15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1Pasar Modal
Pasar modal secara formal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, semua bentuk hutang dan modal sendiri diperdagangkan, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik yang bisa
dinegosiasikan ataupun yang tidak dapat dinegosiasikan (Husnan, 2005:3).
Sementara itu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai
kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek. Sesuai dengan rumusan pengertian tersebut,
Undang-Undang Pasar Modal tidak mendefinisikan tentang pasar modal secara
menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku
dari suatu pasar modal (Situmorang, 2008:3).
16
yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat
berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari
satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa
hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond) sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat (dalam pengertian fisik) yang terorganisasi dimana surat berharga
(efek-efek) diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange) (Martono, 2008:359).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan, yaitu surat berharga yang
berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran dan produk turunan atau biasa disebut derivative yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri.
2.1.2Signaling Theory
Signaling Theory atau Teori Isyarat menurut Brigham dan Houston (2001:39) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan
mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru
yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi
target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang
17
baru untuk berbagi kerugian. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan
saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun
karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Menurut Hartono (2009) di dalam (Pratama dan Sudhiarta, 2009:248)
signaling theory dianggap positif jika manajer perusahaan menyampaikan perspektif masa depan perusahaan yang baik ke publik. Adapun alasan yang
mendukung sinyal ini adalah perusahaan yang melakukan pengumuman yang
mempunyai kinerja yang baik. Sinyal dianggap valid dan dapat dipercaya oleh
pasar apabila perusahaan benar-benar mempunyai kondisi sesuai yang disinyalkan
yang mendapat reaksi positif.
Dengan kata lain, teori ini mengasumsikan bahwa manajer memiliki
informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor
luar, dan manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif
yang diharapkan. Kelebihan manajer daripada pihak luar (investor) yaitu
informasi yang lengkap dan akurat yang dimiliki oleh manajer mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Asimetri informasi akan terjadi
jika manajer tidak secara penuh menyampaikan seluruh informasi yang
diperolehnya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar
modal. Jika manajer menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka investor akan
18
volume perdagangan saham perusahaan tersebut. Pengumuman right issue akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya informasi baru yang dikeluarkan
oleh pihak manajer yang akan mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan dan
aktivitas perdagangan sahamnya (Brigham dan Gapenski, 2006:438)
2.1.3Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan hubungan antara tersedianya
sumber-sumber dana dan biaya modal yang berlainan, dalam hal ini apakah ada pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan biaya modal.
Dalam teori ini, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki
struktur modal yang optimal, masih terjadi ketidakjelasan apakah hal itu dapat
menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham yang dihubungkan dengan
penerbitan saham baru. Alasannya adalah penambahan saham baru seharusnya
selalu mewakili ke arah perkembangan struktur modal yang optimal atau lebih
baik dan bukan sebaliknya. Sebagai hasilnya, pengaruh penambahan saham baru
seharusnya memberikan dampak positif terhadap harga saham (Budiarto dan
Baridwan, 1999) di dalam (Panjaitan, 2013).
Tujuan utama penentuan struktur modal adalah memaksimalkan
pendapatan setelah pajak yang tersedia bagi pemilik modal. Struktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham (Brigham et all,
2005:602). Risiko yang sama besarnya dengan tingkat pengembalian oleh
19 2.1.4Right Issue
2.1.4.1Pengertian Right Issue
Right issue atau dikenal dengan istilah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) merupakan salah satu upaya emiten untuk mendapatkan tambahan
modal dengan mengeluarkan saham baru yang ditawarkan kepada pemegang
saham lama. Right issue memberi hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru. Perusahaan mengeluarkan right issue di samping untuk menghemat biaya emisi, juga dimaksudkan untuk menambah jumlah lembar
saham yang diperdagangkan dengan harapan akan meningkatkan likuiditas saham
(Harianto, 1998) di dalam (Mulatsih, 2009:648)
Right issue pada hakikatnya merupakan hak memesan saham terlebih dahulu yang diberikan kepada investor saat ini untuk membeli saham baru yang
dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar. Dana tersebut antara
lain dapat digunakan untuk pendanaan ekspansi usaha atau untuk memperkuat
struktur permodalan suatu perusahaan. Investor tidak harus menggunakan hak
tersebut, investor dapat menjual haknya kepada pihak lain. Dengan demikian
terjadilah perdagangan right (Halim, 2005:100).
