• Tidak ada hasil yang ditemukan

Life Cycle Assessment pada Pengelolaan Sampah Botol Plastik di TPA Kampus Jatinangor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Life Cycle Assessment pada Pengelolaan Sampah Botol Plastik di TPA Kampus Jatinangor"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Life Cycle Assessment Pada Pengelolaan Sampah Botol Plastik di TPA Kampus Jatinangor

Anysa Haryuningsari Dewi1, Boy Macklin 2, Edy Suryadi3, Wahyu Kristian Sugandi4

1,2,3,4Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected], 4[email protected]

Abstrak—Kondisi dan keadaan lingkungan di TPA Ciparanje Kampus Unpad Jatinangor mengalami adanya timbunan sampah mencapai 1-2 ton/minggunya. Pengelolaan sampah plastik di TPA Ciparanje Kampus Unpad Jatinangor saat ini masih dilakukan dengan cara pembakaran sehingga dapat menghasilkan emisi gas yang berbahaya bagi lingkungan. Pengolahan sampah dengan pembakaran sampah akan menghasilkan gas metana, karbon dan nitrogen yang dapat menyebabkan pemanasan global dan pemicu dalam perubahan iklim.Tujuan dari penelitian ini yaitu menilai dampak lingkungan dari pengolahan sampah ekstising di TPA Ciparanje UNPAD Jatinangor berserta skenario alternatifnya menggunakan life Cycle Assessment (LCA). Skenario alternatif dalam pengolahan sampah berupa daur ulang sampah botol plastik dengan menggunakan mesin menjadi cacahan plastik. Ruang lingkup studi yaitu pengangkutan sampah, pengolahan sampah dengan cara pembakaran dan daur ulang sampah. Dampak lingkungan yang nilai berupa pemanasan global, asdifikasi, ozon, human toxicity soil dan water, eutrofikasi. Dampak lingkungan dari skenario eksisting menunjukkan nilai tertinggi terutama yaitu pada human toxicity soilsebesar 9,49E3 m3 dan pemanasan global sebesar 4,01E8 KgCO2eq pada skenario pembakaran sampah. Skenario alternatif berupa daur ulang sampah plastik menunjukkan dampak yang lebih kecil dibandingkan skenario pembakaran sampah.

Kata Kunci—life cycle assessment, pengolahan sampah, sampah plastik, dampak lingkungan

I. PENDAHULUAN

Aktivitas manusia dapat menghasilkan residu berupa padatan atau sampah. Berdasarkan data statistik produksi sampah plastik di Indonesia, dimana produksi tahun ini mencapai 6,8 juta ton dan diprediksi akan tumbuh 5% pertahun, dapat dikatakan konsumsi produk berbahan plastik masih terus meningkat. 6,8 juta ton sampah plastik dipecah menjadi 10% pengumpulan dan daur ulang, 20% pengumpulan dan pembuangan yang diatur, 47 %, 5% pembuangan di darat, dan 9% kebocoran ke laut, danau, dan sungai.

Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh penanganan pemerintah daerah pada sampah plastik sebesar 2,1 juta ton, atau 32% dari seluruh jumlah sampah yang terkumpul, yang dibuang tanpa pengelolaan langsung ke tempat pembuangan akhir atau tempat pembuangan sampah (TPA). Sekitar 1% dari semua sampah yang dikumpulkan di Indonesia diproses di fasilitas pengelolaan sampah berbasis Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R), sedangkan 8% sampah plastik dikumpulkan oleh pemerintah daerah untuk diangkut ke tempat pembuangan terbuka resmi tetapi tidak dikelola [1].

Permasalahan tersebut serupa dengan Tempat Pembuangan Akhir Ciparanje UNPAD Jatinangor. Kondisi dan keadaan lingkungan di TPA Ciparanje Kampus Unpad Jatinangor mengalami adanya timbunan sampah salah satunya sampah plastik.

Berdasarkan hasil observasi ke TPA Ciparanje (2022) Sampah yang dapat dikumpulkan ke TPA dengan menggunakan truk sampah berkisar 1,8 ton/harinya dengan rasio 70% sampah organic 30% anorganik. Sampah anorganik yang dikumpulkan mayoritas yaitu sampah plastik. Sampah plastik perhari dapat menghasilkan 10 kg dalam masa WFH (Work From Home), apabila dalam keadaan normal dapat memproduksi sampah plastik hingga 3x. Menurut data dari penelitian Suitanable Waste Indonesia (SWI) sampah plastik yang dapat diolah kembali jumlahnya kurang dari 10% dan 50% tetap akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir akan menimbulkan emisi gas yang berdampak negatif bagi lingkugan.

