• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPELAJARI TINGKAT KEBERLANJUTAN MESIN PANEN PADI (MINI COMBINE HARVESTER) BANTUAN

PEMERINTAH PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LAMONGAN

Oleh:

Fudin Hariyanto 115100200111018

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul TA : Mempelajari Tingkat Keberlanjutan Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Bantuan Pemerintah pada Kelompok Tani di Kabupaten Lamongan

Nama : Fudin Hariyanto NIM : 115100200111018 Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Sumardi HS., MS. Dr. Ir. Ary Mustofa., MP.

NIP. 19540112 198002 1 001 NIP : 19600306 198601 1 001

Tanggal Persetujuan : Tanggal Persetujuan :

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul TA : Mempelajari Tingkat Keberlanjutan Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Bantuan Pemerintah pada Kelompok Tani di Kabupaten Lamongan

Nama : Fudin Hariyanto NIM : 115100200111018 Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

Prof. Dr. Ir Sumardi HS., MS Dr. Ir. Ary Mustofa., MP NIP : 19540112 198002 1 001 NIP : 19600306 198601 1 001

Dosen Penguji III,

Ir. Darwin Kadarisman.MP NIP : 19600306 198601 1 001

Mengetahui Plt. Ketua Jurusan,

Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT

NIP : 19760415 1999903 2 001

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan, pada hari kamis pahing tanggal 04 Maret 1993 dari pasangan Mukedar dan Ibu Kastemah.

Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996-1999 di TK Muslimat NU Lembor, Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, tahun 1999-2005 MI Muhammadiyah 08 Lembor, Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, tahun 2005-2008 SMP Muhammadiyah 16 Pambon Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, tahun 2008 - 2011 SMA Muhammadiyah 9 Sedayulawas, Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan dan pada tahun 2011, penulis diterima di Universitas Brawijaya (UB) Malang melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam

organisasi himpunan mahasiswa keteknikan pertanian sebagai

anggota pada periode 2012-2013. Selain itu penulis juga aktif

dalam kepanitiaan acara kegiatan Orientasi Pengenalan Jurusan

(OPJ) Keteknikan Pertanian UB sebagai divisi keamanan periode

2012-2013 dan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) FTP UB

sebagai divisi keamanan periode 2013-2014.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fudin Hariyanto NIM : 115100200111018 Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Judul TA : Mempelajari Tingkat Keberlanjutan Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Bantuan Pemerintah pada Kelompok Tani di Kabupaten Lamongan

Menyatakan bahwa,

TA dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Malang, 05 September 2017 Pembuat pernyataan,

Fudin Hariyanto

NIM. 115100200111018

(6)

Fudin Hariyanto. 115100200111018. Mempelajari Tingkat Keberlanjutan Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Bantuan Pemerintah Pada Kelompok Tani Di Kabupaten Lamongan. TA. Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sumardi Hadi Sumarlan, MS dan Dr. Ir Ary Mustofa Ahmad, MP

RINGKASAN

Pada saat ini ketersediaan tenaga kerja dalam pengelolaan bidang pertanian makin langka dan terbatas. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka sangat penting untuk memanfaatkan peralatan dan mesin pertanian, agar tenaga kerja orang makin efektif.. Pada skripsi ini yang akan di analisa ada pada penanganan panen dan perontokan padi dengan menggunakan mesin panen padi (Mini Combine Harveter). Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Lamongan pada 5 (lima) kelompok tani, yaitu : Kelompok tani Trubus Subur; Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja dan Sekar Sari II. Parameter penelitian yang digunakan adalah kelayakan unsur teknis dan analisis ekonominya.

Pengelolaan mesin panen padi Mini Combine Hasvester pertanian kelompok tani dikatakan dapat berkembang dan berkelanjutan jika nilai Payback Period dari mesin panen padi tersebut kurang dari umur ekonominya yaitu 5 tahun.

Terdapat 3 (tiga) kelompok tani yang layak ekonomi dan dapat berkelanjutan, yaitu : a) Kelompok Tani Trubus Subur (dengan nilai R/C 1,18 dan Payback Period 4 tahun). b) Kelompok Tani Mekar Jaya (dengan nilai R/C 1,1 dan Payback Period 4,2 tahun). c) Kelompok Tani Kepodang (dengan nilai R/C 1,2 dan Payback Period 2,5 tahun). Sedangkan 2 (dua) kelompok tani lain layak ekonomi tetapi tidak dapat berkelanjutan, yaitu : d) Kelompok tani Karya Raharja (dengan nilai R/C 1,09 dan Payback Period 5,1 tahun). e) Kelompok Tani Sekar Sari II (dengan nilai R/C 1,09 dan Payback Period 5,3 tahun).

Persentase biaya sewa Mini Combine Harvester dibandingkan dengan biaya total usaha tani padi berkisar antara 27,6% - 55,6%. Persentase biaya sewa Mini Combine Harvester dibandingkan dengan biaya total tertinggi terdapat pada petani Maftukin (Kelompok Tani Sekar Sari II) yaitu sebesar 55,6%

kemudian Sarimun (Kelompok Tani Kepodang) sebesar 38,6% dan Ma’ruf (Kelompok Tani Karya Raharja) sebesar 36,2%, disebabkan biaya sewa lebih tinggi (Rp 400.000/jam).

Kata Kunci : Kelayakan, Mesin panen padi, Mini Combine

Harvester

(7)

Fudin Hariyanto. 115100200111018. Study The Level Of Sustainability Of Rice Harvesting Machine (Mini Combine Harvester) Government Assistance On A Group Of Farmers In Lamongan.

Minor Thesis : 1. Prof. Dr. Ir. Sumardi Hadi Sumarlan, MS 2. Dr. Ir Ary Mustofa Ahmad, MP

SUMMARY

At this time the availability of a workforce in the management of farming the more scarce and limited. To treat the condition then it is very important to utilize equipment and farm machinery, to make labor a person the more effective. In this thesis that will be analyzed exists on the handling of the harvesting and threshing of rice the rice harvest using machinery (Mini Combine Harveter). This research was conducted in the area of Lamongan on 5 (five) Group of farmers, namely: Trubus Subur;

Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja and Sekar Sari II. Research parameters used are the feasibility analysis and technical elements of its economy. Management of the rice harvest machine Mini Combine Hasvester farm farmers group said can thrive and sustainably if the value of the Payback Period of the rice harvest less from its economy that is 5 years old.

There are 3 (three) Group of farmers a decent economy and can be sustainable, i.e.: a) Trubus Subur farmers group (with a value of R/C 1.18 and Payback Period 4 years). b) Mekar Jaya farmers group (with a value of R/C 1.1 and 4.2 years Payback Period). c) Kepodang farmer groups (with a value of R/C 1.2 and 2.5 year Payback Period). While the two other economic viable farmers group but cannot be sustained, that is:

d) Karya Raharja farmer groups (with a value of R/C 1.09 and Payback Period 5.1 years). e) Sekar Sari II farmers group (with a value of R/C 1.09 and 5.3 years Payback Period).

The percentage of the cost of the rent Mini Combine Harvester is compared to the total cost of the rice farmer ranged between 27.6%- 55.6%. The percentage of the cost of the rent Mini Combine Harvester compared with the highest total costs contained on the Maftukin farmers (Sekar Sari II farmers group) amounted to 55.6% then Sarimun (Kepodang farmers group) amounted to 38.6% and Ma'ruf (farmers group Works Raharja) amounted to 36.2%, due to higher rental costs (Rp 400.000).

Keywords : Feasibility, Harvester Machine, Mini Combine Harvester

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, hingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul “Mempelajari Tingkat Keberlanjutan Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Bantuan Pemerintah Pada Kelompok Tani Di Kabupaten Lamongan.Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardi Hadi Sumarlan, MS, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.

2. Bapak Dr. Ir. Ary Mustofa Ahmad, MP, `selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.

3. Bapak Ir. Darwin Kadarisman MP, selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.

Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih baiknya Tugas Akhir ini. Akhirnya harapan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pihak yang membutuhkan.