Menurut Anoraga (2006:72), right (sertifikat bukti right)merupakan salah satu jenis opsi yang merupakan derivatif (turunan) dari efek yang sebenarnya dan mempunyai masa hidup yang singkat. Sertifikat bukti right dapat didefinisikan sebagai efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli
saham baru yang dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga yang telah
20
untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama di suatu
perusahaan sehubungan dengan pengeluaran saham baru.
Hak preemptive (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham maka
jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase
kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun bila tidak mengambil hak
tersebut. Hak preemptive memberikan prioritas kepada pemegang saham yang lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga kepemilikannya tidak
berubah atau bahkan bisa lebih besar dari sebelumnya (Jogiyanto, 2010:74).
Tujuan dari right issue, diantaranya menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:134) menyatakan bahwa right issue diterbitkan dengan tujuan untuk memperoleh dana tambahan dari pemodal untuk kepentingan ekspansi dan
restrukturisasi. Menurut Yakobus dan Ediningsih (2009) di dalam (Pratama dan
Sudhiarta, 2014:247) manfaat right issue antara lain membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana melalui emisi saham baru yang berarti menambah
modal sendiri tetapi tidak menimbulkan kekhawatiran atas masuknya pemilik
baru.Selain itu Menurut Husnan (2005:431), tujuan emiten melakukan right issue
juga untuk memperoleh financing murah, yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja, dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor
khususnya pemegang saham lama, right issue akan memberikan keuntungan yaitu untuk mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan
21
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan Right issue menurut (Alwi, 2003:124) antara lain :
a. Cum date adalah tanggal berakhir seorang investor dapat meregistrasikan sahamnya untuk mendapatkan hak corporate action. Bila seseorang membeli saham pada periode cum-rights, maka ia akan memperoleh saham yang masih memiliki hak atas bukti rights yang akan segera didistribusikan.
b. Ex date adalah tanggal saat investor sudah tidak mempunyai hak lagi atas suatu corporate action. Apabila melakukan pembelian saham pada periode ex right maka akan memperoleh saham yang tidak lagi berhak atas rights.
c. DPS date adalah tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas suatu
corporate action diumumkan.
d. Tanggal pelaksanaan dan akhir rights adalah tanggal periode rights
bersangkutan dicatatkan di bursa dan kapan berakhir.
e. Allotment date adalah tanggal menentukan jatah investor yang mendapatkan
rights dan berapa besar tambahan saham baru akibat rights issue.
f. Listing date adalah tanggal penambahan saham akibat rights bersangkutan didaftarkan di bursa efek
g. Harga pelaksanaan adalah harga pelaksanaan yang harus dibayar investor
untuk mengkonversikan haknya ke dalam bentuk saham. Umumnya harga
pelaksanaan rights dibawah harga saham yang berlaku. Hal ini dimungkinkan sebagai suatu daya tarik agar investor mau membelinya. Rights itu sendiri mempunyai harga di pasar, harga terbentuk dari penawaran dan permintaan
22 2.1.4.2Analisis Right Issue
Pengeluaran saham baru melalui right issue akan meningkatkan modal disetor, meningkatkan ekuitas, dan menambah jumlah saham beredar tetapi harga
pelaksanaan atau strike price atau exercise price selalu lebih rendah daripada harga pasar saat penerbitan right issue. Namun right issue tidak selalu menurunkan indeks harga saham tersebut, kadang-kadang indeks juga dapat naik
tergantung reaksi pasar apakah bersifat positif atau negatif (Samsul, 2006:187).
