• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNAIR Mantapkan Pembangunan Kampus E di Gresik Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNAIR Mantapkan Pembangunan Kampus E di Gresik Utara"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

UNAIR Mantapkan Pembangunan

Kampus E di Gresik Utara

UNAIR NEWS – Guna menindaklanjuti kerjasama pengembangan kawasan pendidikan di Gresik utara, Wakil Rektor IV Universitas Airlangga Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D, bersama tim kembali meninjau lahan bakal kampus E di Kecamatan Panceng, Gresik, Senin (23/4).

Dalam kunjungan lanjutan ini, rombongan UNAIR diterima oleh

chairman PT. Polowijo Gosari Group, A. Djauhar Arifin. Dalam

sambutannya, Arifin mengatakan, pendirian perguruan tinggi di kawasan Gresik utara nantinya dapat mendorong dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

“Daerah ini adalah daerah terbuang, kondisi masyarakat yang miskin, sulit air. Dengan adanya universitas yang berdiri di sini, nanti bisa mewujudkan mimpi kita bersama, yakni terciptanya masyarakat yang semakin sejahtera,” jelasnya.

Arifin juga menambahkan, lahan seluas 420 hektar itu akan dikembangkan dalam tiga tahapan. Pertama, lahan seluas 5 hektar sudah disiapkan untuk pembangunan. Kedua, lahan seluas 45 hektar untuk perluasan. Ketiga, lahan seluas 370 hektar untuk pengembangan kaswasan pendidikan.

(2)

Chairman PT. Polowijo Gosari Group, A Djauhar Arifin (Dua Dari Kanan), Wakil Rektor IV UNAIR, Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D. (Tiga Dari Kanan), Bersama Tim Saat Di Lokasi Lahan Bakal Kampus (Foto: Nuri Hermawan)

“Lahan 5 hektar yang sudah siap ini, silahkan diatur oleh tim UNAIR sebagai langkah awal program besar ini,” imbuh Arifin. Menanggapi pernyataan Arifin, Warek IV UNAIR mengatakan, sudah ada pembahasan mengenai rancangan pengembangan kawasan. Pada kunjungan kali ini, Junaidi menggandeng tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember untuk meninjau tata ruang serta kondisi lingkungan lahan bakal calon kampus E UNAIR.

“Kami sekarang melakukan pemetaan lokasi. Selanjutnya, akan ada tim dari kami yang akan melakukan pengujian lahan dan sebagainya,” jelas Junaidi.

Selain pengkajian mengenai rencanangan pengembangan fisik, doktor lulusan Universitas Hoshi juga menjelaskan, UNAIR telah mengkaji pengembangan nonfisik. Rencananya, ada sejumlah

(3)

fakultas dan prodi yang akan dikembangkan di kampus E UNAIR. “Kami sudah mengkaji pembangunan selama 25 tahun ke depan. Setidaknya, ada 5 fakultas dan 12 prodi, dengan sekian jumlah mahasiswa yang akan diterima,” tegas Junaidi. (*)

Design Pengembangan Kawasan Pendidikan Di Gresik Utara (Foto: Nuri Hermawan)

Penulis : Nuri Hermawan

(4)

Di Balik Kemeriahan Pembukaan

AMERTA 2016

UNAIR NEWS – AMERTA menjadi salah satu momen terpenting bagi mahasiswa baru. Pasalnya, program yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNAIR tersebut menjadi salah satu kegiatan pertama bagi mahasiswa baru setelah resmi dikukuhkan oleh Rektor, Kamis (18/8).

Tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya yang menyuguhkan 6060 pot dari galon (AMERTA 2014), dan membuat konfigurasi berupa logo UNAIR, bendera merah putih dan UNAIR (AMERTA 2015), pada tahun ini, penyuguhan konfigurasi masih menjadi hal mutlak untuk diadakan, hanya saja dalam bentuk konfigurasi yang berbeda.

“Tahun ini kami mengusung konfigurasi dengan menampilkan logo UNAIR dan AMERTA PPKMB. Selain itu juga ucapan ‘World Class

University’ dan wajah Rektor UNAIR, Prof. Nasih,” terang M.

Fairuz selaku koordinator acara AMERTA 2016.

Mahasiswa Matematika UNAIR tersebut juga menjelaskan, esensi dari konfigurasi yang menampilkan logo UNAIR dan AMERTA PPKMB ini menunjukan jika kegiatan AMERTA PPKMB 2016 sudah dimulai. Selain itu, dimunculkannya tokoh nomor satu di UNAIR dan kata ‘World Class University’ menunjukkan jika Prof. Nasih mampu membawa UNAIR menuju kampus 500 dunia.

“Kami memang mendukung langkah Rektor UNAIR bisa membawa kampus ini menuju kampus kelas dunia,” imbuhnya.

Kegiatan yang mengusung tema “Sinergi Airlangga untuk Indonesia” tersebut, juga mengusung kegiatan sosial yang akan dilangsungkan di akhir penyelenggaraan AMERTA. Nantinya, seluruh mahasiswa baru akan dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan kegiatan sosial yang dibagi di sekitar kampus

(5)

A, B, dan C UNAIR.

“Kegiatan sosial ini nantinya ada tugas individu dan kelompok, dari kegiatan tersebut nantinya kami tugaskan untuk menuliskan ke dalam sebuah laporan. Tulisannya pun dalam bentuk syukur, dan langkah apa saja yang akan dilakukan di UNAIR kedepan,” tandas Fairuz.

Diakhir wawancara, Fairuz menambahkan bahwa kegiatan AMERTA ini nantinya akan ditutup dengan acara AMERTA Sanji Vani yang memadukan semua mahasiswa baru dalam satu kegiatan. Dirinya pun berharap, kegiatan ini dapat menjalin integritas bagi semua organisasi mahasiswa di lingkup UNAIR.(*)

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila

3.477 Peserta KKN-BBM Siap

Memberdayakan

Manusia

Pedesaan

UNAIR NEWS – Sebanyak 3.477 peserta program Kuliah Kerja Nyata-Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) Tematik Universitas Airlangga ke-56 siap mengabdi kepada masyarakat. Mereka dilepas oleh Wakil Rektor I beserta tamu undangan di Airlangga Convention Center, Senin (17/7).

Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat Prof. Dr. Jusuf Irianto, M.Comm, mengatakan ada perubahan mendasar dalam pelaksanaan KKN-BBM Tematik periode kali ini.

(6)

berdasarkan empat tema besar. Yakni kesehatan, revolusi m e n t a l , p o s p e m b e r d a y a a n k e l u a r g a ( p o s d a y a ) , d a n ketenagakerjaan.

“Ada perubahan mendasar. Tema-tema program KKN merujuk pada program SDGs (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). Bidang pelaksanaan program KKN-BBM Tematik ada empat tema yaitu kesehatan, revolusi mental, pos daya, dan TKI (Tenaga Kerja Indonesia),” tutur Jusuf.

Peserta program KKN-BBM Tematik akan diterjunkan ke sepuluh kota dan kabupaten pada Selasa (18/7). Kesepuluh wilayah itu adalah Surabaya, Gresik, Lamongan, Nganjuk, Sampang, Kediri, Bojonegoro, Jember, Probolinggo, dan Banyuwangi.

Pembagian wilayah penerjunan itu didasarkan pada permintaan p e m e r i n t a h s e t e m p a t d a n p r o g r a m k e r j a y a n g a k a n diimplementasikan oleh peserta KKN-BBM Tematik.

Bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan UNICEF, program kerja bidang kesehatan akan dilaksanakan di seluruh wilayah penerjunan. Targetnya adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta peningkatan angka kecukupan gizi.

Program kerja bidang revolusi mental yang bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan akan dilaksanakan di Gresik dan Lamongan.

Program kerja bidang pos daya bersama pemerintah kabupaten setempat dilaksanakan di empat wilayah di Lamongan, Jember, Nganjuk, dan Sampang.

Terakhir, program kerja bidang ketenagakerjaan yang bekerjasama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dilaksanakan di Banyuwangi, Jember, Bojonegoro, dan Sampang.

Selain KKN-BBM Tematik, lima mahasiswa UNAIR juga dikirimkan untuk mengikuti KKN Kebangsaan di Gorontalo. Pada program ini,

(7)

mahasiswa UNAIR peserta KKN-BBM bersama dengan ratusan peserta lainnya akan menanamkan nilai-nilai kebangsaan di Gorontalo. Mulai periode ini, mahasiswa UNAIR yang mengikuti presentasi di konferensi internasional juga dihitung sebagai pelaksanaan KKN-BBM Tematik. Pada semester ini, ada 29 mahasiswa UNAIR yang turut serta dalam konferensi internasional di antaranya di Thailand, Malaysia, Korea Selatan, dan Inggris.

Mereka berasal dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Farmasi, dan Fakultas Ilmu Budaya.

“Mereka tidak perlu ikut KKN-BBM. Tetapi, jika dia sudah pulang dari luar negeri dan masa KKN-BBM belum berakhir, mereka diperkenankan untuk mengikuti KKN-BBM sebagai tambahan pengalaman. Ini terobosan yang bagus karena semua karya mahasiswa kami hargai,” imbuhnya.

Intervensi dan edukasi

Salah satu perubahan mendasar lainnya dalam pelaksanaan KKN-BBM Tematik adalah kontinuitas program kerja di wilayah penerjunan. Guna menjaga keberlanjutan program kerja, mahasiswa diminta untuk melakukan survei, intervensi, dan edukasi terhadap kebutuhan masyarakat setempat.

Jusuf yang juga pakar manajemen sumber daya manusia pun mengingatkan agar mahasiswa juga membuat dokumentasi kegiatan KKN-BBM dalam format audio visual dan dipublikasikan di media sosial.

Salah satu konseptor KKN-BBM Tematik Prof. Haryono Suyono menyampaikan agar mereka bisa menjalankan program-program KKN-BBM Tematik dengan baik.

“Saudara-saudara ini membawa pesan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membangun manusia pada 15 tahun mendatang,” imbuh Haryono.

(8)

Penulis: Defrina Sukma S

Krisis Perizinan sebagai

Pemicu Bencana Banjir

Musim penghujan yang mencapai puncaknya saat ini menyebabkan terjadinya bencana banjir di hampir seluruh wilayah Indonesia. Penyebutan banjir sebagai bencana seakan memberikan justifikasi bahwa banjir adalah kehendak dari Allah SWT atau biasa kita ucapkan sebagai takdir. Hal inilah yang harus dikaji ulang. Lantas, disadari dan dipahami. Bahwa banjir sejatinya merupakan akumulasi dari perbuatan manusia yang selalu merasa kurang. Misalnya, kurang memahami akibat membuang sampah di sungai, merasa kurang luas lahan sehingga menggunakan sempadan sungai sebagai bangunan, kurang lahan resapan air, kurang mengetahui adanya peraturan yang mengharuskan adanya perizinan dan dokumen lingkungan dalam pembangunan dan beraneka “kekurangan” lainnya.

Sebenarnya, hukum, peraturan perundang-undangan, dan keputusan yang telah dibuat pemerintah pusat maupun daerah, sudah banyak yang bisa menjadi instrumen pencegah pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan, instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas sejumlah elemen. Di antaranya, Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Baku Mutu Lingkungan (BML), AMDAL, UKL-UPL, perizinan, retribusi/pajak, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan, analisa resiko lingkungan hidup dan instrument lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(9)

RTRW merupakan perencanaan tata ruang kabupaten/kota yang disusun berdasarkan RPPLH sebagai dokumen perencanaan yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaan dalam kurun waktu tertentu. Penjabaran RTRW ditetapkan dalam perda yang mengatur Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan peraturan zoning yang digunakan sebagai pedoman dalam mengatur pemanfaatan kawasan di suatu wilayah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dicantumkan bahwa Pemerintah daerah berwenang menyelenggarakan urusan wajib di bidang penataan ruang dan lingkungan hidup. Wewenang merupakan salah satu unsur keabsahan bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah, dimana ruang lingkup wewenang meliputi pengaturan, perizinan dan penegakan hukum.

