• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah sakit memiliki risiko tinggi menjadi tempat penyebaran infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi (Caroline, Wawonrintu and Buntuan V, 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rumah sakit memiliki risiko tinggi menjadi tempat penyebaran infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi (Caroline, Wawonrintu and Buntuan V, 2016)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyebab kematian terbanyak di seluruh dunia.

Sebagai negara berkembang, termasuk Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Salah satu penyebab infeksi yang sering dijumpai adalah karena bakteri. Rumah sakit memiliki risiko tinggi menjadi tempat penyebaran infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi (Caroline, Wawonrintu and Buntuan V, 2016). Prevalensi infeksi nasokomial di rumah sakit dunia mencapai 9% atau kurang lebih 1,40 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia terkena infeksi nosokomial. Penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,70% dari 55 rumah sakit di 14 negara yang berada di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nasokomial. Prevalens infeksi nasokomial paling banyak di Mediterania Timur dan Asia Tenggara yaitu sebesar 11,80% dan 10% sedangkan di Eropa dan Pasifik Barat masing-masing sebesar 7,70% dan 9% (Wahyuningsih et al., 2020) .Kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit di Indonesia masih sangat tinggi, masih ditemukan angka kejadian infeksi sebesar 55,1 % untuk rumah sakit pemerintah dan 35,7 % untuk rumah sakit swasta. Di 3 negara-negara berkembang termasuk Indonesia prevalensi rata-rata terjadinya infeksi nasokomial adalah 9,1%

dengan variasi 6,1 % - 16,0 % (Ratnawati and Sianturi, 2018). Sekitar 1 dari 10 orang yang berkunjung ke rumah sakit akan berhadapan dengan kasus infeksi nosokomial. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi nasokomial adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa (P.

(2)

aeruginosa), dan Klebsiella sp. P. aeruginosa merupakan salah satu bakteri gram

negatif bentuk basil dengan diameter 0,5-1,0 x 3,0-4,0 µm yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah dan saluran kemih (Konoralma, 2019). Menurut hasil studi yang dilakukan di Intensive Care Unit (ICU) Eropa Barat, P. aeruginosa merupakan salah satu organisme yang paling umum ada, yaitu hampir sepertiga (29%) dari semua isolat gram negatif dan didapatkan 17% dari semua kultur positif (Nathwani et al., 2014). Pada penelitian yang dilakukan di Intensive Care Unit (ICU) RSUP Denpasar didapatkan mikroorganisme yang paling sering ditemui adalah P. aeruginosa (18%), Staphylococcus koagulase negatif (12%), Candida spp. (10%), dan Staphylococcus aureus (8%) (Hamdiyati et al., 2016). P. aeruginosa adalah patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki tingkat imunitas yang sangat rendah (Ifriana and Kumala, 2018).

Antibakteri atau antibiotik merupakan pilihan utama untuk mengatasi penyakit infeksi saat ini. Namun dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan pada praktik perawatan Kesehatan. Penderita yang dirawat dirumah sakit dalam jangka panjang semakin banyak, sehingga pajanan terhadap antibiotik semakin bertambah dan penggunaan antibiotik yang berulang pada beberapa strain bakteri tertentu dapat menyebabkan terjadinya resistensi (Ifriana and Kumala, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Nurmala, 2015) di Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak ditemukan pasien infeksi mengalami resistensi terhadap antibiotik sehingga terbentuk pus dengan hasil kultur bakteri gram negatif lebih banyak yaitu 70,28% sedangkan gram positif sebanyak 29.73%.

