakan oleh WHO (1996) yang terdiri dari domain kesehatan fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup antara lain yaitu:

A. Faktor Fisik

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khalid dkk pada tahun 2016 faktor fisik seperti cacat fungsional dapat mempengaruhi kualitas hidup individu karena individu tersebut tidak dapat menjalani aktivitasnya sehari- hari secara mandiri. Rasa gelisah dan kesakitan terkadang membuat pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya dan menghambat aktivitas atau rutinitas sehari-hari (Utami, Karim, & Agrina 2014). Selain itu, seringnya rasa sakit yang mengganggu aktivitas sehari-hari, kurangnya energi dalam beraktivitas, kurang memuaskannya kualitas tidur, kurangnya kemampuan dalam bekerja juga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Astuti, Syamsiatun & Suryani, 2015)

B. Faktor Psikologis

(17)

21

Faktor psikologis seperti seperti depresi, dapat menurunkan kualitas hidup seseorang (Liu & Huang, dalam Lin, Shang, Teng, Liu, & Han, 2015).

Selain depresi, demensia (Khalid dkk, 2016), berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi, merasa tidak puas terhadap diri sendiri akibat sakit yang diderita dan seringnya muncul perasaan negatif seperti kesepian, putus asa, cemas dan depresi (Astuti dkk, 2015) juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.

C. Faktor Klinis

Faktor klinis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup individu dianta anya yaitu efek samping dalam pengobatan (Liu &Huang, dalam Lin dkk, 2015), tingkat keparahan penyakit, hipertensi, dan komplikasi pasca stroke (Khalid dkk, 2016), penggunaan obat, dan kepatuhan pasien (Yaghoubi dkk, 2012)

D. Faktor Sosial Ekonomi

Menurut Khalid dkk (2016) status perkawinan, status keluarga, pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kualitas hidup individu. Hasil penelitian dari Yaghoubi dkk (2012) menunjukkan bahwa kualitas hidup juga dipengaruhi oleh taraf ekonomi, seperti pendapatan keluarga rendah, pekerjaan, pengangguran, dan pendidikan (Liu & Huang, dalam Lin dkk, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang terdiri dari faktor fisik seperti kurangnya kemampuan untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari, faktor

(18)

22

psikologis seperti cemas dan depresi, faktor klinis seperti efek dari pengobatan, dan faktor sosial ekonomi seperti taraf ekonomi dan dukungan dari keluarga serta orang-orang terdekat.

2.3 Jenis Kelamin

Menurut hungu jenis kelamin (sex) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana lakilaki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan lakilaki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi (Hungu, 2017).

Secara umum seks digunakan untuk mengidentiikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis, sedang gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, dan aspek aspek nonbiologis lainnya.15 Kalau studi seks lebih menekankan kepada perkembangan aspek biologis dan komposisi kimia dalam tubuh seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka studi gender lebih menekankan kepada perkembangan aspek maskulinitas dan femininitas seseorang (Artaria, 2016).

Perbedaan yang lebih spesiik dari pria dan wanita merupakan kodrati, baik secara biologis, anatomis dan psikologis. Perbedaan biologis dapat di jelaskan sebagai berikut:

(19)

23

a. Pertama primer: Pria memiliki penis/ zakar, kantung zakar (scotrum), buah zakar (testis), sperma/mani, prostat (kelenjer pengatur pengeluaran sperma dan air seni/ kelenjer kemih); wanita memiliki vagina (liang senggama), ovarium (indung telur), ovum (sel telur), uterus (rahim), menyusui, haid.

b. Kedua sekunder: Pria memiliki bulu dada/bulu tangan, jakun, suara berat dan berkumis; wanita memiliki kulit halus, suara lebih bernada tinggi dan dada besar. Dalam proses biologis tetapi berdampak pada psikologis, Laki-laki menghasilkan hormon testosteron dan progesteron diduga mampu mempengaruhi peningkatan agresitas, sehingga laki-laki cenderung stabil ketika beraktivitas. Perempuan menghasilkan hormon estrogen diduga mempengaruhi psikis dan perasaan. hal ini berdampak bahwa laki-laki lebih rasional dibandingkan perempuan, tetapi perempuan lebih sensitif, lebih perasa dibandingkan laki-laki. Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin (sex difference) merupakan kodrat dari tuhan kepada manusia dan memiliki dampak pada berbagai aspek. Pada aspek psikologis pria lebih aktif, agresitas dan rasional. Wanita lebih penuh perhatian, kasih sayang dan memiliki perasaan yang dalam (suhardin, 2015).

Terdapat perbedaan antara laki laki dan perempuan dalam mengatasi stress.

Dalam mengatasi stress, terdapat peran dari mekanisme HPA-axis. Hormon pelepas kortikotropin (CRH) dan vasopresin (AVP) dari nukleus paraventrikular (PVN) hipotalamus mengaktifkan sintesis pro-opiomelanocortin (POMC) di hipofisis anterior, menghasilkan sekresi adreno-kortikotropin (ACTH) ke dalam sirkulasi darah. ACTH merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan

(20)

24

glukokortikoi terutama kortisol pada manusia. Glukokrtikoid berkontribusi dalam umpan balik negative dari sumbu HPA dengan menghentikan respon stress (horst, 2011). Pada wanita terdapat hormone seks yang melemahkan respons simpatoadrenal dan HPA. Hal ini menyebabkan umpan balik kortisol yang lambat di otak dan kurang atau tertundanya respons stres. wanita mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan depresi terkait dengan efek umpan balik kortisol yang lambat sebagai respon stress (velma, bahara & gupma , 2011).

