• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta Taun 2016 ” ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Dua variabel bebas tersebut yaitu gaya kepemimpnan transformasionalkepala sekolah dan motivasi kerja guru. Satu variabel terikatnya adalah kinerja guru. Berdasarkan data induk penelitian penyebaran angket kepada seluruh gurudi SMA Al-Islam 1 Surakarta, maka deskripsi data variabel gaya kepemimpnan transformasionalkepala sekolah (X1), variabel motivasi kerja guru (X2), dan variabel kinerja guru (Y), diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik

Descriptive Statistics

N Minimu

m

Maximu m

Mean Std.

Deviation Gaya Kepsek

(x1)

70 46.00 78.00 64.5286 5.31261 Motivasi (x2) 70 67.00 89.00 76.3143 5.66337 Kinerja guru

(Y)

70 61.00 78.00 67.0000 4.63446 Valid N

(listwise)

70

(Sumber: Data Primer yang diolah, 2016)

(2)

 

Berdasarkan data di atas, diskripsi data penelitian dalam tabel 4.1 adalah sebagai berikut:

1. Terdapat 70 responden yang menjadi sampel penelitian

2. Variabel gaya kepemimpinaan transformasinal skor minimum 46, skor maksimum 78 dengan rata – rata skor responden 64,53 dan standar deviasi sebesar 5,31. Hasil statistik deskriptif ini memilki arti bahwa rentang nilai variabel adalah 32 rentang skor. Nilai standar deviasi memiliki korelasi dengan nilai mean atau rata – rata skor variabel gaya kepemimpinaan transformasinal. Totalia dan Hindrayani (2013:28), menyatakan bahwa nilai standar deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean menunjukkan adanya variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai minimum dan maksimumnya. Berdasarkan teori tersebut, dapat diketahui 5,31< 64,53.

Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.

3. Variabel Motivasi Kerja skor minimum 67, skor maksimum 89 dengan rata – rata skor responden 76,31 dan standar deviasi sebesar 5,663. Hasil statistik deskriptif ini memilki arti bahwa rentang nilai variabel adalah 22 rentang skor. Nilai standar deviasi memiliki korelasi dengan nilai mean atau rata – rata skor variabel proses pembelajaran. Totalia dan Hindrayani (2013:28), menyatakan bahwa nilai standar deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean menunjukkan adanya variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai minimum dan maksimumnya. Berdasarkan teori tersebut, dapat diketahui 5,663 < 76,31. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.

4. Variabel Kinerja Guru skor minimum 61, skor maksimum 78 dengan rata – rata skor responden 67 dan standar deviasi sebesar 4,634. Hasil statistik deskriptif ini memilki arti bahwa rentang nilai variabel adalah 17 rentang skor. Nilai standar deviasi memiliki korelasi dengan nilai mean atau rata – rata skor variabel Hasil Belajar. Totalia dan Hindrayani (2013:28),

(3)

 

menyatakan bahwa nilai standar deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean menunjukkan adanya variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai minimum dan maksimumnya. Berdasarkan teori tersebut, dapat diketahui 4,634 < 67. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.

2. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data yang dipergunakan untuk analisis statistik dengan regresi berganda harus memenuhi uji persyaratan analisis.Pengujian persyaratan analisis dalam penelitian ini meliputi uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, normalitas, linearitas, dan autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas memiliki tujuan utama untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, mempunyai distribusi residu normal. Caranya adalah dengan melihat plot antar residu (y - y^). Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1. Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual (Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

(4)

 

Menurut Totalia dan Hindrayani (2010: 157), suatu model regresi dikatakan memiliki residual yang normal jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Melalui gambar 4.1 diketahui bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebaran titik-titik tersebut membentuk garis diagonal. Hal ini berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan untuk memprediksi variabel kinerja guru berdasarkan gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang linier antara variabel X dengan variabel Y.

