UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN
BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia
longifolia)
TESIS
Oleh
ALIYAH FAHMI 147006005/KIM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN
BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia
longifolia)
TESIS
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALIYAH FAHMI 147006005/KIM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Judul Tesis : UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia longifolia)
Nama Mahasiswa : ALIYAH FAHMI
Nomor Pokok : 147006005
Program Studi : MAGISTER ILMU KIMIA
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan FMIPA
Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D Dr. Kerista Sebayang M.S
Tanggal Lulus : 20 Juli 2016
Telah diuji pada Tanggal : 20 Juli 2016
Panitia Penguji Tesis :
Ketua : Dr. Rumondang Bulan M.S
Anggota : 1. Dr. Hamonangan Nainggolan M.Sc 2. Dr. Lamek Marpaung M.Phil
3. Prof. Dr. Harry Agusnar M.Sc 4. Dr. Minto Supeno M.S
PERNYATAAN ORISINILITAS
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN
BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia
longifolia) TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.
Medan, 26 Juli 2016
ALIYAH FAHMI NIM : 147006005
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aliyah Fahmi
NIM : 147006005
Program Studi : Magister Ilmu Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non- Ekslusif (Non-Exlusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul:
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN
BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia
longifolia)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak bebas Royalti Non- Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya sebagai Penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 26 Juli 2016
Aliyah Fahmi
RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI
Nama Penulis : Aliyah Fahmi
Tempat & Tanggal Lahir : Pematang Siantar & 13-09-1984
Alamat Rumah : Prum Golden Land Blok J No. 66 Sumut
Status : Menikah
Email : [email protected]
Agama : Islam
Nama Ayah Kandung : M. Sukemi
Nama Ibu Kandung : Rukiah
Nama Suami : Ahmad Nurdin Nst, S.T
Nama Anak : Fayza Rahmah Nst
DATA PENDIDIKAN
SDN 095552 SIANTAR T.A 1990-1996
SLTPN1 SIANTAR T.A 1996-1999
SMUN1 SIANTAR T.A 1999-2002
D3 KIMIA USU T.A 2002-2005
S1 KIMIA USU T.A 2005-2007
S2 KIMIA USU T.A 2014-2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Berkah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA
ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN BENALU
(Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia longifolia)”.
Ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada LPDP sebagai Lembaga yang membiayai Tesis Penulis. Terimakasih kepada Bapak Dr. Kerista Sebayang M.S selaku Dekan FMIPA USU. Terimakasih kepada Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Kimia USU. Terimakasih kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S dan Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan M.Sc selaku Pembimbing Penulis yang telah memberikan arahan serta masukan selama Penulis melakukan penelitian dan penyusunan tesis Penulis. Terimakasih kepada Bapak Dr. Lamek Marpaung M.Phil, Bapak Dr. Minto Supeno M.S dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar M.Sc selaku Penguji Penulis.
Terimakasih kepada Keluarga Penulis, Ayahanda M. Sukemi, Ibunda Rukiah, Suami Ahmad Nurdin Nst, Ananda Fayza, Kakanda Syafrida dan Rizana.
Terimakasih kepada Para Dosen Pengajar FMIPA USU. Terimakasih kepada Kak Lely yang membantu administrasi selama masa perkuliahan Penulis, teman- teman angkatan 2014 Boy C.S, Kasrawati, Martina N, Nurlina M dan Junaidi C serta para staf di Lab. Pascasarjana Kimia, Lab. Mikrobiologi dan Lab. Pen.Farmasi USU.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan masukan yang positif untuk Tesis Penulis ini lebih baik lagi.
Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih atas segala perhatiannya, semoga Tesis ini bermanfaat untuk kebaikan orang banyak.
Medan, 26 Juli 2016
ALIYAH FAHMI
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN
BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia
longifolia)
Abstrak
Penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan dan toksisitas serta antimikroba dari flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentandra (L) Miq) pohon glodokan (Polyalthia longifolia) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan flavonoid total daun benalu pohon glodokan berdasarkan metode peredaman radikal bebas 2.2- diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) menggunakan spektrofotometer UV Visibel pada panjang gelombang maksimum 516 nm diperoleh Inhibition Concentration (IC50) sebesar 6.16 mg/L dengan persen peredaman sebesar 98,61 % pada konsentrasi 100 ppm yang berarti memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Untuk uji aktivitas toksisitas berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva udang Artemia salina Leach diperoleh Lethal Concentration (LC50) sebesar 30.06 mg/L yang berarti memiliki aktivitas toksisitas yang toksik sementara untuk aktivitas antimikroba dengan Metode Difusi Agar diperoleh diameter zona hambat pada Streptococcus mutans pada konsentrasi sampel 3%, 6% dan 9 % adalah 6; 9 dan 17.25 mm, pada Escherichia coli adalah 3.55; 4.25 dan 9.15 mm dan pada Candida albicans adalah 8.30; 4 dan 5.30 mm dimana semakin besar konsentrasi maka daya hambat pada S. mutans dan E. coli semakin besar namun pada C. albicans kurang mempengaruhi tetapi memiliki aktivitas hambat yang baik sehingga efektif dikembangkan sebagai zat antimikroba.
Kata Kunci: Aktivitas Antioksidan, Aktivitas Toksisitas, Aktivitas Antimikroba, Flavonoid Total dan Dendrophthoe pentranda (L.) Miq
ANTIOXIDANT AND TOXICITY ALSO ANTIMICROBIAL ACTIVITY TESTS OF MISTLETOE LEAVES (Dendrophthoe
pentandra (L.) Miq) FLAVONOID TOTAL EXTRACT FROM FALSE ASHOKA TREE
(Polyalthia longifolia)
Abstract
Researches of the antioxidant and toxicity also antimicrobial activity tests of mistletoe leaves (Dendrophthoe pentandra (L) Miq) flavonoid total extract from false ashoka tree ( Polyalthia longifolia) have been done. This study aims to determine the antioxidant activity of mistletoe leaves flavonoid total by free radical 2.2-diphenyl-1- picrylhydrazyl (DPPH) reduction method using UV Visibel at maximum wavelength that obtained Inhibition Concentration (IC50 ) is 6.16 mg/L with the highest percent scavenging amount of 98.61% in 100 ppm at maximum wavelength 516 nm which has very strong antioxidant activity. To test the toxicity activity which is based Brine Shrimp Lethality Test Method using brine shrimp ( Artemia salina Leach) obtained Lethal Concentration (LC50 ) is 30.06 mg/L which means strong toxicity activity. To test the antimicrobial activity with Agar Diffusion Method in order to obtain inhibition zone in Streptococcus mutans extract concentration respectively 3%,6 % and 9% are 6 ; 9 and 17.25 mm, Escherichia coli are 3.55; 4.25 and 9.15 mm also Candida albicans 8.30 ; 4 and 5.30 mm, where the greater extract concentration caused increasing the inhibition of S. mutans and E. coli but not with C. albicans but they still effective to be developed as antimicrobial agents.
