• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Perbankan

Pengertian Bank

Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan yang menyediakan berbagai jasa keuangan. Secara sederhana bank dapat diartian sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.” (kasmir, 2000:11)

Pengertian bank menurut UU no 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU no 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkarkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut kegiatan usahanya yang mengacu pada pasal 5 UU Nomor 7/1992, jenis bank terdiri dari:

1. Bank Umum

Bank umum menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

(2)

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Satu hal yang membedakan antara bank umum dengan bank perkreditan rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana bank perkreditan rakyat tidak melakukan kegiatan simpanan dalam bentuk giro.

Menurut Booklet Perbankan Indonesia (2006:6), kegiatan usaha bank umum konvensional adalah:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun unuk kepentingan nasabah.

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomuinkasi, maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

(3)

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

2. Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:51) kesehatan bank dapat diartikan “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku ”

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:51), kegiatan tersebur meliputi:

1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan dari modal sendiri.

2. Kemampuan mengelola dana.

3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat.

4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

5. Pemenuhan perarturan perbankan yang berlaku.

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui

(4)

penilaian factor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sen sitivitas terhadap risiko pasar.

Penilaian terhadap faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan,dan proyeksi rasio – rasio keuangan perbankan. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor – faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.

3. Aturan Kesehatan Bank

Berdasarkan undang – undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia, menetapkan bahwa :

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati – hatian.

b. Dalam memeberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh

(5)

cara – cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.

c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan menegnai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberian kesempatan bagi pemeriksaan buku – buku dan berkas – berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut.

e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank.

f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.

g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang diteapkan oleh Bank Indonesia.

4. Financial Distress (Kesulitan Keuangan)

(6)

Banyak pakar yang telah mengemukakan definisi dari kesulitan keuangan, secara umum definisi dari kesulitan keuangan perusahaan adalah kondisi perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Prediksi kesulitan keuangan banyak sekali dilakukan dengan menggunakan indikator berupa rasio- rasio keuangan.

Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Adapun sebab-sebab terjadinya ketidaksehatan suatu perusahaan yang berujung pada kondisi kegagalan perusahaan tersebut. Kondisi itu dapat berupa:

1. Kegagalan ekonomi yang diartikan:

• Ketidakseimbangan antara pendapatan dan penegluaran

• Biaya modal perusahaan lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi

• Realisasi laba yang diterima perusahaan tidak dapat menutup biaya 2. Kegagalan bisnis yaitu:

• Jika perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo dan perusahaan dinyatakan pailit

• Jika total kewajiban melebihi nilai wajar dari total aktivanya

• Modal perusahaan adalah negatif

Rasio tingkat kesehatan perusahaan dangan rasio-rasio dalam potensi kebangkrutan mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menentukan kondisi keuangan perseroan tersebut.

(7)

Menurut Institut banker Indonesia tentang kamus perbankan tahun 1999, kebankrutan (pailit) adalah debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan tidak dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seseorang atau lebih krediturnya;

apabila debiturnya merupakan bank, permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia. Jadi, bank secara resmi dinyatakan bangkrut, apabila regulator bank yaitu Bank sentral mengajukan permohonan pernyataan kebangkrutan suatu bank kepada pengadilan berwenang, dan melikuidasinya.

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Supardi, 2003:79). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas.

Pengertian financial distress menurut Supardi (2003:79) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distress.

Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit

(8)

kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja tetapi bisa disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya nonekonomi.

5. Laporan keuangan

a) Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi.

Informasi mengenai kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dilihat dari laporan keuangannya. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi antara berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:1) yaitu:

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Secara umum, laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu.

(9)

b) Tujuan dan Manfaat laporan Keuangan

Manfaat informasi keuangan antara lain sebagai pemberi gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, dan pemberi informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan”.

Menurut Harahap (2002:17) “tujuan umum dari laporan keuangan adalah menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima”.

