• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemaknaan Simbol Komunikasi pada Komunitas Sepeda Tua di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemaknaan Simbol Komunikasi pada Komunitas Sepeda Tua di Kota Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Perspektif/Paradgima

Penelitian merupakan sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek yang

prosesnya menggambarkan atau menafsirkan tidak sederhana. Becker (Mulyana dalam Kriyantono, 2009:48) mendefinisikan perspektif sebagain “seperangkat gagasan yang melukiskan karakter yang memungkinkan pengambilan tindakan”; “suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan orang”; “standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai”. Istilah lain dari perspektif adalah pendekatan. Ada dua sifat perspektif pendekatan, yaitu

bersifat membatasi pandangan kita dan selektif. Artinya, perilaku ditentukan oleh

perspektifnya tentang realitas. Berdasarkan perspektif itu, memperhatikan,

menginterpretasi dan memahami stimuli dari realitas yang ditemui serta

mengabaikan stimuli lainnya, lalu berperilaku berdasarkan pemahamannya lewat

perspektif itu.

Berdasarkan uraian di atas, perspektif dalam penelitian ini menggunakan

perspektif interpretif. Interpretif teori mencari sebuah pemahaman tentang

bagaimana membangun memahami fenomena-fenomena melalui interaksi dan

bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah kita

ciptakan. Teori-teori interpretif ini membantu dalam pemahaman kita mengenai

sebuah fenomena sosial yang dibangun melalui hubungan komunikasi dan

membantu untuk merefleksikan kerumitan antara fenomena sosial dan proses

kontruksi sosial (Miller, 2005: 57-61).

2.2Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal- hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variable

atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 2002: 92). Jelas

sekali tampak bahwa kedudukan kerangka teori ini penting dalam melaksanakan

(2)

Fungsi teori dalam penelitian adalah membantu peneliti menerangkan

fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori

adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan

pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel,

untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2007: 45).

Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio

yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang

bermakna umum atau bersama-sama (Wiryanto, 2004:5).

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat

untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa

yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya?”. (Cangara, 2006:18).

Dari definisi komunikasi yang dikemukakan, maka komunikasi bisa terjadi

jika komunikasi memiliki jawaban dari pertanyaan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu :

1. Sumber

2. Pesan

3. Media

4. Penerima

5. Efek

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan

penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan melalu

(3)

a. Unsur-unsur Komunikasi

Seperti yang sudah diuraikan diatas mengenai definisi komunikasi memiliki

lima unsur, yaitu:

1. Sumber (pengirim pesan) : Komunikator

Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang

mengambil inisiatif dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan oleh

komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Dilihat dari jumlahnya

komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (lebih dari satu),

dan massa.

2. Penerima pesan : komunikan

Komunikan adalah adalah kepada siapa pesan komunikator ditujukan.

Dalam proses komunikasi utamanya dalam tataran antarpribadi peran

komunikator dan komunikan bersifat dinamis , saling berganti. Dalam

komunikasi yang dinamis, peran ini saling dipetukarkan. Karena itu,

uraian tentang komunikator juga berlaku pada unsur komunikan, bahwa

komunikan dapat terdiri dari satu orang, banyak orang, dan massa.

Karenanya pula, dilihat dari jumlah komunikator dan komunikannya,

maka proses komunikasi dapat terjadi dalam sembilan kemungkinan yaitu

antar satu orang dengan satu orang (satu komunikan dan satu

komunikator), antara satu orang dengan banyak orang, satu orang dengan

massa, antara banyak orang dengan satu orang, antara banyak orang

dengan banyak orang, dan antara banyak orang dengan massa.

3. Pesan

Pesan pada dasar abstrak, untuk membuatnya konkrit manusia berpikir

dengan akalnya menciptakan lambang komunikasi berupa verbal dan non

verbal. Lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud

konkrit dari pesan, berfungsi untuk mewujudkan pesan yang abstrak

menjadi konkrit.