Pandangan umum selalu menyatakan bahwa banjir yang terjadi rutin setiap tahun disebabkan oleh curah hujan tinggi. Lantas, mengakibatkan meluapnya sungai dan naiknya air laut. Pendapat ini seakan menutup pemikiran bahwa salah satu penyebab banjir yang cukup relevan adalah menyempit dan dangkalnya sungai. Serta, kurangnya resapan air akibat perkembangan pembangunan. Daerah punya Perda tangkal banjir

Setiap daerah kabupaten/kota telah memiliki perda tentang RTRW, perda RDTRK, dan perda IMB. Di dalamnya terdapat norma perintah, larangan, izin dan dispensasi dimana setiap orang/badan yang akan memanfaatkan kawasan sebagai kawasan perumahan, perindustrian dan perdagangan diwajibkan memiliki izin yang mempersyaratkan adanya dokumen lingkungan sebagai acuan dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (AMDAL/UKL-UPL).

Dalam praktek penyusunan AMDAL/UKL-UPL, dibutuhkan waktu dan biaya yang cukup mahal. Hal ini mendorong pemerintah daerah memberikan kemudahan berupa pemrosesan izin yang dibarengkan dengan penyusunan dokumen lingkungan tersebut. Kemudahan yang

(10)

bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif telah mengubah tujuan dan konsep perlunya dibuatnya dokumen lingkungan.

Pembuatan dokumen lingkungan merupakan analisis terhadap rencana kegiatan yang akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Sehingga, keberadaan dokumen lingkungan merupakan pertimbangan diterbitkannya izin. Sesuai dengan dokumen lingkungan, maka pemegang izin wajib memenuhi kewajiban sebagaimana dijanjikan dalam AMDAL/UKL-UPL.

Dengan demikian, jika pemegang izin melanggar kewajiban tersebut, maka dapat dilakukan upaya penegakan hukum akibat pelanggaran izin. Apabila penyusunan AMDAL/UKL-UPL dibarengkan dengan pemrosesan izin, maka hal ini memberi peluang kewajiban pengelolaan dan pemantau lingkungan disusun secara umum dan penuangan dalam kewajiban pemegang izin juga sangat umum. Hal ini menimbulkan peluang terjadinya pelanggaran dan kesulitan bagi pengawasan dan penegakan hukum.

Kelemahan di bidang penegakkan hukum

Pengusaha harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal untuk meminta bantuan seorang ahli dalam penyusunan dokumen lingkungan. Hal ini yang menjadi salah satu sebab kelemahan penyusunan dokumen lingkungan. Di sisi lain, dokumen lingkungan merupakan salah satu instrumen penting bagi pejabat pemberi izin. Guna menilai dan mempertimbangkan diterbitkannya izin serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha dalam menjalankan usaha agar tidak terjadi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.

Krisis kedua dalam kebijakan perizinan yang menyebabkan kelemahan tercapainya tujuan izin sebagai instrumen pencegahan adalah di bidang pengawasan. Wewenang pengawasan dan penegakan hukum merupakan wewenang yang berkaitan dengan wewenang pengaturan dan penerbitan izin. Namun, dengan adanya kebijakan pemerintah untuk kemudahan perizinan yang dilakukan oleh satu

(11)

lembaga perizinan atau dikenal dengan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu), penerbitan izin dilakukan oleh Badan Perizinan sedangkan pengawasan dan penegakan hukum dilakukan oleh SKPD teknis atau Polisi Pamong Praja.

Kebijakan PTSP satu sisi memberikan kemudahan bagi masyarakat atau pengusaha dalam memperoleh izin. Di sisi lain, kebijakan yang membagi kewenangan pengawasan dan penegakan hukum memberikan kelemahan, khususnya di bidang penegakan hukum. Kelemahan pengawasan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh instansi yang berbeda akan terjadi apabila instansi pengawas tidak memiliki data yang akurat atas izin-izin yang telah diterbitkan. Hal ini terjadi akibat tidak adanya harmonisasi dan koordinasi bagi penerbit izin untuk selalu memberikan tembusan kepada SKPD teknis dan Polisi Pamong Praja.

Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum seakan memberi gambaran bahwa pemerintah daerah melakukan pembiaran dan hal ini dianggap bukan pelanggaran. Sehingga, masyarakat tidak memiliki rasa bersalah atas pelanggaran yang dilakukan. Juga, tidak ada sarana yang membuat masyarakat jera.

Beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh pengembang perumahan yang belum membuat irigasi atau membuat bangunan yang lebih tinggi dari ketentuan sering lepas dari pengawasan pemerintah daerah. Hal ini akan diketahui setelah perumahan telah dihuni dan menyebabkan banjir bagi kawasan lain. Sehingga, bila dilakukan pengubahan akan terjadi benturan antara masyarakat penghuni dengan pemerintah daerah atau dengan penghuni lainnya. Kondisi ini menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi lemahnya penegakan hukum. Khususnya, penegakan hukum administrasi.

Dalam pemanfaatan kawasan, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat bahwa keberadaan izin pemanfaatan, IMB dan dokumen lingkungan merupakan upaya legitimasi dan instrumen pencegahan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Bukan

(12)

semata-mata alat bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Selain itu, diperlukan adanya komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah untuk mengikuti peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam menerbitkan izin. Jika dalam menerbitkan izin tidak didasarkan pada kedua hal tersebut, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, pejabat dapat diminta pertanggungjawaban dengan alasan terjadinya penyalahgunaan wewenang. (*)

Bentuk Kerjasama Pemerintah

Swasta yang Ideal

UNAIR NEWS – Pemerintah harus mengacu pada pasal 33 UUD RI 1945 dalam mengelola dan mengoptimalisasi kekayaan alam agar bermanfaat bagi kepentingan rakyat. Meski pemerintah sudah membentuk badan usaha milik negara maupun daerah, pemerintah perlu membuat regulasi yang berpihak pada kepentingan nasional, termasuk mengakomodasi kepentingan swasta. Pernyataan itu disampaikan oleh Faizal Kurniawan, S.H., M.H., LL.M, pengajar sekaligus peneliti pada Departemen Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga. Penelitian itu disampaikan dalam diskusi paralel “Simposium I: University Network for Indonesia Infrastructure Development” di Graha Institut Teknologi 10 Nopember.

Topik kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur dari segi regulasi ini merupakan payung penelitian. Dalam diskusi paralel itu, setidaknya ada tiga topik yang dipresentasikan oleh Faizal dan tim FH UNAIR.

(13)

Sustainable Financing in The Public Private Partnership (PPP) in Infrastructure Projects”; “Elaborating Appropriate Models of the Sustainable Financing Instruments in Public Private Partnerships (PPP); “National Interests as the Legal Foundation in Encouraging Public Private Partnerships in Indonesia”.

