• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Kajian Pustaka Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Kajian Pustaka Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kajian Pustaka Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

Bagian yang pertama dalam Bab ini berisi kajian pustaka yang membahas mengenai konsep-konsep yang terdapat pada legalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif teori Keadilan Bermartabat sesuai dengan judul skripsi maupun judul yang tertera pada judul Bab II. Konsep-konsep tersebut dimulai dari konsep wakaf, selanjutnya konsep Akta Ikrar Wakaf, kemudian konsep teori Keadilan Bermartabat yang akan diuraikan penelitian ini.

1. Konsep Wakaf

Wakaf di ambil dari bahasa arab yaitu “Waqafa” yang memiliki beberapa arti diantara lain “menahan” atau “diam ditempat” atau “berhenti”. Maksud dari kata “menahan” yaitu wakaf ditahan dari kerusakan, penjualan, dan semua tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan dari wakaf. Selain itu “menahan” juga dapat juga diartikan sebagai manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi siapapun selain dari orang-orang yang berhak atau di tujukan atas wakaf10.

10 Munzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta, Pustaka Kautsar Grup, 2005, hal., 453.

14

(2)

Menurut undang-undang, pengertian wakaf dimuat dalam beberapa peraturan yakni Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1 menyatakan bahwa wakaf adalah segala tindakan hukum seseorang, kelompok atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta benda yang dimilikinya dan melembagakanya yang mana bertujuan untuk kepentingan ibadah atah keperluan umum lainya berdasarkan ajaran islam.

Berdasarkan UU Nomor 41 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2004 tentang wakaf yang memuat pengertian dari wakaf yaitu wakaf adalah perbuatan atau tindakan wakil yang menyerahkan sebagian atau seluruh harta benda yang dimilikinya dimana harta benda tersebut digunakan dan di manfaatkan untuk kepentingan tertentu dalam jangka waktu tertentu dimana tindakan wakaf tersebut berlandaskan oleh syariat islam.

Penulis menyimpulkan bahwa wakaf digunakan untuk tujuan memberikan manfaat atas harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak menerima untuk dipergunakan selayaknya berdasarkan syariah Islam dan niat baik.

Wakaf dikatakan sempurna apabila telah memenuhi unsur-unsur wakaf yang fungsinya akan saling menopang satu sama lain sehingga unsur-unsur yang ada saling menentukan. Adapun unsur-unsur wakaf menurut beberapa para ulama adalah orang yang berfakaf atau yang disebut Wakif adalah orang-orang atau badan hukum dilakukan dengan cara mewakafkan tanah miliknya11. Syarat

11 Abdul Ghofur Ansori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta, Pilar Media, 2005, hal., 25.

(3)

memenuhi seorang Wakif ialah sudah dewasa, berakal sehat, tidak dibawah pengampuan atas kehendaknya sendiri atau tidak dalam paksaan.12

Harta yang di wakafkan (Mauquf) akan di nilai sah menjadi obyek wakaf apabila barang atau harta yang di wakafkan memiliki nilai, tahan lama, dan hak milik wakif murni. Bentuk dari harta wakaf meliputi harta bergerak maupun tidak bergerak dapat berupa tanah, bangunan, uang, emas, logam dan lainya yang mana barang tersebut harus bebas dari segala perkara karena pada dasarnya wakaf bersifat suci dan abadi sehingga barang yang diwakafkan harus berstatus milik sendiri, bebas dari perselisihan, tanggungan, beban dan sengketa.

Adanya tempat kemana diwakafkan harta itu sebagai tujuan wakaf (Mauquf’alaih) yang mana wakaf adalah sebuah ibadah. Tujuan wakaf tidak bertentangan dengan nilai-nilai ibadah sesuai dengan aturan pada undang-undang dan KHI. Apabila wakaf ditujukan kepada kelompok orang tertentu maka Wakif harus menyebutkan nama atau sifat maukul secara jelas agar wakaf segerapa diterima setelah dilakukan ikrar wakaf. Wakaf berlaku sama apabila wakaf di tujukan kepada organisasi (badan hukum) yang menerima harta wakaf dengan tujuan membangun tempat-tempat ibadah umum.13

Akad wakaf atau pernyataan wakaf dapat disampaikan kepada yang berkepentingan melalui tiga cara yaitu secara lisan, tulisan dan isyarat asalkan ketiganya dapat dipahami maksudnya. Pernyataan isyarat ditujukan bagi orang

12 Ibid, hal., 26.

13 Ibid, hal., 27.

(4)

yang tidak dapat mempergunakan cara tulisan dan lisan yakni dengan menggunakan bahasa isyarat.14

Kemudian pernyataan wakaf dituangkan dalam akta yaitu Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang dibuat oleh pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan dibuatnya Akta Ikrar Wakaf, sebagai mana peralihan hak atas nama harta benda yang telah di wakaf kan. Akta akan dibuat berdasarkan ketentuan Akta Ikrar Wakaf (AIW) itu dimaksudkan untuk memenuhi asas publisitas dan asas spesialitas.

Nadzir adalah seseorang yang ditugaskan atau dipercaya untuk mengelola wakaf, secara hukum Nadzir adalah seorang atau badan hukum yang diberikan amanah untuk memelihara, menjaga, mengurus harta wakaf sesuai dengan tujuan.

Seseorang dapat menjadi Nadzir apabila memenuhi beberapa syarat yang antara lain yaitu, beragama Islam, berakal, amanah sehat secara jasmani dan rohani.

Terdapat beberapa pendapat dari berbagai ulama mengenai jangka waktu wakaf. Pertama pendapat menyatakan bahwa wakaf bersifat permanen, pendapat tersebut berlandaskan pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 215 Dalam hukum tersebut menjelaskan bahwa wakaf merupakan perbuatan hukum dari seseorang atau kelompok dimana yang memisahkan sebagian harta benda yang mereka miliki untuk dilemabagakan dengan kepentingan dan tujuan tertentu berdasarkan syariat islam yang sifatnya permanen. Kedua adalah pendapat yang menyatakan bahwa wakaf bersifat sementara, pendapat ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 1 Tentang Wakaf yang mana

14 Ibid, hal., 28.

(5)

peraturan tersebut menegaskan hukum wakif untuk memisahkan harta benda yang dimiliki dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan ajaran dan syariat islam. Dalam peraturan tersebut juga menegaskan bahwa wakaf dapat dilakukan dalam jangka waktu tidak permanen atau sementara asalkan sesuai dengan kepentingan.

