• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Rapid Test Berdasarkan Tingkat Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Rapid Test Berdasarkan Tingkat Pendidikan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

93

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Rapid Test Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sophia

1

, Siti Nur Endah

2

, Aulia Dwi Dhestiana

3

1,2,3

STIKES Jenderal A. Yani Cimahi Email: sophia.maryana@yahoo.com

Abstrak: Infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian ibu dan anak. Tahun 2016, kasus HIV/AIDS pada ibu hamil sebanyak 27 kasus terjadi di Kota Bandung. Langkah awal deteksi dini HIV pada ibu hamil yaitu dengan rapid test. Minat ibu hamil untuk melakukan rapid test masih sangat rendah, Hal ini dipengaruhi salah satunya oleh pengetahuan ibu hamil tentang rapid test. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki ibu hamil, semakin baik juga minat untuk melakukan rapid test. Pengetahuan ibu hamil juga erat kaitannya dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang rapid test berdasarkan tingkat pendidikan Di Puskesmas Garuda periode Februari Tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Sampel yang digunakan yaitu ibu hamil sebanyak 58 orang. Pengambilan data primer menggunakan kuesioner, data dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden yang berpendidikan rendah, hampir seluruhnya memiliki pengetahuan kurang tentang rapid test yaitu 6 responden (85,7%), sedangkan dari 47 responden yang berpendidikan menengah, hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup tentang rapid test yaitu 21 responden (44,7%), dan dari 4 responden yang berpendidikan tinggi, sebagian besar memiliki pengetahuan baik tentang rapid test yaitu 3 responden (75%). Disarankan kepada bidan agar melakukan penyampaian informasi mengenai rapid test lebih optimal baik secara langsung melalui media cetak maupun media elektronik untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang tentang rapid test.

Kata Kunci : Pengetahuan, Tes Rapid, Pendidikan

PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) (Widoyono, 2011). Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta dapat menularkan virus kepada bayinya.

Kasus anak yang terinfeksi HIV lebih dari 90%, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau Mother To Child HIV Transmission (MTCT). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif

yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang berisiko. Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat.

Prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% (2012) menjadi 0,49%

(2016), dan jumlah ibu hamil HIV positif yang memerlukan layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) juga akan meningkat dari 13.189 orang pada tahun 2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016 (Kemenkes RI, 2012).

Jumlah kasus HIV positif pada ibu hamil di Kota Bandung periode tahun 2016 yaitu sebanyak 27 kasus dari total keseluruhan ibu hamil dan 3 kasus terjadi Di Puskesmas

(2)

94 Garuda. Jumlah ibu hamil yang melakukan tes

HIV secara sukarela dan menerima hasil yaitu sebanyak 291 orang (Dinkes Kota Bandung, 2016).

Salah satu penularan HIV/AIDS adalah dari ibu ke janin selama kehamilan. Resiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar 24- 25%. Resiko penularan HIV/AIDS ini dapat diturunkan dengan tindakan intervensi bagi ibu hamil HIV positif, yaitu melalui layanan konseling dan tes HIV sukarela, pemberian obat antiretroviral (Kemenkes RI, 2012).

Tes HIV merupakan upaya membuka akses bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat melakukan upaya untuk mencegah penularan HIV ke bayinya, memperoleh pengobatan ARV sedini mungkin, dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2012). Tes HIV berfungsi untuk mendeteksi HIV, virus penyebab AIDS.

Kebanyakan tes ini mencari antibody terhadap HIV. Tes yang paling lazim untuk HIV di sebut tes cepat atau Rapid Test yang mampu menyediakan hasil dalam 20-30 menit setelah contoh darah diambil (Siti Aisyah, 2015).

Tes Rapid dilakukan pada semua sarana pelayanan laboratorium tingkat dasar seperti Pusat Kesehatan Masyarakat, klinik, laboratorium klinik pratama dan pelayanan tingkat sekunder seperti laboratorium rumah sakit, Kabupaten/Kota, Laboratorium Klinik Madya. Bagi laboratorium rujukan tersier, misalnya Laboratorium RS pemerintah kelas A,B, Balai Laboratorium Kesehatan, Laboratorium Klinik Swasta Utama, laboratorium rumah sakit swasta setingkat

rumah sakit kelas B dan C dengan beban kerja yang cukup dianjurkan menggunakan metoda EIA (Enzyme Immuno Assay) (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan sebagai domain penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan tentang HIV/AIDS merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sikap dan pengetahuan seseorang terhadap tes HIV.

karena ibu hamil akan menyadari potensial resiko dari penularan HIV dan manfaat tes.

Efek yang dapat ditimbulkan jika ibu hamil tidak memiliki pengetahuan tentang tes HIV yaitu ibu hamil tidak memiliki minat untuk melakukan pemeriksaan HIV sehingga ibu hamil tidak dapat mengetahui apakah dirinya terinfeksi virus HIV atau tidak, dengan begitu pengobatan dini pada ibu hamil yang terinfeksi HIV positif akan terlambat. (Hermi, 2014).

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Begitu pun sebaliknya.

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Annisaa (2015) di Puskesmas Sukarahayu Sleman Yogyakarta diperoleh bahwa 47,2% ibu yang memiliki pengetahuan cukup adalah yang berpendidikan menengah dan 16,7% ibu yang memiliki pengetahuan kurang adalah ibu dengan pendidikan rendah.

(3)

95 Hal tersebut dapat menyebabkan kurang nya

ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan Tes Rapid karena kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemeriksaan tes rapid berdasarkan tingkat pendidikan?

