Penyakit Saluran Pernafasan TB Paru dan PPOK, ISPA,
COVID-19
Disajikan pada MK Dietetik Penyakit Infeksi Prodi Gizi FIKES UHAMKA Jakarta
Leni Sri Rahayu
Epidemiologi TBC di Indonesia
▪ Masalah kesehatan jumlah penderita mencapai 289 pada setiap 100.000 penduduk dan menyebabkan Indonesia menjadi peringkat ke-5 negara dengan penyakit TB terbesar di dunia
▪ Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta
kasus) menempati urutan keempat setelah India, Cina,
Afrika Selatan.
Tuberculosis
Tolak ukur keberhasilan asuhan gizi
Mempertahankan status gizi optimal
infeksi
Mikrobakterium tuberculosis
Penyebab
Patofisiologi TB
▪ Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru
kelenjar getah bening, tulang belakang, saluran kemih
▪ Penyebarannya melalui udara
▪ Waktu inkubasinya 4-8 minggu kuman tumbuh cepat dan merangsang respon imun seluler.
▪ Sebagian besar orang yang terpapar bakteri TB tidak
menimbulkan sakit gizi kurang, HIV, dan DM
Gejala kronik
demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama
demam dirasakan malam hari disertai keringat malam
Malas makan
perasaan tidak enak dan lemah
batuk batuk selama lebih dari 3 minggu
Diagnosa (Dewasa)
Sputum (dahak scr mikroskopik)
Positif
sedikitnya 2 dari 3 1 spesimen +
spesimen SPS BTA +
Rontgen dada
Diagnosa (Anak)
anamnesa riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Setelah dicurigai pemeriksaan fisik (bunyi nafas, dll)
pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan dahak atau cairan otak) patologi anatomi, rontgen dada
uji tuberculin
Penatalaksanaan Penyakit TB
▪ Bakteri hilang dari tubuh pengobatan dengan terus menerus tanpa putus dalam jangka waktu minimal 6 bulan.
▪ jika pengobatannya tidak tuntas, kuman ini akan lebih ganas lagi penyerangnya sehingga obat standar akan kebal (MDR).
Pengobatan efektif jika ditunjang dg status gizi baik
Terapi Obat
▪ Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
▪ Obat yang diberikan pada tahap awal atau intensif adalah isoniazid, rifampicin, ethambutol dan
pyrazinamide.
▪ Isoniazid : obat TB yang paling potensial dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan
rifampisin dan streptomisin.
Asuhan Gizi
▪ Prinsip : pemberian energi tinggi
▪ Energi : 25-35 kkal/kg/hari
▪ Protein 1.5 -2 g/kg BB/hari untuk
▪ Lemak cukup 25-30% total energi
▪ vitamin yang perlu ditingkatkan
▪ pemenuhannya diatas AKG :
▪ vitamin C untuk mempercepat penyembuhan
▪ vitamin K untuk mencegah perdarahan bagi pasien TB yang berat; vitamin B6 perlu jika pasien diberikan INH
▪ Bahan makanan sumber serat juga perlu diperhatikan untuk
menghindari konstipasi
Perhitungan Kebutuhan Energi Anak
Sebagai contoh A, usia 9 tahun
kebutuhan E = 1000 kkal + (9x100) kkal=1900 kkal
( Narims & wils dalam NDA of the Philippines Foundation).
Energi = 1000 + (100 x umur dalam tahun)
Kebutuhan energi pada penderita TB anak (WHO Asuhan Gizi di Puskesmas,2015)
7 – 10 kg 10-20 kg 20-33 kg
Setiap 10 kg pertama : 100
kkal/kgBB
10 kg pertama: 100 kkal/kg
BB
10 kg pertama: 100 kkal/kg
BB 10 kg kedua : 50
kkal/kg BB
10 kg kedua : 50 kkal/kg BB
Selebihnya ; 20 kkal/kg BB
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
▪ Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan pada paru-paru yang berkembang dalam jangka panjang.
PPOK umumnya ditandai dengan sulit bernapas, batuk berdahak, dan mengi (bengek)
▪ Penyakit ini progresif dengan gangguan aliran udara di
dalam paru paru disebabkan karena adanya inflamasi pada dinding saluran bronkus (bronchitis kronis)dan kerusakan dinding alveolus (emfisema)
pasien akan mengalami kesulitan dalam bernapas.
