• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. KajianPustaka

1. Renang

a. Hakikat Renang

Renang merupakan salah satu cabang olahraga aquatik. Renang adalah upaya untuk menggerakan (mengapungkan dan mengangkat) semua bagian tubuh ke atas permukaan air. Renang biasanya dilakukan tanpa perlengkapan bantuan. Renang adalah cabang olahraga yang menggunakan anggota tubuh terutama bagian tangan dan kaki untuk bergerak didalam air. Menurut Tony Erlangga (201:75), “Renang merupakan olahraga air yang sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi kekuatan otot tubuh, jantung, paru-paru dan membengkitkan perasaan berani”.

Olahraga renang merupakan olahraga yang sangat digemari oleh semua kalangan baik putra maupun putri. Baik tua maupun muda, dari golongan bawah sampai golongan atas. Karena banyak sekali manfaat yang ditemukan dari olahraga renang. Olahraga renang merupakan olahraga yang sangat meenyenangkan dan cocok untuk siapa saja tanpa memandang usia. Renang adalah salah satu jenis olahraga yang populer dimasyarakat. Menurut Feri Kurniawan (2012:25), “Olahraga renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang”.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa definisi renang adalah suatu usaha untuk menggerakan beberapa anggota tubuh untuk dapat terus mengapung diatas permukaan air. Olahraga renang termasuk olahraga yang paling menyehatkan karena hampir semua otot tubuh bergerak dan berkembang dengan mengoordinasikan kekuatan setiap perenang.

(2)

b. Pengertian Renang Gaya Kupu-kupu

Menurut David Haller (2010:31) bahwa gaya kupu-kupu adalah gaya yang sesungguhnya paling praktis sebagai gaya pertama bagi mereka yang akan belajar berenang. Menurut Tri Aprilijanto Utamo (2010:12),

”aturan gaya kupu-kupu perenang harus mengambil sikap tengkurap dan terus berenang dengan mengkurap seperti meluncur. Terkecuali saat melakukan pembalikan, posisi normal pada gaya kupu-kupu meliputi gerakan tangan tertempel ditembok atau rapet didepan dan tidak memakai gerakan alto atau memutar badan. Sebagian tubuh perenang harus memecah permukaan air yaitu saat melakukan pembalikan, selama pembalikan tidak boleh berhenti. Bila pembalikan dilakukan salah satu bagian dari tubuh harus dalam sikap miring dan badan disaat melakukan luncuran kembali badan harus posisi tengkurap”.

Jadi renang gaya kupu-kupu merupakan gaya renang yang paling praktis untuk belajar renang karena dengan gaya kupu-kupu tidak ada , serta gaya renang terlentang ini dilakukan dengan rangkaian gerakan lengan yang berfungsi untuk menarik dan gerakan tungkai yang bertujuan untuk mempertahankan kedataran tubuh sebaik mungkin.

c. Teknik Renang Gaya Kupu-kupu

Menurut Muhammad Murni (2000:33-40) secara umum teknik renang gaya kupu-kupu dapat diperinci dalam bagian-bagian sebagai berikut:

1) Posisi Tubuh ( Body Pisition )

a) Posisi tubuh streamline hampir sejajar dengan permukaan air.

b) Usahakan agar bisa sedatar mungkin, ini dapat dilakukan bila gerakan kaki cukup efektif

c) Irama kaki harus rapat keduanyaagar lebih mudah untuk mengapung diair.

(3)

d) Sikap tubuh seperti orang terbang di atas permukaan air dengan rilekatau seperti hewan lumba lumba.

Gambar 1. Gambar Posisi Tubuh Pada Gaya kupu-kupu 2) Gerakan Kaki (Kicking)

a) Pada prinsipnya gerakan kaki sama dengan gerakan kaki gaya bebas atau gayang punggung dengan sumber gerak pada pangkal paha.

b) Gerakan kaki pada gaya kupu-kupuharus seimbang dengan kayuhan tangan dan tubuh harus lentur.

c) Saat kaki bergerak ke atas permukaan air, agar diperhatikan bahwa gerakan tersebut bukan akibat lutut yang ditarik ke atas sehingga dapat menendang, akan tetapi tungkai kaki bawah akan menendang dan melecut membentuk sudut 45 derajat pada lutut sebagai akibat turunnya tungkai kaki bawah.

d) Sebagai patokan saat tungkai bawah turun, maka jarak dari permukaan air adalah antara 30-40 Cm.

e) Daya lentuk pergelangan kaki sangat menentukan untuk melakukan dorongan maju.

(4)

Gambar 2. Gambar Gerakan Tungkai pada Gaya kupu-kupu

David Haller (2010:33-34) menyatakan sepakan kaki pada gaya kupu-kupu ini merupakan gerakan yang kontinu ke atas dan ke bawah, dengan sepakan yang tak terlalu dalam. Gerakan ini bertujuan untuk mempertahankan kedataran tubuh sebaik mungkin. Tetapi gerakan kaki ini lebih mempengaruhi kecepatan gerak jika dibandingkan dengan gerakan kaki gaya bebas dan gaya punggung. Seperti gaya bebas, gerakan inipun dimulai dari pinggul dan memggunakan seluruh kaki sampai ujung jari yang harus selalu dalam keadaan jinjit.

3) Pernafasan (Breathing)

a) Meskipun sikap tubuh pada gaya kupu-kupu ini memungkinkan setiap saat dapat mengambil nafas, akan tetapi untuk menghindari kemungkinan terhisapnya air, terutama melalui hidung, maka perlu juga diatur cara pengambilan nafasnya.

b) Sebagai patokan, bila yang bersangkutan mengambil udara pernafasan pada saat kedua lengan istirahat (di atas permukaan air), maka membuang sisa pembakaran harus dilakukan pada saat tangan mengayuh kebawah dan kepala naik.

4) Koordinasi Kaki-Nafas

Secara otomatis, pada dasarnya koordinasi kaki-nafas gaya kupu-kupu bisa dikerjakan setelah menguasai secara akurat masing- masing bagian yaitu kaki dan pernafasan.