4. Saluran komunikasi dan media komunikasi

saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk

sampai pada komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator

(4)

to face, atau dengan media. Unsur utama dari media komunikasi adalah

pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator

dengan sengaja.

5. Efek komunikasi

Efek komunikasi dapat diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan

komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat dari tiga tataran

pengaruh dalam diri komunika, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu

tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk) dan konatif (membuat

seseorang bertindak melakukan sesuatu).

2.2.2 Komunikasi Verbal

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan

maksud. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai

aspek realitas individual. Menurut Larry L barker, bahasa memiliki tiga fungsi

yaitu (dalam Mulyana, 2007:266) :

1. Penamaan atau penjulukan

Hal ini merujuk pada usaha mengindentifikasi objek, tindakan atau orang

dengan menyebut namanya.

2. Interaksi

Menekankan pada berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang

simpati dan pengertian.

3. Transmisi informasi

Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain. informasi

yang didapat bisa secara langsung atau tidak langsung (melalui media).

Bahasa berfungsi sebagai transmisi informasi karena dapat melintasi jarak dan

waktu.

Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima

sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada

orang lain. Bahasa juga merupakan alat bantu pemersatu didalam tatanan

(5)

siapa saja. Sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyarakat,

bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis

dan mudah diterima oleh orang lain.

Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakana sehingga orang bisa

memiliki kemampuan bahasa.

Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh

seorang BF. Skinner (1957) yang merupakan ahli psikologi behavioristik.

Teori ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (reponse)

atau lebih dikenal dengan istilah S-R. Teori operant conditioning menyatakan

bahwa , jika suatu organisme dirangsang oleh stimuli dari luar maka orang

cenderung akan memberi reaksi. (Cangara, 2006:97)

Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh ahli psikologi

kognitif Noam Chomsky. Teori ini menekankan kompetensi bahasa pada

manusia lebih dari apa yang dia tampilkan. Bahasa memiliki kolerasi dengan

pikiran. Karena itu Chomsky menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang

ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa dari lahir

(Cangara, 2006:97).

Teori ketiga disebut mediating theory atau teori penengah. Teori ini

dikembangkan oleh Charles Osgood yang merupakan ahli psikologi

behavioristik. Teori mendiasi menekankan bahwa manusia dalam

mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja berekasi pada

rangsangan yang diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses

internal yang terjadi dalam dirinya lahir (Cangara, 2006:98).

Meski ketiga teori ini menunjukkan ciri dan alasan masing-masing, namun

ketiganya memberi tekanan yang sama, bahwa manusia mengkaitkan

(6)

2.2.3 Komunikasi Nonverbal

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter menjelaskan bahwa komunikasi

nonverbal adalah mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal)

dalam suatu setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu dan

penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial

bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2007:343)

Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaan

komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi memilki fungsi untuk (Cangara,

2006:100):

a. Meyakinkan apa yang diucapkan (repetition)

b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan

kata-kata (subsitution)

c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempurna

Pemberian arti terhadap kode nonverbal sangat dipengaruhi oleh sistem

sosial budaya masyarakat yang menggunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari,

kita sering kali dihadapkan pada hal-hal yang unik, atau kita sering dihadapkan

dengan suatu yang kontradiksi dengan persepsi. Misalnya orang cenderung

menggunakan atribut untuk menipu orang lain. Dari berbagai studi yang pernah

dilakukan sebelumnya, kode nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa

bentuk, antara lain: (Cangara, 2006:101)

a. Kinesics

Ialah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan –gerakan badan.

Gerakan-gerakan badan yang dilakukan meliputi gerakan yang dilakukan

(7)

b. Gerakana mata

Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat

tanpa kata.lirikan mata memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh

gerakan-gerakan mata.

c. Sentuhan (touching)

Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan

d. Paralanguage

Ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga

penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan

e. Diam

Sikap diam juga merupakan sebagai kode nonverbal yang mempunyai arti.