Menurut Faizal, untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia, pemerintah harus menyiapkan regulasi-regulasi yang dibutuhkan. Regulasi yang dipersiapkan tak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional.

“Indikatornya adalah pemerintah menciptakan regulasi yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum. Ada elaborasi dari pasal 33 UUD NKRI 1945, bahwa bumi, air, kekayaan yang terkandung di dalam bumi harus dimaknai sebagai raw material dan dikuasai pemerintah. Agar kepentingan nasional tercapai, ya, leading sector-nya adalah pemerintah,” tutur Faizal.

Ada dua kasus yang dipakai dalam penelitian yang dilakukan oleh Faizal dan tim. Pertama, proyek unggulan. Kedua, inisiasi penghematan energi. Dalam problem proyek unggulan, Faizal mengatakan bahwa harus ada mekanisme yang tepat dalam skema PPP.

“Apakah proyek unggulan itu menggunakan mekanisme PPP, kerjasama daerah, atau pemerintah dengan daerah. Contoh tumpang tindihnya peraturan itu banyak terjadi di Indonesia. Apakah pemerintah dalam melakukan PPP ini tunduk pada regulasi kerjasama daerah, ataukah kerjasama pemerintah swasta ini,” tutur Faizal.

Untuk menjamin percepatan pembangunan infrastruktur, pada awal tahun lalu, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden no. 4 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kelistrikan (PIK). Menurut dosen Departemen Hukum Perdata itu, perpres itu masih belum kuat untuk memayungi percepatan pembangunan infrastruktur itu.

(14)

“Kalau undang-undang perdagangan itu masih tinggi kedudukannya sehingga bisa membatalkan perjanjian yang dibuat, sedangkan arahan Presiden yang masih dibingkai dalam bentuk perpres itu tidak cocok,” tutur Faizal.

Sehingga, peraturan yang dibuat oleh pemerintah harus mencerminkan asas-asas peraturan perundang-undangan yang baik, misalnya mencerminkan tujuan yang jelas, kesesuaian peraturan dengan norma, dan rumusan masalah yang jelas.

Selain tumpang tindih, peraturan yang ada harus bisa mengakomodasi inisiatif-inisiatif yang lahir dari pihak swasta. Menurut Faizal, konsep-konsep yang ditawarkan pihak s w a s t a t e n t a n g i n f r a s t r u k t u r k h u s u s n y a t e n t a n g ketenagalistrikan itu jauh lebih inovatif.

“Ada pihak swasta yang memiliki konsep mengenai efisiensi listrik. Nah peraturan mana yang bisa diberlakukan terhadap pihak swasta tersebut, apakah Perpres 38 tentang kerjasama pemerintah swasta, atau ada undang-undang sektoral seperti sumber daya energi. Karena ini merupakan ide yang baru sehingga belum ada aturan yang mewadahinya, di sisi lain pemerintah juga bingung,” imbuhnya. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Kejar Peringkat 500 Kampus

Dunia, UNAIR Perkuat Sistem

(15)

Pembelajaran

UNAIR NEWS – Menanggapi isu kebijakan pendidikan tinggi terbaru mengenai mengenai Permenristekdikti no. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Prof. Nyoman Tri Puspaningsih selaku Direktur Pendidikan Universitas Airlangga mengatakan bahwa UNAIR telah siap dengan peraturan baru itu. Pihaknya mengatakan karena sistem tersebut sudah berjalan di UNAIR.

Menurut Prof. Nyoman, ada lima perubahan utama antara Permenristekdikti no. 44 tahun 2015 dengan Permenristekdikti no. 49 tahun 2014. Pertama, izin penyelenggaraan semester pendek atau semester antara. Tujuan penyelenggaraan semester pendek atau semester antara ini untuk memberi wadah bagi mahasiswa yang berprestasi untuk lulus tepat waktu, meningkatkan kompetensi lulusan agar learning outcome tercapai, dan menekan angka mahasiswa drop out.

Kedua, perpanjangan masa studi jenjang magister dan doktoral. Masa studi mahasiswa master berubah dari yang semula dua tahun dapat diperpanjang hingga empat tahun. Sedangkan, masa studi mahasiswa doktor, dari yang semula empat tahun dapat diperpanjang hingga tujuh tahun. Perpanjangan masa studi ini memberikan peluang yang dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk mempublikasikan jurnal terakreditasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

Ketiga, kurikulum wajib bertumpu pada student center learning yaitu mengintegrasikan aspek akademik dan non-akademik. “UNAIR sudah memiliki sistem yang mengatur hal tersebut, misalnya untuk pengembangan kepribadian terfasilitasi dalam mata kuliah wajib umum (MKWU),” tutur Direktur Pendidikan UNAIR.

Keempat, lulusan wajib dibekali SKPI (surat keterangan pendamping ijazah). Di UNAIR, selain menerapkan satuan kredit semester, lulusan prodi jenjang S-1 dibekali dengan transkrip

(16)

satuan kredit prestasi. Sedangkan, bagi lulusan prodi jenjang S-2 dan S-3, termasuk program profesi tak perlu dibekali dengan transkrip satuan kredit prestasi. Kelima, Prof. Nyoman mengatakan batas minimal satuan kredit semester (sks) untuk mahasiswa jenjang S-2 adalah 32 sks.

Ke depannya, menurut Guru Besar bidang Biokimia pada Fakultas Sains dan Teknologi, kualitas pembelajaran dan lulusan di UNAIR perlu ditingkatkan. Apalagi, dengan rencana UNAIR untuk menembus peringkat 500 kampus dunia, standar nilai perlu ditingkatkan.

“Misalnya, di tingkat ASEAN. UNAIR harus mengikuti standar nilai ASEAN agar transfer nilai diakui jika ada mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar,” imbuh Prof. Nyoman. Penulis: Rekha Finazis

Editor: Defrina Sukma S

Sempat Tak Direstui Ibunda,

Karir Model Cantik Asal FH

Semakin Bersinar

UNAIR NEWS – Berangkat dari keinginan yang kuat sejak kecil untuk menjadi model, kini, prestasi Ayu Maulida dalam dunia modeling semakin bersinar. Berbagai prestasi di bidang model telah diraih mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, tahun angkatan 2015 ini.