Etiologi
▪ Ciri khas dari penyakit ini adalah ada bronkritis kronis dan emfisema.
▪ Bronkritis kronis merupakan cikal bakal dari PPOK yang ditandai dengan adanya peradangan dan timbulnya aringan paruh pada dinding saluran bronkus yang yang
menyebabkan gangguan pernapasan, produksi lender, dan batuk persisten.
▪ Penyebab utama bronkritis adalah asap rokok.
▪ Perempuan mempunyai resiko 2 kali dibanding laki-laki.
Bronkritis kronik paling sering terjadi setelah usia 45 tahun.
▪ Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Hal ini
menyebabkan rusaknya kantung-kantung udara
Patofisiologi
Terpaparnya tubuh dengan asap rokok atau polutan udara serta bahan kimia dan lain yang menyebabkan respon
peradangan.
penyebab menurunnya fungsi kantung kantung udara,
meningkatnya pagositosis, menekan sejumlah imunitas /Ig A.
Peradangan kronik ini menyebabkan hyperplasia sel
mengeluarkan mucus/dahak, dan menyebabkan edema pada
bronchus
Gejala
▪ batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh; sering tersengal-sengal, walaupun melakukan aktifitas
ringan seperti memasak atau mengenakan pakaian;
▪ mengi atau napas sesak dan berbunyi
▪ Lemas
▪ sering mengalami infeksi paru
▪ ada penurunan berat badan.
▪ Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan
jelas dan tanda inflasi paru.
Faktor Risiko
▪ terpapar rokok, terpapar polutan
▪ usia dan genetik.
▪ terpapar polutan yang berasal dari kendaraan,
debu dan bahan kimia dari lingkungan atau tempat kerja.
▪ ada riwayat infeksi saluran nafas bawah yang
sering berulang.
Diagnosis
▪ Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui anamnesis,
▪ keluhan dan riwayat penyakit dan faktor predisposisi;
▪ pemeriksaan penunjang, pemeriksaan rutin
▪ dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan penunjang tes pernapasan dengan spirometer, pemeriksaan darah; rontgen paru-paru dan jantung, CT scan,
▪ Pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan dahak
Hubungan dengan Gizi
▪ Penurunan BB satu tanda bahwa prognosa memburuk.
▪ Penyebab terjadi penurunan berat badan pada PPOK
diantaranya asupan makanan yang kurang akibat dari obat PPOK seperti theophilin dan bronchodilator yang dapat menyebabkan iritasi lambung.
▪ Faktor lain yang dapat menurunkan nafsu makan adalah adanya depresi, dan produksi dahak yang berlebihan.
▪ kebutuhan tubuh yang meningkat dan menurunnya kekuatan otot saluran pernafasan.
▪ Faktor infeksi dan gangguan pernafasan dapat meningkatkan
kebutuhan.
Penatalaksanaan PPOK
▪ PPOK termasuk penyakit yang belum bisa disembuhkan.
Namun mengontrol berat badan, massa dan kekuatan otot pernafasan merupakan hal yang tidak bisa diremehkan.
▪ Tujuan penatalaksanaan PPOK
▪ mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang,
▪ memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
▪ meningkatkan kualitas hidup
▪ PPOK, terapi edukasi, medikamentosa dan terapi gizi.
Penatalaksanaan Gizi
▪ Energi Kalori cukup 20-35 kkal/kgBB/ hari,
▪ Protein : 1.2 s/d 1.7 g/kg BB/hari.
▪ Lemak tinggi yaitu 30 s/d 45 % dari total energi
▪ KH rendah: 40-50% dari total energi, karbohidrat meningkatkan pengambilan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida yang cukup tinggi.
Pemberian KH 30- 35% dapat menghindari terjadinya sesak dan ketosis.
