Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Oleh
SUCI BUNGA MARINI NASUTION NIM: 141000117
`
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUCI BUNGA MARINI NASUTION NIM: 141000117
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
i
Universitas Sumatera Utara
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
„ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIPORI-PORI KOTA TANJUNG BALAI TAHUN 2018‟ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Oktober 2018
Suci Bunga Marini Nasution
iii
Universitas Sumatera Utara
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Heldy BZ, MPH.
Anggota : 1. dr. Rusmalawaty, M.Kes.
2. dr. Fauzi, SKM.
iv
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin dan ibu nifas. Namun kebanyakan Puskesmas PONED belum mampu melaksanakan fungsinya dengan optimal. Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa implementasi PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori belum terlaksana dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi program PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis implementasi program pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori kota Tanjung Balai. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan 8 informan penelitian. Analisis data dilakukan dengan metode domain dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PONED belum optimal. Hal ini disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum maksimal pemberdayaannya, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana serta obat-obatan yang mendukung pelayanan PONED sehingga banyak pasien yang tidak dapat ditangani di Puskesmas PONED dn dirujuk ke rumah sakit PONEK.Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai untuk melaksanakan evaluasi rutin terhadap kelengkapan sarana dan prasarana serta fungsinya dalam implementasi PONED dan segera mengganti dan melengkapi peralatan dan obat yang kurang tersedia di Puskesmas
Kata Kunci : Implementasi, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Puskesmas
v
Universitas Sumatera Utara
ability to provided direct services to pregnant women maternal and postpartum.
However, most BEmONC have not been able to perform its function optimally.
From the results of preliminary survey showed that the implementation of BEmONC at the inptient public health center Sipori-pori has not been done well.
The purpose of this research to analyzed the implementation of the BEmONC program at the inpatient public health center Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Year 2018. This research was a qualitative research that aims to analyzed the implementation of obstetric and emergency neonatal emergency care (BEmONC) program at inptient public health center Sipori-pori Tanjung Balai. Data was collected by indepth interviews with 8 research informants. Data analysis was done by domain method and presented in narrative form. The results showed that the implementation of BEmONC has not been optimal. This was due to the lack of human resources lack of availability of facilities and infrastructure and medicines that support the BEmONC service so that many patients who could not be treated at the BEmONC were referred to the hospital. Suggested to City Health Office of Tanjung Balai to conducted routine evaluation on the completeness of facilities and infrastructure and its function in the implementation of BEMONC and immediately replaced and equieped the equipments and drugs which were less available in inpatient public health center Sipori-Pori.
Keywords : Implementation, Basic Emergency Obstetric and Neonatal Care (BEmONC), Public Health Center
vi
Universitas Sumatera Utara
memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Implementasi Program Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak secara moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Heldy BZ, MPH., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak saran, bimbingan dan arahan dalam prnyelesaian penulisan skripsi ini.
5. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
vii
Universitas Sumatera Utara
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti perkuliahan di FKM USU.
8. Seluruh dosen khususnya dosen-dosen peminatan AKK dan seluruh staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan.
9. H. Yadi Rianto, SKM, M.Kes., selaku Kepala Puskesmas Rawat Inap Sipori- pori beserta seluruh pegawai Puskesmas yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
10. Kepada orang tua tercinta, Zaini Thohir, SP., dan Mardiah Surti, SE., yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi sehingga mampu menyelesaikan skripsi sesuai rencana.
11. Abang dan adik kandung tersayang, M. Albadar Lutan Nasution, ST, M.Eng., dan M. Alfi Rajabi Nasution, yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Seluruh keluarga dan sahabat yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan meluangkan waktu selama penulis melaksanakan penelitian dan yang selalu ada di saat penulis membutuhkan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih setiap semangat yang diberikan kepada penulis selama di perantauan.
viii
Universitas Sumatera Utara
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2018 Penulis
Suci Bunga Marini Nasution
ix
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR ISTILAH xiv
RIWAYAT HIDUP xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan Umum 9
Tujuan Khusus 9
Manfaat Penelitian 9
TINJAUAN PUSTAKA 10
Implementasi 10
Pengertian Implementasi 10
Penyusunan Implementasi Fungsi Puskesmas PONED 12 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) 13
Puskesmas 14
Pengertian Puskesmas 14
Tujuan dan Fungsi Puskesmas 15
Azas Puskesmas 17
Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) 17
PengertianPuskesmas PONED 17
Kriteria Puskesmas PONED 19
Sumber Daya Kesehatan PONED 22
Batas Kewenangan Puskesmas PONED 25
Persyaratan Sarana dan Prasarana Puskesmas PONED 28 Obat yang Diperlukan dalam Pelayanan PONED 31
Sistem Rujukan Puskesmas PONED 33
Hambatan dalam Penyelenggaraan Puskesmas PONED.. 38
x
Universitas Sumatera Utara
Jenis Penelitian 40
Lokasi dan Waktu Penelitian 40
Informan Penelitian 40
Definisi Konsep 41
Metode Pengumpulan Data 42
Metode Analisis Data 43
HASIL DAN PEMBAHASAN 45
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 45
Gambaran Umum 45
Letak Geografis dan Kependudukan 46
Sumber Daya Manusia Kesehatan 46
Sarana dan Prasarana 47
Karakteristik Informan 48
Input Implementasi PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori
Kota Tanjung Balai 50
Ketersediaan Sumber Daya Manusia 50
Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan 53
Ketersediaan Tim Pendukung 56
Ketersediaan Sarana dan Prasarana 57
Ketersediaan Obat-obatan 60
Ketersediaan Alat Komunikasi 62
Ketersediaan Biaya Operasional 64
Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan 66 Proses Implementasi PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-
pori Kota Tanjung Balai 68
Penerimaan Rujukan dari Fasilitas Kesehatan 68 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal 78
KESIMPULAN DAN SARAN 84
Kesimpulan 84
Saran 85
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
xi
Universitas Sumatera Utara
1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Rawat
Inap Sipori-pori Kota Tanjung Balai Tahun 2016 47 2 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Rawat
Inap Sipori-pori Kota Tanjung Balai 48
3 Karakteristik Informan Penelitian 49
xii
Universitas Sumatera Utara
1 Fasilitas Kesehatan pada Berbagai Tingkat
Pelayanan Di Indonesia 36
2 Skema Alur Rujukan Puskesmas Mampu PONED 37 3 Kerangka Pikir Penelitian
39
xiii
Universitas Sumatera Utara
1 Pedoman Wawancara Mendalam 89
2 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth
Interview) 101
3 Peralatan Maternal di Puskesmas Rawat
Inap Sipori-pori Kota Tanjung Balai 112 4 Peralatan Nenonatal di Puskesmas Rawat
Inap Sipori-pori Kota Tanjung Balai 116
5 Kebutuhan Obat di Puskesmas PONED 119
6 Dokumentasi Penelitian 121
7 Surat Ijin Penelitian 123
8 Surat Keterangan Selesai Penelitian
124
xiv
Universitas Sumatera Utara
AKI Angka Kematian Ibu
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
DIII Diploma III
Dinkes Dinas Kesehatan
DIV Diploma IV
DM Diabetes Mellitus
FIGO Federal of International Gynecology Obstetrics
KB Keluarga Berencana
Kemenkes Kementerian Kesehatan
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
LCD Liquid Crytal Display
OK Operatie Kamer
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Khusus
Poskesdes Pos Kesehatan Desa Posyandu Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Pustu Puskesmas Pembantu
RI Republik Indonesia
RIFASKES Riset Fasilitas Kesehatan
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RS Rumah Sakit
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
S1 Strata 1
S2 Strata 2
SDGs Suistinable Development Goals
SDM Sumber Daya Manusia
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMPFA Safe Motherhood a Partnership and Family Approach SOP Standar Operating Procedures
SUPAS Survei Penduduk Antar Sensus UGD Unit Gawat Darurat
UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah
VK Verlos Kamer
xv
Universitas Sumatera Utara
dilahirkan di Kota Kibang Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 07 Februari 1996. Penulis beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zaini Thohir, SP., dan Ibu Mardiah Surti, SE. Penulis bertempat tinggal di Jalan Cempaka Lingkungan III Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Pertiwi Teladan Metro tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 5 Tanjung Balai tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Tanjung Balai tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Oktober 2018
Suci Bunga Marini Nasution
1
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Salah satu dari enam upaya kesehatan esensial yang ada di puskesmas yaitu upaya kesehatan ibu dan anak yang memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kejadian kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi (Permenkes RI No.75, 2014).
Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan buruk dan belum berhasil dalam meningkatkan kesehatan ibu yang setinggi-tingginya. Kelompok yang paling rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan adalah ibu bersalin, maka intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan yang terlatih termasuk di fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas. Melalui pertolongan yang baik dan benar, diharapkan komplikasi akibat salah penanganan bisa dicegah, mengetahui dengan
Universitas Sumatera Utara
cepat komplikasi yang timbul dan dengan segera memberikan pertolongan termasuk merujuk bila diperlukan. Pentingnya penurunan AKI dan AKB sebagai indikator status kesehatan masyarkat dijadikan salah satu sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di bidang kesehatan
(Kemenkes RI, 2015).
Salah satu sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di bidang kesehatan adalah menurunkan AKB menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan AKI menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil SUPAS 2015, Indonesia baru dapat menekan AKB sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat penurunan angka-angka kematian, sehingga target RPJMN tahun 2015-2019 diperkirakan akan tercapai. Berdasarkan data di atas menunjukkan AKI dan AKB sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target agenda SDGs tahun 2030 yaitu AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini memungkinkan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya, sehingga dibutuhkan layanan kesehatan khusus untuk menurunkan angka AKI dan KB (Kemenkes RI, 2015).
Upaya dalam penurunan AKI dan AKB diperlukan perhatian serius di dalam mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan yang dapat di prediksi.
Diperkirakan 15% kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila: 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif untuk mencegah perdarahan pascasalin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan idetifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektf;
6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna. Berdsasarkan hal tersebutlah maka diadakan Puskesmas mampu PONED (Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar) sebagai bentuk layanan kesehatan yang bertujuan guna menangani kejadian kasus obsetri dan neonatal dasar yang bisa ditangani di Puskesmas sebagai upaya untuk menunrukan AKI dan AKB (Kemenkes RI, 2013).
Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkatdasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Berdasarkan Keputusan Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.03/11/1911/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) menerangkan bahwa Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar yaitu Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kasus-kasus kegawatdaruratan
Universitas Sumatera Utara
obstetri dan neonatal tingkat dasar. Hal ini merupakan suatu langkah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas. Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam PONED antara lain peningkatan pengetahuan dan keterampilan tim dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahan habis pakai, manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukannya. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas juga sangat membutuhkan kerjasama yang baik dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit sebagai suatu kesatuan sistem rujukan mempunyai peran yang sangat penting (Kemenkes RI, 2013).