Dalam perjalanan karir modelnya, Ayu kerap kali mengikuti event bergengsi seperti Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week. Ia juga sempat menjadi salah satu Brand

(17)

Ambassador salah satu klinik kecantikan dan menjadi icon Surabaya Fashion Parade.

“Salah satu kerjaan yang buat aku prestasi adalah saat spring/summer. Saya jadi icon Tangs Plaza Singapore,” ujar Ayu.

Tercatat, Ayu pernah memperoleh juara I lomba yang diadakan salah satu klinik kecantikan di Surabaya ketika masih duduk di kelas IX SMP. Ia juga termasuk model yang dipilih desainer Biyan untuk acara “Biyan 30th

Anniversary” ketika duduk di kelas X SMA.

Tak dapat dipungkiri, bakat Ayu di bidang model telah terlihat sejak masih usia SD. Ia pernah memperoleh juara ll Lomba Model Hijab Sanggarwati ketika masih kelas V SD.

“Dari kecil aku itu pingin banget jadi model. Jadi artis tapi rasanya gak mungkin. Apalagi waktu kecil aku itu tomboy, meskipun aku menyadari bahwa kalau aku tetep punya sisi feminin. Lagian aku kayanya juga gak bakal bisa jadi model karena basic keluargaku juga bukan model, apalagi mama yang muslimnya ketat sekali,” tutur alumnus SMA Trimurti, Surabaya ini.

Sempat tak dapat restu ibu

Tak bisa dipungkiri, sebelum karir Ayu seperti saat ini, ia sempat dihadapkan dengan perasaan ragu lantaran latar belakang keluarganya yang bukan dari kalangan model. Ditambah lagi, ibunya yang memiliki background agama sangat kuat, membuat dirinya semakin tidak yakin untuk dapat terjun ke dalam dunia modeling.

“Seiring berjalannya waktu, saya sering mendapat tawaran tak terduga dari beberapa agency model yang meminta saya untuk bergabung dalam agency tersebut,” tambah gadis dengan tinggi badan 178 cm ini.

(18)

Berkat beragam prestasi yang diraih Ayu, orang tua memberikan respon positif karena Ayu mampu menunjukkan kesungguhannya dalam dunia model. Meski demikian, ayu tidak pernah mengesampingkan kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia yang masih semester tiga tetap bijak membagi waktu antara kuliah dan karir.

Mimpi tidak akan menjadi realita tanpa adanya pengorbanan dan perjuangan. Kalimat tersebut rasanya sangat tepat untuk mewakili sepak terjang Ayu dalam karirnya selama ini. (*) Penulis : Pradita Desyanti

Editor : Binti Q. Masruroh

Cegah Diabetes Melitus dengan

Bentuk Kader Kesehatan

UNAIR NEWS – Diabetes merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh International Diabetes Federation Atlas pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh dengan pengidap diabetes terbanyak di dunia. Untuk menekan jumlah penyakit tersebut, maka diperlukan sebuah kesadaran diri dan kelompok untuk melakukan pemeriksaan kesehatan tubuh sejak dini.

Berangkat dari hal tersebut, keempat mahasiswa Universitas Airlangga menggagas ide baru untuk mencegah penyebaran penyakit diabetes. Ide bernama SI MANIS atau Siaga Masyarakat Anti Diabetes Melitus dengan metode self check up digagas oleh Aldini Yunita Mia Diantami (Ners/2013), Anjar Ani (Ners/2013), Dewi Permata Lestari (Ners/2013), Yolanda Eka Maulida (Ners/2014), Oktaviani Indah Puspita (Ilmu Hubungan Internasional/2015).

(19)

Ide tersebut mereka sampaikan melalui Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Proposal yang mereka ajukan berhasil lolos dan mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti pada tahun 2016, untuk kemudian digunakan dalam mewujudkan gagasan yang sudah dibuat. Bentuk Kader

Melalui program kemanusiaan tersebut, tim SI MANIS menyasar para ibu rumah tangga di wilayah Desa Sidokterto, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Dewi, salah satu anggota tim SI MANIS, mengatakan bahwa kelompok pengidap diabetes terbanyak di Indonesia adalah usia di atas 35 tahun. Oleh karena itu, terkait dengan langkah pencegahan, tim SI MANIS membentuk kader berjumlah sepuluh orang yang berasal dari kelompok Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat.

“Kami mendatangi para anggota PKK untuk mengenalkan program SI MANIS. Kami memberikan pengetahuan kepada mereka tentang diabetes melitus. Terkait dengan proses seleksi kader, kami memberikan tes tentang diabetes. Bagi mereka yang lolos, kami mengajari penggunaan alat-alat kesehatan yang digunakan untuk pengecekan gula darah, misalnya menggunakan jarum suntik, setrip, dan sebagainya,” tutur Dewi.

Dengan adanya pembentukan kader, tim SI MANIS akan mudah memantau terhadap implementasi program kreativitas. Dewi berharap, para kader bisa menularkan pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat sekitar.

(20)

Tim SI Manis berfoto bersama dengan kader dan anggota PKK di wilayh Sidokerto, Sidoarjo. (Foto: Istimewa)

Selain pembentukan kader, tim SI MANIS juga mengadakan penyuluhan kepada para anggota PKK setempat. Tim menghadirkan salah satu staf pengajar Ners UNAIR untuk memberikan pengetahuan umum tentang diabetes melitus. Penyuluhan itu dilangsungkan pada Sabtu (7/5) di lokasi pengabdian. Antusiasme peserta dapat dilihat dari suasana tanya jawab yang dilontarkan oleh peserta dan pembicara. Pada saat yang sama, tim SI MANIS juga mengadakan pemeriksaan kadar gula darah secara gratis kepada para anggota PKK setempat.

Kegiatan tak berhenti pada level penyuluhan. Tim SI MANIS berencana memberikan alat-alat kesehatan kepada PKK setempat agar bisa melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Hanya saja, menurut Dewi, pemberian ini baru bisa dilaksanakan sesuai dengan cairnya anggaran PKM – M dari Dikti.

Langkah pencegahan ala tim SI MANIS sudah disambut respon positif oleh masyarakat sekitar. Retno, salah satu kader, mengatakan bahwa dirinya senang bisa membantu mengecek kesehatan warga di tempat ia tinggal. Meski ia merasa sedikit

(21)

grogi, tapi ia telah mendapat cukup pengetahuan.

