• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal pengembangan model tematik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "jurnal pengembangan model tematik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Model Pembelajaran Tematik

untuk Kelas 1 dan Kelas 2 Sekolah Dasar

Sa’dun Akbar I Wayan Sutama

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Pujianto

Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang Telp. 08155519223, E-mail: sadun_akbar@yahoo.com

Abstract: The irst year phase of this research (Akbar, 2006) found that generally the diicul

-ties or problem level of thematic learning development and application for irst and second years of elementary school in East Java is high. The high level of diiculties is indicated by the accom

-plishment of the thematic learning average scores for all of development and implementation component problems in irst and second years of elementary school in East Java that has reached 55.484%. The existence of these problems requires thematic learning models which are empiri

-cally tested to be developed for being references and examples for elementary school teachers. This research objective is to provide models through developing and testing thematic learning models which are limited in Malang. To reach this objective, this second year competitive grant research utilized expansion research methods - by a limited scale testing. This research yielded thematic learning models for the irst year in six themes, and four themes for the second year of elementary school, which were found efective (reaching targeted learning objectives) and be

-ing tested with limited scale (in Malang). It is suggested further researches be done to test the results of this reserach and applied in wider scale.

Kata kunci: model pembelajaran tematik, sekolah dasar

Sekolah dasar sebagai salah satu lembaga pendidikan dasar memiliki fungsi yang sang-at fundamental dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena seko-lah dasar merupakan dasar dari proses pen-didikan yang ada pada jenjang berikutnya. Danim (2003) mengemukakan bahwa ada dua misi utama pembangunan pen didikan jenjang sekolah dasar yaitu misi semesta dan misi adaptif kualitatif. Misi yang pertama mengarah pada suatu tujuan yaitu agar siswa SD dapat memiliki bekal hidup minimal, ter-masuk bekal hidup untuk meter-masuki sek-tor produktif. Sedangkan misi yang kedua bertujuan agar siswa SD dapat mengakses

keterlibatan diri secara lebih intensif dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya.

(2)

murni dan kasar jenjang sekolah dasar pada masa yang akan datang.

Permasalahan yang kini justru meng-hadang saat ini adalah upaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk mencapai misi yang kedua yaitu misi adaptif dan kualitatif. Sanusi (dalam Danim, 2003) mengemukakan bahwa persoalan utama yang dihadapi da-lam pengelolaan SD saat ini bukan saja terle-tak pada sisi eisiensinya, tetapi juga masalah mutu, akses, dan peluang pengembangan. Rendahnya eisiensi ditunjukkan oleh indika -tor tingginya angka putus sekolah dan me-ngulang kelas. Berdasarkan hasil studi Bank Dunia, penurunan angka putus sekolah antara tahun 1980 sampai 1991 dari 5,1% menuju ke 3,5%. Sementara angka mengulang kelas rata-rata 10%. Berdasarkan studi IEA (dalam Achmadi, 1995) menunjukkan bahwa pen-guasaan membaca kritis siswa SD sebesar 36,1%. Hidayat (dalam Danim, 2003) juga mengemukakan bahwa kemampuan siswa SD untuk menjawab pertanyaan dengan be-nar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia (47%), Matematika (49%), dan IPA (47%). Rendahnya tingkat eisiensi dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran disebab-kan oleh prestasi belajar akademis lebih ba-nyak diterangkan oleh faktor guru, buku pa-ket, alat belajar, dan manajemen sekolah.

Dari fenomena di atas, sudah saatnya di-adakan perubahan paradigma pembelajar-an. Perubahan yang dimaksud seperti pe-rubahan pembelajaran yang berpusat pada guru menuju ke pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan mengedepankan pendeka-tan kontekstual dalam mewujudkan pem-belajaran yang bermakna bagi siswa. Hal ini perlu dikedepankan mengingat pendidikan SD mengarah pada pembentukan kemam-puan dasar yang bertujuan menanamkan dan mengembangkan kemampuan dasar untuk belajar, mengembangkan sikap positif terhadap belajar dan menanamkan kemauan untuk belajar sepanjang hayat. Solusi untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah deng-an

mencari strategi-strategi pembelajaran yang berpusat pada anak, yang sesuai dengan du- nia anak sehingga mereka dapat mewujud-kan empat pilar dalam belajar yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learn -ing to life together.