Wakaf akan dinyatakan sah menjadi harta benda Nadzir setelah terpenuhinya rukun dan syarat-syaratnya.15 Rukun wakaf dalam ajaran fikih disebutkan sebagai penyempurnaan sesuatu yang merupakan bagian dari sesuatu itu sendiri yang di dalamnya tetap terdapat syarat-syarat yang berlaku. Adapun rukun-rukun wakaf yang harus penuhi yaitu, 1) wakif, wakif adalah seseorang yang melakukan wakaf. 2) Mauquf bin adalah harta benda yang diwakafkan. 3) Mauquf‟alaih adalah seseorang yang menerima wakaf. 4) Sighat sebuah pernyataan dimana wakif melakukan wakaf atas harta bendanya dengan tujuan tertentu hal ini disebut ikrar wakaf

Masing-masing dari rukun wakaf yang telah disebutkan, memiliki syarat tersendiri sebagai tanda sah pelaksanaan wakaf, yang mana syarat-syarat tersebut yaitu Wakif. Seorang Wakif memiliki syarat yaitu haruslah berakal sehat, baligh, dan tidak dibawah pengampuan dalam syariatnya. Seorang Wakif adalah orang yang memiliki sepenuhnya harta yang akan di wakafkan, maka harta benda hanya dapat di wakafkan oleh pemilik sempurna Wakif tersebut.

Harta benda wakaf akan di anggap sah menjadi milik Nadzir apabila memenuhi syarat sebagai berikut dalam perwakafan: Harts yang diwakafkan

15 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Fiqh Kontemporer, Bandung, Grafika, 2004, hal., 87.

(6)

memiliki nilai; 2) Harga wakaf memiliki kejelasan bentuknya; 3) Harta wakaf itu merupakan hak milik dari Wakif; 4) Harta wakaf harus berupa benda tidak bergarak yang meliputi tanah, bangunan atau yang lainnya.

Wakaf yang diberikan harus dimanfaatkan sesuai demgan aturan yang terkandung dalam syariat islam. Melakukan Wakaf merupakan salah satu cara untuk mendekatkan manusia dengan Tuhanya. Tindakan Penyalahgunaan wakaf dapat dihindari oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab jika Wakif menegaskan dengan jelas maksud wakafnya yaitu tujuan dari wakaf dan diperuntukkan kepada siapa Wakaf tersebut serta menegaskan tujuan wakaf apakah harta yang diwakafkan itu untuk menolong keluarganya sendiri sebagai wakaf keluarga, atau untuk fakir miskin, dan lain-lain, atau untuk kepentingan umum yang jelas tujuannya untuk kebaikan.

Pencatatan wakaf dapat dekemukakan isinya melalui lisan, tulisan ataupun isyarat berbentuk isyarat dengan syarat dapat dimengerti maksud dan tujuanya.

Pernyataan melalui lisan dan tulisan berlaku bagi siapapun, sedangkan pernyataan dengan cara isyarat hanya diberlakukan kepada orang yang tidak memahami lisan dan tulisan.

2. Konsep Legalitas Akta Ikrar Wakaf

Negara Indonesia dapat dikatakan negara hukum yang berarti seluruh aktifitas dalam negara diatur oleh hukum. Banyak persengketaan wakaf yang terjadi dikarenakan tidak sahnya wakaf tersebut dalam mata hukum di Indonesia.

Hak milik tanah wakaf diperebutkan antara Nadzir dengan ahli waris Wakif serta orang lain yang berani memindahtangankan kepemilikan atas tanah wakaf

(7)

tersebut tanpa berkekuatan hukum. Permasalahan yang sering terjadi tersebut membutuhkan hal yang menjamin bahwa wakaf tersebut sah atas hak miliknya, salah satunya melalui legalitas akta.16

Legalitas dapat diartikan sebagai keadaan yang sah dalam Kamus Bahasa Indonesia.17 Legalitas akta wakaf merupakan pengamanan harta benda wakaf secara sah di mata hukum. Penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa legalisasi Akta Ikrar Wakaf merupakan hal yang penting dalam perwakafan karena digunakan sebagai bukti yang dah atas wakaf. Legalitas Akta Ikrar Wakaf juga berperan sebagai bahan bukti yang kuat jika sewaktu-waktu terjadi permasalahan atas obyek wakaf yang diberikan.

Legalisasi Akta Ikrar Wakaf juga mempunyai peran jika sewaktu-waktu terjadi sengketa berkaitan dengan wakaf dalam persidangan. Akta Ikrar Wakaf yang sudah legal dapat melindungi aset wakaf milik Nadzir sesuai dengan tujuan Wakif secara sah. Wakaf yang memiliki sertifikat bertujuan mendapatkan kepastian hukum yang meliputi kepastian objek, kepastian subjek, serta kepastian hak atas wakaf tersebut.18

3. Konsep Akta Ikrar Wakaf

Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa akta merupakan surat yang mana digunakan sebagai tanda bukti yang berisi sebuah pernyataan berupa pengakuan, keterangan, serta keputusan berkaitan dengan suatu peristiwa

16 Junaidi Abdyllah dan Nur Qodin, Penyelesaian Sengketa Wakaf dalam Hukum Positif.

Jurnal Zakat dan Wakaf, Vol., 1 No., 1, hal., 40.

17 Kamus Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hal., 833.

18 Faisal, Akibat Hukum Ketiadaan Akta Ikrar Wakaf atas Perwakafan Tanah. Jurnal Ilmu Hukum. Vol., 3, No., 2, 2018, hal., 147.

