• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN ALAT UKUR EFIKASI DIRI SISWA SMA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DARING. Amarilys Andaritidya Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYUSUNAN ALAT UKUR EFIKASI DIRI SISWA SMA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DARING. Amarilys Andaritidya Abstrak"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN ALAT UKUR EFIKASI DIRI SISWA SMA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DARING

Amarilys Andaritidya Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alat ukur efikasi diri siswa dalam proses pembelajaran daring. Akibat pandemi Covid-19 membentuk kebiasan baru dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Pembelajaran yang seyogyanya mempertemukan secara langsung guru dan siswa, mengalami penyesuaian dengan pembelajaran yang dilakukan secara daring. Meski bertujuan mengurangi tingkat penyebaran virus namun ada beberapa kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran daring. Kendala tersebut dapat diatasi salah satunya dengan memiliki efikasi diri yang tinggi. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu mengatasi permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran daring. Untuk menyusun alat ukur efikasi diri pada siswa, peneliti melakukan pengambilan data pada sampel penelitian yaitu siswa SMA yang mengikuti pembelajaran daring. Setelah dilakukan analisis diskriminasi aitem, dari 48 aitem yang disusun, aitem yang baik berjumlah 39 aitem dengan reliabilitas 0,940.

Kata kunci: efikasi diri, proses pembelajaran daring, siswa SMA, penyusunan alat ukur

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sejatinya dilakukan melalui interaksi antara guru dengan siswa di dalam suasana lingkungan belajar. Secara sederhana pembelajaran dapat di maknai sebagai suatu proses pencerahan yang dilakukan guru untuk membantu siswa mendapatkan pembelajaran dan mampu memahami bahan pembelajaran yang diberikan (Mansyur dalam Yuliani, Dkk. 2020).

Saat ini metode pembelajaran berbasis teknologi berkembang dengan memanfaatkan kemudahan akses internet atau yang dikenal dengan sistim pembelajaran online atau daring (dalam jaringan). Metode pembelajaran dapat dilakukan secara daring yang memungkinkan proses belajar mengajar tetap terlaksana tanpa proses tatap muka. Metode ini tepat digunakan saat ini, dimana Indonesia dan dunia tengah dihadapkan dengan pandemi covid-19 yang melumpuhkan sebagian besar kegiatan manusia serta menghambat aktivitas yang seharusnya dilakukan diluar ruangan. Akibat pandemi covid-19 banyaknya larangan seperti social distancing dan physical distancing yang mengharuskan setiap orang menjaga jarak dengan orang lain dan meminimalkan kontak langsung dengan orang lain. Meskipun begitu untuk tetap dapat beraktivitas, saat ini setiap kegiatan yang mengharuskan untuk tatap muka dianjurkan untuk beralih ke metode daring atau online. Seperti halnya proses belajar mengajar di dunia pendidikan tetap berlanjut, dengan dilaksanakannya proses belajar mengajar secara daring atau online.

Menurut Iskandar, dkk (2020) pembelajaran online lebih fleksibel dan terjangkau, siswa tetap dapat menghadiri pembelajaran tanpa harus berada didalam kelas dan mereka juga dapat memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain secara virtual. Dalam penerapannya, metode pembelajaran online tidak lepas dari berbagai hal positif dan negatif. Menurut Soekarwati (dalam Japar, dkk., 2019) hal

(3)

positif dapat dirasakan oleh pendidik dan pembelajar, hal positif yang dirasakan oleh pendidik antara lain, lebih mudah melakukan pemutahiran bahan-bahan belajar sesuai tanggung jawab sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan, mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki lebih banyak, dapat mengontrol kebiasaan belajar peserta didik, dapat mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal setelah mempelajari materi tertentu, dapat memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. Kemudian Soekarwati menjelaskan bagi pembelajar, hal positif yang dapat dirasakan antara lain, berkembangnya fleksibelitas belajar siswa yang optimal, siswa dapat berkomunikasi dengan pendidik setiap saat. Selain banyaknya hal positif yang didapat, Soekarwati juga memaparkan hal negatif yang juga dapat dirasakan oleh pendidik dan pembelajar, yaitu minimnya frekuensi kontak langsung antara sesama siswa maupun siswa dengan pendidik, dan terbatasnya peluang siswa untuk bersosialisasi.