(5)

Gambar 3. Gambar Koordinasi Kaki-Nafas Pada Gaya kupu-kupu 5) Rotasi Tangan (Hand Rotation)

Menurut David Haller (2010:35) bahwa gerakan lengan gaya kupu-kupu seperti gerakan gaya dada, di sini pun gerakan lengan harus merupakan gerakan yang kontinu. Sementara yang kedua tangan menarik sampai kebelakang, yang kedepan mengadakan pemulihan (recovering), demikian seterusnya. Lengan dan tangan dikerjakan seperti pengayuh di sisi tubuh, mendorong air ke belakang seperti gerakan kincir air berirama dan teratur. Menurut Muhammad Murni (2000:34-35) membagi gerakan lengan sebagai berikut:

a) Fase masuknya tangan ke permukaan air.

(1) Setelah sikap tegak lurus lengan di saat melakukan fase masuknya tangan ke permukaan air, terlebih dahulu telapak tangan, dengan sikap ini telapak tangan akan mengarah ke luar. Kedalaman tangan akan banyak bergantung pada tingkat kelentukan (flexibility) dari yang bersangkutan.

(2) Untuk memperoleh kedalaman pada saat masuknya tangan, pada akhir putaran lengan, agar dibantu dengan gerakan tubuh semaksimal mungkin di mana saat lengan kanan dan kiri masuk, maka rotasi yang dilakukan dengan mengangkat bahu secara maksimal.

(6)

(3) Fase masuknya tangan ke dalam air, berakhir sebelum menangkap akan dimulai pada kedalaman antara 25-35 Cm.

b) Fase menangkap (Catch Up)

Pada kedalaman antara 25-35 Cm. Fase menangkap dilakukan di mana sudut yang dibentuk antara lengan dengan tangan pada pergelangan adalah lebih kurang 60 derajat.

c) Fase menarik (Pull Up)

(1) Pada fase ini dikerjakan agar telapak tangan dan lengan bagian bawah bergerak lebih dulu.

(2) Pola tarikan yang dikerjakan adalah pola “S”.

(3) Hindarkan saat melakukan tarikan tangan atau pada fase menyapu ke dalam, sikut tidak lebih dulu ditarik.

(4) Sebagai patokan fase sapuan ke dalam berakhir kira-kira sedikit di bawah bahu (sekitar dada).

d) Fase menekan (Push Up)

(1) Fase menekan adalah fase dimana tangan melakukan tekanan akhir.

(2) Pada fase menekan agar diperhatikan telapak tangan menghadap ke depan dengan arah sejajar panjang tubuh, menghadap bagian bawah tubuh.

(3) Fase menekan dimulai dari bawah bagian bahu hingga berakhir pada kedalaman lebih kurangnya 20-30 Cm.

(4) Akhir dari fase menekan dikerjakan dengan seluruh bagian lengan dan lecutan telapak tangan.

e) Fase istirahat (Recovery)

Fase istirahat dimulai setelah telapak tangan melakukan akhir fase menekan dengan lecutan hingga keluar dari permukaan air dan berakhir dengan ibu jari terlebih dahulu keluar dari permukaan air dan berakhir disaat tangan kedepan akan mulai masuk air di atas kepala.

(7)

f) Fase koordinasi tangan kanan-kiri

(1) Fase ini dikerjakan dimana tangan kanan dan tangan kiri lurus diatas kepala, maka kedua tangan haru sejajar.

(2) Saat kedua tangan memulai gerakan menarik ke bawah permukaan air, serentak badan akan naik keatas.

(3) Lakukan bersamaan.

g) Koordinasi nafas-tangan

Lakukan menghirup udara pernafasan pada saat kedua tangan sedang berada pada fase istirahat, dan buanglah sisa pembakaran pada saat tangan kiri melakukan fase istirahat.

h) Renang lengkap atau koordinasi kaki-tangan-nafas

Koordinasi keseluruhan ini sering juga disebut renang lengkap. Lihat gambar dibawah ini dimana dapat terlihat beberapa bentuk gerakan lengan gaya punggung dengan besar sudut sikut berbeda.

Gambar 5. Gambar Koordinasi Kaki-Tangan-Nafas Pada Gaya Kupu-kupu

(8)

2. Kecepatan

a. Pengertian Kecepatan

Kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting dalam olahraga. Ismaryati (2008:57) menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat.

Kecepatan menjadi faktor penentu dalam cabang olahraga renang.

Menurut M. Sajoto (1995: 9) menyatakan “kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya, dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan eksplosif”. Dalam olahraga renang gerakan lengan dan tungkai merupakan sumber dorongan agar tubuh maju ke depan. Gerakan lengan dan tungkai yang cepat sangat berpengaruh pada laju perenang. Menurut Ismaryati (2008: 57) menyatakan “kecepatan kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan- gerakan pada kecepatan tertentu”.

b. Macam-Macam Kecepatan

Kecepatan dibagi menjadi 2 menurut Ozolin yang dikutip oleh Bompa (1994:310) yaitu “ Kecepatan umum dan kecepatan khusus”.

Sedangkan menurut Suharno (1985: 31) kecepatan dibagi menjadi tiga kecepatan reaksi, yaitu:

1) Kecepatan sprint

Kecepatan sprint adalah kemampuan organisme atlet bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

2) Kecepatan reaksi

Kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

3) Kecepatan bergerak

Kecepatan bergerak adalah kemampuan organ atlet untuk bergerak secepat mungkin dalam satu gerakan yang tidak terputus.

