39
BAB III
METODE DAN DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Istilah “pendekatan”—dalam dunia ilmu pengetahuan—dipersamakan dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. (Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, 2003: 107)
Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran pada bidang ilmu pengetahuan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
(Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2008: 78)
Sedangkan untuk membedah artikel yang dijadikan objek penelitian, penulis menggunakan teknis analisis wacana. Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Namun demikian, secara spesifik pengertian, definisi, dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. (Aris Badara, 2012:16)
Wacana dapat diartikan; 1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu; 2) kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. (J.S.Badudu dalam Aris Badara, 2012)
Menurut Lull (dalam Sobur, 2004:11), secara sederhana wacana berarti cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas.
Dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang mencipta realitas dan menatanya lewat bahasa. Bahasa mengangkat ke permukaan hal yang tersembunyi sehingga menjadi kenyataan. Tetapi, bahasa yang sama dapat dipakai untuk menghancurkan realitas orang lain. (Alex Sobur, 2004:17)
Bahasa mempunyai kekuatan yang begitu dahsyat dan lebih tajam dari sebuah pisau. Bahasa, di mulut orang yang tidak beretika merupakan tiran yang sulit dilacak.
Dalam bahasa itu sendiri, yang hanya bunyi atau tanda grafis, membuat orang berjatuhan atau malah membunuh diri. Di dalamnya terdapat suatu kekuatan yang tidak nampak yang bernama komunikasi. (Alex Sobur, 2004:16)
Bahasa sendiri menurut Halliday memiliki fungsi-fungsi secara makro, yakni sebagai berikut:
1) Fungsi ideasional; untuk membentuk, mempertahankan, dan memperjelas hubungan diantara anggota masyarakat. Tampak pada peran-pean proses, partisipan, dan sirkumstansi; aktif, prosesif, statif; aktor, sasaran, pemanfaat;
kala, loka, cara.
2) Fungsi interpersonal; untuk menyampaikan informasi diantara anggota masyarakat.berkaitan dengan peranan bahasa untuk membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk pengungkapan peranan-peranan sosial termasuk peranan-peranan komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu sendiri.
3) Fungsi tekstual; untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus/
wacana yang relevan dengan situasi.berkaitan dengan tugas bahasa untuk membentuk berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para pemakainya. (Alex Sobur, 2004:17-18)
B. Unit Analisis
Unit analisis adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Adapun yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah tema atau topik dari tulisan-tulisan yang ada dalam menu artikel situs www.insistnet.com. Artikel yang
diteliti merupakan artikel-artikel yang diunggah oleh penulisnya pada tanggal 19 Oktober 2012. Sementara peneliti sendiri mengunduhnya pada tanggal 4 Februari 2014 pukul 20.15- 21.45 WIB. Artikel yang menjadi objek dalam penelitian ini berjumlah lima artikel dan ditulis oleh lima orang yang berbeda. Diantaranya :
a) Kepemimpinan Ideal: Ibrahim Oleh: Nashruddin Syarief b) Prestasi Kepemimpinan Nabi Oleh: Dr. Adian Husaini c) Keadilan Sang Nabi Oleh : Budi Handrianto
d) Kepemimpinan Politik Oleh: Fahmi Salim e) Wanita Pun Bisa Oleh: Dinar Dewi Kania C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan dalam melakukan penelitian antara lain :
1. Sumber Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data verbal yang kualitatif dan abstrak yaitu berupa data-data kalimat uraian dalam penelitian.
Peneliti menggunakan dua macam sumber data dan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Sumber data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dan merupakan data dalam golongan utama, data ini berupa teks-teks tertulis yang diambil dari lima artikel yang diunggah pada tanggal 19 oktober 2012 pada situs www.insistnet.com.
b. Sumber data sekunder
Yaitu data dari sumber lain yang mampu mendukung penelitian ini, dimana data tersebut merupakan data tambahan atau data pelengkap yang sifatnya sebagai pelengkap data yang sudah ada. Data ini berupa buku-buku, artikel, dan sebagainya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ialah teknik observasi dan dokumentasi.
a) Observasi
Obsevasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2008: 52)
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara seksama dan mencatat hasil pengamatan dari artikel yang menjadi objek penelitian. Sebelumnya, peneliti juga merencanakan dan menyusun artikel mana saja yang hendak dijadikan objek penelitian.
b) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh malalui dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti mengunduh lebih dari 30 artikel dalam situs www.insistnet.com. Kemudian mengupas kosep kepemimpinan dalam Islam menurut serta pesan-pesan dakwah yang ada dalam artikel-artikel tersebut dengan menggunakan analisis wacana Halliday.