Menurut hasil laporan nasional Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES) tahun 2011 menyatakan bahwa 40% Puskesmas PONED mempunyai peralatan PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standar alat PONED yang harus dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang, karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40%
standar obat yang semestinya ada di Puskesmas PONED. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kualitas PONED masih jauh dibandingkan dengan standar minimal yang harus dipenuhi (Kemenkes RI, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siregar (2016), menunjukkan bahwa Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal dikarenakan peralatan kesehatan yang belum memadai dan belum memenuhi standar minimal, kualitas sumber daya kesehatan yang rendah dalam memberikan pelayanan PONED, dan ketersediaan obat-obatan yang masih belum lengkap.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Amrillah (2016), menyatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa
peralatan kesehatan dan obat-obatan yang masih belum lengkap dan tidak adanya kebijakan atau aturan khusus tentang pelaksanan PONED di Puskesmas. Hasil penelitian San (2017) menjelaskan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegawatdaruratan ibu dan anak masih belum memadai dalm pelayanan PONED di Puskesmas Negeri Lama.
Menurut hasil penelitian Susyanty (2016), menunjukkan bahwa
kompetensi tenaga terlatih belum memadai dan beberapa kewenangan juga belum dilakukan, begitu juga dengan ketersediaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta obat-obatan untuk PONED yang belum memadai. Hasil penelitian lain juga dilakukan oleh Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan PONED adalah ada beberapa alat yang tidak tersedia dan tidak ada dana operasional khusus yang diberikan untuk kegiatan PONED tetapi dana berasal dari operasional Puskesmas dan dari jasa hasil tindakan di PONED.
Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa pada tahun 2015 dari 570 Puskesmas yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di
Universitas Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara, terdapat 153 Puskesmas yang menyelenggarakan
PONED atau sebanyak 26,84%. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yaitu 147 Puskesmas, tahun 2013 yaitu 137 Puskesmas, dan tahun 2012 yaitu 94 Puskesmas PONED. Jumlah Puskesmas PONED di Kota Tanjung Balai adalah 6 Puskesmas PONED dan diantaranya adalah Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2016).
Menurut data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan kota Tanjung Balai untuk tahun 2013 AKI sebanyak 30 kasus, tahun 2014 AKI sebanyak 14 kasus, tahun 2015 sebanyak 10 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 5 kasus. Sementara itu angka kematian bayi (AKB) juga menurun. Untuk tahun 2013 AKB sebanyak 24 kasus, tahun 2014 AKB sebanyak 20 kasus, tahun 2015 AKB sebanyak 18 kasus, dan tahun 2016 AKB sebanyak 16 kasus (Dinkes Kota Tanjung Balai, 2016).
Sejak tahun 2015, Puskesmas rawat inap Sipori-Pori menjadi salah satu Puskesmas mampu PONED yang ada di Kota Tanjung Balai. Puskesmas rawat inap Sipori-Pori ditunjuk Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai untuk membantu masalah pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas rawat inap Sipori-Pori jumlah kunjungan kehamilan di tahun 2014 sebanyak 226 kunjungan, tahun 2015 sebanyak 253 kunjungan dan tahun 2016 sebanyak 281 kunjungan. Terdapat 1 kematian bayi akibat BBLR dan 6 kasus kematian neonatal (3 kasus akibat asfiksia, 2 kasus akibat ganggungan jalan nafas, dan 1 kasus akibat BBLR) dari 393 kelahiran yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori (Profil Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori, 2016).
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2016 dari 6 Puskesmas PONED di Kota Tanjung Balai, Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori memiliki data kunjungan rujukan tertinggi ke rumah sakit PONEK diantara Puskesmas PONED lainnya yakni mencapai 148 rujukan, Puskesmas Datuk Bandar sebanyak 88 rujukan, Puskesmas Semula Jadi sebanyak 50 rujukan, Puskesmas Simu Damanik sebanyak 80 rujukan, Puskesmas Kampung Baru sebanyak 88 rujukan, Puskesmas Sei Tualang sebanyak 126 rujukan dan Puskesmas Teluk Nibung sebanyak 111 rujukan. Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori juga memiliki kasus kematian neonatal terbanyak diantara Puskesmas mampu PONED lainnya, yakni sebanyak 6 kasus, Puskesmas Datuk Bandar dan Puskesmas Semula Jadi sebanyak masing-masing 3 kasus, Puskesmas Simu Damanik dan Puskesmas Kampung Baru tidak memiliki kasus kematian neonatal (0 kasus), serta Puskesmas Sei Tualang dan Puskesmas Teluk Nibung sebanyak masing-masing 1 kasus.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada bidan
merupakan petugas layanan KIA di Puskesmas rawat inap Sipori-Pori pada saat survey pendahulunan di bulan Maret 2108 didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-pori diantaranya yaitu ketersediaan alat kesehatan yang belum tersedia secara lengkap untuk melakukan tindakan obsetri, ruangan rawat inap yang tidak sesuai dengan standar yakni ukuran ruangan kurang dari 7,2 m2 dan jarak antar tempat tidur didalam ruang rawat inap kurang dari 2,4 m2, dinding dan lantai dalam ruang rawat inap juga tidak berwarna cerah sehingga sulit
dibersihkan, kurangnya ketersediaan beberapa jenis obat seperti obat anastesi,
Universitas Sumatera Utara
serta tidak adanya dokter, perawat, dan bidan yang menjadi tim inti PONED untuk tersedia selama 24 jam siap jaga di layanan PONED. Selain itu, ibu hamil juga masih belum memahami tentang Puskesmas PONED dan apabila terjadi
persalinan dengan komplikasi seperti partus macet di bidan desa, ibu hamil tidak mau dibawa ke Puskesmas PONED karena merasa Puskesmas tidak sanggup untuk mengatasi masalah tersebut dikarenakan tidak kesiagaan petugas kesehatan di tempat dan kurang lengkapnya ketersediaan alat dan obat menjadikan ibu hamil tidak mau mengambil risiko besar maka dari itu ingin langsung dirujuk ke Rumah Sakit PONEK agar segera mendapat perawatan yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai analisis implementasi program pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas rawat inap Sipori- Pori Kota Tanjung Balai tahun 2018.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ketersediaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan obat-obatan) dalam implementasi program PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018?