Pengkondisian proses belajar yang kon-dusif dan bermakna juga diperlukan atas dasar pertimbangan berbagai teori belajar. Rouseau (dalam Morrow, 1993) mengemuka-kan bahwa pendidimengemuka-kan bagi anak usia muda harus bersifat alamiah dan tidak dipaksakan. Siswa belajar melalui keingintahuannya. Oleh karena itu, pendidikan dengan intervensi hendaknya dilakukan seminimal mungkin. Sementara itu Ausubel (dalam Dahar, 1989) mengemukakan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan infor-masi baru pada konsep-konsep yang relevan. Di lain pihak, para tokoh yang tergabung da-lam aliran konstruktivistik mengemukakan bahwa anak mengkonstruksi sendiri konsep-konsep belajarnya melalui interaksinya de-ngan objek-objek belajar.

Diantara masalah yang cukup menonjol dan berkaitan dengan perancangan model pembelajaran tematik kelas 1 dan 2 SD terse-bar pada masalah-masalah: pengembangan kurikulum menjadi program semesteran, silabus, dan rencana pembelajaran tematik; masalah pengembangan model-model pem-belajaran tematik yang cenderung kurang mengaktikan siswa, kurang menjadikan siswa kreatif, dan kurang menyenangkan, keterbatasan sumber belajar tematik baik yang dimiliki siswa di rumah maupun yang tersedia di lingkungan sekolah- baik yang berupa manusia, dunia usaha, dan industri.

(3)

tematik. Ada sebagian guru yang membuat rancangan pembelajaran tematik buatan KKG tetapi cenderung tidak dipraktikkan dalam pembelajaran sehari-hari. Hampir seluruh kelas yang diamati masih menerapkan jad-wal dan praktik pembelajaran tiap mata pela-jaran. Guru-guru belum begitu banyak yang mengembangkan media pembelajaran dan instrumen penilaian tematik yang dikem-bangkan sendiri oleh guru-guru. Ruang kelas cenderung kurang dirancang untuk pembe-lajaran tematik.

Salah satu sistem yang dapat diterapkan yakni siswa belajar dengan “melakukan”. Se-lama proses “melakukan” tersebut mereka akan memahami dengan lebih baik dan men-jadi lebih antusias di kelas. Menurut Sutirjo dan Mamik (2004), dalam proses pembelaja-ran perlu memadukan antara satu mata pel-ajaran dengan mata pelpel-ajaran lain dalam satu tema. Alasan pertama yang mendasari hal ini adalah karena latar belakang empiris. Ke-nyataan dalam kehidupan sehari-hari tidak satupun fenomena alam yang terjadi secara terpisah atau berdiri sendiri, namun justru bersifat kompleks dan terpadu. Alasan ke-dua, yaitu tuntutan dan perkembangan iptek yang begitu pesat dan kompleks, secara ilmi-ah membutuhkan penyikapan secara realis-tis. Dengan demikian, peningkatan kualitas pembelajaran dan bahan ajar di sekolah har-us diperkaya dengan kenyataan hidup dan tuntutan zaman.

Agar proses pembelajaran dapat menga-komodasikan perkembangan ilmu pengeta-huan dan teknologi serta permasalahan yang begitu kompleks dalam masyarakat, maka da-pat diterapkan pembelajaran Tematik. Meng-ingat, dengan pembelajaran Tematik siswa tidak terpisah dengan kehidupan nyata dan tidak ‘gagap’ dalam menghadapi perkemba-ngan zaman. Pembelajaran Tematik akan menciptakan sebuah pembelajaran terpadu yang akan mendorong keterlibatan siswa lam belajar, membuat siswa aktif terlibat da-lam proses pembelajaran, dan menciptakan

situasi pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran Tematik yak-ni kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dalam kurikulum 2004, pembelajaran Tematik dapat diartikan sebagai pemaduan materi pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, proses pembelajarannya menge-lola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembelajaran atau satu tema.

Pembelajaran Tematik dapat pula dipan-dang sebagai upaya untuk memperbaiki kua-litas pendidikan, terutama untuk mengimba-ngi padatnya materi kurikulum. Pembelajaran Tematik memberi peluang pembelajaran ter-padu yang lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah tumbuhnya kreativitas sesuai kebutuhan sis-wa. Lebih lanjut, diharapkan siswa dapat be-lajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi. (Sutirjo dan Mamik, 2005)

Pengembangan model pembelajaran te-matik untuk kelas 1 dan kelas 2 SD perlu di-kaji lebih cermat lagi tentang pengembangan isi kurikulum KTSP 2006 menjadi program semester, silabus, dan rencana pembelajar-an tematik agar model pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang dikembangkan menjadi model yang lebih sesuai dengan perjalanan praktik kelas se-hari-hari. Rancangan model pembelajaran tematik ini sebaiknya perlu divalidasi oleh tim ahli dan praktisi pembelajaran. Selain itu, ran-cangan model pembelajaran tersebut juga harus diujicobakan dalam skala terbatas agar hasil penelitian ini mempunyai manfaat yang lebih besar untuk keperluan pembelaja-ran bagi guru kelas 1 dan kelas 2 SD.