Key words: Antioxidant Activity, Toxicity Activity, Antimicrobial Activity, Total Flavonoid and Dendrophthoe pentranda (L.) Miq
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Lokasi Penelitian 3
1.7 Metodologi Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Benalu 4
2.2 Senyawa Metabolit 5
2.2.1 Senyawa Fenol 5
2.2.2 Flavonoid 5
2.3 Pohon Glodokan 6
2.4 Antioksidan 7
2.5 Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) 7
2.6 Spektrometer UV Visibel 8
2.7 Mikroba 10
2.7.1 Escherichia coli 10
2.7.2 Candida albicans 11
2.8 Difusi Agar 12
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 13
3.1 Peralatan 13
3.2 Bahan-bahan 14
3.3 Prosedur Penelitian 14
3.3.1 Preparasi Sampel 14
3.3.2 Preparasi Larutan 15
3.3.2.1 Preparasi FeCl3 1% 15
3.3.2.2 Preparasi DPPH 0,5 mM 15
3.3.2.2.1 Preparasi DPPH 200 ppm 15
3.3.2.2.2 Preparsi DPPH 40 ppm 15
3.3.3 Uji Fitokimia 16
3.3.3.1 Preparasi Daun Benalu Segar 16
3.3.3.2 Uji Alkaloid 16
3.3.3.3 Uji Fenolik 16
3.3.3.4 Uji Flavonoid 16
3.3.3.5 Uji Terpenoid dan Steroid 16 3.3.3.5.1 Uji Liebermann Bouchrad 16
3.3.3.5.2 Uji Plat Tipis 17
3.3.3.6 Uji Saponin 17
3.3.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Met. DPPH 17 3.3.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maks. 17 3.3.4.2 Pembuatan Larutan Uji dan Blanko 17
3.3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan 18
3.3.5 Uji Toksisitas dengan BSLT 18
3.3.5.1 Persiapan Larva Udang 18
3.3.5.2 Uji Toksisitas 18
3.3.6 Uji Antimikroba 19
3.3.6.1 Pembuatan Media 19
3.3.6.1.1 Pembuatan Media N. Agar 19
3.3.6.1.2 Pembuatan Media N. Broth 19
3.3.6.1.3 Pembuatan Media MHA 19
3.3.6.2 Pembuatan Stok Kultur 19 3.3.6.3 Penyiapan Inokulum Bakteri 20
3.3.6.4 Pembuatan Larutan Uji 20 3.3.6.5 Pengujian Aktivitas Antimikroba 20 3.4 Diagram Alir Prosedur 21 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4.1 Hasil 22 4.1.1 Preparasi Sampel 22 4.1.2 Uji Skrining Fitokimia 22 4.1.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH 23 4.1.4 Uji Aktivitas Toksisitas dengan BSLT 25 4.1.5 Uji Aktivitas Antimikroba dengan Difusi Agar 26
4.2 Pembahasan 29
4.2.1 Preparasi Sampel 29
4.2.2 Uji Skrining Fitokimia 30
4.2.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH 30
4.2.4 Uji Aktivitas Toksisitas dengan BSLT 32 4.2.5 Uji Aktivitas Antimikroba dengan Difusi Agar 34
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 35
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Benalu 22
4.2 Uji Aktivitas Antioksidan Blanko Positif 23
4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid Total Daun Benalu 23 4.4 Pengamatan dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) 25 4.5 Pengamatan Uji Aktivitas Toksisitas dengan BSLT 25 4.6 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Uji Antimikroba 28 4.7 Persamaan Garis Regresi Uji Aktivitas Antioksidan 31 4.8 Persamaan Garis Regresi Uji Toksisitas dengan BSLT 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Bagan Spektrofotometer UV-Visibel 9
4.1 Grafik Aktivitas Antioksidan Blanko Positif Vitamin C 24 4.2 Grafik Aktivitas Antioksidan Flavonoid Total Daun Benalu 24
4.3 Grafik Aktivitas Toksisitas BSLT 26
4.4 Uji Aktivitas Antimikroba E. coli 27
4.5 Uji Aktivitas Antimikroba S. mutans 27
4.6 Uji Aktivitas Antimikroba C. albicans 27
4.7 Zona Hambat E. coli, S. mutans dan C. albicans 28
4.8 Mekanisme Peredaman Radikal Bebas DPPH 32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Preparasi Sampel 40
A. Pengambilan Daun Benalu Pohon Glodokan 40
B. Pengeringan dan Penghalusan Daun 40
C. Filtrasi Maserat Daun Benalu Pohon Glodokan 40
D. Pemekatan dengan Rotary Evaporator 40 E. Faksinasi Flavonoid Total dengan N-Hexana 40
2 Skrining Fitokimia 41
A. Uji Alkaloid dan Saponin Sebelum 41
B. Uji Alkaloid dan Saponin Sesudah 41
C. Uji Fenolik Sebelum 41
D. Uji Fenolik Sesudah 41
E. Uji Terpenoid Carik Sulfat Sebelum 41
F. Uji Terpenoid Carik Sulfat Sesudah 41
G. Uji Lieberman Bouchad Sebelum 41
H. Uji Lieberman Bouchad Sesudah 41
3 Uji Aktivitas Antioksidan 42
A. Persiapan Larutan Uji dan Blanko 42
B. Pengukuran Absorbansi dengan Spektrofotometer Shimadz 42
4 Uji Aktiitas Toksisitas dengan BSLT 43
A. Penetasan Larva Udang Selama 24 Jam 43
B. Larva yang Menetas dan Siap Sebagai Hewan Uji 43
C. Persiapan Larutan Uji 43 D. Uji Aktivitas Toksisitas dengan pengulangan Selama 24 43
5 Uji Aktivitas Antimikroba 44
A. Persiapan Media, kultur dan Bahan 44
B. UJi Antimikroba 44
6 Grafik dan Tabel Uji Aktivitas Antioksidan 45
A. Grafik dan Tabel Kalibrasi Flavonoid Total Daun Benalu 45
B. Lampiran Kalibrasi Vitamin C 46
C. Lampiran Operating Time 47
D. Spektrum Panjang Gelombang Maksimum 48
E. Tabel Data Kinetik Operating Time 49
7 Surat Determinasi Tumbuhan dari LIPI Cibinong 50 8 Indeks Antimikroba dari Laboratorium Mikrobiologi USU 51 9 Perhitungan Zona Hambat dan Indeks Antimikroba 52
10 Surat Izin dari Fakultas Farmasi USU 53
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS SERTA ANTIMIKROBA DARI FLAVONOID TOTAL DAUN
BENALU (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) POHON GLODOKAN (Polyalthia
longifolia)
Abstrak
Penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan dan toksisitas serta antimikroba dari flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentandra (L) Miq) pohon glodokan (Polyalthia longifolia) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan flavonoid total daun benalu pohon glodokan berdasarkan metode peredaman radikal bebas 2.2- diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) menggunakan spektrofotometer UV Visibel pada panjang gelombang maksimum 516 nm diperoleh Inhibition Concentration (IC50) sebesar 6.16 mg/L dengan persen peredaman sebesar 98,61 % pada konsentrasi 100 ppm yang berarti memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Untuk uji aktivitas toksisitas berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva udang Artemia salina Leach diperoleh Lethal Concentration (LC50) sebesar 30.06 mg/L yang berarti memiliki aktivitas toksisitas yang toksik sementara untuk aktivitas antimikroba dengan Metode Difusi Agar diperoleh diameter zona hambat pada Streptococcus mutans pada konsentrasi sampel 3%, 6% dan 9 % adalah 6; 9 dan 17.25 mm, pada Escherichia coli adalah 3.55; 4.25 dan 9.15 mm dan pada Candida albicans adalah 8.30; 4 dan 5.30 mm dimana semakin besar konsentrasi maka daya hambat pada S. mutans dan E. coli semakin besar namun pada C. albicans kurang mempengaruhi tetapi memiliki aktivitas hambat yang baik sehingga efektif dikembangkan sebagai zat antimikroba.
