• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS DARING DI MA AL-FALAH TLANAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS DARING DI MA AL-FALAH TLANAKAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS DARING DI MA AL-FALAH TLANAKAN

Oleh: Jalaludin Faruk Azhari, M.Pd.I Moh. Ishbir, M.Pd.I

Abstrak

Penelitian untuk mengetahui problematika dan solusi pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring di MA al-Falah Tlanakan pada masa pandemi covid-19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif adapun untuk memperoleh data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini berupa problematika yaitu metode yang dipakai ialah qawa’id dan tarjamah, terbatasnya menggunakan media pembelajaran dikarenakan sulitnya akses media berbasis IT, penggunaan bahan ajar (buku) yang terpaku satu bahan ajar saja, dan bentuk evaluasi pembelajaran tidak maksimal dikarenakan guru tidak bisa mengontrol secara terhadap peserta didiknya. Adapun solusinya mengalih fungsikan menggunakan metode-metode lain yang membuat siswa lebih aktif meskipun penerapannya lebih banyak menggunakan metode qawa’id dan tarjamah.

Menerapkan media pembelajaran Bahasa Arab berbasis IT. Adapaun bahan ajar guru bisa menggunakan materi dari situs-situs berbahasa Arab yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sedangkan evalusi guru bisa melakukan evalusai berupa tes pertanyaan dengan memanfaatkan aplikasi google classroom atau kuis online.

Kata Kunci; Pembelajaran, Bahasa Arab, Problematika, Solusi

A. Pendahuluan

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan yaitu sebagai media untuk menyampaikan pesan. Dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan semua perasaanya baik berupa ucapan, isyarat, maupun tulisan.

Sebagaimana menurut Ibnu Jinni bahwasanya bahasa adalah suara-suara yang digunakan oleh sekolompok orang untuk mengungkapkan maksud dan tujuan

(2)

mereka.1 Adapaun menurut Acep hermawan sebagaimana mengutip dari pendapat al- Khuli menyatakan bahwa, bahasa adalah sistem suara terdiri atas simbol-simbol arbiter (manasuka) yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertukar pikiran atau berbagi rasa.2

Dari berbagai macam bahasa di dunia, bahasa arab mempunyai karakteristik tersendiri baik dari gaya bahasa maupun nilai historisnya. Diantaranya ialah digunakan dalam pengantar bahasa al-Quran, al-Hadis dan literatur kajian-kajian keislaman lainnya. Jadi, sumber pokok ajaran agama Islam yaitu al-Quran dan al- Hadis yang kedua-duanya berbahasa Arab sehingga Bahasa Arab menjadi sangat penting untuk dipelajari baik sifatnya formal maupun nonformal atau sebagai suatu hal yang harus diperhatikan oleh seluruh umat Islam di dunia.3

Mempelajari bahasa asing, khususnya Bahasa Arab dimulai setelah seseorang memiliki tradisi berbahasa tersendiri yang sudah mengakar dalam pikirannya. Bahasa Arab diaanggap sebagai bahasa kelasa tiga, yaitu setelah bahasa ibu dan Bahasa Indonesia, sehingga diperlukan pengkondisian untuk siap menerima tradisi berbahasa yang baru.4

Senada dengan yang diungkapkan oleh Juwairiyah mempelajari bahasa asing (bahasa Arab) berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan saat mempelajari bahasa ibu (bahasa Nasional) proses berjalan tanpa sadar. pada saat itu pula siswa akan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa asing yang dipelajari. 5

Dalam dunia pendidikan Bahasa Arab menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan diajarkan di sekolah formal dari tingkat MI, MTs, MA dan Pegurutan Tinggi, dan diajarkan juga di lembaga nonformal seperti pondok pesantren, madrasah diniyah dan lembaga-lembaga kusrsus.

1 Rusydi Ahmad Thu‟aimah dan Mahmud Kamil Naqah, Ta’limal-Lughah Ittishaliya Baina al-Manahij wa al-Istiratijiyat, (al-Mamlakah al-„Arabiyah: Muthaba‟ah Bani, 2006), hlm, 25

2 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm, 9

3 Dahlah. Juwairiyah, Metodologi Belajar Mengajar Bahas Arab, (Surabaya: al-Ikhlas, 1992), hlm, 2

4 Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (UIN-Malang Press, 2009), hlm, 9

5 Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1992), hlm, 36.

