• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Menciptakan Warga Global melalui Pertukaran Pelajar Internasional: Studi kasus pada siswa sekolah menengah pertama di Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Menciptakan Warga Global melalui Pertukaran Pelajar Internasional: Studi kasus pada siswa sekolah menengah pertama di Jakarta"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Menciptakan Warga Global melalui Pertukaran Pelajar Internasional:

Studi kasus pada siswa sekolah menengah pertama di Jakarta

Asep Rudi Casmana, Adistyana Pitaloka Kusmawati, Firdaus Hadi Santosa, Atik Kurniawati

Universitas Negeri Jakarat, Indonesia ABSTRAK

Studi ini berfokus pada memeriksa perkembangan warga global dan bagaimana sekolah mendidik siswa untuk menjadi warga dunia. Lebih khusus lagi, penelitian ini akan berfokus pada budaya atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan sikap dan karakter untuk dapat menjadi warga dunia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kemudian, wawancara semi terstruktur dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah digunakan untuk dapat memperoleh data maksimal tentang budaya sekolah dan Konten pembelajaran yang disampaikan di kelas agar warganya menjadi warga dunia. Untuk dapat menganalisis hasil wawancara, nVivo digunakan untuk dapat menganalisis pernyataan yang dibuat oleh peserta wawancara. Selain itu, analisis isi juga digunakan untuk melihat data dari wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah telah mengajarkan siswa untuk menjadi warga dunia. Berbagai kegiatan internasional seperti Asian student exchange Program, international food festival, dan teaching political literacy menjadi kegiatan agar mahasiswa dapat menjadi warga dunia.

Kata kunci: pendidikan kewarganegaraan global, warga global, pendidikan, budaya.

LATAR BELAKANG

Globalisasi dengan segala potensi yang memungkinkan untuk mengembangkan atau menunda proses demokrasi dan pemajuan HAM lebih dari sekadar wacana akademik.

Kekuatan yang lebih kuat adalah itu globalisasi akan mempengaruhi kehidupan manusia di mana pun ia hidup . Oleh karena itu, program pendidikan perlu diwujudkan dalam bentuk kurikulum yang diarahkan pada pengembangan warga dunia yang mampu mengelola krisis. Pendewasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat diajarkan secara langsung melalui pendidikan kewarganegaraan, salah satunya. Saat ini pendidikan kewarganegaraan sangat penting di tengah memudarnya rasa cinta terhadap tanah air sebagian warga negara . Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan di masa depan tidak lagi dapat dilihat dan diperlakukan hanya sebagai mata pelajaran di sekolah, tetapi selanjutnya harus menjadi kegiatan pendidikan yang komprehensif dalam isi dan penanganannya.(Katzarska-Miller & Reysen, 2018)(Rathburn & Lexier, 2016)

Pendidikan kewarganegaraan jika diajarkan dan dilaksanakan dengan tepat maka karakter warga negara dapat dibentuk secara maksimal. Secara konseptual, seorang warga negara harus memiliki lima karakteristik utama, yaitu: identitas; kebebasan untuk menikmati hak-hak tertentu; pemenuhan kewajiban terkait; tingkat minat dan keterlibatan dalam urusan publik; dan kepemilikan nilai-nilai sosial dasar . Warga negara demokratis yang ideal harus tampil sebagai pengambil keputusan yang cerdas dan masuk

(2)

akal. Untuk itu diperlukan pengetahuan atau wawasan, kepercayaan berupa kebajikan kewarganegaraan, dan keterampilan partisipasi sebagai warga negara.(Rubin, Landon, Tarrant, Stoner, & Mintz, 2016; Feagan & Boylan, 2016)

Melalui pendidikan kewarganegaraan ini dapat ditempa kewarganegaraan (watak kewarganegaraan) yang mencirikan karakter publik dan swasta yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional . Karakter kewarganegaraan serta keterampilan kewarganegaraan, berkembang perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas dan organisasi masyarakat sipil . Karakteristik pribadi seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghormatan terhadap martabat dan martabat manusia setiap individu adalah wajib.