Malang, 09 Agustus 2017

Penyusun

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... …... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR…... v

RINGKASAN... vi

SUMMARY... vii

KATA PENGANTAR...…. viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL...

Xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat... 2

1.5 Batasan masalah... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Kabupaten Lamongan... 3

2.2 Tanaman Padi... 4

2.3 Mesin Panen Padi…………... 4

2.4 Kelompok Tani……... 5

2.5 Tingkat Keberlanjutan………... 7

2.5.1 Aspek Teknis…... 7

2.5.2 Aspek Finansial………... 8

2.5.3 Aspek Lingkungan... 12

2.5.4 Aspek Sosial…... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN... 17

3.1 Tempat dan Waktu... 17

3.2 Alat dan Bahan... 17

3.3 Metode Penelitian... 17

3.4 Prosedur Penelitian...18

(10)

Halaman

3.5 Metode Pengambial Data ... 20

3.6 Analisa Data... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…... 23

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 23

4.1.1 Kelompok Tani Trubus Subur ... 23

4.1.2 Kelompok Tani Karya Raharja ... 29

4.1.3 Kelompok Tani Mekar Jaya ... 36

4.1.4 kelompok Tani Sekar Sari II... 42

4.1.5 Kelompok Tani Kepodang... 48

4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian... 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 57

5.1 Kesimpulan... 57

5.2 Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA... 59

(11)

DAFTAR TABEL

Nomer Teks Halaman

4.1 Rekapitulasi analisis finansial Mini Combine Harvester

54

4.2 Rekapitulasi Hasil Usaha Tani 55

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Teks Halaman

1 Kuisioner Mesin Trubus Subur 61

2 Kuisioner Petani Trubus Subur 62

3 Kuisioner Mesin Karya Raharja 64

4 Kuisioner Petani Karya Raharja 65

5 Kuisioner Mesin Mekar Jaya 67

6 Kuisioner Petani Mekar Jaya 68

7 Kuisioner Mesin Sekar Sari II 70

8 Kuisioner Petani Sekar Sari II 71

9 Kuisioner Mesin Kepodang 73

10 Kuisioner Petani Kepodang 74

11 Dokumentasi 77

(13)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah beras.

Permintaan akan beras terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, dan terjadinya perubahan pola makanan pokok pada beberapa daerah tertentu, dari umbi-umbian ke beras.

Produktivitas tanaman padi selain produksi padi itu tersendiri yang menjadi pembatas yaitu keterbatasan tenaga kerja dimana buruh tani yang saat sekarang banyak di dominasi umur 50 tahu lebih. Sedangkan generasi muda tidak mau menjadi butuh tani karena lapangan pekerjaan ini tidak menjajnjikan untuk menopang kehidupannya, sehingga banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertanian ke sektor bangunan (Soegiharto dan Saraswati, 2004). Demikian juga keberadaan tenaga kerja untuk panen padi oleh karena itu panen padi secara mekanisasi untuk saat ini sangat di perlukan.

Pemerintah Indonesia dalam menunjang ketahanan pangan memberi bantuan alat dan mesin pertanian dari pra panen sampai panen seperti untuk kebutuhan panen padi berupa Mini Combine Harvester kepada kelompok tani.

Harapannya kelompok tani bisa mengelola secara teknis maupun ekonomis agar kelompok tani tersebut mampu membeli mesin serupa setelah melebihi umur ekonominya. Sehingga pengelolaan alat mesin bantuan pemerintah seperti mesin panen dapat berkelanjutan (Wardani, 2011).

Bantuan alat mesin pertanian di mulai sejak satu tahun kabinet kerja terbentuk. Untuk menilai kelompok tani bisa mengelola alat mesin bantuan pemerintah bisa berkelanjutan perlu di adakan penelitian tentang tingkat keberlanjutan mesin panen padi (Mini Combine Harvester) bantuan pemerintah pada kelompok tani.

(14)

I.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka ada beberapa masalah dapat di rumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana pengelolaan mesin panen padi batuan pemerintah secara teknis dan finansial?

2) Bagaimana tingkat keberlanjutan pengelolaan mesin panen padi bantuan pemerintah berdasarkan tingkat BEP sebelum prediksi umur ekonominya?

I.3 Tujuan

1) Mengetahui pola mesin panen padi (Mini Combine Harvester) dalam penerapannya di tingkat kelompok tani secara teknis dan finansial.

2) Mengetahui tingkat keberlanjutan pengelolaan mesin panen padi berdasarkan analisa teknis dan finansialnya.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi kepada pemerintah, kelompok tani dan pengembang alat mesin pertanian dalam mengelola alat mesin pertanian.

I.5 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi oleh aspek teknik dan ekonomi, teknik meliputi operasi dan perawatan. Sedangkan ekonomi mempelajari biaya operasi dan perawatan dan keuntungan pengelolaan dari kemampuan serta kemauan petani membayar sewa mesin panen.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kabupaten Lamongan

Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa Timur. Sebagian kawasan pesisir berupa perbukitan. Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51' - 7o23' Lintang Selatan dan 112o33' - 112o34 Bujur Timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

±3.78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut.

Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah: Sebelah Utara perbatasan dengan laut jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut.

Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku sawah (PU) 44.08 Hektar, Baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56 Hektar, sawah tadah hujan 25.407,80 Hektar, Tegalan 32.844,33 Hektar, pemukiman 12.418,89 Hektar, Tambak / kolam / waduk 3.497,72 Hektar, kawasan hutan 32.224,00 Hektar, kebun Campuran 212,00 Hektar, Rawa 1.340,00 Hektar, Tanah tandus / kritis 889,00 Hektar dan lain-lain 15.092,51 Hektar.

(16)

II.2 Tanaman Padi

Tanaman padi (Oyza sativa L.) termasuk tanaman semusim dan golongan rumput-rumputan. Menurut Hoshikawa (1989), pengembangan tanaman padi berawal dari India bagian timur atau Yunnan daerah bagia China, dan bukti-bukti tentang pengembangan tanaman ini ditemukan sekitar 4000-1000 SM.

Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah subtropics, seperti Asia, Afrika,Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang merupakan persilangan Oryza officianalis dan Oryza Sativa F. Spontane (Ina, 2007).

Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek.

Biasanya hanya berumur kurang dari satu tahun dan berproduksi satu kali. Setelah tanaman padi itu berbuah dan dipanen, padi tidak tumbuh seperti semula lagi, tetapi mati.

II.3 Mesin Pemanen Padi

Menurut Irwanto (1980), dari cara kerjanya mesin panen padi di bedakan sebagai berikut:

1) Mesin panen yang hanya memotong rumpun padi kemudian melemparkan kesamping mesin (reaper).

2) Mesin panen yang memotong dan mengikat kemudian melemparkan kesamping (binder).

3) Mesin panen yang mampu memotong rumpun padi, merontokkan dan membersihkan butir gabah dari kotoran (combine harverster).

Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dikarenakan penggunaan mesin ini dapat menggantikan dan meniadakan alat-alat pengikat, pemotong dan perontok pada kegiatan pemanenan jika diibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang banyak seperti pada pemanenan tradisional.

Penggunaan alat ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat mengoprasikan alat ini (Barokah, 2001).

(17)

Keuntungan penggunaan combine harvester menurut Reynoldson dan Humpries dalam Smith (1965) adalah;

mengurangi biaya pemanenan dan perontokan, kebutuhan tenaga berkurang, lahan lebih vepat dibersihkan untuk kegiatan pengolahan tanah embali, jerami terdistribusi diatas tanah dan pemasaran dapat dilakukan lebih awal. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan investasi yang relative besar, resiko kerusakan butiran lebih besar akibat hembusan dan di butuhkan biaya tambahan bila jerami hasil pemanenan akan digunakan untuk pakan ternak.