Kata Kunci: Aktivitas Antioksidan, Aktivitas Toksisitas, Aktivitas Antimikroba, Flavonoid Total dan Dendrophthoe pentranda (L.) Miq
ANTIOXIDANT AND TOXICITY ALSO ANTIMICROBIAL ACTIVITY TESTS OF MISTLETOE LEAVES (Dendrophthoe
pentandra (L.) Miq) FLAVONOID TOTAL EXTRACT FROM FALSE ASHOKA TREE
(Polyalthia longifolia)
Abstract
Researches of the antioxidant and toxicity also antimicrobial activity tests of mistletoe leaves (Dendrophthoe pentandra (L) Miq) flavonoid total extract from false ashoka tree ( Polyalthia longifolia) have been done. This study aims to determine the antioxidant activity of mistletoe leaves flavonoid total by free radical 2.2-diphenyl-1- picrylhydrazyl (DPPH) reduction method using UV Visibel at maximum wavelength that obtained Inhibition Concentration (IC50 ) is 6.16 mg/L with the highest percent scavenging amount of 98.61% in 100 ppm at maximum wavelength 516 nm which has very strong antioxidant activity. To test the toxicity activity which is based Brine Shrimp Lethality Test Method using brine shrimp ( Artemia salina Leach) obtained Lethal Concentration (LC50 ) is 30.06 mg/L which means strong toxicity activity. To test the antimicrobial activity with Agar Diffusion Method in order to obtain inhibition zone in Streptococcus mutans extract concentration respectively 3%,6 % and 9% are 6 ; 9 and 17.25 mm, Escherichia coli are 3.55; 4.25 and 9.15 mm also Candida albicans 8.30 ; 4 and 5.30 mm, where the greater extract concentration caused increasing the inhibition of S. mutans and E. coli but not with C. albicans but they still effective to be developed as antimicrobial agents.
Key words: Antioxidant Activity, Toxicity Activity, Antimicrobial Activity, Total Flavonoid and Dendrophthoe pentranda (L.) Miq
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara mega biodiversitas karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sejumlah penelitian dilakukan untuk meneliti potensi tumbuhan di Indonesia sebagai bahan baku obat. Terdapat kurang lebih 7000 jenis tumbuhan yang termasuk tumbuhan obat dari ± 28000 jenis tumbuhan yang dapat ditemukan di Indonesia. Tumbuhan obat adalah kelompok tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat atau bahan baku obat. Pemanfaatan tumbuhan obat biasanya dalam bentuk simplisia dari bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan buah atau biji. (Fatmawati, 2008)
Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk meneliti potensi tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai bahan obat-obatan, salah satunya adalah tumbuhan benalu.Benalu merupakan tumbuhan parasit karena mengisap sari makanan dari tumbuhan inangnya serta terdiri dari banyak jenis yang diklasifikasikan. Benalu kopi digunakan untuk mengobati penyakit campak. Benalu jeruk nipis dimanfaatkan sebagai ramuan obat untuk penyakit amandel, sementara benalu teh dan benalu mangga dilaporkan dapat digunakan sebagai obat kanker (Purnomo, 2000). Efek klinis pada benalu diduga karena adanya senyawa bioaktif yang terkandung di dalam benalu berupa asam amino, karbohidrat, flavonoid, alkaloid, dan saponin yang dapat menetralkan pengaruh bahan toksik sehingga mengurangi kerusakan sel (Pitoyo, 1996).
Benalu pada glodokan dapat kita temui hidup menempel pada ranting pohon glodokan. Pohon glodokan banyak kita temui sebagai tanaman untuk peredam polusi suara, selain itu memiliki khasiat sebagai tanaman obat untuk penyakit kulit, demam, hipertensi dan cacingan (Rastogi, 1997). Beberapa penelitian terbaru menunjukkan pohon glodokan berfungsi sebagai obat antidiabetes (Aparna Lakhsmi, 2011), obat maag (P. malairajan, 2008) dan efektif untuk sel kanker Hela (kanker serviks) dan sel
MCF-7 (kanker payudara) (Santhepete, 2010). Untuk benalu dari pohon glodokan belum ada yang menguji aktivitasnya sebagai tanaman obat. Oleh karena itu Penulis ingin menguji aktivitas antioksidan dan toksisitas serta antimikroba dari flavonoid total daun benalu pohon glodokan serta skrining fitokimianya. Diketahui pohon glodokan termasuk family dari Annonaceae yang merupakan family dari pohon sirsak (Annona muricata Linn) dan pohon nona (Annona squamosa) yang telah di uji memiliki aktivitas antioksidan dan toksisitas serta antimikroba yang tinggi karena memiliki senyawa-senyawa aktif.
1.2 Permasalahan
Bagaimana aktivitas antioksidan, toksisitas dan antimikroba dari flavonoid total daun benalu pohon glodokan.
1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi oleh :
1. Sampel benalu di peroleh dari pohon glodokan yang tumbuh di depan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
2. Uji antioksidan dilakukan dengan larutan 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil (DPPH) dengan Spektrofotometer UV Visibel.
3. Uji toksisitas dilakukan dengan larva udang Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
4. Uji antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar dengan E. coli sebagai bakteri gram negatif, S. mutans sebagai gram positif dan C. albicans sebagai jamur.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bahwa flavonoid total daun benalu pohon glodokan memiliki aktivitas antioksidan, toksisitasdan antimikroba.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan, toksisitas dan antimikroba yang terdapat di dalam flavonoid total daun benalu pohon glodokan.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Pasca Sarjana Fakultas MIPA, Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan serta LIPI Cibinong.
1.7. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini bersifat laboratorium eksperimental dan diaplikasikan dalam pengobatan fitofarmaka dimana dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap awal adalah pengumpulan daun benalu yan diambil secara purposif di sekitar Perpustakaan USU sebagai sampel kemudian diambil sebagian segar untuk skrining fitokimia dan sebagian lain dibersihkan dan dikeringkan, setelah itu dihaluskan dan ditimbang kembali kemudian di ekstraksi sampai diperoleh flavonoid total (Harborne, 1987).