(4)

Penelitian dan pengembangan ini bertu-juan untuk mendeskripsikan model-model pembelajaran tematik untuk kelas-1 dan 2 SD yang dikembangkan, mendeskripsikan tingkat validitas model-model pembelajaran tematik kelas 1 dan kelas 2 SD yang dikem-bangkan menurut ahli dan praktisi pembelaja-ran, dan mendeskripsikan tingkat keefektifan model pembelajaran tematik yang dikem- bangkan dalam pencapaian tujuan pembela-jaran yang ditetapkan, menghasilkan model pembelajaran tematik kelas 1 dan kelas 2 SD yang valid dan efektif, menghasilkan CD In-teraktif pembelajaran tematik untuk kelas 1 dan kelas 2 SD.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan dengan menggu-nakan 10 langkah sebagaimana yang dikem-bangkan oleh Borg dan Gell (1979: 626) yaitu penelitian dan pengumpulan data melalui survei, perencanaan, pengembangan proto-type awal, pengujian awal terbatas, revisi produk, uji lapangan, revisi produk berdasar masukan dari lapangan, uji operasional da-lam skala lebih luas, revisi produk inal, desi-minasi dan distribusi.

Pada tahun kedua penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model-model pembelajaran tematik pada 10 tema untuk kelas 1 dan kelas 2 SD yang lebih sem-purna. Penyempurnaan ini dilakukan secara kolaboratif melalui lokakarya. Kemudian mo- del yang sudah disempurnakan tersebut di-validasi oleh tim ahli, selanjutnya dianalisis secara deskriptif seperti yang terurai dalam analisis data, sehingga diperoleh model pem-belajaran yang valid menurut para ahli.

Model pembelajaran yang sudah di-validasi selanjutnya diujicobakan dalam skala terbatas dengan rancangan penelitian deskriptif. Bersamaan dengan ujicoba skala terbatas, dilakukan pula dokumentasi proses

pembelajaran yang menghasilkan CD inter-aktif pem-belajaran tematik.

Bentuk rancangan penelitiannya yaitu deskriptif. Peneliti bersama kolaborator me-ngembangkan model-model pembelajaran te- matik untuk 10 tema, model-model hasil pengembangan tersebut kemudian divalidasi oleh ahli dan praktisi pembelajaran. Validator diberi draf model konseptual dan instrumen validasi. Instrumen validasinya sebagian ber-sifat tertutup dan sebagian berber-sifat terbuka. Data validasi tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menguji ketercapaian kriteria model yang dikembangkan.

Pada ujicoba terbatas, sampel peneliti-annya menggunakan purposive sampling, yaitu 5 SD di Kota Malang. Masing-masing SD terdiri atas kelas 1 dan 2 dan setiap kelas diujicobakan sebanyak satu model tematik. Adapun pengumpulan datanya mengguna-kan instrumen berupa angket, tes, observasi, dan dokumentasi. Angket digunakan untuk mengumpulkan data dari validator ahli dan praktisi. Observasi difokuskan pada kemam-puan model dalam mengaktikan siswa, membuat siswa menjadi kreatif, dan merasa senang dalam proses pembelajaran. Sedan-gkan dokumentasi digunakan untuk doku-men portofolio dan untuk doku-menghasilkan CD interaktif untuk pembelajaran tematik.

Analisis pada ujicoba terbatas ditekan-kan pada keefektifan model dalam mencapai hasil belajar secara deskriptif, kualitas proses pembelajaran, kemampuan model menjadi-kan siswa menjadi kreatif, dan siswa merasa senang dalam proses pembelajaran.