Terdapat dua tipe combine harvester yakni tipe pull atau tractor-drwan yang di Tarik oleh traktor dan tipe self-propelled yang digerakkan oleh mesin. Combine harvester tipe self- proprlled di operasikan oleh satu orang. Menurut Koga (1988), combine harvester tipe self-propelled terdiri dari dua jenis, yaitu head-feed type dan standard type. Jenis strandard type merupakan combine harvester ukuran besar, terutama berkembang untuk pencarian gandum. Pada jenis ini bulir beserta jerami yang di potong seluruhnya dimasukkan ke bagian perontokkan.

Combine harvester jenis head-feed type mekanisme kerjanya adalah hanya malai tanaman yang di teruskan ke bagian perontok mesin. Gabah yang telah di rontokkan di kemas dalam kantong atau di tamping dalam tangki gabah. Lebar pemotongannya antara 60-150 cm dengan kecepatan maju 0,1- 1 m/det.

II.4 Kelompok Tani

Berdasarkan SK Menteri pertanian RI Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007 pengertian organisasi petani diantaranya :

1) Kelompok Tani

Adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

(18)

2) Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

Adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

3) Asosiasi

Adalah kumpulan petani-nelayan yang sudah mengusahakan satu atau kombinasi beberapa komuditas pertanian secara komersial.

Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal diperdesaan yang ditumbuhkembangkan “ dari, oleh dan untuk petani “ dengan ciri –ciri sebagai berikut :

1) Saling kenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.

2) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani.

3) Memiliki kesaamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.

4) Ada pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

Selain memiliki ciri tersebut, juga memiliki beberapa unsur pengikat yaitu:

1) Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya 2) Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggungjawab

bersama diantara para anggota.

3) Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.

4) Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya.

5) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Beranggotakan petani-nelayan.

(19)

2) Hubungan antara anggota erat.

3) Mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah usahataninya.

4) Mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha.

5) Usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis;

6) Mempunyai tujuan yang sama.

II.5 Tingkat Keberlanjutan

Keberlanjutan Usaha Pertanian Menurut Pretty (1995, 2002) dimana keberlanjutan pertanian di interpretasikan menjadi dua fokus yaitu:

1) Ketahanan (kapasitas sistem terhadap penyangga guncangan dan tekanan)

2) Kegigihan (kapasitas sistem untuk terus melakukan).

Ini menyiratkan kemampuan untuk beradaptasi dan berubah pada perubahan kondisi eksternal dan internal. Fokus kedua dalam pernyataan diatas menyatakan bahwa keberlanjutan pertanian berarti usaha pertanian yang tetap dikerjakan. Selain itu juga mengandung peningkatan kemampuan yang dibagi dalam dua komponen yaitu ketahanan dan kegigihan.

II.5.1 Aspek Teknis 1) Kinerja Alat

Faktor yang mempengaruhi kinerja alat diantaranya yaitu kapasitas kerja serta faktor kehilangan hasil. Penundaan perontokan padi dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas dari gabah dan beras yang dihasilkan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme, kinerja dan faktor yang mempengaruhi tahapan kegiatan pemanenan padi, dilakukan penelaahan mengenai kegiatan pemanenan padi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti jenis lahan, varietas padi, sistem tanam dan alat pendukung lainnya.

2) Efektivitas dan Efesiensi Lapang

Faktor efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis, sistem dan alat yang dapat mendukung kegiatan pasca panen padi. Salah satu

(20)

tahapan kegiatan penanganan pasca panen padi yaitu perontokan padi. Tingkat kehilangan hasil yang diakibatkan oleh belum tepatnya dalam pelaksanaan kegiatan perontokan padi dapat mencapai 5%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja kegiatan perontokan padi diantaranya yaitu varietas padi, sistem pemanenan, mekanisme perontokan, penundaan perontokan serta faktor kehilangan hasil.

Berdasarkan daya kerontokan padi dapat diklasifikasikan kedalam tingkat tahan rontok, sedang serta mudah rontok.

Sistem panen mempengaruhi faktor keterlambatan perontokan padi serta faktor kehilangan hasil. Rumus Kapasitas Teoritis dapat dilihat pada rumus nomor 1.

KLT = W x S Dimana :

KLT = Kapasitas lapang teoritis (ha/jam) W = lebar kerja alat (m)

S = kecepatan maju operasi alat (ha/jam)

Sedangkan untuk perhitungan Kapasitas Lapang Efektif (KLE) dapat dilihat pada rumus nomor 2.

KLE = A / T Dimana :

KLE = kapasitas lapang efektif (ha/jam) A = Luas lahan (m2)

T = Waktu total operasi (jam)

Dengan mengetahui Kapasitas Lapang Teoritis dan Kapasitas Lapang Efektif maka akan dapat dihitung Efisiensi Lapang (%) dari alat/mesin tersebut dilapangan Efisiensi Lapang (EL). Rumus Efisiensi Lapang dapat dilihat pada rumus nomor 3.

EL= KLE/KLTx100%

II.5.2 Aspek Finansial 1) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (fixed cost) bisa diartikan sebagai pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang

………. 2

………. 3

………. 1

(21)

atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang dibayar setiap bulan, dan sering disebut sebagai pengeluaran tambahan (Mulyadi, 2002).

a) Biaya Penyusutan

Tanpa Memperhitungkan Bunga Modal

Keterangan :

D = Biaya Penyusutan P = Harga Awal (Rp) S = Harga Akhir (Rp)

N = Umur Ekonomis (tahun) b) Menghitung Bunga Modal

Keterangan :

D = Biaya penyusutan tiap tahun (Rp/tahun) P = Biaya pembelian awal (Rp)

S = Nilai akhir (Rp)

Crf = Capital recovery factor I = Bunga Modal (Rp/tahun) I = Persen bunga modal (%) n = Umur ekonomis (Tahun) c) Biaya Garasi

1% x P

……….. 4

……….. 5

………..6

(22)

Dimana :

P = Biaya pembelian awal (Rp) d) Biaya Pajak

2% x P Dimana :

P = Biaya pembelian awal (Rp) 2) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang berfluktasi secara proporsional dengan kuantitas output. Biaya variable dapat berhubungan dengan biaya bahan bakar, tenaga kerja (operator) dan perawatan (Hansen & Mowen, 2003).

a) Biaya Operator

Bop = J x OkJk Dimana :

Bop = Biaya operator (Rp/ jam) J = Jumlah operator (orang) Ok = ongkos kerja (Rp/ hari) Jk = Jumlah jam kerja (jam/ hari) b) Biaya Bahan Bakar

Bbbm = Hbbm x AFC

Dimana :

Bbbm = biaya bahan bakar (Rp/ jam) Hbbm = Harga bahan bakar (Rp/ ltr) AFC = Konsumsi bahan bakar (ltr/ jam)

c) Biaya Perawatan Preventif – Biaya Pelumas (Mesin, Transmisi, Greasing dan Filter)

Bo = konsumsi pelumas x harga pelumas

……….7

…………...8

...9

..10

(23)

Dimana :

Bo = Biaya oli dan pelumas (Rp/ jam) d) Biaya Perawatan Alat

Bp=2% (P-S)100 jam Dimana :

Bp = biaya perbaikan (Rp/jam) P = Biaya awal (Rp)

S = Nilai akhir (Rp)

100 jam = Perkiraan pergantian suku cadang (sparepart) e) Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan

Keterangan :

BPP = Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan (Rp/tahun) t = Lama Pemakaian

100 jam = Perkiraan pergantian suku cadang (sparepart) 3) Biaya Pokok

Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk menghasilkan setiap unit produk.

a) Biaya Pokok

BP = BT + BTT Dimana :

BP = Biaya Pokok (Rp/ ha) atau (Rp/ jam) BT = Biaya tetap (Rp/ tahun) atau (Rp/ jam) BTT = Biaya tidak tetap/ operasi (Rp/jam)

b) Biaya Sewa

Biaya Sewa = Biaya Pokok + (10% biaya pokok)

…….…..11

………12

………..13

……14

(24)

4) Titik Impas (Break Event Point)