Tujuan pembuatan laporan keuangan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu.

2. Memberikan informasi tentang ahsil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode tertentu.

c) Neraca dan laba Rugi Bank

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada saat tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi kekayaan bank (aktiva), jumlah hutang/kewajiban bank, dan modal bank (ekuitas).

(10)

Sawir (2005:3) mengemukakan bahwa “Secara garis besar, neraca memberikan informasi mengenai sumber dan penggunaan dana perusahaan dan informasi tersebut bersifat operasional atau strategis, baik kebijakan modal kerja, investasi, maupun kebijakan struktur permodalan yang telah diambil perusahaan”

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan terdapat tiga pos perkiraan neraca dengan pengelompokkan yang lazim sebagi berikut:

1. Aktiva, dikelompokkan berdasarkan urutan likuiditas dan kelancaran aktiva tersebut.

2. Kewajiban dikelompokkan berdasarkan urutan jatuh tempo.

3. Modal dikelompokkan berdasarkan kekekalan atau sifat permanennya.

d) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menurut Harahap (2010:73) “menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama satu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut”.

Menurut Sawir (2005:4) laporan laba rugi merupakan “laporan mengenai pendapatan, biaya-biaya, dan laba perusahaan selama periode tertentu”

Pada laporan laba rugi terdapat penyandingan penghasilan selama jangka waktu tertentu dengan biaya selama jangka waktu itu, dan dari penyandingan itu dapat diketahui besarnya laba atau rugi dalam satu periode sebagai hasil usaha.

Jika penghasilan lebih besar daripada biaya, maka perusahaan akan mendapatkan laba sebagai hasil usahanya sebaliknya, jika biaya lebih besar daripada penghasilan maka hassil usahanya adalah rugi. Saldo akhir dari pengurangan

(11)

biaya pada akhir periode akan dipindahkan ke perkiraan modal yang dinyatakan sebagai laba atau rugi bersih periode tersebut.

6. Analisis Rasio Keuangan

Pengertian dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2010:297) rasio keuangan adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. Harahap juga menyatakan bahwa:

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik yang dikembangkan sebagai salah satu teknik analisis laporan keuangan. Dalam mengadakan interpretasi dn analisis laporan keuangan suatu perusahaan sering digunakan analisis rasio. Rasio keuangan membantu mengidentifikasikan beberapa kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Dalam menganalisis rasio keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperhitungkan untuk waktu-waktu

(12)

yang akan datang dan membandingkan rasio-rasio dari perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis untuk waktu yang sama.

Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahan yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuanga, meskipun didasarkan pada data masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang.

Melalui analisis rasio keuangan diharapkan informasi yang dikandung laporan keuangan dapat menjadi lebih jelas sehingga dapat dijadikan alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan dasar pengambilan keputusan bagi pihak- pihak yang berkepentingan.

Sawir (2005: 6) menyatakan bahwa:

Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Hadal (2004: 2) mengemukakan pendapatnya tentang manfaat analisis rasio keuangan “rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian yang kana datang dengan menghubungkan antar rasio-rasio keuangan dengan fenomena-fenomena ekonomi”.

(13)

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan, kesehatan, atau kinerja keuangan suatu perusahaan baik pada saat ssekarang maupun masa mendatang.

7. Metode CAMEL

a) Faktor – faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (CAMEL)

Dengan menyadari arti pentingnya tingkat kesehatan bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati – hatian (prudential banking) dalam duni perbankan, maka Bank Indonesia perlu menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tenang kesehatan bank ini, perbankan diharapan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.

Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan pengguna dan penyalur dana. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan maret, juni, september, dan desember.