HASIL

(5)

masalah-Tabel 1. Hasil Validasi dan Ujicoba Skala terbatas Model-Model Pembelajaran Tematik

Tema

Validator Keefektifan/Ketuntasan (%)

Nilai Rata-Rata Validitas Ahli dan Praktisi

(97%)/valid bagi praktisi dapat digunakan tanpa revisi

(81%)/valid dapat digunakan tanpa revisi

(85,5%)/valid dapat digunakan tanpa revisi

(90%)/valid bagi praktisi dapat digunakan tanpa revisi

(87,5%)/valid dapat digunakan tanpa revisi

masalah pengembangan dan praktik pem-belajaran tersebut, kemudian dilakukan pe-rancangan produk berupa pengembangan model-model tematik secara konseptual. Per-ancangan produk ini dilakukan secara ko-laboratif dengan guru-guru kelas 1 dan kelas

2 SD. Proses pengembangan produk ini, di-awali dengan pelatihan tentang pembelaja-ran tematik bagi tim peneliti dan 13 guru SD yang menjadi kolaborator dalam penelitian ini.

(6)

secara konseptual ini dilakukan analisis kulum SD kelas 1 dan kelas 2, analisis kuri-kulum ini menghasilkan program tahunan dan semesteran untuk pembelajaran tematik, pembuatan jaringan kompetensi dasar yang berasal dari berbagai mata pelajaran di kelas 1 dan 2 SD dalam bentuk spider web, kemu-dian berdasarkan jaringan kompetensi dasar (spider web) tersebut dikembangkan peta konsep tematik sesuai tema-tema yang men-jadi fokus penelitian ini disusunlah rancan-gan satuan kegiatan pembelajaran tematik yang di dalamnya mencakup tema, sub tema, alokasi waktu, kompetensi dasar, indikator ketercapaian hasil belajar, langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi konstrukti-vistik dan PAKEM, sumber dan media be-lajar, dan penilaian hasil belajar baik berupa proses maupun hasilnya. Pada tahapan ini dihasilkanlah model-model pembelajaran tematik secara konseptual.

Setelah model-model pembelajaran tema-tik secara konseptual berhasil dikembang-kan, langkah berikutnya adalah validasi oleh ahli pembelajaran dan validasi oleh praktisi pembelajaran dalam hal ini guru yang kelas-nya digunakan sebagai latar ujicoba. Validasi oleh siswa audience untuk mengetahui keter-terapan model ini dalam praktik pembelaja-ran sekaligus untuk mengetahui keefektifan model yang dikembangkan dalam pencapa-ian tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Validasi tersebut menghasilkan data ter-masuk saran perbaikan dari validator untuk keperluan revisi atau perbaikan produk un-tuk diujicoba pada tahapan berikutnya dan dalam skala yang lebih luas sekaligus desim-inasi produk bagi praktisi.

Berdasarkan hasil analisis data hasil vali-dasi dari validator ahli pembelajaran, prak-tisi pembelajaran, dan ujicoba terbatas pada audience dapat digambarkan dalam tabel 1.

Pada model pembelajaran tematik tema 1 tentang Diri Sendiri kelas 1 SD, Validitas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli sebesar

82%, artinya, menurut ahli, model ini valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid, validitasnya mencapai 81%. Hasil analisis gabungan antara validitas dari ahli dengan validitas dari praktisi mencapai nilai rata-rata 81,5%. Jadi, dapat disimpulkan bah-wa menurut ahli dan praktisi pembelajaran, model pembelajaran ini adalah valid. Hasil ujicoba dalam praktik pembelajaran skala terbatas pada siswa kelas 1 SD atas imple-mentasi model ini menunjukkan bahwa ha-sil uji kompetensi siswa mencapai mencapai 74% (tuntas), artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan den-gan hasil yang baik.

Menurut validator Ahli, penggunaan ba-hasa dalam bahan ajar pada model ini perlu disederhanakan dan cover perlu lebih diper-tajam. Sedangkan dari validator praktisi pem-belajaran guru merasakan bahwa lagu-lagu yang digunakan dalam proses pembelajaran masih relatif asing bagi anak sehingga anak-anak masih sedikit mengalami kesulitan me-nyanyikan lagu yang dirancang pada tema ini. Di samping itu, anak-anak kelas 1 yang tidak berasal dari TK mereka mengalami ke-sulitan dalam model pembelajaran ini.

(7)

ditentukan dengan hasil yang baik.

Namun demikian, menurut validator Ahli Pembelajaran, model pembelajaran ini cukup baik, relatif tidak ada kelemahannya sehingga ia tidak memberikan saran untuk perbaikan. Demikian pula untuk praktisi pembelajaran juga tidak memberi saran perbaikan.