“Kalau memeriksa tensi, dari mbak-mbaknya (tim SI MANIS) sendiri. Kalau periksa gula darah, dari kader. Kami diajari cara periksa, pasang jarum, dan setrip. Nanti kami juga harus memberitahu kepada warga bahwa jarum yang dipakai itu masih baru. Semua sudah diajari,” tutur Retno.

Ia berharap dengan adanya program pencegahan diabetes itu, warga di sekitarnya bisa merasakan manfaat hidup sehat salah satunya dengan mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Selain itu, dengan adanya program SI MANIS, PKK setempat berencana mengalokasikan anggaran untuk pembelian alat-alat tersebut dan memeriksa kesehatan secara swadaya. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Prof. H.J. Glinka, Sang

Filantropi Ilmu Antropologi

UNAIR

ASRAMA Biara Soverdi di Jl. Polisi Istimewa Kota Surabaya, suatu sore. Seorang laki-laki berkebangsaan Polandia duduk di kursi putar sambil menatap layar komputernya. Disampingnya tergeletak sebungkos rokok filter kesukaannya. Ia ambil sebatang demi sebatang, lalu dinyalakan dan dihisapnya, habis. Prof. Dr. Habil Josef Glinka, SVD sangat menikmati sekali suasana sore hari itu.

Pria kelahiran Chorzow, Polandia, 7 Juni 1932 yang akrab disapa Pater Glinka itu, bersemangat sekali ketika mengisahkan

(22)

pergulatannya dalam mengembangkan ilmu antropologi ragawi di Indonesia, khususnya di Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Kepada UNAIRNEWS yang menemani di sore itu, Romo Glinka agak keberatan disebut “Bapak Antropologi”, walau saat ini tokoh senior Antropolog yang ada adalah dia.

”Bukan saya. Yang tepat sahabat saya, Lie Gwan Liong. Dia yang merintis jurusan Antropologi di FISIP UNAIR. Karena Gwan Liong juga akhirnya saya sampai di sini,” katanya. Lie Gwan Liong yang dimaksudkan adalah yang kemudian lebih kita kenal dengan Adi Sukadana.

Sepeninggal Prof. Dr. Teuku Jacob (UGM, yang wafat tahun 2007 dalam usia 77 tahun), kini di usia 84 tahun Prof. Glinka adalah Guru Besar Antropologi Ragawi paling senior di Indonesia. Hanya saja, Prof. Teuku Jacob sudah “melahirkan” Professor baru yaitu Prof. Etty Indriati, sedangkan Prof. Glinka dalam 27 tahun mengabdi sebagai Guru Besar Antropologi FISIP UNAIR belum menghasilkan professor, tetapi sudah melahirkan 13 orang Doktor bidang Ilmu Antropologi.

”Mudah-mudahan dalam waktu dekat, diantara 13 Doktor itu segera ada yang menjadi Professor Antropologi di UNAIR,” ujar Prof. Glinka sangat berharap.

30 Tahun di Surabaya

H.J. Glinka muda datang ke Indonesia pada 27 Agustus 1965. Ia datang karena informasi dari seorang diplomat Polandia di Jakarta bahwa ada seorang antropolog yang menikah dengan wanita Polandia saat studi di Moskow. Dialah Prof. Ave, ahli antropologi budaya. Lalu ia mereferensikan kepada Glinka untuk datang ke Universitas Indonesia menemui dr. Munandar di Bagian Anatomi. Munandar bukan ahli antropologi tetapi pernah melakukan penelitian di Kalimantan, dan ia merasa terkejut dengan kedatangan Glinka.

Setelah berdialog, Munandar berkisah bahwa di Surabaya ada temannya, yaitu Lie Gwan Liong di Bagian Anatomi FK UNAIR.

(23)

Gwan Liong mengundang Glinka ke Surabaya. Suatu hari di ruang Anatomi FK UNAIR tiba-tiba para staf ”kaget”: “Kok ada Londo baru” (karena sebelumnya pernah ada “Londo” yang lain yaitu Prof. Snell). Gwan Liong yang kemudian dikenal dengan nama Adi Sukadana, mengaku senang dengan kehadiran Glinka dan langsung mengajaknya makan siang di rumahnya.

”Adi merupakan keluarga Indonesia pertama yang saya datangi. Dia seorang dokter yang rajin belajar antropologi dari Prof. Snell (sebelum pulang dari Indonesia),” kenang Prof. Glinka. Kemudian Pastor lulusan Seminari Tinggi SVD di Pieniezno (Polandia) tahun 1957 ini pergi ke Flores untuk memenuhi Romo Yosef Diaz Viera yang merekrut banyak Pastor untuk ditugaskan di sana, sekaligus melanjutkan jejak pamannya untuk mengajar di Seminari Tinggi Ledalero, Flores (1966-1985). Selama di Flores, setiap tahun Glinka mengunjungi Adi Sukadana di Surabaya. Karena Glinka adalah Antropolog lulusan Universitas Mickiewicz, Poznan, Polandia, yang kebetulan disertasi doktoralnya mengenai Indonesia, maka dirayulah dia untuk bergabung dalam organisasi Anatomi Indonesia yang didalamnya antara lain ada Adi Sukadana dan Teuku Yacob.

Supaya lebih integral, lalu Adi mengajak untuk menggabungkan antara antropologi budaya yang ia kuasai dengan bio-antropology yang dikuasai Glinka. Setelah cukup lama menunggu “proses”, peraih Profesor dari Uniwersytet Jagiellonski, Krakow tahun 1977 ini diajak bergabung di Bagian Anatomi UNAIR. Maka tahun 1984 Prof. Glinka datang ke UNAIR, dan ternyata SK pembentukan Departemen Antropologi UNAIR sudah turun, kemudian tahun 1985 Jurusan Antropologi FISIP UNAIR resmi dibuka.

“Selanjutnya bulan Juli 1985 saya pindah ke Surabaya sampai saat ini. Jadi saya tinggal di Surabaya sudah 30 tahun lebih,” tuturnya seraya menunjukkan raut gembiranya karena 50 tahun kehadirannya di Indonesia baru saja dipestakan di Flores, walau ia tidak bisa datang kesana.