3. Teknik Analisis Data
Ada banyak sekali model analisis wacana yang dikembangkan oleh para ahli. Selain modelnya yang beragam, cara pendekatannya juga bermacam- macam. Namun demikian, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis wacana dari Halliday dengan pendekatan analisis wacana yang memfokuskan pada representasi.
Dalam bahasa Inggris, dibedakan antara discourse dan text. Yang pertama berarti spoken discourse “wacana lisan” sedangkan yang kedua berarti berarti written discourse “wacana tulis”. Dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut masih relatif tumpang tindih. (Aris Badara, 2012:17)
Halliday dan Hasan berpendapat wacana merupakan satu kesatuan semantik, dan bukan satuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya (morfem, klausa, kata atau kalimat). Ada dua hal yang dapat dikaji sehubungan dengan kesatuan bahasa yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan tersebut. Pertama, unsur yang abstrak yang digunakan untuk mengajarkan bahasa dan untuk mengetahui bagaimana aturan-aturan bahasa itu bekerja. Kedua, unsur yang digunakan untuk berkomunikasi. (Hasan Lubis, 1993: 2)
4. Model Analisis Wacana Halliday
Michael Alexander Kirkwood Halliday terlahir pada 13 April 1925, adalah seorang ahli bahasa asal Autralia yang terlahir dan dibesarkan di Inggris. Halliday mengembangkan teori bahasa linguistik fungsional sistemik yang memiliki pengaruh luas sepeninggalnya. Kecintaannya pada bahasa diturunkan dari kedua orang tuanya. Ibunya menghabiskan sebagian waktunya mempelajari bahasa Prancis. Sedangkan ayahnya seorang penulis puisi yang juga guru bahasa Inggris. (en.wikipedia.org, 2014)
Halliday memulai perjalanan akademisnya sebagai asisten dosen bahasa Tiongkok di Universtas Cambridge selama empat tahun, dari 1954 hingga 1958. Setelah 22 tahun berkarir sebagai ahli bahasa di beberapa universitas di Inggris, ia kemudian memutuskan hijrah ke Australia pada 1976. Ia menempati posisi sebagai profesor lingistik di Universitas Sydney hingga pensiun pada 1987. (en.wikipedia.org, 2014)
Halliday menerima gelar profesor emeritus dari Universitas Sydney pada 1987. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Birmingham (1987), Universitas York (1988), Universitas Athena (1995), Universitas Macquarie (1996), and Universitas Lingnan (1999).
Sumbangsih Halliday yang sangat berharga adalah adanya pendekatan penggunaan bahasa yang praktis dan kontekstual sebagai kebalikan dari tata bahasa formal yang fokus pada semantik, sintaksis, dan kelas-kelas kata seperti kata benda dan kata kerja. Atas landasan yang dibangunnyalah kajian linguistik menjadi lebih luas dan tidak terlepas dari konteks sosialnya.
Diantara pandangan Halliday ialah bahwa bahasa merupakan salah satu dari sejumlah sistem makna yang lain seperti tradisi, sistem mata pencarian, dan sistem sopan santun yang secara bersama-sama membentuk budaya manusia. Halliday mencoba menghubungkan bahasa terutama dengan realitas sosial yang menyertainya. Karena itu, Halliday menegaskan bahwa bahasa adalah produk proses sosial. Sebagai contoh, seorang anak yang belajar bahasa dalam waktu yang sama belajar sesuatu yang lain melalui bahasa, yakni membangun gambaran realitas di sekitar dan di dalam bahasa itu sendiri. Tidak ada fenomena bahasa yang vakum sosial, tetapi ia selalu berhubungan erat dengan aspek-aspek sosial yang ada.