Menurut Pohan (2020), siswa mengalami tekanan psikologis akibat berbagai faktor dari pembelajaran online yang dilakukan secara terus menerus, seperti kurang maksimalnya pemahaman terhadap materi pembelajaran disamping itu siswa juga dituntut untuk mengerjakan berbagai tugas dengan waktu terbatas. Lebih lanjut Pohan juga berpendapat selain siswa para tenaga pengajar juga tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran online, sehingga dalam hal ini tenaga pengajar tidak bisa disalahkan sepenuhnya, dikarenakan para guru tidak diberikan pembekalan sebelumnya terkait prosedur pembelajaran online ini.

Berdasarkan pemaparan diatas terkait permasalahan yang dihadapi siswa dan tenaga pengajar, hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa SMA yang menjalankan pembelajaran online. Peneliti mewawancarai beberapa siswa SMA yang mana dari 15 orang siswa yang diberikan beberapa pertanyaan terkait kendala apa saja yang dihadapi serta bagaimana mereka menilai diri mereka sendiri selama menjalani proses pembelajaran online, terdapat 80% siswa yang mengeluhkan

(4)

banyaknya tugas yang harus dikerjakan setiap hari, dan bahkan dari sekian banyak tugas hanya sebagian kecil tugas yang memang benar-benar dipahami. Dalam pengumpulan tugas juga cenderung dilakukan ketika telah mendekati tenggang waktu yang sudah ditetapkan, karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan tugas- tugas tersebut walaupun sudah mendekati waktu pengumpulan tugas.

Berdasarkan kondisi tersebut sebagian besar mengetahui kapasitas diri yang mereka miliki, hal ini disebut dengan efikasi diri. Efikasi diri didefenisikan sebagai penilaian individu tentang kemampuan dirinya, mengorganisasikan dan menjelaskan serangkaian tindakan yang diperlakukan untuk mencapai berbagai bentuk kinerja yang telah ditetapkan (Bandura, 1997). Menurut Kristiyani (2016) efikasi diri merupakan keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk menunjukkan performansi tertentu yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (dalam Manuntung, 2019) mendefenisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah penilaian seseorang akan kemampuan yang dimilikinya dalam berkompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan yang dapat mempengaruhi kehidupannya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris alat ukur efikasi diri siswa SMA dalam proses pembelajaran secara daring.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu-ilmu psikologi serta dapat menjadi referensi untuk kajian yang khususnya membahas efikasi diri dengan prokrastinasi akademik sehingga dapat menambah wawasan.

(5)

2. Manfaat Praktis

Secara pratis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dari berbagai pihak diantaranya:

a. Bagi pelajar yang melakukan pembelajaran daring.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran efikasi diri yang tepat pada pelajar yang menjalani proses pembelajaran daring.

b. Bagi peneliti selanjutnya.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk penelitian berikutnya terkait efikasi diri dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melanjutkan penelitian untuk materi yang lebih luas.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Variabel 1. Definisi Variabel

a. Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997) efikasi diri adalah penilaian individu tentang kemampuan dirinya mengorganisasikan dan menjelaskan serangkaian tindakan yang diperlakukan untuk mencapai berbagai bentuk kinerja yang telah ditetapkan. Lebih lanjut Bandura menjelaskan (dalam Manuntung, 2019) efikasi diri merupakan keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan.

Menurut Kristiyani (2016) efikasi diri merupakan keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk menunjukkan performansi tertentu yang dapat mempengaruhi kehidupannya.

Efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengorganisasi dan dapat menampilkan performa yang efektif, sehingga mampu menyelesaikan tugas tertentu dengan baik (Hidayah &

Atmoko, 2014)

Menurut Pajares (dalam Hidayah & Atmoko, 2014) efikasi diri merupakan penilaian individu terhadap kemampuan diri untuk mengorganisasikan dan melaksanakan langkah-langkah yang terarah pada pencapaian tujuan.

Berdasarkan defenisi dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah penilaian seseorang akan kemampuan yang dimilikinya dalam berkompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan yang dapat mempengaruhi kehidupannya.

(7)

2. Aspek-aspek/ Komponen / Dimensi Variabel a. Efikasi Diri

Terdapat tiga dimensi efikasi diri menurut Bandura (1997), yaitu:

1) Level (Tingkatan)

Tingkat penerimaan setiap individu berbeda-beda untuk tingkat kesulitan tugas yang dihadapi. Persepsi yang diberikan pun berbeda, terkadang ada tugas yang dianggap sulit oleh sebagian individu akan tetapi bagi sebagaian individu lain merasa tidak demikian untuk tugas yang sama.

Semakin sedikit rintangan yang diberikan oleh tugas maka tugas tersebut akan dianggap lebih mudah dan cepat terselesaikan. Individu merasa mampu melakukan tugas dimulai dari tugas yang paling sederhana, agak sulit dan teramat sulit. Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan setiap individu dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan selama pembelajaran secara online diterapkan.

2) Generality (Keluasan)

Untuk dimensi yang kedua ini berkaitan dengan kondisi yang nampak pada setiap individu ketika menghadapi kondisi tugas yang berbeda-beda. Generality merupakan suatu kemampuan yang ditunjukkan oleh individu pada konteks tugas yang berbeda-beda, baik dalam bentuk tingkah laku, kognisi maupun afeksi. Pada dimensi ini dapat dilihat bagaimana individu mampu mengerjakan setiap tugas-tugas dengan baik, memecahkan masalah, dan menyelesaikan deadline tugas berdasrkan waktu yang telah ditentukan dengan adanya tekanan-tekanan atau kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran online, seperti siswa yang tetap mampu memahami setiap tugas yang diberikan walaupun tidak adanya pertemuan tatap muka yang sedikit banyaknya memberi dampak adanya pemahaman yang kurang dari materi, namun dengan kegigihan dan

(8)

ketekunan, cara siswa tersebut mampu mencari alternatif lain sehingga memudahkan dalam memahami materi.

3) Strength (Kekuatan)

Dimensi terakhir yang berkaitan dengan kemampuan bertahan individu dalam pemenuhan tugas yang dihadapi. Pengalaman juga dapat berpengaruh pada efikasi diri yang dimiliki setiap individu, semakin banyak pengalaman semakin memperkuat keyakinan individu dalam mengatasi suatu permasalahan, begitupun sebaliknya semakin lemah pengalaman yang dimiliki maka keyakinan yang dimilikipun berkurang.

Individu yang yang memiliki keteguhan dan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimiliki, akan terus berusaha melakukan yang terbaik meskupun banyak mengalami kesulitan.

3. Faktor-faktor yang MemengaruhiVariabel a. Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Manuntung, 2019) efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat hal, yaitu:

1) Pengalaman Menguasai Sesuatu (mastery experience)

Pengalaman menguasai sesuatu yaitu performa masa lalu. Secara umum performa yang berhasil akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan pengalaman pada kegagalan akan menurunkan.

2) Modeling Sosial

Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain yang memiliki kemampuan yang sama dalam mengerjakan suatu tugas dapat meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama, begitu juga sebaliknya.

3) Persuasi Sosial

(9)

Untuk meningkatkan kemampuan, individu biasa diberikan arahan- arahan secara verbal seperti saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan yang diinginkan.

4) Kondisi Fisik dan Emosional

Performa akan berkurang ketika emosi muncul terlalu kuat. Saat seseorang mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stres yang tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspektasi efikasi yang rendah.