Dengan hal itu, perlu diadakannya pengelolaan sampah dan perlu ada perubahan konsep dari sampah yang dikumpulkan, diangkut lalu dibuang menjadi menggunakan konsep daur ulang (reduce-reuse-recycle) [2].

Pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA Ciparanje kurang optimal, hal ini berdasarkan hasil observasi lapangan terdapat dua cara dalam pengelolaannya yaitu landfill dan pembakaran dengan menggunakan rumah pembakaran. Pembakaran dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca sehingga dapat mencemari udara dan berdampak negatif bagi kesehatan. Asap yang dihasilkan dari pembakaran memiliki senyawa yang berbahaya seperti CO. CO2, CH4, SO2, senyawa Volatile Organik Compound (VOC) dan lain-lainnya [3]. Pengelolaan sampah plastik dengan landfill dapat mencemari tanah dimana timbulan sampah tersebut dapat menutupi daerah resapan tanah sehingga dapat mengurangi daerah resapan. Tanah yang tertimbun oleh sampah akan mengalami penurunan kualitas kesuburan dikarenakan partikel yang terkandung dalam plastik memiliki racun yang dapat membunuh hewan pengurai seperti cacing. Partikel sampah yang dicerna oleh hewan ataupun tumbuhan tidak dapat terurai sehingga akan menjadi

(2)

racun berantai [4]. Pengelolaan sampah yang ada di TPA UNPAD perlu adanya perubahan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Proses daur ulang sampah plastil dapat mengurangi energi yang dapat dibandingkan melalui data jumlah konsumsi energi selama tahap proses daur ulang material hingga menjadi produk [5]. Hasil dari daur ulag sampah botol plastik menjadi produk berupa cacahan plastik.

Dalam proses daur ulang, perlu adanya pengukuran mengenai dampak dari penggunaan material yang ada di olah sehingga dapat menentukan pengoprasian dalam proses tersebut. Pengukuran dampak proses daur ulang sampah plastik dapat diukur dan dianalisis menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Metode LCA yaitu metode untuk identifikasi, menghitung energi, pengambilan keputusan serta rekomendasi yang akan digunakan dalam mengelola sampah dengan mempertimbangan lingkungan dan analisis bebannya dari semua tahapan dalam siklus hidup produk sehingga dapat dikatann cradle to grave [6,7]. Dengan metode Life Cycle Assessment (LCA) yang diterapkan pada TPA Ciparanje Kampus Unpad Jatinangor dapat membantu mengetahui dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan dalam proses pengelolaan sampah di TPA serta dapat menentukan perbaikan guna meminimalisir dampak lingkungan yang akan terjadi. Pengelolaan sampah secara khusus yaitu benar-benar menerapkan prinsip zero waste [8]. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian dampak lingkungan terhadap pengelolaan sampah plastik dengan menggunakan metode analisis Life Cycle Assessment (LCA).

II. TINJAUANPUSTAKA A. Sampah Plastik

Plastik merupakan salah satu alternatif pilihan yang efektif dan efisiensi dari bahan lainnya sehingga sampah plastik semakin hari mengalami kenaikan seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat sekitar. Sampah plastik memiliki sifat sulit untuk terdegradasi (non-biodegradable), sehingga diperkirakan membutuhkan sekitar 100-500 tahun untuk dapat terdekomposisi dengan sempura [9]. Metode pengelolaan sampah plastik bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu bisa dengan landfill, sanitari landfill, incinerator dan daur ulang. Sampah plastik yang berada di dalam tanah tidak dapat di uraikan oleh mikroorganisme sehingga berakibatkan mineral pada tanah baik organik maupun anorganik semakin berkurang. Karena itu, fauna tanah seperti cacing dan mikoorganisme tanah yang hidup di dalam tanah jarang ada, sebab sulitnya untuk memperoleh makanan. Sampah plastik memiliki banyak jenis diantaranya polistirena, Polyethlene Terephthalate (PET), High Density Polyethlene (HDPE) dan lain sebagainya [10]

B. Polyethylene Terephthalate (PET)

Salah satu jenis plastik yang keras disebut PET, atau polyethylene teraphthalate. Botol yang terbuat dari bahan ini biasanya digunakan untuk minuman (air mineral, jus, dan lain-lain). Meskipun merupakan bahan yang kokoh, jenis plastik ini tidak disarankan untuk digunakan dengan air hangat atau panas karena tidak tahan terhadap suhu air yang tinggi. Benang karpet, pengisi serat, dan geotekstil semuanya dapat dibuat dari serpihan dan pelet PET yang telah dibersihkan dan didaur ulang. Poliester adalah nama umum untuk polietilen tereftalat [11].

