Volume 9 No.1 Agustus 2017 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Online pada : http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009
p-ISSN: 2085-2495, e-ISSN: 2477-2712
BULETIN VETERINER UDAYANA
➢ Infeksi Coccidia dan Strongyloides pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral
➢ Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu
➢ Aktivitas Enzim Tikus Putih yang Diberi Buah Pinang
➢ Bakteri Non-Coliform pada Feses Sapi Bali
➢ Total Bakteri pada Air minum di Peternakan Ayam Pedaging
➢ Sonogram Organ Mata Kucing Liar Indonesia
➢ Nilai Gizi dan Kualitas Fisik Daging Sapi Bali
➢ Respon Imun Primer Ayam Petelur Pasca Vaksinasi Egg Drop Syndrome
➢ Efek Pemberian Viusid
©Pet Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Makrofag
➢ Pola Pertumbuhan Dimensi Panjang Alat Gerak Tubuh Itik Bali Betina
➢ Vitamin E terhadap Efek Samping Deksametason pada Paru-Paru Tikus
➢ Prevalensi Nematoda Gastrointestinal Bibit Sapi Bali di Nusa Penida
➢ Efektivitas Ekstrak Ethanol, Partisi N-Heksana dan Fraksi Kromatografi Momordica charantia Dalam Menurunkan Glukosa Darah
➢ Karakteristik Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Enterococcus durans
DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
VOL 9 NO. 2 AGUSTUS 2017
Publikasi Ilmiah Ini Diterbitkan
Dua Kali Setahun Setiap Bulan Pebruari dan Agustus Yang Bekerjasama Antara
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)
Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)
Cabang Bali
Trenggiling adalah mamalia dari ordo Pholidota, mempunyai empat spesies yang hidup di Asia. Trenggiling memakan serangga atau semut dengan cara menjulurkan lidah untuk menangkap mangsanya.
Redaksi:
Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ketua : Ni Ketut Suwiti, Sekretaris: I Wayan Sudira, Penyunting/editor: I Nengah Kerta Besung, Iwan Harjono Utama, Wayan Bebas, Kadek Karang Agustina Luh Gde Sri Surya Heryani, I Gusti Ayu Agung Suartini, Ida Ayu Pasti Apsari, Ida Bagus Ngurah Swacita, I Nyoman Suartha, Ni Nyoman Werdi Susari, Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi, Ida Bagus Oka Winaya, I Gusti Made Krisna Erawan.
Copy Editor: I Made Merdana, I Wayan Sudira, Putu Suastika. Layout Editor: I Wayan Nico Fajar Gunawan, Made Kardena, Luh Made Sudimartini. Sekretariat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. PB Sudirman Denpasar Telp. (0361) 223791. Email:[email protected].
Web: http//www.ojs.unud.ac.id/index,php/buletinvet.
Naskah yang dikirim ke redaksi Buletin Veteriner Udayana tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan atau sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana
BULETIN VETERINER UDAYANA
Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, DVM Imunologi Molekuler dan Seluler. Lab. Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Prof. Dr. Ir. I Gst Nyoman Gde Bidura, MS
Bioteknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Ir. Dahlanuddin, M.Rur.Sc., Ph.D
Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak/Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Mataram
drh. Made Sriasih, M. Agr. Sc., Ph.D
Lab. Biotechnology and Immunology Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.
Dr. Drh. Tyas Rini Saraswati,M,Kes
Lab. Ilmu Faal dan Kasiat Obat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro
Ir. I Nengah Sujaya , M.Agr.Sc Ph.D
Intestinal Microbiology, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, S.Ked., SpMK, Ph.D
Medicine, Dentistry, and Pharmaceutical. Bag. Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Univesitas Udayana
Prof. Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
Prof. Dr. drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika Lab. Virologi Veteriner Universitas Udayana
Dr. Drh I Wayan Suardana, MSi
Dairy Sciences Lab. Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
MITRA BESTARI BULETIN VETERINER UDAYANA
Buletin Veteriner Udayana
Terbit sejak: 1 Pebruari 2009 Naskah asli
Original article
Infeksi Coccidia dan Strongyloides Pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral
(THE INFECTION OF COCCIDIA AND STRONGYLOIDES IN BALI CATTLE POST-MINERAL ADMINISTRATION)
Komang Yogie Suryana Putra, Ida Ayu Pasti Apsari, Ni Ketut Suwiti ... 117
Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu
(BEEF PHYSICAL CHARACTERISTICS OF BALI AND WAGYU CATTLE)
Ni Ketut Suwiti, Ni Nyoman Citra Susilawati, Ida Bagus Ngurah Swacita ... 125
Aktivitas Enzim Alanine-Aminotransferase dan Aspartate Aminotransferase pada Tikus Putih Jantan yang Diberi Ekstrak Buah Pinang
(THE ACTIVITIES OF ALANINE AMINOTRANSFERASE AND ASPARTATE
AMINOTRANSFERASE ENZYMES IN MALE WHITE RATS TREATED WITH EXTRACT ARECA NUT TREATMENT)
Anak Agung Sagung Kendran, Anak Agung Gde Arjana, Anak Agung Sagung Istri
Pradnyantari ... 132