Ada beberapa yang mempengaruhi efikasi diri (Bandura, dalam Manuntung: 2019) antara lain:

1) Budaya

Budaya mempengaruhi efikasi diri melalui nilai (value), kepercayaan (beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulation process), yang berfungi sebagai penilaian efikasi diri dan juga sbagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.

2) Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap efikasi diri. Wanita dengan peran ganda seperti ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai wanita karir cenderung memilki efikasi diri yang tinggi.

3) Sifat dari Tugas yang Dihadapi

Derajat kompeksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya sendiri. Semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Begitu juga sebaliknya, ketika individu dihadapkan pada tugas yang sederhana maka semakin tinggi pula individu tersebut menilai kemampuannya.

4) Insentif Eksternal

(10)

Faktor lain yang dapat meningkatkan efikasi diri individu yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan.

5) Status atau Peran Individu dalam Lingkunga

Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol yang lebih besar sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga tinggi.

Begitu sebaliknya.

(11)

BAB III

METODE PENYUSUNAN SKALA

A. Definisi Operasional Variabel 1. Efikasi Diri

Efikasi diri adalah penilaian seseorang akan kemampuan yang dimilikinya dalam berkompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Dalam penelitian ini, alat ukur efikasi diri hasil adaptasi dari alat ukur yang disusun oleh Bandura (1997) berdasarkan tiga dimensi efikasi diri, yaitu tingkat kesulitan tugas (level), kondisi umum (generality), kemampuan bertahan (strength).

B. Partisipan Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, dalam Nurdin & Hartati, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA.

Sementara itu sampel adalah sejumlah contoh dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan secara langsung dijadikan sasaran penelitian (Rofi’uddin dalam Alfianika 2018). Dalam penelitian ini sampel yang dipilih ialah siswa SMA yang mengikuti pembelajaran secara daring.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan untuk memoperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner (questionnaire) atau angket merupakan metode pengumpulan

(12)

data untuk memahami individu dengan cara memberikan suatu daftar pertanyaan tentang berbagai aspek kepribadian individu (Raharjo & Gudnanto, 2013).

Pada kuesioner peneliti akan menggunakan Skala Likert, yaitu skala yang banyak digunakan peneliti dalam mengukur sikap, pendapat, persepsi atau fenomena sosial lainnya. Skala Likert yang sering digunakan adalah skala likert dengan lima kategori yaitu, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju (Riyanto & Hatmawan, 2020). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Skala Efikasi Diri

Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tiga aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu Level (Tingkatan), Generality (Keluasan), Strength (Kekuatan). Untuk penggunaan skala dengan metode ini, peneliti menggunakan alternatif pilihan jawaban berdasarkan skala likert, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pada kuesioner berisi item berupa pernyataan yang bersifat positif (favorable) dan yang bersifat negatif (unfavorable).

Tabel 1.1 Bobot Nilai Aitem Skala Efikasi Diri

Favorable Bobot Unfavorable Bobot

Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1

Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

1 2 3 4 5

(13)

Tabel 1.2 Blueprint Skala Efikasi Diri

Dimensi-dimensi

Efikasi Diri Indikator

Aitem

Favorable Unfavorable

Level (Tingkatan) a. Individu merasa mampu

menyelesaiakan tugas yang menurutnya lebih mudah terlebih dahulu

1, 2, 3 4

b. Individu memilih mengerjakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya

8, 9 5, 6, 7

c. Individu yakin akan kemampuan diri dalam mengatasi kesulitan tugas

10, 13, 14 11, 12

Generality (Keluasan)

a. Individu merasa mampu mengerjakan tugas yang berbeda- beda

15, 16, 17 18, 19

b. Individu mampu menjadikan

pengalaman sebagai salah satu langkah

20 21, 22

(14)

dalam mencapai tujuan

c. Individu mampu menyikapi berbagai situasi yang berbeda dalam mencapai tujuan

24, 26 23, 25

Strenght (Kekuatan)