Karakter publik juga penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan hukum, berpikir kritis, dan kesediaan untuk mendengarkan, bernegosiasi, dan berkompromi adalah karakteristik yang sangat diperlukan agar demokrasi berhasil.(NguyenVoges, 2016)

Secara singkat, karakter pribadi dan publik dapat digambarkan sebagai berikut: a.

Menjadi anggota komunitas yang mandiri. Karakter ini mencakup kesadaran pribadi untuk bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan, bukan karena paksaan atau pengawasan dari luar menerima tanggung jawab atas akibat tindakan yang dilakukan dan memenuhi kewajiban moral sebagai anggota masyarakat; b. Memenuhi tanggung jawab pribadi negara di bidang ekonomi dan politik. Tanggung jawab tersebut meliputi menjaga/merawat diri, menafkahi dan menopang keluarga, merawat dan mendidik anak termasuk juga mengikuti isu-isu publik, menggunakan hak suara dalam pemilu, membayar pajak, menjadi saksi di pengadilan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat, melaksanakan tugas kepemimpinan sesuai dengan bakat masing-masing; c. Menghormati martabat dan martabat manusia setiap individu. Menghormati orang lain berarti mendengarkan pendapat mereka, bersikap sopan, menghormati hak dan kepentingan sesama warga negara, dan mengikuti aturan kesepakatan konsensus, dan prinsip mayoritas tetapi tetap menghormati hak-hak minoritas untuk tidak setuju; d.

Berpartisipasi dalam urusan sipil secara efektif dan bijak. Karakter ini adalah bentuk informasi yang sadar sebelum membuat pilihan atau berpartisipasi dalam debat publik, terlibat dalam diskusi yang sopan dan serius, dan mengambil kendali kepemimpinan saat dibutuhkan. Juga membuat evaluasi kapan kepentingan pribadi seseorang sebagai warga negara harus dikesampingkan untuk memenuhi kepentingan umum dan mengevaluasi ketika seseorang karena kewajiban atau prinsip konstitusionalnya diharuskan untuk menolak tuntutan kewarganegaraan tertentu; e. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional secara sehat. Karakter ini termasuk menyadari informasi dan kepekaan terhadap urusan publik, meninjau nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional, memantau keputusan para pemimpin politik dan lembaga publik tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika ada kekurangan.

Karakter ini mengarahkan warga negara untuk bekerja dengan cara yang damai dan legal untuk mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil dan tidak bijaksana .(Dei &

Simmons, 2016)

Jika sikap dan karakteristik seluruh warga negara Indonesia dapat dibentuk seperti ini, maka tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia akan mampu mandiri dan siap bersaing di dunia internasional dan tentunya tidak akan terseret dampak negatif dari globalisasi. Peran guru, sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah juga diperlukan untuk bekerja sama memperkuat pendidikan kewarganegaraan ini agar dapat menjadi

(3)

mata pelajaran yang dapat menyampaikan kualitasnya kepada setiap warga negara.

Karakter ini merupakan bentuk perilaku warga dunia, di mana orang dapat saling menghormati dan menghormati. Hormati dan hormati di sini artinya adalah bahwa orang tersebut dapat melakukan berbagai kebaikan yang tidak hanya pada kelompoknya sendiri, tetapi juga pada kelompok orang lain, misalnya orang-orang dari berbagai etnis, bahasa, ras dan bahkan agama .(McLean & Sharon, 2016)Sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran SMP dalam mendidik siswanya, yaitu siswa untuk menjadi warga dunia, mereka yang dapat menghargai dan menghargai orang lain di luar kelompok.

METODE

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode studi kasus. Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta ilmu-ilmu sosial lainnya di SMP Islam Alazhar akan menjadi salah satu narasumber utama informan dalam penelitian ini. Metode wawancara semi terstruktur akan digunakan untuk mendapatkan penjelasan yang sangat jelas dan terperinci untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran ini . Namun, teknik wawancara mungkin memiliki kelemahan karena hanya bisa mendapatkan beberapa peserta dan hasilnya sulit untuk menarik kesimpulan secara umum (Cohen, Manion, & Morrison, 2007).