(9)

Dalam olahraga renang ketiga tipe kecepatan tersebut sangat diperlukan. Ketika melakukan start, seorang perenang harus memiliki reaksi yang bagus agar mendapatkan hasil yang maksimal, selain itu perenang juga dituntut memiliki kecepatan sprint yang baik agar mampu mencapai finish dengan waktu yang singkat.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan

Ada 6 faktor yang mempengaruhi kecepatan, Menurut Bompa (1994:310-312) antara lain :

1) Keturunan (heredity)

Sebagai pembanding pada kekuatan dan daya tahan latihan yang lebih terlatih, latihan kecepatan membutuhkan bakat alami yang lebih, dan ini ditentukan dengan keturunan. Pada tubuh manusia terdapat 2 tipe otot yaitu otot merah (slow twitch fibers) dan otot putih (fast twitch fibers). Otot merah memiliki banyak pembuluh kapiler, mitokondria dan banyak hemoglobin. Sedangkan otot putih mempunyai kadar Adenosin Tri Phospate (ATP) dan glycolitic.

2) Waktu Reaksi

Merupakan selang atau jarak waktu antara rangsang dan permulaan gerak motor (otot).

3) Kemampuan untuk mengatasi tahanan luar

Dalam berbagai cabang olahraga, power pada kontraksi otot atau kemampuan dari seorang atlet untuk memperlihatkan power, salah satu faktor yang penting pada gerakan yang cepat. Selama latihan tahanan luar seperti peralatan, lingkungan (air, angin dan sebagainya) dan lawan sebagai latihan tahanan luar bagi seorang atlet untuk mengalahkan lawan dengan kekuatannya sendiri. Dengan meningkatkan kekuatan pada kontraksi otot maka kemampuan dari kecepatan akan meningkat.

4) Teknik

Kecepatan, frekuensi dari gerak, dan reaksi waktu sangat berfungsi dalam teknik.

(10)

5) Konsentrasi dan semangat

Konsentrasi dan semangat merupakan faktor penting dalam aktivitas yang memerlukan kecepatan tinggi.

6) Elastisitas otot

Elastisitas otot dan kemampuan untuk bersantai bermanfaat pada otot agonis dan antagonis merupakan faktor penting dalam aktivitas dengan kecepatan tinggi dari gerak dan teknik yang benar.

d. Kecepatan Renang Gaya Kupu-kupu 100 meter

Menurut Kirkendall, Gruber dan Johnson (1987:180), mendefinisikan kecepatan sebagai kemampuan pada dasar-dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Menurut Widiastuti (2015:

125) bahwa “kecepatan merupakan salah satu aspek yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu seperti renang, lari dan lain-lain.

Widiastuti (2015:126) menyatakan bahwa kecepatan didefinisikan sebagai jarak per satuan waktu yaitu kecepatan diukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu, sementara kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai total jarak di bagi total waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu.

Menurut Jonath, Hagg, & Krempel, (1987:20), kecepatan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

1. Kecepatan Siklis adalah produk yang dihitung dari frekuensi gerak (misalnya frekuensi langkah amplitude gerak, contohnya panjang langkah). Apabila gerakan siklis mulai dengan kecepatan 0 (nol) pada pembagian isyarat mulai, dan jika waktunya dihitung dari pembagian isyarat-isyarat misalnya pada renang cepat jarak pendek, maka dapat dibedakan faktor-faktor sebagai berikut: 1). Kecepatan reaksi (start), 2). Percepatan gerak pada meter-meter pertama, 3).

Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal, 4). Stamina kecepatan.

2. Kecepatan Asiklis adalah kecepatan yang dibatasi oleh faktor gerak masing-masing otot. Terutama tenaga statis dan kecepatan kontraksi yang menentukan cepatnya gerak. Kedua faktor tersebut selanjutnya tergantung pada viskositas dan tonus otot.

(11)

3. Kecepatan Dasar adalah sebagai kecepatan maksimal yang dicapai dalam gerak siklis merupakan produk maksimal yang dapat dicapai dari frekuensi gerakan amplitudo gerak. Ini tidak dapat dibedakan menurut kecepatan gerak maju dan kecepatan gerak.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk mencapai prestasi renang 100 meter terletak pada kecepatan renang.

Kecepatan ini merupakan faktor penyumbang utama dalam prestasi renang cepat (sprints).

3. Latihan

a. Pengertian Latihan

Menurut Andi Suhendro (1999: 3-4) latihan adalah segala daya dan upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan berulang-ulang dengan meningkatkan beban latihan, waktu atau intensitasnya secara bertahap. Menurut Sukadiyanto (2005:1) menerangkan bahwa “pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan funsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih”. Latihan memegang peranan penting dalam mengembangkan unsur-unsur yang diperlukan untuk mencapai prestasi puncak. Menurut Andi Suhendro (mengutip simpulan suharno, 1985) “latihan merupakan suatu proses mendewasakan atlet secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, meningkat dan berulang-ulang waktunya” (2003:36).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan berulang-ulang dengan beban latihan dan intensitas yang selalu meningkat. Beban dan intensitas latihan meningkat secara bertahap sesuai dengan kemampuan atlet.

Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:145) mempunyai pendapat tentang beberapa aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan untuk mencapai kesuksesan prestasi yaitu “(1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental”.

(12)

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Prinsip latihan menurut M. Sajoto (1995:30) adalah :”(1). Prinsip beban berlebih (overload principles), (2). Prinsip penggunaan beban secara progesif, (3). Prinsip pengaturan latihan, (4). Prinsip kekhususan progam latihan”. Sedangkan prinsip latihan menurut Harsono (1998:12) adalah “(1). Prinsip beban lebih (overload principles), (2). Prinsip perkembangan menyeluruh, (3). Prinsip spesialisasi, (4). Prinsip Individualisasi”. Penjabaran prinsip-prinsip latihan menurut M. Sajoto (1995:30 yaitu:

1) Prinsip Beban Lebih (overload principles)

Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang harus dipahami oleh pelatih dan atlet. Menurut Harsono (1998:103) menyatakan, “Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang-ulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi”. Dengan melakukan latihan secara periodik dan sistematis, maka tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima beban latihan yang diberikan. Sehingga beban latihan akan dapat ditingkatkan pada tingkat yang maksimal terhadap latihan yang lebih berat.

