• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin pengering handuk dengan siklus kompresi uap dibantu dengan dua buah penukar kalor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mesin pengering handuk dengan siklus kompresi uap dibantu dengan dua buah penukar kalor."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Sekarang ini mesin pengering handuk yang ramah lingkungan, aman, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja tanpa dipengaruhi musim sangat dibutuhkan masyarakat terutama bagi kalangan pebisnis yang menggunakan mesin pengering handuk. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) merancang dan merakit mesin pengering handuk tanpa melibatkan energi matahari. (b) mengetahui laju pengeringan handuk dengan kondisi awal pengeringan (1) peras tangan (2) peras mesin cuci.

Penelitian dilakukan di Laboraturium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ukuran mesin pengering 176cm x 81cm x 60cm, mesin pengering handuk yang dibuat bekerja dengan siklus kompresi uap dibantu dengan dua penukar. Mesin ini bekerja dengan sistim terbuka. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kondisi awal pengeringan handuk yang terdiri dari 20 handuk peras tangan dan 20 handuk giling laundri. Bahan handuk yang digunakan dalam penelitian yaitu bahan katun dengan ukuran 30cm x 75cm x 1,4mm. Daya kompresor sebesar ½ hp. Ukuran komponen yang lain menyesuaikan daya besarnya kompresor.

Hasil penelitian menunjukkan mesin pengering handuk dapat bekerja dengan sesuai dengan yang diharapkan, dengan kondisi udara rata-rata didalam ruang pengering Tdb : 63,1oC, Twb : 29,3oC, RH : 11%. Untuk handuk peras tangan memerlukan memerlukan waktu pengeringan 135 menit, untuk 20 handuk, dengan massa awal 4,8 kg sampai dengan 1,7 kg. Untuk handuk hasil peras mesin cuci Tdb : 60,6oC, Twb : 29oC, RH : 10%. Untuk handuk peras mesin cuci memerlukan waktu pengeringan 45 menit, dengan 20 handuk, dengan massa awal 2,5 kg sampai 1,7 kg.

Kata kunci : Mesin pengering handuk, sistem kompresi uap, refrigerant

(2)

ABSTRAK

Now this drying machine that towel environmentally friendly, safe, practical and can be used when without influenced season is needed by the society especially among businessperson the use of a machine dryer a towel.The purpose of this research is: ( a ) design and assemble drying machine a towel without involving solar energy. ( b ) to examine the rate drying a towel with the initial conditions drying ( 1 ) wring the hands ( 2 ) wring the washing machine.

The research was done in laboraturium engineering university sanata dharma yogyakarta. Size drying machine 176cm x 81cm x 60cm, drying machine that towel made work to a cycle compression steam assisted by two heat exchangers. This machine work with systems open. The research was done with varying the initial conditions drying toweling consisting of 20 a towel wring hands and 20 a towel milled laundri. Material that towel used in the namely material cotton with size 30cm x 75cm x 1,4mm. Power compressor of ½ hp. Component size another adjust power the size of the compressor.

The research results show drying machine a towel can work with as

expected, with state of the air the average in space dryer tdb: 63,1o

c, twb: 29,3

o

c,

rh: 11 %. For towels wring hand need need the time drying 135 minutes, for 20 a towel, to the mass early 4.8 kg up to 1.7 kg. For towels the results of wring the washing machine tdb: 60,6o

c, twb: 29

o

c, rh: 10%. For towels wring the washing

machine need the time drying 45 minutes, with 20 a towel, to the mass early 2.5 kg until 1.7 kg.

(3)

i

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS

KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN DUA BUAH

PENUKAR KALOR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin

Disusun oleh

RUDI RIYANTO

NIM : 125214008

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ii

TOWEL DRYER WITH VAPOR COMPRESSION CYCLE

ASSISTED WITH TWO HEAT EXCHANGER

FINAL PROJECT

As partical fulfillment of the requrement

To obtain the Sarjana Teknik degree Mechanical Engineering

By :

RUDI RIYANTO

Student Number : 125214008

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vii

INTISARI

Sekarang ini mesin pengering handuk yang ramah lingkungan, aman, praktis dan dapat dipergunakan kapan saja tanpa dipengaruhi musim sangat dibutuhkan masyarakat terutama bagi kalangan pebisnis yang menggunakan mesin pengering handuk. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) merancang dan merakit mesin pengering handuk tanpa melibatkan energi matahari. (b) mengetahui laju pengeringan handuk dengan kondisi awal pengeringan (1) peras tangan (2) peras mesin cuci.