(3)

MA al-Falah Tlanakan merupakan Madrasah Aliyah dibawah naungan Yayasan al-Falah dan Kementerian Agama. MA al-Falah ini salah satu diantara lembaga pendidikan Islam yang didalam kurikulumnya ada mata pelajaran wajib yaitu Bahasa Arab. Disana para siswa diajarkan empat keterampilan berbahasa yaitu maharah istima’, maharah kalam, maharah kitabah dan maharah qira’ah yang menjadikan ruang kelas dan laboratorium sebagai ruang kelas utama dalam pelaksanaan pembelajarannya secara tatap muka.

Terlepas dari itu semua, jika kita amati secara seksama, semenjak mewabahnya virus covid-19 yang melanda dunia, maka semua aktivitas pembelajaran dari yang tatap muka di kelas dialihkan menjadi daring (dalam Jaringan).

Pembelajaran daring memungkinkan peserta didik untuk belajar di rumah masing- masing (home schooling) demi memutus penularan Covid -19 tanpa harus secara fisik bertemu face to face di kelas dengan guru dan teman-temanya. Pembelajaran daring ini merupakan proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri.6

Menteri Pendidikan dan Kebudayan, mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona. Surat edaran ini antara lain berisi mengenai kebijakan Mendikbud mengenai peniadaan pelaksanaan Ujian Nasional khusus untuk tahun 2020 dan proses belajar dari rumah yang dilaksanakan secara daring dikarenakan merebaknya virus Corona di Indonesia dan di dunia.7

Berdasarkan surat edaran tersebut maka MA al-Falah yang sebelumnya menerapkan pembelajaran secara tatap muka maka dialihkan secara daring. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran daring ini tentunya mempunyai hambatan dan kendala, sehingga perlu adanya inovasi dan proyeksi kedepan untuk menjawab tantangan pembelajaran tersebut, sehingga dapat berperan memberikan kontribusi pada pembelajaran, antara lain; a) mampu memberikan layanan informasi pembelajaran berbasis jairngan; b) menjadi media dalam model pembelajaran berbasis Web

6 Harjanto dan Sumunar, Tantangan dan Peluang Pembelajaran dalam Jaringan, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta,23-24 (Februari, 2018), hlm, 15

7 Surat Edaran Kemendikbud, No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona.

(4)

(online); c) menjadi media dalam penyelenggaraan e-learning; d) menjadi media dalam sistem pendidikan dan pembelajaran jarak jauh.8

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan bagaimana problematika pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring di MA al-Falah? Dan bagaimana solusi problematika pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring di MA al- Falah?. Adapun maksud dan tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui problematika dan solusi pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring di MA al-Falah.

Dengan harapan penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan keilmuan terkait problematika dan solusi pembelajaran Bahasa Arab pada pada khalayak umum khususnya di MA al-Falah Tlanakan.

B. Pembahasan

1. Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran Substansinya adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar materi terntentu yang kondusif untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang agar anak didik yang ia ajari bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif untuk mencapai tujuan bahasa asing.9

Kesimpulannya pembelajaran Bahasa Arab ialah kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Arab.

2. Keterampilan Berbahasa Arab

8 Salma, Modul Pembelajaran Abad 21, (Kementerian Agama Direktoran Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Agama Islam), hlm, 20-21

9 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, hlm, 32

(5)

Tujuan Pembelajaran Bahasa adalah untuk menguasai ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, sehingga memperoleh kemahiran berbahasa yang meliputi empat aspek;10

a) Kemahiran Menyimak. Kemahiran menyimak sebagai kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (pembicara).

b) Kemahiran Membaca. Merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (penulis) di dalam bentuk tulisan, membaca merupakan wujud tulisan menjadi wujud makna.

c) Kemahiran Menulis. Merupakan kemahiran bahasa yang sifatnya menghasilkan atau memberikan informasi kepada orang lain (pembaca) di dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan wujud pikiran atau perasaan dalam wujud tulisan.

d) Kemahiran Berbicara. Sedangkan kemahiran berbicara merupakan kemahiran yang sifatnya produktif, menghasilkan atau menyampaikan informasi kepada orang lain (penyimak) di dalam bentuk bunyi bahasa.