2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progesif

Peningkatan beban secara progesif merupakan peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP (1993:14) “Peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dilakukan dua atau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi”. Ketika latihan dimulai dengan beban yang berat, atlet akan mengalami kesulitan karena tubuh belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan yang berulang-ulang, beban latihan yang dirasa

(13)

berat semakin lama akan menjadi ringan. Hal ini terjadi karena adanya adaptasi anatomi pada tubuh atlet.

3) Prinsip Pengaturan Latihan

Pemberian beban latihan harus dilakukan secara teratur dan terprogram sehingga latihan tersebut dapat memberikan hasil yang nyata. M. Sajoto (1995:31) berpendapat “Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilakukan agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih dulu”.

4) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Pada prinsip ini pelatih tidak harus membatasi atlet dengan latihan-latihan yang mengarah pada kekhususan. Dengan memberikan memberikan kebebasan pada atlet untuk melakukan aktivitas lain, diharapkan dapat memiliki dasar-dasar yang lebih kuat dalam menunjang ketrampilan khusus. Dasar perkembangan menyeluruh merupakan salah satu syarat untuk tercapainya perkembangan fisik khusus dan penguasaan ketrampilan yang sempurna dari cabang olahraga.

5) Prinsip Spesialisasi

Prinsip spesialisasi merupakan pemusatan kemampuan pada cabang olahraga tertentu. Dengan melakukan hal itu seorang atlet akan mendapatkan prestasi yang maksimal dalam olahraga yang telah dipilihnya. Menurut Ozolin yang dikutip Bompa (1994:33) terdapat hal yang harus diperhatikan dalam spesialisasi yaitu “1).

Latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga, 2).

Latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik”. Agar latihan dapat memberikan hasil yang nyata, maka latihan yang dilakukan harus diarahkan pada latihan yang lebih khusus. Dalam penerapan spesialisasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dengan memegang prinsip perkembangan menyeluruh sebagai dasar dari perkembangan spesialisasi.

(14)

6) Prinsip Individualisasi

Setiap individu memiliki perbedaan baik secara fisiologi maupun secara psikologi. Oleh karena itu dalam berlatih beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik dari masing-masing individu. Menurut Harsono (1998:112) menyatakan,

“Faktor-faktor seperti umur, jenis, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegerana jasmani, ciri psikologisnya, semua harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain progam latihan bagi atlet”. Latihan harus direncanakan dan disesuaikan dengan setiap atlet agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pelatih maupun atlet harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan progam latihan yang telah disusun. Prinsip latihan merupakan landasan yang harus diperhatikan agar kemampuan atlet dapat meningkat dan terhindar dari resiko cidera.

c. Komponen-komponen Latihan

Setiap latihan yang dilakukan akan merubah anatomis, fisiologis, biokimia, dan kejiwaan atlet. Dalam proses latihan yang efisien dipengaruhi: (1). Volume latihan, (2). Intensitas latihan, (3). Densitas latihan, (4). Kompleksitas latihan (Depdiknas, 2000:105). Untuk memperjelas komponen-komponen latihan tersebut, maka akan diuraikan sebagai berikut:

1) Volume Latihan

Volume latihan merupakan salah satu syarat yang penting untuk dapat meningkatkan kemampuan fisik maupun teknik. Andi Suhendro (2003:3) berpendapat “Sebagai komponen utama dalam latihan, volume latihan merupakan prasyarat utama yang vital untuk teknik, taktik dan khususnya prestasi penampilan fisik prima”.

(15)

Sebagai komponen utama, volume adalah syarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian yang lebih baik.

Menurut Andi Suhendro (mengutip simpulan Sukadiyanto, 1995) “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah repetisi, seri atau set, dan panjang jarak yang ditempuh. Repetisi adalah jumlah ulangan dalam satu item latihan, sedangkan seri atau set adalah beberapa item latihan yang telah dilakukan dalam jumlah tertentu” (2003:3). Volume latihan harus di sesuaikan dengan kemampuan atlet, sehingga akan terjadi peningkatan prestasi yang maksimal.

2) Intensitas Latihan

Menurut M. Sajoto (1995:133) “yang dimaksud intensitas suatu latihan adalah dosis latihan yang harus dilakukan seorang atlet, menurut progam yang ditentukan”. Intensitas dalam fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Menurut Suharno HP (1993:31) menyatakan bahwa “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Karena ketika atlet mendapatkan latihan yang intensitasnya tinggi, akan menimbulkan cidera. Sebaliknya apabila atlet mendapatkan latihan dengan intensitas rendah, tidak akan menimbulkan hasil yang maksimal bahkan tidak ada sama sekali.

3) Densitas Latihan

Menurut Sukadiyanto (2011:31) bahwa densitas latihan adalah ukuran yang menunjukkan padatnya waktu perangsangan (lamanya

(16)

pembebanan. Padat atau tidaknya waktu perangsangan (densitas) ini sangat dipengaruhi oleh lamanya pemberian waktu recovery dan interval.

4) Kompleksitas Latihan

Menurut Bompa (1994: 35) bahwa Kompleksitas dikaitkan dengan kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan.

Kompleksitas dari suatu ketrampilan membutuhkan koordinasi yang dapat menjadi penyebab yang penting dalam menambahkan intensitas latihan.

d. Jenis Latihan Renang

Jenis latihan renang menurut ASCTA Australian Swimming Coaches & Teaches Association (2001) ialah: 1) Aerobic Training System dan 2) Anaerobic Training System.