C. Pengolahan Sampah

Dalam peraturan perundang-undangan No. 18 Tahun 2008 mengenai pengelolaan sampah yang dimana mengatakan bahwa sampah merupakan sisa suatu kegiatan yang berbentuk padat atau semi padat dengan memiliki zat organic atau anorganik yang bersifat dapat terurai atau tidak terurai sehingga dianggap tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

D. Life Cycle Assessment

Untuk menghindari pemborosan sumber daya, penilaian siklus hidup (LCA) adalah proses untuk sepenuhnya mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai beban atau dampak lingkungan pada setiap langkah siklus hidup sumber daya [6]. Tujuan dari LCA yaitu guna menganalisis penghematan energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca, energi lingkungan yang berfokus mengenai sumber daya seperti tanah, air, udara, dan lainnya. LCA adalah metode kuantitatif untuk mengevaluasi efek lingkungan dan efek prospektif dari suatu produk [12]. Tahapan yang harus dilakukan dalam penentuan dampak lingkungan dalam suatu produk menggunakan metode analisis LCA yang dijelaskan pada Gambar 1.

(3)

Definisi Tujuan dan Ruang Lingkup

Analisis Inventori

Analisis Pendugaan Dampak

Interpretasi

Gambar 1. Tahapan LCA Sumber: ISO 14040 (1997)

Tahapan LCA yang tertera pada Gambar 1. yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan analisis dampak lingkungan dengan menggunakan metode LCA standar ISO. Standar ISO yang digunakan dalam LCA yaitu standar ISO Series. Standar ISO yang terkait dengan LCA:

1. Goal and Scope atau definisi dari tujuan dan ruang lingkup. Dalam hal ini memuat tujuan analisis LCA berupa membandingkan satu proses dengan lainnya, sehingga dapat memilih beberapa alternatif produk atau proses yang lebih ramah lingkungan [13]. Pembatasan dalam ruang lingkup digolongkan menjadi 4 bagian:

- Cradle to grave : bahan mentah hingga produk digunakan

- Cradle to gate: bahan mentah hingga ke gate sebelum produk digunakan - Gate to gate: yang ditinjau berupa aktivitas terdekat

- Cradle to cradle: bahan mentah hingga daur ulang bahan mentah tersebut.

2. Life Cycle Inventory (LCI). Dalam tahapan ini terdapat pengumpulan dan perhitungan data guna mengukur input yang sesuai dan output dari system secara keseluruhan. Data persediaan berupa bahan material dan konsumsi energi, emisi padat, cair dan gas. Tujuan dari tahapan ini berupa menjelaskan mengenai pengaruh lingkungan perbagian dari life cycle suatu material [14].

3. Life Cycle Interpretation Assessment (LCIA). Tahapan ini melakukan evaluasi potensi dampak lingkungan yang ditimbulkan dan beban lingkungan yang diukur. Data pada tahapan LCIA yang dimasukkan akan di konversikan ke dalam indicator lingkungan seperti indicator global worming, asidifikasi, dan lainnya, sehingga mempermudah untuk memahami tentang lingkungan [15].

4. Interpretasi mengenai requirements and Guidelines. Tahapam ini mengenai tahapan hasil LCI/LCIA yang di gabungkan, kemudian di analaisis sebagai dasar kesimpulan sehingga akan menghasilkan beberapa rekomendasi yang bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan sesuai dengan goals and scope [16].

III. Metodelogi Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir Ciparanje, Kampus Unpad Jatinangor. Pengambilan data dilakukan selama dua minggu untuk mengambil sample sampah botol plastik pada akhir bulan Mei dan awal bulan Juni 2022. Selanjutnya dilakukan pengolahan data selama 2 bulan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2022.

B. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berbagai Pustaka mengenai sampah plastik, pengolahan sampah plastik dan LCA, hasil wawancara, diskusi, data emisi energi sampah plastik, dan lain sebagainya. Peralatan yang digunakan yaitu komputer berserta program komputer Simapro 9.3.0.3 untuk melakukan analisis data.

C. Tahapan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitaf. Dalam penelitian ini data yang didapatkan untuk mengolah datanya yaitu dengan menggunakan perangkat lunak Simapro 9.3.0.3 untuk melakukan fase assessment. Data yang digunakan yaitu data melalui hasil observasi dan wawancara. LCA menghitung nilai input seperti jumlah sampah yang terkumpul, energi yang digunakan, serta output yang dihasilkan sehingga dapat menilai potensi dampak lingkungan dari LCA dengan standar ISO 14040.

1. Life Cycle Assessment

Ada empat langkah dalam melakukan ananalisis dengan LCA yaitu:

a) Penentuan Goal and Scope

(4)

Tahapan pertama yang dilakukan yaitu melakukan penetapan goal and scope guna sebagai arahan dan Batasan yang jelas dari penelitian ini. Goal and scope dapat berpengaruh terhadap hasil evaluasi dari analisis Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan dari peneran LCA dalam penelitian ini yaitu menilai dampak lingkungan dari pengelolaan sampah eksisting di TPA Ciparanje Kampus UNPAD Jatinangor berserta skenario alternatifnya. Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi pengangkutan sampah dari sumber sampah, pengelolaan sampah di TPA dalam kondisi eksisting (pembakaran sampah) dan daur ulang sampah sebagai skenario alternatif dalam pengelolaan sampah., system yang akan dievaluasi, batasan-batasan yang akan diteliti, asumsi yang berhubungan dengan dampak pada sepanjang siklus hidupnya. Dalam penelitian ini goal yang dicapai yaitu mengidentifikasi dampak lingkungan yang terjadi pada sampah plastik, sedangkan untuk ruang lingkupnya yaitu proses daur ulang sampah plastik yang diteliti, scenario limbah.

Proses daur ulang sampah dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah plastik. Sampah botol plastik yang dicacah terlebih dahulu dilakukan pemilahan serta pemisahan antara label dan tutup botol. Hal ini dikarenakan label dan tutup botol memiliki jenis bahan yang berbeda dengan botol plastik. Botol plastik yang sudah dipisahkan dimasukkan kedalam mesin bersamaan dengan dialiri air untuk dilakukan pencucian. Cacahan plastik yang keluar dari mesin dilakukan pengeringan.

b) Life Cycle Inventory (LCI)

Tahapan life cycle inventory (LCI) merupakan tahapan mengumpulkan data yang mendukung dalam menganalisis.

Inventory analysis terdiri dari pembuatan diagaram alir dalam skenario yang diamati, pengumpulan data pada semua aktivitas dalam sistem, dan perhitungan beban lingkungan yang ditimbulkan. Data yang diperlukan meliputi :1) teknis dalam pengelolaan sampah, 2) laju timbulan sampah, 3) komponen dan komposisi sampah, 4) rute kendaraan pengangkut sampah, 6) kebutuhan bahan bakar pada mesin dan alat transportasi. Data yang didapatkan berdasarkan hasil survey dan observasi. Data pada faktor emisi dan faktor ekuivalensi pada tahapan ini diperoleh oleh berbagai sumber yang relevan dengan penelitian ini, seperti faktor emisi kendaraan pengangkut sampah dari IPCC [17], faktor emisi solar yang digunakan pada mesin [17], faktor emisi pembakaran sampah dari Martin dan Elena [18].

Keberhasilan dalam menganalisis ditentukan dari tahapan ini. Dalam siklus hidup suatu produk, melibatkan berbagai proses didalam siklusnya.

Jumlah Sampah Plastik :

Jumlah sampah plastik dihitung dari presentase keseluruhan sampah yang dihasilkan serta muatan sampah yang dapat diangkut dengan menggunakan truk. Presentase pada sampah anorganik sebesar 30%. Untuk sampah plastik sendiri memiliki presentasi sebesar 4%.

Sampah anorganik = Volume bak x 30%

densitas bak sampah

x 55 kg

….. (1) Volume Bahan Bakar yang Digunakan di Mesin :

Volume bahan bakar yang digunakan pada mesin pencacah plastik dihitung dari penggunaan mesin setiap jamnya plastik digunakan pada proses pencacahan plastik.