(14)

Triandaru (2006:53), Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor – faktor CAMEL yang terdiri dari :

a. Permodalan (Capital)

b. Kualitas Aset (Asset Quality) c. Manajemen (Management) d. Rentabilitas (Earnings) e. Likuiditas (Liquidity)

Ad.a. Permodalan (Capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1) Kecukupan pemenuhan kewajiban penyedian modal minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku,

2) Komposisi permodalan,

3) Trend ke depan/proyeksi KPMM,

4) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank, 5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal

dari keuntungan (laba ditahan),

6) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, 7) Akses kepada sumber permodalan,

8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

Ad.b. Kualitas Aset (Asset Quality)

(15)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut:

1) Aktiva produktif yang dilasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif,

2) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit,

3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif,

4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP),

5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif,

6) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif, 7) Dokumentasi aktiva produktif,

8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Ad.c. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut :

1) Manajemen umum,

2) Penerapan sistem manajemen resiko,

3) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

(16)

Ad.d. Rentabilitas (Earning)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lin dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut :

1) Return on assets (ROA), 2) Return on equity (ROE), 3) Net interest margin (NIM),

4) Biaya operasional dibandingkan dengan pendapanan operasional (BOPO), 5) Perkembangan laba operasional,

6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan, 7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, 8) Prospek laba operasional.

Ad.e. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap kmponen – komponen sebagai berikut : 1) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang

dari 1 tahun,

2) 1 month naturity mismacth ratio, 3) Loan to deposit ratio (LDR),

4) Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang,

5) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti,

(17)

6) Kebijakan dan pengelolahan likuiditas (Assets and liabilities management/ALMA),

7) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber – sumber pendanaan lainnya,

8) Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

b) Perhitungan/Analisis Komponen Faktor CAMEL

Bank Indonesia secara berkala atau sewaktu-waktu memantau hasil perbaikan berdasarkan laporan pelaksanaan (action plan) yang disampaikan oleh bank. Apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan khusus terhadap hasil perbaikan yang telah dilakukan oleh bank untuk memastikan kebenaran laporan yang disampaikan oleh bank tersebut.

Sesuai lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia nomor 6/23/DPMP tanggal 31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, dimana perhitungan/analisis komponen atas setiap faktor CAMEL sebagai berikut:

a. Faktor Permodalan (Capital)

Faktor capital atau permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana bank memenuhi permodalan bank, kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dengan modal sendiri yang cukup, bank dapat memanfaatkan sebagian dari pada modal untuk membiayai kebutuhan atas prasarana dan sarana operasi yang memadai. Penilaiannya dilakukan dengan menggunakan metode CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu dengan cara

(18)

membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR merupakan indikator dari kecukupan modal suatu bank, yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang (Solvabilitas). Penyediana modal yang cukup merupakan hal yang penting, untuk mengimbangi pihak ketiga.

CAR yang ideal sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank for International Settiements (BIS) sebesar 8%. Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, dengan rumus:

CAR = x 100%

Ket: Total Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap ATMR = ATMR kredit + ATMR risiko pasar

Modal inti terdiri dari beberapa komponen, yaitu modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi dan pinjaman subordinasi.

Sedangkan komponen ATMR terdiri dari kas, tagihan yang dijamin oleh lembaga- lembaga tertentu, kredit yang diberikan, tagihan kepada lembaga-lembaga lain, aktiva tetap dan investasi, dan antarkantor netto.

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)

Faktor yang dinilai yaitu kualitas aktiva produktif yakni sejauhmana bank memelihara kualitas aktivanya seproduktif mungkin sehingga menjamin hasil

Total Modal – Penyertaan ATMR

(19)

Peny. Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib

dibentuk

yang mendukung rentabilitas. Aktiva produktif menurut Judisseno (2002:135) diartikan sebagai “penanaman dana bank baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antarbank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif”. Dalam menilai kualitas aset ada dua rasio yang digunakan yaitu rasio kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit atau disebut juga dengan Non Performing Loans (NPL) dan pemenuhan penghapusan dan penyisihan aktiva produktif (PPAP). Dimana rasio NPL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NPL = x 100

