• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi Pteridophyta merupakan satu dari berbagai macam materi pembelajaran Biologi di tingkat SMA. Materi Pteridophyta diajarkan pada semester genap kelas X. Materi Pteridophyta terdapat pada KD 3.8 dan 4.8. Materi Pteridophyta membahas tentang karakteristik Pteridophyta, klasifikasi Pteridophyta, siklus hidup atau metagenesis Pteridophyta dan peranannya bagi kehidupan.

Materi Pteridophyta atau tumbuhan paku diyakini menjadi salah satu materi yang memiliki kesulitan tersendiri oleh peserta didik. Kesulitan tersebut salah satunya dapat diindikasikan dengan hasil belajar peserta didik. Hasil analisis data nilai ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2008/2009 di Kota Surakarta menunjukkan bahwa tingkat ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 4 materi tumbuhan lumut dan paku tergolong rendah (Novana, Sajidan, & Maridi, 2014). Di tahun berikutnya, hasil analisis data UN tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri dan Swasta di Kota Surakarta juga masih menunjukkan bahwa tingkat ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 4 materi tumbuhan lumut dan paku tergolong rendah (Langgeng, Sajidan, & Prayitno, 2017). Soal yang ditanyakan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 4 UN adalah tentang matagenesis atau pergiliran keturunan Pteridophyta. Soal yang ditanyakan memiliki beberapa spesifikasi seperti menjelaskan definisi metagenesis, mengurutkan tahapan metagenesis, dan membedakan beberapa metagenesis yang terjadi pada kelompok-kelompok Pteridophyta. Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peserta didik masih sulit untuk memahami materi Pteridophyta atau tumbuhan paku. Kesulitan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor diantaranya adalah pembelajaran yang tidak kontekstual, materi yang dipelajari sangat banyak, waktu yang tersedia sedikit, dan belum adanya media pembelajaran inovatif dan kreatif untuk mendukung proses pembelajaran.

Faktor yang pertama adalah pembelajaran yang tidak kontekstual. Guru

(2)

sampai saat ini menggunakan sumber belajar berupa buku teks. Guru mengalami kesulitan untuk memperkenalkan tumbuhan paku ke dalam kelas secara kontekstual atau memperkenalkan peserta didik dengan tumbuhan paku di lingkungan sekitar, sehingga peserta didik mampu melihat dan mengenali tumbuhan paku secara langsung. Guru mengalami kesulitan dikarenakan musim tumbuh tumbuhan paku yang tidak sama dengan waktu pembelajaran, habitat tumbuhan paku yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya (Jannah, Prihanata, &

Susetyorini, 2010).

Faktor yang kedua adalah materi yang dipelajari sangat banyak. Materi tumbuhan paku tidak hanya membahas tentang biodiversitas tumbuhan paku tetapi juga metagenesis atau pergiliran keturunan tumbuhan paku. Biodiversitas tumbuhan paku merupakan salah satu submateri yang membuat peserta didik kesulitan dalam mempelajari materi tumbuhan paku karena peserta didik harus mempelajari deskripsi, determinasi, identifikasi, dan klasifikasi tumbuhan paku.

Metagenesis atau pergiliran keturunan tumbuhan paku juga merupakan salah satu submateri yang membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari materi tumbuhan paku karena peserta didik harus dapat mempelajari persamaan dan perbedaan metagenesis atau pergiliran keturunan setiap kelompok tumbuhan paku (Zarisma, Qurbaniah, & Muldayanti, 2016), sedangkan dalam proses belajarnya, siswa hanya belajar dari buku teks.

Faktor ketiga yang masih berhubungan dengan faktor yang kedua adalah waktu belajar yang tersedia sedikit. Materi Pteridophyta adalah salah satu submateri dari materi Plantae selain materi Bryophyta dan materi Spermatophyta.

Alokasi waktu untuk mempelajari materi Plantae adalah 18 x 45 menit atau enam kali tatap muka. Sedangkan materi Pteridophyta hanya dapat dipelajari dalam waktu 6 x 45 menit atau dua kali tatap muka (Hanif, Ibrohim, & Rohman, 2016).

Waktu yang sedikit membuat guru hanya bertujuan untuk menyelesaikan materi pembelajaran sesuai alur di buku pelajaran dan tidak memiliki waktu untuk mengulang kembali materi pembelajaran yang telah diajarkan, dan meningkatkan pemahaman konsep melalui aktivitas pembelajaran yang lain seperti mengamati tumbuhan paku di lingkungan sekitar.

(3)

Faktor yang keempat adalah belum adanya media pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif untuk membantu kegiatan pembelajaran. Guru belum membuat dan mengembangkan media pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif untuk mengajarkan materi tumbuhan paku kepada peserta didik, dan atau belum mengakses media pembelajaran yang tersedia secara online. Selama ini, media pembelajaran yang digunakan dalam materi tumbuhan paku hanya sebatas gambar tumbuhan paku yang diperoleh dari sumber data sekunder seperti internet atau diagram pergiliran keturunan tumbuhan paku yang terdapat di laboratorium sekolah (Susilo, 2015). Media pembelajaran yang digunakan dalam materi tumbuhan paku seperti contoh di atas masih kurang efektif dan praktis dalam membantu pengembangan pengetahuan dan peningkatan pemahaman peserta didik.