Tahap selanjutnya adalah pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan Spektrofotometri UV Visibel (Mariani, 2015) meliputi penentuan panjang gelombang maksimum dan penentuan kurva kalibrasi sampel dan blanko positif. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), (Mc. Laughlin, 1998) meliputi persiapan larva udang Artemia salina Leach, pembuatan larutan induk dan uji toksisitas. Tahap terakhir adalah pengujian antimikroba dengan metode difusi agar ((Difco, 1997) dan (Ditjen POM,1995)) meliputi pembuatan media, pembuatan stok kultur, penyiapan inokulum bakteri, pembuatan larutan uji dan pengujan aktivitas antimikroba.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq)
Dendrophthoe pentranda (L.) Miq merupakan jenis benalu dari famili Loranthaceae yang banyak ditemukan di daerah hutan hujan atau di hutan terbuka, diperkebunan, ditaman kota hingga pemukiman penduduk. Penyebarannya melalui burung-burung pemakan bijinya. D. pentranda dapat hidup pada jenis tumbuhan yang beragam serta rentang sebaran ekologis yang cukup luas. Daun tersebar atau sedikit berhadapan menjorong,panjang 6-13 cm dan lebar 1,5-8 cm, pangkal menirus, ujung tumpul- runcing,pangkal tangkai daun 5-20 mm. Perbungaan tandan dengan 6-12 bunga, mula-mula hijau kekuningan sampai kuning orange atau merah orange, panjang tabung 6-12 mm; benang sari lima, panjang kepala sari 2-5 mm dan tumpul serta melekat pada bagian pangkal (basifik); putik dengan kepala putik membintul. Buah berbentuk bulat telur, panjang mencapai 10 mm dengan lebar 6 mm, bila masak kuning jingga; biji ditutupi lapisan lengket. (Sunaryo, 2008)
Klasifikasi Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) pada pohon glodokan:
Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Ordo Santalales Famili Loranthaceae Genus Dendrophthoe
Spesies Dendrophthoe pentranda (L.) Miq
Penyebaran D. pentranda meliputi India sampai Indo Cina, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Filipina. (Barlow, 1967).
Kegunaan D. pentranda sebagai obat dengan cara membuat bubur dari bagian daun untuk mengobati luka pedih, bernanah dan infeksi pada kulit. Air rebusan semua
bagian tumbuhan bila diminum dapat mengobati hipertensi dan apabila dicampur minuman teh digunakan untuk obat batuk. (Valkenburg, 2003)
2.2. Senyawa Metabolit
Identifikasi kandungan metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian pencarian senyawa bioaktif baru dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor bagi sintesis obat baru atau prototipe obat beraktivitas tertentu (Rasyid, 2012). Identifikasi ini merupakan uji fitokimia. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder atau metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional sehingga diperlukan penelitian tentang penggunaan tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam. (Harborne, 1987)
2.2.1 Senyawa Fenol
Istilah senyawa fenol meliputi anekaragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai cirri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasa terdapat pada vakuola sel. Flavonoid merupakan golongan terbesar tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tannin adalah senyawa polifenol.
2.2.2 Flavonoid
Senyawa flavonoida merupakan salah satu senyawa polifenol terbesar yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi
(C6–C3–C6), yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon.
(Markham, 1988)
Lebih dari 4.000 jenis flavonoida telah diidentifikasi, beberapa diantaranya berperan dalam pewarnaan bunga, buah, dan daun. (Winarsi, 2011)
Flavonoid terdapat di dalam tumbuhan sebagai campuran; jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanwarna. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula- mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah di hidrolisis, secara kromatografi satu arah dan pemeriksaan etanol secara dua arah kemudian komponen masing- masing diidentifikasi dengan membandingkan kromatografi dan spektrum dengan memakai senyawa pembanding yang sudah dikenal dimana senyawa tersebut memerlukan pemeriksaan kimia dan spektrum yang lebih terperinci. Golongan flavonoid diantaranya antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon dan isoflavon. (Harborne, 1987)
Umumnya terdapat pada tumbuhan dalam bentuk terikat pada gula sebagai glikosida sehingga untuk menganalisis flavonoida, lebih baik ekstrak tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu untuk memecah ikatan gula dengan aglikon (Harborne, 1987). Senyawa ini adalah senyawa pereduksi yang dapat menghambat reaksi oksidasi sehingga dapat dijadikan sebagai antioksidan (Robinson, 1995). Senyawa ini berperan sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. (Silalahi, 2006)
2.3 Pohon Glodokan (Polyalthia longifolia)
Polyalthia longifolia (False Ashoka) adalah pohon tinggi asli dari negara India yang biasa ditanam karena efektivitasnya dalam mengurangi polusi suara. Pertumbuhan pohonnya membentuk piramida simetris dengan cabang ramping dan daun yang
memanjang dengan ujung berombak, tumbuh lebih dari 30 kaki. Polyalthia berasal dari kombinasi kata Yunani yang berarti 'banyak obat' dengan mengacu pada sifat obat pohon sementara longifolia, dalam bahasa Latin, mengacu pada panjang daunnya. Polyalthia longifolia kadang-kadang salah diidentifikasi sebagai pohon Ashoka (Saraca indica) karena kemiripannya dengan pohon Ashoka. Nama-nama umum Polyalthia longifolia termasuk False Ashoka, pohon Buddha, pohon tiang India, dan pohon India Fir. Daun segar berwarna tembaga coklat lembut dan halus dan daun tumbuh dewasa menjadi hijau muda dan akhirnya hijau gelap.
(Https://en.wikipedia.org/wiki/Polyalthia_longifolia/) 2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu meredam atau menghambat aktivitas senyawa oksidan dalam tubuh dengan cara mendonorkan elektronnya atau disebut dengan reduktan (Winarsi, 2011). Antioksidan dikelompokkan menjadi dua golongan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antioksidan primer (enzimatis) dan antioksidan sekunder (non-enzimatis) (Kumalaningsih, 2006).
Antioksidan primer adalah antioksidan yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru karena dapat mengubah radikal bebas menjadi kurang reaktif sebelum sempat bereaksi berupa enzim yang diproduksi oleh tubuh, meliputi: superoksida dismutase, katalase dan glutation peroksidase. Antioksidan sekunder adalah antioksidan yang diperoleh dari vitamin C, flavonoid atau beta karoten yang bersifat menangkap dan mencegah terjadinya reaksi rantai.
(Kumalaningsih, 2006; Winarsi, 2011)
2.5 Brine Shrimph Lethality Test (BSLT)
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa antitumor terhadap senyawa yang mempunyai kemampuan membunuh sel kanker dalam kultur sel. Pengujian ini adalah pengujian letalitas yang sederhana dan tidak spesifik untuk aktifitas tumor, tetapi merupakan indikator toksisitas yang baik
dan menunjukan korelasi yang kuat dengan pengujian antitumor lainnya seperti uji sitotoksisitas dan uji leukemia tikus. Disamping itu, kesederhanaan prosedur pengerjaan dan biaya yang rendah menjadikan BSLT sebagai uji hayati pendahuluan untuk aktifitas antitumor yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin di laboratorium dengan fasilitas sederhana dimana metode ini digunakan untuk menentukan penapisan ekstrak bahan aktif dengan menggunakan hewan uji Artemia salina Leach yang berumur 24-48 jam setelah penetasan. Metode BSLT dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif. Metode BSLT dapat digunakan dari berbagai sistem uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan, anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik dan ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa racun dari tumbuhan darat. Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BSLT jika harga LC50< 1000 µg/ ml.