Max picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti

bersikap negatif, tetapi juga bisa melambnagkan sikap positif (Cangara,

2006:106)

f. Postur tubuh

Well dan Siegel (1961) melalui studi yang mereka lakukan berhasil

menggambarkan bentuk-bentuk manusia berdasarkan karakternya. Kedua

ahli ini membagi membagi bentuk tubuh menjadi tiga yakni ectomorphy

(kurus dan tinggi), mesomorphy (tegap,tinggi dan atletis), dan endomorphy

(pendek, bulat dan gemuk) (Cangara, 2006:106) yang pada bentuk-bentuk

tubuh tersebut melambang karakteristik sifat-sifat seseorang.

g. Kedekatan dan ruang (proximity and spatial)

Proximity adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua

objek yang mengandung arti. Proximity dapat atas teority atau zone.

Edwart T. Hall (1959) membagi kedekatan menurut territory menjadi

empat macam, yaitu wilayah intim (rahasia), wilayah pribadi, wilayah

sosial, wilayah umum. Selain kedekatan dari segi territory, ada juga dari

sudut ruang dan posisi.

h. Artifak dan visualisasi

Artifak adalah hasil kerajinan manusia. Artifak selain untuk kepentingan

estetika, juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seorang atau

(8)

i. Warna

Warna juga memberi arti terhadap suatu objek

j. Waktu

Waktu mempunyai arti tersendiri dari kehidupan manusia bagi masyarakat

tertentu melakukan sesuatu sering sekali melihat waktu. Waktu tersebut

juga dapat melambangkan suatu hal.

k. Bunyi

Kalau paralanguage dimaksudkna sebagai tekanan suara untuk

menjelaskan verbal, maka banyak bunyi-bunyi an yang dilakukan sebagai

tanda isyarat yang tidak dapat digolongkna sebagai paralanguage.

l. Bau

Bau juga meupakan bentuk dari nonverbal selain untuk melambangkan

status kosmetik, bau juga dapat dilajadikan sebagai petunjuk arah.

2.2.4 Simbol

Salah satu kebutuhan pokok manusia menurut Susanne K. Langer adalah

kebutuhan simbolisasi atau kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu

lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang, lambang meliputi kata-kata

(pesan verbal) , perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama

(Mulyana, 2010:92).

Teori simbol yang diciptakan Susanne K. Langer adalah teori terkenal dan

dinilai bermanfaat karena mengemukakan sejumlah konsep dan istilah yang biasa

digunakan dalam ilmu komunikasi. Sedemikian rupa, teori ini memberikan

semacam standar atau tolak ukur bagi tradisi semiotika di dalam studi ilmu

komunikasi. Langer yang seorang ahli filsafat menilai simbol sebagai hal yang

sangat penting dalam ilmu filsafat, karena simbol menjadi penyebab dari semua

pengetahuan dan pengertian yang dimiliki manusia. Menurut Langer, kehidupan

binatang diatur oleh perasaan (feeling), tetapi perasaan manusia diperantarai oleh

sejumlah konsep, simbol, dan bahasa. Binatang memberikan respons terhadap

tanda, tetapi manusia membutuhkan lebih dari sekadar tanda, manusia

(9)

Suatu tanda (sign) adalah suatu stimulus. Suatu tanda berhubungan erat

dengan maksud tindakan yang sebenarnya (actual signified action). Hubungan

sederhana seperti itu dinamakan signifikasi, yaitu makna yang dimaksudkan dari

suatu tanda. Simbol, sebaliknya bekerja dengan cara yang lebih kompleks, yaitu

dengan membolehkan seseorang untuk berpikir mengenai suatu yang terpisah dari

kehadiran suatu tanda. Dengan kata lain, simbol adalah suatu instrumen pikiran.

Simbol menjadi sesuatu yang sentral dalam kehidupan manusia. Manusia memliki

kemampuan untuk menggunakan simbol dan manusia memilki kebutuhan

terhadap simbol yang sama pentingnya dengan kebutuhan terhadap makan atau

tidur. Kita mengarahkan dunia fisik dan sosial kita melalui simbol dan maknanya.