Analisa titik impas digunakan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapakah suatu mesin mulai menghasilkan keuntungan. Analisa ini juga dapat di manfaatkan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, harga jual dan biaya produksi. Keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat prosuksi tertentu (Pramudya dan Dewi, 1992). Titik impas dapat di hitung dengan menggunakan rumus

BEP = Biaya Tetap / Tingkat sewa - Biaya Tidak Tetap II.5.3 Aspek Lingkungan

1) Jenis Lahan

Berikut ini merupakan penjelasan beberapa jenis penggunaan lahan berdasarkan pedoman survai yang digunakan oleh Direktorat Tata Guna Tanah Departemen Dalam Negeri (Sitorus 1989):

a) Hutan: Areal yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan besar dan kecil dengan tingkat pertumbuhan yang maksimum, dapat meliputi hutan heterogen yang merupakan hutan alam atau hutan homogen yang ditumbuhi pepohonan dengan didominasi oleh satu jenis saja.

b) Perkebunan: Areal yang ditanami jenis tanaman keras atau tanaman tahunan, baik untuk usaha perkebunan besar maupun perkebunan rakyat.

c) Kebun Campuran: Areal yang ditanami berbagai macam tanaman, jenis tanaman keras, atau kombinasi tanaman keras dan tanaman semusim yang tidak jelas jenis mana yang lebih dominan.

d) Tegalan: Areal pertanian lahan kering, biasanya tanaman yang diusahakan adalah tanaman berumur pendek.

e) Sawah: Areal pertanian lahan basah yang secara periodik atau terus-menerus ditanami padi.

f) Areal Pertanian Tanaman Kering Semusim: Areal pertanian yang tidak pernah diairi dan hanya ditanami dengan jenis tanaman berumur pendek, meliputi tegalan, ladang, dan kebun sayur.

…15

(25)

g) Danau: Areal penggenangan permanen yang dalam dan terjadi secara alami.

h) Rawa: Areal dengan penggenangan permanen yang dangkal tetapi belum cukup dangkal untuk dapat ditumbuhi tumbuhan besar, sehingga pada umumnya ditumbuhi rerumputan rawa.

i) Perkampungan atau Pemukiman: Bagian dari permukaan bumi yang dihuni oleh manusia, meliputi segala (sarana dan prasarana) yang menunjang kehidupan penduduk.

2) Kemiringan Lahan

Kemiringan lereng atau lahan menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 persen. Kecuraman lereng 100 persen samadengan kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan,semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringanlereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi persatuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).

3) Ukuran Petak

Lahan sawah yang berupa lahan pertanian dengan permukaan yang datar dan di kelilingi oleh pematang serta dengan pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet) merupakan struktur dasar dari lahan sawah yang disebut dengan petakan (plot). Petakan sawah umumnya dibuat secara berkelompok atau blok (cluster).berdasarkan distribusi air irigasi, tata letak (lay out) petakan sawah dibedakan menjadi :

a) Tata letak petak ke petak (plot to plot) dimana air irigasi dialirkan ke satu petak ke petak lainnya.

(26)

b) Tata letak petak terpisah (each plotlseparate canal) dimana setiap petakan sawah memperoleh air irigasi dari saluran irigasi dan membuangnya ke saluran pembuang.

Efisiensi penggunaan alat dan mesin pertanian dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran petakan sawah, daya dukung tanah , serta kerapatan jalan kebun. Bentuk segi empat merupakan bentuk yang memadai, sedangkan ukuran petakan sangat bergantung pada jenis alat dan mesin yang digunakan , operasional irigasi dan drainase, topografi,dan keadaan social ekonomi.daya dukung tanah dapat dikendalikan dengan perlakuan pemadatan lapisan bawah (plow sole) an drainase ataupun perkolasi.alat dan mesin pertanian dapat dioperasikan apabila daya dukung tanahnya minimal 2kgf/cm².

II.5.4 Aspek Sosial

Tantangan dalam pertanian di Indonesia, khususnya di tingkat pedesaan mengharuskan para petani untuk siap berhadapan dengan desakan desakan teknologi modern dalam dunia pertanian pada satu sisi dan perkembangan industrialisasi yang memerlukan lahan dan pansa pasar yang besar. pada sisi lain kemauan dan kemampuan petani membayar sewa alat pemanen padi sangat dipengaruhi oleh kondisi pertanian yang sejak dahulu hingga saat ini tidak terlepas dari adanya ketidakseimbangan biaya tanam dan hasil panen yang diperoleh, Rendahnya sumber daya manusia, tidak terjangkaunya harga pupuk, rendahnya harga gabah pada musim panen, faktor tidak merata, dan lahirnya teknologi pertanian yang baru dan mahal yang berdampak pada pengangguran buruh tani. Kondisi semacam ini sangat mempengaruhi kemauan dan kemampuan petani membayar sewa alat pemanen padi sehingga perlu diberikan solusi agar petani dapat mengelola lahan pertanian dengan menyewa alat pemanen padi dengan sistem yang berkelanjutan agar petani dapat menggarap lahan dengan menyewa mesin pemanen padi yang harganya sesuai dengan kemampuan para petani.

1) Kelembagaan Masyarakat

Pengertian kelembagaan menurut Wariso (1998) dalam Wahyuni (2003) dikelompokkan ke dalam dua pengertian, yaitu institut dan institusi. Institut menunjuk pada kelembagaan

(27)

formal, misalnya organisasi, badan, dan yayasan mulai dari tingkat keluarga, rukun keluarga, desa sampai pusat, sedangkan institusi merupakan suatu kumpulan norma-norma atau nilai-nilai yang mengatur perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga pengertian kelembagaan petani yang dimaksud adalah kelembagaan formal (organisasi) dan institusi/

norma-norma yang berkaitan dengan petani. Kelembagaan petani (pekebun, peternak nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan) adalah lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama. Pelaku utama yang dimaksud adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya (UU no 16 Tahun 2006).

Pengertian menurut Zakaria (2003) bahwa lembaga petani adalah merupakan organisasi/kesatuan orang-orang (bukan individu). Lembaga petani ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani (UU no 16 Tahun 2006), meskipun terdapat peran pemerintah dalam memfasilitasi pembentukannya berkaitan langsung dan hampir dibutuhkan di setiap tahap usaha tani (Wahyuni, 2003).

2) Kelengkapan Kelembagaan

Peran kelengkapan kelembagaan petani yang mendukung keberlanjutan pertanian diberikan kriteria (Nurmala dkk, 2012):

a) Subsistem Sarana

Perencanaan, pengelolaan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi yang memungkinkan penerapan suatu teknologi usaha tani dan pemanfaatan SDA secara optimal.

b) Subsistem Usahatani

Pembinaan dan pengembangan usaha tani dalam rangka peningkatan produksi pertanian, baik usaha tani pertanian rakyat maupun usaha tani besar.

c) Subsistem Pengolahan

Pengolahan hasil secara sederhana di tingkat petani dan penanganan pasca panen komoditi pertanian yang di hasilkan samapai pada tingkat pengolahan lanjut selama

(28)

bentuk , susunan dan citarasa komoditi tersebut tidak berubah.

d) Subsistem Pemasaran

Pemasaran hasil usaha tani yang masih segar atau hasil olahannya mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran di dalam negeri dan ekspor

e) Subsistem Pelayanan atau Pendukung.

Jasa perbankan, jasa angkutan, asuransi, penyimpanan dan lain-lain sesuai dengan fungsi beberapa lembaga petani sebagai kelas belajar dan unit produksi/usaha (Permentan nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007) dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jenis peran lembaga yang penting dalam Sistem Agribisnis yaitu sebagai penyedia informasi dan sebagai penyedia fisik/jasa pada masing-masing subsistem. Kedua peran tersebut sama- sama dibutuhkan oleh petani.

(29)

III. METODOLOGI

III.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada masyarakat daerah Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur pada bulan Juni 2017sampai bulan Juli 2017. Lokasi ini sangat terjangkau, sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data hasil penelitian yang dibutuhkan dengan mengadakan observasi ke daerah pertanian yang mendapatkan bantuan mesin panen padi tipe Mini Combine Hasvester. Selain itu masyarakat Kabupaten Lamongan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.