Sedangkan untuk menghitung rasio PPAP yaitu pemenuhan penghapusan

dan penyisihan aktiva produktif dengan cara sebagai berikut:

PPAP =

Tujuan pembentukan PPAP menurut Rinaldy (2008:66) adalah “untuk mengantisipasi jumlah kerugian yang akan terjadi akibat aktiva produktif tidak dapat ditagih (rugi)”. Dalam realisasinya jumlah PPAP dibentuk secara periodik oleh setiap bank. Namun pada saat menetapkan tingkat kesehatan bank, PPAP tersebut dihitung kembali yang didasarkan pada tingkat kaualitas aktiva produktif yang telah dikualifikasikan dan dibandingkan dengan jumlah yang telah dibentuk.

c. Faktor Manajemen (Management) Kredit non lancar

Total Kredit

(20)

Secara kuantitatif faktor ini sebenarnya tidak dapat dijabarkan, namun secara teknis pengukuran keberhasilan manajemen dapat dilihat dari pencapaian operasional (realisasi) dibandingkan terhadap terget atau sasaran yang ditetapkan di awal tahun buku. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh manajemen harus pula dapat dipertanggung jawabkan baik terhadap ketentuan yang berlaku maupun terhadap kelangsungan hidup bank itu sendiri.

Penilaian terhadap keberhasilan manajemen dapat dilihat dari aplikasi manajemen umum dan manajemen resiko yang diterapkan oleh para manajer suatu bank. Dimana bank yang memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota komisaris yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik bank. Bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota Direksi yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan dan sasaran bank.

Penilaian manajemen menurut Faud (2005:288) didasarkan kedalam 5 (lima) kelompok yaitu “manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuditas dan manajemen umum”. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

Peneliti memberikan batasan dalam penggunaaan metode CAMEL dengan tidak memasukkan unsur manajemen dalam pengukuran dan prediksi financial distress. Hal ini dikarenakan pengukuran dalam faktor manajemen tidak menggunakan rasio seperti faktor-faktor lain dalam metode CAMEL.

d. Faktor Rentabilitas

(21)

Laba sebelum pajak Rata – rata total aset

Faktor rentabilitas suatu bank yaitu dengan melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Rasio-rasio rentabilitas pada umumnya membandingkan antara perolehan laba (net income) dan operasional usahanya atau total aset.

Yang menjadi acuan untuk menghitung rentabilitas adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO).

Perhitungan ROA adalah dengan menggunakan cara sebagai berikut:

ROA = x 100

Return on Asset (ROA) adalah perbandingan jumlah laba bersih terhadap rata-rata volume usaha. Besar kecilnya ROA menggambarkan tingkat produktivitas atau profit margin yang dicapai oleh suatu bank.

Untuk menghitung besarnya ROE adalah dengan menggunakan rumus:

ROE = x 100

Return on Equity (ROE) adalah pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan laba bersih ditinjau dari modal yang dimiliki.

Rasio NIM dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

NIM = x 100

Net Income Margin (NIM) adalah pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan laba atas kredit yang disalurkan.

Laba setelah pajak Rata – rata total modal

Pendapatan bunga bersih Rata – rata aktiva produktif

(22)

Nilai rasio BOPO dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BOPO = x 100

Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan barometer dalam mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional dan tingkat efisiensi. Antara BOPO dan ROA mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di pihak lain.

e. Faktor Likuiditas

Penilaian ini didasarkan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segeranya. Pengukuran likuiditas adalah pengukuan yang sifatnya dilematis, karena di satu sisi usaha bank yang utama adalah memasarkan dan/atau memutar uang para nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan. Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan pemasaran uangnya dan sekecil mungkin mencegah uang nganggur (ideal money). Di sisi lain, untuk dapat memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dan debitur yang sewaktu-waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut selalu dalam posisi siap membayar, yang artinya bank harus mempunyai cadangan uang nganggur yang cukup.