Perbandingan Jumlah Bakteri Non-Coliform pada Feses Sapi Bali Berdasarkan Tingkat Kedewasaan dan Tipe Pemeliharan
(COMPARISON OF NON-COLIFORM BACTERIA IN BALI CATTLE FAECES BASED ON LEVEL OF MATURITY AND MAINTENANCE PATTERN)
Kadek Andre Sulaksana, I Gusti Ketut Suarjana, I Nengah Kerta Besung ... 139
Total Bakteri pada Air minum di Peternakan Ayam Pedaging Desa Mengesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan
(TOTAL BACTERIA IN BROILER FARMING WATER IN MENGESTA VILLAGE, PENEBEL DISTRICT, TABANAN REGENCY)
I Nengah Kerta Besung, I Putu Yasmanta Primarta Putra, I Gusti Ketut Suarjana ... 145
Sonogram Organ Mata Kucing Liar Indonesia
(OCULAR SONOGRAM OF INDONESIAN STRAY CAT EYES)
Mokhamad Fakhrul Ulum, Deni Noviana ... 150
Nilai Gizi dan Kualitas Fisik Daging Sapi Bali berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur (NUTRITION LEVEL AND PHYSICAL QUALITY OF BALI BEEF ACCORDING TO THE SEX AND AGE OF CATTLE)
Mas Kadek Karang Agustina, I Made Ricky Dwi Cahya, Gusti Made Widyantara, Ida Bagus Ngurah Swacita, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Mas Djoko Rudyanto ... 156
DAFTAR ISI
Respon Imun Primer Ayam Petelur Pasca Vaksinasi Egg Drop Syndrome
(PRIMARY IMUNE RESPON OF LAYER POST VACCINATED WITH THE EGG DROPS SYNDOME VACCINE)
Gusti Ayu Yuniati Kencana, I Nyoman Suartha,I Putu Wira Adi Wibawa ... 164
Efek Pemberian Viusid© Pet Terhadap Aktivitas Dan Kapasitas Makrofag Pada Mencit (THE EFFECT OF VIUSID© PET TO ACTIVITY AND CAPASITY OF MACROPHAGES IN MICE) Yoga Pratama Nuradi, I Nyoman Suartha, Ida Bagus Komang Ardana ... 171
Pola Pertumbuhan Dimensi Panjang Alat Gerak Tubuh Itik Bali Betina
(GROWTH PATTERNS OF THE LOCOMOTOR LENGTH DIMENSIONS THE FEMALE BALI DUCKS)
I Made Edi Suryawan, I Putu Sampurna, I Ketut Suatha ... 178
Pengaruh Suplementasi Vitamin E terhadap Efek Samping Deksametason pada Paru- Paru Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)
(THE EFFECT OF VITAMIN E SUPPLEMENTATION TO THE SIDE EFFECT OF DEXAMETHASONE ON THE LUNG OF MALE WHITE RATS)
Bina Ichsantya, I Ketut Berata, Samsuri, I Made Merdana ... 188
Prevalensi Nematoda Gastrointestinal bibit Sapi Bali Di Nusa Penida
(THE PREVALENCE OF GASTROINTESTINAL NEMATODES OF BALI CATTLE BREEDERS IN NUSA PENIDA)
I Putu Agus Trisna Kusuma Antara, Ni Ketut Suwiti, Ida Ayu Pasti Apsari ... 195
Efektivitas Ekstrak Ethanol, Partisi N-Heksana dan Fraksi Kromatografi Momordica charantia Dalam Menurunkan Glukosa Darah
(THE EFFECTIVENES OF ETANOL EXTRACT, PARTITION N-HEKSANA, AND
CROMATHOGRAPHY FRACTION OF MOMORDICA CHARANTIA L. TO LOWER BLOOD GLUCOSE LEVEL)
Ni Luh Putu Kusuma Clara Dewinda, I Nyoman Suartha, Luh Made Sudimartini ... 202
Karakteristik Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Enterococcus durans Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali
(PHYSICHOCHEMICAL CHACTERIZATION OF BACTERIOCIN PRODUCING ENTEROCOCCUS DURANS ISOLATED FROM COLON’S BALI CATTLE)
I Wayan Suardana, Hana Kristal Alamanda Septiara, I Nyoman Suarsana ... 209
Dr. Sagung Chandra Yowani,S.Si.,Apt.,M.Si
Lab. Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
Dr. dra. Tyas Rini Saraswati,M.Kes
Lab. Ilmu Faal dan Khasiat Obat Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Diponegoro.
Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D.
Lab. Ekofisiologi Hewan Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
Dr. drh. I Nyoman Suartha, MSi.
Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh. Gusti Ayu Yuniati Kencana, MP.
Lab. Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh I Nengah Kerta Besung, MSi
Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. I Gusti Ayu Agung Suartini, MSi.
Lab. Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh. I Gusti Made Krisna Erawan, MSi.
Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Kadek Karang Agustina, MP.
Lab. Kesmavet, Fakutas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Made Sudimartini, MP
Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Wayan Nico Fajar, M.Si
Lab. Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dra. Ni Made Pharmawati, MSc. PhD.
Lab. Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Dr. drh. Maxs U E Sanam.
Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Cendana.
Prof. Dr. drh. Pudji Astuti
Lab. Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.
Prof. Dr.drh. I Nyoman Suarsana, MSi.
Lab. Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh Ni Ketut Suwiti, MKes,
Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. Michael Haryadi, MP.
Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Ni Luh Putu Agustini, MP.
Lab. Bioteknologi Balai Besar Veteriner Denpasar.
Drh. Ni Made Restiati, Mphil.
Klinisi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali Dr.drh. AETH Wahyuni, MSi.
Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Siti Komariah
Klinisi Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia MITRA BESTARI TAMU
Buletin Veteriner Udayana
Vol. 9 No.1- 2 Tahun 2017
Air Minum 145 ALT 132 Ampisilin, 60 Antioksidan 9,47,94 Antiulkus, 94 AST 132
Ayam Pedaging 60 Ayam Pedaging 145 Ayam Petelur 164 Babi Landrace 1, 67 Bakteri 73
Bakteri Asam Laktat 209 Bakteriosin 209
Burung Puyuh 54 Coccidia 117 Coliform, 81 Daging 156 Daging Babi 34 Daging Sapi Bali 125 Daging Sapi Wagyu 125 Daging Sapi, 16
Daun Salam, 34 Daya Ikat Air 16 Daya Tahan 34 Deksametason 47,187 Dermatofitosis, 106 Diabetes mellitus 202 E. coli 60
Eceng Gondok, Timbal (Pb) 1, 67 Egg Drop Syndrome 164
Escherichia Coli, 81 Esktrak Buah Pinang 132 Feses 139
Fisikokimia 209
Fraksi kromatografi 202 Gastrointestinal 195
Ginjal. 1,9
Glukosa darah 202 Hati (Hepar) 1,87 Hiperglikemia, 22 Histopatologi 1, 47, 187 Isolasi 73
Itik 178
Jenis Kelamin 156 Kadar Hemoglobin, 67 Karakteristik Fisik 125 Karakteristik Semen 54 Kerbau Lumpur, 100 Koliseptikemia 60 Konsumsi Pakan, 29 Konversi Pakan, 29 Kualitas 134, 156 Kualitas Air, 81 Kualitas Daging, 16 Kucing Liar Indonesia 150 Lambung 94
Leukosit 106 Makrofag 171 Mastitis Klinis 73 Mata kucing 150 Mencit 171 Mineral 117
Momordica Charantia, 22 Morfometri, 100
Nematoda 195 Nilai Hematocrit 67 Nilai Ph, 16
Non Coliform 139 Nusa Penida 195
Nusa Tenggara Barat, 42 Nutrisi 156
Oksitetrasiklin, 60
Orgacid™ 29
Parasetamol 9, 87, 94 Pare 202
partisi n-heksana 202 Paru-Paru 187
Pemeriksaan Makroskopik, 54 Pemeriksaan Mikroskopik 54 Pencemaran 145
Pertambahan Bobot Badan, 29 Peternakan Ayam 145
Peternakan Ayam Broiler. 81 Pola Pertumbuhan 178 Prevalensi 195
Propolis 9,87,94 Radikal Bebas 9 Rattus Norvegicus 22 Respon Primer 164 Sapi 42
Sapi bali 106, 117, 139, 156, 195 Septicaemia Epizootica, 42 Somatometri 100
Sonogram 150 Strongyloides 117 Sulfametoksasol 60 Tikus Putih Jantan 132 Titer 164
Titik Infleksi 178 Toksisitas 132 Total Eritrosit, 67 TPA Suwung 139 Umur 156 Usus Halus 47 Vaksinasi 164 Vitamin E 147, 187 Viusid© Pet 171 INDEKS SUBJEK
Buletin Veteriner Udayana
Vol. 9 No.1- 2 Tahun 2017
Agung IGMSSN 29 Agustina KK 34, 156 Antara PATK 195 Anthara SM 22 Apsari IAP 117, 195 Ardana IBK 29, 171 Arjana AAG 132 Arjentinia IPGY 106 Bebas W 54
Berata IK 9,47,87,94, 187 Besung INK 42, 139, 145 Budaarsa K 67
Cahya IMRD 156 Dewi NKNL 1
Dewinda NLPKC 202 Dharmawan NS 1, 67
Dharmayudha AAGO 22, 156 Febilani E 9
Ichsantya B 187 Isnan MH 73 Kardena IM 94 Kencana GAY 164 Kendran AAS 132 Lesmono DSA 54 Luhung YGA 60 Lusandika EH 81 Manurung DSB 100 Maria N 94
Merdana IM 9, 87, 187 Noviana D 150
Nuradi YP 171 Nurani NN 106 Pakpahan YPC 22
Pradnyantari AASI 132 Putra IPYP 145
Putra KYG 117 Putri PVC 67
Putriningsih PAS 106 Rudyanto MD 156 Sampurna IP 178 Samsuri 9,47,87,94, 187 Sari PH 34
Septiara HKA 209 Setiawan SY 16 Suada IK 16,29,34,81 Suardana IW 209
Suarjana IGK 42,60,73,81, 139, 145 Suarsana IN 209
Suartha IN 22, 164, 171, 202 Suatha IK 100, 178
Sudimartini LM 9, 22, 202 Sudira IW 47
Sulaksana KA 139 Suryawan IME 178 Susilawati NYC 125
Suwiti NK 42, 117, 125, 195 Swacita IBN 16, 125, 156 Tono PG 42, 60, 73 Trilaksana IGNB 54 Ulum MH 150 Utami AR 87 Wandia IN 100 Wibawa IPWA 164 Widyantara GM 156 Wijayanthi KKD 47 Winaya IBO 1 INDEKS PENULIS
1. Ketentuan Umum
a. BuletinVeteriner Udayana memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedoteran Hewan dan Peternakan, berupa hasil penelitian, artikel ulas balik (review).
b. Naskah/makalah harus orisinal dan belum pernah diterbitkan. Apabila diterima untuk dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana, maka tidak boleh diterbitkan dalam majalah atau media yang lain.
2. Naskah ilmiah dicetak dengan kertas ukuran A4. Naskah diketik dengan spasi menggunakan program olah kata word for windows, huruf Times New Roman ukuran huruf 12.
3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan terimakasih dan Daftar Pustaka.
Upayakan dicetak hitam putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih tidak kurang dari 10- 15 halaman.
a. Judul: Singkat dan jelas.
b. Identitas penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila penulis lebih dari seorang, dengan alamat, instansi yang berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomer telepon/faksimili dan Email. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak berkorespondensi (corresponding author).
c. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan bahasa Inggris bila naskah dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan.
d. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagian ini hendaknya memberikan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.
e. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelitian dapat diulang dengan berhasil.
f. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.
g. Simpulan dan Saran: Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.