Menurut Samsul (2006:189), harga teoritis bukti right dapat diperoleh dari selisih antara harga pasar teoritis setelah right issue dengan strike price. Harga saham di pasar boleh jadi sama dengan harga teoritisnya. Sedangkan strike price
atau exercise price adalah harga pelaksanaan dari saham tersebut.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai teoritis
right pada kondisi yang berbeda, yakni kondisi satu untuk saham tanpa right dan kondisi dua dengan right. Harus dibedakan harga right-on price dengan ex-right price. Right-on price adalah harga saham ketika pembeli saham baru (si pemegang saham lama) mempunyai right sebelum right jatuh tempo atau right
belum kadaluarsa, ex-right price adalah harga saham manakala pembeli saham tidak mempunyai right (karena right sudah kadaluarsa) (Siahaan, 2008:125).
Pada penelitian ini, nilai right issue diproksikan terhadap harga teoritis hasil right issue. Harga teoritis merupakan harga yang terbentuk dari penyesuaian harga saham lama dengan saham baru setelah terjadinya right issue berdasarkan rasio yang ditentukan. Apabila harga saham dipasar sama dengan harga
23
saham dipasar diatas harga teoritis maka pemegang saham lama akan memperoleh
keuntungan dan apabila harga saham dipasar dibawah harga teoritisnya maka
pemegang saham lama akan menderita kerugian (Samsul, 2006:188-189).
2.1.4.3Alasan dilakukannya Right Issue
Menurut Husnan (2005:431) alasan perusahaan menerbitkan right issue
adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga untuk menambah jumlah lembar
saham yang diperdagangkan. Dengan penambahan lembar saham di bursa,
diharapkan akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham yang akan
meningkatkan likuiditas saham. Selain itu tujuan emiten melakukan right issue
juga untuk memperoleh financing murah yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor
khususnya pemegang saham lama, right issue akan memberikan keuntungan yaitu untuk mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan
emiten.
Menurut Martono (2008:371) ada dua tujuan diadakannya right, yaitu:
1. Agar pemilik saham lama dapat mempertahankan pengendaliannya atas
perusahaan.
2. Untuk mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama.
2.1.4.4Dampak dilakukannya Right Issue
Adanya right issue menyebabkan jumlah saham yang beredar menjadi bertambah. Pertambahan jumlah saham ini akan mempengaruhi komposisi
24
melakukan haknya untuk membeli saham baru dengan right yang dimilikinya. Investor tersebut akan mengalami dilusi atau penurunan persentase kepemilikan
saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:135).
Bertambahnya jumlah saham yang beredar berakibat kepada menurunnya
jumlah dividen per lembar saham yang akan diperoleh oleh pemegang saham
lama apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan tetap. Penurunan dividen per
lembar saham dapat menimbulkan dampak negatif kepada minat investor
sehingga mengakibatkan harga saham menjadi turun. Situmorang (2008:154)
menyatakan bahwa harga saham perusahaan setelah right secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena harga exercise (harga pelaksana) emisi right selalu lebih rendah dari harga pasar. Jadi kapitalisasi pasar saham tersebut akan naik dalam persentase yang lebih kecil daripada naiknya persentase
jumlah saham yang beredar.
2.1.5Saham
Saham (stock atau share) adalah surat berharga yang paling populer di antara surat berharga lainnya yang ada di pasar modal dan dikenal luas di dalam
masyarakat.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin,
2006:6). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan dana yang ditanamkan
25
merupakan saham biasa (common stock). Common stock merupakan salah satu efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal (Anoraga, 2006:58)
Ekspektasi atau motivasi setiap investor dalam menanamkan modalnya adalah untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka
lakukan. Imbalan tunai kepada pemilik saham biasanya diberikan dalam 2 (dua)
yaitu: dividen tunai dan keuntungan atau kerugian modal (capital gain) (Brealey et al, 2008:166).
Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang biasanya dibagikan
kepada pemegang saham satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri dapat
berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham yang berpengaruh terhadap
proporsi kepemilikan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:12). Sedangkan capital gain, didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli. Dimana keuntungannya didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli saham
tersebut (Anoraga, 2006:60). Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan
imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring
fluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami
kerugian besar dalam waktu singkat.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13-14), ada beberapa risiko yang
dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu:
1. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika
26
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan
demikian seorang investor mengalami capital loss.
Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan
dengan potensi risiko lainnya, yaitu :
1. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Ini
berarti setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, hasil penjualan terlebih
dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
2. Saham Dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek atau di-delist. Saham perusahaan
di-delist dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian
beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama
beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek
27
3. Saham Diberhentikan Sementara (Suspensi)
Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend
atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan
investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Hal
tersebut dilakukan otoritas bursa jika: suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai
kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan
saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan
memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang
spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas
saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham diperdagangkan kembali
seperti semula.
2.1.6Return
Return merupakan hasil yang diperoleh investor dari investasinya. Return
dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis.
Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan expected return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Dengan
28
estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto, 2010:109).
2.1.7Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara actual return dengan expected return. Actual return adalah keuntungan (return) yang sesungguhnya terjadi dan
expected return adalah keuntungan (return) yang diharapkan akan diterima oleh para investor (Tandelilin, 2010:51).
Abnormal return diperoleh dengan membandingkan return yang diharapkan (expected return) dengan return yang sesungguhnya (actual return). Tingkat keuntungan sesungguhnya merupakan selisih antara harga saham periode
sekarang dengan periode sebelumnya. Abnormal return digunakan dalam penelitian event study untuk menganalisis apakah suatu peristiwa mempunyai kandungan informasi atau tidak dan juga untuk menguji efisiensi pasar (Marina,
2005) di dalam (Pratama dan Sudhiarta, 2014:247).
Tsangarakis (1996) di dalam (Catranti, 2009:191) berpendapat bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya abnormal return pada right issue
misalnya dampak informasi, harga, redistribusi kemakmuran, dan signaling.
Perubahan-perubahan faktor ini akan menyebabkan investor bereaksi. Investor
yang memiliki persepsi bahwa faktor-faktor tersebut akan mampu meningkatkan
kinerja perusahaan akan berusaha untuk menambah investasinya sehingga dapat
meningkatkan harga saham yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
29
Menurut Jogiyanto (2010:550) ada tiga model yang dapat digunakan untuk
mengukur abnormal return, yaitu :
1. Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model)
Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Dalam model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian return realisasi sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi. Tidak ada patokan untuk lamanya periode estimasi, periode yang
umum dipakai berkisar dari 100 sampai dengan 300 hari untuk mendapatkan
data harian dan dari 24 sampai dengan 60 bulan untuk data bulanan.
2. Model Pasar (Market Model)
Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data
realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square).
3. Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model)
Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik dalam mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi
30 2.1.8Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham adalah banyak lembar saham suatu emiten
yang diperjualbelikan di pasal modal setiap hari dengan tingkat harga yang
disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker) perdagangan saham.
Volume perdagangan saham merupakan gambaran tentang kondisi efek
yang diperjualbelikan di pasar modal. Besarnya variabel volume perdagangan
dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham melalui indikator
aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity). Trading Volume Actiyity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu informasi melalui parameter volume perdagangan di pasar
modal. Hal ini dikarenakan nilai TVA berbanding lurus dengan likuiditas saham, semakin tinggi nilai TVA maka suatu saham dapat dijual dengan mudah karena banyak yang bersedia membeli saham tersebut sehingga saham tersebut mudah
dikonversikan menjadi uang kas (Hartono, 2009:7-8)
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa tinjauan terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara
lain:
Penurunan harga saham yang signifikan terjadi ketika
31 Lanjutan Tabel. 2.1
Penelitian Terdahulu
pengumuman harga saham, right issue yang dikeluarkan
perusahaan menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kinerja operasi perusahaan
2 Aski
Catranti (2009)
Pengaruh Rights Issue terhadap Imbal Hasil Saham
Adanya peristiwa penawaran umum terbatas atau rights issue cenderung menimbulkan reaksi pasar yang negatif terhadap harga saham pada saat ex-date (rights sudah tidak berlaku lagi), Pada cumdate (satu hari sebelum ex-date) reaksi pasar masih positif dengan rata-rata
abnormal return yang cukup
tinggi
Terdapat perbedaan rata-rata return saham sebelum dan
sesudah pengumuman right
issue. Right issue mengalami penurunan setelah pengumuman right issue.