Semakin tinggi tingkat likuditas berarti semakin banyak uang yang menganggur, semakin banyak uang yang menganggur berarti pemasaran uang tidak maksimal dan akhirnya bank tidak bisa memaksimalkan keuntungannya.

Secara umum penetapan rasio likuditas yang baik adalh lebih besar dari 100%

dengan kata lain harta lancar adalah sama dengan atau lebih dari utang lancarnya.

Beban Operasional Pendapatan Operasional

(23)

Manfaat pengukuran likuditas bagi bank adalah mempertinggi kepercayaan masyarakat dan pemerintah.

Penilaian rasio faktor likuiditas berpatokan pada Loan Deposit Rasio (LDR), dimana LDR diperoleh dengan cara membandingkan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain) dengan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank). LDR dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

LDR = x 100

Berdasarkan LDR ini dapat diketahui sejauh mana usaha pihak manajemen melakukan perpencaran dalam penempatan dananya, yaitu besarnya yang disalurkan dalam bentuk pemberian kredit dan yang ditanamkan dalam bnetuk penanaman dana lainnya.

1. Peringkat Komposit (Composite Rating)

Berdasarkan hasil penilaian peringkat masing – masing faktor ditetapkan peringkat komposite (composite rating) sebagaia berikut :

i. Peringkat komposite 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan,

ii. Peringkat komposite 2 (PK-2), mencerminkan bahwa bank tergoong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan – kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tidakan rutin,

Kredit Dana pihak ketiga

(24)

iii. Peringkat komposite 3 (PK-3), mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif,

iv. Peringkat komposite 4 (PK-4), mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya,

v. Peringkat komposite 5 (PK-5), mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

Proses penetapan peringkat komposite yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari masing – masing faktor.

8. METODE ALTMAN

Berdasarkan formulasi dari Dr. Edward I. Altman, pada jurnalnya tahun 1968, untuk melihat kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan usaha atau disebut kebangkrutan, dapat digunakan analisis diskriminan. Altman menemukan

(25)

liama rasio dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang sehat dan yang bangkrut. Prediksi yang diformulasikan oleh Altman (1968) dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula Z-Score:

Z= W1X1 + W2X2 + W3X3 + W4X4 + W5X

Fungsi Z yang ditemukan adalah:

5

Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X

Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan. Adapun rasio-rsio tersebut terdiri dari:

5

1. Rasio X1, 2. Rasio X

working capital / total assets.

2,

3. Rasio X

retained earning / total assets.

3,

4. Rasio X

earning before interest and tax / total assets.

4,

5. Rasio X

market value of equity / book value of total debt.

5,

Dengan kriteria penilaian:

sales / total assets.

Z > 2,99 = Kondisi sehat 1,81 < Z < 2,99 = Daerah abu-abu

Z > 1,81 = Bangkrut

Rasio-rasio Prediksi Kebangkrutan Bank

(26)

Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kebangkrutan bank ada lima yaitu:

1) Working Capital/Total Assets

Modal kerja yang di sini dimaksud adalah selisih antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Sedangkan current assets pada perusahaan perbankan terdiri dari cash on hand and banks, placement in other banks, notes and securities, loan and investmen. Current liabilities terdiri dari demand deposit, time deposit, dan saving deposit. Sedangkan total assets adalah semua assets yang ada di dalam perusahaan tersebut. Menurut Supardi (2003:81) rasio ini pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengatur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2) Retained Earning/Total Assets

Rasio ini merupkan rasio profitabilitias yang mendeteksi atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu.

Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Retained earning/total assets rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.

3) Earning Before Interest and Tax/Total Assets

Menurut Supardi (2003:81) rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

(27)

Rasio Earning Before Interest and Tax di sisni adalah operating income.Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.

4) Market Value Equity/Book Value of Debt

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Rasio market value equity di sini adalah closing price tahunan dikali dengan total share tahunan. Modal yang dimaksud di sini adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.