1) Aerobic Training System dalam Renang

Jenis latihan aerobik ini adalah berkaitan dengan suatu proses penyediaan tenaga (energy supply) yang dominan pada saat latihan dalam suatu periode tertentu. Mengingat ada tiga macam proses energy supply yang saling berhubungan satu sama lain, maka aerobic energy supply adalah suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kecepatan renang seorang atlet. Daya tahan seorang perenang (endurance) terbentuk dari kemampuan seseorang atlet untuk memelihara peningkatan kecepatan renangnya secara bertahap dalam periode waktu yang lebih panjang. Perenang dengan kemampuan endurance yang rendah akan lebih cepat kehilangan persediaan tenaga aerobic (aerobic energy supply) dan akan tergantung pada persediaan anaerobic energy supply. Karena itulah, salah satu inti dari sistem latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kepasitas aerobic perenang. Jenis Aerobic Training menurut ASCTA Australian Swimming Coaches & Teaches Association (2001) ialah: Aerobic Base Training, Aerobic Endurance

(17)

Training, Critical Speed/Velocity Training, Maximum Aerobic Training

2) Anaerobic Training System dalam Renang

Jenis Anaerobic Training System menurut ASCTA Australian Swimming Coaches & Teaches Association ialah: Lactate Tolerance Training, Peak Lactate Training, Sprint Training.

a) Lactate Tolerance Training

menurut ASCTA Australian Swimming Coaches & Teaches Association (2001), Metode latihan ini dilakukan dengan itensitas yang tinggi guna memproduksi dan mempertahankan jumlah asam laktat maksimal dalam otot. Perenang dalam bertanding 200-400 m akan mengalami penumpukan asam laktat di jaringan ototnya yang mengakibatkan fatigue luar biasa, sehingga para perenang harus membiasakan diri dengan kondisi semacam ini. Adapun dengan diberikan jenis latihan ini, diharapkan akan dibentuk suatu proses adaptasi yang akan menstimulus beberapa respon sebagai berikut:

Pada saat asam laktat menumpuk dijaringan otot, maka otot akan meningkatkan proses metabolismenya sehingga kondisi keseimbangan akan dapat kembali tercapai. Timbul efek psikologis dari latihan ini dimana para perenang akan terbiasa dengan perasaan fatigue (lelah) dan ketidaknyamanan pada saat asam laktat menumpuk di jaringan otot. Sehingga pada saat terjadi hal tersebut dalam bertanding ia akan lebih mampu untuk mempertahankan kecepatan yang optimal untuk jangka waktu yang lebih panjang.

b) Peak Lactate

Biasanya disebut juga Race Simulation (simulasi pertandingan) karena memang tujuan dari latihan ini adalah

(18)

untuk melatih kondisi pada saat pertandingan.Aturan dalam latihan ini :

Jumlah keseluruhan untuk jenis latihan ini terbatas antara 400-800m, mengingat keterbatasan kadar glikogen yang tersedia dalam otot. Lamanya recovery dan istirahat pasif adalah 10-20 kali lebih panjang dari lamanya renangan. Pertandingan sebenarnya mempunyai tujuan sama dengan jenis latihan ini.

c) Sprint Training

Perenang spesialis 50 m harus memiliki dua sumber energi yaitu sumber energi yang tidak memproduksi asam laktat dan sumber energi anaerobic lactate. Selain itu perenang spesialis 50 m ini diharapkan untuk memiliki bentuk jaringan otot yang sesuai untuk sprint. Semua itu dapat dicapai dengan jenis-jenis latihan sprint. Aturan dasar dari latihan ini : perbandingan antara renang dan istirahat adalah 1:1 sampai 1:5 atau lebih, pengulangan jarak 25-75m jumlah total latihan ini tergantung dari kemampuan atlet. masing-masing jumlah glikogen dalam otot juga mempengaruhi kemampuan atlet. Rata-rata jumlah yang sesuai adalah 800-2000m.

d) Maximum Speed Training or High Velocity Overload (HVO) Jenis latihan ini adalah varian dari jenis sprint training.

Panjangnya renangan tetap dalam jarak pendek. Jenis ini juga disebut high velocity overload training, dimana perenang harus mengerahkan seluruh kemampuannya, bahkan melebihi pada saat pertandingan. Latihan ini harus dilakukan dalam jarak terpendek dari nomor pertandingan. Jenis latihan ini menggunakan sumber energi ATP-CP. Jenis latihan ini akan merangsang jaringan otot, supaya energi supply secara cepat dapat digunakan dalam kapasitas maksimal. Karena itu, semua perenang baik jarak pendek maupun jarak panjang tetap membutuhkan jenis latihan ini secara teratur.

(19)

4. Latihan Interval

Menurut Paul Beashel, Andy Sibson, John Taylor (2001:91) interval training adalah suatu latihan dengan menggunakan periode pergantian kerja latihan yang sangat keras dan istirahat. Periode istirahat sangat penting untuk pemulihan dan memungkinkan untuk melatih dalam jangka waktu yang lama.

Sedangkan menurut Bruce Abernethy (2005:155) bahwa, “interval training adalah latihan yang melibatkan periode bergantian (interval) dari latihan dan istirahat”. variasi interval training yang dapat kita lakukan menurut Paul Beashel, Andy Sibson, John Taylor (2001:91) yaitu:

a. Jarak atau waktu tiap latihan.

b. Jumlah usaha (intensitas) dimasukan ke dalam setiap periode latihan.

c. Lamanya waktu istirahat antara setiap periode latihan.

d. Jenis aktivitas yang kita lakukan dalam setiap periode istirahat.

e. Jumlah latihan dan periode recovery dalam sesi latihan.

Sebagai contoh, sebuah sesi interval training melakukan enam kali lari 200 meter dalam 30 detik dengan 90 detik istirahat diantaranya.

Interval Training menawarkan beberapa keunggulan, untuk atlet yang kompetitif, durasi dan intensitas dari latihan interval dapat bervariasi untuk melatih sistem energi yang lebih spesifik, dan latihan dpat dilakukan pada atau di atas race pase (kecepatan lomba). Latihan pada atau di atas race pase (kecepatan lomba) tampaknya menjadi sangat penting untuk mendorong adaptasi saraf seperti peningkatan keselarasan penerimaan motorik. Karena interval istirahat yang sering, interval training memungkinkan atlet untuk melakukan latihan yang lebih baik. Latihan interval dengan intensitas yang tinggi juga meningkatkan penyangga laktat dan toleransi laktat. Latihan interval memiliki sedikit resiko cedara berlebihan, nyeri otot, dan respon abnormal. Salah satu kelemahan dari latihan interval menurut Bruce Abernethy adalah bahwa, “karena waktu istirahat, sesi latihan interval biasanya lebih lama”.