KETENTUAN UNTUK PENULISAN NASKAH
h. Ucapan Terimakasih: Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada Lembaga maupun perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan.
i. DaftarPustaka: Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang dapat dipakai oleh masing-masing jurnal.
Proporsi daftar pustaka jurnal/majalah ilmiah sedikitnya 60%, dan teks book 40%.
Contoh penulisan daftar pustaka:
Jurnal/majalah
Cowle SM, Horae S, Mosselman S, Parker MG.1997. Estrogen receptor alpha and beta for heterodimeson DNA. J Biol Chem, 272(1):158-162.
Buku
Gordon I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Controlled reproductionin farm animal series. 2nd Ed. Cab. Internationa. Ireland
Bab dalam Buku
Lukert PD, Saif YM. 1997. Infectious bursal disease. In: Diesease of Pultry. 10th Ed.
Calnek BW, Barness HJ, Beard CW, McDaugrad LR, Saif YM. (eds). Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Pp. 721-738.
Prosiding
Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic polysaccharides, In:
Proceeding Sympotium Towards a Carbohydrate Based Chemistry. Ames, France, 23-26 Oct. 1989. Pp. 199-231.
Disertasi/Tesis
Said S. 2003.Studies on Fertilization of rat soocytes by intra cytoplasmic sperm injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.
Website
Gorman C. 1997. The new Hongkong Flue. http://www.pathfinder.com/time/
magazine/1997/dom/971229/heatlh.thenewhong_html
4. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (printout) sebanyak dua eksemplar dan satu softcopy kepada:
Redaksi BuletinVeteriner Udayana
Alamat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl.PB Sudirman Denpasar
Telp. (0361) 223791; Fax.(0361) 223791 Email:[email protected]/[email protected]
5. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, menolak naskah/makalah.
Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keperluan itu.
6. Setiap naskah yang dikirim ke redaksi untuk dipublikasikan dalam Buletin Veteriner Udayana akan dipandang sebagai karya asli penulis dan bila diterima, naskah tersebut tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan ataupun sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana.
Alamat Redaksi Fakultas Kedokteran Hewan Jl. PB Sudirman Denpasar, Telp (0361)223791
BULETIN VETERINER UDAYANA
156
Nilai Gizi dan Kualitas Fisik Daging Sapi Bali berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
(NUTRITION LEVEL AND PHYSICAL QUALITY OF BALI BEEF ACCORDING TO THE SEX AND AGE OF CATTLE)
Kadek Karang Agustina1*, I Made Ricky Dwi Cahya2, Gusti Made Widyantara2, Ida Bagus Ngurah Swacita1, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha3,
Mas Djoko Rudyanto1
1Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,2Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan,3Laboratorium Bedah dan Radiologi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali
*E-mail: [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai gizi dan kualitas fisik daging sapi bali berdasarkan jenis kelamin dan umurnya. Sebanyak 60 sampel daging sapi bali telah diperiksa, terdiri dari 30 jantan dan 30 betina serta dikelompokkan menjadi enam kelompok umur. Parameter nilai gizi dan kualitas fisik daging sapi bali yang diamati adalah warna daging, pH, daya ikat air, kadar air, protein kasar, lemak dan kadar abu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok jenis kelamin dan umur sapi bali, nilai gizi dan kualitas fisik daging sapi bali tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa daging sapi bali memiliki kualitas baik gizi maupun fisik yang tidak berbeda pada perbedaan jenis kelamin dan umurnya.
Kata kunci: daging; sapi bali; kualitas; nutrisi; jenis kelamin; umur ABSTRACT
This research aims were to measure nutrition level and the physical quality of bali beef according to the age and sex of cattle. A total of 60 bali beef samples have been examined, consisting of 30 male and 30 female, in which they were divided into six age groups. The parameters of quality and nutritions of bali beef included: meat color, pH, water holding capacity, water content, crude protein, fat and ash content. The result showed that according to the sex and age of cattle, the beef quality and nutrition were not significantly different. This indicates that the bali beef have the similar qualities based on the different of sex and age.
Keywords: bali beef; cattle; quality; nutrition; sex; age
PENDAHULUAN
Sapi bali merupakan plasma nutfah untuk menghasilkan bibit sapi yang bermutu karena keunggulannya, tidak dimiliki oleh bangsa sapi lainnya di dunia.
Sapi bali dapat hidup pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga dikenal sebagai sapi perintis (Zulkharnaim et al., 2010), memiliki kualitas daging yang tinggi dengan persentase lemak yang rendah (Bugiwati, 2007). Karkas yang dihasilkan pada pemotongan sapi bali cukup tinggi yaitu 53-56% dari bobot badannya (Hafid dan Rugayah, 2009).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas karkas dan daging sapi yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik (Guerrero et al., 2013). Faktor intrinsik menentukan kualitas daging antara lain:
spesies, ras, genetik, jenis kelamin, umur dan bobot badan saat dipotong (Altarriba et al., 2005; Alberti et al., 2008; Panea et al., 2011; Ripoll et al., 2011).
Jenis kelamin ruminansia (jantan, betina, dikebiri) akan memberikan pengaruh terutama terkait dengan jumlah lemak yang diendapkan, lokasi deposisi, tingkat pertumbuhan dan hasil karkas.