2.4 Hubungan Akne Vulgaris dengan Kualitas Hidup

Penyakit kulit bisa berdampak besar bagi kualitas hidup seseorang. Secara keseluruhan kualitas hidup merupakan semua konsep termask menggabungkan factor yang berdampak pada kehidupan individu. Konsep ini dapat dibagi menjadi beberapa komponentermasuk psikologis, social dan fisik. Dijaman seperti ini, penampilan memegang peran penting dalam setiap kegiatan (cunliffe dan simpson, 1998). Ditemukan bahwa baik laki laki maupun pepempuan menganggap efek timbulnya akne mejadi aspek penampilan yang paling menggangu dari penyakit mereka dan efek negative dari akne terjadi pada pasien baik muda maupun tua. Bahkan akne ringan sekalipun juga dapat menganggu penampilan sehingga mengurangi kualitas hidup mereka dan alam beberapa kasus dapat mengurangi funsi sosial.

Dalam sebuah literature penelitian dilaporkan bahwa banyak mahasiswa merasa agresif, malu dan frustasi karena memiliki akne. Selain itu AV juga berdampak pada psikososial bagi mereka, dimana seseorang yang mengalami AV akan cenderung melakukan penarikan social dari lingkungan mereka. Dampak

(21)

25

psikososial tersebut dapat membuat seseorang menjadi stress ataupun depresi dan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Melalui mekanisme HPA axis dengan hasil akhir yaitu pengeluaran kortisol sebagai hormone stress dimana kortisolpberperan dalam umpanpbalik negativepuntuk menghentikan responpstress. Terdapat perbedaanpdalam mengatasipstress padaplaki lakipdan perempuan. Pada perempuanpcenderung mengeluarkan glukokortikoid lebih tinggi dari padaplaki laki, selain itu terdapatphormone seks padapwanita yangpdapat melemahkan systempHPA sehinggapmenyebabkan umpanpbalik kortisol yangplambat di otak danptertundanya responpstress. Kortisol yang berlebihan dapatpmemicu terjadinya depresi yang lebihpberat dan mempengaruhi kualitasphidup sesorang (Cutis, 2016). Ada hubungan yang cukup kuat antara AV dengan tingkat kualitas hidup, semakin parah akne yang dialami penderita semakin rendah tingkat kualitas hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari AV terhadap kualitas hidup harus diperhatikan dalam pengelolaan (Yuannisa, 2011).

2.5 Kuisioner Kualitas Hidup Penderita Akne Vulgaris

Cardiff Acne Dissability Index (CADI) adalah kuisioner yang telah dilaporkan dan telah divalidasi. kuisioner ini terdiri atas lima pertanyaan dengan skala likert yang dikategorikan menjadi empat respon (0-3) dengan total skor akhir yaitu 0-15. Kuisioner ini dirancang untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda yang mengalami akne vulgaris. Kuisioner ini berisi lima pertanyaan yang berhubungan dengan perasaaan agresi, malu, frustasi, interfensi dengan kehidupan social, menghindari fasilitas public (selama satu bulan terakhir) dan seberapa buruk jerawat sekarang. Skor CADI dihitung dengan cara menjumlahkan skor

(22)

26

setiap pertanyaan dan menghasilkan kemungkinan skor maksimum yang dicapai adalah 15 dan skor minimum adalah 0. Skor CADI dikatakan rendah jika hasil skor (0-4), menengah (5-9) dan tinggi (10-15). Semakin rendah nilaki kumulatif skor CADI maka semakin rendah kecacatan yang dialami oleh mahasiswa (kualitas hidup semakin tinggi) dan sebaliknya, sekamin tinggi nilai kumulatif skor CADI menunjukkan kecacatan yang lebih tinggi pada mahasiswa (kualitas hidup semakin rendah) (Hanish dkk, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun bahan kimia tidak aktif ini tidak berperan dalam pengolahan pulp, tetapi jumlah yang tinggi dalam lindi putih tidak diharapkan karena dapat menimbulkan kerak di digester

Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh faktor kualitas tidur dan jumlah jam tidur (kuantitas tidur). Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dan kuantitas

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat, rahmat, nikmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Sejarah

Dalam proses unique selling proposition yang dimiliki didalam buku ini adalah buku katalog berukuran 23cm x 23cm, serta menjelaskan tentang sejarah singkat

No Urt NSM NPSN Status Nama Lembaga Alamat Kecamatan Kab/Kota Propinsi Titik Koordinat... Abdul

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

Metode kegiatan yang akan dilakukan yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan praktek.Dari hasil kegiatan penyuluhan mengenai “Pendidikan Kesehatan Pada Anak” di SD

Hasil kajian ini juga membuktikan padanan yang sesuai bagi makna tatabahasa yang wujud tersebut dalam struktur ayat BM ialah kata tugas yang terdiri daripada