(8)

hukum yang disahkan oleh pejabat resmi.19 Akta Ikrar Wakaf dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 6 tentang Wakaf dikemukakan bahwa Akta Ikrar Wakaf atau dapat disingkat AIW merupakan bukti atas pernyataan oleh Wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya kepada Nadzir yang dituangkan dalam bentuk akta.

Akta Ikrar Wakaf digunakan sebagai bukti autentik dari suatu wakaf yang telah dikrarkan dan pembuatannya dilakukan oleh pejabat yang berwenang.20 Akta Ikrar Wakaf dapat digunakan sebagai bukti untuk mencegah timbulnya sengketa wakaf yang dilakukan secara perorangan dan atau kelompok. Sertifikat tanah wakaf diartikan sebagai bentuk kesadaran hukum dalam masyarakat yang mana melalui setifikasi tersebut wakaf tidak dapat jatuh kepada pihak yang tidak berhak.21

Seorang Nadzir harus membawa Wakif ke Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sesuai dengan aturan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang telah memuat aturan dimana seorang Wakif harus hadir di Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan tujuan mengikuti proses pengikraran wakaf miliknya serta setelahnya proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf yang akan diberikan kepada Nadzir.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997 tentang Perwakafan Tanah Milik terkhusus pada Pasal 5, dalam pasal tersebut menjelaskan peraturan

19 Kamus Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hal., 31.

20 Nurhaini, Perlindungan Hukum Tanah Wakaf yang Tidak Bersertifikat di Kabupaten Enerkeng, Jurisprudentie, Vol., 6, 2019, hal., 224.

21 Etika Rahmawati dan Suiranto, Pendampingan Akta Ikrar Wakaf bagi Masjid-Masjid di Wilayah Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol., 3, No., 1, 2020, hal., 46.

(9)

Perwakafan yamg mana setiap pihak yang melakukan wakaf tanah kepada Nadzir harus melakukan ikrar wakaf dengan jelas dan tegas yang di saksikan oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan juga saksi sekurang-kurangnya dua oramg, ketentuan tersebut juga telah tercantum dalam Pasal 9 ayat 2. Syarat pembuatan Akta Ikrar Wakaf tersebut harus mengadakan surat-surat penting yang nantinya akan digunakan sebagai tanda bukti dari harta benda yang telah diwakafkan dapat di klaim sebagai milik Nadzir.

4. Teori Keadilan Bermartabat

Keadilan merekatkan hubungan antar masyarakat yang beradab. Hukum diciptakan sebagai aturan masyarakat agar segala tindakan yang diciptakan manusia selalu berlandaskan oleh ikatan sosial. Hukum juga digunakan sebagai alat untuk mencapai kehidupan bersama atau juga dapat dikatakan bahwa hukum diciptakan agar masyarakat tidak melakukan tindakan yang dapat merusak tatanan keadilan. Hukum yang dilanggar atau tidak dijalankan sesuai dengan aturan akan berimbas pada tatanan sosial karna tercideranya keadilan. Penegakan keadilan dibutukan di lingkungan masyarakat untuk mengatur dan mentertibkan kehidupan masyarakat dan terdapat sanksi bagi pelanggar hukum tersebut. Menurut Radbruch tujuan dari hukum adalah mengembangkan nilai keadilan yang mana hal tersebut menjadi tolak ukur untuk menilai keadilan. Maka dari itu keadilan sifatnya normatif dan konstitutif yang mana keadilan adalah pondasi dari hukum itu sendiri.22

22 Mangesti, Yovita A dan Bernard L. Tanya, Moralitas Hukum, Genta Publishing Yogyakarta, 2014, hal., 74.

(10)

Konsep keadilan bermartabat sebagaimana yang dikemukakan oleh Teguh Prasetyo dalam teorinya yakni:

“Keadilan bermartabat memandang pembangunan sistem hukum yang khas di Indonesia. Sistem hukum positif memberi identitas dirinya, di tengah-tengah pengaruh yang sangat kuat dari sistem-sitem hukum dunia yang ada saat ini dan dengan sangat keras seolah-olah melakukan kedalam cara berhukum bangsa Indonesia”.

Sistem hukum dalam teori keadilan bermartabat berlandaskan pancasila, bahwasanya sistem hukum di Indonesia tidak menganut sistem hukum secara mutlak statute law maupun mutlak mengikuti common law. Melalui teori Keadilan Bermartabat kita dapat menemukan dalam sebuah penyidikan bahwasanya terdapat kaidah dan asas-asas hukum yang harus dipatuhi, sehingga teori tersebut menjadi penyeimbang antara hukum dan konflik yang memiliki perbedaan pandangan pada lapisan hukum. Tujuan dari teori keadilan bermartabat ialah menjauhkan terjadinya konflik sebisa mungkin.

Sila-sila yang terkandung dalam pancasila berperan sebagai norma di negara Indonesia. Sila Pancasila memiliki elemen yang penting bagi sistem hukum di Indonesia. Sila-sila dalam pancasila memiliki fungsi sebagai tolak ukur kebaikan bagi sistem hukum Indonesia. Berdasarkan prespektif teori Keadilan Bermartabat yakni dengan memanusiakan manusia menjadikan teori tersebut sebagai elemen tambahan dari tujuan hukum itu sendiri. Maksud dari prespektif memanusiakan manusia ialah merangkul keadilan baik dalam asas hukum ataupun peraturan hukum konkrit.

(11)

B. Temuan Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

Sesuai dengan judul sub bab ini akan digambarkan perkara perdata mengenai legalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif Teori Keadilan Bermartabat seperti di bawah ini. Gambaran perkara perdata tersebut dikemukakan dalam rangka menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian di bab terdahulu. Gambaran dimaksud menggunakan ilmu penemuan hukum yakni putusan pengadilan yang akan diuraikan. Ada pun temuan atau hasil penelitian yang digambarkan uraiannya yaitu putusan pengadilan nomor 686 K/AG/2012 dalam sub bab ini. Gambaran putusan atau temuan tersebut diharapkan dapat diketahui secara lebih jelas perkara perdata mengenai legalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif Teori Keadilan Bermartabat pada penelitian ini.