Selain itu, wawancara kelompok fokus juga akan digunakan untuk dapat melihat persepsi siswa tentang proses penciptaan kewarganegaraan global . Metode observasi di kelas juga akan dilakukan untuk dapat mengetahui secara langsung bagaimana guru menciptakan warga dunia secara praktis.(Biesta, 2012)

Untuk dapat memperoleh data yang komprehensif tentang budaya warga dunia di jenjang pendidikan di SMP Islam Al-Azhar, terdapat beberapa metode atau teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk memperoleh data yang maksimal. Yang pertama adalah dengan melakukan wawancara dengan guru, dan yang kedua adalah dengan melakukan pengamatan langsung yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana siswa mengkondisikan dan juga bagaimana budaya sekolah dapat membentuk warga dunia .(Mertens, 2014)

Yang pertama adalah menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh data yang maksimal dan mampu menjawab pertanyaan mengapa atau mengapa guru melakukan atau memilih menggunakan metode ini . Lebih khusus lagi, wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, yang metode wawancaranya dapat digunakan dengan santai dan tidak terpaku pada pertanyaan yang telah disusun. Bahkan pewawancara juga dapat menambahkan pertanyaan kondisional lainnya untuk dapat memperoleh data yang maksimal (Biesta, 2012)(Cohen, Manion, & Morrison, 2007).

Kemudian metode kedua adalah observasi. Setelah mendapatkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, peneliti juga perlu melihat budaya sekolah setiap harinya. Pengamatan ini dapat digunakan untuk melihat secara langsung apa yang terjadi di sekolah (Newby, 2010). Dengan demikian, hasil wawancara dengan observasi dapat dijadikan data utama untuk memperoleh hasil yang maksimal .(Cohen, Manion, &

Morrison, 2007)

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kewarganegaraan global dianggap sebagai istilah baru bagi sebagian warga negara di seluruh dunia. Warga dunia tidak berarti bahwa orang dapat melakukan perjalanan ke seluruh dunia tanpa dokumen perjalanan seperti paspor dan visa. Namun itu adalah istilah mengenai orang-orang yang mampu menunjukkan karakter yang dapat membantu orang lain di luar komunitas mereka. Bagian ini akan menunjukkan hasil dan membahas tentang bagaimana sekolah telah mempromosikan warga dunia, baik di kelas untuk mempromosikan karakter kewarganegaraan global dan dalam budaya sekolah. Konsep tersebut akan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu pertukaran pelajar internasional dan kegiatan kelas.

Pertukaran pelajar internasional

Para siswa yang terdaftar di SMP Islam Al-Azhar 01 memiliki berbagai kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar internasional. Kegiatan semacam ini telah disediakan oleh sekolah, karena sekolah memiliki kegiatan besar untuk pertukaran pelajar internasional.

Tujuan pengiriman siswa ke luar negeri adalah untuk memberi tahu mereka bahwa orang yang hidup di dunia ini beragam, baik berdasarkan agama, ras, bahasa, konsumsi makanan dan lain-lain. Para siswa SMP Al-Azhar selalu dikirim ke beberapa negara, seperti Taiwan, Eropa, Australia dan beberapa negara lainnya. Sehingga, mereka bisa belajar mengenai bagaimana memahami budaya bangsa lain.

"... Setiap tahunnya, ASEP atau yang kami sebut sebagai Asian Student Exchange Program selalu dilakukan antara siswa SMP Al-Azhar dengan Taiwan. Mereka berbagi ide untuk hidup, dan bagaimana sekolah bekerja di antara dua negara ..." (Termohon 1, wawancara, September 2019)

Para guru yang mendampingi siswa SMP Al-Azhar yang pergi ke Taiwan mengatakan, kegiatan tersebut tidak hanya memahami cara kerja sekolah. Namun, mereka diajari tentang bagaimana mereka tinggal di orang tua Taiwan. Mahasiswa mencoba makanan yang mereka konsumsi setiap hari, bagaimana mereka berjuang untuk shalat lima kali dalam sehari meskipun sangat jauh dari masjid. Kegiatan semacam ini dilakukan di sekolah tempat siswa mengikuti program ASEP.