Varietas karkas lebih dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam hal ini varietas
157
karkas pada sapi betina lebih terpengaruh daripada jantan karena tingkat kesuburannya lebih tinggi, sementara sapi jantan lebih stabil. Perbedaan karkas, lemak dan konformasi juga mempengaruhi parameter kualitas daging lainnya. Pada karkas daging sapi Panea et al. (2011) mempelajari efek gender terhadap kualitas instrumental dan sensorik dan penilaian daging yang berasal dari breed daging sapi Spanyol (Avileña-Negra Ibérica). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam dua tes (sensorik dan konsumen), daging dari sapi betina paling diapresiasi dibandingkan dengan jantan karena dianggap lebih empuk dan juicy. Hasil ini menguatkan penelitian lain dan dapat dijelaskan oleh perbedaan gender menurut kematangan fisiologis hewan dengan usia kronologis yang sama. Apalagi, jenis kelamin mempengaruhi variabel lain yang diteliti, seperti pH dan warna. Studi tentang sapi jantan yang dikebiri oleh Prado et al.
(2013) menunjukkan bahwa pengebirian sapi jantan pada 20 atau 150 hari tidak berpengaruh pada penerimaan konsumen.
Umur dan berat badan pada saat dilakukan pemotongan memiliki korelasi positif, dengan menggunakan basis genetik yang sama, bobot yang lebih besar menyiratkan usia yang lebih tinggi, kecuali saat pakan dimanipulasi atau hewan tersebut memiliki periode pembatasan yang kuat (Guerrero et al., 2013). Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa umur tidak berpengaruh terhadap karkas yang dihasilkan pada pemotongan sapi bali betina (Pradana et al., 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai gizi dan kualitas fisik daging sapi bali berdasarkan jenis kelamin dan umurnya. Data tersebut penting untuk menentukan umur yang tepat dalam melakukan pemotongan sapi bali guna memperoleh kualitas daging yang paling baik secara fisik maupun nutrisi.
MATERI DAN METODE
Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi bali yang
dipotong di Rumah Pemotongan Hewan yang ada di Bali. Sampel daging sapi bali yang dipergunakan masing-masing adalah seberat ±300 gram setiap ekornya. Jumlah total sampel yang dipergunakan sebanyak 60 sampel daging sapi bali terbagi atas 30 sampel daging sapi jantan dan 30 daging sapi betina yang masing-masing di bagi kedalam enam kelompok umur (Torell et al., 2003). Parameter kualitas dan nutrisi daging sapi bali antara lain warna daging, pH, Daya Ikat Air, kadar air, kadar protein kasar, kadar lemak kasar dan kadar abu.
Metode yang dipergunakan untuk mengukurnya merujuk pada metode Association of Official Analytical Chemist (AOAC) (Helrich, 1990).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Gambaran nutrisi daging sapi bali berdasarkan umur dan jenis kelaminnya
Data penelitian gambaran nutrisi daging sapi bali bedasarkan umur dan jenis kelamin ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Hasil sidik ragam gambaran nutrisi daging sapi bali bedasarkan umur
Parameter F Hitung Sig.
Kadar Air (%) 0,667 0,651 Protein Kasar (%) 0,616 0,688 Lemak Kasar (%) 3,644 0,011*
Kadar Abu (%) 3,017 0,025*
Keterangan: * berbeda nyata (P<0,05) Tabel 2. Hasil sidik ragam gambaran nutrisi daging sapi bali bedasarkan jenis kelamin
Parameter F Hitung Sig.
Kadar Air (%) 1,230 0,275 Protein Kasar (%) 4,943 0,033*
Lemak Kasar (%) 1,009 0,322 Kadar Abu (%) 28,230 0,00**
Keterangan: ** berbeda sangat nyata (P<0,01), * berbeda nyata (P<0,05),
158
Gambaran kualitas fisik daging sapi bali berdasarkan umur dan jenis kelaminnya
Hasil penelitian kualitas fisik daging sapi bali berdasarkan umur dan jenis kelamin tersaji pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut
Tabel 3. Hasil sidik ragam gambaran kualitas daging sapi bali berdasarkan umurnya
Parameter F hitung Sig.
Warna (%) 30,778 0,00*
pH (%) 1,283 0,304
Daya Ikat Air (%) 0,850 0,528 Keterangan: * berbeda sangat nyata (P<0,01)
Tabel 4. Hasil sidik ragam gambaran kualitas daging sapi bali berdasarkan jenis kelaminnya
Parameter F hitung Sig.
Warna (%) 0,111 0,742
pH (%) 0,083 0,775
Daya Ikat Air (%) 1,756 0,198 Pembahasan
Hasil uji varian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kadar air daging sapi bali bedasarkan umur dan jenis kelaminnya (P>0,05) dengan nilai rata-rata 72,836±0,787% (Tabel 1 dan 2). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dipublikasikan oleh Onyango et al. (1998) dimana dilaporkan bahwa nilai kadar air sapi secara umum adalah 77,5±0,4% untuk bangsa sapi Bos indicus. Sedangkan untuk sapi bangsa Bos taurus adalah berkisar antara 72,4% s/d 74,8% (Boles dan Shand, 2008). Pada penelitian lainnya dimana daging sapi bali disimpan pada suhu -190C dilaporkan kadar airnya sebesar 71,94±0,06 s/d 73,96±0,15 (Sarasati dan Agustina, 2015).
Adapun penelitian yang dilakukan untuk mengukur kadar air daging sapi dengan marinasi jus buah pinang berkisar antara 66,05% s/d 63,80% (Purnamasari et al.,
2013). Pada penelitian lainnya dimana daging sapi bali pada penyimpanan suhu dingin 4oC dinyatakan memiliki kadar air berkisar antara 71,87±0,34 s/d 75,14±0,33 (Andini dan Swacita, 2014).