Volume bahan bakar = massa bahan bakar (kg)x konsumsi solar per kg bahan (L

kg) ……(2) Perhitungan Emisi Transportasi Pengangkut Sampah :

Volume bahan bakar transportasi pengangkut dihitung pada energinya dengan menggunakan heating value sebesar 0,038 GJ/l [20] kemudian dikalikan dengan faktor emisi CO2 (74.100 kg/TJ), CH4 (3,9 kg/TJ), N2O (3,9 kg/TJ) [17] dan CO (150 mg/MJ), NOx (570 mg/MJ), SO2 (2 mg/MJ) [21]

Emisi transportasi = fuel (joul) x faktor emisi ……(3)

Data yang sudah didapatkan dilakukan perhitungan termasuk menvalidasi data yang dikumpulkan dengan data unit proses, arus referensi dari unit fungsional. Hasil dari pengelolaan data yang didapatkan berupa network yang memberikan gambaran hubungan antara setiap prosesnya yang sudah diinput. Hasil dari network sendiri berupa alur yang berwarna garis merah yang menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan antar proses dan pergerakan alurnya dari bawah ke atas.

c) Life Cycle Impact Assessment (LCIA)

Tahap Life Cycle Impact Assessment (LCIA) yaitu tahapan untuk mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari data yang di kumpulkan pada tahap LCI. Pada penilaian dampak harus memiliki penilaian terhadap dampak Kesehatan manusia, ekologi dan potensial lingkungan. Pada penelitian ini dampak yang akan dinilai berdasarkan kategori dampak pada tanah, air, udara, global warming. LCIA terbagi kembali menjadi beberapa tahap [19] :

1) Klasifikasi dan karakterisasi

Tahap klasifikasi merupakan tahap dalam memilih kategori dampak yang dianggap dari bagian LCIA. Tujuan klasifikasi yaitu menggabungkan hasil dari Life Cycle Inventory (LCI) masuk ke kategori dampak. Pada tahap

(5)

ini dapat disesuaikan dengan goals and scope guna memandu proses dalam pengumpulan data dan melakukan peninjauan kembali sesuai dengan tahapan pengumpulan data. Karakterisasi yaitui tahap mengukur dampak selama proses daur ulang pada setiap klasifikasi dampak menggunakan konversi.

2) Normalisasi

Tahap normalisasi yaitu tahap proses analisis data dengan membandingkan indicator dampak dan kategori dampak yang ada sehingga dapat menormalisasikan hasil indicator tersebut dengan membagi hasil referensi yang telah dipilih.

3) Pembobotan

Tahap pembobotan dilakukan proses pembobotan terhadap kategori dampak yang berbeda berdasarkan dengan prioritas.

d) Imprementasi

Tahap imprementasi yaitu tahap memberikan kesimpulan dari goal dan scope yang telah diidentifikasi sebelumnya.

IV. Hasil dan Pembahasan

Penelitian dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir Ciparanje Kampus Unpad Jatinangor. Sistem pengolahan sampah anorganik yang ada di TPA Ciparanje masih dilakukan dengan cara pengolahan sampah dengan pembakaran menggunakan rumah pembakaran. Hasil dari pembakaran tersebut bisa menimbulkan emisi gas yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Sistem pengolahan persampahan yang ada di TPA Ciparanje Kampus Unpad masih dikatakan belum optimal terutama pada sampah plastik.

Sampah plastik apabila dibiarkan begitu saja akan menghasilkan emisi gas rumah kaca sehingga dapat mengalami pemanasan global.

Pengolahan sampah di TPA Ciparanje belum menerapkan prosedur 3(reduce, recye, dan reuse) untuk mengurangi gas rumah kaca.

Sampah anorganik yang dikumpulkan di TPA Ciparanje sebelumnya dilakukan daur ulang dilakukan proses pengumpulan dan pemilahan. Berdasarkan hasil observasi sampah anorganik yang ada di TPA Ciparanje Kampus Unpad Jatinangor perharinya berkisar 500-1 ton. Berikut timbulan sampah yang dihasilkan dari TPA Ciparanje.

TABEL I. TIMBULAN SAMPAH ANORGANIK DI TPA CIPARANJE.