Selain mengunjungi Taiwan, program pertukaran ini juga mengajak para pelajar dari Taiwan untuk datang dan tinggal di Indonesia. "... ASEP tidak hanya membawa mahasiswa Indonesia ke Taiwan, tetapi juga mengajak mahasiswa Taiwan untuk hidup dan belajar budaya Indonesia..." (Termohon 1, wawancara, September 2019)

Setelah menyelesaikan program tersebut, sebulan kemudian para siswa dari Taiwan datang dan mengunjungi Indonesia untuk melihat bagaimana kegiatan pendidikan dilakukan di sekolah tersebut. Mereka bersekolah dan mengikuti aturan sebagai sekolah Islam. Selain kegiatan sekolah, mereka tinggal di keluarga siswa Indonesia sebagai kegiatan normal. Sehingga ada beberapa program pertukaran yang telah dilakukan oleh para pelajar di Indonesia.

ASEP atau Asian Student Exchange Program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk tidak hanya bertukar pikiran mahasiswa dalam kegiatan akademik, tetapi juga dalam kehidupan non-akademik. Program pertukaran pelajar internasional terkait dengan beberapa ahli, yang mengatakan bahwa mobilitas siswa internasional adalah salah satu cara untuk berbagi dan bertukar ide para siswa. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dari berbagai negara, seperti konsumsi

(5)

makanan, kehidupan sehari-hari dan banyak kehidupan siswa lainnya yang membantu mereka. Dalam hal laporan Crick, ini membantu siswa untuk menciptakan karakter keterlibatan masyarakat. Karakter ini memungkinkan siswa untuk memiliki karakter di mana mereka dapat bergabung dengan beberapa komunitas tanpa batas.

Terlebih lagi, program pertukaran pelajar internasional dapat membantu mahasiswa untuk memiliki tanggung jawab sosial dan moral (Crick). Tanggung jawab sosial dan moral berarti bahwa siswa mampu bersosialisasi dengan orang lain ketika mereka tidak berada di komunitas mereka sendiri. Misalnya, mahasiswa yang mayoritas muslim dapat membantu dan bersosialisasi dengan mahasiswa lain yang bukan muslim.

Meskipun mungkin sulit untuk membuat kegiatan semacam ini, setidaknya mereka diperkenalkan terhadap kehidupan orang lain yang berbeda. Alhasil, international exchange program dapat membantu mahasiswa untuk dapat membantu mahasiswa bekerja sama dengan orang lain yang berasal dari kelompok atau komunitas yang berbeda.

Terlepas dari beberapa dampak positif dari pertukaran pelajar internasional , ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan untuk membuat acara ini. Pertukaran pelajar dianggap mahal, yang berarti bahwa siswa harus membayar sejumlah besar uang untuk mengikuti acara ini. Tidak semua siswa mampu mengikuti program ini, hanya sedikit siswa yang mampu mengikuti program pertukaran internasional ini. Kendala bahasa juga menjadi kesulitan lain sampai batas tertentu. Siswa yang tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris tidak dapat mengikuti program ini.

Mengajar pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah modul yang diajarkan untuk siswa sekolah menengah di Indonesia. Modul ini memungkinkan siswa untuk memahami literasi politik karena guru tidak hanya mengajarkan tentang teori, tetapi juga mereka membahas tentang isu terkini. Hal ini juga sejalan dengan laporan Bernard Crick yang mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat menciptakan keterampilan literasi politik, tanggung jawab sosial dan moral, serta keterlibatan masyarakat (Crick).

Dalam literasi politik, para siswa di sekolah Islam ini diajarkan tentang isu terkini di Indonesia, seperti pemilihan umum, demokrasi, hubungan internasional dan lain-lain.

"... Di sekolah ini, kursus hubungan internasional membantu siswa untuk memahami menjadi warga dunia. Ini karena hubungan internasional mendorong siswa untuk membaca dan mengikuti berita internasional, sehingga mereka dapat merasakan dan melihat apa yang membahagiakan di seluruh dunia ..." (Termohon 2, wawancara, September 2019).

Para guru mengatakan bahwa hubungan internasional adalah kursus yang membantu siswa untuk menjadi warga dunia. Berdasarkan Crick, literasi politik tidak hanya memahami isu terkini di negaranya sendiri, tetapi juga di negara lain atau daerah lain. Misalnya, ketika siswa berasal dari Indonesia, mereka dapat merasakan apa yang terjadi di seluruh dunia.