▪ Vitamin antioksidan seperti vitamin C, vitamin A, vitamin E dan betakaroten,
▪ Mencegah osteoporosis : Ca, Vit D
Gejala dan strategi konseling PPOK
Gejala Strategi
Anoreksia 1. Tinggi kalori
2. Dengan makanan favorit lebih baik 3. Makan dalam frekuensi lebih sering
4. Gunakan margarin, butter, saus, dan kaldu untuk menambah energi
Cepat
kenyang/begah
1. Tinggi kalori
2. Batasi cairan dengan makanan , minum dengan jarak 1 jam setelah makan
Sesak nafas 1. Istirahat sebelum makan
2. Penggunaan bronkodilator sebelum makan 3. Makan perlahan
4. Siapkan makan siap saji dan mudah dicerna Lemah 1. Istirahat sebelum makan
2. Siapkan makanan siap saji dan mudah dicerna
Bergman EA dan Buergel N; Desease in respiratory; in Nutrition Therapy and
pathology; USA,2007
Gejala Strategi
Kembung 1. Porsi kecil tapi sering
2. Hindari makan terburu-buru 3. Hindari makanan bergas Konstipasi 1. Aktivitas cukup
2 Makanan tinggi serat dan cukup cairan
3. Jika sering terjadi diskusikan dengan dokter dengan pemberian obat pelunak faeses
Xerostomia 1. Hindari makanan kering, tambahkan kuah, saus,pada makanan
2. Batasi makanan kering-asin
3. Gunakan saliva artificial jika mungkin
I S P A
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Prevalensi (Riskesdas)
14 25 1,6 4,5
4,4 9,3 2 4
ISPA MENURUT
NAKES ISPA MENURUT NAKES DAN
GEJALA
PNEMONIA
MENURUT NAKES PNEMONIA MENURUT NAKES
DAN GEJALA 2013 2018
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
ISPA
◦ Penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari.
◦ infeksi saluran nafas bagian atas : batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis.
◦ infeksi saluran nafas bagian bawah : pneumonia, bronchitis
Faktor Risiko ISPA
Status gizi imunisasi Suplementasi
vitamin A Pajanan rokok
pendidikan Pengetahuan Usia balita
Penularan ISPA
Penularan ISPA biasanya melalui medium kontak langsung seperti
◦ air ludah
◦ Darah
◦ Bersin
◦ udara pernafasan.
Karena itu penderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas
diharuskan untuk memakai masker untuk menghindari penularan lebih lanjut kepada orang lain
Pencegahan ISPA
◦ Menjaga keadaan gizi keluarga agar tetap baik.
◦ Berikan ASI pada bayi sampai anak usia dua tahun.
◦ Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur.
◦ Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun
◦ Melakukan imunisasi pada anak (DPT)
◦ Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
◦ Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu.
◦ Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
Tanda dan gejala
◦ Demam, Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
◦ Meningismus, nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk
◦ Anoreksia
◦ Vomiting
◦ Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
◦ Diare, seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus
◦ nyeri pada abdomen
◦ Sumbatan pada jalan nafas/
Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
◦ Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless
Efek Metabolik Demam
◦ Kenaikan BMR (13% setiap kenaikan 1˚ C), bila panas >
40 ˚ C maka BMR ↑ 40 %
◦ Proses metabolisme ↑, sehingga protein tubuh ada yang hilang
◦ Kehilangan cairan tubuh melalui keringat dan urin → kalau berlebihan dapat terjadi dehidrasi
◦ Elektrolit yang hilang Na dan K (Sodium and Pottasium)
Diagnosis gizi yang sering ditemukan (Pnemonia dan Bronkhitis)
1. Domain intake :
a. Peningkatan energi
b. Intake protein lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan c. Intake karbohidrat lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan 2. Domain klinis
a. Kesulitan menelan
b. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan 3. Domain perilaku
a. Pengetahuan b. Perilaku
c. Ketersediaan makanan di rumah
Kebutuhan energy dan zat gizi
1. ENERGI
↑ suhu 1˚ C menaikkan BMR 13 %. Ditambah untuk katabolisme jaringan 10% dan bila pasien gelisah ditambah 10-30%. Berat ringannya infeksi
mempengaruhi kebutuhan energi
2. PROTEIN : 1,5 – 2 gram/kg BB/hari. Sebaiknya protein
dengan nilai biologi tinggi
Kebutuhan energy dan zat gizi
◦ KARBOHIDRAT
diberikan liberal & bila mungkin KH yang mudah cerna untuk cadangan pengurangan energi yang cepat
◦ LEMAK
Diberikan cukup sesuai keadaan (untuk cadangan energi)
◦ CAIRAN
Diberikan dalam jumlah banyak, untuk mengganti cairan yg hilang melalui keringat, urin sebanyak ± 2,5- 4 L / hari
Kebutuhan energy dan zat gizi
◦ MINERAL → cukup untuk keseimbangan asam basa terutama Na dan K, seperti diberikan dalam bentuk jus buah, sayuran dan
susu
◦ VITAMIN → sumbernya dari makanan & sebaiknya diberikan tambahan vitamin C, vitamin A dan B kompleks
◦ BENTUK MAKANAN → mudah cerna, selalu melihat kondisi pasien. Bisa berbentuk saring, lunak atau biasa
COVID-19
ASUHAN GIZI PADA KONDISI DARURAT COVID-19....?