(24)

Setelah menjalani peran rutin sebagai Guru Besar asing dan pengembangan ilmu antropologi di Indonesia, khususnya selama 27 tahun di UNAIR, tahun 2012 Prof. Glinka minta pensiun karena fisik yang sudah tidak kuat untuk naik-turun tangga. Kendati demikian, Prof. Glinka masih sering dimintai konsutasi, sharing keilmuan, penguji eksternal dalam ujian doktor, seminar, dsb.

Prof. H.J. Glinka bersama kader-kader Antropolog yang dibimbingnya. (Foto: Istimewa)

PERCAKAPAN dengan Prof. Glinka:

Apa motivasi Anda sampai betah di UNAIR?

Motivasi saya karena Adi yang minta, dan saya bisa membantu. Misi yang lain tidak ada. Pertimbangan utama saya adalah pengembangan antropologi. Karena itu tahun 1984 saya minta Adi menulis surat ke bos saya di Roma. Ternyata beliau menyetujui, maka Februari 1984 saya pindah ke Surabaya.

(25)

Akomodasi di UNAIR pada awalnya tidaklah enteng. Bayangkan, saya mengajar di seminari di lingkungan Katolik, siswanya laki-laki. Kemudian saya datang disini tetapi tidak tahu siapa mahasiswa yang Muslim, Kristen, Katolik, juga ada cewek dan laki-laki. Ritmenya beda dari yang di Flores. Lalu saya dengan Adi membagi kuliah. Tentu saja jatah mengajar saya banyak, sebab dosen yang lain muda-muda, belum lulus, dan kebanyakan bukan dari antropologi. Praktis kami berdua saja. Tetapi bersyukur pelan-pelan Jurusan Antropologi berkembang.

Bagaimana liku-liku dalam berjuang untuk Antropologi UNAIR?

Dalam minggu-minggu awal kami mengajar 14 jam/minggu. Saya juga menulis hand out sendiri untuk mahasiswa. Onny Joeliana, Totok (Toetik Kusbardiati), Myta (Myrtati Dyah Artaria) antara lain mahasiswa angkatan pertama. Pada suatu waktu tahun 1990 ada tragedi; Adi Sukadana sakit ketika sedang di lapangan dalam penelitian di Banyuwangi. Sempat mendapat perawatan di RS tetapi dalam beberapa hari kemudian Adi meninggalkan kita untuk selamanya.

Setelah itu situasi berubah total. Saya terpaksa mengambilalih semua mata kuliah yang diajarkan Adi, baik yang di FK, di FKG dan di FISIP. Jadi berat sekali. Akhirnya saya pergi ke Rektor, saat Rektor UNAIR Prof. Dr. Soedarso Djojonegoro.

Kepada Rektor saya bertanya: ”Apakah Antropologi UNAIR akan mati bersama saya?” Dijawab “Oh tidak, Antro harus terus berkembang”. “Kalau begitu beri saya asisten”. Waktu itu Myta dan Onny sudah selesai skripsi. Saya maunya keduanya, tetapi dibilang jatahnya hanya satu, maka Myta yang masuk. Itu mungkin karena Jakarta melihat bahwa Antropologi masih merupakan jurusan baru. Setelah ada asisten maka beban saya sedikit lebih ringan.

Siapa kira-kira kader Prof. Glinka untuk Antropologi UNAIR kedepan?

(26)

Kusbardiati). Kemudian Myta sekolah ke Amerika, dan Totok bersama saya meneruskan mengajar. Setelah saya dorong terus, akhirnya Totok juga mau belajar. Ia memilih ke Hamburg, Jerman, dan lulus dengan predikat summa cumlaude. Peran Totok dalam pengembangan dan pengabdian di bidang antropologi juga bagus, terutama sepulang dari Jepang dan Kualalumpur serta membawa Sertifikat Internasional Antropologi Forensik.

Ketika di Indonesia ada musibah besar dimana-mana Totok sering d i m i n t a m e m b a n t u b e r s a m a T i m D V I ( D i s a s t e r V i c t i m

Investigation), karena yang ahli dibidang itu di Indonesia

hanya dua; dua-duanya perempuan. Karena itu sepeninggal Prof. Teuku Yacob, maka pusat antropologi di Indonesia saya kira bukan lagi di Yogyakarta tetapi di Surabaya (UNAIR).

Harapan Anda terhadap masa depan Jurusan Antropologi UNAIR?

Sejak beberapa tahun lalu saya sudah bilang ke Dekan dan Rektor, yaitu peremajaan! Karena orang yang mau menggantikan saya ini perlu sepuluh tahun, perlu doktoral, spesialisasi, dsb. Itu yang saya rasa kurang. Saya berharap yang masih bertahan menekuni antropologi hendaknya tetap bertahan dan berkembang. Saya optimis Antropologi UNAIR akan segera melahirkan Professor baru, sekarang pun sudah kelihatan siapa kandidat-kandidatnya.

Bagaimana rasanya bisa ikut mewarnai pengembangan ilmu antropologi di Indonesia?

Makin lama makin puas, sebab melihat perkembangannya yang baik sekali, serta dikerjakan secara betul-betul. Cuma saya agak kecewa bahwa para kader antropologi kok juga disibukkan dengan hal-hal birokrasi manajemen, tentu saja waktu untuk penelitiannya menjadi tersita.

Adakah kenangan secara khusus saat bersama di UNAIR?

Tentu ada. Tahun 1998 saya mau diusir oleh ICMI karena dituduh mengkristenkan anak-anak Islam. Tetapi waktu mereka mendengar

(27)

isu itu dan saya akan diusir, mahasiswa demonstrasi ke Rektorat membela saya. Onny dan Nanang Krisdinanto juga berjasa dengan menuliskan di Surabaya Post. Sampai pada saat hari libur, Prof. Soedarso (Rektor) datang ke saya untuk memastikan status saya tidak ada pengusiran. Anehnya, ketika berita itu tersebar, sampai-sampai UI dan beberapa universitas lain mengontak saya untuk merekrutnya. Saya tidak mau.

Dari perjuangan seperti itu, masih keberatan disebut “Bapak Antropologi” atau “Duet Bapak Antropologi”?