5) Sales/Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan perbankan adalah revenue.

(28)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Tedahulu

Nama Judul penelitian Variabel Kesimpulan

Tabita Jualiana Sitinjak (2008)

Analisis Rasio Keuangan

dalam

Memprediksi Kesehatan Perusahaan

Perbankan di Indonesia

Periode 2001- 2003

Dependen = kondisi

kesehatan suatu bank,

Independen = working

capital to total assets, retained

earning to total assets, EBIT to total assets,

market value of equity/

Book value of total debt, sales to total

Secara umum terdapat

perbedaan

rasio Altman antara bank sehat dan tidak sehat dimana rasio Altman yang memiliki pengaruh positif terhadap prediksi kesehatan

bank adalah rasio

EBIT/Total assets. Jadi,

(29)

assets. rasio Altman masih dapat digunakan sampai sekarang.

Novita Hariati (2010) Analisis Tingkat

kesehatan Bank Pemerintah yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta dengan Menggunakan Metode CAMEL Periode 2006- 2008

Dependen = kesehatan bank

pemerintah,

Independen = Capital Adequacy Ratio (CAR), NPL (Non Performing Loans), ROA (Return on Assets) dan BOPO, LDR (Loan to Deposit

Ratio).

Ada, perbedaan tingkat kesehatan

bank antara PT. Bank Negara

Indonesia, PT.

Bank Rakyat Indonesia, dan PT. Bank Mandiri pada tahun 2006, 2007, dan 2008 jika diukur dengan NPL & ROA.

(30)

C. Kerangka Konseptual Gambar 2.1

Financial Distress (Y) working capital /

total assetsa (X1)

retained earning / total assets (X2)

CAR (X6)

LDR (X9) ROA

(X8) NPL

(X7) sales / total assets

(X5) market value of equity / book value

of total debt (X4) earning before interest and tax /

total assets (X3)

NIM (X10) ROE (X11)

(31)

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat penulis memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah dalam penelitian.

Dalam aktivitas perekonomian suatu negara, bank mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

Sehingga bank disebut lambaga intermediasi, yang sering diikutsertakan dalam pengambilan kebijakan moneter. Bank juga mempunyai fungsi menjaga kestabilan moneter, pengawas devisa, dan sebagai pencatatan efek-efek.

Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah selaku otoritas moneter dengan harapan dapat menyehatkan sektor keuangan dan sektor perbankan adalah dengan melakukan likuidasi. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan maksud untuk menilai sejauh mana kelayakan usaha dan kelangsungan hidup bank. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.

Adapun analisis tingkat kesehatan bank dapat dilakukan dengan menggunakan teori CAMEL yangdapat menilai tingkat kesehatan bank dan model Altman Z-Score yang rasio-rasionya berguna untuk meprediksi financial distress pada perusahaan perbankan.

(32)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1

H

: Ada perbedaan rasio keuangan yang signifikan antara bank sehat dan bank yang mengalami financial distress.

2 : Ada peranan rasio CAMEL dan Altman dalam memprediksi financial distress dan tingkat kesehatan bank di Indonesia untuk satu dan dua tahun mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari penelitian ini membuat aplikasi untuk memudahkan kinerja administrasi dan pengelolaan data laporan masyarakat, agar petugas SPKT lebih efektif

Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka.Peranan orang tua dalam

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio pasar dalam

menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK USAHA CURANG DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG PIDANA KHUSUS EKONOMI, Merupakan salah satu syarat untuk

Aim: to elucidate the pattern of molecular response assessed by logarithmic reduction in BCR-ABL transcription levels based on Sokal prognostic score in chronic phase chronic

Untuk mengaktifkan Menu Design, coba anda klik tab Menu Design pada tab menu atau tekan Alt+J kemudian tekan T, perhatikan ribbon menu yang tampil.. Untuk

Partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Desa Swarga Bara Kabupaten Kutai Timur dalam perencanaan program masih terbatas