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Februari Tahun 2017 di Puskesmas Garuda. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang datang ke puskesmas garuda tahun 2017 sebanyak 136 orang. Pengambilan sampel dengan Quota Sampling dan didapatkan 58 responden. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada ibu hamil. Data dianalisis secara univariat.

HASIL

Hasil penelitian tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tes Rapid Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Garuda Periode Februari 2017 melalui pengumpulan data dari 58 Responden didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tes Rapid Pengetahuan F %

Kurang 24 41,4

Cukup 23 39,7

Baik 11 19

Total 58 100

Berdasarkan tabel 1 di atas didapatkan dari 58 responden, hampir setengahnya memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 24 responden (41,4%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Hamil

Berdasarkan table 2 di atas didapatkan dari 58 responden, sebagian besar berpendidikan menengah yaitu sebanyak 47 responden (81%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tes Rapid Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel 3 di atas didapatkan dari 7 responden yang berpendidikan rendah, hampir seluruhnya memiliki pengetahuan kurang tentang tes rapid yaitu sebanyak 6 responden (85,7%), sedangkan dari 47 responden yang berpendidikan menengah, hampir setengahnya memiliki pengetahuan cukup tentang tes rapid yaitu sebanyak 21 responden (44,7%), dan dari 4 responden yang berpendidikan tinggi, sebagian besar memiliki

Pendidikan F (%)

Rendah Menengah

Tinggi

7 47

4

12,1 81 6,9

Total 58 100

Pendidikan

Pengetahuan

Total

Kurang Cukup Baik

n % n % n % n %

Rendah Menengah

Tinggi 6 18 0

85,7 38,3 0

1 21 1

14,3 44,7 25,0

0 8 3

0 17 75

7 100 47 100 4 100 Total 24 41,4 23 39,7 11 19 58 100

(4)

96 pengetahuan baik tentang tes rapid yaitu

sebanyak 3 responden (75%).

PEMBAHASAN

Dilihat dari hasil penelitian, ibu yang berpendidikan rendah hampir seluruhnya memiliki pengetahuan yang kurang tentang tes rapid, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah akan mengakibatkan kurangnya informasi tentang tes rapid sehingga perilaku atau sikap ibu juga akan kurang dalam melakukan tes rapid.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaiknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah, akan menghambat pengembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan hal-hal yang baru diperkenalkan (Notoatmodjo, 2010).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hermi (2014) bahwa responden dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi minat, perilaku dan tindakan individu. Ibu hamil dalam melaksanakan segala upaya akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Ibu hamil

yang berpendidikan tinggi dalam melaksanakan berbagai upaya itu akan terlintas dalam setiap hal yang lebih tenang, mantap, sabar, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Mercy (2015), tingkat pendidikan dapat mendukung tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mengambil keputusan yang lebih baik bahkan memberikan wawasan yang luas jika dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Pendidikan yang baik akan memberikan wawasan yang luas sehingga proses pemahaman dapat berjalan baik.

Seseorang yang berpendidikan rendah biasanya berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan non formal (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar hanya berpendidikan menengah tentunya membuat akses informasi yang ibu terima juga terbatas, yang berakibat pada rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang tes rapid, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu sendiri, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki tentang tes rapid, akan tetapi semakin rendah tingkat pendidikan ibu hamil maka akan semakin rendah pula pengetahuan yang dimiliki tentang tes rapid.

SIMPULAN

(5)

97 Pendidikan yang rendah menyebabkan

pengetahuan kurang tentang tes rapid.

SARAN

Pemberian informasi yang optimal pada ibu hamil mengenai tes HIV terutama tes rapid.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2015. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Tes Rapid Di Puskesmas Ngamprah

Annisaa, dkk. 2015. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS dengan Perilaku Pemeriksaan Test PITC (Provider Initiated Test and Counselling) di Puskesmas Sleman Yogyakarta

Hermi. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV AIDS Dengan Tes HIV AIDS Secara Sukarela Dan Sikap Terhadap Tes HIV AIDS Secara Sukarela Di Puskesmas Gedong Tengen Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Kemenkes RI. 2012. Pedoman Nasional

Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA)

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan pemberantasannya. Jakarta:

Erlangga

Permenkes No.15 Tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik

Wira, Mercy. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Ibu Hamil Dalam Melakukan Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT) Di Puskesmas Bahu Kota Manado

Referensi

Dokumen terkait

0DVDODK GDODP SHQHOLWLDQ LQL \DLWX ³%DJDLPDQD SURVHGXU SHQ\XVXQDQ LQVWUXPHQ HYDOXDVL SHODWLKDQ \DQJ digunakan oleh widyaiswara untuk mengukur keberhasilan pelatihan di Balai

Dalam perspektif reorientasi paradigma pengentasan kemiskinan tersebut, strategi yang perlu dipertimbangkan (Rusastra, 2010) adalah (a) implementasi pembangunan dan

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimanakah motivasi dan hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan

Pasal 245: Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai mata uang atau uang kertas asli dan

Kesepakatan ini sewaktu – waktu dapat dibatalkan / diakhiri tanpa harus menunggu akhir Periode Kontrak dan pemberitahuan terlebih dahulu oleh PIHAK PERTAMA dalam hal

Hasil analisis tersebut dapat menjadi input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas anggaran di masa yang akan dating.Gap Analisis Sub Elemen 1.1 - Komitmen dan

kanker payudara, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut apakah terdapat hubungan antara derajat diferensiasi histopatologik dengan rekurensi kanker

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan pada penelitian ini adalah rencana untuk melaksanakan pembelajaran yang akan mengukur meningkatnya keaktifan