a. Individu mendorong dirinya untuk mampu bertahan dalam setiap rintangan

29, 30 27, 28, 31

b. Individu tekun dalam menyelesaikan tugas

32, 33, 34, 36, 37 35

c. Individu mampu menghadapi hambatan dalam mencapai tujuan

38, 39, 42 40, 41

d. Individu yakin akan kemampuan diri sendiri dalam

menyelesaikan tugas

43, 44, 45, 46, 47, 48

-

D. Validitas, Daya Diskriminasi Aitem, dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan

(15)

fungsi ukurnya, atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. (Djaali & Muljono, 2008). Menurut Ahmaddien & Syarkani (2019) validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan ata kesahihan suatu instrumen.

Validitas pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian validitas isi.

Menurut Periantalo (2015) validitas isi didefenisikan sebagai validitas yang menunjukkan sejauh mana seperangkat item (soal) mengukur apa yang hendak diukur. Validitas didapat melalui penurunan konstrak ke dimensi, indikator perilaku sampai ke item. Lebih lanjut menurut Azwar (2011) validitas isi dilakukan dengan mengestimasi isi tes atau alat ukur melalui analisis rasional atau melalui profesional judgment. Dalam penelitian ini profesional judgment yang dimaksud adalah orang yang memiliki kapasitas dalam memvalidasi pengukuran dan penelitian ini, yaitu dosen pembimbing.

Menurut Periantalo setidaknya, ada dua cara untuk mencapai validitas isi, yaitu dengan mealuan uji validitas tampang dan validitas logis.

a. Validitas Tampang

Validitas tampang merupakan validitas yang mengacu pada tampang atau tampilan suatu alat ukur serta bentuk maupun istruksi yang ada. Tujuan dari adanya validitas tampang adalah agar peneliti mendapat apresiasi dari subjek yang membuat subjek diharapkan dapat termotivasi mengerjakan setiap item dari alat ukur dan mengeluarkan hal yang sebenarnya dalam dirinya (Periantalo, 2015).

b. Validitas Logis

Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity) yaitu validitas yang memastikan bahwa item sudah baik dan benar. Secara

(16)

sederhana validitas ini dilakukan untuk melihat kesesuaian item dengan konstrak ukurnya.

2. Daya Diskriminasi Item

Daya diskriminasi item merupakan kemampuan suatu item dalam skala psikologi untuk membedakan individu yang diukur atribut psikologinya (Saifuddin, 2020).

Dalam penelitian ini daya diskriminasi item akan dilakukan dengan metode komputasi dengan cara menghitung korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Sebagai kriteria pemilihan item total, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasi itemnya dianggap memuaskan. Item yang memiliki nilai rix atau ri(x-1) kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Apabila item yang memiliki koefisien korelasi aitem total sama dengan atau lebih besar daripada 0,30 jumlahnya melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk dijadikan skala, maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks daya diskriminasi tertinggi, sebaliknya apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria misalnya menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai (Azwar, 2019).

3. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Anwar dalam Setyawan, 2017).

(17)

BAB IV

HASIL PENYUSUNAN SKALA EFIKASI DIRI

A. Persiapan Penyusunan Skala

Pada tahap ini peneliti melakukan:

1. Identifikasi Tujuan Ukur

Pada tahap ini peneliti menetapkan variabel apa yang diukur. Dalam hal ini peneliti menetapkan efikasi diri sebagai variabel yang akan diukur.

2. Menentukan Subjek

Tahapan yang digunakan untuk menentukan kriteria subjek yang dibutuhkan untik menjadi responden dalam pengujian alat ukur. Peneliti menetapkan siswa SMA yang melaksanakan pembelajaran secara daring akibat terdampak covid-19 yang akan menjadi subjek penelitian.

3. Pembatasan Domain Ukur

Pada tahap ini peneliti akan menentukan dimensi atau aspek yang akan dibuat indikator dan aitem-aitem.