III.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada peneltian ini adalah sebagai berikut:

1) Lembar Kuisioner Untuk Survey Responden 2) Kamera

3) Alat Tulis 4) Kalkulator

III.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara kuesioner yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Sumber data dari penelitian ini terbagi menjadi dua hal, yaitu meliputi data yang bersifat primer dan sekunder.

1) Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan secara langsung dari kegiatan penelusuran dari objek yang diamati dan dicatat.

2) Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui studi literatur dalam jurnal, buku maupun laporan penelitian terdahulu.

(30)

3) Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini dapat dilakukan dengan mengambil gambar-gambar keadaan di lokasi penelitian, cara pengoperasian mesin panen Mini Combine Harvester, serta pengambilan gambar pada saat melakukan tanya jawab/wawancara.

III.4 Prosedur Penelitian 1) Pra lapangan

Ada empat tahap kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan, yang meliputi:

a) Mengurus Perizinan

Sebelum penelitian dimulai, penulis mengurus perizinan terlebih dahulu, yaitu mempersiapkan surat ijin penelitian dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

b) Menjajaki dan Menilai Lapangan

Sebelum penelitian dimulai, penulis sudah mengetahui gambaran umum pada masyarakat Desa Kabupaten Lamongan yang bermata pencaharian sebagai petani, sehingga membantu dalam penjajakan lapangan untuk mengetahui situasi dan kondisi masyarakatnya, sehingga dalam penelitiannya nanti penulis harus mempersiapkan mental maupun fisiknya, serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian.

c) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Narasumber yang dijadikan informan atau responden yaitu orang-orang atau masyarakat petani yang melaksanakan sistem sewa alat panen padi (Mini Combine Harvester) untuk pertanian , perangkat desa/tokoh masyarakat dan masyarakat petani umum pada Kabupaten Lamongan . Informan yang terpilih dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis, sehingga data yang diperlukan akan didapatkan.

Informan juga dimanfaatkan untuk berbicara dan berdiskusi tentang pengalamannya dalam pengelolaan

(31)

sistem Mini Combine Harvester bantuan pemerintah dalam memenuhi kehidupan sosial ekonominya.

d) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Sebelum penelitian dimulai, penulis mempersiapkan hal- hal yang diperlukan, seperti surat ijin penelitian resmi yang dibuat dari fakultas, kuisioner untuk responden, alat tulis (bolpoin dan buku catatan), alat perekam dan kamera.

e) Persoalan Etika Penelitian

Penulis harus memiliki etika penelitian, yaitu bersikap sopan santun ketika memasuki lapangan penelitian dan berbicara sesuai dengan etika berbahasa yang baik ketika wawancara dengan informan atau responden.

2) Tahapan Pekerjaan Lapang

Uraian mengenai tahapan pekerjaan lapangan terdiri dari dua tahapan, yaitu:

a) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Penulis harus memahami latar terbuka dan latar tertutup.

Latar tertutup, ketika penulis melakukan pengamatan pada masyarakat Kabupaten Lamongan tentang kehidupan sosial-ekonominya dalam sistem pengelolaan Mini Combine Harvester bantuan pemerintah. Latar terbuka, ketika penulis melakukan wawancara dengan responden untuk menggali data yang diperlukan dalam penelitian. Persiapan diri yang harus dilakukan adalah mental dan fisik ketika terjun ke lapangan penelitian serta mematuhi nilai dan norma yang ada di masyarakat Kabupaten Lamongan.

b) Memasuki Lapangan

Ketika memasuki lapangan penelitian, harus mentaati norma yang berlaku didalam masyarakat serta menjalin keakraban kepada responden, sehingga ketika diwawancara akan lebih terbuka dan menerima kehadiran peneliti. Hal ini akan mempengaruhi data yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang dibutuhkan.

(32)

III.5 Metode Pengambilan Data 1) Metode wawancara

Wawancara ini dilakukan dengan mendatangi langsung ke rumah responden. penelitian secara face to face untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan adanya program bantuan pemerintah mesin panen padi (Mini Combine Harvester). Penulis bertanya langsung kepada petani pengguna mesin panen padi. Wawancara juga dilakukan dengan luwes dan tidak formal, sehingga tercipta suasana santai dan akrab. Untuk memperlancar wawancara dalam penelitian ini penulis menyiapkan sejumlah pertanyaan dalam bentuk pedoman wawancara yang terkait dengan tujuan penelitian, menyiapkan perlengkapan wawancara seperti buku catatan, bulpoin dan kamera kemudian menyeleksi responden yang dipercaya untuk dapat menjawab pertanyaan yang akan diajukan.

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti data penduduk, data mata pencaharian serta foto. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dokumen yang berkaitan dengan penelitian bertujuan untuk memperoleh data sekunder yang tidak dapat diperoleh dari subjek dan responden penelitian.

Penelitian ini juga menggunakan foto sebagai sumber data yang dapat memberikan gambaran peristiwa yang diamati dan juga sebagai bukti bahwa penelitian ini dilaksanakan dengan subjek dan informan penelitian. Foto ini merupakan foto yang diambil secara pribadi pada saat melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Lamongan pada 5 (lima) kelompok tani, yaitu : Kelompok Tani Trubus Subur; Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja dan Sekar Sari II. Foto hasil dokumentasi dapat dilihat pada lampiran dokumentasi halaman 68.

(33)

III.6 Analisa Data

Analisis data untuk mengetahui tingkat keberlanjutan mesin panen padi (Mini Combine Harvester) berupa analisis finansial adalah sebagai berikut :

1. Analisis biaya yang mencakup biaya tetap dan biaya tidak tetap

 Biaya tetap = Biaya penyusutan + Biaya bunga bank + Biaya sewa garasi

 Biaya tidak tetap = Biaya operator + Biaya bahan bakar + Biaya suku cadang + Biaya oli mesin + Biaya oli transmisi

2. Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui berapa perbandingan jumlah penerimaan degan jumlah biaya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung parameter ini adalah:

R/C Dimana :

R = jumlah penerimaan C = jumlah biaya

R/C>1 “USAHA TANI UNTUNG”

R/C<1 “USAHA TANI RUGI ” R/C :1 “USAHA TANI IMPAS”

3. Analisis PBP (Payback Period) didapat beban PBP atau total waktu pengembalian modal. Adapun rumus untuk mencari nilai PBP sebagai berikut.

PBP

Dimana,

PBP : Payback Period (jam) Investasi : harga baru traktor (Rp)

Keuntungan : pendapatan – biaya total (Rp/jam)

(34)

4. Analisa BEP (Break Event Point) digunakan untuk mengetahui luas minimum (hektar per tahun) yang harus dikerjakan agar usaha mesin panen padi (Mini Combine Harvester) tidak rugi. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai BEP adalah:

BEP =

(35)

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melakukan survey dilapangan dengan wawancara (daftar pertanyaan) kepada responden.

Sehingga data yang diperoleh berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh sumber data.

IV.1 Deskripsi Hasil Penelitian dan Analisa Hasil Penelitian Adapun hasil penelitian yang didapat dari responden yang telah diwawancarai secara sukarela dan berdasarkan fakta di lapangan yaitu :

IV.1.1 Kelompok Tani Trubus Subur a) Aspek Finansial

Kelompok Tani Trubus Subur mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian dari pemerintah tahun anggaran 2015 yang berupa mesin panen padi (Mini Combine Harvester) yaitu Quick Harvester tipe H140R dengan mesin penggerak diesel tipe Kubota RD 140DI-2T yang mempunyai daya maksimal 14 HP atau sebesar 2400 RPM, untuk bahan bakarnya mesin diesel Kubota ini menggunakan solar dan system startingnya menggunakan engkol, oli mesin menggunakan oli SAE 30 dengan daya tamping 2,4 liter sedangkan oli transmisi atau gearbox menggunakan oli SAE 90 yang mempunyai daya tampung 7 liter.