2. Bagaimana proses impelementasi PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori- Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018?
3. Bagaimana cakupan impelementasi program PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018?
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi program PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori- Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018.
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu : 1. Menjelaskan ketersediaan sumber daya (SDM kesehatan, sarana dan
prasarana, obat-obatan) pada pelaksanaan implementasi program pelayanan PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018.
2. Menjelaskan proses impelementasi PONED (penerimaan rujukan dari pelayanan kesehatan dibawahnya, penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal dalam PONED) di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai Tahun 2018.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagi Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori, hasil penelitian lain diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari impelemtasi program PONED di Puskesmas Rawat Inap Sipori-Pori Kota Tanjung Balai.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan maupun referensi oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program PONED.
10
Universitas Sumatera Utara
Pengertian implementasi. Implementasi adalah suatu tindakan atau kegiatan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002).
Implementasi merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat implementasinya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan sebelumnya.
Menurut pendapat Syukur (1987), dalam implementasi, sebuah kegiatan harus berjalan sesuai dengan kondisi di lapangan maupun di luar lapangan yang mana dalam kegiatan tersebut melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha- usaha dan didukung alat-alat penunjang. Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang program implementasi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikasi, suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi informasi yang disampaikan.
2. Sumber daya, dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan dan kewenangan yang cukup guna melaksankan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam implementasi.
3. Disposisi, sikap dan komitmen daripada implementasi terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program.
4. Struktur birokrasi, Standar Operating Procedures (SOP) yang mengatur tata aliran dalam implementasi program. Jika hal ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.
Keempat faktor diatas dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu:
1. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan
2. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan
3. Unsur implementasi baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses
implementasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Penyusunan implementasi fungsi Puskesmas PONED. Puskesmas dalam menjalankan program PONED sesuai dengan pedoman PONED yang berlaku, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan pengembangan fungsi Puskesmas Mampu PONED, yaitu:
a. Menyusun rencana pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang ada.
b. Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas mampu PONED yang akan dikembangkan.
c. Menyusun rencana pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan tahapannya .
2. Mempersiapkan pemantapan PONED yang sudah ada dan realisasi pengembangan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED, sesuai dengan tahapannya, yaitu:
a. Melengkapi kebutuhan sumber daya (SDM, alat medis dan non medis, obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan, biaya operasional dan pemeliharaan, dll) sesuai kebutuhan.
b. Melatih ulang SDM yang ada dan melatih SDM baru yang diperlukan.
c. Melakukan pembinaan teknis, administrasi dan manajemen serta keuangan.
3. Menetapkan realisasi sesuai dengan rencana dan tahapannya, yaitu:
a. Memantapkan fungsi Puskesmas mampu PONED yang sudah ada b. Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi Puskesmas
mampu PONED.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah
Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan komplikasi, baik datang sendiri atau karena rujukan kader/masyarakat/bidan di desa, Puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani. PONED dapat diberikan oleh Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED adalah dokter, bidan, perawat, tim PONED, beserta penanggung jawab terlatih (Mubarak, 2012).
Pelayanan obstetri emergensi bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan berkomplikasi tersedia untuk setiap perempuan, dimanapun dia berada. Kegiatan intervensi dapat dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri emergensi.
Petugas kesehatan tersebut harus mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Kondisi saat ini menunjukkan kurangnya sumber daya manusia pelaksana pelayanan obstetri. Dengan kondisi seperti itu, sulit mengharapkan PONED dapat berjalan optimal (Siregar, 2016).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat Walyani dan Purwoastuti, upaya pelayanan PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan yang menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar yang meliputi segi:
1. Pelayanan obstetri: pemberian oksitosin parenteral, antibiotik parenteral dan sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta manual, melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual, serta
memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi
2. Pelayanan neonatal: resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotik parenteral, pemberian anti konvulsan parenteral, pemberian phenobarbital, kontrol suhu, dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi.
Puskesmas
Pengertian Puskesmas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian
Universitas Sumatera Utara
dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan dan fungsi Puskesmas. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Maysyarakat dijelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tujuan melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap perkembangan masyarakat yang
berkerjasama dengan sektor lain yang terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap aksesm mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit..
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi.
f. Melaksanakan rekam medis.
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.
Azas Puskesmas. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yaitu:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah, yaitu Puskesmas harus bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, artinya bila terjadi masalah kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas yang harus bertanggung jawab untuk mengatasinya.
2. Azas peran serta masyarakat, maksudnya Puskesmas dalam melakukan kegiatannya harus memandang masyarakat sebagai subjek pembangunan keshatan dan berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja Puskesmas.
3. Azas keterpaduan, yaitu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dan berkoordinasi dengan lintas sektor, lintas program dan lintas unit agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan.
4. Azas rujukan, yaitu Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bila tidak mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara vertikal maupun horizontal ke Puskesmas lainnya (Permenkes RI, 2014).
Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
Pengertian Puskesmas PONED. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar
Universitas Sumatera Utara
langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus. Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (Kemenkes RI, 2013).
Keberadaan Puskesmas PONED menunjukkan bahwa sistem pelayanan kesehatan mampu merespon komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bayi baru lahir, dan berkontribusi untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Puskesmas PONED juga dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi, maka fungsinya perlu dilaksanakan dengan baik secara optimal.
Menurut the Federal of International Gynecology Obstetrics (FIGO) ada 4 pintu untuk keluar dari kematian ibu, yaitu: 1) Status perempuan dan kesetaraan gender, 2) Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, 3) Persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, 4) PONED-PONEK. Jadi upaya PONED adalah salah satu upaya dan merupakan upaya terakhir untuk mencegah kematian ibu (Kemenkes RI, 2013).
Pengembangan dari Puskesmas Mampu PONED dengan melatih tenaga dokter, perawat, dan bidan, khususnya Puskesmas dengan rawat inap
dikembangkan menjadi Puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Berdasarkan Keputusan Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.03/11/1911/2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Universitas Sumatera Utara
Dasar (PONED) menerangkan bahwa Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar yaitu Puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar. Hal ini merupakan suatu langkah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Berikut adalah tujuan dari dilaksanakannya PONED di Puskesmas:
1. Untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB
2. Diharapkan dapat menurunkan derajat kesakitan dan meminimalkan jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia. Hal ini terkait pula dengan fakta bahwa AKI dan AKB di Indonesia yang menempati urutan atas di ASEAN
3. PONED dan PONEK diadakan juga bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari dua jam dan untuk memutuskan rantai rujukan itu sendiri.
Kriteria Puskesmas PONED. Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.03/11/1911/2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), agar Puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem penyelenggaraan pelayanan maternal neonatal emergensi dapat
memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan fungsinya. Adapun kriteria Puskesmas Mampu PONED adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi.
2. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan non PONED dari sekitarnya.
3. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawatdaruratan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
4. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta persalinan normal.
5. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.
6. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan
transportasi umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan adalah 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke RS minimal 2 jam
7. Mempunyai tim inti yang terdiri atas dokter, perawat dan bidan sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta
tindakanmengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil.
Universitas Sumatera Utara
8. Mempunyai cukup tenaga dokter, perawat dan bidan lainnya, yang akan mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar.
9. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten 10. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan
fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan PONED
11. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED
12. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus kegawatdaruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.
13. Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik.
14. Seluruh petugas Puskesmas Mampu PONED melakukan pelayanan dengan nilai-nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas Puskesmas, berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi pelayanan dengan hati (dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya dan berprestasi mandiri bukan karena diawasi), peduli pada kebutuhan masyarakat, selalu
memberikan yang terbaik pada setiap pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
Sumber daya kesehatan PONED. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menyebutkan kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, harus dapat menggali potensi-potensi sumberdaya khususnya SDM dengan perannya masing-masing, termasuk potensi para mitra kerja yang berada di wilayah kerja Puskesmasnya. Proses ini dapat dilakukan melalui Lokakarya Mini, baik yang diselenggarakan di Puskesmas maupun di tingkat lintas sektor.
Penyiapan tenaga yang berperan dalam PONED di Puskesmas melalui pertemuan Mini Lokakarya Puskesmas. Perhitungan kebutuhan tenaga-tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim inti PONED.
Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Adapun langkah-langkah untuk mempersiapkan tenaga kesehatan di Puskesmas PONED adalah:
1. Menyiapkan tim kesehatan, terdiri atas:
a. Tim Inti sebagai pelaksana PONED
Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti dan sebagai pelaksana PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat PONED. Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tim Inti PONED (minimal) terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1) Dokter Umum sebanyak 1 orang.
2) Bidan, minimal D3 sebanyak 1 orang.
3) Perawat, minimal D3 sebanyak 1 orang.
b. Tim Pendukung PONED
Dalam menyelenggarakan Puskesmas Mampu PONED, dibutuhkan juga tenaga-tenaga pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten menyiapkan calon tenaga pendukung PONED.
tenaga kesehatan pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan. Tenaga-tenaga kesehatan tersebut harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai tim pendukung PONED adalah terdiri dari:
1) Dokter umum minimal berjumlah 1-2 orang 2) Perawat D3 minimal berjumlah 5 orang 3) Bidan D3 minimal berjumlah 5 orang 4) Analis Laboratorium sebanyak 1 orang 5) Petugas administrasi minimal 1 orang 2. Tim Promosi Kesehatan
Selain kemampuan Komunikasi Informasi Edukasi/Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIE/KIPK) dan pemberdayaan masyarakat dengan difasilitasi Kepala Puskesmas, kemampuan tenaga promosi kesehatan ditingkatkan dalam bidang:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemasaran/marketing dan public relationship (PR) sebagaimana pernah dikembangkan melalui program Safe Motherhood a Partnership and Family Approach (SMPFA). Untuk kemampuan tersebut diperlukan pelatihan tambahan.
b. Penggerak demand target sasaran (Ibu dan keluarganya) untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal terutama dalam kondisi emergensi/komplikasi sekaligus akan diperankan secara aktif sebagai tenaga pendukung PONED untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
c. Kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra Puskesmas di wilayah kerjanya.
3. Menyiapkan tenaga non-kesehatan sebagai penunjang pelayanan
Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan, sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di Puskesmas.
Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa:
a. Petugas dapur.
b. Petugas laundry.
c. Penjaga malam.
d. Cleaning service.
e. Pengemudi Ambulans 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi Puskesmas keliling).
Universitas Sumatera Utara
Batas kewenangan Puskesmas PONED. Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu dan profesional perlu dilakukan
pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara berjenjang dan simultan dengan
melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor. Dalam hal penyelenggaraan PONED terdapat batasan kewenangan Puskesmas dalam melaksanakan PONED.
Adapun batasan kewenangan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan maternal yaitu:
1. Perdarahan pada kehamilan muda.
2. Perdarahan post partum.
3. Hipertensi dalam kehamilan.
4. Persalinan macet.
5. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis.
6. Infeksi nifas.
Batasan kewenangan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal yaitu:
1. Asfiksia pada neonatal.
2. Gangguan nafas pada bayi baru lahir.
3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
4. Hipotermi pada bayi baru lahir.
5. Hipoglikemi dari ibu dengan diabetes mellitus 6. Ikterus.
7. Kejang pada neonatus.
Universitas Sumatera Utara
8. Infeksi neonatus.
Kewenangan Puskesmas mampu PONED diatas dapat berubah sesuai dengan kebijakan/ketentuan yang berlaku. Untuk kewenangan beserta
kemampuan yang dapat ditangani Puskesmas yang lebih rinci terlampir. Sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya melakukan standarisasi pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang akan menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.
Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal memerlukan tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu pengobatan dan tindakan kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer maupun tempat rujukan antara Puskesmas. Kasus emergensi neonatal 80% dapat ditangani di tingkat pelayanan yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu
mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas. Adapun kasus-kasus yang harus di rujuk ke rumah sakit:
1. Kasus Ibu hamil yang memerlukan rujukan segera ke rumah sakit sebagai berikut:
a. Ibu hamil dengan panggul sempit.
b. Ibu hamil dengan riwayat bedah sesar.
c. Ibu hamil dengan perdarahan antepartum.
d. Hipertensi dalam kehamilan (pre eklamsi berat/eklamsi).
e. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya meconium kental.
Universitas Sumatera Utara
f. Ibu hamil dengan tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda).
g. Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala 5/5.
h. Ibu hamil dengan anemia berat.
i. Ibu hamil dengan disproposisi kepala panggul.
j. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancam jiwa (DM, kelainan jantung).
2. Kasus pada bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke rumah sakit yaitu:
a. Bayi usia gestasi kurang dari 32 minggu.
b. Bayi dengan asfiksia ringan dan sedang tidak menunjukan perbaikan selama 6 jam.
c. Bayi dengan kejang meningitis.
d. Bayi dengan kecurigaan sepsis.
e. Infeksi pra intra post partum.
f. Kelainan bawaaan.
g. Bayi yang butuh transfusi tukar.
h. Bayi dengan distres nafas yang menetap.
i. Meningitis.
j. Bayi yang tidak menunjukan kemajuan selama perawatan.
k. Bayi yang mengalami kelainan jantung.
l. Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin total lebih dari 10 mg/dl.
Universitas Sumatera Utara
Daftar kasus-kasus diatas dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan/ketentuan yang berlaku (Kemenkes RI, 2013).
Persyaratan sarana dan prasarana Puskesmas PONED. Adapun persyaratan sarana dan prasarana Puskesmas PONED ialah sebagai berikut :
1. Ruang perawatan kebidanan, dengan persyaratan :
a. Kebutuhan luas ruang untuk 1 (satu) tempat tidur pasien adalah minimal 7,2 m2.
b. Di datam ruang rawat pasien yang memiliki lebih dari 1 (satu) tempat tidur , jarak antar tempat adalah 2,4 m2.
c. Cat dinding dan wama lantai harus cerah untuk memudahkan dibersihkan.
d. Ruang Perawatan Kebidanan harus dekat dengan pos jaga perawat (nurse station).
e. Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (hospital plint) untuk memudahkan pembersihan.
f. Harus dilengkapi toilet pasien yang berada di dalam ruang perawatan (tidak harus menyatu dengan kamar), dengan pintu toilet membuka ke arah luar toilet.
g. Pintu ruang rawat minimal berukuran 90 cm, atau dapat dilalui brankar.
h. Persyaratan lantai harus kuat dan rata.
2. Ruang tindakan obsetri, dengan persyaratan:
a. Kebutuhan luas ruangan minimal 12 m2.
Universitas Sumatera Utara
b. Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (hospital plint) untuk memudahkan pembersihan
c. Pintu ruang tindakan minimal 90 cmatau dapat dilalui brankar.
d. Persyaratan lantai harus kuat dan rata, disarankan menggunakan bahan penutup lantai vinyl.
e. Ruang tindakan dilengkapi westafel
f. Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrument dan obat- obatan untuk tindakan kegawatdaruratan kebidanan.
3. Ruang tindakan neonatus, dengan perysaratan:
a. Kebutuhan luas ruangan minimal 9 m2.
b. Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (hospital plint) untuk memudahkan pembersihan.
c. Pintu ruang tindakan minimal 90 cm, atau dapat dilalui brankar.
d. Persyaratan lantai harus kuat dan rata, disarankan menggunakan bahan penutup lantai vinyl.
e. Ruang tindakan dilengkapi westafel.
f. Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrumen dan obat-obatan untuk tindakan kegawatdaruratan neonatus.
4. Ruang perawatan pasca melahirkan, dengan persyaratan:
a. Merupakan ruang rawat gabung ibu dan bayi normal. Kebutuhan luas ruang untuk 1 (satu) tempat tidur pasien dan bayi adalah minimal 8 m2. b. Didalam ruang rawat pasien yang memilik lebih dari 1 (satu) tempat tidur,
jarak antar tempat tidur adalah 2,4m2.