4. Membuat Rancangan Blue print

Tahap berikutnya yaitu merancang blue print yang dapat menjadi pedoman dalam pembuatan skala, rancangan ini dapat mempermudah dalam mengatur kesesuaian antara variabel, aspek atau dimensi yang digunakan, indikator, serta butir-butir aitem dengan tipe yang telah ditentukan. Disini peneliti menggunakan tipe aitem favorable dan unfavorable.

5. Menentukan Skoring

Menetapkan bobot nilai berdasarkan tipe aitem yang digunakan. Dengan membedakan aitem favorable dan unfavorable

6. Pengembangan Dimensi atau Aspek

Pada tahap ini peneliti menetapkan indikator dari dimensi efikasi diri

(18)

7. Penyusunan Aitem

Tahapan untuk menuliskan aitem-aitem dari indikator-indikator dimensi efikasi diri.

8. Konsultasi Aitem

Pada tahap ini, aitem-aitem yang telah dibuat dikonsultasikan dengan expert judgement, untuk melihat apakah pernyataan aitem dengan dasar teori yang menjadi pedoman sudah relevan, sudah sesuai kaidah penulisan, dan apakah tidak mengandung social desirability pada aitem.

9. Penyebaran Kuesioner

Pada tahap ini semua aitem yang telah disetujui dosen pengampu di muat menjadi format kuesioner berupa pernyataan-pernyataan sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju menggunakan google form, yang akan disebar dan diisi oleh responden-responden yang telah memenuhi kriteria

penelitian.

10. Analisis Data

Setelah banyak respon telah memenuhi batas minimum data yang dibutuhkan, kemudian hasil yang diperoleh dari kuesioner online di input kedalam software SPSS yang kemudian dilakukan proses analisis, untuk mengetahui aitem yang bertahan atau gugur.

B. PelaksanaanTry Out

Pada pelaksanaan try out penelitian ini yaitu try out terpakai. Artinya data try out digunakan juga untuk perhitungan data yang sesungguhnya.

(19)

C. Hasil Try Out 1. Uji Daya Diskriminasi Aitem

Setelah dilakukan analisis data untuk menentukan daya diskriminasi aitem, dari 48 aitem terdapat sembilan aitem yang mempunyai skor daya diskriminasi ≤ 0,3 sehingga aitem tersebut dinyatakan gugur. Sedangkan aitem yang memiliki skor daya diskriminasi aitem ≥ 0,3 sebanyak 39 aitem.

2. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas yang di dapat dari penelitian ini yaitu sebesar 0,940.

Koefisien Reliabilitas

Cronbach’s Alpha Jumlah Aitem

0,940 39

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas untuk varibel efikasi diri sebesar 0,940 yang menunjukkan hasil mendekati angka 1,00.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel efikasi diri bersifat reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

3. Skala Final

Pada penelitian ini memuat 39 aitem yang diujikan menggunakan format respon skala likert dengan lima pilihan jawaban yaitu, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Data yang disebar berupa kuesioner online yang dibuat menggunakan google form.

4. Analisis Tambahan

Skor mean empirik yang didapat dengan menggunakan SPPS yaitu sebesar 139,4. Berdasarkan hasil dari persebaran skala efikasi diri, diketahui mean empirik

(20)

pada skala efikasi diri yaitu sebesar 139,4. Maka efikasi diri pada siswa SMA yang melakukan pembelajaran daring karena terdampak covid-19 dalam penelitian ini tergolong sangat tinggi.

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil perhitungan SPSS dari 31 responden yang di dapat, pada daya diskriminasi aitem terdapt 39 aitem yang memiliki skor ≥ 0,3 dengan demikian terdapat sembilan aitem yang gugur. Untuk reliabilitas pada penelitian ini tergolong reliable karena karena mendapatkan nilai 0,940. Sedangkn untuk skor mean empirik dari perhitungan SPSS di dapatkan hasil 139,4. Untuk kategorisasi nilai efikasi diri <109 (sangat rendah), 109 ≤ 113 (rendah), 113 ≤ 121 (sedang), 121 ≤ 125 (tinggi), dan ≥ 125 (sangat tinggi). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat efikasi diri pada siswa SMA yang melakukan pembelajaran online akibat terdampak covid-19 tergolong sangat tinggi.