(sumber: dokementasi pribadi, 2022)

Pengolahan sampah plastik yang dikumpulkan di TPA Ciparanje biasanya dilakukan pembakaran untuk pengelolaannya, sedangkan sampah plastik memiliki nilai apabila dilakukan daur ulang. Salah satu jenis sampah plastik yang dapat dilakukan daur ulang di Kampus Unpad Jatinangor yaitu botol plastik. Sampah botol plastik dapat didaur ulang kembali menjadi suatu produk yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan yaitu cacahan plastik. Di dalam proses pencacahan plastik menghasilkan data energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin, data input kapasitas botol plastik yang dapat diolah di mesin plastik. Data yang didapat pada setiap proses akan ddigunakan untuk dianalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan pada setiap proses dengan menggunakan perangkat lunak Simapro 9.3.0.3. Metode yang digunakan dalam analisis yaitu EDIP tahun 2003.

(6)

A. Inventory Analysis

Input sumber daya per kg sampah plastik yang diolah terdapat pada tabel 1. Beban lingkungan diperoleh dari data input dan output dalam inventory analysis. Tabel input dan output dalam inventory analysis. Tabel input sumber daya masing-masing skenario terdapat pada tabel 2.

TABEL II. INPUT SUMBER DAYA PER BULAN PROSES PENGOLAHAN SAMPAH PADA SKENARIO Aktivitas Jenis Sumber Daya Input per bulan proses

Pengumpulan Sampah Sampah 300 kg

Transportasi Solar Pengangkut sampah 120 L

Pencacahan

Solar pencacah 70 L

Air 18,33 L

(Sumber: Hasil Perhitungan)

B. Life Cycle Impact Assessment (LCIA)

Kategori dampah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu global warming, ozone depletion, ozone formation, acidification,, human toxicity, dan ecotoxicity. Tahapan pertama yang dilakukan dalam LCIA yaitu mengkelompokkan substansi emisi ke dalam kategori dampak yang telah dipilih, seperti CO2 yang digolongkan ke dalam pemanasan global. Dalam LCIA ada beberapa proses yang dilakukan yaitu karakterisasi, normalisasi, pembobotan, dan pemberian skor. Proses karakterisasi merupakan langkah kuantitatif dalam menghitung emisi yang bermacam-macam sesuai pada kategori dampak agar memiliki unit yang sama sehingga menggunakan equiivalency factor, contohnya seperti pemanasan global yang ditunjukkan dengan ekuivalensi terhadap CO2 (CO2eq). Pemanasan global mengalami penurunan pada skenario 2 yaitu Daur ulang. Skenario eksisting pembakaran sampah sebesar 4,01E8 KgCO2q dan untuk skenario daur ulang sampah plastik sebesar 3,74E8 KgCO2eq.

Dampak lingkungan terhadap human toxicity baik pada tanah dan air memiliki penilainnya cukup tinggi. Skenario eksisting berupa pembakaran sampah memiliki emisi human toxicity soil sebesar 9,49E3 m3, sedangkan pada human toxicity water sebesar 24 m2. Hal ini menunjukkan bahwa emisi dapat berdampak pada kesehatan manusia. Emisi ini dapat melalui beberapa elemen seperti udara, air, dan tanah. Indeks yang dihitung mencerminkan pada potensi bahaya pada suatu unit kimia yang dilepaskan ke lingkungan, berdasarkan pada toksisitas yang melekat pada suatu senyawa dan dosis potensinya [Hetwich EG., dkk, 2001]. Skenario eksisting mengeluarkan dampak acidifikasi yang dimana dampak yang berpengaruh pada emisi nitrogen (Nox dan NH3). Dampak pada acidifikasi mengalami penurunan pada skenario 2. Asidifikasi digunakan untuk menilai keasaman yang terjadi pada tanah. Dengan pengelompokan ini, data yang diperoleh dapat memudahkan dipahami. Kerugian akibat pemanasan global, asidikasi, dan eutrofikasi terdapat pada tabel 3