(Meyer ,1982)
Penelitian Carballo (2002) menunjukkan adanya hubungan yang konsisten antara sitotoksisitas dan letalitas Brine shrimp pada ekstrak tanaman yang dapat dipercaya untuk menguji aktivitas toksikologi dari bahan-bahan alami.
2.6 Spektrofotometer UV Visibel
Spektrofotometri Ultraviolet Sinar Tampak atau UV-Visibel adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day &
Underwood, 2002). Sinar UV (Ultraviolet) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (Visibel) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga spektrofotometer UV-Visibel banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dan kualitatif. Spektrum dari UV-Visibel sangat berguna pada pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : A = e.b.c
dimana : A = absorban
e = absorptivitas molar b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi
Sumber cahaya Slit masuk Pendispersi Slit keluar Sampel Detektor Rekorder polikromatis
Gambar 2.1 Bagan Spektrofotometer UV –Visibel (Rohman, 2007)
Komponen-komponen Spektrofotometer UV-Visibel meliputi sumber sinar, monokromator dan sistem optik. (Rohman, 2007)
Spektrofotometer UV-visibel pada umumnya digunakan untuk menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik. Selain itu menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu senyawa. Berdasarkan aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan kemudian ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap. (Gandjar & Abdul, 2007)
2.7 Mikroba
Mikroba atau mikroorganisme adalah organisme mikroskopik yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan khusus. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa
spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis. (Madigan MT, 2000)
2.7.1 Escherichia coli
Escherichia coli ( E. coli) adalah salah satu jenis spesies utama bakterigram negatif berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan gas. (Pelczar dan Chan, 1988).
Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan diare berdarah karena verotoksin yang dihasilkan dapat menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. (Levinson, 2008)
Klasifikasi E. coli adalah sebagai berikut:
Domain: Bacteria Filum: Proteobacteria
Kelas: Gammaproteobacteria Ordo: Enterobacteriales Famili: Enterobacteriaceae Genus: Escherichia Spesies: E. coli
(https://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli)
2.7.2. Candida albicans
Candida albicans adalah cendawan patogen dari golongan deuteromikota penyebab infeksi pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) berdiameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa.( Kokare, 2007)
Spesies C. albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk khamir dan hifa. Morfologinya berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, tidak tembus cahaya dan memiliki kemampuan menempel pada sel inang dan berkolonisasi. (Anthony H. R., 1990)
Kerajaan: Fungi Filum: Ascomycota Upafilum: Saccharomycotina Kelas: Saccharomycetes Ordo: Saccharomycetales Famili: Saccharomycetaceae Genus: Candida
Spesies: C. albicans
(https://id.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans)
2.7.3 Streptococcus mutans
Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif yang terlibat dalam proses pembentukan plak dan karies gigi (Joklik, 1980; Nolte, 1982). S. mutans berdiameter 0,5 – 1,5 mm, cembung, berwarna biru tua dan pada pinggiran koloni kasar serta berair membentuk genangan. Selnya berbentuk bulat atau lonjong dengan diameter 1 mm dan tersusun dalam bentuk rantai. (Michalek & Mc. Ghee, 1982). S. mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob (Lehner, 1992; Michalek dan Mc Ghee, 1982). Menurut Nolte (1982) dalam keadaan anaerob, bakteri ini memerlukan 5%
CO2 dan 95% nitrogen serta memerlukan amonia sebagai sumber nitrogen agar dapat bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal. (Roeslan dan Melanie, 1988).
Klasifikasi S. mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah : Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
2.8 Difusi Agar
Pengujian antibiotik Kirby-Bauer (disc difusi ) adalah tes yang menggunakan wafer antibiotik untuk menguji bakteri dipengaruhi oleh antibiotik. Dalam tes ini, wafer mengandung antibiotik ditempatkan di piring agar di mana bakteri telah ditempatkan.
Jika antibiotik berhenti tumbuh atau bakteri mati, akan ada sebuah daerah di sekitar wafer yang disebut zona inhibisi. Ukuran zona ini tergantung pada seberapa efektif
antibiotik untuk menghentikan pertumbuhan bakteri.
(https://en.wikipedia.org/wiki/Agar_diffusion_test)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Peralatan
- Peralatan Gelas Pyrex - Botol vial
- Blender
- Kertas Saring Whatman - Plat tetes
- Hot Plate - Pisau
- Penangas Air
- Spektrofotometer UV Visibel Simadzu 1800 - Lampu
- Rotary Evaporator - Wadah Air Laut Buatan - Rak Tabung Reaksi - Statif dan Klem - Karet Penghisap - Bunsen
- Mikro pipet - Aluminium Foil - Jangka Sorong - Autoklaf - Inkubator - Jarum Ose - Neraca Analitik - Spatula
3.2 Bahan
- Daun benalu pohon glodokan - Metanol p.a Merck
- DPPH Sigma Aldrich - Vitamin C p.a Merck - Metanol Teknis Brataco - N Hexana Teknis - Etil Asetat Teknis - Pereaksi Mayer - Pereaksi Dragondorf
- Pereaksi Wagner/Bouchardat - Aquadest
- FeCl3 p.a Merck - DMSO p.a Merck - Kista Artemia salina - Aquadest
- Garam Laut Kemasan - Mueller Hinton Agar - Nutrien Agar
- Nutrien Broth - Kultur E. coli - Kultur S. mutans - Kultur C.albicans
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Preparasi Sampel
Dikumpulkan daun benalu berasal dari pohon glodokan yang tumbuh di sekitar
anginkan.Sampel yang sudah kering dihaluskan menggunakan blender.Kemudian sebanyak 200 g serbuk daun benalu dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer ditambahkan dengan 1 L metanol. Dimaserasi selama 1x24 jam pada suhu kamar.
Selanjutnya diambil maserat kemudian ditambahkan metanol kembali pada ekstrak daun benalu sampai pelarut berwarna bening kemudian dikumpulkan maserat yang telah disaring, diuapkan dengan Rotary Evaporator pada keadaan vakum sampai diperoleh ekstrak kental.Ekstrak kental diuapkan sampai pelarut menguap sempurna dan diperoleh ekstrak pekat metanol daun benalu. (Depkes RI, 2000). Selanjutnya ekstrak pekat daun benalu dilarutkan dengan etil asetat disaring kemudian filtrat diuapkan kembali sampai pelarut menguap sempurna sehingga diperoleh ekstrak etil asetat daun benalu yang kemudian dilarutkan kembali dengan metanol sampai larut sempurna dan di partisi dengan n-heksana terbentuk dua lapisan, diambil lapisan bawah dan diuapkan sampai diperoleh flavonoid total.
3.3.2 Preparasi Larutan 3.3.2.1 Preparasi FeCl3 1%
Sebanyak 1 gram FeCl3 dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan di homogenkan.