Adi Sukadana. Bukan saya. Karena dia perintisnya. Ia juga mengumpulkan buku dan benda antropologi lain dan dijadikan museum. Tapi diantara kami berdua sudah ada persetujuan: saya di bidang bio-antropologi (antropologi ragawi) dan Adi yang prasejarah atau Antropologi Budaya. Duet? Ya kami memang berjuang bersama.

Ratusan koleksi buku-buku milik Prof. Glinka siap dihibahkan kepada perpustakaan FISIP UNAIR. (Foto: Bambang Bes)

(28)

akan dikemanakan?

Saya sudah menulis surat wasiat, untuk buku-buku antropologi semua akan saya serahkan ke UNAIR, sedangkan yang lain terserah. Selain buku antropologi (ragawi dan budaya – letaknya disendirikan) juga ada majalah, ensiklopedi, dan buku-buku teologi. Diantara buku-buku itu ada yang usianya sudah puluhan tahun, tapi kebanyakan berbahasa Jerman, Rusia, Inggris, dan Belanda, dan kebanyakan tentang anatomi. Karena itu ketika dulu saya membimbing kandidat Doktor, banyak mereka baca-baca disini.

Konon Prof. Glinka menguasai enam bahasa (poliglot)? Apa saja itu?

Bahasa yang saya mengerti ada sembilan, tetapi hanya empat yang benar-benar saya kuasai. Bahasa Jerman dan Polandia saya dapat sejak bayi, karena mama saya asli Jerman dan ayah Polandia, dan saya lahir di Polandia. Jadi itu sebagai bahasa ibu. Yang lain bahasa Indonesia, Inggris, Ibrani, Yunani, dan Perancis. Bahasa Perancis pernah sempat lupa (hilang), anehnya setelah di Perancis 2-3 hari, saya ingat dan mengerti lagi. Menguasai banyak bahasa memang membahagiakan karena memungkinkan banyak pengetahuan bisa dipelajari. Jadi di rak ini ada buku dalam sembilan bahasa.

Adakah niatan untuk pulang ke Polandia?.

Tidak. Di Polandia saya kenal siapa? Teman-teman sudah banyak yang mati. Sebab disana itu daerah industri pertambangan, mereka bekerja keras sehingga usia 40-50 sudah payah. Di kampung saya paling tinggal dua atau tiga teman tersisa, sedang disini banyak. Itu saya buktikan ketika pergi ke Soverdi (SWD) dan Ordo, bahwa pastor yang ada disana baru lahir setelah saya pergi ke Indonesia. Seorang teman baru saja dari Polandia dan separo dari misionaris yang ada, ia tidak kenal.

(29)

Benar. Karena di kota ini saya mendapat kebanggaan. Saya sudah memproduksi 13 Doktor di UNAIR baik sebagai promotor dan co-promotor. Saya sudah menulis oto-biografi berbahasa Polandia, ketika kawan-kawan saya membaca, mereka takjub dan merasa masih seperti “anak kecil”. Itu karena mereka baru mencetak 2–3 Doktor, sedang saya sudah 13.

Dari biografi itu kawan saya melihat semua peristiwa hidup saya. Kata mereka: sepertinya Tuhan menyiapkan saya untuk UNAIR. Saya tidak mau studi, disuruh studi. Lalu biara memerintahkan dan saya studi sosiologi dan antropologi. Lalu saya mengembangkannya di UNAIR bersama Adi Sukadana. Kenangan bersama Adi dan kebersamaan selama 27 tahun yang saya tanam di UNAIR sungguh sangat indah. Ini yang saya banggakan. (*)

Pewawancara: BAMBANG BES

BNN dan UNAIR Selenggarakan

Seminar

Penanggulangan

Narkoba

UNAIR NEWS – Narkoba adalah musuh bersama, tak terkecuali generasi muda. Dewasa ini, tak sedikit dari generasi muda yang terjangkit dengan persoalan narkoba. Padahal, generasi muda diharapkan bisa menjadi ujung tombak perubahan untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal itu, Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Universitas Airlangga sebagai tuan rumah, menggelar acara berjudul ‘Pengembangan Kapasitas Unit Kegiatan Mahasiswa bidang P4GN (Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika). Acara tersebut akan digelar selama dua hari

(30)

20 – 21 Juli 2016 dan dihadiri perwakilan 18 universitas di Jawa Timur.

Deni Yasmara, M.Kep, Koordinator UKM Direktorat Kemahasiswaan UNAIR, mengatakan acara pada hari pertama akan dihadiri para pembicara menarik, yaitu Kepala BNN Provinsi Jatim Drs. Sukirman, perwakilan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM), Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Dr. Seger Handoyo, Rektor Universitas Wiraraja Alwiyah, MM, dan Kepala Subdirektorat Lingkungan Pendidikan BNN Pusat Dr. Sulastiana.

Materi yang akan dibahas dalam seminar itu antara lain pengenalan narkoba, kampanye pencegahan narkoba, dan strategi penerapan program P4GN di lingkungan perguruan. Pada hari kedua, peserta akan diajak terjun langsung ke suatu daerah di Madura yang penduduknya dianggap mengalami kecenderungan narkoba.

“Diharapkan dari acara ini bisa melatih softskill mahasiswa untuk bisa mensosialisasikan pencegahan narkoba kepada rekan sebaya ataupun masyarakat,” ujar Deni ketika diwawancarai tim Radio UNAIR. (*)

Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S.

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang diharapkan oleh klien yaitu setelah dirawat dan melalui proses penyembuhan dan pengobatan klien dapat sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa. Saat

Model matematik seringkali digunakan untuk mempelajari fenomena alam nyata yang kompleks dengan cara analisis, serta untuk menyelidiki hubungan antara parameter yang

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif secara bersamaan untuk menjawab rumusan masalah apakah stratifikasi social

Rasio finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan  perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang

Kajian hubungan pemerintahan dapat diuraikan ke dalam tiga bagian penting yaitu kajian tentang pemerintah sebagai yang memerintah, masyarakat yang diperintah serta hubungan antara

Athens membahagikan masyarakatnya kepada tiga kumpulan yang terdiri daripada kumpulan pertama ialah warganegara, yang kedua penduduk bukan warganegara dan yang ketiga

>erasa diperlakukan tak adil atas pengabdiannya selama ini di 1lobodyne Corporation, +ick pun berniat untuk membalas atas semua kekacauan dalam hidupnya dengan meniru