5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II ini menjelaskan tentang kajian teori, penegertian belajar, hasil belajar, tujuan IPA, hakikat IPA, hakikat pembelajaran IPA, serta terdapat model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, langkah-langkah model picture and picture dan penelitian yang relevan selain itu terdapat juga kerangka pikiran dan hipotesis penelitian atau tindakan.
2.1 Kajian Teori
Kajian teori dalam proses penelitian merupakan salah satu tahapan yang penting untuk diperhatikan oleh para peneliti. Para ahli memberikan banyak definisi teori dalam penelitian.
2.1.1 Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk amgka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setisp akhir pembelajaran, nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Menurut Suprijono (2012:5-6) hasil belajar berupa:
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dalam lambang.
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyeluruh dan mengarahkan akivitas kognitifnya sendiri.
d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencangkup aspek kognotif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang di teliti ini adalah hasil belajar IPA artinaya bahwa belajar IPA tidak hanya memperoleh pegetahuan, tetapi juga dapat memperoleh pengalaman.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Wasliman menyatakan dalam Susanto (2013:12) hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan “hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”.
2.1.2 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai suatu hal yang mempunyai dua bentuk yakni sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan yang bermanfaat, pengetahuan praktis dan metode perolehannya. Trianto (2007:100) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Ilmu Pengetahuan Alam juga dipandang sebagai hal murni atau asli yang berasal dari kegiatan intelektual (Jenkins &
Whitefield: 2012:14). Menurut Mariana secara etimologi IPA (science) berasal dari bahasa latin yakni scientia yang artinya pengetahuan dan lebih lanjut lagi diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis. Dalam hal ini istilah IPA merujuk pada natural science yang telah difokuskan untuk memahami gejala, fenomena atau persoalan alam (2009:15).
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut ilmu yakni seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur.
2.1.3 Tujuan IPA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu. Adapun tujuan IPA di SD yang tertuang dalam (BSNP, 2006) diarahkan untuk : Meningkatkan efesian dan efektivitas pembelajaran, Meningkatkan minat dan motivasi dan Kompetensi dasar dapat dicapai sekaliguas pembelajaran IPA terintegrasi memiliki beberapa kekuatan dan manfaat dengan salah satunya dengan penggabungan berbagai bidang kajian akan terjadinya penghematan waktu.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan Teori Darwin, falsafah ini menekankan bahawa manusia adalah makhluk sosial.
Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinyan bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu,keluarga, organisasi atau sekolah (Lie 2010:28). Pendapat tersebut menjadi alasan munculnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif menurut Roger,dkk adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalammnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Huta 2011: 29). Menurut Slavin (2005:4) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para siswa berkerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Jadi dapat disimpulkan dari pendapat parah ahli bahwa model pembelajaran koopertif adalah suatu pembelajaran didasari kerja sama antar anggota kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi ajar. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model picture and picture . selanjutnya akan dijelaskan model pembelajaran kooperatif tipe model picture and picture.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadikan bahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah model picture and picture. Model pembelajaran ini menggunakan gambar sebagai media penanaman suatu konsep terntentu . Menurut Miftahul Huta (2013:236), picture and picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis Aprudin (2012:11). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan media gambar untuk sebagai faktor utama dalam pembelajaran, gambar-gambar tersebut dapat di pasangkan atau di urutkan menjadi urutan yang logis.
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture menurut Hamdani (2010:89)
Kelebihan :
1. Guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa.
2. Melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis.
Kelemahan :
1. Memakan banyak waktu.
2. Banyak siswa yang pasif.
2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Langkah-langkah pembelajaran picture and picture ini menurut Hamdani (2010:89) terdapat tujuh langkah yaitu:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang inginkan dicapai.
2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4) Guru menunjuk atau memangil siswa secara bergantian untuk memasangkan atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logiss.
5) Guru menannyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6) Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7) Guru menyampaikan kesimpulan atau rangkuman.
2.1.7 Sintak Model Pembelajaran Picture and Picture
Menurut Huda (2014:236-238) sintak langkah-langkah penerapan model picture and picture sebagai berikut :
1. Penyampaian kopentensi
Pada tahap ini, guru diharpakan menyampaikan kompetensi dasar mata pelajar yang bersangkutan dengan demikian, siswa dapat mengukur sampai sejauh mana kompetesni yang harus mereka kuasai. Di samping itu, guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.
2. Presentasi materi
Pada tahap penyajian materi,guru telah menciptakan momentum awal pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sini pada tahap inilah, guru harus berhasil memberi motivasi pada beberapa siswa yang kemungkinan masih belum siap.
3. Penyajian gambar
Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan hemat energi, dan siswa juga akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau menggantinya dengan video atau demontrasi kegiatan tertentu.