Temuan berikut ini adalah Putusan Nomor 686 K/AG/2012 yang menjadi temuan dari penelitian tentang perkara perdata legalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif Teori Keadilan Bermartabat. Temuan ini telah memenuhi syarat sebagai suatu kaidah hukum karena didasarkan atas prinsip dalam hukum acara perdata, yakni dalam sebuah putusan wajib adanya irah-irah yang menyatakan keadilan atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Temuan ini merupakan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang diadakan dalam persidangan di tingkat kasasi. Kaidah hukum dalam putusan ini memperkarakan sengketa wakaf yang dibuat pada tahun 2012 yang melibatkan Hj. Baniyah Ilyas sebagai Penggugat dengan memberikan kuasa hukumnya kepada para advokat yakni Mukhtar Zuhdy, S.H, M.H, Danang Wahyu Muhammad, S.H, M.Hum, Sinta Noer

(12)

Hudawati, S.H, dan Budi Pratomo, S.H. Penggugat telah menjatuhkan perkaranya kepada Pertanahan Kota Yogyakarta sebagai Tergugat I, Sunardi Syahuri sebagai Nadzir yakni Tergugat II, dan pengurus Yayasan Siti Rahmah sebagai Turut Tergugat II.

Para Tergugat diajukan dalam muka persidangan di Pengadilan Agama Yogyakarta. Adapun duduk perkara dalam putusan ini diketahui bahwa Penggugat merupakan seorang anak dari pasangan Achamad Jadir (alm) dan Jamilah (alm) yang mempunyai adik bernama Ibu Rr. Fatimah yang diakui masih tinggal bersama dalam satu rumah bersama oleh Penggugat. Penggugat mengatakan bahwa Ibu Rr. Fatimah telah memiliki penyakit jiwa dan keterbelakangan mental sejak kecil bahkan untuk bergaul dan berkomunikasi pun dikatakan Penggugat mengalami kesulitan sehingga untuk menjalankan hidupnya sehari-hari harus dengan bantuan orang lain.

Keterbelakangan mental yang diderita oleh adik Penggugat diperkuat dengan hasil pemeriksaan para dokter dalam Surat Hasil Pemeriksaan Psikiatri No 001/02/Psi/2009 yang dikeluarkan pada tanggal 29 Januari 2009 yang menerangkan bahwa penderita tidak dapat menjalankan kehidupannya seperti orang-orang sewajarnya yang mana secara hukum adik Penggugat dinyatakan sebagai orang yang tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 433 KHUPerdata yakni “setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak, atau mata gelap harus berada di bawah pengampunan”. Sesuai dengan pernyataan yang telah di tuliskan dalam

(13)

pasal tersebut, maka Penggugat selaku kakak kandung Ibu Rr. Fatimah adalah orang yang memiliki hak untuk mengajukan pengampuan.

Adik Penggugat diketahui memiliki harta warisan dari orang tuanya berupa sebidang tanah dengan luas 2810 meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 3318 yang letaknya di Nitikan UH VI/98 Kelurahan/Desa Sorosutan Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Pada tahun 1995, atas sepengetahuan dan persetujuan dari keluarganya menyampaikan secacara informal kepada mubaligh sekaligus tokoh penting masyarakat bahwa akan mewakafkan tanah milik Ibu Rr. Fatimah dengan niat baik. Proses pembuatan Akta Ikar Wakaf kemudian dilaksanakan di Kantor Urusan Agama/ Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) di Yogyakarta dan dikeluarkan pada tanggal 11 September 1995 dengan Nomor W.2/90/K-13/tahun 1995.

Pada pertengahan tahun 2007 barulah didapati fotocopy atas dokumen- dokumen proses perwakafan dan ditemukan adanya kejanggalan pada proses tersebut. Proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf tersebut dihadiri oleh Ibu Rr.

Fatimah selaku Wakif serta pembubuhan cap jempol sebagai persetujuan pada Akta Ikrar Wakaf tersebut, diketaui pula bahwa Nadzir atas wakaf tersebut telah mencantumkan diri sebagai wakil dari Yayasan PDHI Cabang Umbulharjo yang mana pada awalnya keluarga hanya mewakafkan tanah tersebut hanya untuk persyarikatan muhammadiyah. Pada tanggal 3 Juni 2007 diadakanlah pertemuan yang mana bertujuan untuk menjelaskan bahwa peruntukan wakaf tersebut untuk persyarikatan muhammadiyah bukan untuk lainnya, namun Tergugat II tidak

(14)

menyetujui atas peruntukan tersebut sehingga tidak ditemukan titik terang dan kesepakatan. Pada tanggal 31 Oktober 2008 dilakukanlah musyawarah kembali dengan pembahasan yang sama, namun tetap tidak menemukan titik temu sehingga Penggugat pun mengajukan gugatan.

Sesuai dengan yang telah diatur dalam Pasal 62 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf bahwa menyelesaikan sengketa wakaf dapat ditempuh melalui musyawarah untuk mufakat, namun jika tidak menemukan titik temu maka dapat diselesaikan melalui mediasi, abritase, maupun pengadilan.

Pada tanggal 1April 2009, Penggugat telah mengajukan permohonan perngampuan atas Ibu Rr. Fatimah pada Pengadilan Negeri Yogyakarta dan pada tanggal 2 April 2009 telah dikeluarkan Penetapan Nomor 166/Pdt.P/2009/PN.YK yang menyatakan bahwa permohonan pengampuan oleh Penggugat diterima, kemudian menetapkan Ibu Rr. Fatimah mengalami keterbelakangan mental yang mana harus dibawah pengampuan, serta menetapkan Penggugat sebagai wali pengampu dari Ibu Rr. Fatimah yang secara hukum memiliki hak dan wewenang untuk melakukan perbuatan hukum atas nama adik Penggugat.