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam kurikulum di Madrasah pelajaran Bahasa Arab menyatu dengan kelompok mata pelajaran Agama. Oleh karena itu Bahasa Arab termasuk mata pelajaran pokok atau inti, bukan mata pelajaran muatan lokal. Aplikasi Mata pelajaran Bahasa Arab dalam kurikulum di Madrasah memiliki tujuan sebagai berikut :11

a) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima‟), berbicara (kalam), membaca (qira‟ah), dan menulis (kitabah).

b) Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.

10 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), hlm, 2

11 Depag RI, Permenag Nomor 2 Tahun 2008, Lampiran 3a Bab VI SK-KD PAI dan Bahasa Arab MA, hlm, 49

(6)

c) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

4. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

Probelamatika berasal dari Bahasa Inggris “Problematic” yang berarti persoalan, hal yang menimbulkan masalah, persoalan yang bisa dipecahkan, mesti tahu jawabannya, mesti dapat diatasi.12

Adapun problematika pembelajaran Bahasa Arab adalah unsur-unsur yang menjadi penghambat terlaksananya keberhasilan pembelajaran Bahasa Arab, Problematika ini diantaranya: Problematika Linguistik yaitu Problematika Phonetik/Tata Bunyi, Kosa kata, Tulisan, Morfologi (Sorof), Sintaksis (Nahwu), Semantik (Ilmu Balagoh). Dan Problematika Non Linguistik, diantaranya dari unsur Guru/Pendidik, Peserta didik, Materi Ajar dan Media/Sarana Prasarana, serta sosiokultural yang bebeda antara Indonesia dan Arab, tentunya mempunyai kondisi sosial yang berbeda yang akan menjadi problem dalam pembelajaran bahasa Arab.13

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan penelitian kualitatif, menurut Amir Hamzah mengutip pendapat Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang di amati dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dalam sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.14

12 Hasbahul Huda, Upaya Guru Bahasa Arab dalam Mengatasi Problematika Membaca dan MenulisTeks Bahasa Arab Bagi Siswa Kelas VII MTs Negeri Banjarnegara, (Skripsi Prodi PBA Jurusan Tarbiyan STAIN Purwokerto, 2008), hlm, 25

13 Nandang Sarip Hidayat, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab, (Jurnal Pemikiran Islam, Vol.37.No.1. 2012), hlm, 87.

14 Amir hamzah, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: Literasi Nusantara, 2018) Cet,Ke.1, hlm, 35

(7)

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpulan data yang utama. Dalam hal ini sebagai mana dinyatakan oleh Lexy Moleong,15 kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perecana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Adapun untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengamati proses pembelajaran Bahasa Arab yang dilaksanakan di MA al-Falah Tlanakan. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi struktur. Menurut Arikunto dalam teknik ini mula-mula peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut, dengan demikian jawaban yang diperoleh meliputi semua variable dengan keterangan yang mendalam.16 Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang problematika pembelajaran Bahasa Arab di MA al-Falah berikut solusinya yang mana dalam hal ini mewancarai secara langsung kepada guru Bahasa Arab.

Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan MA al- Falah Tlanakan.

D. Temuan Penelitian dan Pembahasan 1. Paparan Data

Madrasah Aliyah al-Falah Tlanakan merupakan lembaga pendidikan Islam dibawah naungan Kementerian Agama dan Yayasan al-Falah dan juga berafiliasi dengan LP Ma‟arif NU Pamekasan yang dalam kebijakan pembelajarannya menerapkan pembelajaran berbasis daring di era pandemi.

Hal ini, sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Sistem pembelajaran melalui daring dilakukan secara online melalui HP (andorid), PC ataupun laptop melalui aplikasi, Whatsap, Telegram, Zoom,

15 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm, 121

16 Suhharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm, 203

(8)

Google Classroom, Google Meet ataupun aplikasi lainnya. Mesikpun demikian, MA al-Falah Tlanakan juga menerapkan pembelajaran berbasis aplikasi yang difasilitasi oleh Kementerian Agama berupa EM (E-Learning Madrasah) pada bulan maret yang lalu. Dengan demikian proses belajar mengajar tetap berlangsung di tengah wabah Covid-19 dengan mengedepankan standart keamanan, keselamatan dan kesehatan guru dan siswa tanpa harus meninggalkan keberlansungan kegiatan belajar mengajar.