Hasil uji linearitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. UjiLinearitas Gaya Kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap Kinerja guru (Y)

Berdasarkan gambar 4.2 tentang hasil uji linieritas diatas terdapat diagram linier yang merupakan diagram pencar, maka dari itu dapat diketahuibahwa tidak ada hubungan antar variabel X dan variabel Y

(5)

 

c. Uji Multikolinearitas

Pengujian prasyarat multikolineritas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas.

Hasil uji multikoleniaritas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.2. Hasil Uji Multikolinearitas

Priyatno (2010: 60) menyatakan bahwa, “Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 menunjukkan nilai tolerance variabel gaya kepemipinan transformasinal dan motivasi kerja lebih dari 0,1 yaitu sebesar 0,980 diiringi dengan nilai VIF yang kurang dari 10, yaitu sebesar 1,020. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa model regresi layak untuk digunakan.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Totalia & Hindrayani, 2010: 148).

Menurut Santoso, metode yang sering digunakan untuk mendeteksi Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standa rdized Coeffi cients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Tolera

nce

VIF

1

(Constan

t) 39.19

4 9.012 4.349 .000

Kepsek .204 .101 .233 2.023 .047 .980 1.020 Motivasi .192 .094 .235 2.034 .046 .980 1.020 (Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

(6)

 

adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted Value (2001: 210).

Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah Gambar 4.3.Grafik Scatterplot

(Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

Melalui pengamatan grafik scatterplot pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa titik-titik yang digambarkan pada grafik tersebut menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas yang serius. Varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model tersebut adalah tetap. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel kinerja guru yang

(7)

 

didasarkan pada variabel gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja guru.

e. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

“t” dengan kesalahan pada periode sebelumnya (Totalia & Hindrayani, 2010: 158). Masalah autokorelasipada model regresi dapat diamati melalui uji Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Durbin-Watson (

Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

Berdasarkan hasil uji prasyarat autokorelasi pada tabel4.3 diketahui angka Durbin-Watson (DW) sebesar 0,976. Nilai DW tersebut terletak diantara - 2 sampai 2 (-2 < 0,976 < 2), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi diindikasikan tidak terdapat masalah autokorelasi yang serius dan layak digunakan untuk memprediksi variabel kinerja guru yang didasarkan pada variabel gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja guru.

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Regresi Berganda

Regresi berganda adalah teknik untuk menentukan korelasi antara dua atau lebih variabel bebas (Independen) dengan variabel terikat (dependent), dalam regresi berganda model yang disusun akan melibatkan lebih dari

Model Summaryb Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .354a .125 .099 4.39903 .976

(8)

 

satu variabel independen (X). Perhitungan uji regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS 23 for windows. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap data penelitian yang diperoleh berikut ini disajikan hasil uji regresi berganda:

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Berganda.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 39.194 9.012 4.349 .000

Kepsek .204 .101 .233 2.023 .047

Motivasi .192 .094 .235 2.034 .046

a. Dependent Variable: Kinerja

(Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 4.4 tentang hasil uji regresi berganda dapat dijabarkan bahwa nilai constanta sebesar 39,194, nilai gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar 0,204 dan nilai motivasi kerja sebesar 0,192. Dari penjabaran tersebut dapat dibuat suatu persamaan yaitu sebagai berikut:

Y = 39,194 + 0,204X1 + 0,192X2

Keterangan :

Y =Kinerja Guru

X1 =Gaya Kepemimpinan Transformasioal Kepala Sekolah X2 =Motivasi Kerja

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(1) Nilai 39,194 merupakan nilai konstanta/intersep yang menyatakan bahwa apabila variabel gaya kepemimpinan transformasional kepala

(9)

 

sekolah dan nilai motivasi kerja sama dengan nol maka nilai hasil kinerja guruadalah 39,194.

(2) Koefisien regresi variabelgaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) sebesar 0,204 artinyagaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabelkinerja guru. Sedangkan koefisien 0,204 berarti bahwa peningkatan satu unit variabelgaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikankinerja guru sebesar0,204.