Penggugat pun mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama Yogyakarta supaya mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya, menyatakan bahwa Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/90/K-13/tahun 1995 yang dikeluarkan tanggal 11 September 1995 adalah tidak sah dan peralihan atas tanah wakaf milik Ibu Rr. Fatimah kepada Nadzir adalah tidak sah yang berarti Tergugat II dan Turut Tergugat harus mengosongkan tempat tersebut dan mengembalikan

(15)

sertifikat atas tanah wakaf kepada Penggugat, kemudian menghukum Tergugat II dan Turut Tergugat II untuk membayar biaya dalam perkara.

Atas gugatan tersebut, Tergugat II mengajukan eksepsi yang berisi bahwa Pengadilan Agama Yogyakarta tidak memiliki kewenangan dalam perkara pembatalan Akta Ikrar Wakaf dimana akta tersebut dibuat oleh PPAIW sehingga putusan tersebut merupakan putusan Tata Usaha Negara yang mana memiliki kewenangan dalam membatalkan Akta Ikrar Wakaf.

Penggugat dirasa kurang tepat dalam memahami aturan yang ada pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang berisi Pengadilan Agama berwenang menangani perkara antara orang-orang Islam, sedangkan gugatan yang dilayangkan adalah melawan pejabat negara. Tergugat pun menyatakan bahwa gugatan Penggugat adalah kabur dan mengada-ada. Atas dasar eksepsi tersebut, Tergugat memohon pada Pengadilan Agama Yogyakarta supaya menolak gugatan dari Penggugat.

Pada tanggal 2 Maret 2011 Pengadilan Agama Yogyakarta telah mengeluarkan Putusan Nomor 322/Pdt.G/2009/PA.Yk yang menyatakan menolak gugatan dari Penggugat serta menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 1.971.000,-.

Pada tanggal 25 Juli 2011 Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta telah membatalkan putusan Pengadilan Agama Yogyakarta tersebut dalam tingkat banding dengan Putusan Nomor 19/Pdt.G/2011/PTA.Yk yang menyatakan penerimaan banding dari Penggugat dengan putusan yang menyatakan menerima

(16)

gugatan Penggugat dengan membatalkan ikrar wakaf yang nantinya ikrar wakaf tersebut akan diulang secara hukum oleh pengampu. Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/90/K-13/Tahun 1995 dan Sertifikat Tanah Hak Milik Nomor 3318 adalah cacat hukum. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

1.971.000,00,- dan Turut Tergugat untuk mematuhi amar putusan.

Pada tanggal 29 September 2011 diajukanlah permohonan kasasi oleh para Tergugat dengan memori-memori kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/Para Tergugat yang menyatakan bahwa Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta telah keliru dalam perbuatan hukum dikarenakan ketidaksesuaian antar putusan yang isi nya menyebutkan di satu sisi ikrar wakaf akan diulang oleh pengampunya, kemudian sisi lainnya disebutkan bahwa ikrar wakaf tersebut merupakan cacat hukum.

Berdasarkan kesaksian Anton Sudarmaji yang merupakan adik kandung Penggugat, wakaf tersebut ditujukan oleh Ibu Rr. Fatimah untuk organisasi yang ada dibawah naungan PDHI Yogyakarta. Menurut Anton, Ibu Rr. Fatimah merupakan orang yang pendiam dan hanya berkomunikasi dengan orang yang dicocoki saja termasuk saksi. Dituliskan dalam putusan Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta bahwa Ibu Rr. Fatimah merupakan orang yang tidak normal adalah salah karena menurut kesaksian dari Abudl Rahim, Abdul Syukur, serta Anton Sudarmaji menyatakan bahwa Ibu Rr. Fatimah pernah menikah yang artinya Ibu Rr. Fatimah adalah seorang yang tidak cacat.

Dinyatakan dalam Putusan Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta bahwa Tergugat II yakni Sunardi Syahuri yang merupakan Nadzir tidak menghadiri ikrar

(17)

wakaf adalah salah, karena menurut kesaksian Suratman dalam Putusan Agama Yogyakarta menyatakan bahwa Sunardi Syahuri dan Ibu Rr. Fatimah datang dan tidak sendiri. Putusan yang dikeluarkan oleh Putusan Tinggi Agama Yogyakarta atas alasan Ibu Rr. Fatimah yang tidak cakap hukum tidak berdasarkan hukum yang benar dikarenakan bertentangan dengan semua bukti dan kesaksian yang diajukan atas perbuatan hukum pada tahun 1995.

Menurut kesaksian Anton Sudarmaji yang merupakan anak kandung Penggugat menyatakan bahwa atas tanah wakaf penggunaannya diberikan kepada Ibu Nur selaku kakak dari Anton Sudarmaji untuk pengajian Arramah, maka anggapan adanya niat tidak baik terhadap Nadzir adalah salah. Kesaksian dari Anton sejalan dengan keterangan dari para saksi yakni Ny. Suhanah dan Sri Muryadi yang mana tidak ditemukan penyimpangan atas tanah wakaf mengenai peruntukan yang tidak baik.

Menurut kesaksian dari Ny. Suhanah , Sri Muryadi, Zamzuri Umar, Anton Sudarmaji diketahui bahwa Yayasan Siti Arramah merupakan cabang dari PDHI di daerah Umbulharjo, maka atas dasar kesaksian yang telah disampaikan oleh para saksi Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta adalah keliru.

Atas dasar alasan-alasan tersebut maka Mahkamah Agung menyatakan pendapatnya bahwa sebagaimana Penggugat telah mempermasalahkan Wakif karena memiliki keterbelakangan mental yang mana telah di bantah oleh saksi Anton Sudarmadi dengan pernyataan bahwa Wakif dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang disukai bahkan Wakif diketahui pernah melakukan pernikahan.

(18)

Putusan Pengadian Tinggi Agama Yogyakarta dengan nomor 19/Pdt.G/2011/PTA.Yk telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung dan menetapkkan pembatalan atas Putusan Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta Nomor 19/Pdt.G/2011/PTA.Yk dan Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Nomor 322/Pdt.G/2009/PA.Yk dengan menolak gugatan Penggugat yang berarti Termohon Kasasi/Penggugat berada di pihak yang kalah dan dijatuhi biaya perkara sebesar Rp 500.000,-.