Pada Kelompok Tani Trubus Subur operator mesin panen padi Mini Combine Hasvester ini adalah bapak Ahmad Arif yang beralamatkan di Dusun Benges, Desa Sendangharjo Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Untuk memanen lahan 1 ha biasanya dapat di selesaikan dalam waktu 8 jam dan menghabiskan bahan bakar yang berupa solar sebanyak 10 liter.

Setiap hari saat musim panen padi, mesin panen padi mini combine harvester beroperasi selama 8 jam dalam 1 hari. Masa panen padi di daerah tersebut biasanya ada tiga kali selama setahun yaitu pada pertengahan atau akhir Ferbuari kemudian akhir Juni sampai Agustus dan akhir Oktober sampai November.

Lembar kuisioner mesin panen padi Mini Combine Harvester

(36)

24

Kelompok Tani Trubus Subur dapat dapat dilihat pada lampiran nomer 1 halaman 61.

Responden yang pertama yaitu bapak Munadar yang beralamatkan di Dusun Benges, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, beliau merupakan anggota dari Kelompok Tani Trubus Subur yang menyewa mesin panen padi Mini Combine Harvester dengan harga 300.000/jam, dimana harga tersebut sudah termasuk biaya operator. Lahan yang di miliki bapak munadar seluas 0,25 ha berupa sawah tadah hujan yang di tanami padi dua kali dalam satu tahun.

Dari data di atas maka dapat di hitung aspek finansial dari Mini Combine Harvester yang dimiliki oleh Kelompok Tani Trubus Subur.

Diketahui:

Biaya Penyusutan :

 Pemanenan lahan 1 hari efektif : 7-8 jam/ Hari

 Estimasi Pemanenan lahan selama sebulan = 8 jam x 25 hari

= 200 Jam

 Setahun 3 Bulan pemanenan efektif saat musim panen padi

= 200 jam x 3 = 600 Jam

 Pemanenan lahan 1 Ha : 8 jam

 Umur Ekonomi Alat Pemanen Padi : 5 Tahun

 Harga alat pemanen padi Mini Combine Harvester Baru =

Rp 111.000.000

 Biaya penyusutan /tahun = (111.000.000 - 10%) : (Umur Ekonomi 5 Tahun)

= (Rp111.000.000 - Rp11.100.000) : 5 tahun

= Rp 99.900.000 : 5 tahun

=Rp 19.980.000/tahun

Jadi penyusutannya adalah (Biaya penyusutan/tahun : jam kerja 1 tahun ) Rp 19.980.000 : 600 Jam = Rp 33.300/jam

(37)

25 Biaya Bunga Bank :

 Bunga Bank setahun : 12% /tahun x Rp 111.000.000

= Rp 13.320.000/tahun

= Rp 13.320.000 : (365hari x 24 jam)

= Rp 13.320.000 : 8760 hari/jam

= Rp 1.520,54/jam Biaya Garasi :

 Sewa Garasi = Rp 1.200.000/tahun

 1 tahun = 365 hari, 1 tahun (365 hari x 24 jam) = 8760 jam

Jadi sewa garasi setiap satu jam = Rp 1.200.000: 8760 = Rp 136,9/jam

 Biaya Tetap = Biaya penyusutan + Biaya Bunga Bank + Biaya Garasi

= Rp 33.300/jam + Rp 1.520,54/jam + Rp 136,9/jam

= Rp 34.957,44/jam Biaya Operator :

= Rp 360.000 : 2 jam

= Rp 180.000/jam Biaya Bahan Bakar :

Solar satu liter + 5% = Rp 5.150 + 5/100

= Rp 5.150 + 257,5

= Rp 5.407,5 /jam

kebutuhan bahan bakar untuk luasan lahan 0,25 Ha kerja

= 3 liter

untuk menyelesaikan luasan lahan 0,25 Ha di butuhkan waktu 2 jam

= 3 liter : 2 jam = 1,5 liter/jam

= 1,5 liter/jam x Rp 5.407,5/jam

= Rp 8.111,25/jam

(38)

26

Suku Cadang = 10 % (kontrak 600.000 untuk 2 jam kerja)

= Rp60.000: 2 jam

= Rp 30.000/jam Oli Tranmisi :

 Kapasitas Oli Transmisi = 7 liter Harga Oli = Rp 15.000

 Penggantian Oli Transmisi = 600 Jam

 Pemakaian mesin/tahun = 600 Jam

Jadi, penggunaan Oli mesin dalam setahun

= 7 Liter x Rp 15.000 : 600 jam = Rp 175/Jam Oli Mesin :

 Kapasitas Oli mesin = 2,4 Liter Harga oli = Rp 65.000/2,5 liter

 Pergantian oli mesin = 100 jam

Jadi, penggunaan Oli mesin/jam yaitu :

= Rp 65.000 /liter : 100 jam

= Rp 650/jam

 Biaya Tidak Tetap = Biaya Operator + Biaya Bahan Bakar + suku cadang + Oli mesin + Oli Transmisi)

= Rp 180.000/jam + Rp 8.111,25/jam + Rp 30.000/jam + Rp 175/Jam +

Rp 650/jam

= Rp 218.936/jam

 Biaya Total = Biaya Tetap+ Biaya Tidak Tetap

= Rp 34.957,44/jam + Rp 218.936/jam

= Rp 253.893,44/jam

*Biaya pokok = biaya total Petani membayar :

= Rp 600.000 : 2 jam

= Rp 300.000 jam

(39)

27

100%

 R/C = 300.000 : 253.893,44

= 1,18

 Payback Period

=

Investasi (Rp) KeuntunganJamRp

= Rp 111.000.000

Rp 300.000 jam − Rp 253.893,44/jam

= Rp 111.000.000 Rp 46.106,56/jam

= 2.407,46 jam

= 2.407,46 jam : 600 jam

= 4,01 Tahun

 BEP = Biaya Tetap

Tingkat Sewa – Biaya Tidak Tetap = Rp 34.957,44/jam

Rp 300.000 jam − Rp 218.936/jam

= Rp 34.957,44/jam Rp 81.064/jam

= 43,1%

Dengan asumsi pertahun jam operasi 600 jam, maka:

= 43,1% x 600 jam

= 258,6 jam atau 32,32 ha

Dengan asusmsi jam kerja mesin panen padi Mini Combine Harvester per tahun adalah 600 jam maka Payback Period dari mesin panen padi yang dimiliki Kelompok Tani Trubus Subur adalah 4,01 tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan mesin panen padi pada kelompok tani tersebut bisa berkembang dan bisa berkelanjutan karena ditinjau dari umur ekonomi mesin panen padi Mini Combine Harvestrer yaitu 5 tahun dan PBP dari kelompok tani tersebut kurang dari umur ekonomis mesin panen padi.

x

(40)

28

Hal ini dikarenakan petani mampu dan mau membayar sewa mesin panen padi Mini Combine Harvester sesuai regulasi harga dan kesepakatan dari kelompok tani, karena petani dalam hasil usaha taninya diuntungkan dengan hasil panen yang banyak dan harga komoditas tanaman yang ditanam cukup baik sehingga mampu menutupi biaya ongkos sewa mesin panen padi Mini Combine Harvester. Selain itu panen menggunakan Mini Combine Harvester lebih efisien waktu pemanenan di bandingkan dengan panen secara manual menggunakan tenaga manusia.

b) Hasil Usaha tani

Sedangkan untuk hasil usaha tani dari bapak Munadar yaitu beliau mempunyai lahan jenis sawah tadah hujan seluas 0,25 ha, dalam 1 tahun beliau dapat menaman padi sebanyak dua kali. Lahan sawah garapan bapak Munadar seluas 0,25 ha biasanya menghabiskan 8 kg benih padi dengan varietas yang di tanam adalah IR 64 dengan harga Rp 9.000/kg. Untuk pemupukan bapak Munadar menggunakan pupuk organik sebagai dasaran dan pupuk kimia, antara lain NPK, Urea dan ZA.