Manusia menggunakan simbol yang terdiri atas satu kata, namun lebih sering

kita menggunakan kombinasi sejumlah kata. Makna yang sesungguhnya dari

bahasa terdapat pada wacana dimana kita dapat mengikat sejumlah kata ke dalam

kalimat dan paragraf. Wacana menyatakan preposisi, yaitu beberapa simbol

bersifat kompleks yang menunjukkan gambaran dari sesuatu. Kemampuan bahasa

untuk berkombinasi dan mengorganisasi diri menjadikan bahasa alat yang sangat

kaya dan tidak tergantikan bagi manusia. Melalui bahasa, kita berpikir, merasa

dan berkomunikasi.

Setiap simbol atau seperangkat simbol menyampaikan suatu konsep, yaitu

suatu ide umum, pola, bentuk. Menurut langer, konsep adalah makna bersama di

antara sejumlah komunikator yang merupakan denotasi dari simbol. Sebaliknya,

gambaran personal adalah pengertian yang bersifat pribadi (Morissan, 2009:90).

Langer menyatakan bahwa manusia memliki kecenderungan yang melekat untuk

melakukan abstraksi, yaitu proses membentuk ide umum dari berbagai

pengalaman konkrit yang didasarkan atas denotasi dan konotasi simbol. Abstraksi

adalah proses meninggalkan berbagai detail dalam menggambarkan suatu objek,

peristiwa atau situasi kedalam istilah yang lebih umum (Morissan, 2009:90).

2.2.5 Interkasionisme Simbolik

Interaksi simbolik dapat dikatakan perpaduan dari perpaduan dari perspektif

(10)

garapan sosiologis, sedangkan simbolik adalah istilah dan garapan komunikologi

atau komunikasi (Effendy, 1993:390).

Mead mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan

benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal mulanya

dan meramalkannya (Effendy, 1993:391) Pikiran manusia menerobos dunia luar,

seolah-olah mengenalnya dari balik penampilan. Ia juga menerobos dirinya

sendiri dan membuat hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya yang disebut

self (aku atau diri). Cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan

erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self)

menjadi bagian dari perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang

lain. interaksi itu membuatnya mengenal dunia dan dia sendiri (Effendy,

1993:391)

Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang menekankan pada

hubungan simbol dan interaksi. Dalam teori interaksionisme simbolik memiliki

tiga tema besar yaitu (West, 2008:99) :

 Pentingnya makna bagi perilaku manusia  Pentingnya konsep mengenai diri

 Hubungan antara individu dan masyarakat

Teori interaksionisme simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna

melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun.

Dibutuhkan konstruksi interpretif diantara orang-orang untuk menciptakan makna.

Bahkan, tujuan dari interaksi menurut teori ini adalah untuk menciptakan makna

yang sama (West, 2008:99).

Menurut LaRosaa dan Reitzes tema ini mendukung tiga asumsi dari teori

interaksionisme simbolik yang diambil dari karya Herbert Blumer (1969).

Asumsi-asumsi ini adalah sebagai beriku (dalam West, 2008:99):

a. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain pada mereka.

Asumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan

(11)

berkaitan dengan rangsangan tersebut. Makna yang kita berikan pada simbol

merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita

untuk menerapkan makna tertentu.

b. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.

Asumsi ini menekankan bahwa makna akan ada hanya ketika orang-orang

memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol yang mereka pertukaran dalam

interaksi. Blumer (1969) menjelaskan bahwa terdapat tiga cara untuk menjelaskan

asal sebuah makna. Pertama, makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari

suatu benda. Kedua, asal-usul makna melihat makna itu, dalam pendekatan ini

makna dijelaskan dengan mengisolasi elemen-elemen psikologis didalam seorang

individu yang menghasilkan makna. ketiga, melihat makna sebagai sesuatu yang

terjadi diantara orang-orang. Makna adalah produk sosial atau ciptaan yang

dibentul dalam dan melalui pendefinisian aktifitas manusia ketika mereka

berinteraksi.

c. Makna dimodifikasi melalu proses interpretif

Blumer Menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah.