C. Pembahasan tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

Pembahasan berikut berisi analisis tentang lagalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif teori Keadilan Bermartabat. Analisis dilakukan dengan membandingkan uraian sebelumnya dengan cara memberikan pendapat pribadi dari penulis. Penulis akan melakukan pembahasan diawali dengan menguraikan analisis konsep wakaf pada legalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif teori Keadilan Bermartabat, kemudian analisis konsep legalitas Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif teori Keadilan Bermartabat, disusul dengan analisis konsep Akta Ikrar Wakaf dalam perspektif teori Keadilan Bermartabat, dan yang terkahir yakni analisis teori Keadilan Bermartabat dalam legalitas Akta Ikrar Wakaf pada penelitian ini.

1. Analisis Konsep Wakaf Pada Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf mengemukakan bahwa wakaf termasuk dalam perbuatan hukum yang dilakukan oleh wakif untuk

(19)

memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian dari harta benda yang dimiliki untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariat Islam. Wakaf menjadi sah jika memenuhi dua aspek sekaligus, yaitu aspek agama (fikih) dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Aspek kepercayaan tidak cukup hanya dengan ucapan, tapi harus dibuktikan dengan terwujudnya sertifikat wakaf sehingga mempunyai kekuatan hukum yang tidak bisa digugat oleh siapapun, khususnya ahli wariswaris. Oleh sebab itu, ketundukan pada aspek agama (fikih) harus diimbangi dengan ketundukan pada aspek undang-undang wakaf supaya wakaf bisa permanen dan pemanfaatannya optimal bagi kesejahteraan umat.

Obyek sengketa wakaf yang merupakan milik Ibu Rr. Fatimah telah mewakafkan tanahnya kepada Sunardi Syahsuri selaku Nadzir. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf menyebutkan bahwa wakaf pada dasarnya dipergunakan untuk kepentingan umum dan/atau kesejahteraan umat. Pernyataan tersebut sesuai dengan peraturan resmi dalam undang undang, maka tanah wakaf tersebut ditujukan untuk persyarikatan Muhhamadiyah yang mana kemudian oleh Sunardi Syahsuri yang mewakili PDHI diberikan kepada Yayasan Siti Arramah yang merupakan organisasi pengajian dan merupakan cabang dari PDHI. Fakta- fakta tersebut telah di sampaikan oleh para saksi dalam persidangan pada Putusan Pengadilan Agama sebagai alasan yang kuat Mahkamah Agung untuk

(20)

membatalkan Putusan banding Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta dimana dinyatakan pembatalan Akta Ikrar Wakaf dan menyerahkan kembali tanah tersebut kepada Penggugat karena peruntukkan tanah wakaf tersebut atas niat yang tidak baik. Atas kesaksian para saksi mengenai Yayasan Siti Arramah yang merupakan organisasi pengajian milik PDHI tidak ditemukan adanya niat tidak baik atas peruntukan wakaf tersebut.

Rukun wakaf adalah seorang Wakif, yang mana memiliki pengertian sebagai orang yang memberikan wakaf . Pada penelitian ini seperti yang telah dimuat dalam Putusan Nomor 686 K/AG/2012 yakni Ibu Rr. Fatimah. Mauquf bih atau barang atau benda yang diwakafkan yakni berupa tanah seluas 2810 meter persegi yang terletak di Desa Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Mauquf‟alaih atau pihak yang diberi wakaf disebutkan yakni Sunardi Syahsuri. Sighat atau pernyataan atau ikrar wakaf sebagai suatu kehendak untuk menyatakan pemberian wakaf seutuhnya atau sebagian harta benda kepada pihak yang telah ditentukan dalam waktu yang relatif lama untuk kesejahteraan umat. Pencatatan wakaf dapat dituliskan isinya dengan cara lisan, tulisan ataupun isyarat yang dapat dipahami maksudnya supaya dapat dipertanggungjawabkan atas kepemilikan obyek wakaf tersebut.

2. Analisis Konsep Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

Kata legal yang berarti sah, dalam Akta Ikrar Wakaf mempunyai peran yang sangat penting. Legalitas Akta Ikrar Wakaf digunakan sebagai sebuah bukti sah untuk mengamankan harta wakaf. Legalnya sebuah wakaf akan disebut sah apabila sudah memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan proses pendaftaran

(21)

yang tertera. Adapun syarat yang pertama yaitu materil , pemilik yang mewakafkan benda miliknya sudah dewasa dan tidak terkait dengan perbuatan melanggar hukum dan mempunyai kewarganegaraan sebagai WNI dan beragama Islam. Kedua, adalah syarat formal, benda yang diwakafkan harus dibuktikan dengan Akta Ikrar Wakaf yang tentu saja sudah memenuhi syarat-syarat yang sah.

Dalam putusan 686 K/AG/2012 pembuatan Akta Ikrar Wakaf telah dijalankan prosesnya dengan memenuhi persyaratan menurut Undang-Undang.

Ibu Rr. Fatimah selaku Wakif mendatangi proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf ditemani oleh keluarganya dan Sunardi Syahsuri selaku Nadzir telah mendatangi sendiri dan mengikuti proses pengikraran atas tanah wakaf. Pembuatan Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/90/K-13 tahun 1995 telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 yang telah memuat tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Pasal 34 yang menyatakan bahwa legalnya Akta Ikrar Wakaf (AIW) pembuatannya mengharuskan dihadiri oleh semua pihak terkait yaitu Wakif, Nadzir, dan para saksi. Kesaksian dari Suratman dalam Pengadilan Agama Yogyakarta di bawah sumpah telah menyatakan pihak Wakif dan Nadzir serta para saksi menghadiri proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf yang membantah Putusan Pengadilan Agama Tinggi Yogyakarta.