Penelitian dilakukan di Laboraturium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ukuran mesin pengering 176cm x 81cm x 60cm, mesin pengering handuk yang dibuat bekerja dengan siklus kompresi uap dibantu dengan dua penukar. Mesin ini bekerja dengan sistim terbuka. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kondisi awal pengeringan handuk yang terdiri dari 20 handuk peras tangan dan 20 handuk giling laundri. Bahan handuk yang digunakan dalam penelitian yaitu bahan katun dengan ukuran 30cm x 75cm x 1,4mm. Daya kompresor sebesar ½ hp. Ukuran komponen yang lain menyesuaikan daya besarnya kompresor.

Hasil penelitian menunjukkan mesin pengering handuk dapat bekerja dengan sesuai dengan yang diharapkan, dengan kondisi udara rata-rata didalam ruang pengering Tdb : 63,1oC, Twb : 29,3oC, RH : 11%. Untuk handuk peras tangan memerlukan memerlukan waktu pengeringan 135 menit, untuk 20 handuk, dengan massa awal 4,8 kg sampai dengan 1,7 kg. Untuk handuk hasil peras mesin cuci Tdb : 60,6oC, Twb : 29oC, RH : 10%. Untuk handuk peras mesin cuci memerlukan waktu pengeringan 45 menit, dengan 20 handuk, dengan massa awal 2,5 kg sampai 1,7 kg.

Kata kunci : Mesin pengering handuk, sistem kompresi uap, refrigerant

(10)

viii ABSTRAK

Now this drying machine that towel environmentally friendly, safe, practical and can be used when without influenced season is needed by the society especially among businessperson the use of a machine dryer a towel.The purpose of this research is: ( a ) design and assemble drying machine a towel without involving solar energy. ( b ) to examine the rate drying a towel with the initial conditions drying ( 1 ) wring the hands ( 2 ) wring the washing machine.

The research was done in laboraturium engineering university sanata dharma yogyakarta. Size drying machine 176cm x 81cm x 60cm, drying towels wring the washing machine need the time drying 45 minutes, with 20 a towel, to the mass early 2.5 kg until 1.7 kg.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik dan lancar.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa

untuk mendapatkan gelar S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Atas berkat, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Sudi Mungkasi, PhD, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi M.T. selaku Dosen Pembimbing skripsi, atas

arahan, pengertian, dan motivasi yang diberikan.

3. A. Prasetyadi, S.Si, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Doddy Purwadianto S.T., M.T., selaku Kepala Laboratorium Konversi

Energi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

5. Seluruh Staf dan Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi

bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Sadimin dan Ngatiyem selaku kedua orang tua, yang telah memberi

motivasi dan dukungan kepada penulis, baik secara materi maupun

(12)

x

7. Frenki Hastuti dan Frinda Tri Cahyaningrum, atas doa dan motivasi yang

diberikan.

8. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan semua pihak yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan

dan bantuan dalam wujud apapun selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisa penelitian dan penulisan skripsi

ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik, dan

saran yang membangun dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakannya.

Ahir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun

pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, Maret 2016

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

INTISARI ... vii

(14)

xii

2.1.6.1 parameter-parameter dalam psychrometric chart

... 20

2.1.6.2 proses-proses perlakuan udara pada psychrometric chart ... 21

2.1.7 proses pelakuan udara yang terjadi pada mesin pengering handuk

3.5.2 Cara menganalisis dan menampilkan hasil ……… 57

3.5.3 Cara Mendapatkan Kesimpulan ………... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.2 Hasil Perhitungan ... 63

4.3 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 77

5.2 Saran ………. 77

(15)
(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Table yang digunakan dalam penelitian ... 57

Tabel 4.1 Rata – rata pengeringan handuk dengan

perasan tangan

... 61

Tabel 4.2 Rata – rata pengeringan handuk dengan

perasan mesin cuci

... 62

Tabel 4.3 Hasil pengeringan handuk dengan panas

matahari

... 63

Tabel 4.4 Massa air yang menguap dari handuk (M1) ... 64

Tabel 4.5 Hasil perhitungan pengeringan handuk

dengan perasan tangan

... 72

Tabel 4.6 Hasil perhitungan pengeringan handuk

dengan perasan mein cuci

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Refrigerant

dehumidifier

………..………… 8

Gambar 2.2 Desiccant dehumidifier ………..……… 9

Gambar 2.3 Termometer bola basah dan termometer bola kering.