◦ KONDISI APD TERBATAS: Nutritionis/Dietisien mengandalkan pada tim medis (Dokter & Perawat) untuk data yang
dibutuhkan terkait pengkajian gizi (data sekunder)
◦ CARA ALTERNATIF LAIN : Menghubungi pasien atau
keluarga pasien, kunjungan secara tidak langsung melalui video call/ intercom/telpon /WA
◦ DIETISIEN/NUTRISIONIS WAJIB : Mengunjungi pasien
mengidentifikasi, mendokumentasi data asesmen dan
menuliskan bagaimana informasi diterima, kemudian
berkolaborasi dan koordinasi dengan tim medis untuk
merencanakan asuhan gizi yang aman
PERUBAHAN METABOLISME KONDISI TERPAPAR COVID
1. Terjadinya PENGURANGAN ENERGI OKSIDATIF DARI GLUKOSA, meningkatnya proses glikolisis dan glukoneogenesis serta terjadinya resistensi insulin sehingga akan meningkatkan kadar gula darah
2. Terjadinya PENINGKATAN PEMECAHAN PROTEIN, peningkatan sintesis protein pada fase akut, penurunan sintesis protein otot, dan perubahan profil asam amino: seperti penurunan konsentrasi asam amino rantai cabang (BCAA)
3. Terjadinya PENINGKATAN MOBILISASI DAN PEMECAHAN LEMAK
4. Terjadinya peningkatan KEBUTUHAN MULTIVITAMIN DAN MINERAL tertentu
DIAGNOSA GIZI - MASALAH GIZI
❑ PENINGKATAN KEBUTUHAN ENERGI & PROTEIN
❑ INADEKUAT ENERGI INTAKE
❑ INADEKUAT ORAL INTAKE
❑ GANGGUAN UTILISASI ZAT GIZI
❑ PERUBAHAN NILAI LAB – KARBOHIDRAT
❑ PENURUNAN BB YG TIDAK DIHARAPKAN
❑ MALNUTRISI
PERANAN GIZI THDP INFEKSI
▪ MEMPERTAHANKAN DAYA TAHAN TUBUH
▪ MENYESUAIKAN KONDISI HIPERMETABOLIK/KATABOLIK
& KEMAMPUAN TUBUH
▪ MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM, BASA DAN
ELEKTROLIT
Pemberian diet pada pasien dengan Covid -19 bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan Energi, zat gizi makro dan mikro 2. Menenuhi kebutuhan cairan untuk menghindrari dehidrasi 3. Menghindari penurunan berat badan yang tidak direncanakan
4. Meningkatkan ketahanan tubuh untuk melawan infeksi virus lebih lanjut
5. Membantu proses pemulihan
DOKUMENTASI SKRINING GIZI
METODA
Malnutrition Screening Tools (MST)
Tatanan Baru Kegiatan Asuhan Gizi
▪ Seluruh pasien di ruang rawat inap dan rawat jalan diduga covid 19
▪ Mengikuti protocol kesehatan
Rawat Jalan Rawat Inap Non
Covid Rawat Inap Covid
Kegiatan Asuhan Gizi
• Melakukan Asesmen Gizi
• Pengambilan data dari sekunder yang tercantum dalam rekam medic (untuk rawat inap pasien covid)
• Data bisa diambil melalui media komunikasi (intercom atau HP)
• Melakukan Diagnosis Gizi
• Pengambilan data dari rekam medic dan langsung ke pasien
(untuk rawat inap non covid)
1. Pada ODP untuk menjaga asupan gizi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan selama masa karantina mandiri