(3)

Bakteri gram negatif lebih sering menimbulkan resistensi dikarenakan adanya lapisan lipopolisakarida yang terdapat di bagian terluar membran sel bakteri gram negatif sehingga secara alamiah bakteri gram negatif lebih kebal terhadap aktivitas antibiotik dibanding gram positif. Salah satu bakteri yang telah mengalami resistensi antibiotik adalah P. aeruginosa (Herawati and Irawati, 2014;

Virgiandhy and Liana, 2015). Antibiotik yang telah menunjukkan resistensi terhadap P. aeruginosa adalah penicillin G, aminopenicillin, sefalosporingenerasi pertama dan kedua tazobactam, sefepim, aminoglikoside, kuinolon, karbapenem, colistin, dan Fosfomycin (Yayan, Ghebremedhin and Rasche, 2015).

Pengobatan secara alami dapat menjadi pengobatan alternatif sebagai antibiotik atau antibakteri. Penggunaan bahan alami merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif yang dapat digunakan. Penggunaan obat dengan bahan alami secara umum dinilai lebih aman karena memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit (Rachmi and Zamri, 2014). Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai macam tanaman dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif alami. Tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif obat diantaranya adalah buah apel yang populer dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain populer untuk dikonsumsi apel juga memiliki nilai gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia serta sebagai antibakteri, dan antioksidan (Anggraini, Dewa Made Sukrama and Kadek Fiora Rena Pertiwi, 2018). Buah apel (Malus domestica) yang di fermentasi menjadi cuka apel (Apple cider vinegar) memiliki kandungan zat – zat kimia yang aktif seperti polifenol, flavonoid, fenol dan asam asetat yang tinggi yang dapat digunakan sebagai antibakteri.(Fatah., 2019).

(4)

Pada penelitian (Novianty et al., 2021) cuka apel efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25 % dengan daya hambat 14,75 mm, 50 % dengan daya hambat 21,75% dan 100% dengan daya hambat sebesar 24 mm. Selain itu berdasarkan penelitian (Pratama, Husin and Trusda, 2015) menunjukkan cuka apel efektif menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan konsentrasi 12,5 %, 25 %, 50 %, dan 100 %.

Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh cuka apel terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) secara in vitro.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh pemberian cuka apel (Apple cider vinegar) terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa secara in vitro?

1.3 Tujuan Penelitan 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian cuka apel (Apple cider vinegar) terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa secara in vitro.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) cuka apel (Apple cider vinegar) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa secara in vitro

2. Mengetahui Kadar Bunuh Minimum (KBM) cuka apel (Apple cider vinegar) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa secara in vitro

(5)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Klinis

Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh cuka apel (Apple cider vinegar) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.

1.4.3 Masyarakat

Menambah wawasan kepada masyarakat mengenai khasiat cuka apel untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa

Referensi

Dokumen terkait

tari tradisional merupakan wujud dari budaya serta karya manusia yang. didalamnya mengandung banyak nilai, pesan moral, ajaran agama, serta

Menganalisis peta (RBI) merupakan tingkatan tersulit dalam menggunakan peta, karena kegiatan itu biasanya memerlukan informasi lain yang ada di luar peta. Jadi

Gelembung-gelembung itu pecah dari segala sisi, tetapi bila ia jatuh menghantam bagian dari metal seperti impeller atau volute ia tidak bisa pecah dari sisi tersebut, maka cairan

The produced 3D point clouds are gridded to 6 mm resolution from which topographic parameters such as slope, aspect and roughness are derived.. At a later project stage these

Kurangnya bentuk koordinasi dalam bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah kepada para KSM merupakan kendala dalam kegiatan pengelolaan sampah sehingga

Lorsque les commerçants parlent les deux langues, ceux qui ont leur boutique au sud de la route nationale parlent le plus souvent le paloor, alors que ceux qui ont des boutiques

Lama menderita DM, obesitas, kadar gula tidak terkontrol, ketidakpatuhan diet, latihan fisik (olahraga), berpengaruh terhadap kejadian ulkus kaki

Jadi, dapat dikatakan bahwa keterkaitan rahn dengan bai’ al-wafa’ terletak pada barang yang menjadi jaminan di mana barang tersebut sama-sama harus dikembalikan kepada