Gambar 2.8 psychrometric chart ... 19

Gambar 2.9 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychrometric chart ... 21

Gambar 2.10 Pemanasan (Heating) ... 22

Gambar 2.11 Pendinginan (cooling) ... 23

Gambar 2.12 pelembaban (Humidify) ... 23

Gambar 2.13 Penurunan kelembaban (Dehumidify) ... 24

Gambar 2.14 Pemanasan dan pelembaban (Heating & Humidify). ... 25

Gambar 2.15 Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating & De-humidify) ... 26

Gambar 2.16 Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling & Humidify) ... 26

Gambar 2.17 Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling & De-humidify) ... 27

Gambar 2.18 Proses yang terjadi pada mesin pengering handuk. ... 28

(18)

xvi

Gambar 3.16 Thermometer digital dan termokopel …………... 47

Gambar 3.17 Timbangan digital ……….. 48

Gambar 3.18 Tang ampere ……….. 49

Gambar 3.19 Diagram untuk penelitian ……… 50

Gambar 3.20 Pemasangan mesin pengering handuk ……….. 51

Gambar 3.21 Katup pengisian refrigeran ………. 53

Gambar 3.22 Skematik pengambilan data ……….. 54

Gambar 4.1 Suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor perasan tangan ……….. 66

(19)

xvii Gambar 4.3 Psychometric chart perasan

tangan pada menit 15

……… 69

Gambar 4.4 Psychometric chart perasan

mesin cuci menit 15

………... 70

Gambar 4.5 Grafik penurunan massa air pada

proses pengeringan handuk

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mesin pengering handuk ini di buat untuk menjawab persoalan yang

ada di massage, spa, pemandian air panas. Selama ini pengeringan handuk

dilakukan secara konvensional yaitu dengan menjemur secara langsung di luar

ruangan dengan memanfaatkan energi sinar matahari dan angin. Seiring dengan

kemajuan dan perkembangan teknologi, proses pengeringan handuk tidak

dilakukan secara konvensional, tetapi menggunakan mesin pengering.

Penggunaan mesin ini memiliki keunggulan, antara lain tidak bergantung

terhadap cuaca (dapat dilakukan pada malam hari dan pada saat kondisi terjadi

hujan).

Pada saat ini hampir semua pelaku bisnis menggunakan mesin

pengering untuk mengeringkan handuk. Massage and spa, dan hotel berbintang

menggunakan mesin pengering handuk untuk mempercepat pengeringan

handuk. Tempat pemandian air panas juga memerlukan mesin pengering

handuk dalam jumlah yang besar.

Proses pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari

cara konvensional sampai dengan cara yang modern. Dari menjemur pakaian di

bawah sinar matahari, sampai dengan menggunakan mesin pengering elektrik

maupun mesin pengering gas LPG. Setiap cara memiliki keuntungan dan

(21)

Keuntungannnya pengeringan dengan menggunakan energi matahari

selain murah juga ramah lingkungan, sumber energi matahari tersedia di alam

dan gratis. Kerugian adalah jika musim hujan tiba matahari sering tertutup

awan. Oleh karena itu pada musim hujan handuk sulit untuk dikeringkan

dengan menggunakan energi matahari, akibatnya handuk akan bau apek dan

berjamur.

Keuntungan pengeringan menggunakan mesin yaitu penggunaannya

tidak tergantung cuaca. Dapat dipergunakan kapan saja, baik siang maupun

malam hari dan proses pengeringannya cepat. Kerugiannya membutuhkan

energi tambahan, seperti gas LPG ataupun listrik.

Berangkat dari persoalan tersebut di atas penulis tertantang untuk dapat

merakit mesin pengering handuk yang ramah lingkungan, tidak berbahaya,

praktis dan dapat dipergunakan kapan saja.