TABEL III. HASIL KERUGIAN PADA KESEHATAN MANUSIA DAN KUALITAS EKOSISTEM

C. Interpretasi Hasil

Dampak lingkungan yang paling besar dalam penelitian ini yaitu pada human toxicity. Human toxicity yang dihasilkan terdapat dua kategori yaitu pada tanah dan air (Gambar 2) baik pada skenario eksisting dan skenario alternatif. Dampak lingkungan yang diperoleh dapat diamati dominansi emisinya secara detail berdasarkan aktivitas yang ada didalamnya. Skenario eksisting menunjukkan nilai yang lebih besar pada setiap dampaknya, sedangkan pada skenario alternatif dapat mengurangi nilai pada setiap dampak. Emisi CO2 dari transportasi, mesin pencacah plastik dan pembakaran ikut turut memberikan kontribusi kepada dampak pemanasan global. Dampak pada pemanasan global terlihat memiliki nilai besar pada skenario eksisting sebesar 4,01E8 KgCO2eq dibandingkan skenario alternatif sebesar 3,74E8 KgCO2eq. Skenario 1 memiliki nilai dampak ozon formation baik pada vegetatif

(7)

sebesar 5,85E6 dan Human sebesar 471 person.ppm.h, sedangkan untuk skenario 2 memiliki nilai dampak ozon formation pada vegetatif sebesar 5,44E6 m2.ppm.h dan human sebesar 438 person.ppm.h. Beban pada eutropikasi pada skenario 1 sebesar 311 Kg N lebih besar dibandingkan skenario 2 sebesar 290 Kg N. Besarnya nillai eutrofikasi disebabkan senyawa nitrogen yang dapat mengemisikann ke lingkungan terutama dalam bentuk NH3 [22].

Berdasarkan dampak pemanasan global yang ditimbulkan, skenario alternatif menunjukkan beban yang lebih rendah dibandingkan skenario eksisting. Pemanasan global dapat mempengaruhi ekosistem baik terestrial maupun akuatik. Organisme terestrial baik tumbuhan atau hewan dapat terkena dampak dari pemanasan global. Di Indonesia mengalami pemanasan global sehingga dapat berdampak pada komunitas terumbuk karang di Gili Matra, Nusa Tenggara Barat dimana mengalami peningkatan suhu pada tahun 2016 sehingga adanya pemutihan pada beberapa genus terumbu karang yang rentan. Nilai kepunahan pada spesies dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pemanasan global, asidifikasi, dan eutrofikasi. Ketiga dampak lingkungan di atas dapat membahayakan kualitas ekosistem dan kesehatan manusia. Sementara pengasaman dan eutrofikasi hanya berpengaruh pada kualitas ekosistem yang terlihat dari kepunahan spesies hewan dan tumbuhan, pemanasan global berdampak pada kesehatan manusia dan kualitas ekosistem.

Gambar 2. Grafik Dampak Lingkungan Pada Setiap Skenario

V. Kesimpulan

Analisis LCA pada penelitian menunjukkan bahwa dampak lingkungan berupa human toxicity merupakan dampak lingkungan tertinggi pada masing-masing skenario pengelolaan sampah di TPA Ciparanje Kampus UNPAD Jatinango, terutama pada skenario eksisting sebesar 9,49E3 m2. Aktivitas yang dapat memberikan dampak besar pada kesehatan manusia yaitu pembakaran sampah.

Sementara itu, dampak yang memiliki nilai terbesar kedua berupa pemanasan global, terutama pada skenario eksisting yaitu 4,01E8 KgCO2eq. Upaya mitigasi untuk skenario eksisting berupa pengurangan pengelolaan sampah dengan pembakaran dan beralih dengan melakukan pengelolaan daur ulang sampah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada petugas P3L dan petugas di TPA Ciparanje Kampus atau penyediaan informasi serta data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] NPAP Indonesia. Mengurangi Polusi Plastik Secara Radikal di Indonesia Rencana Aksi Multipemangku Kepentingan Kemitraan Aksi Plastik Global berkolaborasi dengan Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia. Hal. 10. Geneva. Switzerland. 2020.

[2] Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta

[3] Wahyudi J. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dari Pembakaran Terbuka Sampah Rumah Tangga Menggunakan Model IPCC. Jurnal Litbang Vol. XV (1). Hal 65-75. Pengelolaan Sampah Pemukiman. Jakarta:Pustaka Sarana.

[4] Rosmiati Vita dan Hadiyanto. Life Cycle Assessment and Energy Efficiency from Industry of Plastic Waste Recycling. E3S Web of Conferences 202. 2019.

[5] Marta L. Gaol. Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan Sampah Pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus: TPA Jabon Kabupaten Sidoarjo). Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 2017.