(3) Koefisien regresi variabel motivasi kerja (X2) sebesar 0,192 artinyamotivasi kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabelkinerja guru. Sedangkan koefisien 0, 192 berarti bahwa peningkatan satu unit variabelmotivasi kerja dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikankinerja guru sebesar 0,192.

Berdasarkan persamaan regresi di atas diketahui variabel motivasi kerja memiliki nilai koefisien lebih kecil dibandingkan dengan variabel gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis data yang diperoleh dari guru sebagai respondennya, variabel gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah memberikan pengaruh lebih besar terhadap kinerja guru dibandingkan dengan motivasi kerja guru.

b. Uji F- Test

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama- sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

(1) Hipotesis

(10)

 

(H0) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara simultanterhadap kinerja guru di SMAAl-Islam 1 Surakarta Tahun 2016 (Ha) Terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara simultanterhadap kinerja guru di SMAAl-Islam 1 Surakarta Tahun 2016 (2) Kriteria Pengujian

H0 ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas kurang dari 0,05 H0 diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 (3) Nilai Probabilitas

Tabel 4.5 Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Regression 185.455 2 92.727 4.792 .011b Residual 1296.545 67 19.351

Total 1482.000 69 a. Dependent Variable: Kinerja

b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepsek (Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dalam kolom Sig.

adalah 0,011.Hal tersebut berarti bahwa nilai signifikasi pada peneitian ini lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru (X2) terhadap kinerja guru di SMAAl-Islam 1 Surakarta Tahun 2016

(11)

 

c. Uji T-Test

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.

(1) Hipotesis

(H0) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara parsial terhadap kinerja guru di SMAAl-Islam 1 Surakarta Tahun 2016

(Ha) Terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara parsial terhadap kinerja guru di SMAAl-Islam 1 Surakarta Tahun 2016

(2) Kriteria Pengujian

H0 ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas kurang dari 0,05 H0 diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 (3) Nilai Probabilitas

Tabel 4.6. Coefficients Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 39.194 9.012 4.349 .000

Kepsek .204 .101 .233 2.023 .047

Motivasi .192 .094 .235 2.034 .046

a. Dependent Variable: Kinerja

(Sumber: Data primer yang diolah, 2016) Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa:

(a) Nilai probabilitas Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) adalah 0,047. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,023>1,668). Tabel distribusi t dicari pada α = 0,05

(12)

 

dengan df 67 (n-k-1 atau 70-2-1), maka H0 ditolak, sehingga terdapat pengaruh secara prasial antara Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dan kinerja guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun 2016 (Y).

(b) Nilai probabilitas Motivasi Kerja Guru (X2) adalah 0,046. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari r tabel (2,034> 1,668). Tabel distribusi t dicari pada α = 0,05 dengan df 67 (n-k-1 atau 70-2-1), maka H0 ditolak, sehingga terdapat pengaruh secara prasial antara motivasi kerja guru (X2) dan kinerja guru di SMA Al- Islam 1 Surakarta Tahun 2016 (Y).

c. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalahR Square karena model regresi menggunakan dua variabel bebas.

Hasil perhitungan R Square dapat dilihat pada output Model Summary. Hasil pengujian koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7Model Summary

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .354a .125 .099 4.39903

(Sumber: Data primer yang diolah, 2016)

(13)

 

Totalia dan Hindrayani (2010: 133) mengemukakan bahwa hubungan antar variabel terikat dan variabel bebas dapat dinilai sangat kuat apabila angka R Square lebih besar dari 0.50, dan sebaliknya. Berdasarkan pengamatan pada tabel 4.7, diketahui nilai RSquare 0,0125kurang dari 0,50.

Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan data yang diambil dari guru, korelasi/hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guruterhadap kinerja guru lemah. Angka R Square sebesar 0,1 menjelaskan bahwa 12,5% kinerja guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun 2016 dapat dipengaruhi oleh variabel independennya (gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru) dan sisanya (100% - 12,5% = 87,5%) dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat pula Nilai Adjusted R Square nilai Adjusterd R Square sebesar 0,099 , maka dapat disimpulakan bahwa sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap bariabel terikat sangat lemah, yaitu sebesar 9,9%. Sedangkan, sisanya sebesar 90,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Pembahasan

Dari hasil uji analisis data di atas, telah ditemukan korelasi hubungan yang positif antara variabel gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan variabel motivasi kerja guru terhadap kinerja guru. Hasil dari pengolahan data diatas akan dijelaskan bahasan dalam menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru (Hipotesis 1)

Berdasarkan hasil pengolahan data uji F Test atau secara simultan (Tabel 4.5) yang dilihat pada nilai t dan t , menunjukkan t lebih besar dari t

(14)

 

yaitu 4,792 > 3,128. Hal ini berarti terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja guru terhdap kinerja guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun 2016

Pengaruh variabel Gaya Kepemipinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi kerja guru (X2) terhadap kinerja guru juga dapat dilihat pada tabel Adjusted R Square (Tabel 4.7) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar 0,099. Hal ini berarti kompetensi guru dan proses pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar sebesar 9,9%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Roy Johan Agung Tucunan (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasonal dan motivasi kerja trhadap kinerja karyawan.

Mencermatipendidikansebagaisebuahsistemmakakinerjagurutidak terlepasdarikepemimpiankepalasekolahdalamhalheadmasterdantop

manajemendalammengelolasekolahdanmemberdayakanguru.Semakinbaik kepemimpinankepalasekolahmemberdayakangurukinerjaguruakanmeningkat.

Dalamkenyataansebenarnyayangmempengaruhikenerjanyagurutidakhanya kepemimpinankepalasekolahdanprofesionalismeguru,masihbanyakfaktorlain dansangatkompleksolehkarenanyafaktorlaindiluarmodelpenelitianiniyang mempengaruhikinerjagurusebesar56,20%.Faktordiluarmodelregresidan penelitianinimisalnyabudayasekolah,supervisiolehkepalasekolahmotivasi kerja,kepuasankerja,kompetensipedagogikdanlainsebagainyayangtidak diteliti.

2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolahterhadap Kinrja Guru (Hipotesis 1)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan melalui uji t test atau secara parsial (Tabel 4.10) dengan melihat pada nilai thitung dan ttabel. Pada tabel 4.6 menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu (2,023> 1,667) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh Gaya

(15)

 

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan variabel Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu seperti hasil penelitian penelitian dari Cucu Sumaryani, M.Pd (2003) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim oganisasi sekolah terhadap produktivitas sekolah dan memiliki skor yang tinggi ketika memiliki kepala sekolah dengan gaya transformasional selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Adlan Adam (2014) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru, dan penelitian dari Munawaroh (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarno (2012) menyatakan kontribusifaktorgaya kepemimpinankepala sekolahterhadapkinerjaguru sebesar25,8%.Selainitupenelitianyang mendukung denganpenelitianini selanjutnyaadalahpenelitianmilikSukarnoAndhy Yahya (2010) yang mengungkapkanbahwa terdapatpengaruhsignifikanantaragaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan kontribusi sebesar 53,3%.

Pengaruhkepemimpinankepalasekolahterhadapkinerja

gurumenunjukkanhasilkoefisienregresiyangpositif dansignifikan.Kepala sekolahmempunyaitanggungjawabyangberatsebagaipemimpindisekolahnya berkaitandenganpengelolaansumberdayamanusiayaituguruyangdipimpinnny a.Iniberarti

bahwajikakepemimpinankepalasekolahbaik,makakinerjaguruakan meningkat.Hasilinisesuaidenganteoriataupendapatdari

DepartemenPendidikan dan Kebudayaan dalampengelolaanSekolahDasar(1995)

menjelaskan,bahwa”kepemimpinanpendidikanadalahkemampuankepalasekol

ah untukmemberikanpengaruh-

(16)

 

pengaruhyangdapatmenyebabkangurutergerak

untukmelaksanakantugasdankegiatansecarabersama-samadalammencapai tujuanpendidikansecaraefesiendanefektif”. Dengandemikiankepemimpinan kepalasekolahyangefektifdalammemimpinorganisasinyadalamhalinisekolah SMA AL-Islam 1 Surakartamakakinerja gurusemakinmeningkat.Halinidibuktikandengahasilanalisisregresibahwa koefisiengayakepemimpinan transformasionalkepalasekolahbertandapositif.