Terdapat perbedaan rata-rata
abnormal return sebelum dan
setelah pengumuman right issue. Abnormal return mengalami penurunan setelah pengumuman Right Issue. Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan setelah pengumuman right issue. Aktivitas volume perdagangan mengalami peningkatan setelah
pengumuman right issue
4 Listiana Sri
Terdapat perbedaan return saham sebelum pengumuman dengan saat pengumuman tetapi tidak terdapat perbedaan untuk periode pengamatan sesudah pengumuman dengan sebelum pengumuman dan sesudah pengumuman dengan saat
pengumuman. Abnormal return
pada hari-hari sesudah dan sebelum pengumuman tidak berbeda secara signifikan dengan rata- rata abnormal
return pada saat pengumuman.
32 Lanjutan Tabel. 2.1
Penelitian Terdahulu
rata-rata abnormalreturn pada hari-hari sesudah pengumuman tidak berbeda secara signifikan dengan hari-hari sebelum pengumuman.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV pada saat pengumuman dengan hari-hari sesudah dan sebelum pengumuman serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sesudah pengumuman dan sebelum pengumuman. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk TVA pada hari-hari sebelum pengumuman dan pada saat pengumuman dan pada hari-hari sesudah
pengumuman dengan sebelum pengumuman, tetapi tidak signifikan untuk TVA saat pengu-muman dengan sesudah pengumuman.
5 Chandrapala Pathirawasam
Return saham berhubungan positif dengan perubahan volume perdagangan pada masa sekarang.
Perubahan volume perdagangan pada masa lalu berhubungan negatif dengan return saham
6 Pooja
Nilai saham perusahaan meningkat sekitar 1.42% pada hari pengumuman right issue, dan secara statistik, abnormal return berpengaruh signifikan pada saat pengumuman dan
sekitar pengumuman right issue
7 Andri J.G.
Right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham,
33 Lanjutan Tabel. 2.1
Penelitian Terdahulu
t-test) sebelum dan sesudah right issue
pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
8 Jubah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham dan right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham.
9 Madhuri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pasar dan jenis industri berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Rasio bonus tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return.
Pengumuman rights, ukuran isu dan kondisi pasar memiliki dampak yang signifikan terhadap return. perdagangan hak untuk menghindari risiko eksekusi terkait dengan prospektus yang persyaratannya ketat, proses transaksi yang berkepanjangan dan tidak pasti, dan informasi yang berpotensi negatif mengisyaratkan melalui harga perdagangan hak. Sejalan dengan argumen ini, ditemukan bahwa emiten membatasi daya jual mereka untuk mengurangi partisipasi atau yang lebih mungkin untuk menghadapi risiko eksekusi
pada Abnormal
Return dan
Tidak terdapat perbedaan
abnormal return sebelum dan
sesudah pengumuman right
issue yang berarti pengumuman
34 Lanjutan Tabel. 2.1
Penelitian Terdahulu
Saham di BEI periode 2009-2011.
Pengumuman right issue
berpengaruh secara signifikan pada volume perdagangan saham perusahaan-perusahaan di BEI periode 2009-2011 yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
pengumuman right issue
12 Gede Surya
Tidak terdapat abnormal return yang signifikan sebelum dan
sesudah pengumuman Right
Issue effect of Right Issue on
Pengumuman right issue tidak berpengaruh signifikan pada reaksi investor tetapi ada hubungan antara right issue dan kinerja saham perusahaan, Ada reaksi positif terhadap
pengumuman right issue dan faktor-faktor eksternal
mempengaruhi reaksi pasar saat pengumuman right issue, Volume perdagangan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengumuman right
issue
Pengaruh right issue terhadap perubahan abnormal return saham dapat dilihat dari selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return
ekspektasi dan besarnya volume perdagangan saham dapat dilihat melalui jumlah
saham yang diperdagangkan. Penelitian ini mengambil periode 10 hari sebelum,
35
didasarkan pada penelitian terdahulu, yaitu Catranti (2009) dan Panjaitan (2013)
Sebanyak 20 (dua puluh) perusahaan yang digunakan sebagai sampel dengan
periode waktu 4 tahun 2010-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Right Issue sebagai variabel independen, Abnormal Return Saham dan Volume Perdagangan sebagai variabel dependen.