Pertama para perilaku menentukan benda-benda yang mempunyai makna.

Blumer berargumen bahwa bagian dari proses ini berbeda dari pendekatan

psikologis dan terdiri atas orang yang terlibat dalam komunikasi dengan dirinya

sendiri. Kedua, melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek dan melakukan

transformasi makna didalam konteks dimana mereka berada.

2.3Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI)

Perkermbangan yang sangat pesat dari penyuka sepeda tua di Indonesia

mendorong dibentuknya Komunitas sepeda Tua Indonesia (disingkat KOSTI).

KOSTI Merupakan komunitas sepeda tua terbesar di Indonesia. Niat membentuk

wadah untuk penggemar sepeda tua se-indonesia ini pada awalnya oleh para

pecinta sepeda tua yang berkumpul di acara “Temu Onthelis” di Jogjakarta pada

tanggal 19 november 2007. Menyikapi hal tersebut para pecinta sepeda tua yang

memliki semangat berhimpun akhirnya membuat rapat kecil pada tanggal 9

(12)

2015:245). Hingga, kemudian hajatan Kongres pun akhirnya digelar di sebuah

gedung bersejarah tepat di depan Istana Bogor pada tanggal 8-9 Februari 2008,

yang kemudian juga menjadi hari jadi KOSTI pada saat ini.

Setelah KOSTI hadir, perkembangan sepeda tua di nusantara pun tumbuh

pesat, dari data yang di himpun sejak awal 2008, bahwa klub dan komunitas yang

awalnya hanya 131 komunitas, di tahun 2009 bertambah menjadi 271 komunitas,

pada akhir tahun 2010 bertambah hampir 400 lebih komunitas sepeda tua seluruh

Indonesia. Untuk KOSTI tingkat Provinsi sendiri, membentuk secara resmi 18

pengurus Provinsi diantaranya di Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Sulawesi

Selatan, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Aceh, Lampung, Bali, Riau, Jogjakarta,

Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, dengan total pecinta sepeda tua

sebanyak lebih 1.000.000 orang beserta simpatisannya se-indonesia. (Saimima,

2015:247)

KOSTI Sumut merupakan bentuk kepengurusan yang mengawasi wilayah

di bagian Sumatera Utara. KOSTI sumut sendiri baru berdiri pada tanggal 28

januari 2014 yang mengawasi beberapa kordinator wilayah yang ada di Sumnatera

Utara meliputi beberapa kota yaitu Tebing Tinggi, Binjai, Medan, Siantar dan

nias. Sejauh ini perkembangan KOSTI Sumut sangat pesat tiap tahunnya. Kini

anggota yang sudah terhimpun dalam KOSTI Sumut sudah kurang lebih sebanyak

300 orang.

KOSTI Kota Medan merupakan salah satu kepengurusan yang mengawasi

kordinator wilayah di Medan. KOSTI Kota Medan terbentuk pada tanggal 5

Agustus 2015. Walapun masih sangat muda KOSTI Kota medan merupakan

komunitas sepeda terbesar di Medan. Hal ini dikarenakan KOSTI Kota Medan

merupakan wadah berhimpunnya klub-klub pecinta sepeda tua yang sudah

berkembang sebelumnya, total dari keseluruahn anggotanya sebanyak kurang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

3) memfasilitasi peralatan dan pendanaan. Dalam pembangunan jalan, masyarakat dapat berperan dalam penyusunan program, penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan

[r]

[r]

b) persiapan bagi kehidupan (Groos,1998). Anak-anak bermain untuk meniru orang dewasa dan mempraktikkan seperti apa rasanya bila menjadi orang dewasa. Psikoanalisis meyakini

Dalam penelitian ini, power distance karyawan perusahaan manufaktur di Jawa Tengah lebih tinggi daripada karyawan perusahaan manufaktur di Jawa Barat namun

Sementara itu Amir Santoso dalam Winarno (2002: 17) mengkomparasi berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat dalam bidang kebijakan