Jadi Interval training adalah suatu system latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Interval training dapat

(20)

diterapkan pada semua cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan dan stamina misalnya atletik, renang, basket, voli, sepak bola, hoki, tenis, gulat, tinju, anggar dan sebagainya.Beberapafaktor yang harus diperhatikan dalam internal training, yaitu;

a. intensitas/bebanlatihan b. lamanya latihan

c. repetisi/ulanganlatihan, dan

d. recovery internal (masa istirahat diantara latihan)

Beban latihan dapat diterjemahkan kedalam tempo, kecepatan dan beratnya beban. Sedangkan lamanya latihan dapat dilihat dari jarak tempuh atau waktu, Repetisi dapat ditinjau dari ulangan latihan yang harus dilakukan;

kemudian masa istirahat adalah masa berhenti melakukan latihan/istirahat diantara latihan-latihan tersebut.

a. Tujuan Latihan Interval

Sistem latihan interval mencakup selang-seling periode kerja dan istirahat. Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami latihan intensif tanpa mengalami keletihan yang berlebihan.

Latihan interval merupakan medium utama untuk mewujudkan efek-efek latihan spesifik. Latihan interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang lebih besar dari suatu intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet berlatih lebih keras dari pada yang dilakukannya dalam latihan yang berkesinambungan.

b. Manfaat Latihan Interval

Interval Training sangat baik dalam membina daya tahan dan stamina, maka jenis latihan ini dapat diterapkan pada cabang olahraga seperti sepak bola, bola basket dan olahraga lainnya yang menurut para ahli fisiologis berpendapat bahwa latihan endurance adalah sangat penting bagi semua cabang olahraga.

Hal ini dapat membuat seorang atlet dapat bertanding dengan waktu yang cukup lama atau dapat meningkatkan prestasi dengan latihan

(21)

tersebut.Karena kerja anerob, tingkat aktifitas otot-ototnya adalah begitu tinggi sehingga suplai darah yang diterima oleh otot-otot tersebut tidaklah cukup.Hal ini biasanya disertai oleh perasaan (Sensation) sakit pada otototot tersebut. Dengan latihan yang baik, atlet lama kelamaan akan dapat mengatasi rasa sakit tersebut dan dapat bekerja tanpa oksigen (anaerobik) dalam waktu yang lebih lama.

Menurut Harsono (1988:158) ada dua bentuk interval training yaitu : (1) Interval Training Lambat akan tetapi dengan jarak lebih

jauh

(a) Lama Latihan : 60 detik – 3 menit (b) Intensitas Latihan : 10%-70% Max (c) Ulangan lari : 10 – 20 kali

(d) Istirahat : 3-5 Menit

(e) Waktu terbaik 800 m: 2 menit 20 detik

Repetisi Jarak Waktu Istirahat

3 800 meter 160 detik 5 menit

3 600 meter 120 detik 4 menit

3 400 meter 80 detik 3 menit

3 300 meter 60 detik 2 menit

Tabel 1. Interval Training Lambat (Sumber Harsono (Harsono (1988:158) (2) Interval Training Cepat akan teteapi dengan jarak yang

lebih dekat

(a) Lama Latihan : 5-30 detik

(b) Intensitas Latihan : 85%-90% Max (c) Ulangan Lari : 20-25 kali

(d) Istirahat : 30-90 detik

(e) Waktu terbaik 100 m : 12 detik

Repetisi Jarak Waktu Istirahat

5 50 meter 8 detik 30 detik

5 100 meter 16 detik 90 detik

Tabel 2. Interval Training Cepat Harsono (1988:158)

(22)

Menurut Bruce Abernethy (2005:155), ada 3 metode atau kategori umum latihan interval training yaitu:a) Short Interval Training, b) Intermediate Interval Training, dan c) Long Interval Training.

Sedangkan menurut Kirk Bizley (2001:30) interval training hanya dibagi menjadi 2 kategori saja, yaitu: a) Short Interval Training, dan b) Long Interval Training.

(a) Short Interval Training

Menurut Scott Tinley’s bahwa “Short Interval Training terdiri atas interval 1 sampai 2 menit latihan dengan suatu istirahat 20 samapai 45 detik diantara repetisi”. Sedangkan menurut Bruce Abernethy terdiri atas interval 5 detik untuk 30 detik kerja”. Tujuan latihan interval pendek bergantung pada intesitas latihan yang digunakan. latihan dilakukan pada atau di atas kecepatan lomba.

Dengan intensitas tinggi waktu interval istirahat harus cukup lama (3 sampai 6 menit) untuk megembalikan PCr. Tingkat cukup tinggi asam laktat dapat terakumulasi pada otot rangka dan darah setelah diulang 20 samapai 30 s intensitas tinggi interval latihan.

Sedangkan latihan dnegan intensitas rendah atau sedang bisa untuk meningkatkan kapasitas aerobic, oleh karena itu, Short Interval Training juga sering disebut anaerobic-aerobic interval training. Dilihat dari periode kerja dalam Short Interval Training yaitu antara 5 detik hingga 30 detik menurut Bruce Abernethy (2005:156) dan 1 menit hingga 2 menit menurut Scott Tinley’s merupakan latihan jarak pendek. Jarak yang biasanya dipakai untuk latihan renang yaitu 25 meter dan 50 meter untuk anaerob atau bisa menggunakan jarak 50 meter atau 100 meter untuk aerob tergantung kebutuhan latihan.

(b) Intermediate Interval Training

Menurut Bruce Abernethy (2005:156) Intermediate Interval Training juga sering disebut dengan anaerobic-aerobic interval training. Terdiri dari interval kerja yang berlangsung 30 sampai 120

(23)

detik dan dilakukan pada intensitas tinggi (> 90% dari kecepatan lomba). Sedangkan menurut Scott Tinley’s terdiri dari 2 sampai 4 menit kerja latihan dengan waktu istirahat 45 sampai 60 detik diantara repetisi. Melakukan lima repetisi dengan kecepatan 5%

diatas rase pase (kecepatan lomba).