Sebagai sistem biologis yang kompleks, daging dapat mengandung hingga 75% air, dengan keseimbangan terdiri dari 20% protein, sekitar 2% lemak, dan sekitar 3% komponen kecil (misalnya mineral, senyawa fosfat, dan vitamin) (Pedersen et al., 2003). Sebagian besar air disimpan di ruang antara filamen tebal dan tipis dari sel otot post-mortem, dan akumulasi antara bundel serat dan di antara serat, sementara sebagian kecil air di otot juga dipegang oleh daya tarik elektrostatik antara protein (Bond et al., 2004). Selama pengolahan daging, satu masalah umum adalah kehilangan air, yang sering dinyatakan sebagai kehilangan tetes, air jelas, kehilangan masak, dan kehilangan pendinginan tergantung pada tahap selama pemrosesan di mana ia diukur (Cheng dan Sun 2008).
Pada penelitian ini, diperoleh nilai Daya Ikat Air daging sapi bali pada beberapa kelompok umur dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) (Tabel 3 dan 4).
Kandungan air dari produk daging adalah salah satu parameter kualitas penting untuk pengolah daging karena berkaitan dengan produk olahan daging yang dihasilkan yang akan memberikan implikasi ekonomi terhadap produsen dan konsumen (Bertram et al., 2003; Rosenvold dan Andersen, 2003). Jelas, kehilangan air akan mengurangi bobot produk, yang menyiratkan kerugian finansial. Namun, hal itu juga memiliki pengaruh yang substansial terhadap kualitas produk, karena kehilangan air yang lebih tinggi memberikan harapan akan kualitas yang kurang optimal, karena penyusutan produk jika berlebihan dapat menimbulkan penurunan pada penampilan produk. Ini juga memiliki dampak yang besar pada parameter kualitas lainnya seperti juiciness dan kelembutan (Bertram et al., 2000), dan
159
jika berlebihan mengurangi persepsi sensorik terhadap produk. Akibatnya, kehilangan air yang parah akan mengurangi penerimaan konsumen terhadap produk dan menurunkan nilai penjualannya. Oleh karena itu, industri daging memiliki minat yang besar untuk memperbaiki daya ikat air suatu produk daging (Maribo et al., 1998).
Beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik diketahui mempengaruhi perkembangan daya ikat air daging dan kandungan air dari produk akhir. Di antara faktor intrinsik, genotipe dan pemberian pakan hewan adalah yang paling penting, yang mempengaruhi karakteristik otot secara langsung. Beberapa faktor ekstrinsik seperti penanganan sebelum pemotongan meliputi puasa, injeksi epinefrin juga dilaporkan dapat mempengaruhi Daya Ikat Air daging.
Perlakuan semacam itu cenderung mempengaruhi Daya Ikat Air melalui stres, yang menurunkan cadangan glikogen otot, sebuah proses yang dapat menyebabkan pH tinggi dan kadar air daging rendah (Cheng dan Sun, 2008).
Pada hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa berdasarkan umur sapi bali tidak menunjukkan perbedaan kadar protein yang signfikan (P>0,05).
Sedangkan pada hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan adanya perbedaan nilai protein kasar pada jenis kelaimn sapi bali yang nyata (P<0,5). Gambar 1 menunjukkan bahwa kadar protein kasar sapi bali jantan dengan umur 7-10 tahun memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 23,45%.
Gambar 1. Sebaran nilai protein kasar daging sapi bali berdasarkan jenis kelaminnya
Hasil penelitian nenunjukkan rata- rata kandungan protein kasar daging sapi bali adalah 21,635±1,085%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Buckle et al. (2007), yang menyatakan bahwa protein daging sapi berkisar antara 16-22%. Penurunan kadar protein daging sapi disebabkan terjadi peningkatan kapasitas buffer menyangga pH daging antara 5,0-7,0 dan terjadinya perubahan denaturasi protein, terutama dalam protein sarkoplasma secara konsisten dengan pembelahan rantai protein pada ikatan, SH dan OH; diikuti hydrogen-bonding antara grup-grup karboksil dan juga grup-grup amino (Lawrie, 2003). Pada penelitian lainnya daging sapi bali pada penyimpanan suhu dingin 4oC menyatakan bahwa protein daging sapi bali berkisar antara 17,75±0,26% s/d 18,38±0,20% (Andini dan Swacita, 2014). Sarasati dan Agustina (2015) menyatakan bahwa daging sapi bali yang disimpan pada suhu -19oC diketahui memiliki kadar protein sebesar 19,63±0,54% s/d 21,58±0,08 %.
Pada penelitian ini diketahui bahwa kadar lemak kasar daging sapi bali berdasarkan umurnya terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) (Tabel 1). Hasil uji Duncan (Tabel 5) menunjukkan bahwa pada umur sapi diatas 2 tahun tidak mengalami perperbedaan kadar lemak secara nyata dan hanya umur 2 tahun yang memiliki kadar lemak yang nyata lebih tinggi dari kelpmpok umur sapi bali lainnya yaitu 19,0483% (P<0,05).
Tabel 5. Hasil uji Duncan umur sapi bali terhadap kadar lemak daging sapi bali
Umur (tahun)
Subset
1 2
2,5 13,8183 3,5 14,2017
4,5 14,5433 14,5433 7-10 17,6583 17,6583 5-6 18,0750 18,0750
2 19,0483
160
Terdapat beberapa jenis lemak yang meliputi: fosfolipid, serebrosid dan kolesterol (Buckle et al., 2007). Tingginya kadar lemak daging ditentukan oleh marbling daging pada tiap lokasi otot serta umur ternak dan bangsa sapi, marbling daging meningkat seiring bertambah umur ternak dan pakan yang diberikan (Soeparno, 2005). Pada penelitian sebelumnya dimana daging sapi bali pada penyimpanan suhu dingin 4oC dilaporkan bahwa kadar lemak daging sapi bali berkisar antara 2,90±0,04% s/d 4,34±0,09% (Andini dan Swacita, 2014) sedangkan pada penyimpana suhu -19oC memiliki kadar lemak sebesar 2,69±0,02%
s/d 2,90% (Sarasati dan Agustina, 2015).