Formulasi bahasa sebagai semiotika sosial berarti menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural tempat kebudayaan itu ditafsirkan hingga membentuk serangkaian informasi. Secara konkret, bahasa itu tidak berisi kalimat-kalimat, tetapi teks atau wacana, yakni pertukaran makna (exchange of meaning) dalam konteks interpersonal. Mengkaji bahasa hakikatnya mengkaji teks atau wacana.
Menurut Halliday, untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan budayanya. Dalam pandangan Halliday, konteks situasi terdiri atas tiga unsur, yakni 1) medan wacana; 2) pelibat wacana; dan 3) modus wacana.
Medan wacana (field of discourse) merujuk pada tindakan sosial yang sedang terjadi atau dibicarakan, aktivitas di mana para pelaku terlibat di dalamnya, serta praktik-praktik yang terlihat dalam teks.
Pelibat wacana (tenor of discourse) merujuk pada pihak-pihak pembicara dan sasaran yang terlibat dalam pembicaraan serta kedudukan dan hubungan diantara mereka. Termasuk menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan dalam teks; sifat orang tersebut, kedudukan dan peranan mereka.
Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip dan bagaimana sumber-sumber itu digambarkan sifat-sifatnya.
Modus wacana (mode of discourse) merujuk pada pilihan bahasa masing-masing media, termasuk gaya bahsa yang digunakan bersifat eksplanatif, deskriptif, persuasif, hiperbolis dan lainnya serta bagaimana pengaruhnya. (Halliday dalam Barmawi, 2009 : 112)
5. Pendekatan Analisis Wacana yang Memfokuskan pada Representasi Istilah representasi mengacu pada bagaimana seseorang, kelompok atau gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya.
Representasi penting dalam dua hal, pertama, apakah seseorang, gagasan atau kelompok tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. (Eriyanto dalam Aris, 2012: 56)
Berkaitan dengan saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan, kelompok, atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang dihadapi oleh waratawan, yaitu; 1) peristiwa yang ditandakan sebagai realitas, 2) ketika memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas tersebut digambarkan, 3) bagaimana peristiwa tersebut diorganisasi ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. (Fiske dalam Aris, 2012: 56)
a. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh media dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak. Hal tersebut didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Burke, yang menyatakan bahwa kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayakpada masalah tertentu tetapi juga membatasi persepsi kita dan mengarahkannya pada cara berpikir dan keyakinan tertentu. (Kenneth Burke dalam Aris, 2012: 57)
b. Misrepresentasi
Sebuah representasi boleh jadi terjadi pula misrepresentasi, yaitu ketidakbenaran penggambaran, kesalahan penggambaran. Seseorang, suatu kelompok, suatu pendapat, sebuah gagasan, tidak ditmpilkan sebagaimana mestinya. (Aris Badara, 2012: 57)
c. Pemarginalan
Praktik pemarginalan mengimplikasikan adanya pembagian di pihak kita di satu sisi, dan pihak mereka di sisi lain yang akibat lanjutannya ialah penggambaran buruk kepada pihak / kelompok lain. Hubungannya dengan praktik pemakaian bahasa yang digunakan strategi wacana dalam pemarginalan, menurut Eriyanto ada empat. Pertama, penghalusan makna
(eufimisme) yaitu pemakaian bahasa secara halus untuk menandai atau menamai suatu relitas. Kedua, disfemisme yaitu pemakaian bahasa yang menyebabkan realitas menjadi kasar. Ketiga, labelisasi, yaitu pemakaian bahasa yang ofensif kepada individu, kelompok atau kegiatan agar citranya menjadi buruk. Keempat, stereotipe, yaitu penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau positif. (Eriyanto dalam Aris, 2012: 58)
6. Langkah-Langkah Penelitian
Sebenarnya, tidak ada langkah yang baku dalam penelitian kualitatif.
Langkah-langkah penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas seperti hanya penelitian kuantitatif. (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar: 2008)
a) Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan berguna untuk menjajaki keadaan di lapangan, masalah apakah kiranya yang penting dan layak untuk diteliti. Masalah pada mulanya sangat umum, kemudian mendapatkan fokus untuk hal-hal yang lebih khusus. Di awal penelitian ini, peneliti juga sempat mencari beberapa masalah di lapangan. Akan tetapi peneliti kemudian memantapkan hati untuk meneliti tentang pesan dakwah dalam situs www.insistnet.com.
b) Pembuatan Pradesain Penelitian
Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya secara apriori.