1.2 Rumusan Masalah

Di pasaran, mesin khusus untuk pengering handuk sulit ditemukan.

Dimusim hujan mesin pengering handuk sangat dibutuhkan. Diperlukan sebuah

inovasi mesin pengering handuk dengan kapasitas cukup besar yang dapat

bekerja tanpa melibatkan energi surya. Bagaimanakah solusi dari persoalan

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Merancang dan merakit mesin pengering handuk yang dapat bekerja tanpa

melibatkan energi surya.

b. Mengetahui waktu pengeringan handuk, dari mesin pengering handuk

yang dirakit dengan dua kondisi awal pengeringan handuk yaitu perasan

tangan dan perasan mesin cuci.

c. Mengetahui laju pengeringan handuk, dari mesin pengering handuk yang

dirakit dengan dua kondisi awal pengeringan handuk yang berbeda yaitu

hasil peras tangan dan hasil peras mesin cuci.

1.4 Batasan-Batasan Masalah

Batasan-batasan yang dipergunakan di dalam pembuatan mesin

pengering handuk :

a. Mesin bekerja dengan menggunakan siklus kompresi uap.

b. Komponen mesin siklus kompresi uap meliputi: kompresor, evaporator,

kondensor dan pipa kapiler

c. Pengeringan handuk, dibantu dengan menggunakan dua buah penukar

kalor.

d. Kompresor yang dipergunakan berdaya 1/2 HP, komponen utama dari

mesin kompresi uap yang lain menyesuaikan dengan besarnya daya

(23)

e. Mesin pengering bekerja dengan sistem terbuka, artinya udara yang telah

dipergunakan untuk proses pengeringan handuk, dibuang keluar dari

lemari pengering.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah

a. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti lain

yang berminat pada penelitian pengering handuk.

b. Dapat menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang pengering handuk

yang dapat ditempatkan perpustakaan.

c. Mesin pengering handuk yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagaimana

(24)

5

BAB II

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Prinsip dasar pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air

secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan

air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media

pengering yang biasanya berupa panas.

2.1.1 Metode-Metode Pengering Handuk

Metode pengeringan handuk yang banyak ditemukan di pasaran saat ini

terdapat beberap jenis, diantaranya (a) Pengeringan handuk dengan

menggunakan sentrifugal dan heater (b) pengeringan handuk dengan gas LPG

dan kipas angin atau blower, (c) pengeringan handuk dengan menggunakan

dehumidifikasi dan pemanas, (d) pengeringan handuk dengan cara dijemur di

bawah sinar matahari.

a. Pengering handuk dengan menggunakan sentrifugal dan heater.

Pengering handuk jenis ini merupakan metode yang paling sering

ditemui di pasaran. Cara kerja mesin pengering ini adalah memanfaatkan gaya

sentrifugal untuk memisahkan air dari handuk dan menggunakan pemanas,

biasanya panas yang digunakan berasal dari heater atau gas LPG sebagai

(25)

motor listrik dan bersamaan dengan itu udara hasil pemanasan heater dialirkan

ke drum. Udara yang bersuhu tinggi membuat air di handuk menguap. Putaran

yang tinggi tersebut menimbulkan gaya sentrifugal yang mengakibatkan uap

air terlempar keluar dari drum dan tertampung di dalam drum sebelah luar,

kemudian air yang terkumpul dari proses dibuang secara langsung keluar

melalui pipa pembuangan.

b. Pengeringan handuk dengan gas LPG dan kipas.

Pengeringan jenis ini merupakan pengeringan handuk hasil

pengembangan dari beberapa mesin pengering yang sudah ada. Prinsip kerja

mesin pengering handuk yaitu dengan LPG memanfaatkan panas yang

dihasilkan oleh pembakaran gas LPG yang disirkulasikan ke lemari pengering.

Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menaikkan suhu udara. Akibat dari

udara kering yang bersuhu tinggi pada ruangan menyebabkan air dalam

handuk menguap. Selanjutnya udara lembab ini dibuang keluar lemari

menggunakan kipas angin, mesin jenis ini biasanya disebut sistem terbuka.

c. Pengering handuk dengan menggunakan cara dehumidifikasi dan pemanasan

Pengering handuk jenis ini menggunakan cara dehumidifier dan

pemanasan. Pengering handuk jenis ini sangat jarang di temui dipasaran. Mesin

pengering handuk bekerja dengan memanfaatkan proses dehumidifikasi dan

pemanasan udara yang disirkulasikan ke lemari. Udara diturunkan

(26)

dari udara kering dan bersuhu tinggi pada ruangan menimbulkan air dalam

handuk menguap selanjutnya udara lembab dibuang keluar dari lemari.

d. Pengering handuk dengan penjemuran di bawah sinar matahari.