2.3Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi dari peristiwa right issue.
Jika peristiwa tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu peristiwa tersebut terjadi. Penerbitan right issue sebagai salah satu corporate action merupakan bentuk informasi atau pengumuman peristiwa untuk para pemegang saham di Bursa Efek Indonesia yang akan
membuat pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ini dapat diukur melalui abnormal return dan volume perdagangan sebelum pengumuman dan sesudah pengumuman (Jogiyanto, 2010).
Kebijakan right issue ditanggapi beragam investor. Ketika dana yang diperoleh dari right issue akan digunakan untuk hal yang menguntungkan seperti investasi maka pengaruh right issue menjadi positif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap sinyal positif bahwa perusahaan
menemukan proyek baru dengan NPV positif, sehingga muncul pengaruh positif
pada harga saham. Sebaliknya, jika dana tersebut digunakan untuk hal yang tidak
menguntungkan seperti pembayaran utang maka pengaruh right issue menjadi negatif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap
36
perusahaan di masa yang akan datang. Pengumuman right issue dapat menurunkan atau menaikkan harga saham di pasar tergantung pada reaksi pasar
apakah bersifat positif atau negatif (Samsul, 2006:186). Apabila reaksi pasar
bersifat positif maka secara langsung informasi tersebut akan menaikkan harga
saham dan begitu juga sebaliknya, apabila reaksi pasar bersifat negatif terhadap
informasi right issue akan menurunkan harga saham.
Model signalling theory menyatakan bahwa pasar akan bereaksi secara negatif karena adanya pengumuman penambahan saham baru yang
mengindikasikan adanya informasi yang tidak menguntungkan (bad news) tentang laba dimasa yang akan datang, khususnya jika dana dari right issue akan digunakan untuk tujuan perluasan investasi yang mempunyai NPV sama dengan 0
atau negatif. Hal tersebut konsisten dengan model signaling theory yang mengasumsikan adanya informasi asimetri diantara berbagai partisipan di pasar modal. Model signalling theory menyatakan bahwa pasar akan bereaksi secara negatif karena adanya pengumuman penambahan saham baru yang
mengindikasikan adanya informasi yang tidak menguntungkan (bad news) tentang laba dimasa yang akan datang, khususnya jika dana dari right issue akan digunakan untuk tujuan perluasan investasi yang mempunyai NPV sama dengan 0
atau negatif. Harga saham setelah right issue secara teoristis akan mengalami penurunan, karena harga pelaksanaan right issue selalu lebih rendah dari harga pasar. Perubahan harga saham inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap
37
Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman right issue, dapat diukur dengan menggunakan abnormal return dan trading volume activity (TVA). Jika terdapat abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa pengumuman right issue mengandung informasi, dan sebaliknya jika tidak terdapat abnormal return, maka pengumuman tersebut tidak mengandung informasi. Begitu juga dengan
TVA, Jika terdapat perubahan TVA, maka pengumuman right issue mengandung informasi. Sebaliknya jika tidak terdapat perubahan TVA, maka pengumuman
tersebut tidak mengandung informasi (Samsul, 2006:186).
Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka
kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat pengaruh right issue terhadap abnormal return saham dan volume perdagangan saham. Pengaruh right issue terhadap
abnormal return saham dan volume perdagangan saham dapat dilihat pada 10 hari sebelum, pada saat dan 10 hari sesudah pengumuman right issue. Adanya right
Abnormal Return
Right Issue
38 issue akan mengkoreksi abnormal return dan meningkatkan jumlah saham yang diperdagangkan di pasar modal.
2.4Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumuman right issue berpengaruh signifikan terhadap abnormal return
saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.