Penelitian tidak bertujuan untuk menguji atau untuk membuktikan teori seperti dalam metode kuantitatif, melainkan unutk dikembangkan yang akhirnya menemukan teori baru berdsarkan data yang didapat dari lapangan.
Pada awalnya peneliti berencana meneliti pesan dakwah dalam situs www.insistnet.com dengan menggunakan analisis konten. Akan tetapi, di awal bimbingan peneliti dianjurkan untuk meneliti dengan menggunakan analisis wacana.
c) Seminar Pradesain
Setelah peneliti berhasil menemukan topik penelitian, maka peneliti segera membuat proposal yang diajukan kepada ketua jurusan dan pembimbing akademik. Setelah mendapatkan persetujuan dari keduanya, peneliti kemudian
melaksanakan seminar proposal. Seminar tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2014.
d) Pengumpulan dan analisis data
Langkah selanjutnya adalah peneliti mengumpulkan semua data yang relevan baik berupa buku, artikel maupun skripsi. Data-data tersebut dapat diperoleh dari perpustakaan maupun internet. Setelah itu, peneliti kemudian menganalisis semua artikel yang dijadikan objek penelitian dengan menggunakan teori analisis wacana model Halliday sebagai pisau analisisnya.
e) Laporan hasil penelitian
Proses ini merupakan proses terakhir semua penulisan dan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian pelaporan penelitian ini dilaporkan dan diujikan untuk dievaluasi jika terdapat kekurangan di alam penelitian ini.
D. Gambaran Umum Situs www.insistnet.com
Situs www.insistnet.com didirikan oleh cendekiawan muda Muslim yang sebagian besar sedang menempuh program post-graduate mereka di International Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University (ISTAC-IIUM), Malaysia.
Situs ini juga dikenal dengan nama INSISTS yang merupakan singkatan Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations, adalah lembaga non- profit yang bergerak dalam bidang pengkajian pemikiran dan peradaban Islam secara professional akademis. Tampilan menu dalam situs ini terdiri dari: Home, Tentang Kami, Berita, Publikasi, Artikel, Kultum, Kontak dan Donasi.
1. Latar Belakang Pendirian Situs
Latar belakang pendirian situs ini diambil langsung dari situs insist yang di tulis oleh Adian Husaini sebagai salah satu pedirinya. Berikut kutipannya:
“Upaya pembaruan pemikiran keagamaan (tajdid) merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh kaum Muslim. Para ulama terdahulu sangat bersungguh-sungguh dalam mengkaji Islam. Bahkan sebagian besar mereka mampu menguasai ilmu- ilmu di luar Islam seperti filsafat Yunani, Teologi Kristen dan lain-lain. Akan tetapi, mereka tidak silau dengan worldview lain yang bertentangan dengan worldview Islam. Mereka justru
mampu memfilter dan menempatkan pemikiran dan konsep- konsep dari “peradaban asing” itu dalam kerangka worldview Islam.
Dalam sejarah kebudayaan ummat manusia proses tukar- menukar dan interaksi (intermingling) atau pinjam meminjam konsep antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain memang senantiasa terjadi, seperti yang terjadi antara kebudayaan Barat dan peradaban Islam. Dalam proses ini selalu terdapat sikap resistensi dan akseptansi. Dominasi terhadap yang lemah pun tidak dapat dielakkan.
Ketika peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau “berkiblat ke Islam”. Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu juga terjadi.
Kebudayaan Islam terhegemoni dan menjadikan Barat sebagai
“kiblat pemikiran”.
Jika konsep-konsep pemikiran dari peradaban asing diterapkan ke dalam pemikiran Islam secara tidak kritis maka akibatnya konsep-konsep pemikiran asing itu akan menjadi dominan dan dapat menghancurkan peradaban Islam. Adopsi konsep-konsep Barat kedalam pemikiran Islam dengan cara itu kini telah mengakibatkan kerancuan (confusion) pemikiran.