Solusi permasalahan yang ditawarkan harus memperhatikan kondisi pembelajaran. Salah satu solusi permasalahan pembelajaran materi Pteridophyta adalah pembuatan dan pengembangan media pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif.

Media pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif dapat didesain dengan mempertimbangkan aspek kontekstualitas materi dan basis teknologi yang diadopsi. Salah satu contoh media pembelajaran yang banyak digunakan adalah e- learning (electronic learning). E-learning merupakan konsep pembelajaran menggunakan teknologi internet untuk melakukan pembelajaran secara online yang menembus batas ruang dan waktu dalam pembelajaran Biologi (Horton, 2002 dalam Yapici & Akbayin, 2012). E- learning dapat dikembangkan dalam beberapa jenis model pengembangan, salah satunya adalah e-learning berbasis website (Landry et al, 2008 dalam Hallyburton & Lunsford, 2010). E-learning berbasis website dapat mendukung peserta didik belajar dimanapun dan kapanpun selama tetap terkoneksi dengan internet, membantu peserta didik menguasi konsep dan meningkatkan pemahaman (Fitriani, Adisyahputra, & Komala, 2018), membantu peserta didik meningkatkan hasil belajar (Hidayah, Lumowa, & Boleng, 2020), meningkatkan kemandirian peserta didik dalam pembelajaran (Desy & Setyoko, 2017), meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran (Labib &

Yolida, 2019), dan membantu peserta didik mengulang kembali materi

(4)

pembelajaran, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, e- learning berbasis website dapat dijadikan sebagai media pembelajaran Biologi.

Kontekstualitas dalam media pembelajaran dapat digali melalui pemanfaatan potensi lokal. Media pembelajaran berbasis potensi lokal adalah media pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya suatu daerah sebagai sumber belajar (Situmorang, 2016). Potensi lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dengan menganalisis kesesuaian antara sumber daya dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum 2013 (Annisha, Ibrohim, &

Rochman, 2020). Salah satu potensi lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar materi Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah TAHURA (Taman Hutan Raya) KGPAA Mangkunagoro I sebagai kawasan konservasi di Karanganyar, Jawa Tengah.

Pembuatan dan pengembangan media pembelajaran berbasis website dengan memperhatikan kondisi pembelajaran harus diinisiasi dengan analisis literatur dan analisis kebutuhan. Analisis literatur terhadap artikel-artikel yang mengkaji tentang media-media pembelajaran Tumbuhan Paku yang sudah dipublikasikan. Analisis kebutuhan dilakukan terhadap kebutuhan peserta didik dan guru terkait media pembelajaran yang diinginkan. Hasil analisis yang dilakukan dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam pembuatan dan pengembangan media pembelajaran berbasis website.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian tentang

“Analisis Kebutuhan dan Desain Media E-Learning Pteridophyta Untuk Sekolah Menengah Atas” perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kelebihan dan kekurangan media-media pembelajaran materi Pteridophyta yang dipakai di SMA?

2. Bagaimana kebutuhan media pembelajaran e-learning materi Pteridophyta di SMA?

3. Bagaimana pengembangan desain media pembelajaran berbasis e-learning

(5)

materi Pteridophyta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis kelebihan dan kekurangan media-media pembelajaran materi Pteridophyta yang dipakai di SMA.

2. Menganalisis kebutuhan media pembelajaran e-learning Pteridophyta di SMA berdasarkan penilaian peserta didik dan guru.

3. Mengembangkan framework desain media pembelajaran berbasis e-learning materi Pteridophyta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat menjadi rujukan informasi tentang kebutuhan media pembelajaran yang diharapkan peserta didik dan guru, dan pemetaan media-media pembelajaran tumbuhan paku yang sudah tersedia.

Framework desain media pembelajaran berbasis website pada materi Pteridophyta diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai desain media pembelajaran yang memperhatikan aspek kontekstualitas konten dan sumber belajar.

2. Manfaat Praktis

Desain media pembelajaran berbasis website pada materi Pteridophyta membantu memperbaiki pemahaman konsep peserta didik dalam materi Pteridophyta dan menyediakan alternatif media pembelajaran materi Pteridophyta.

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci : Imbal Bagi Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS Return Reksa Dana , Nilai Aktiva Bersih NAB Nilai aktiva Bersih NAB adalah harga wajar portofolio reksa

Larva turun ke dasar dan mencari substrat untuk menempatinya sebagai respons terhadap kehadiran substrat, banyak larva yang mengalami kegagalan dalam menyelesaikan

Batasan penelitian ini pada ruang lingkup identifikasi dini penyakit diabetes dengan gejala-gejala awal yang meliputi knowledge base rules, table decision, dan

Aplikasi – aplikasi yang akan dipasang pada Sistem Operasi Fedora Core adalah: • Apache Web Server : Apache Web Server merupakan program untuk.. menjalankan web dalam

Dari hasil laporan di Sumatra Selatan, faktor persentase nelayan dalam suatu kelompok berkorelasi positif dengan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga yang lebih tinggi,

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tantang Ketenagakerjaan dan Pasal 3 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor

Ketiga perusahaan menghasilkan nilai Balanced Scorecard yang baik, yang menggambarkan bahwa kinerja keuangan dan non keuangan dapat berjalan dengan selaras dan berimbang