Pada model pembelajaran tematik tema 3 tentang Lingkungan pada kelas 1 SD, va-liditas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas dari ahli sebesar 83%, menurut ahli model ini valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid, validitasnya mencapai 94%. Hasil analisis gabungan antara validitas ahli dan dari praktisi mencapai nilai rata-rata 88,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut ahli dan praktisi pembelajaran, model pembela-jaran ini adalah valid sehingga dapat digu-nakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1 menun-jukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 81% (tuntas) artinya model pembe-lajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentu-kan dengan hasil yang baik.

Namun demikian, menurut validator ahli pembelajaran, ada beberapa kegiatan pembelajaran yang belum menampakkan tematik, misalnya pembelajaran ini terkesan padat isi sehingga produknya tampak tebal perlu dicermati lagunya dan diperkaya den-gan ilustrasi. Sedangkan dari praktisi mera-sakan tema lingkungan masih kurang luas dan kurang dalam. Ia mengalami kesulitan teknis karena di sekolah tempat praktik pen-jadwalan dilakukan tiap pelajaran sementara model tematik yang dirancang ini adalah benar-benar terpadu. Saran yang perlu diber-ikan yaitu ilustrasi berupa gambar-gam-barnya perlu diperbanyak supaya lebih me-narik anak-anak. Ia juga menyarankan agar RPP tidak dimasukkan dalam buku yang di-pegang anak, melainkan perlu disendirikan sebagai pegangan guru.

Pada model pembelajaran tematik tema 4 tentang Pengalaman pada kelas 1 SD, va-liditas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli sebe-sar 86%, menurut ahli model ini valid. Menu-rut praktisi pembelajaran model ini juga val-id, validitasnya mencapai 87%. Hasil analisis gabungan antara validitas ahli dan validitas praktisi mencapai nilai rata-rata 86,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut ahli dan praktisi pembelajaran, model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terba-tas aterba-tas implementerba-tasi model ini dalam prak-tik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa menca-pai 82% (tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat men-capai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.

Validator ahli pembelajaran menyaran-kan agar pada bagian pengantar perlu ada anjuran bagi orang tua untuk mendampingi anak ketika belajar, ukuran huruf terlalu ke-cil. Gambar sampul lebih tepat jika gambar layang-layang. Sampul belum mencermink-an sampul buku ymencermink-ang baik karena masih sep-erti sampul diktat. Kata pengantarnya mesti-nya bukan kata pengantar penelitian, tetapi kata pengantar buku. Sedangkan menurut praktisi pembelajaran, siswa kurang terfokus pada penyampaian materi dengan berkelom-pok, bahasa yang dipergunakan juga kurang baku.

(8)

Ha-sil ujicoba dalam skala terbatas dalam prak-tik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa menca-pai 84% (tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat men-capai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.

Menurut ahli pembelajaran model ini relatif baik, kecuali cover yang masih terke-san kurang hidup. Menurut praktisi pembe-lajaran ada beberapa pilihan kata yang dirasa kurang tepat untuk anak kelas 1, KD, SK, dan Indikator tidak dicantumkan, media belajar kurang, soal matematika kurang variatif, ba-caan terlalu panjang, dan soal kurang seder-hana untuk ukuran anak kelas 1 SD. Saran yang diberikan yaitu pilihan kata hendaknya disesuaikan dengan usia anak. Media pem-belajaran perlu dibuat lebih variatif, teruta-ma untuk teruta-mateteruta-matika, bacaan dan soal perlu le-bih disederhanakan.

Pada model pembelajaran tematik tema 6 tema Kegemaran pada kelas 1 SD. Menurut praktisi pembelajaran model ini valid, validi-tasnya mencapai 97%. Disimpulkan bahwa menurut praktisi pembelajaran, model pem-belajaran ini adalah valid sehingga dapat di-gunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 82% (tuntas), artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efek-tif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.

Namun demikian, menurut validator ahli, kehadiran tabel-tabel masih dirasa rumit. Se-baiknya tabel-tabelnya disederhanakan, misal- nya dua kolom saja. Validator praktisi pem-belajaran memberikan masukan perlunya dicermati lagi pemenggalan kata dan perlu ada judul tabel kerja siswa.