Dan jika usaha pembaruan keagamaan hanya mengadopsi konsep-konsep Barat, maka bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi proses Westernisasi. Terbukti ketika para orientalis menulis tentang Islam dengan framework mereka sendiri, maka banyak ditemui pandangan mereka yang negatif tentang pribadi Nabi Saw, ide pemisahan hadits dari al-Qur’an, ide yang mempersoalkan otoritas tafsir para ulama, penafian adanya filsafat Islam, shari’at Islam, hak wanita dan lain-lain.
Kaum Muslimin memang wajib menguasai bidang sains dan teknologi yang berkembang pesat di Barat. Tetapi, pandangan hidup Barat yang bersifat sekularistis-liberalistis-hedonistis tidak seyogyanya diadopsi dan dijadikan sebagai worldview untuk memandang Islam, dengan anggapan kaum Muslim akan maju jika konsep-konsep Islam disubordinasikan ke dalam pola berpikir Barat.
Tradisi pemikiran dalam Islam adalah cermin dari pandangan hidup Islam (worldview) yang dinamik, teratur dan rasional yang dipancarkan oleh konsep Islam sebagai Din.
Secara teori, pandangan hidup ini tercipta dari adanya konsep ilmu pengetahuan dan pengembangannya yang dibentuk dari kerangka kerja sistem metafisika Islam yang terutamanya meliputi pengertian tentang kebenaran dan realitas yang mutlak.
Dalam perspektif pandangan hidup inilah dapat diketahui apakah suatu pemahaman atau penafsiran tentang Islam yang berupa ilmu pengetahuan, filsafat, sains dan lainnya itu benar- benar sesuai dengan Islam dan sejalan dengan pernyataan dan
kesimpulan umum kebenaran yang diwahyukan (revealed Truth). Jika terdapat penafsiran atau pemahaman yang tidak sejalan maka perlu dikoreksi ulang (ishlah) dengan apa yang disebut dengan Perubahan Paradigma (paradigm shift), yang berarti perubahan pandangan hidup dan sistim metafisikanya.
Dalam tradisi pemikiran Islam aktifitas koreksi ulang ini dapat berarti tajdid dan hakekatnya selalu berorientasi pada pemurnian (refinement) yang sifatnya kembali kepada ajaran asal dan bukan adopsi pemikiran asing. Kembali kepada ajaran asal tidak bisa dipahami sebagai kembali kepada corak fisik kehidupan di zaman Nabi dan generasi salaf al-salih, tapi harus dimaknai secara konseptual dan kreatif. Maka, sesuai dengan makna Islam itu sendiri, tajdid atau Islah mempunyai implikasi membebaskan, artinya membebaskan manusia dari belenggu tradisi magis, mitologis, animistis dan kultur chauvinis yang bertentangan dengan Islam; pembebasan manusia dari pengaruh pemikiran sekuler terhadap pikiran dan bahasanya, atau pembebasan manusia dari dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil kepada fitrah atau hakekat kemanusiaannya yang benar. (Pendapat Syed Naquib al-Attas yang dijadikan rujukan situs ini dalam merumuskan ide-ide dasarnya).
Proses pembebasan ini sekarang dikenal dengan sebutan
“Islamisasi”. Dalam konteks zaman sekarang, proses ini memerlukan pengetahuan tentang paradigma dan pandangan hidup Islam yang tercermin di dalam al-Qur’an dan Sunnah serta pendapat-pendapat para ulama terdahulu yang secara ijma’ dianggap islah.“ (www.insistnet.com, 2012)
2. Visi dan Misi
Tujuan pendirian INSISTS adalah untuk menghadirkan wajah pemikiran Islam yang lebih bersifat konseptual dengan berpijak pada pandangan hidup Islam, berpegang pada tradisi intelektual dan otoritas para ulama serta committed pada kebenaran dengan tetap memperhatikan masalah- masalah kontemporer. (www.insistnet.com, 2014)
Bermotto Committed to the Truth, INSISTS memiliki misi untuk mengkaji, mengklarifikasi dan atau mereformulasi konsep-konsep dan metodologi penting dalam khazanah pemikiran dan peradaban Islam yang relevan dengan problem-problem yang dihadapi umat Islam saat ini seperti problem keilmuan (falsafah, epistemologi, etika, dan sebagainya), pendidikan, sejarah, peradaban, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.