Metode pengeringan handuk dengan di jemur di bawah sinar matahari

langsung merupakan metode paling umum dilakukan oleh masyarakat. Panas

dihasilkan matahari dapat menguapkan air yang ada pada handuk basah hingga

handuk benar-benar kering dan siap untuk disetrika. Tetapi seiring

perkembangan jaman dan teknologi, banyak orang berlomba-lomba untuk

menciptakan mesin pengering handuk. Hal ini bukan dikarenakan metode ini

tidak baik tetapi metode pengeringan ini sangat tergantung pada cuaca. Namun

metode ini masih tetap digunakan, karena dirasa lebih mudah dan murah.

2.1.2 Dehumidifier

Dehumidifier adalah sebuah alat yang penyerap uap air dari udara

berfungsi mengurangi tingkat kelembaban pada udara melalui proses

dehumidifikasi. Proses dehumidifikasi merupakan proses penurunan kadar air

dalam udara menjadi udara kering. Dehumidifikasi udara dapat dilakukan

dengan dua cara. Pertama, menggunakan metode pendinginan di bawah titik

embun dan mengurangi kandungan air dalam udara dengan cara kondensasi

yang disebut refrigerant dehumidifier Gambar 2.1. Kedua, menggunakan

bahan pengering sebagai penyerap kelembaban yang disebut desiccant

(27)

a. Refrigerant dehumidifier

Refrigerant dehumidifier merupakan pengering udara “dehumidifier”

yang paling umum ditemui di pasaran. Dehumidifier ini paling banyak dipilih

karena biaya produksinya yang relatif lebih murah, mudah dalam

pengoperasiannya dan efektif jika di aplikasikan dalam domestik maupun

komersial. Dehumidifier ini akan bekerja sangat baik jika ditempatkan pada

ruangan bersuhu hangat dan kelembaban tinggi.

Prinsip kerja dari refrigerant dehumidifier yaitu menggunakan sistem

kompresi uap. Evaporator akan menyerap uap air di dalam udara, kemudian

udara dilewatkan kondensor agar menjadi kering dan panas. Evaporator

memiliki tugas menurunkan suhu udara ke titik kondensasi. Sedangkan

kondensor memiliki peran untuk menaikan suhu udara agar menjadi semakin

tinggi.

Gambar 2.1 Refrigerant dehumidifier

(28)

b. Desiccant dehumidifier

Desiccant dehumidifier mempunyai cara penurunan kelembaban yang

berbeda dengan refrigerant dehumidifier. Dehumidifier ini menggunakan

bahan penyerap kelembaban berupa liquid atau solid, seperti silica gel atau

batu zeloit. Dehumidifier ini akan bekerja dengan sangat baik bila digunakan di

daerah beriklim dingin atau ketika diperlukan temperature titik embun yang

rendah. Karena tidak ada air yang diproduksi selama proses tersebut, maka

unit-unit ini dapat bekerja secara efektif pada suhu sub nol.

Prinsip kerjanya melewatkan udara lembab ke bagian proses pada disc.

Disc dibuat seperti sarang lebah dan berisi bahan pengering (silica gel atau

zeloid). Disc dibagi menjadi dua saluran udara yang dipisahkan oleh sekat.

Pertama bagian proses (75% dari lingkaran) dan bahan kedua bagian reaktivasi

(25% dari lingkaran). Disc diputar perlahan-lahan menggunakan motor kecil.

Selanjutnya uap air pada udara akan diserap oleh disc bahan pengering.

Kemudian udara meninggalkan motor dengan suhu hangat dan kering.

Bersamaan dengan berputarnya disc pada bagian reaktivasi disirkulasikan

udara panas yang berasal dari heater.