Pada model pembelajaran tematik tema 7 tentang Diri Sendiri pada kelas 2 SD, va-liditas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli

sebe-sar 72%, jadi model ini cuku valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid, validitasnya mencapai 90%. Hasil analisis gabungan antara validitas ahli dan dari prak-tisi mencapai nilai rata-rata 81%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pem-belajaran di SD kelas 2 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 82% (tuntas) artinya model pembelajaran ini dap-at diterapkan dan efektif dapdap-at mencapai tu-juan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.

Namun demikian, ada saran perbaikan dari validator praktisi pembelajaran bahwa dalam satu pertemuan sebaiknya cukup satu kali kegiatan di luar kelas. Komposisi bidang studi disesuaikan dengan kurikulum dan latihan soal perlu ditambah.

Pada model pembelajaran tematik tema 8 tentang Keluarga pada kelas 2 SD, validitas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli sebesar 87%, menurut ahli model ini valid. Menurut prak-tisi pembelajaran model ini juga valid, validi-tasnya mencapai 84%. Hasil analisis gabung-an gabung-antara validitas dari ahli dgabung-an dari praktisi mencapai nilai rata-rata 85,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 67% (tidak tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan namun kurang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang kurang baik.

(9)

be-ranggotakan tidak lebih dari 4 anak. Perlu di-tekankan kepada anak untuk belajar menulis yang rapi.

Pada model pembelajaran tematik tema 9 tentang Pengalaman pada kelas 2 SD, va-liditasnya mencapai 90% dan model ini valid. Jadi, model pembelajaran ini adalah valid se-hingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implemen-tasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 2 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 79% (tuntas) art-inya model pembelajaran ini dapat diterap-kan dan efektif dapat mencapai tujuan pem-belajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.

Menurut validator praktisi pembelaja-ran kegiatan pembelajapembelaja-ran dengan banyak permainan akan membuat anak yang belum lancar membaca dan menulis menjadi tidak maksimal belajarnya, pembahasan materi menjadi tidak urut dan diduga anak-anak akan kesulitan dalam mengikuti Ujian Akhir Sekolah.

Pada model pembelajaran tematik tema 10 tentang Kegemaran pada kelas 2 SD, va-liditas model pembelajaran menurut ahli mencapai 87% dan model ini valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid, validitasnya mencapai 88%. Hasil analisis gabungan antara validitas ahli dan praktisi mencapai nilai rata-rata 87,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tan-pa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa menca-pai 84% (tuntas), artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat men-capai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.

Validitas model pembelajaran ini ditun-jukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli sebesar 87%, artinya valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid,

validitas-nya mencapai 88%. Analisis gabungan antara validitas ahli dan praktisi mencapai rata-rata 87,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini adalah valid sehingga pat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba da-lam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 2 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 80% (tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan hasil yang baik.

PEMBAHASAN

Dari sepuluh model pembelajaran yang dikembangkan, divalidasi oleh ahli dan prak-tisi pembelajaran serta audience bahwa terda-pat 7 model pembelajaran tematik pada kelas 1 yaitu: Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan, Pengalaman, Kebersihan-Keamanan-dan-Ke-indahan, dan Kesehatan. Sedangkan tema-tema untuk kelas 2 terdapat 3 model pembe-lajaran tematik yaitu: Diri Sendiri, Keluarga, dan Kegemaran. Semua model pembelajaran tersebut sudah divalidasi oleh ahli pembela-jaran dan praktisi pembelapembela-jaran dengan ha-sil yang valid dan layak digunakan dengan tanpa revisi dan 2 model pembelajaran tema-tik untuk tema Kegemaran pada kelas 1 dan tema Pengalaman pada kelas 2 yang sudah divalidasi oleh praktisi pembelajaran, kedu-anya dinyatakan valid dan layak digunakan tanpa revisi. Dengan demikian seluruh mod-el-model pembelajaran tematik yang dikem-bangkan dinyatakan valid dan dapat diguna-kan tanpa revisi.

(10)

situasi kehidupan riil, dan menyenangkan siswa (Tim Pengembang PGSD 1996/1997).

Faktor lain yang mendukung kevalidan model pembelajaran yang dikembangkan ini adalah rancangan model yang disesuaikan dengan dunia anak antara lain sesuai deng-an kemampudeng-an berpikir deng-anak, memberi ke-sempatan kepada anak untuk belajar sambil bermain, seluruh aspek perkembangan anak juga dipertimbangkan dalam pengembangan program ini, pengembangan seluruh aspek kecerdasan anak terakomodasi melalui model pembelajaran ini. Menurut Bredekamp (1992) bahwa manusia itu tumbuh dan berkembang pada semua aspek, baik isik, sosial, emosio-nal, spiritual, maupun kognitifnya berkem-bang secara terpadu.