Universitas Sumatera Utara
c. Cat dinding dan warna lantai harus cerah untuk memudahkan dibersihkan.
d. Ruang Perawatan Pasca Persalinan haru dekat dengan pos jaga perawat (nurse station).
e. Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (hospital glint) untuk memudahkan pembersihan.
f. Harus dilengkapi toilet pasien yang berada di dalam ruang perawatan, dengan pintu toilet membuka ke arah luar toilet, dan dilengkapi kloset duduk.
g. Pintu ruang rawat min. 90 cm, atau dapat dilalui brankar.
h. Persyaratan lantai harus kuat dan rata.
5. Ruang jaga dokter dan perawat, dengan persyaratan:
a. Lokasi ruang jaga dokter dan perawat harus dekat dengan ruang rawat pasien kebidanan dan pasca persalinan sehingga dapat memonitor kondisi pasien secara cepat.
b. Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrumen dan obat-obatan untuk keperluan pasien rawat inap.
6. Ruang bedah minor, dengan persyaratan:
a. Ruang bedah minor dikelompokkan dengan ruang-ruang penunjangnya dalam satu area khusus yaitu area bersih.
b. Ruang bedah minor dilengkapi dengan area untuk scrub up (cuci tangan petugas bedah), depo farmasi, depo linen, ruang Mat/instrument, dan ruang sterilisasi (autoclave).
c. Ruang-ruang tersebut dihubungkan dalam satu ruang antara (foyer).
Universitas Sumatera Utara
d. Di dalam ruang bedah minor harus mempunyai tekanan udara posiitf.
Ruangan ini dilengkapi dengan alat pengkondisian udara dengan pre-fi lter yaitu jenis single unit/split system yakni alat untuk menarik udara masuk ke dalam ruangan/ memasukkan udara (supply fanlinhauster). Alat pengkondisian udara tersebut harus dipasang dengan dibenamkan dalam dinding (wall mounted).
e. Ruang bedah minor mempunyai akses langsung dengan area kotor. Area kotor harus mempunyai akses langsung ke luar bangunan. Area kotor tersebut terdiri dari: Spoelhoek,tempat membuang kotoran pasien setelah operasi kecil, dilengkapi kloset leher angsa untuk membuang kotoran dan westafel untuk membilas alat/instrumen tersebut. Ruang cuci alat, yaitu ruang untuk dekontaminasi/mencuci peralatan bekas pakai operasi.
Ruangan ini dilengkapi akses/loket ke ruang sterilisasi.
f. Persyaratan lantai harus kuat dan rata, disarankan menggunakan bahan penutup lantai vinyl.
g. Pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (hospital plint) untuk memudahkan pembersihan.
h. Pertemuan antara dinding dengan dinding melengkung untuk memudahkan pembersihan (Kemenkes RI, 2013).
Obat yang diperlukan dalam pelayanan PONED. Adapun obat yang diperlukan dalam pelayanan PONED yaitu:
1. Obat untuk perdarahan, yang meliputi: Ringer Laktat (500 ml), NaCl 0,9%
(500 ml), Dextran 70 6% (500 ml), Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1
Universitas Sumatera Utara
ml), Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet), Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml), Misoprostol (tablet), Transfusi set dewasa, Kateter intravena no. 18G, Kateter Folley no.18, Kantong urin dewasa, Disposible syringe 3 ml, Disposible syringe 5 ml.
2. Obat untuk Hipertensi dalam kehamilan yang meliputi: Ringer Laktat (500 ml), MgSO4 20% (25 ml), MgSO4 40% (25 ml), Glukonas kalsikus 10%
injeksi (20 ml), Diazepam 5 mg injeksi (2 ml), Nifedipin 10 mg (tablet), Hidralazin 5 mg injeksi, Labetolol 10 mg injeksi, Metildopa 250 mg (tablet), Transfusi set dewasa, Kateter intravena no. 18 G, Kateter Folley No.18, Kantong urin dewasa, Disposible syringe 3 ml, Disposible syringe 5 ml, dan Disposible syringe 10 ml.
3. Obat untuk infeksi, yang meliputi: Ringer Laktat (500 ml), NaCl 0,9% (500 ml), Ampisilin 1 g injeksi, Gentamisin 80 mg injeksi, Metronidazol 500 mg injeksi, Amoksilin 500 mg (tablet), Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml), Aquadest pro injeksi (25 ml), Parasetamol 500 mg (tablet), Infus set dewasa, Kateter intravena No. 18 G, Kateter Folley no.18, Kantong urin dewasa, Disposible syringe 3 ml, dan Disposible syringe 5 ml.
4. Obat untuk abortus yang meliputi: Ringer Laktat (500 ml), NaCl 0,9% (500 ml), Sulfas Atropin injeksi (2 ml), Diazepam 5 mg injeksi (2 ml), Pethidin injeksi (2 ml), Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml), Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet), Amoksilin 500 mg (tablet), Asam Mefenamat 500 mg (tablet), Infus set dewasa, Kateter intravena No. 18 G, Disposible syringe 3 ml dan Disposible syringe 5 ml.