Hasil uji varian pada Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa umur dan jenis kelamin sapi bali mempengaruhi nilai kadar abu daging sapi bali (P<0,05) yang berkisar antara 1,13-2,15%. Hasil uji Duncan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa sapi bali dengan umur tua (7-10 tahun) dan muda (2-2,5 Tahun) memiliki kadar abu yang nyata lebih rendah dari pada sapi bali dengan umur dewasa (3,5-6 Tahun) (P<0,05).
Tabel 6. Hasil uji Duncan umur sapi bali terhadap kadar abu daging sapi bali
Umur (tahun)
Subset
1 2
7-10 1,13883 2,5 1,29433
2 1,50550 1,50550
4,5 2,03883
3,5 2,09433
5-6 2,15000
Kadar abu daging sapi normal mempunyai nilai rata-rata otot BF 1,30%
dan LD 1,44%. Kadar abu daging sapi ditentukan oleh bangsa sapi, bangsa sapi Bos Taurus mempunyai kadar abu lebih tinggi dari bangsa sapi Bos Indicus. Faktor lingkungan terutama kualitas asupan pakan dan kandungan nutrisi bahan pakan sangat menentukan kadar abu daging sapi
(Onyango et al., 1998). Wang et al. (2007) melaporkan bahwa untuk sapi bangsa Limosin umur 12 bulan mempunyai kadar abu berkisar antara 1,64% s/d 1,77%.
Bangsa sapi Bos Indicus mempunyai nilai kadar abu 1,1±0,05% (Onyango et al., 1998). Standar Codex Alimentarius (2005) meyebutkan bahwa kadar abu daging sapi berada pada kisaran 1,2%, dimana hasil penelitian ini kadar abu daging sapi bali sudah sesuai. Pada Gambar 2 diketahui bahwa sapi bali betina dengan umur 3,5-6 tahun memiliki kadar abu tertinggi antara 29,78-31,55% yang secara sangat nyata (P<0,01) berbeda dengan kelompok lainnya.
Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan warna yang sangat nyata (P<0,01) diantara kelompok umur sapi bali yang diperiksa. Sementara hasil uji Duncan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perbedaan warna yang signifikan terjadi antara umur 2-6 tahun dengan 7-10 tahun, dimana skor nilai warnanya semakin tinggi. Perbedaan yang nyata juga terjadi pada warna daging sapi di usia 2-4,5 tahun dengan 5-6 tahun, perbedaan yang sama juga ditemukan pada warna daging di usia 2-3,5 dengan 4,5 tahun. Sedangkan warna dging sapi usia 2-3,5 tahun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
Tabel 7. hasil uji Duncan pengaruh umur terhadap warna daging sapi bali
Umur (tahun)
Subset
1 2 3 4
2 Tahun 5.17 2,5 Tahun 5.17 3,5 Tahun 5.67
4,5 Tahun 5.83
5-6 Tahun 7.00
7-10 Tahun 8.00
Sig. 0,114 0,569 1.000 1.000 Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pH daging sapi bali pada bebrapa kelompok umur dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
161
(P>0,05) (Tabel 3 dan 4). Nilai pH yang dicapai setelah otot dalam kekakuan memiliki pengaruh pada daya ikat air daging. Daging yang memiliki pH akhir sangat tinggi (yaitu 6,3) cenderung berwarna gelap dan permukaan daging tampak relatif kering. Produk daging ini juga bertekstur sangat tegas dan bisa sulit untuk membedakan perpaduan antara kumpulan serat otot secara visual. Produk ini diproduksi saat hewan tersebut mengalami stres pra panen jangka panjang dan dipanen sebelum cukup waktu pemulihan. Stres jangka panjang ini menyebabkan penipisan glikogen otot.
Karena glikogen adalah substrat untuk produksi laktat dalam otot, semakin sedikit glikogen yang ada saat panen, semakin sedikit laktat yang dihasilkan setelah panen, dan selanjutnya pH akan menurun pada proses postmortem (Lonergan, 2010).
Stres sebelum pemotongan, pemberian injeksi hormon atau obat-obatan (kimiawi) tertentu, spesies, individu ternak, macam otot, stimulasi listrik dan aktivitas enzim yang mempengaruhi glikolisis adalah faktor-faktor yang dapat menghasilkan variasi nilai pH daging (Mach et al., 2008).
Secara keseluruhan, hasil pnelitian ini mengindikasikan bahwa nilai nutrisi dan kualitas fisik daging sapi bali tidak berbeda pada beberapa kelompok umur dan jenis kelaminnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana kualitas daging lebih dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti pakan dan management peternakan (Guerrero et al., 2013; Prado et al., 2014).
SIMPULAN Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas daging sapi bali yang didasarkan pada umur dan jenis kelaminnya.
Saran
Mengingat penelitian ini dilakukan pada daging sapi bali segar segera setelah pemotongan, dan sebelum sampai ditangan konsumen masih melalui proses pemasaran
yang cukup panjang maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas fisik maupun nutrisi daging sapi bali selama proses pemasaran.
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada Rektor Universitas Udayana, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai dan memfasilitasi penelitian ini melalui Hibah Penelitian Unggulan Program Studi Universitas Udayana dengan kontrak No.
2025/UN14.9./LT/2016
DAFTAR PUSTAKA
Alberti P, Panea B, Sañudo B, Olleta JL, Ripoll G, Ertbjerg P, Christensen M, Gigli S, Failla S, Concetti S, Hocquette JF, Jailler R, Rudel S, Renand G, Nute GR, Richardson RI, Williams JL. 2008. Live weight, body size and carcass characteristics of young bulls of fifteen European breeds. Livestock Sci 114(1): 19-30.