3.3.2.2 Preparasi DPPH 0,5mM
3.3.2.2.1Preparasi DPPH 0,5mM 200 ppm
Sebanyak 9,858 mg DPPHdimasukkan kedalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan metanol sampai garis tanda dan di homogenkan diperoleh larutan DPPH 200 ppm.(Mariani S, 2015)
3.3.2.2.2 Preparasi DPPH 0,5mM 40 ppm
Dipipet 10 mL larutan DPPH 0,5 mM 200 ppm diencerkan dengan metanol pada labu takar 50 mL sampai garis tanda kemudian dihomogenkan diperoleh larutan DPPH 40 ppm. (Mariani S, 2015)
3.3.3 Uji Fitokimia
3.3.3.1 Preparasi Sampel Daun Benalu Segar
Diambil ± 100 gram daun benalu segar, dibersihkan, di potong kecil dan dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer kemudian di tambahkan metanol ± 100 mL dipanaskan dengan penangas air sampai diperoleh ekstrak metanol kemudian didinginkan dan diambil filtratnya.
3.3.3.2 Uji Alkaloid
Sebanyak ± 5 tetes filtrat ekstrak metanol daun benalu masing-masing diteteskan pada tiga tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditetesi 2 tetes pereaksi Mayer (positif jika membentuk endapan putih atau keruh), Tabung reaksi kedua ditetesi 2 tetes pereaksi Dragendorf (positif jika membentuk endapan jingga) dan tabung reaksi ketiga ditetesi 2 tetes pereaksi Wagner/Bouchardat (positif jika membentuk endapan merah kecoklatan) . Diamati perubahan yang terjadi. (Harborne, 1987)
3.3.3.3 Uji Fenolik
Sebanyak ± 5 tetes filtrat ekstrak metanol daun benalu diteteskan pada sebuah tabung reaksi kemudian ditambah masing-masing dengan 3 tetes larutan FeCl3 1% (positif jika membentuk coklat kehitaman).Diamati perubahan yang terjadi. (Harborne, 1987)
3.3.3.4 Uji Flavonoid
Sebanyak ± 5 tetes filtrat ekstrak metanol daun benalu diteteskan pada sebuah tabung reaksi dengan ± 3 tetes etil asetat ditambah 2 tetes FeCl3 1% sehingga terbentuk warna hijau sampai coklat kehitaman (positif membentuk warna hijau sampai coklat kehitaman). Diamati perubahan warna yang terjadi. (Harborne, 1987)
3.3.3.4.1 Uji Lieberman Bouchard
Sebanyak ± 20 mL ekstrak metanol daun benalu dimasukkan ke dalam gelas beaker kemudian diuapkan sampai pelarut habis kemudian didinginkan kemudian ditetesi ± 5 tetes asetat anhidrat dan ± 5 tetes asam sulfat pekat (positif terpenoid jika terbentuk warna merah kecoklatan sampai violet dan positif steroid jika terbentuk warna hijau sampai biru). Diamati perubahan yang terjadi. (Harborne, 1987)
3.3.3.4.2 Uji Plat Tipis
Sebanyak ± 3 mL ekstrak metanol daun benalu ditetesi pada plat tipis dipanaskan pada hotplate di tetesi ± 2 tetes Carik sulfat pekat (positif terpenoid jika terbentuk warna kemerahan). (Harborne, 1987)
3.3.3.5. Uji Saponin
Sebanyak ± 5 tetes ekstrak metanol daun benalu dimasukkan pada sebuah tabung reaksi kemudian dengan 20 mL aquadest.Filtrat didinginkan kemudian diguncang kuat selama 10 detik dan didiamkan selama 10 menit (positif jika terbentuk busa).Diamati perubahan yang terjadi. (Harborne, 1987)
3.3.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
3.3.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dengan Spektrofotometer UV Visibel
0,5 mM DPPH 40 ppm di masukkan ke dalam kuvet kemudian diukur panjang gelombang maksimum menggunakan Spektrofotometer UV Visibel. Disimpan hasil yang diperoleh. (Mariani S, 2015)
3.3.4.2 Pembuatan Larutan Uji dan Blanko dengan Spektrofotometer UV Visibel
Ditimbang 10 mg ekstrak flavonoid total daun benalu pohon glodokan dilarutkan ke dalam 10 mL metanol untuk memperoleh 1000 mg/L ekstrak. Dari 1000 mg/L larutan
adalah 0,5 mM DPPH 200 ppm dan untuk blanko positif adalah vitamin C dengan konsentrasi 10,20,30 dan 40 mg/L. (Mariani S, 2015)
3.3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan dengan Spektrofotometer UV Visibel
Masing-masing larutan blanko dan sampel ditambahkan dengan 2 mL larutan 0.5 mM DPPH 200 ppm, di goyang perlahan sampai homogen kemudian diinkubasi selama 30 menit. Diukur absorbansinya pada λ maksimum 516 nm menggunakan Spektrofotometer UV Visibel.Disimpan hasil yang diperoleh.Dilakukan dua kali pengulangan. (Mariani S, 2015)
3.3.5 Uji ToksisitasFlavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokandengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
3.3.5.1 Persiapan Larva Udang
Larutan induk wadah disekat dua bagian, diisi dengan 38 g garam laut dilarutkan dalam 1 L aquadest diperoleh air laut buatan. Sebanyak 20 mg telur Artemia salina dimasukkan pada bagian sekat yang tertutup dan sekat yang satu dibiarkan terbuka, kemudian diberi lampu diatas bagian yang terbuka untuk menarik udang Artemia salina menuju bagian yangterkena cahaya lampu sehingga terpisah dari cangkangnya.
Telur-telur dari Artemia salina akan menetas menjadi larva dalam waktu 24-48 jam dan digunakan uji toksisitas dari flavonoid total daun benalu. Dibuat larutan induk dengan 100 mg flavonoid total daun benalu ditambah 3 tetes Dimetil sulfoksida (DMSO), dilarutkan sampai 10 mL dengan air laut buatan diperoleh konsentrasi larutan induk yaitu 10.000 mg/L kemudian diencerkan menjadi 3 konsentrasi yaitu 10,100 dan 1000 ppm. Konsentrasi 0 ppm sebagai kontrol negatif dan positif dengan penambahan DMSO. (Mc. Laughlin, 1998)
Sebanyak 10 ekor larva dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah diisi 5 mL larutan ekstrak pekat daun benalu dengan konsentrasi masing-masing 1000,100 dan 10 ppm. Setelah 24 jam, diamati jumlah larva yang mati untuk tiap-tiap konsentrasi.
3.3.6 Uji Antimikroba Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
3.3.6.1 Pembuatan Media
3.3.6.1.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
Ditimbang sebanyak 23 g Nutrien agar kemudian dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer kemudian disuspensi dengan aquadest hingga 1000 mL kemudian dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. (Difco, 1997)
3.3.6.1.2 Pembuatan Media Nutrient Broth (NB)
Ditimbang sebanyak 4 g Nutrien Broth dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer kemudian disuspensi dengan aquadest hingga 1000 mL kemudian dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. (Difco,1997)
3.3.6.1.3 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Ditimbang sebanyak 38 g serbuk MHA kemudian dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer kemudian disuspensi dengan aquadest hingga 1000 mL kemudian dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk sampai bahan larut sempurna. Ditutup gelas Erlenmeyer dengan kapas dan di seal kemudian disterilkan di autoklaf pada 121
0 C selama 15 menit. (Difco, 1997)
Biakan mikroba Streptococcus mutans dari strain utama diambil dengan jarum ose steril kemudian diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring dengan cara menggores kemudian diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 350 C selama 18- 24 jam (Ditjen POM, 1995). Dilakukan hal sama dengan E. coli dan C. albicans.