Praktik pembelajaran yang menggu-nakan situasi kehidupan riil dalam model pembelajaran ini sesuai dengan pandangan Rosseau (dalam Morrow, 1993) bahwa pen-didikan bagi anak usia muda harus bersifat alamiah dan tidak dipaksakan. Siswa belajar melalui keingintahuannya, oleh karena itu belajar dengan intervensi hendaknya dilaku-kan seminimal mungkin. Pembelajaran yang memanfaatkan situasi kehidupan riil di seki-tar anak juga cenderung bersifat kontekstual. Hasil penelitian Istiadah (2005) menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual berhasil meningkatkan pemahaman belajar siswa SD Toyaning Rejoso Pasuruan; penelitian Kholi-fah (2006) juga menunjukkan bahwa pembe-lajaran kontekstual telah berhasil meningkat-kan prestasi siswa.

Sepuluh model pembelajaran yang di-kembangkan juga efektif dapat mencapai tu-juan pembelajaran yang ditargetkan, kecuali untuk model untuk tema Diri Sendiri pada kelas 1 dan tema Keluarga pada kelas 2 siswa tidak mencapai ketuntasan. Ketidaktuntasan kare-na kedua model tersebut diujicobakan pada sekolah yang tergolong terbelakang. Pene-liti menduga jika kedua model pem-belajaran tersebut diujicobakan pada kelas biasa sangat dimungkinkan dapat mencapai

ketuntasan. Sehingga model pembelajaran ini perlu diujicobakan dalam skala yang lebih luas dengan beberapa kelas yang bervariasi sebagai tempat ujicobanya pada setiap model tematiknya.

Meskipun hampir seluruh model tematik yang divalidasi dan diujicoba dalam skala terbatas ini dinyatakan valid, namun terda-pat masukan berupa saran-saran perbaikan baik dari ahli pembelajaran maupun praktisi pembelajaran. Saran-saran perbaikan dari ahli dan praktisi pembelajaran secara spesi-ik ditujukan pada setiap model tematspesi-ik yang divalidasi.

Menurut beberapa praktisi yang mem-praktikkan sebagian model pembelajaran ini menyatakan bahwa model ini agak sulit dite-rapkan karena sistem penjadwalan di seko-lah berdasarkan mata pelajaran, pembahasan materi kurang urut berdasarkan buku teks, misalnya kalau anak banyak bermain belajar-nya kurang serius. Masukan ini cenderung masih berpola pikir dengan kurikulum yang content based padahal kurikulum kita saat su-dah competence based dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan praktik pembelajaran yang konstruktivistik, pembelajaran dilakukan dengan pembelajar-an tematik, mementingkpembelajar-an kecakappembelajar-an hidup, dan metode PAKEM. Dengan perubahan ori-entasi kurikulum tersebut, semestinya untuk kelas 1 sampai 3 penjadwalan seharusnya tidak dilakukan tiap mata pelajaran melain-kan penjadwalan secara tematik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(11)

di-lakukan secara kolaboratif antara tim peneliti dengan guru-guru kelas 1 dan 2 SD dengan tahapan pelatihan bagi kolaborator untuk pengembangan model pembelajaran tema-tik, analisis kurikulum KTSP kelas 1 dan 2 SD yang menghasilkan program tahunan dan semesteran untuk pembelajaran tema-tik, pembuatan ja-ringan kompetensi dasar, pembuatan peta konsep tematik, pembuatan satuan kegiatan tematik yang di dalamnya terdiri atas: tema, sub tema, alokasi waktu, kompetensi dasar, indikator ketercapaian hasil belajar, langkah-langkah pembelajaran yang konstruktivistik dan PAKEM, penilaian hasil belajar. Kemudian langkah berikutnya adalah validasi ahli pembelajaran, dan uji-coba dalam skala terbatas sekaligus sebagai validasi praktisi pembelajaran pada guru dan validasi audience pada siswa.

Penelitian ini berhasil mengembangkan 10 model pembelajaran tematik yang teruji secara empirik dan rancangan CD interaktif model-model pemelajaran untuk kelas 1 untuk tema-tema: Diri Sendiri, Keluarga, Lingkung-an, PengalamLingkung-an, KebersihLingkung-an, KeamanLingkung-an, dan Keindahan, Kegemaran. Sedangkan untuk kelas 2 meliputi tema-tema: Diri Sendiri, Keluarga, Pengalaman, dan Kegemaran. Ber-dasarkan hasil validasi ahli dan praktisi pem-belajaran, kesepuluh model pembelajaran tematik yang dikembangkan tergolong valid dan dapat digunakan tanpa revisi.