Selain itu, pemilihan umum terkadang menciptakan konflik di seluruh kelompok orang. Sebab, masyarakat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan calon presiden. Di Indonesia, ketika pemilihan umum berlangsung, ada dua kandidat yang akan menjadi presiden berikutnya. Selama pemilihan, orang-orang menjadi dua kelompok utama dan mereka saling berbagi dampak negatif. Modul pendidikan kewarganegaraan di

(6)

sekolah mungkin dapat mengajarkan siswa untuk tidak berbagi dampak negatif karena orang-orangnya sama. Alhasil, sangat membantu siswa untuk lebih positif ketika konflik datang.

Namun, meskipun modul pendidikan kewarganegaraan ini membantu siswa untuk memiliki keterampilan literasi politik, modul ini juga memiliki beberapa keterbatasan.

Mata kuliah ini hanya diajarkan kepada generasi muda yang belum memiliki hak untuk memilih. Mereka mungkin akan lupa ketika mereka datang ke kehidupan nyata setelah berusia tujuh belas tahun. Karena itu, ketika membahas tentang politik, bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga orang tua di rumah. Oleh karena itu harus ada kerja sama antara guru dan orang tua untuk mengajar dan berdiskusi tentang politiks.

KESIMPULAN

Warga dunia secara hukum tidak mungkin karena tidak ada satu negara pun yang dapat menjamin paspor yang dapat melakukan perjalanan ke seluruh dunia. Namun, warga dunia dianggap sebagai karakter orang-orang yang mampu berteman dan bergabung dengan beberapa komunitas yang berbeda dari kelompok mereka sendiri. Warga dunia setidaknya harus memiliki tiga karakter utama, yaitu kemampuan literasi politik, tanggung jawab sosial dan moral serta keterlibatan masyarakat. Ketiga keterampilan ini harus diajarkan dan dikembangkan di sekolah, sehingga dapat membantu mereka untuk lebih positif terhadap orang lain dari kelompok yang berbeda.

Di salah satu sekolah Islam, ada dua cara utama untuk mengajar siswa menjadi warga dunia. Pertama, dapat diajarkan menuju pertukaran pelajar internasional.

Meskipun ada banyak program pertukaran untuk mengirim siswa ke negara lain, ASEP (program Pertukaran Pelajar Asia) adalah salah satu cara terbaik untuk mengajar siswa tentang masalah internasional. Program ini tidak hanya mengirimkan mahasiswa Indonesia ke Taiwan, tetapi juga mereka menerima mahasiswa dari Taiwan. Di kedua negara, mereka belajar lingkungan akademik baru, budaya yang berbeda, makanan, pendidikan keluarga dan hal-hal lain yang dapat membantu mereka menjadi warga dunia.

Namun, meskipun ada beberapa dampak positif untuk menciptakan warga dunia, pertukaran pelajar internasional ini dianggap mahal, yang berarti tidak semua siswa dapat mengikuti program ini.

Selain pertukaran pelajar internasional, modul pendidikan kewarganegaraan juga dapat mengajarkan siswa untuk menjadi warga negara global. Dalam modul ini, siswa diajarkan tentang isu-isu politik saat ini seperti pemilihan umum, demokrasi, hubungan internasional serta masalah internasional. Siswa dimaksudkan untuk memiliki keterampilan yang dapat membantu mereka untuk lebih terbuka terhadap orang-orang dari kelompok yang berbeda. Alhasil, setelah mengajarkan pendidikan kewarganegaraan, ketika mahasiswa sampai pada kehidupan nyata, mereka mampu berkembang dan bergabung dengan komunitas yang berbeda dengan mereka.

REFERENSI

Johnson, B., & Christensen, B. (2008). Penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Sage.

Biesta, G. (2012). Metode campuran. Dalam J. Arthur, Metode dan metodologi penelitian dalam pendidikan. Publikasi bijak.

(7)

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Metode penelitian dalam pendidikan (edisi ke- 7). Routledge.

Newby, P. (2010). Metode penelitian untuk pendidikan. Metode penelitian untuk pendidikan.