3. Pengaruh Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru (Hipotesis 2)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan melalui uji t test atau secara parsial dengan melihat pada nilai thitung dan ttabel. Pada tabel 4.6 menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu (2,034 > 1,668), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.Hal ini berarti terdapat terdapat pengaruh Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru tehadap kinerja guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun 2016.

Motivasi kerja guru juga menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Motivasi guru menjadi penting karena guru yang akan menyampaikan ilmu kepada siswa harus memiliki semangat dan motivasi yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa di sekolah, dan sebaliknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Elifati Waruwu (2015) yang menyatakan bahwa motivasi kerja guru berpengarih terhadap kinerja guru yaitu dengan ditunjukkan prestasi belajar siswa yang meningkat dan Kumar Laxman (2013) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran aktif mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah dengan menghasilkan pertanyaan – pertanyaan serta penjelasan yang di dukung bukti, siswa juga dapat terlibat dalam tingkat yang lebih tinggi dari penalaran kognitif di kelas.

(17)

 

Hal ini menunjukkan apabila motivasi kerja meningkat maka kinerja guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta juga akan meningkat. Hasil penelitian ini mendukung teori kepuasan (dalam Hasibuan, 2009: 233) bahwa untuk memotivasi bawahan dilakukan dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan yang memberikan kepuasan bagi mereka. Sebab itu langkah pertama dalam motivasi adalah menghilangkan ketidakpuasan (Svotwa, Mupambireyi, & Gumbe, 2012) dan apabila seorang merasa yakin bahwa usahanya akan menghasilkan penilaian prestasi yang baik, yang bersangkutan akan termotivasi mengerahkan usahanya dengan lebih baik lagi (Muljani, 2002). Hal ini sejalan dengan pendapat Husanker (dalam Supardi, 2014: 47) bahwa salah satu hal yang memengaruhi kinerja seseorang adalah motivasinya dalam bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Riyadi (2011), Dalmy (2009), Tos (2012), Damayanti, Susilaningsih & Sumaryati (2013), Agustina & Sulaiman (2013), Danuji &

Rahadhini (2012), dan Mitas, Chan & Dharma (2014).

Temuan data penting lainnya

Pengaruh GayaKepemimpinan TransformasionalKepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru di SMA Al-Islam 1 Surakarta.Dalam pelaksanaan pendidikan, Kepala sekolah mempunyai perananyang pentingyaitusebagaiseorang pemimpinorganisasisekolah.

Kepemimpinanyangbaikdantidakbaikmerupakanhalyangharusdipahami oleh kepalasekolah sebagai seorang pemimpin. Kepala sekolah harus memilikistrategiyang tepatuntukmemimpinbawahannyadalammelakukan berbagaitugasdanfungsinyasebagaiseorang pemahamanseorang kepala sekolah

sebagaipemimpinsekolah terhadapdirinyasendiri,serta dapat

mengetahuikelebihandankelemahanyang dimilikinyadandapat meningkatkanpemahamantentang bagaimanaseharusnyamemperlakukan

(18)

 

perhatiandanpelayanankhususpula daripemimpinnyaagar dapat memanfaatkanwaktudengantepatsehingga dapatmeningkatkankinerjanya sebagai

seorangpendidik.

Dalam menjalankan tugas kepemimpinannyakepala sekolahselalu melaksanakan kebijakan-kebijakanyang mengarahpada pencapaiantujuan

suatuoganisasisekolah,berbagaicara dapatdilakukanolehseorangkepala sekolahsebagaipemimpin.Cara itudigunakan olehkepalasekolahsebagai pemimpin

suatu sekolahuntuk mempengaruhi bawahannya.