Altarriba J, Varona L, Moreno CB, Yagüe G, Sañudo C. 2005. Consequences of selection for growth on carcass and meat quality in pirenaica cattle.
Livestock Prod Sci 95(1): 103-114.
Andini M, Swacita IBN. 2014. Kualitas daging sapi wagyu dan daging sapi bali yang disimpan pada suhu 4oC.
Indonesia Medicus Veterinus 3(5):
430-435.
Bertram HC, Petersen JS, Andersen HJ.
2000. Relationship between from Danish pigs. Meat Sci 56: 49- 55.
Bertram HC, Andersen HJ, Karlsson AH, Horn P, Hedegaard J, Nørgaard L, Engelsen SB. 2003. Prediction of echnological quality (cooking loss and Napole Yield) of pork based on fresh meat characteristics. Meat Sci 65: 707-712.
162
Boles JA, Shand PJ. 2008. Effect of muscle location, fiber direction, and slice thickness on the processing characteristics and tenderness of beef stir-fry strips from the round and chuck. Beef Sci 78: 369-374.
Bond JJ, Can LA, Warner RD. 2004. The effect of exercise stress, adrenaline injection and electrical stimulation on changes in quality attributes and proteins in Semimembranosus muscle of lamb. Meat Sci 68: 469- 477.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton W. 2007. Ilmu pangan.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adono. International Development Program of Australian Universities and Colleges, UI Press, Jakarta.
Bugiwati SRA. 2007. Body dimension growth of calf bull in Bone and Baru district, South Sulawesi. J Sains and Tekno 7: 103-108.
Cheng Q, Sun DW. 2008. Factors affecting the water holding capacity of red meat products: A review of recent research advances. Crit Rev in Food Sci and Nutrition 48:137 159.
Codex Alimentarius. 2005. Code of hygienic practice for meat. 2005: 1- 52.
Guerrero A, Valero MA, Campo MM, Sañudo C. 2013. Some factors that affect ruminant meat quality: from the farm to the fork. Acta and Anim Sci 35(4): 335-347.
Hafid H, Rugayah H. 2009. Persentase karkas sapi bali pada berbagai berat badan dan lama pemuasaan sebelum pemotongan. In: Proiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009: 77-85.
Herich K. 1990. Official methods of analysis (15th Ed). Association of Official Analytical Chemists. Inc.
Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. 5thEd.
Penerjemah Aminuddin Parakksin.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lonergan EH. 2010. Water-Holding Capacity of fresh meat. Am Meat Sci Assoc 2010: 1-7.
Mach N, Bach A, Velarde A, Devant M.
2008. Association between animal, transportation, slaughterhouse practices, and meat pH in beef. Meat Sci 78: 232 238.
Maribo H, EV Olsen, P Barton-Gade, A Moller, A Karlsson. 1998. Effect of early post-mortem cooling on temperature, pH fall and meat quality in pigs. Meat Sci 59: 115- 129.
Onyango CA, Izumimoto M, Kutima PM.
1998. Comparison of some physical and chemical properties of selected game beefs. Beef Sci 49: 117-125.
Panea B, Ripoll G, Olleta JL, Sanudo C.
2011. Effect of sex and crossbreeding on the instrumental and sensorial quality and on the acceptance of the meat of young bulls of the Iberian black-Iberian breed. ITEA Informacion Tecnica Economica Agraria 107(3): 239-250.
Pedersen DK, Morel S, Andersen HJ, Engelsen SB. 2003. Early prediction of water-holding capacity in meat by multivariate vibrational spectroscopy. Meat Sci 65: 581-592.
Pradana W, Rudyanti MD, Suada IK.
2014. Hubungan umur, bobot dan karkas sapi bali betina yang dipotong di rumah potong hewan Temesi.
Indonesia Medicus Veterinus 3(1):
37-42.
Prado IN, Campo MM, Muela E, Valero MV, Catalan O, Olleta JL, Sañudo C. 2014. Effect of castration age, protein level and lysine/methionine ratio in the feed on animal performance, carcass and meat
163
quality of Frisian steers intensively reared. Animal 8(9): 1561-1568.
Purnamasari E, Mardiana, Fazilah Y, Nurwidada WHZ, Febrina D. 2013.
Sifat fisik dan kimia daging sapi yang dimarinasi jus buah pinang (Areca catechu L.). In: Prosding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Ripoll G, Albertí P, Casasús I, Blanco M.
2013. Instrumental meat quality of veal calves reared under three management systems and color evolution of meat stored in three packaging systems. Meat Sci 93:
336-343.
Rosenvold K, Andersen HJ. 2003. Factors of significance for pork quality: A review. Meat Sci 64: 219-237.
Sarasati T, Agustina KK. 2015. Kualitas daging sapi wagyu dan daging sapi bali yang disimpan pada Suhu -190C.
Indonesia Medicus Veterinus 4(3):
178-185.
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. 4thEd . Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Torell R, Bruce B, Kvasnicka B, Conley K. 2003. Methods of determining age of cattle. Cattle Producer's Library 712: 1-3.
Wang WJ, Wang SP, Gong YS, Wang JQ, Tan ZL. 2007. Effects of vitamin a supplementation on growth performance, carcass characteristics and beef quality in limosin x luxi crossbreed steers fed a wheat straw based diet. Meet Sci 77(4): 450- 458.
Zulkharnaim, Jakaria, Noor RR. 2010.
Identification of genetic diversity of growth hormone receptor (GHR|Alu I) gene in bali cattle. Media Peternakan 33: 81-8.