Hasil panen padi dari sawah garapan bapak Munadar sebanyak 1,3 ton dengan lama waktu pemanenan dengan menggunakan Mini Combine Harvester selama 2 jam. Hasil panen padi tersebut akan di jual setelah melalui proses pengeringan dengan harga Rp 4.500/kg. Lembar kuisioner bapak Munadar dapat dilihat pada lampiran nomer 2 halaman 62.

Dari kuisioner tersebut maka dapat di hitung hasil usaha tani dari bapak Munadar, sebagai berikut.

Diketahui :

 Hasil panen = 1,3 ton

 Harga jual = Rp 4.500/kg

 Keuntungan = (Harga jual x Hasil panen/luasan) – Total input

= (Rp 4.500/kg x 1300kg) – Total input

= Rp 5.850.000 – Total input

(41)

29 Input :

 Biaya pengolahan lahan = Rp 300.000

 Kebutuhan benih = Rp 72.000

 Kebutuhan pupuk = Rp 179.000

 Kebutuhan obat = Rp 145.000

 Kebutuhan tenaga kerja = Rp 230.000

 Biaya Irigasi = Rp 200.000

 Biaya sewa mesin panen = Rp 600.000 Total input = Rp 1.726.000

 Keutungan = Rp 5.850.000 - Total input

= Rp 5.850.000 – Rp 1.726.000

= Rp 4.124.000

Dilihat dari perhitungan keuntungan hasil usaha tani bapak munadar, beliau mampu untuk membayar sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Sehingga akan berdampak pada perkembangan dan keberlanjutan kelompok tani serta memberikan manfaat yang baik bagi para petani. Pada kelompok tani Trubus Subur sudah ada peraturan yang mengatur sistem sewa alsintan khususnya mesin panen padi Mini Combine Hasvester. Sehingga para petani dapat membayar sesuai tarif sewa alsintan yang dapat berdampak pada tingkat keberlanjutan mesin panen padi bantuan pemerintah.

IV.1.2 Kelompok Tani Karya Raharja a) Aspek Finansial

Kelompok Tani Karya Raharja mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian dari pemerintah tahun anggaran 2015 yang berupa mesin panen padi (Mini Combine Harvester) yaitu Quick Harvester tipe H140R dengan mesin penggerak diesel tipe Kubota RD 140DI-2T yang mempunyai daya maksimal 14 HP atau sebesar 2400 RPM, untuk bahan bakarnya mesin diesel Kubota ini menggunakan solar dan system startingnya menggunakan engkol, oli mesin menggunakan oli SAE 30 dengan daya tamping 2,4 liter sedangkan oli transmisi atau gearbox menggunakan oli SAE 90 yang mempunyai daya tampung 7 liter.

(42)

30

Pada Kelompok Tani Karya Raharja operator mesin panen padi Mini Combine Hasvester ini adalah bapak Nur Rohman yang beralamatkan di Desa Lembor Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Untuk memanen lahan 1 ha biasanya dapat di selesaikan dalam waktu 10 jam dan menghabiskan bahan bakar yang berupa solar sebanyak 12 liter.

Setiap hari saat musim panen padi, mesin panen padi beroperasi selama 8 jam dalam 1 hari. Masa panen padi di daerah tersebut biasanya ada tiga kali selama setahun yaitu pada pertengahan atau akhir Ferbuari kemudian akhir Juni sampai agustus dan akhir Oktober sampai November. Lembar kuisioner mesin panen padi Mini Combine Harvester Kelompok Tani Karya Raharja dapat dapat dilihat pada lampiran nomer 3 halaman 64.

Responden yang kedua yaitu bapak Ma’ruf yang beralamatkan di Desa Lembor, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, beliau merupakan anggota dari Kelompok Tani Karya Raharja yang menyewa mesin panen padi Mini Combine Harvester dengan harga Rp 400.000/jam, dimana harga tersebut sudah termasuk biaya operator. Lahan yang di miliki bapak ma’ruf seluas 0,46 ha berupa sawah yang di tanami padi dua kali dalam satu tahun.

Dari data di atas maka dapat di hitung aspek finansial dari Mini Combine Harvester yang dimiliki oleh Kelompok Tani Karya Raharja.

Diketahui :

Biaya Penyusutan :

 Pemanenan lahan 1 hari efektif : 7-8 jam/ Hari

 Estimasi Pemanenan lahan selama sebulan : 8 jam x 25 hari

= 200 Jam

 Setahun 3 Bulan pemanenan efektif saat musim panen padi

= 200 jam x 3 = 600 Jam

 Pemanenan lahan 1 Ha : 10 jam

 Umur Ekonomi Alat Pemanen Padi : 5 Tahun

(43)

31

 Harga alat pemanen padi Mini Combine Harvester Baru =

Rp 111.000.000

 Biaya penyusutan /tahun = ( Rp 111.000.000 - 10%) : (Umur Ekonomi 5 Tahun)

= (Rp111.000.000-Rp11.100.000) : 5 tahun

= Rp 99.900.000 : 5 tahun

=Rp 19.980.000/tahun

Jadi penyusutannya adalah (Biaya penyusutan/tahun : jam kerja 1 tahun )

= Rp 19.980.000 : 600 Jam = Rp 33.300/jam Biaya Bunga Bank :

 Bunga Bank setahun = 12%/tahun x Rp 111.000.000

= Rp 13.320.000/tahun

= Rp 13.320.000 : (365hari x 24 jam)

= Rp Rp 13.320.000: 8760 hari/jam

= Rp 1.520,54/jam Biaya Garasi :

 Sewa Garasi = Rp 1.200.000/tahun

 1 tahun = 365 hari, 1 tahun (365 hari x 24 jam) = 8760 jam

Jadi sewa garasi setiap satu jam = Rp 1.200.000: 8760 = Rp 136,98/jam

 Biaya Tetap = Biaya penyusutan + Biaya Bunga Bank + Biaya Garasi

= Rp 33.300/jam + Rp 1.520,54/jam + Rp 136,98/jam

= Rp 34.957,54/jam Biaya Operator :

= Rp 560.000 : 2 jam

= Rp 280.000/jam

(44)

32 Biaya Bahan Bakar :

Solar satu liter + 5% = Rp 5.150 + 5/100

= Rp 5.150 + 257,5

= Rp 5.407,5 /jam

kebutuhan bahan bakar untuk luasan lahan 0,46 Ha kerja

= 6 liter

untuk menyelesaikan luasan lahan 0,46 Ha di butuhkan waktu 4 jam

= 6 liter : 4 jam = 1,5 liter/jam

= 1,5 liter/jam x Rp 5.407,5/jam

= Rp 8.111,25/jam

Suku Cadang = 10 % (kontrak Rp 1.600.000 untuk 4 jam kerja)

= Rp 160.000 : 4 jam

= Rp 40.000/jam Oli Tranmisi :

 Kapasitas Oli Transmisi = 7 liter Harga Oli = Rp 17.000

* Penggantian Oli Transmisi = 600 Jam

 Pemakaian mesin/tahun = 600 Jam

Jadi, penggunaan Oli mesin dalam setahun

= 7 Liter x Rp 17.000 : 600 jam = Rp 198,33/Jam Oli Mesin :

 Kapasitas Oli mesin = 2,4 Liter Harga oli = Rp 65.000/2,5 liter

*Pergantian oli mesin = 100 jam

Jadi, penggunaan Oli mesin/jam yaitu :

= Rp 65.000 /liter : 100 jam

= Rp 650/jam

(45)

33

 Biaya Tidak Tetap = Biaya Operator + Biaya Bahan Bakar + suku cadang + Oli mesin + Oli Transmisi)

= Rp 280.000/jam + Rp 8.111,25/jam + Rp 40.000/jam + Rp 198,33/Jam

+ Rp 650/jam

= Rp 328.959,58/jam

 Biaya Total = Biaya Tetap+ Biaya Tidak Tetap

= Rp 34.957,54/jam + Rp 328.959,58/jam

= Rp 363.917,1/jam

*Biaya pokok = biaya total Petani membayar :