[6] Palupi A.H., Ishardita P.T., dan Ratih A.S. Evaluasi Dampak Lingkungan Produk Kertas Dengan menggunakan Life Cycle Assessment (LCA) dan Analytic Network Process (ANP). Jurnal Rekayasa dan Menejemen Sistem Industri. Vo. 2 (5):2. 2012

[7] Larasati, A. A., & Puspikawati, S. I. Pengolahan Sampah Sayuran Menjadi Kompos Dengan Metode Takakura. Jurnal Ikesma. Vol 15 (60-68). 2019 [8] Karuniastuti, N. 2013. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Jurnal Forum Teknologi 3 (1). Hal 6-14. 2013.

[9] Ahman. D dan Dorgan. J. Pengertian Plastik. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. 2007

(8)

[10] Azwar. L. Pemanfaatan Limbah Plastik Polyethylene Terepthalate (PET) untuk Bahan Tambahan Pembuatan Paving Block. Artikel Imliah, Jurusan Teknik Sipil Universitas Mattaram Lombok. 2015

[11] ISO 14040. International Standard ISO 14040 - Environmental Management - Life Cycle Assessment - Principles and Framework.. 1997

[12] ISO 14041. International Standard ISO 14041 - Environmental Management - Life Cycle Assessment - Goal and Scope Definition and Inventory Analysis.1998 [13] ISO 14042. International Standard ISO 14042 - Environmental management - Life Cycle Assessment - Life Cycle Impact Assessment.. 1999

[14] ISO 14044. International Standard ISO 14044 - Environmental Management - Life Cycle Assessment- Requirements and Guidelines.. 2006 [15] ISO 14043. International Standard ISO 14043 - Environmental Management - Life Cycle Assessment - Life Cycle Interpretation.. 2002 [16] Intergovernmental Panel on Climate Change. Guidelines for National Greemhouse Gas Inventories. Volume 2. Energy. 2006

[17] Martin B dan Elena H. Thermal Cracking of The Model Seven Components Mixed Plastics Into Oils/Waxes. Petroluem & coal. 52 (3). Hal 164-172. 2010 [18] Vogtlander. The Eco-costs/Value Ratio a Tool to Determine the Long-Term Strategy of De-Linking Economy and Environmental Ecology. International

Journal of Ecodynamics. 1(2). pp. 136- 148. 2006

[19] McDougall, F. R., White, P.R., Franke, M., & Hindle, P. Intergrated Solid Waste Management: a life cycle inventory. Second Edition. In Blackwell Science.

Wiley. https:doi.org/10.1002/9780470999677.2001

[20] Bojesson, P., & Berglund, M. Environmental Systems Analysis of Biogas Systems – Part I: Fluel-Cycle Emissions. Biomass and Bioenergy. Vol 35(5). 469- 485. https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2005.11.014

[21] Strandroff, H. K., Hoffmann, L., Schmidt, A., & Technology, F. Impact Categories, Normalization and Weighting in LCA. In Danish Ministry of The Environment. Environmental Protection Agency. Vol. 78. 2005

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan sampah di TPA Ngadirojo dilakukan dengan 3 proses, yaitu pemilahan sampah oleh pemulung, pengomposan yang menggunakan EM4 dan tetes tebu sebagai

Sanitary Landfill adalah sistem penimbunan sampah secara sehat dimana sampah dibuang di tempat yang rendah atau parit yang digali untuk menampung sampah, lalu sampah

Batasan penelitian atau ruang lingkup akan membahas pengelolaan sistem pembuangan sampah Rusunawa Seruwei Belawan yang meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan

Untuk mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca dari kegiatan penimbunan sampah dan pembakaran sampah secara terbuka, proses daur ulang dan pengomposan perlu dilakukan. Proses daur

Faktor penghambat dari pemerintah dapat disimak bahwa terdapat 2 (dua) pihak yang dapat mengelola sampah di TPA regional SARBAGITA, baik UPT Pengelolaan Sampah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pencemaran sampah di TPA Supit Urang Malang serta pengelolaan sampah di TPST TPA Supit Urang Malang masih belum bisa dilakukan

2002: 1.20 mengungkapkan 4 empat pilihan pengelolaan sampah pengurangan sampah dari sumber, daur ulang, sampah menjadi energi dan landfilling yang dapat dilakukan secara interaktif

Kondisi eksisting pola HCS pada pengangkutan sampah di Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut, armroll truk dari TPA menuju TPS dan mengambil kontainer yang berisi sampah untuk