Hal ini sebagaimana penuturan kepala sekolah MA al-Falah Tlanakan bahsawanya “kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan meskipun ditengah wabah Covid-19, para guru dituntut harus bisa melaksanakan pembelajaran meskipun dengan jarak jauh”.

2. Temuan Penelitian

Penerapan pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring di MA al-Falah tentunya mengalami beberapa kendala dan hambatan. Adapun kendala dan hambatan tersebut diantaranya berkaitan dengan metode yang diterapkan, media pembelajaran yang digunakan, bahan ajar, dan evaluasi yang diterapkan.

a) Problematika Metode Pembelajaran

Guru dalam kegiatan pembelajaran merupakan obyek vital, karena guru merupakan falisitator, motivator, pembimbing dan pendidik.

Meskipun demikian metode pembelajaran juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran berbasis daring di MA al-Falah ditemukan beberapa permasalah, sebagaimana yang disampaiakan oleh Suadah, S.Pd.I guru mata pelajaran kelas X

“Permasalahan yang dihadapi guru ialah terbatasnya metode yang dipakai dengan kata lain ketika pembelajaran tatap muka dilangsungkan guru dengan mudahnya memilih metode yang sesuai dengan materi bahan ajarnya. Berbeda dengan ketika pembelajaran daring guru hanya bisa menggunakan metode qawa‟id dan terjamah sebagai alternatif terakhir”

(9)

Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Suadah, S.Pd.I.

Musfiroh Zubair, S.Pd.I yang juga merupakan guru Bahasa Arab Kelas XI dan XII menuturkan

“Penerapan pembelajaran berbasis daring menimbulkan permasalahan antara lain, metode yang dipakai tidak kondusif mengingat pembelajaran tidak dilaksanakan secara tatap muka, sehingga respon siswa terhadap materi mengalami keterlambatan”

b) Problematika Media Pembelajaran

Media pembelajaran dalam penerapannya sangan menunjang terhadap aktivitas pembelajaran. Penggunaan media yang tepat akan mempercepat daya serap siswa dalam menguasai materi pembelajaran.

Problematika pembelajaran Bahasa Arab yang berkaitan dengan media pembelajaran sebagaimana penuturan ibu Suadah, S.Pd.I

“Media yang hanya dan bisa digunakan dalam pembelajaran berbasis daring ialah hanya dengan gambar saja. Pernah mencoba menggunakan video pembelajaran tetapi memerlukan waktu yang lama karena respon dari siswa lama mengingat ada sebagian yang mengerti dan tidak sehingga menyita waktu guru untuk menjelaskannya berkali- kali”

Senada dengan hal di atas Musfiroh Zubair, S.Pd.I juga menuturkan

“Biasanya ketika pembelajaran tatap muka guru bisa memanfaatkan media pembelajaran disekitar kelas atau lingkungan sekolah, biasanya juga menggunakan laboratorium bahasa yang di dalamnya terdapat media audio visual seperti OHP, Televisi dan sebagainya,tetapi ketika pembelajaran daring ini guru jarang atau bahkan tidak menggunakan media pembelajaran sama sekali dikarenakan perlu waktu yang tidak sedikit untuk mencari dan membuat media pembelajaran tersebut.”

c) Problematika Bahan Ajar

Pembelajaran berbasis daring menimbulkan beberapa kendala dan hambatan sebagaimana wawancara dengan ibu Suadah, S.Pd.I

“Bahan ajar pembelajaran daring guru hanya berpedoman pada satu buku saja yakni buku digital sehingga cakupan materinya sedikit dan tidak luas karena hanya berpedoman satu buku saja.

(10)

Demikian juga menurut ibu Musfiroh Zubair, S.Pd.I ketika diwawancarai menuturkan

“Buku pedoman ketika tatap muka selain menggunakan bahan ajar utama juga menggunakan buku penunjang lain sebagai tambahan bahan ajar, namun ketika dilaksanakan hal demikian itu sangat tidak memungkinkan karena sulitnya berpedoman dengan banyak buku.