= Rp 1.600.000 : 4 jam

= Rp 400.000/jam

 R/C = 400.000 : 363.917,1

= 1,09

 Payback Period

=

Investasi (Rp) KeuntunganJamRp

= Rp 111.000.000

Rp 400.000 jam − Rp 363.917,1/jam

= Rp 111.000.000 Rp 36.082,9/jam

= 3.076,24 jam

= 3.076,24 jam : 600 jam

= 5,12 Tahun

 BEP = Biaya Tetap

Tingkat Sewa – Biaya Tidak Tetap = Rp 34.957,54/jam

Rp 400.000 jam − Rp 328.959,58/jam

= Rp 34.957,54/jam Rp 71.040,42/jam

= 49,2%

x 100%

(46)

34

Dengan asumsi pertahun jam operasi 600 jam, maka:

= 49,2% x 600 jam

= 295,2 jam atau 29,5 ha

Dengan asusmsi jam kerja mesin panen padi Mini Combine Harvester per tahun adalah 600 jam maka Payback Period dari mesin panen padi yang dimiliki kelompok tani Karya Raharja adalah 5,12 tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan mesin panen padi pada kelompok tani tersebut bisa berkembang akan tetapi tidak bisa berkelanjutan karena ditinjau dari umur ekonomi mesin panen padi Mini Combine Harvestrer yaitu 5 tahun dan PBP dari kelompok tani tersebut kurang dari umur ekonomis mesin panen padi.

Hal ini dikarenakan pada kelompok tani Karya Raharja sistem penyewaan masih terlalu murah jika di bandingkan dengan biaya operasi dan perawatannya. Seharusnya kelompok tani Karya raharja dapat membuat regulasi sistem penyewaan yang sesuai dengan biaya operasi dan perawatan sehingga dapat menguntungkan untuk kelompok tani itu sendiri dan juga untuk petani yang menyewa mesin panen padi tersebut.

b) Hasil Usaha tani

Sedangkan untuk hasil usaha tani dari bapak Ma’ruf yaitu beliau mempunyai lahan jenis sawah seluas 0,46 ha, dalam 1 tahun beliau dapat menaman padi sebanyak dua kali. Lahan sawah garapan bapak ma’ruf seluas 0,46 ha biasanya menghabiskan 15 kg benih padi dengan varietas yang di tanam adalah Ciherang dengan harga Rp 9.000/kg. Untuk pemupukan bapak Ma’ruf menggunakan pupuk organik sebagai dasaran dan pupuk kimia, antara lain NPK, Urea dan ZA. Hasil panen padi dari sawah garapan bapak Ma’ruf sebanyak 2,8 ton dengan lama waktu pemanenan dengan menggunakan Mini Combine Harvester selama 4 jam. Hasil panen padi tersebut akan di jual setelah melalui proses pengeringan dengan harga Rp 4.500/kg.

lembar kuisioner bapak Ma’ruf dapat dilihat pada lampiran nomer 4 pada halaman 65.

(47)

35

Dari kuisioner tersebut maka dapat di hitung hasil usaha tani dari bapak Ma’ruf, sebagai berikut.

Diketahui :

 Hasil panen = 2,8 ton

 Harga jual = Rp 4.500/kg

 Keuntungan = (Harga jual x Hasil panen/luasan) – Total input

= (Rp 4.500/kg x 2800kg) – Total input

= Rp 12.600.000 – Total input Input :

 Biaya pengolahan lahan = Rp 500.000

 Kebutuhan benih = Rp 135.000

 Kebutuhan pupuk = Rp 740.000

 Kebutuhan obat = Rp 113.500

 Kebutuhan tenaga kerja = Rp 720.000

 Biaya Irigasi = Rp 600.000

 Biaya sewa mesin panen = Rp 1.600.000 Total input = Rp 4.408.500

 Keutungan = Rp 12.600.000 - Total input

= Rp 12.600.000 – Rp 4.408.500

= Rp 8.191.500

Dilihat dari perhitungan keuntungan hasil usaha tani bapak Ma’ruf, beliau mampu untuk membayar sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Sehingga akan berdampak pada perkembangan dan keberlanjutan kelompok tani serta memberikan manfaat yang baik bagi para petani. Pada Kelompok Tani Karya Raharja sudah ada peraturan yang mengatur sistem sewa alsintan khususnya mesin panen padi Mini Combine Hasvester. Sehingga para petani dapat membayar sesuai tarif sewa alsintan yang dapat berdampak pada tingkat keberlanjutan mesin panen padi bantuan pemerintah. Akan tetapi pada perhitungan aspek finansial kelompok tani Karya raharja BEP yang di peroleh adalah 5 tahun, artinya kelompok tani ini dapat berkembang namun tidak dapat berkelanjutan yang artinya tidak dapat membeli mesin panen padi serupa setelah lewat umur ekonominya, sehingga perlu di buat system penyewaan yang

(48)

36

baru yang menguntungkan untuk kelompok tani itu sendiri dan juga tidak memberatkan petani yang menyewa.

IV.1.3 Kelompok Tani Mekar Jaya a) Aspek Finansial

Kelompok Tani Mekar Jaya mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian dari pemerintah tahun anggaran 2015 yang berupa mesin panen padi (Mini Combine Harvester) yaitu Quick Harvester tipe H140R dengan mesin penggerak diesel tipe Kubota RD 140DI-2T yang mempunyai daya maksimal 14 HP atau sebesar 2400 RPM, untuk bahan bakarnya mesin diesel Kubota ini menggunakan solar dan system startingnya menggunakan engkol, oli mesin menggunakan oli SAE 30 dengan daya tamping 2,4 liter sedangkan oli transmisi atau gearbox menggunakan oli SAE 90 yang mempunyai daya tampung 7 liter.

Pada Kelompok Tani Mekar Jaya operator mesin panen padi Mini Combine Hasvester ini adalah bapak Mas’ud yang beralamatkan di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan. Untuk memanen lahan 1 ha biasanya dapat di selesaikan dalam waktu 8 jam dan menghabiskan bahan bakar yang berupa solar sebanyak 10 liter. Setiap hari saat musim panen padi, mesin panen padi mini combine harvester beroperasi selama 8 jam dalam 1 hari. Masa panen padi di daerah tersebut biasanya ada tiga kali selama setahun yaitu pada pertengahan atau akhir Ferbuari kemudian akhir Juni sampai Agustus dan akhir Oktober sampai November. Lembar kuisioner mesin panen padi Mini Combine Harvester Kelompok Tani Mekar Jaya dapat dapat dilihat pada lampiran nomer 5 halaman 67.

Responden yang ketiga yaitu bapak Kasturi yang beralamatkan di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, beliau merupakan anggota dari Kelompok Tani Mekar Jaya yang menyewa mesin panen padi Mini Combine Harvester dengan harga Rp 300.000/jam, dimana harga tersebut sudah termasuk biaya operator. Lahan yang di miliki bapak kasturi seluas 0,17 ha berupa sawah tadah hujan yang di tanami padi satu kali dalam satu tahun.

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi analisis finansial Mini Combine Harvester
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Usaha Tani

Referensi

Dokumen terkait

responden yang diambil dari pelanggan yang datang ke Warung Makan Spesial.. Sambal

Menurut Kaufman (2000), tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa kepercayaan nasabah, bauran produk dan bauran lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap transaksi nasabah pada koperasi

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Kegiatan Pengembangan Kurikulum, Penilaian PKPLK Dan Peningkatan Kompetensi Siswa PKPLK Tahun 2015melakukan

Berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan rangkaian dari kalimat-kalimat yang berisi satu gagasan pokok atau ide

An Investigation of Teachers ’ Strategies in Teaching Listening (A case study at one Junior high school in Bandung)..

Bab ini menjelaskan tentang perhitungan yang dilakukan untuk memproyeksi jumlah penduduk di tahun yang akan datang, persentase perubahan penduduk, dan melihat

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan sebanyak 210 responden (94,6%) dari 222 responden memiliki pengetahuan baik, dengan responden laki-laki sebanyak 93 responden