INSISTS hadir untuk mengembangkan dan menghadirkan framework pemikiran Islam yang lebih konseptual yang berangkat dari konsep pandangan hidup Islam yang tidak terhegemoni oleh paradigma liberal-sekular. Selain itu, INSISTS juga berusaha menyiapkan respon-respon Islam terhadap pemikiran keislaman yang dibawa oleh arus kebudayaan, aliran pemikiran, dan ideologi non-Islam.
3. Struktur Organisasi
NamaYayasan : Yayasan Bina Peradaban Islam Al-Tamaddun Alamat : Jl. Kalibata Utara II No 84, Jakarta Selatan Akta Pendirian : Notaris Fauziah Askar SH, Tahun 2005 Akun Bank : Bank Syariah Mandiri Cab. Depok
(www.insistnet.com, 2014)
4. Susunan Pengurus Yayasan
Pembina : 1. Umar Basyarahil 2. Edy Setiawan 3. Dr. Ugi Suharto 4. Dr. Adian Husaini
Pengawas : 1. Dr. Anis Malik Toha 2. Dr. Syamsuddin Arif 3. Dr. Abdul Ghofir, Sp. PD.
Ketua : Adnin Armas, MA.
Wakil Ketua : Dr. Nirwan Syafrin Sekretaris : Indra L. Supono
Wakil Sekretaris : Henri Salahuddin, MIRKH Bendahara : Raikaty S. Panyilie
Wakil Bendahara : Rita Hendrawati Soebagio
5. Susunan Pengelola
Direktur : Dr. Hamid Fahmi Zarkasy Direktur Eksekutif : Adnin Armas, MA.
Manajer Pengelola : Indra L. Supono Kesekretariatan : Yuda Hidayat
Keuangan : Tetraswari Diahingati Penerbitan : Asep Sobari, Lc.
Majalah Islamia : Henri Salahuddin, MIRKH Media Online : 1. Margono Muhadi, MA
2. Lukmanul Hakim Acara : 1. Tri Shubhi Abdullah
2. Yusuf Ramdhani Wakil Bendahara : Rita Hendrawati Soebagio
6. Kontributor Tulisan, Artikel, Laporan, dan Makalah :
Kontributor makalah di situs www.insistnet.com terdiri dari cendekiwan Muslim yang menguasai bahasa Arab, Inggris, dan bahasa-bahasa lain. Dan yang lebih penting lagi ialah mereka menguasai bermacam worldviews, terutama Islamic worldview. Para kontributor juga, sebagaimana diklaim oleh INSIST, memiliki kemampuan untuk mengkaji teks-teks asli dan memahaminya dengan baik. Aktivitas keseharian para kontributor juga sebagai dosen dalam berbagai disiplin ilmu. (www.insistnet.com, 2014). Diantara mereka ialah:
Nama Kontributor Profil Singkat
Anis Malik Thaha Pakar Pluralisme Agama
Pengurus NU Cabang Malaysia
Doktor dalam Comparative Religion dari International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan
Alumni Pondok Pesantren Mathali’ul Falah Pati asuhan KH Sahal Mahfudz
Adian Husaini Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam di Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor.
Pendiri sekaligus peneliti INSISTS.
Penulis buku Hamid Fahmi
Zarkasy
Putra KH Imam Zarkasyi, pendiri Pesantren Modern Gontor Ponorogo.
Pemimpin Redaksi Majalah ISLAMIA
Direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS).
Pimpinan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)
Murid langsung Prof. Dr. Syed Mohammad Naquib al-Attas
Penulis Buku Misykat
Ugi Suharto Associate Professor dan Direktur Program
Keuangan Islam di University College of Bahrain (UCB)
Dosen Pascasarjana di International Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).
Assistant Professor di Kulliyyah of Economics and Management Sciences sebagai kampus induk IIUM.
Akademisi multi-disiplin Dinar Dewi Kania Peneliti INSIST
Pendiri www.thisisgender.com
Aktivis studi gender
Syamsuddin Arif Doktor lulusan seminari Jerman
Pakar orientalisme Fahmi Salim
Zubair
Seorang da'i muda
Dosen, aktif menulis
Pengurus MUI, MIUMI, Muhammadiyah