Sehingga mau tidak mau tetap menggunakan satu buku saja. Demikian juga yang menjadi hambatan, sebelum melaksanakan pembelajaran tenaga pendidik dalam hal ini terlebih dahulu menyiapkan materi ajar dengan cara mengetik ulang materi yang ada dalam buku pembelajaran atau membuat materi sendiri sesuai dengan capaian pembelajaran, dengan demikina perlu adanya waktu yang tidak sedikit mengingat materi yang akan disampaikan juga banyak ”

d) Problematika Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan penutup dalam proses pembelajaran untuk mengukur tingkat keberhasilan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Dalam evaluasi pembelajaran berbasis daring juga terdapat permasalahan sebagaimana disampaikan ibu Suadah, S.Pd.I

“Meskipun diadakan ulangan harian, tes dan sebagainya dengan menggunakan aplikasi ataupun tidak siswa nyatanya masih slow respon dengan artian banyak yang mengumpulkannya terlambat atau bahkan tidak mengerjakan, sehingga sulit untuk guru untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi”

Ibu Musfiroh Zubair, S.Pd.I Juga memberikan penjelasan mengenai hambatan ketika melakukan evaluasi yakni

“Tidak terkontrolnya siswa dalam mengadakan tes, ulangan harian ataupun ujian memungkinkan siswa mendapatkan jawaban dari sesama temannya ataupun dengan melihat langsung terhadap buku ajar.”

3. Pembahasan

Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian yang telah dikemukakan di atas baik dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian peneliti akan membahas problematika pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring dan solusinya sebagaimana berikut;

(11)

a) Problematika Metode Pembelajaran

Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Arab melalui daring dalam hal metode pembelajaran terdapat beberapa temuan penting yaitu kurangnya penerapan macam-macam metode pembelajaran ketika melalui daring, dengan demikian membuat seorang tenaga pendidik (guru) menggunakan metode yang lama yaitu metode qawa’id dan tarjamah yaitu metode ini tidak banyak menuntut siswa untuk aktif karena sumber utamanya adalah seorang guru.

Disamping itu, meskipun memaksakan menggunakan metode lain selain metode qawa’id dan tarjamah kegiatan pembelajaran cenderung tidak kondusif meskipun melalui daring, demikian ini mengakibatkan keterlambatan respon siswa terhadap materi yang disampaikan.

b) Problematika Media Pembelajaran

Adaya dan pemilihan media pembelajaran yang baik tentunya menunjang terhadap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran secara daring menimbulkan kendala dan hambatan dalam penerapan media pembelajaran yang salah satu diantaranya ialah hanya terpaku pada media gambar saja yang mengakibatkan pembelajaran bersifat monoton (pasif), hal ini dikarenakan terbatas dan sulitnya media pembelajaran Bahasa Arab yang berbasis IT. Berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka guru dapat menjadikan ruang kelas, lingkungan sekitar sebagai sarana media pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran bersifat aktif tidak monoton.

Terbatasnya waktu juga menjadi hal yang menghambat dalam penerapan media pembelajaran berbasis daring, penggunaan media adakalanya menyita waktu yang tidak sedikit sehingga membuat guru memilih tidak menggunakan media pembelajaran.

c) Problematika Bahan Ajar

(12)

Pembelajaran dengan tatap muka secara langsung memungkinkan guru untuk mengambil dan mengajarkan materi dari berbagai macam jenis bahan ajar (buku), namun dalam pembelajaran berbasis daring hal tersebtu tidak memungkinkan sehingga membuat guru hanya menggunakan satu bahan ajar saja, keterbatasan waktu pembelajaran yang menjadi kendalanya, disamping penggunaan berbagai macam bahan ajar akan menjadikan siswa kebingungan dalam memahami materi yang diajarkan.

Demikian juga yang menjadi hambatan dalam pembelajaran tenaga pendidik (guru) diharuskan untuk membuat file materi yang akan diajarkan dengan cara mengetik ulang materi yang ada dalam bahan ajar. Tentunya ini sangat tidak efisien mengingat tugas guru bukan hanya sebagai penyampai materi tetapi juga melakukan evaluasi terkait kegiatan pembelajaran.

d) Problematika Evaluasi

Kegiatan evaluasi digunakan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian-pencapaian tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan- kegiatan belajar, dan metode yang digunakan. Demikian juga dalam pembelajaran daring evaluasi juga harus tetap dilakukan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai capaian pembelajaran.