3.3.6.3 Penyiapan Inokulum Bakteri
Koloni mikroba Streptococcus mutans diambil dari stok kultur menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensi ke dalam 10 mL media nutrient broth steril lalu diinkubasi pada suhu 35 ± 2 0 C sampai diperoleh kekeruhan dengan transmitan dengan alat spektrofotometer UV panjang gelombang 580 nm (Ditjen POM, 1995).
Dilakukan hal yang sama pada Escherichia coli dan Candida albicans 3.3.6.4 Pembuatan Larutan Uji
Disiapkan tiga tabung reaksi untuk persiapan konsentrasi larutan uji 3%, 6% dan 9%
dengan penambahan 60 µL ekstrak pekat ke dalam 2000 µL , 120 µL ekstrak pekat ke dalam 2000 µL dan 180 µL ekstrak pekat ke dalam 2000 µL larutan DMSO.
3.3.6.5 Pengujian Aktivitas Antimikroba Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan dengan Metode Difusi Agar
Disiapkan 10 mL larutan Mc. Farland (10 8 CFU/mL) kemudian diambil Streptococcus mutans dengan jarum ose steril kemudian dimasukkan ke dalam 10 mL aquadest pada tabung reaksi kemudian di suspensi, di vortex sampai homogen dan ditutup tabung dengan kapas dan seal wrap. Dioleskan S. mutans pada cawan petri yang berisi MHA dengan steril kemudian dilubangi MHA pada petri yang telah dioleskan tersebut dengan lubang yang seragam menggunakan corp borer (pelubang agar) kemudian dimasukkan 50 µL sampel uji dengan konsentrasi 3%, 6%, 9% dan DMSO sebagai blanko kemudian ditutup rapat dan diinkubasi pada suhu 35±2 0 C selama 24 jam. Selanjutnya diukur diameter daerah hambat disekitar
3.4 Diagram Alir Prosedur Ekstraksi Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq Pohon Glodokan (Polyalthia longifolia) (Harborne ,1987)
Dikeringanginkan Dihaluskan Ditimbang
Direndam 1 L Metanol Disaring filtrat
Dipekatkan dengan rotary evaporator
Diuapkan dengan penangas air sampai kering Ditimbang
Dilarutkan dengan etil asetat
Diuapkan sampai kering E
Dilarutkan dengan Metanol Dipartisi dengan N-heksana
Diuapkan sampai kering Ditimbang
Uji aktivitas antioksidan Uji aktivitas toksisitas Uji aktivitas antimikroba
Filtrat Metanol Material ampas
Ekstrak Kental Metanol
24,5 g Ekstrak Pekat Metanol
Tannin Fraksi Etil Asetat
Ekstrak pekat Etil asetat
1,1Kg Daun benalu pohon glodokan segar
200 g Serbuk Daun Benalu
Filtrat Material ampas
Flavonoid total
Diambil 100 g untuk skrining fitokimia
-Uji Alkaloid -Uji fenolik -Uji flavonoid -Uji Terpenoid -Uji Saponin
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Preparasi Sampel Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
Berat awal daun benalu segar yaitu 1000 g, dibiarkan mengering sampai daun dapat diremas pada ruangan (±1 minggu) dan ditimbang seberat 230 g atau 23 % . Kemudian ditimbang 200 g serbuk daun benalu untuk diekstraksi dengan metanol diperoleh ekstrak kental metanol daun benalu sebanyak 24,5 g atau sebesar 12,25 % kemudian diekstraksi dengan etil asetat dan dipartisi dengan n-heksana dimana lapisan bawah diuapkan dan dinyatakan sebagai flavonoid total seberat 4,98 g atau sebesar 2,49 %.
4.1.2 Uji Skrining Fitokimia Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
Diambil 100 g daun benalu segar untuk skrining fitokimia. Dibawah ini disajikan tabel hasil skrining fitokimia dari daun segar benalu pohon glodokan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
No Golongan Pereaksi Hasil
1 Alkaloid Meyer -
Buchardat -
Dragendorf/Wagner -
Flavonoid (Ekstrak Et.asetat FeCl3 1%) ++++
2 Fenolik Fenolik (Ekstrak Metanol FeCl3 1%) ++++
Aquadest -
3 Saponin Lieberman Bouchard +++
CeSO4 1% dalam H2SO4 dengan Plat
4.1.3 Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan dengan Spektrofotometer UV Visibel
Dibawah ini disajikan tabel uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH blanko (vitamin C ;asam askorbat) dan flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq ) pohon glodokan menggunakan spektrofotometer UV Visibel.
Tabel 4.2 Uji Aktivitas Antioksidan Blanko (Vitamin C) Dengan DPPH 0.5 mM 200 ppm pada Panjang Gelombang Maksimum 516 nm
No Konsentrasi (ppm)
Absorbansi (A)
%
Pemerangkapan
1 10 0,04319 98,92 %
2 20 0,02814 99,30 %
3 30 0,02589 99,35 %
4 40 0,02509 99,37 %
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa persentasi pemerangkapan oleh DPPH pada panjang gelombang 516 nm terhadap vitamin C dengan konsentrasi 40 ppm amat kuat sebesar 99,37 % hal ini menggambarkan bahwa vitamin C memiliki aktivitas penghambatan radikal bebas yang kuat dan sesuai digunakan sebagai blanko positif.
Tabel 4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid TotalDaun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq )Pohon Glodokan dengan DPPH 0.5 mM 200 ppm pada Panjang Gelombang Maksimum 516 nm
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A) % Pemerangkapan
1 20 0,22299 94,42 %
2 40 0,07162 98,21 %
3 60 0,05987 98,50 %
4 80 0,06098 98,48%
5 100 0,05573 98,61 %
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa persentasi pemerangkapan oleh DPPH pada
pentranda (L.) Miq ) pohon glodokan dengan konsentrasi 100 ppm amat kuat sebesar 98,61 % hal ini menggambarkan bahwa flavonoid total daun benalu tersebut memiliki aktivitas penghambatan radikal bebas yang kuat. Dari data diatas disajikan grafik uji aktivitas antioksidan sebagai berikut:
Gambar 4.1. Grafik X sebagai Konsentrasi Vitamin C Versus Y sebagai Persen Peredaman oleh DPPH
Gambar 4.2. Grafik X sebagai Konsentrasi Flavonoid Total Daun Benalu
98,80%
98,90%
99,00%
99,10%
99,20%
99,30%
99,40%
0 1 2 3 4 5
KONSENTRASI VS PERSEN PEREDAMAN
94,00%
94,50%
95,00%
95,50%
96,00%
96,50%
97,00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
0 20 40 60 80 100 120
KONSENTRASI VS PERSEN PEREDAMAN
4.1.4 Uji Aktivitas Toksisitas Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan dengan BSLT
Dibawah ini disajikan tabel 4.4 dan 4.5 mengenai pengamatan aktivitas toksisitas flavonoid total daun benalu pohon glodokan dengan BSLT sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pengamatan Toksisitas Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq )Pohon Glodokan dengan BSLT
No Konsentrasi (ppm) Jumlah Larva hidup
Jumlah Larva Mati
24 jam
1 1000 10 10
10 10
10 10
2 100 10 2
10 1
10 1
3 10 10 0
10 1
10 1
4 Blanko + 10 0
10 0
Blanko - 10 0
10 0
Dari Tabel 4.4 pengamatan dengan BSLT pada konsentrasi 1000 ppm terlihat kematian larva udang total sementara konsentrasi 100 dan 10 ppm tingkat kematian rendah saat pemberian flavonoid total daun benalu pohon glodokan . Pengamatan uji aktivitas toksisitas flavonoid total daun benalu pohon glodokan disajikan pada tabel berikut ini. Dimana A: Rerata Larva Mati, B: Akumulasi Larva Mati, C: Akumulasi Larva Hidup, D: Total Mortalitas, E: Persen Mortalitas.