Dengan demikian memungkinkan penumpukan asam laktat yang sangat tinggi. Tingkat laktat otot dan darah asam yang sangat tinggi pada akhir setiap interval kerja, dan waktu istirahat lebih lama (beberapa menit) yang diperlukan untuk mengembalikan tingkat PCr dan untuk menghilangkan asam laktat. Dilihat dari perihal diatas terdapat kemiripan antara short interval training dengan intermediate interval training. Oleh karena itu mungkin yang menjadikan alasan dipilih Kirk Bizley hanya membagi interval training menjadi 2 kategori.

(c) Long Interval Training

Menurut Bruce Abernethy (2005:156) bahwa, “Long Interval Training terdiri dari interval kerja yang berlangsung 2 sampai 5 menit”; meenurut Scotty Tinley’s berlangsung selama 4 sampai 6 menit kerja. Dengan demikian ini termasuk jenis latihan bergantung terutama pada sistem aerob untuk memproduks ATP. Interval waktu yang panjang menyebabkan perubahan dalam kapasitas oksidatif otot. Jika pelatihan dilakukan pada intensitas yang lebih tinggi, pada 70% sampai 90% 𝑉𝑂2Max otot akan memproduksi kadar asam laktat yang cukup tinggi. Long interval training dengan intensitas tinggi akan meningkatkan penghapusan asam laktat dan meningkatkan proses oksidasi.

Dalam renang latihan interval dengan periode waktu repetisi 4-6 menit dapat digolongkan ke dalam jarak panjang. Jarak latihan yang bisa dipakai yaitu 200 meter dan 400 meter dengan jeda istirahat yang pendek. Latihan ini bisa digunakan untuk meningkatkan daya tahan ataupun kecepatan seorang atlet renang.

(24)

Pada dasarnya dalam jarak, intensitas dan waktu istirahat dalam latihan interval bergantung pada tujuan yang ingin dicapai seorang atlet. Dengan demikian interval training merupan model latihan yang sangat fleksibel dan sangan praktis. Sehingga dapat diterapkan diberbagai macam cabang olahraga.

5. Latihan Renang dengan Latihan Interval a. Pelaksanaan

Interval Training merupakan latihan anaerob dan aerob interval training. Latihan renang menggunakan latihan interval kerja dan istirahat menurut Bruce Abernethy (2005:155). Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anaerob dan kapasitas aerob. Latihan interval dilakukan dengan jarak dan waktu yang sama setelah melakukan istirahat selama waktu yang telah ditentukan. Jarak yang digunakan dan waktu yang disesuaikan dengan kapasitas latihan. Intensitas yang digunakan diatur sesuai dengan tujuan latihan yaitu untuk meningkatkan kcepatan dan daya tahan atlet.

1) Latihan Renang Dengan Interval Aerob

Latihan interval aerob menggunakan interval sedang dari intensitas yang lebih panjang diselingi dengan periode istirahat dengan jarak yang bervariasi. latihan interval menurut Harsono dengan Interval Training Lambat dengan jarak yang jauh

1) Lama Latihan : 60 detik – 3 menit 2) Intensitas Latihan : 10%-70% Max 3) Ulangan : 10 – 20 kali

4) Istirahat : 3-5 Menit

5) Waktu terbaik 800 m: 2 menit 20 detik

Jadi dapat disimpulkan latihan renang dengan interval aerob menggunakan interval sedang dari intensitas yang lebih panjang diselingi dengan periode istirahat dengan jarak yang bervariasi.

(25)

a) Kelebihan latihan interval aerob (1) Daya tahan aerobik terpenuhi

(2) Kapasitas jantung dan paru-paru meningkat b) Kelemahan interval aerob

(1) Kebutuhan kecepatan tidak terpenuhi (2) Kekuatan tidak terpenuhi

2) Latihan Renang dengan Interval Anaerob

Latihan lnterval anaerob berkebalikan dengan latihan Interval Aerob, latihan interval ini dilakukan dengan itensitas yang tinggi guna memproduksi dan mempertahankan jumlah asam laktat maksimal dalam otot. Sehingga pada saat terjadi hal tersebut dalam bertanding ia akan lebih mampu untuk mempertahankan kecepatan yang optimal. latihan interval menurut Harsono dengan Interval Training Cepat dengan jarak yang lebih dekat

(1) Lama Latihan : 5-30 detik

(2) Intensitas Latihan : 85%-90% Max (3) Ulangan i : 20-25 kali

(4) Istirahat : 30-90 detik

(5) Waktu terbaik 100 m : 12 detik

Jadi dapat disimpulkan latihan renang dengan interval anaerob menggunakan interval cepat dari intensitas yang tinggi diselingi dengan periode istirahat, guna memproduksi dan mempertahankan jumlah asam laktat maksimal dalam otot.

a) Kelebihan latihan interval anaerob (1) Meningkatkan kecepatan (2) Meningkatkan kekuatan (3) Kebugaran jasmani terpenuhi b) Kelemahan interval anaerob

(1) Kelelahan

(2) Waktu istirahat kurang terpenuhi

(26)

b. Pengaruh Latihan Interval (Aerob dan Anaerob) Terhadap Kecepatan Renang

Menurut Bruce Abernethy (2005:155) latihan renang dengan interval training bertujuan untuk meningkatkan kemampuan aerobik dan anaerobik. Latihan interval ini dilakukan dengan berenang dengan jarak dan waktu yang telah ditentukan, kemudian berenang kembali dengan jarak dan waktu yang sama setelah melakukan istirahat selama waktu yang telah ditentukan. Jarak yang digunakan adalah jarak pendek sesuai dengan kriteria dan kategori interval training aerob dan interval traininganaerob serta waktu yang disesuikan dengan intensitas latihan.

Sehingga akan meningkatkan daya tahan dan kecepatan renang.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 6. Kerangka Bepikir

Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikan tekanan (stress) fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa

Peningkatan Kecepatan Renang 100 Meter Gaya

Punggung Latihan Intetval

Aerob

Interval Anaerob

Dibandingkan

Hasil Interval Aerob Hasil Interval Anaerob

Kesimpulan

(27)

sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata, tetapi tidak demikian halnya apabila latihan dilakukan tidak secara teratur.