Dalam penerapannya evaluasi pembelajaran Bahasa Arab melalui daring menemukan beberapa permasalahan diantaranya keterlambatan siswa dalam mengumpulkan tugas dengan berbagai macam alasan seperti tidak memahami materi soal, sulitnya menjawab, keterbatasan kuota internet, sinyal yang tidak mendukung dan lain-lain. Kelemahannya disini guru tidak bisa memantau langsung terkait kondisi sebenarnya yang dialami para siswa.

(13)

Berdasarkan hal itu juga, karena seorang guru tidak bisa memantau secara langsung mengakibatkan tidak terkontrolnya siswa dalam melaksanakan evaluasi baik itu tes ataupun ulangan harian memungkinkan siswa mendapatkan jawaban dari sesama temannya ataupun dengan melihat langsung terhadap materi ataupun buku ajar.

e) Solusi Problematika Metode Pembelajaran

Dari beberapa data diatas dapat diketahui problematika pembelajaran Bahasa Arab diantara lain; metode yang dipakai ialah qawa’id dan tarjamah yang notabene metode ini sudah tidak relevan lagi, terbatasnya menggunakan media pembelajaran dikarenakan sulitnya akses media berbasis IT, penggunaan bahan ajar (buku) yang terpaku satu bahan ajar saja, dan bentuk evaluasi pembelajaran tidak maksimal dikarenakan guru tidak bisa mengontrol secara terhadap peserta didiknya.

Dari beberapa problematika yang ada perlu dicarikan solusi oleh semua pihak, baik kepala sekolah, waka kurikulum terlebih tenaga pendidik itu sendiri. Berkenaan metode pembelajaran walaupun seorang guru terpaksa menggunakan metode qawa’id dan tarjamah seharusnya mencoba menggunakan metode-metode lain yang membuat siswa lebih aktif meskipun penerapannya lebih banyak menggunakan metode qawa’id dan tarjamah.

terbatasnya media pembelajaran Bahasa Arab berbasis IT memang menyulitkan guru untuk menggunakan media pembelajaran, namun guru bisa membuat media pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga serapan materi oleh siswa lebih maksimal, semisal memaksimalkan aplikasi youtube, instagram, facebook dan sebagainya.

Bahan ajar memang tidak seharusnya berupa materi dari guru ataupun guru tanpa harus mengetik lagi materi yang sudah ada dibuku, guru bisa menggunakan materi dari situs-situs internet yang berbahasa Arab

(14)

yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, tentunya hal ini membuat siswa akan lebih aktif dan mengefisien waktu yang akan dihabiskan oleh guru

Penerapan evaluasi memang menjadi kendala penting ketika pembelajaran berbasis daring mengingat guru tidak langsung berhadapan dengan siswa, namun evalusi bisa dilakukan ketika proses pembelajaran semisal sejauhmana keaktifan siswa dalam mengiikuti pembelajaran, atau guru bisa melakukan evalusai berupa tes pertanyaan dengan memanfaatkan aplikasi google classroom atau kuis online, tetapi hal ini menuntut keterampilan seorang guru itu sendiri.

f) Proyeksi Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Daring

Berdasarkan paparan diatas proyeksi pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring dimasa yang akan depan dapat dilakukan sebagai berikut;

1) Pemerintah membuat kurikulum darurat yang berbasis IT sehingga memudahkan guru untuk mengaplikasikannya secara daring selama wabah covid 19 ini.

2) Kesiapan tutor/peserta didik dalam pembelajaran berbasis IT 3) Membuat modul pembelajaran Bahasa Arab berbasis IT yang

dilengkapi dengan media pembelajaran Bahasa Arab

4) Penerapan metode active learning dari yang semua tatap muka dialih fungsikan menjadi berbasis daring

5) Memperkuat pentingnya berbahasa Arab sekalipun pembelajaran dilaksanakan secara daring

E. Kesimpulan

Problematika pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring di MA al-Falah Tlanakan antara lain; metode yang dipakai ialah qawa’id dan tarjamah yang notabene metode ini sudah tidak relevan lagi, terbatasnya menggunakan media pembelajaran dikarenakan sulitnya akses media berbasis IT, penggunaan bahan ajar (buku) yang

(15)

terpaku satu bahan ajar saja, dan bentuk evaluasi pembelajaran tidak maksimal dikarenakan guru tidak bisa mengontrol secara terhadap peserta didiknya.