2. Pada PDP untuk mampu memotivasi diri sendiri dalam memngkonsumsi makanan yang diberikan selama masa perawatan 3. Pada pasien yang sudah sehat, menjaga asupan gizi seimbang agar
tetap tergaja kesehatan
EDUKASI GIZI :
RENCANA INTERVENSI/TERAPI DIET PASIEN COVID-19 TANPA PENYAKIT PENYERTA - MAKAN PER ORAL
• Tujuan :
✓ Memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi lain yang meningkat
✓ Mengoptimalkan daya tahan tubuh dan status gizi
• Prinsip Diet : Energi Tinggi Protein Tinggi
• Syarat Diet :
✓ Energi 30-35 kcal/kg BB/hari
✓ Peningkatan suhu tubuh 1 ºC diatas 37 ºC, energi bisa ditambah 13 %
✓ Protein 1.2-2 gram/kg BB/hari( ± 15-25% dari total energi 50% HBV)
✓ Lemak 25-30 % dari total energi
✓ Karbohidrat sisa dari protein dan lemak
✓ Minum cukup yaitu 8-10 gelas/hari
✓ Catatan : Pasien COVID-19 dengan penyakit penyerta Diet disesuaikan dengan kondisi klinis nya
RENCANA INTERVENSI/ TERAPI DIET
PASIEN COVID-19 DENGAN SAKIT KRITIS...?
BERISIKO TINGGI MALNUTRISI
• Tujuan :
✓Memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi lain secara bertahap
✓Mengoptimalkan daya tahan tubuh
✓mempertahankan status gizi
• Prinsip Diet : Jika fungsi saluran cerna baik, enteral dini 24-48 jam
• Syarat Diet :
✓ Energi 25-30 kcal/kg BB/hari, dimulai dari 10-15
kalori/BB aktual ditingkatkan pada hari ke 3 sampai hari ke 7
✓ Protein 1.2 - 2 gram/kg BBI/hari( ± 15-25 % dari total energi)
✓ Lemak 25-30 % dari total energi
✓ Karbohidrat sisa dari protein dan lemak
✓ Cairan 30-40 ml/kgBB untuk pasien yang stabi
Implementasi Rencana Intervensi Makanan Enteral Polimerik Dianjurkan untuk Pasien COVID-19
Untuk pasien dengan fungsi saluran cerna normal
• Densitas kalori 1 kcal/ml
dapat 1.5-2 kcal/ml jika harus restriksi cairan
• Protein 15-25%
• Lemak (vegetable oil) 25-30%
• KH sisa dari protein dan lemak 50-60%
• Elektrolit dan mikronutrien 100% RDA
• Osmolality 300 mOsm/l
KASUS – susun asuhan gizi (SOAP)
Ny. N. Usia 61 tahun, sosek menenegah kebawah, pedagang, anak dan menantu merokok, tinggal di daerah padat. Keluhan yang dirasakan adalah sesak nafas, batuk malam hari dan
keringat dingin, tidak bisa bangun, dan susah makan. Diagnosa medis TBC kronis. Obat yang diberikan ada 4 jenis yaitu
Ceftriaxone; Gastrofer omeprazole, RL dan Amino fluid. Data antropometri: BB saat ini 40 kg, BB 6 bulan yang lalu 44 kg, IMT:
16.8 (kurus), LILA; 22 cm. Data biokimia : haemoglobin 11.3 g/dl, hematocrit 33%, leukosit 13000 mm3, albumin 2.25 g/dl, globulin 1,25 g/dl. Kondisi klinis : tekanan darah normal, hanya nadi dan pernafasan cepat, suhu tubuh sedikit diatas normal (390C). Hasil dari riwayat makannnya asupannya adalah 1020 kkal, protein 30 g, lemak 18 g, dan CHO 144 g.