Ibu Rr. Fatimah selaku Wakif pun dikatakan memiliki keterbelakangan mental sejak kecil yang dikuatkan oleh Surat Psikiatri Nomor 001/02/Psi/2009 dan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, namun oleh pertimbangan Mahkamah Agung menyatakan bahwa pemeriksaan yang dilakukan setelah 70

(22)

tahun yang mana Ibu Rr. Fatimah lahir pada tahun 1939 maka tidak mustahil jika Ibu Rr. Fatimah sudah pikun, diperkuat dengan kesaksian Anton Sudarmadi bahwa Ibu Rr. Fatimah dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang disukai serta statusnya yang pernah menikah tentu saja menjadi alasan Mahkamah Agung dalam membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta yang dirasa tidak menganalisa hal-hal tersebut.

Legalitas Akta Ikrar Wakaf akan sah apabila memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan sesuai pertaturan. Apabila salah satu pihak tidak hadir dan mengetahui pembuatan Akta Ikrar Wakaf maka hal tersebut tidak memenuhi syarat undangan-undang. Akta Ikrar Wakaf yang dinilai cacat hukum tersebut pun tidak dikehendaki wakafnya untuk dipindahtangankan, dijual, dan/atau diberikan kepada orang lain, apabila dilakukan pemindahtanganan, penjualan, dan memberikan obyek sengketa wakaf kepada orang lain maka termasuk ke dalam perbuatan melawan hukum.

3. Analisis Konsep Akta Ikrar Wakaf Pada Legalitas Akta Ikrar Wakaf Dalam Perspektif Teori Keadilan Bermartabat

Banyak permasalahan yang kerap terjadi terkait dengan sengketa wakaf khususnya konflik wakaf yang disebabkan tidak adanya sertifikat tanah wakaf karena kelalaian mengurus legalitas wakaf sesuai dengan undang-undang wakaf dalam masyarakat.

Adapun tata cara wakaf tanah hak milik yang dimuat dengan proses yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Ikrar wakaf merupakan kehendak Wakif yang dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan disaksikan oleh

(23)

paling sedikit dua orang saksi. Jika Wakif tidak bisa hadir, maka bisa diwakilkan dengan membuat surat kuasa dan dikuatkan dengan dua orang saksi.

Menurut Undang-Undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW), Nadzir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi yang berwenang dalam hal ini BPN (Badan Pertanahan nasional) paling lambat tujuh hari kerja sejak Akta Ikrar Wakaf ditandatangani.

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) menyerahkan salinan akta ikrar wakaf, surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya dalam pendaftaran harta benda wakaf. Instansi yang mempunyai kewenangan dalam pendaftaran ini juga meliputi Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang mana memiliki tugas menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf. Bukti pendaftaran harta benda wakaf tersebut akan disampaikan oleh PPAIW kepada Nadzhir seperti yang dimuat pada pasal 32-39 Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf.

Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/90/K-13 tahun 1995 beserta Sertifikat Tanah Hak Milik Nomor 3318 permbuatannya dilakukan dengan memenuhi proses tata cara pembuatan. Ibu Rr. Fatimah telah membubuhkan cap jempol pada lampiran Akta Ikrar Wakaf tersebut dengan didampingi oleh keluarga sebagai saksi serta dihadiri oleh Nadzir. Sesuai dengan aturan yang berlaku bahwa akad wakaf dapat disampaikan secara lisan, tulisan, maupun isyarat asalkan dapat dipahami maksud dan tujuannya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah milik dilaksanakan berdasarkan Akta

(24)

Ikrar Wakaf bagi wakaf yang baru , Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf bagi praktik wakaf tanah sebelum berlakunya Undang- Undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf dan posisi si Wakif telah meninggal dunia.

Selain lampiran AIW atau APAIW, sertifikat hak atas tanah atau sertifikat hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya, melampirkan surat pernyataan dari yang bersangkutan juga sangat diperlukan supaya ada kejelasan bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perkara, sitaan dan tidak di jaminkan yang diketahui oleh kepala desa atau lurah atau sebutan lain yang setingkat, yang diperkuat oleh camat setempat.

Perizinan sangat diperlukan dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal tanahnya diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah daerah, BUMN/BUMD dan pemerintahan desa atau sebutan lainya atau setingkat dengan itu. Izin yang diberikan dari pejabat bidang pertanahan juga perlu dilampirkan apabila dalam sertifikat dan keputusan pemberian haknya diperlukan izin pelepasan/peralihan.

Menurut Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Tata cara Pendaftaran Tanah Wakaf Di kementerian Agrarian Dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional, mendaftarkan wakaf tanah atas hak milik ke BPN juga dilampiri dengan surat permohonan, surat ukur, sertipikat Hak Milik yang bersangkutan, Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf, surat pengesahan Nadzhir yang bersangkutan dari instansi yang menyelenggarakan

(25)

urusan agama tingkat kecamatan, serta surat pernyataan dari Nadzir bahwa tanahnya tidakdalam sengketa, perkara, sita dan tidak dijaminkan.

Pendaftaran wakaf tanah atas hak milik akan diuraikan tata caranya yang pertama yakni terhadap tanah yang sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nadzir. Kedua, terhadap tanah hak milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas keseluruhan dan harus dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih dahulu, kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nadzir. Ketiga, terhadap tanah yang belum berstatus hak milik langsung didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nadzir jika berasal dari tanah milik adat.

Keempat, terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai diatas tanah negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b yang telah mendapatkan persetujuan pelepasan hak dari pejabat yang berwenang di bidang pertanahan didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nadzir.

Kelima, terhadap tanah negara wajib mendaftarkan tanah wakaf atas nama Nadzir jika diatasnya berdiri bangunan masjid, musala, makam. Tata cara terakhir, yakni pejabat yang berwenang dibidang pertanahan kabupaten/kota setempat mencatat perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya.