Berdasarkanpenelitianyang telahpenelitilakukandiSMA Al-Islam 1 Surakarta, diperoleh data hasiltemuan penelitian bahwaterdapatpengaruhsignifikan antaragayakepemimpinan transformasional kepalasekolah dan motivasi kerja terhadap kinerjaguru di SMA Al-Islam 1 Surakarta.Adapun besarnya pengaruhgayagayakepemimpinan transformasional kepalasekolah dan motivasi kerja terhadap kinerjaguru di SMA Al-Islam 1 Surakarta adalahsebesar9,9%. Untuksisanya yaitu90,1%dipengaruhi oleh faktor lainyangbukan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini.

Menurut penelitiberdasarkan hasilanalisistersebut,bahwagaya kepemimpinan transformasionalkepalasekolah dan motivasi kerjamemilikipengaruhpositif terhadapkinerja guru.Kepala sekolahmemilikiperanyangsangatbesarterhadappengelolaan

sekolah.Gayakepemimpinanmerupakanfaktoryang sangatpenting dalam melaksanakantugaspengelolaansekolah karena denganadanyagaya kepemimpinanmaka kinerjaguru akandapatberjalandenganbaik. Motivasi kerja

guru menjadi hal yang penting karena akan mempengaruhi penyampaian ilmu kepada siswa dan berpenngaruh pada proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kepalasekolahperluuntukmeningkatkan kemampuannyadalam menerapkan

(19)

 

gayakepemimpinan transformasional yangdigunakan dalam memimpinbawahannya.Denganadanyapeningkatan gaya kepemimpinan, maka

kepala sekolahdapatmeningkatkankemampuannyadalammemimpin bawahannya.Haltersebutberartibahwa kinerjaguruakanterusmeningkat sejalandengan peningkatangayakepemimpinanyang digunakanolehkepala sekolah.

Gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan kepala

sekolahdisesuaikandengankondisidankarakteristik bawahan.Sehingga adanyaperlakuanatautindakanyang berbedadari kepala sekolah

sebagaipemimpinsekolah terhadapgurusebagaibawahannyakarena gurumemilikikarakteristikdankemampuanyangberbeda denganpemberian

perlakuanyangberbedatersebut, akan meningkatkan kinerjaguru.

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan di atas, menarik kiranya dikaji lebih lanjut terkait dengan perkawinan yang dilakukan oleh orang yang mengidap penyakit HIV/ADIS. Karena, fakta

Karena penelitian ini termasuk dalam penelitian perpustakaan (Library Research), yang merujuk kepada literatur buku, maka penulis menggunakan kitab tafsir Sayyid Quthb (

Kebanyakan petani menanam tomat dengan cara konven- sional disawah, ladang atau dikebun tanpa adanya kontrol dan pengukuran hanya mengandalkan pengalaman dan fak- tor

Pada level tegangan beban 20% sampai 80% nilai faktor distorsi pada penyearah pengendalian modulasi lebar pulsa mempunyai nilai yang lebih rendah, karena pada

Dengan adanya permasalahan tersebut maka rumusan masalah untuk penelitian ini ialah bagaimana merancang sebuah aplikasi yang dapat menampilkan informasi bahwa

Peran PKBM dalam membina masyarakat putus sekolah di PKBM Mitra Riau Jaya Cemerlang Kota Pekanbaru, dari data penelitian pada indikator sebagai tempat masyarakat belajar

Tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya yang menyuguhkan 6060 pot dari galon (AMERTA 2014), dan membuat konfigurasi berupa logo UNAIR, bendera merah putih dan UNAIR (AMERTA 2015),

Para manajemen puncak di perusahaan Jawa Timur menjelaskan tujuan penerapan ERP tidak terlalu jelas kepada karyawan sehingga dengan penerapan ERP tidak berdampak pada daya