Universitas Sumatera Utara
5. Obat untuk robekan jalan lahir yang meliputi: Ringer Laktat (500 ml), NaCl 0,9% (500 ml), Lidokain HCl 2% injeksi (2 ml), Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml), Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml), Amoksilin 500 mg (tablet), Asam Mefenamat 500 mg (tablet), Chromic catgut No.1, atraumatik (sachet), Chromic catgut No.2/0 atau 3/0, atraumatik (sachet), Transfusi set dewasa, Kateter intravena No. 18 G, Kateter Folley No.18, Kantong urin dewasa, Disposible syringe 3 ml dan Disposible syringe 5 ml.
6. Obat untuk syok anafilaktik yang meliputi: Ringer Laktat (500 ml), NaCl 0,9% (500 ml), Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml), Difenhidramin HCl 10 mg injeksi (1 ml), Dexametason 5 mg injeksi (1 ml), Transfusi set dewasa, Kateter intravena No. 18 G, Kateter Folley No.18, Kantong urin dewasa, Disposible syringe 3 ml dan Disposible syringe 5 ml (Kemenkes RI, 2013).
Sistem rujukan Puskesmas PONED. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan bidan serta fasilitas pelayanan. Setiap kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Pedoman Penyelenggaraan PONED menyebutkan sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
Universitas Sumatera Utara
lebih mampu atau secara horisontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.
1. Penerimaan Pasien di Puskesmas PONED. Kasus yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari:
a. Rujukan masyarakat, meliputi:
1) Datang sendiri sebagai pasien perorangan atau keluarga.
2) Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, dukun bayi, dan lainnya.
3) Dirujuk dari institusi .masyarakat, seperti Poskesdes, Polindes, dan lain-lain.
b. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari wilayah kerja Puskesmas Mampu PONED, antara lain dari:
1) Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/keliling.
2) Praktek dokter atau bidan mandiri.
3) Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama lainnya.
c. Rujukan dari Puskesmas sekitar.
2. Pelaksanaan rujukan
Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan rawat inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau
peralatan yang diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup berat dan atau kegawatdaruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip utama, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang harus dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan tenaga dan fasilitas pelayanan.
b. Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat sesuai rencana yang disusun.
c. Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah dijangkau dari lokasi.
3. Regionalisasi Sistem Rujukan PONED
Regionalisasi Sistem Rujukan PONED adalah pembagian wilayah sistem rujukan dari satu wilayah kabupaten dan daerah sekitar yang berbatasan dengannya, dimana Puskesmas Mampu PONED yang berada dalam salah satu regional sistem rujukan wilayah kabupaten/kota, difungsikan sebagai rujukan antara yang akan mendukung berfungsinya Rumah Sakit PONEK sebagai rujukan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di wilayah kabupaten/kota bersangkutan. Secara umum, Rujukan ibu hamil dan neonatus beresiko tinggi merupakan komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi.. Berikut adalah skema fasilitas pelayanan pada berbagai tingkat di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Fasilitas kesehatan pada berbagai tingkat pelayanan di Indonesia Rujukan Utama
Rujukan Neonatal
RS Rujukan II RS Provinsi
RS Rujukan I RS Kabupaten/Kota
PUSKESMAS
Puskesmas Pembantu Bidan Desa
Pondok Bersalin Provinsi
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa
RUJUKAN
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Skema alur rujukan Puskesmas mampu PONED Monev hasil tindakan yankes
di Puskesmas
Pasien sembuh, pulang, dilayani Puskemas Pasien belum sembuh,
dirujuk ke RS Rujukan
Tindakan/yankes sesuai SOP, dengan bimbingan dari RS Rujukan terdekat melalui komunikasi radio-medik atau
e-health Tindakan/yankes sesuai
SOP dan bimbingan kemandirian keluarga
Dirujuk ke RS Rujukan terdekat
Hasil monev baik, pasien dikembalikan ke
Puskesmas Diagnosa dan Assesment
apakah kasus dapat ditangani oleh tim
Kasus dapat ditangani dengan tuntunan dariRS rujukan Kasus dapat ditangani
tim PONED
Kasus tidak dapat ditangani tim PONED Kasus Datang
Wilayah Puskesmas (Perlu Rujukan)
Luar Wilayah Puskesmas (Perlu Rujukan)
Puskesmas Mampu PONED
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Universitas Sumatera Utara
Hambatan dalam penyelenggaraan Puskesmas PONED. Hambatan dan kendala rumah sakit dalam penyelenggaraan PONED, yaitu:
1. Mutu SDM yang rendah.
2. Sarana prasarana yang kurang . 3. Keterampilan yang kurang .
4. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK belum maksimal.
5. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai (Kemenkes RI, 2013).
Landasan Teori
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah
Puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan komplikasi, baik datang sendiri atau karena rujukan kader/masyarakat/bidan di desa, Puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani. PONED dapat diberikan oleh Puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar (Kemenkes RI, 2013).
Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus. Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri
Universitas Sumatera Utara
dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (Kemenkes RI, 2013).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi pelaksanaan Puskesmas PONED yaitu:ketersediaan sumber daya PONED (Input) yang
meliputi SDM Kesehatan, sarana dan prasarana dan obat-obatan yang diperlukan untuk penatalaksanaan kasus PONED, kemudian proses pelaksanaan puskesmas PONED, yang meliputi penerimaan rujukan dari pelayanan kesehatan di
bawahnya dan Penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal dalam PONED Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu:
Gambar 3. Kerangka pikir penelitian
Ketersediaan Sumber Daya PONED (Input) 1. SDM Kesehatan
2. Sarana dan Prasarana 3. Obat-obatan
4. BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
Proses Pelaksanaan Puskesmas PONED 1. Penerimaan rujukan dari fasilitas kesehatan
di bawahnya
2. Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal dalam PONED
Cakupan Pelayanan PONED