Pemanasan pada bagian reaktivasi bertujuan meregenerasikan disc

bahan pengering (bagian proses). Kemudian air yang diserap oleh disc bagian

reaktivasi terlepas karena proses pemanasan dan heat exchanger bergantian

menyerap uap air tersebut. Uap air yang diserap oleh heat exchanger akan

(29)

Gambar 2.2 Desiccant dehumidifier

2.1.3 Parameter proses Pengeringan

Untuk memahami proses dehumidifier ada beberapa parameter

yang harus dipahami atau dimengerti, yaitu :

a. Kelembaban

Kelembaban bisa diartikan sebagai kandungan uap air di udara. Udara

dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang

dikandungnya tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Udara yang kurang

mengandung uap air dikatakan udara kering sedangkan udara yang

mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab atau udara basah.

Komposisi dari udara terdiri dari berbagai jenis gas yang relative konstan.

Komposisi udara kering terdiri dari N2 dengan volume 78,09% dan berat

(30)

Gambar 2.3 Termometer bola basah dan termometer bola kering.

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban biasanya

menggunakan thermometer bola basah dan thermometer bola kering lihat

Gambar 2.3. Termometer bola kering digunakan untuk mengukur suhu udara

kering dan termometer bola basah untuk mengukur suhu udara basah. Pada

termometer bola kering, bola tabung air raksa pada termometer dibiarkan

kering ketika mengukur suhu udara aktual. Sedangkan pada termometer bola

basah, bola tabung air raksa diberi kain yang telah dibasahi agar suhu yang

terukur adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar

uap air dapat berkondensasi. Jika suhu bola kering dan suhu bola basah dari

udara telah diketahui, maka dengan bantuan psychrometric chart, kelembaban

udara pada saat itu dapat ditentukan. Dengan cara temperatur bola basah dan

temperatur bola kering yang sudah ditentukan kemudian digambar pada

psychometric chart sehingga ketemu satu titik kondisi udara pada saat itu, dari

titik tersebut dapat ditentukan kelembaban relatif dan kelembaban spesifik

(31)

Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara mutlak,

kelembaban relatif dan kelembaban spesifik. Kelembaban udara mutlak adalah

banyaknya uap air yang terkandung di dalam 1 kg udara. Kelembaban relatif

merupakan persentase perbandingan jumlah uap air yang terkandung dalam 1

m3 udara dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1 m3 udara pada kondisi udara yang sama.

Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (w) adalah jumlah

kandungan uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering, atau

perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering. Kelembaban

spesifik umumnya dinyatakan dalam gram per kilogram dari udara kering

(grair/kgudara) atau (kgair/kgudara). Dalam sistem dehumidifier semakin besar

perbandingan kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wH) dengan kelembaban spesifik dalam mesin pengering (wF), maka semakin

banyak massa air yang berhasil diuapkan. Massa air yang berhasil diuapkan

(Δw) dapat dihitung dengan Persamaan (2.1) :

Δw = (WH WF) kgair/kgudara (2.1)

Δw : massa air yang berhasil diuapkan (kgair/kgudara)

wH : kelembaban spesifik keluar dari mesin pengering (kgair/kgudara)

(32)

b. Suhu Udara

Suhu udara adalah keadaan panas atau dingin udara di suatu tempat pada

waktu tertentu. Suhu udara dinyatakan panas jika suhu udara pada tempat dan

waktu tertentu melebihi suhu lingkungan disekitarnya dan begitu sebaliknya

untuk suhu udara dingin.

Suhu udara sangat mempengaruhi laju pengeringan. Semakin besar

perbedaan antara suhu udara pengering dan suhu handuk maka kemampuan

perpindahan kalor semakin besar, maka proses penguapan air juga semakin

besar. Agar bahan yang dikeringkan tidak sampai rusak, suhu udara harus

diatur untuk dikontrol terus menerus.