Adapun solusi yang bisa ditawarkan dalam hal ini diantaranya mengalih fungsikan menggunakan metode-metode lain yang membuat siswa lebih aktif meskipun penerapannya lebih banyak menggunakan metode qawa’id dan tarjamah.

media pembelajaran Bahasa Arab berbasis IT memang menyulitkan guru untuk menggunakan media pembelajaran, namun guru bisa membuat media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Adapaun bahan ajar guru bisa menggunakan materi dari situs-situs internet yang berbahasa Arab yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sedangkan evalusi bisa dilakukan ketika proses pembelajaran semisal sejauhmana keaktifan siswa dalam mengiikuti pembelajaran, atau guru bisa melakukan evalusai berupa tes pertanyaan dengan memanfaatkan aplikasi google classroom atau kuis online.

F. Daftar Pustaka

Arikunto. Suhharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Arsyad. Azhar, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003.

Dahlah. Juwairiyah, Metodologi Belajar Mengajar Bahas Arab, Surabaya: al- Ikhlas, 1992.

Depag RI, Permenag Nomor 2 Tahun 2008, Lampiran 3a Bab VI SK-KD PAI dan Bahasa Arab MA.

Hamzah. Amir, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Literasi Nusantara, 2018.

Harjanto dan Sumunar, Tantangan dan Peluang Pembelajaran dalam Jaringan, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 23-24 Februari, 2018.

Hermawan. Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Hidayat. Nandang Sarip, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab, Jurnal Pemikiran Islam, Vol.37.No.1. 2012.

(16)

Huda. Hasbahul, Upaya Guru Bahasa Arab dalam Mengatasi Problematika Membaca dan MenulisTeks Bahasa Arab Bagi Siswa Kelas VII MTs Negeri Banjarnegara, Skripsi Prodi PBA Jurusan Tarbiyan STAIN Purwokerto, 2008.

Moleong. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2005.

Rosyidi. Abdul Wahab, Media Pembelajaran Bahasa Arab, UIN-Malang Press, 2009.

Salma, Modul Pembelajaran Abad 21, Kementerian Agama Direktoran Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Agama Islam.

Surat Edaran Kemendikbud, No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona.

Thu‟aimah. Rusydi Ahmad dan Mahmud Kamil Naqah, Ta’limal-Lughah Ittishaliya Baina al-Manahij wa al-Istiratijiyat, al-Mamlakah al-„Arabiyah:

Muthaba‟ah Bani, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Metode Backpropagation merupakan salah satu metode pembelajaran jaringan syaraf tiruan multi layer dengan perhitungan dan propagasi balik dari error yang

Hasil pengamatan yang diberikan pada tautan tersebut menunjukan pada strategi pertama SMT memberikan hasil penerjemahan berupa kalimat yang berisi campuran antara kata bahasa

(1) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui camat atau sebutan

Tipe penelitian yang digunakan merupakan penelitian penjelasan (explanatory research), karena didalamnya menjelaskan serta menyoroti hubungan antar variabel-variabel yang

a) Faktor sosial (Kotler, 1994:181) adalah faktor lingkungan sekitar nasabah yang terdiri dari kelompok rujukan dan keluarga. Rekan kerja, teman dan tetangga dapat dikategorikan

Erona näillä laskutavoilla oli se, että tunnelissa lähes kaikki ’Maurin Makea’ -lajik- keen taimet olivat kaksiversoisia, ja sato kasvia kohden oli siksi yli 60 % suurempi kuin

Limit risiko kredit yang telah ditentukan berfungsi sebagai early warning signal, sehingga ketika kredit yang diberikan masih sesuai dengan risk appetite yang

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) perubahan software aplikasi, penerapan regulasi dan kapasitas sumberdaya manusia secara bersama berpengaruh terhadap