Tabel 4.5 Pengamatan Uji Aktivitas Toksisitas Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq )Pohon Glodokan dengan BSLT Selama 24 jam
No Konsentrasi (ppm)
Jumlah Larva Hidup
Jumlah Larva
Mati
A B C B+C=D B/D E
1 1000 10 10
10 10 0 10 1 100
10 10
10 10
2 100 10 2
1,3 11,3 8,7 20 0,57 57
10 1
10 1
3 10 10 0
0,6 12 18,1 30,1 0.40 40
10 1
10 1
Dari tabel 4.5 pengamatan uji aktivitas toksisitas dengan BSLT selama 24 jam diperoleh % kematian pada konsentrasi flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq ) pohon glodokan pada 10 ppm adalah 40%, 100 ppm adalah 57
% dan 1000 ppm adalah 100 %. Jika Persen Mortalitas adalah sumbu Y dan antilog sebagai sumbu X maka diperoleh grafiksebagai berikut:
Gambar 4.3. Grafik Aktivitas Toksisitas BSLT (X sebagai Antilog dari Konsentrasi Flavonoid Total Daun Benalu dan Y sebagai %
0 20 40 60 80 100 120
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
KONSENTRASI VS PERSEN MORTALITAS
4.1.5 Uji Aktivitas Antimikroba Flavonoid Total Daun benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq )Pohon Glodokan
Dibawah ini disajikan gambar uji aktivitas antimikroba terhadap flavonoid total daun benalu pohon glodokansebagai berikut:
Gambar 4.4 Uji Aktivitas Antimikroba E. coliFlavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq)Pohon Glodokan
Dari gambar 4.4 terlihat zona hambat Bakteri Negatif E. coli terhadap konsentrasi 3%, 6% dan 9 % flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentranda (L.)Miq ) pohon glodokan adalah sebesar 3.55, 4.25 dan 9.15 mm dan DMSO adalah 0.
Gambar 4.5 Uji Aktivitas Antimikroba S. mutans terhadap Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L) Miq) Pohon Glodokan
Dari gambar 4.5 terlihat zona hambat Bakteri Positif S.mutans terhadap konsentrasi 3%, 6% dan 9% flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentranda (L.)Miq ) pohon glodokan adalah sebesar 6,9 dan 17.25 mm dan DMSO adalah 0.
Gambar 4.6 Uji Aktivitas Antimikroba C.albicans Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
Dari gambar 4.6 terlihat zona hambat Bakteri Positif C. albicans terhadap konsentrasi 3%, 6% dan 9% flavonoid total daun benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) pohon glodokan adalah sebesar 8.30, 4 dan 5.30 mm danDMSO adalah 0. Dari hasil pengujian zona hambat aktivitas antimikroba diatas di sajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Uji Aktivitas Antimikroba Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
No Konsentrasi (%) Diameter Zona Hambat (mm) S. mutans E. coli C. Albicans
1 3 6 3.55 8.30
2 6 9 4.25 4
3 9 17.25 9.15 5.30
4 Blanko DMSO 0 0 0
Dari tabel diatas dapat kita lihat grafik dibawah ini:
Grafik 4.7. X sebagai Konsentrasi Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq ) Pohon Glodokan Versus Y1
oleh S. mutans Y2 oleh E. coli dan Y3 oleh C. albicans
4.2 Pembahasan
4.2.1 Preparasi Sampel Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq) Pohon Glodokan
0 5 10 15 20
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi Flav. Total VS Diameter Hambat
Y3 Y2 Y1
yaitu 230 g atau sebesar 23%. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑘𝑘𝑖𝑖𝑘𝑘𝑖𝑖𝑃𝑃 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑃𝑃𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝐵𝐵𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑃𝑃𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
𝐵𝐵𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠𝑃𝑃𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑃𝑃 × 100%
= 230𝑖𝑖
1000 𝑖𝑖 × 100%
= 23 %
Ekstrak tidak mengandung sisa pelarut oleh karena itu susut pengeringan yang identik dengan kadarair, maka ekstrak yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah ekstrak kental yang liat pada keadaan dingin, sukar dituang dan persentase kandungan air sebesar 5-30%. (DEPKES RI, 2000)
Ekstrak kental metanol daun benalu sebanyak 24,5 g atau sebesar 12,25 %.
Perhitungan kadar ekstrak kental metanol daun benalu pohon glodokan adalah sebagai berikut:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑘𝑘𝑖𝑖𝑘𝑘𝑖𝑖𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑘𝑘𝑠𝑠𝑖𝑖𝑃𝑃𝑖𝑖𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 = 𝐵𝐵𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑘𝑘𝑠𝑠𝑖𝑖𝑃𝑃𝑖𝑖𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠
𝐵𝐵𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑃𝑃𝑃𝑃𝑠𝑠𝑖𝑖𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 × 100%
=24,5 𝑖𝑖
200 𝑖𝑖 × 100%
= 12,25%
Flavonoid total sebanyak 4,98 g atau sebesar 2,49 % dengan perhitungan sebagai berikut :
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑘𝑘𝑖𝑖𝑘𝑘𝑖𝑖𝑃𝑃 𝑓𝑓𝑠𝑠𝑖𝑖𝑓𝑓𝑓𝑓𝑖𝑖𝑓𝑓𝑖𝑖𝑘𝑘 𝑖𝑖𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠 = 𝐵𝐵𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑓𝑓𝑠𝑠𝑖𝑖𝑓𝑓𝑓𝑓𝑖𝑖𝑓𝑓𝑖𝑖𝑘𝑘 𝑖𝑖𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖𝑠𝑠
𝐵𝐵𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑃𝑃𝑃𝑃𝑠𝑠𝑖𝑖𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 × 100%
=4,98 𝑖𝑖
200 𝑖𝑖 × 100%
= 2,49 %
4.2.2 Uji Skrining Fitokimia Flavonoid Total Daun Benalu (Dendrophthoe pentranda (L.) Miq Pohon Glodokan
Dari uji skrining fitokimia daun segar benalu pohon glodokan yang dilakukan bahwa uji Alkaloid antara lain ekstrak metanol daun benalu dengan penambahan pereaksi