B. Saran 1. Bagi pelajar yang melakukan pembelajaran online.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap pelajar, bukan hanya pelajar SMA melainkan seluruh pelajar yang melakukan pembelajaran online khususnya akibat terdampak covid-19 tentang pentingnya pengaruh tingkat efikasi diri untuk menunjang semangat belajar selama pandemi. Dengan begitu dapat lebih memahami seberapa baik tingkat efikasi diri sendiri dan bagaimana agar dapat lebih meningkatkan kemampuan efikasi diri sehingga kecenderungan untuk menunda segala tanggung jawab sekolah dapat diminimalisir.

2. Bagi peneliti selanjutnya.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk penelitian berikutnya terkait efikasi diri dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melanjutkan penelitian untuk materi yang lebih luas.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, N., & Murjito, N. A. (2014). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik pada Siswa SMA Kelas XI SMA Negeri 9 Padang.

Jurnal Antropologi, 16 (2): 191-199

Alfianika, N. (2018). Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Deepublish.

Ahmaddien, I., & Syarkani, Y. (2019). Statistika Terapan Dengan Sistem SPSS.

Bandung: ITB Press

Azwar, S. (2019). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman and Company

Djaali., & Muljono, P. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Hidayah, N., & Atmoko, A. (2014). Landasan Sosial Budaya dan Psikologi Pendidikan: Terapannya di Kelas. Malang: Gunung Samudera.

Iskandar, A., Dkk. (2020). Aplikasi Pembelajaran Berbasis TIK. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Japar, M., Fadhillah, D. N., & Lakshita, G. (2019). Media dan Teknologi Pembelajaran PPKN. Surabaya: CV Sarnu Untung.

(23)

Kristiyani, T. (2016). Self-Regulated Learning: Konsep, Implikasi, dan Tantangannya bagi Siswa di Indonesia. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Larasati, A. R., & Sugiasih, I. (2019). Hubungan Antara Kesadaran Diri dan Efikasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Angakatan 2016 Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Prosiding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU). 2: 659-667.

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang:

Wineka Media.

Maryono, Y., & Istiana, B. P. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Indonesia:

Yudhistira Quadra.

Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media Sahabat Cendekia.

Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah, & Bermanfaat.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pohan, A. E. (2020). Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah. Jawa Tengah: CV Sarnu Untung

Prawiradilaga, D. S., Ariani, D., & Handoko, H. (2013). Mozaik Teknologi Pendidikan: E- Learning. Jakarta: Prenadamedia Group.

Saifuddin, A. (2020). Penyusunan Skala Psikologi. Jakarta: Kencana.

Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: Frequency and cognitive behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31 (4), 503-509.

Gambar

Tabel 1.2 Blueprint Skala Efikasi Diri

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hasil yang signifikan dari % Inhibisi yang di dapat dari uji antioksidan ekstrak rimpang temu giring dengan

Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas hubungan berat badan lahir, panjang badan lahir, asupan energi, asupan protein dan tinggi badan ibu dengan kejadian

Bertolak dari pemikiran yang demikian, pengaturan hak dan kebebasan masyarakat dengan menggunakan kriteria keadilan, menunjukkan bahwa di dalam diri manusia, ada

Gambar 4.56 Hasil Test Case 15 “ Mengetahui respon sistem ketika data sisa pengiriman ditambahkan ” – Form Lihat Transaksi untuk Bagian Admin. A.6 Uji Coba Proses Input

Infrastruktur yang ada pada Sekolah Tinggi Teologi Lintas Budaya sebagian besar sudah bisa mendukung proses penerapan KMS dalam berbagi pengetahuan mengenai teologi.. Jaringan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Kemampuan guru di SD Negeri 1 Lembang Kecamatan Lembang dalam menyusun RPP