Katzarska-Miller, I., & Reysen, S. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan Global Inklusif:

Mengukur Jenis Warga Negara Global. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Kesetaraan Global, 6(1), 1-23.

Rathburn, M., & Lexier, R. (2016). Kewarganegaraan Global di Universitas Kanada:

Kerangka Kerja Baru. Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Ekuitas, 5(1), 1- 25.

Rubin, D. L., Landon, A., Tarrant, M., Stoner, L., & Mintz, L. (2016). Mengukur Sikap Terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat: Indeks Kewarganegaraan Global. Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 5(1), 1-16.

Feagan, R. B., & Boylan, M. (2016). Habitat for Humanity dan Kemitraan Universitas:

Meningkatkan Pembelajaran Pengalaman Internasional di El Salvador. Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 5(1), 1-34.

NguyenVoges, S. R. (2016). Menumbuhkan Kewarganegaraan Global di Luar Negeri: Kasus Siswa MBA Asia di Dubai. Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 5(1), 1-20.

Dei, G. J., & Simmons, M. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dan Cara Mengetahui yang Diwujudkan: Apa yang dapat dipelajari dari suara pemuda Ghana di sekolah dan pendidikan? Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 5(1), 1-20.

McLean, L. R., & Sharon, C. A. (2016). Memikirkan Kembali Sumber Daya Kewarganegaraan Global untuk Guru Baru: Mempromosikan Pemikiran Kritis dan Kesetaraan. Jurnal Global Citizenship & Equity Education, 5(1), 1-4.

Guo, L. (2014). Mempersiapkan Guru untuk Mendidik Kewarganegaraan Global Abad ke- 21: Membayangkan dan Memberlakukan. Jurnal Kewarganegaraan Global &

Pendidikan Kesetaraan, 4(1), 1023.

Gaboune, A. (2014). Identitas dan Pendidikan. Jurnal Global Citizenship & Equity Education, 4(1), 1-7.

Carr, P. R., Pluim, G., & Howard, L. (2014). Menghubungkan Pendidikan Kewarganegaraan Global dan Pendidikan untuk Demokrasi melalui Keadilan Sosial: Apa yang dapat kita pelajari dari perspektif kandidat pendidikan guru? Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan & Kesetaraan Global, 4(1), 1-21.

Jaffee, A. T., Watson, V. W., & Ksatria, M. G. (2014). Menuju Kewarganegaraan Kosmopolitan yang Diberlakukan: Konseptualisasi Baru Pembelajaran dan Tindakan Sipil Imigran Afrika di Amerika Serikat. Jurnal Global Citizenship & Equity Education, 4(1), 1-18.

Wyper, L. E. (2014). Kepemimpinan transformatif dan keragaman: Kebutuhan akan agen perubahan, pengikut, dan titik kritis di lembaga pendidikan kita. Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 4(1), 1-11.

Larsen, M. A. (2014). Kewarganegaraan Global Kritis dan Pembelajaran Layanan Internasional: Studi Kasus Efek Intensifikasi. Jurnal Kewarganegaraan Global &

Pendidikan Kesetaraan, 4(1), 1-43.

Watson, D. A., Hillsburg, H., & Kamar, L. (2014). Politik Identitas dan Kewarganegaraan Global dalam Atletik Elit: Membandingkan Caster Semenya dan Oscar Pistorius.

Jurnal Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 4(1), 1-33.

(8)

Mertens, D. M. (2014). Penelitian dan evaluasi dalam pendidikan dan psikologi:

Mengintegrasikan keragaman dengan metode kuantitatif, kualitatif, dan campuran.

Publikasi SAGE.

Referensi

Dokumen terkait

bawah ini yang lebih mendukung Anda dalam mengambil keputusan tersebut. Lingkari salah satu jawaban sesuai dengan pemahaman Anda. Informasi merah termasuk teknik penganggaran modal

Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Yang Dilakukan Bank

4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,

a. Seorang perempuan berusia 2# tahun datang dengan keluhan terasa tidak nyaman di perut bagian baah. 5eluhan disertai benjolan yang keluar dari kemaluannya. Dari

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengumumkan akuisisi dari tahun

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan , maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh Cash Ratio, Current Ratio, Total Assets Turnover,