Berdasarkan hasil ujicoba dalam skala ter-batas, kesepuluh model pembelajaran yang

dikembangkan adalah model-model pembe-lajaran yang efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Namun de-mikian terdapat saran-saran perbaikan dari validator ahli dan praktisi pada pilihan kata, ukuran huruf, banyaknya kata dalam setiap kalimat, dan kesesuaian ilustrasi, model-model tersebut perlu dicermati lagi untuk peningkatan kualitasnya, tingkat kesederha-naan dan kerumitan model, komposisi dan proporsi kompetensi dasar diantara mata pelajaran perlu dicermati lagi, desain cover dan tampilan gambar perlu dipercantik agar lebih menarik.

Saran

Bagi guru-guru kelas 1 dan 2 SD sebaik-nya menggunakan model pembelajaran te-matik yang dikembangkan dalam penelitian ini. Meskipun model pembelajaran yang sudah divalidasi ini tanpa revisi dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan namun disarankan penelitian ini perlu dilanjutkan lagi untuk penelitian ta-hun ketiga dengan agenda revisi, desiminasi, sekaligus ujicoba dalam skala luas.

Rancangan CD interaktif pembelajaran tematik yang dihasilkan dalam penelitian ini disarankan dapat divalidasi oleh ahli dan praktisi, untuk dikembangkan menjadi ba-han ajar bagi mahasiswa PGTK, PGSD, guru TK, dan guru-guru kelas 1 sampai 3 SD.

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, S. 2006. Pengembangan Model-Model Pembelajaran Tematis untuk Kelas dan Kelas SD. Realisasi Penelitian Hibah Ber -saing Perguruan Tinggi Tahun I tentang: Identiikasi dan Perancangan Model Kon -septual Pembelajaran Tematis untuk Kelas 1 dan Kelas 2 SD. Laporan Penelitian. Malang: Lemlit UM.

Borg & Gall. 1979. Educational Research. New York: Longman Inc.

(12)

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Danim, S. 2003. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan.Yogyakarta: PustakaPelajar. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Pedoman

Pengembangan Silabus dan Model Pembe -lajaran Tematis SD Kelas 1 dan Kelas 2. Ja-karta: Depdiknas.

Istiadah. 2005. Pengaruh CTL terhadap Prestasi Belajar Siswa SDN Toyaning Pasuruan. Malang: KSDP, FIP, UM.

Kholifah. 2006. Penerapan Pendekatan CTL

dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Pembagian untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Malang: KSDP FIP UM.

Morrow, L. M. 1993, Leteracy Development in Early Years. Boston: Allyn and Bacon. Sutirjo & Istuti. S. M. 2005. Tematik: Pembela

-jaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Ma-lang: Bayu Media.

Gambar

Tabel 1. Hasil Validasi dan Ujicoba Skala terbatas Model-Model Pembelajaran Tematik

Referensi

Dokumen terkait

Program Pengelolaan Pembelajaran (PPP) merupakan mata kuliah wajib yang harus di tempuh mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan sebagai upaya untuk melatih

Para waria mengatakan bahwa sedari kecil hubungan mereka dengan ayah dan saudara-saudara kandung lainnya tidak harmonis, hanya dengan ibu mereka memiliki hubungan yang

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Home Profil Perguruan Tinggi Direktorat Akademik Direktorat Ketenagaan Ijazah Luar Negeri Buku Tamu. Data Dosen Yang Mengandung Kata 'politeknik

Kajian ini dijalankan untuk mengenalpasti sejauh manakah teori konstruktivisme mampu meningkatkan kemahiran dan pengetahuan murid terhadap teknik catan, menentukan

Dengan kemampuan dan keahlian yang baik juga, seorang karyawan yang cerdas dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan, sehingga ia akan

Penelitian ini dilakukan melalui website yaitu www.idx.co.id, https://finance.yahoo.com, www.bi.go.id dan www.bps.go.id pada Desember 2018 sampai dengan Maret

Dunia modern saat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan yang diinginkan oleh masyarakat adalah apabila mereka memiliiki dan menunjukkan tanda-tanda atau barang-barang yang dipandang