4. Analisis Teori Keadilan Bermartabat Dalam Legalitas Akta Ikrar Wakaf

Putusan 686 K/AG/2012 memuat kasus sengketa perwakafan yakni upaya pengambilan kembali tanah wakaf oleh Hj. Baniyah Ilyas selaku kakak dari Ibu Rr. Fatimah selaku Wakif karena keterbelakangan mental yang diderita sejak kecil sehingga tidak dapat melakukan perbuatan hukum atau harus dibawah

(26)

pengampuan. Penggugat merasa adanya kejanggalan atas Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/90/K-13 tahun 1995 dikarenakan pembubuhan cap jempol pada Akta Ikrar Wakaf tersebut dimana Ibu Rr. Fatimah adalah orang yang memiliki keterbelakangan mental yang mana dikatakan sulit berkomunikasi dan tidak pernah keluar rumah. Atas dasar asalan tersebut maka Penggugat merasa bahwa proses ikrar wakaf adalah tidak legal.

Alasan lain Penggugat merasa bahwa proses ikrar wakaf tidak legal ialah penggunaan tanah tersebut atas bangunan yang dikelola oleh Yayasan Siti Arramah yang merupakan organisasi milik PDHI yang diwakili oleh Nadzir yang dianggap memiliki penyimpangan penggunaan obyek wakaf tersebut, dimana Penggugat hanya mengetahui peruntukkannya bagi persyarikatan Muhammadiyah.

Hasil pertimbangan yang diperoleh dari kesaksian para saksi dan bukti- bukti yang diberikan pada pengadilan membantah pernyataan gugatan para Penggugat, diketahui Ibu Rr. Fatimah telah menghadiri proses ikrar wakaf dengan didampingi oleh keluarganya. Ibu Rr. Fatimah juga berstatus sebagai janda yang artinya pernah menikah. Ibu Rr. Fatimah juga sering berkomunikasi pada orang- orang yang disukainya, hal ini berarti Ibu Rr. Fatimah masih bisa melakukan aktivitas dalam kesehariannya.

Yayasan Siti Arramah merupakan organisasi pengajian milik PDHI cabang Umbulharjo yang diperkuat oleh kesaksian Anton Sudarmadi, Ny. Suhanah, dan Sri Muryadi dimana tidak ditemukan niat tidak baik atas peruntukan obyek wakaf tersebut untuk apa dan siapa.

(27)

Setelah melewati pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding maka dalam tingkat kasasi, Mahkamah Agung telah menetapkan bahwa Penggugat berada di pihak yang kalah dikarenakan menurut kesaksian dan bukti-bukti, gugatan yang diajukan oleh Penggugat semua bertentangan.

Keadilan Bermartabat menjunjung tinggi tiga tujuan hukum meliputi keadilan, kepastian, dan kemanfaatan dalam teorinya. Keadilan Bermartabat menggambarkan eksistensi hukum dalam mengatasi sengketa perwakafan. Teori ini memiliki dasar Pancasila yang merupakan Voklgeist Indonesia. Teori ini juga dijiwai oleh lima sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjadi sumber hukum.

Atas kasus sengketa yang dibahas dalam penelitian ini, teori Keadilan Bermartabat diperlukan untuk mencapai tujuan dalam mencapai keadilan untuk sesama yang mana teori ini berkaitan dengan istilah memanusiakan manusia.

Teori ini dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dengan mengamalkan sila ke dua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dan dijiwai oleh sila-1 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keadilan Bermartabat jika dihubungkan dengan putusan Nomor 686 K/AG/2012 yang memuat upaya pembatalan Akta Ikrar Wakaf dikarenakan Wakif yang dinyatakan memiliki keterbelakangan mental dan tidak dapat melakukan perbuatan hukum telah dikaji dan mendapati hasil dari proses pembuatan Akta Ikrar Wakaf telah memenuhi persyaratan perundang-undangan. Mahkamah Agung

(28)

pun telah menjatuhkan putusan untuk menolak gugatan Penggugat seluruhnya dan menghukum Penggugat dengan biaya perkara sebesar Rp 500.000,-.

Menurut penulis, amar putusan yang dijatuhkan oleh hakim berisi hukuman kepada Para Penggugat dalam putusan Nomor 686 K/AG/2012 adalah perbuatan yang telah menerapkan keadilan berkaitan dengan teori Keadilan Bermartabat yang dilandasi sila ke dua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pembuatan Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/90/K-13 tahun 1995 yang dikeluarkan pada tanggal 11 September 1995 telah memenuhi syarat-syarat dalam peraturan perundang-undangan adalah legal. Walaupun Ibu Rr. Fatimah memiliki keterbelakangan mental selaku Wakif yang mewakafkan tanahnya kepada Sunardi Syahsuri selaku Nadzir telah melakukan proses ikrar wakaf sesuai dengan aturan yang berlaku dengan tanpa paksaan dari pihak manapun. Bahwasanya, seseorang harus tetap diperlakukan sesuai dengan hak-hak yang melekat pada dirinya sebagaimana Ibu Rr. Fatimah dan Sunardi Syahsuri yang telah melakukan seluruh prosedur sesuai dengan perundang-undangan dan menjalankan peruntukkan wakaf tersebut dengan tidak melakukan penyelewengan adalah perbuatan yang sejalan dengan teori keadilan bermartabat yang merupakan keadilan yang

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk respon laju pengerjaan bahan ( Material Removal Rate ) normalisasi rasio S/N akan menggunakan karakteristik semakin besar semakin baik, dengan rumus (6) ,

Proses otentikasi jaringan dengan menggunakan Kerberos terpusat pada server Kerberos. Setiap proses yang ada di instant message akan melalui proses

Hal tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan zat gizi sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan pertumbuhan tubuh baik fisik maupun mental (Chinue,

Dalam surat tuntutannya, Jaksa menuntut terdakwa Sulisytowati dengan menyatakan bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 ayat 1 KUHP

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : (1) pola pembelajaran ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi merupakan metode

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Yang dimaksud dengan dataran alluvial kepesisiran (coastal alluvial plain) adalah bentanglahan dataran yang terbentuk sebagai akibat dari perkembangan pantai yang telah lanjut

kualitatif sesungguhnya merupakan upaya rekonstruksi, yaitu suatu pembentukan protobahasa dari suatu kelompok bahasa yang berkerabat dengan penemuan ciri- ciri bersama