Latihan fisik yang benar harus diawali dengan peregangan otot skelet dan ligamen, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan (yang berisi kalestenik dan aktifitas formal). Peregangan bertujuan agar unsur kelentukan tetap terjaga dan untuk mencegah cidera, sedangkan pemananasan bertujuan untuk mempersiapkan sirkulasi darah serta mengoptimalkan temperatur sehingga reaksi enzimatik berjalan dengan baik. Disamping itu latihan fisik yang baik harus mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar latihan khusus.

Dalam olahraga renang memerlukan unsur kodisi fisik yang baik. Salah satu unsurnya adalah kecepatan, semakin cepat seorang atlet renang maka semakin bagus perfomanya dalam berlomba. Salah satu latihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan adalah dengan latihan interval, Cara latihan interval untuk atlet dalam melakukan interval kerja disesuaikan dengan cabang olahraganya, misalnya renang dengan kegiatan renang. Tipe kegiatan yang dipilih untuk latihan fisik umum berdasarkan atas pilihannya.

1. Perbedaan Pengaruh latihan Interval Aerob dan latihan Interval Anaerob

Latihan Interval Aerob dan Latihan Interval Anerob adalah bentuk latihan yang sama untuk mengembangkan kondisi fisik yaitu kecepatan.

Kedua bentuk latihan tersebut masing-masing memiliki perbedaan dalam pelaksanaan latihan, sehingga hal ini akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula pada peningkatan kecepatan renang.

Menurut ASCA Australian Strength and Conditioning Association (2002) Latihan Interval Aerob adalah latihan yang melibatkan interval pendek dari intensitas yang lebih tinggi diselingi dengan periode istirahat atau intensitas yang lebih rendah untuk pemulihan aktif. Oleh

(28)

karena itu intensitas jauh lebih tinggi. Kelebihan pada latihan interval aerob yaitudaya tahan aerobik terpenuhi, kapasitas jantung dan paru- paru meningkat serta kelemahan latihan ini adalah kecepatan dan kekuatan tidak terpenuhi.

Sedangkan, Menurut ASCTA Australian Swimming Coaches and Teaches Association (2001), latihan Interval Anaerob berkebalikan dengan latihan Interval Aerob, latihan interval ini dilakukan dengan itensitas yang tinggi guna memproduksi dan mempertahankan jumlah asam laktat maksimal dalam otot. Sehingga pada saat terjadi hal tersebut dalam bertanding ia akan lebih mampu untuk mempertahankan kecepatan yang optimal untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Kelebihan pada latihan ini yaitu kecepatan dan kekuatan meningkat serata kebugaran jasmani terpenuhi. Sedangkan kelemahan pada latihan ini kelelahan atlet pada waktu latihan dan waktu istirahat yang kurang terpenuhi.

2. Latihan Interval Anaerob lebih baik pengaruhnya dari pada latihan Interval Aerob

Menurut ASCTA Australian Swimming Coaches and Teaches Association (2001), Interval Anaerob dilakukan dengan itensitas yang tinggi guna memproduksi dan mempertahankan jumlah asam laktat maksimal dalam otot. Kelebihan pada latihan ini yaitu kecepatan dan kekuatan meningkat serata kebugaran jasmani terpenuhi.

Sehingga, berdasarkan perbedaan latihan Interval Aerob dan latihan Interval Anaerob meunjukan bahwa latihan Interval Anaerob lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan renang. Dikarenakan latihan Interval Anaerob dilakukan dengan itensitas yang tinggi guna memproduksi dan mempertahankan jumlah asam laktat maksimal dalam otot. Sehingga pada saat bertanding akan lebih mampu untuk mempertahankan kecepatan yang optimal untuk jangka waktu yang lebih panjang.

(29)

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah di kemukakan di atas, maka dapat diputuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Adanya perbedan pengaruh antara latihan Interval Aerob dan latihan Interval Anaerob terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya kupu-kupu pada atlet Elite Swimming Club Solo.

2. Latihan Interval Anaerob memiliki pengaruh yang lebih baik daripada latihan Interval Aerob dalam meningkatkan kecepatan renang 100 meter gaya kupu-kupu pada atlet Elite Swimming Club Solo.

(30)

Gambar

Gambar 1. Gambar Posisi Tubuh Pada Gaya kupu-kupu  2)  Gerakan Kaki (Kicking)
Gambar 2. Gambar Gerakan Tungkai pada Gaya kupu-kupu
Gambar 3. Gambar Koordinasi Kaki-Nafas Pada Gaya kupu-kupu  5)  Rotasi Tangan (Hand Rotation)
Gambar 5. Gambar Koordinasi Kaki-Tangan-Nafas Pada Gaya Kupu-kupu
+2

Referensi

Dokumen terkait

dalam berkomunikasi dengan manajerya maka produktivitas kinerjanya yang dihasilkan akan kurang memuaskan bahkan komunikasi tersebut kurang efektif karena jika manajer

10. Berdasarkan urutan prestasi keterampilan menyi- mak yang terdapat di dalam Tabel 11 yang didasarkan kepada nilai rata-rata yang diperoleh, maka dapat diketahui

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Dari data hasil simulasi perbandingan antara sistem CDMA-OFDM pada jumlah chip kode PN 4, 8 dan 16 dengan 4 pengguna, dalam grafik unjuk kerja sistem terlihat

Tabel 2 Perbandingan output paket AMV 2.0 dengan output SAS, Minitab, dan SPSS menggunakan metode blackbox Fungsi di AMV 2.0 Perangkat Lunak Hasil Perbandingan output

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari perceived quality, brand awareness, dan brand loyalty terhadap overall brand equity pada konsumen Luwak White Koffie

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

Bahwa dalam rangka merealisasikan amanat UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri Agama Nomor 55 Tahun 2014 tentang Penelitian dan