4. Pemasangan gambar
Pada tahap ini, guru menunjuk/memangil siswa secara bergantian untuk memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa melakukan inovasi, karena penunjuk secara langsung kadang kurang efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan.
5. Penjajakan
Tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa tentang alasan/dasar pemikiran di balik urutan gambar yang disusunnya. Setelah itu, siswa bisa diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita,atau tuntutan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.
6. Penyajian kompetesni
Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru bisa mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Selama proses ini, guru harus memberi penekanan pada ketercapaian kompetensi tersebut. Di sini, guru bisa mengulangi,
menuliskan, atau menjelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
7. Penutup
Di akhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat dan kompetensi dalam ingatan siswa.
2.1.8 Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil- hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut penelitian ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, antara lain adalah :
Bedasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang telah dilakukan oleh Sulastri (2010) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun 2011/2012”
Hasil penelitian menunjukkan : penerapan metode picture and picture dengan KKM 6,5 dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012, hal ini dapat dilihat dari kenaikan nilai hasil belajar setiap siklus dimana pada pra siklus ketuntasan belajar siswa pada pra siklus ada enam siswa atau 27,3% naik menjadi 16 siswa atau 72,7% pada siklus I, meningkat lagi pada siklus II menjadi 19 siswa atau 86,4%.
Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Ninik Sri Moerwani (2010) yang berjudul “Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Picture And Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV Semester 1 SD Negeri 2 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum
perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM > 69 hanya 13 siswa dari 28 siswa (46%). Pada Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM >
69 meningkat menjadi 20 siswa (71%). Dan pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM > 69 meningkat lagi menjadi 24 siswa ( 86%). Dan tinggal empat siswa (14%) yang belum tuntas.
Pemahendri (2011) juga telah melakukuan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester I /2013-2014” berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa Hasil tindakan Melalui Model Pembelajaran kooperatif picture and picture dapat meningkatkan Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester 1/2013-2014.Hal ini nampak pada hasil perbandingan skor Hasil belajar IPS antar siklus yakni skor rata-rata Hasil belajar IPS pada siklus II sebesar 89,85, pada siklus II meningkat menjadi 92,00. Skor maksimal pada siklus I sebesar 94, pada siklus II meningkat menjadi 97, sedangkan skor minimal pada siklus I sebesar 76, dan pada siklus II menjadi 81.
Marina (2008) telah melakukan penelitian yang berjudul “upaya meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dengan menerapkan metode picture and picture pada siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 05 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan pemahaman belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 22 siswa (51%) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada Siklus I melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 26 siswa (60%) yang telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi menjadi 91%.
Mega selfia (2009) yang melakukan penelitian berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Metode Picture And Picture Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga
Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan pemahaman belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 9 siswa (39%) yang telah tuntas dalam belajar. Pada siklus I melalui tiga kali pertemuan, ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu pertemuan pertama 11 siswa (52%), pertemuan kedua 14 siswa (61%), dan pertemuan ketiga menjadi 16 siswa (70%) yang telah tuntas. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi pertemuan pertama 22 siswa (96%), pertemuan kedua 21 siswa (91%), dan pertemuan ketiga meningkat menjadi 22 siswa (96%).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat diperoleh bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar. Meskipun demikian perlu dibuktikan lagi pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini apakah penggunaan picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA
2.1.9 Kerangka Berfikir
Berdasarkan yang ada pada latar belakang, maka dapat digambarkan bagan kerangka berfikir sebagai berikut:
Pembelajaran menggunakan model konvensional
Guru masih menggunakan metode ceramah.
Hasil belajar IPA siswa rendah di bawah KKM ≤ 63
Siswa pasif mengikuti pembelajaran.
Di terapkan dengan model pembelajaran picture and picture melalui diskusi dalam pelajaran IPA
Sintak model pembelajaran picture and picture melalui metode diskusi:
1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Presentasi materi 3. Menyajikan gambar 4. Pemasangan gambar 5. Penjajakan
6. Penyajian kompetensi 7. Penutup
Kegiatan
pembelajaran lebih bermakna
Hasil belajar IPA lebih meningkat di atas KKM ≥ 63
Siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPA
2.1.10 Hipotesis Penelitian atau Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka dirumusakan suatu hipotesis sebagai berikut:
H1: Tidak terdapat peningkatan hasil belajar IPA yang menggunakan model picture and picture pada siswa kelas III SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Semester II Tahun ajaran 2015/2016.
H2: Terdapat peningkatan hasil belajar IPA yang menggunakan model picture and picture pada siswa kelas III SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Semester II Tahun ajaran 2015/2016.