Dry-bulb temperature (DB) atau temperatur bola kering adalah

temperatur yang terbaca pada thermometer dalam kondisi udara terbuka, maka

berakibat pula pada perubahan kalor sensible. Wet-bulb temperature (WB)

temperatur bola basah adalah temperatur yang terbaca pada thermometer

dengan sensor yang dibalut dengan kain basah untuk menghilangkan radiasi

panas. Dew-point temperature adalah suhu di mana udara mulai menunjukkan

aksi pengembunan ketika didinginkan.

c. Aliran udara

Aliran udara pada proses pengeringan mempunyai fungsi pembawa

udara panas untuk menguapkan kadar air handuk serta mengeluarkan uap air

hasil penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan harus segera dikeluarkan

(33)

pengeringan. Semakin besar debit aliran udara panas yang mengalir maka akan

semakin besar kemampuannya menguapkan massa air dari pakaian, namun

berbanding terbalik dengan suhu udara yang semakin menurun.

2.1.4 Siklus Kompresi Uap

Mesin refrigerasi siklus kompresi uap merupakan jenis mesin refrigerasi

yang dipergunakan pada mesin dehumidifikasi. Siklus kompresi uap ini

menggunakan refrigeran R-134a sebagai fluida kerjanya yang memiliki sifat

ramah lingkungan. Sistem pendinginan ini terdiri dari beberapa alat utama

yang pokok untuk dapat terjadinya proses kompresi uap, yaitu :

a. Kompresor, berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigeran.

b. Kondensor berfungsi mendinginkan atau mengembunkan refrigeran. Terjadi

pembuangan panas dari kondensor ke udara.

c. Pipa kapiler, berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran secara entalpi

konstan.

d. Evaporator, berfungsi untuk memanaskan atau menguapkan refrigeran. Ada

panas yang diserap oleh refrigeran sehingga terjadi pendinginan pada sekitar

evaporator.

Sistematik mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap disajikan pada

(34)

Gambar 2.4 Skematik siklus kompresi uap

Siklus kompresi uap di dalam P-h diagram dan T-s diagram disajikan pada

Gambar 2.5 dan Gambar 2.6.

Gambar 2.5 P-h Diagram siklus kompresi uap. Qout

Qin

Win Qout

Qin

Kondensor

Evaporator

Kompresor Pipa kapiler

Win

Enthalpy

Pre

(35)

Gambar 2.6 T-s Diagram siklus kompresi uap.

Di dalam siklus kompresi uap ini, refrigeran mengalami beberapa

proses yaitu :

a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi kering. Proses ini dilakukan oleh

kompresor, di mana refrigeran yang berupa gas bertekanan rendah

mengalami kompresi yang mengakibatkan refrigeran menjadi gas

bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropik (proses

pada enthalpi (s) konstan), maka suhu yang keluar dari kompresor juga

meningkat menjadi gas panas lanjut.

b. Proses (2-2a) merupakan penurunan suhu (desuperheating). Proses ini

berlangsung sebelum memasuki kondensor. Refrigeran gas panas lanjut

yang bertemperatur tinggi diturunkan sampai titik gas jenuh. Proses (2-2a)

(36)

c. Proses (2a-3a) merupakan proses kondensasi atau pembuangan kalor ke

udara lingkungan sekitar kondensor pada suhu konstan. Pada proses ini

terjadi perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Perubahan fase

ini terjadi karena temperatur refrigeran lebih tinggi daripada suhu udara

lingkungan sekitar kondensor, maka terjadi pembuangan kalor ke udara

lingkungan sekitar kondensor. Proses (2a-3a) berlangsung pada tekanan

dan suhu yang konstan.

d. Proses (3a-3) merupakan proses pendinginan lanjut. Pada proses ini terjadi

pelepasan kalor sehingga temperatur refrigeran yang keluar dari kondensor

menjadi lebih rendah dan berada pada fase cair. Hal ini membuat refigeran

lebih mudah mengalir dalam pipa kapiler.

e. Proses (3-4) merupakan proses penurunan tekanan. Proses penurunan

tekanan berlangsung secara drastis dan berlangsung pada entalpi yang

tetap. Proses in terjadi selama di dalam pipa kapiler. Pada proses ini

refrigeran berubah fase dari cair menjadi fase cair-gas. Akibat penurunan

tekanan ini, temperatur refrigeran juga mengalami penurunan.

f. Proses (4-1a) merupakan proses evaporasi atau penguapan. Pada proses ini

terjadi perubahan fase dari cair gas menjadi gas jenuh. Perubahan fase ini

terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah daripada suhu udara

lingkungan sekitar evaporator, maka terjadi penyerapan kalor dari udara

lingkungan sekitar evaporator. Proses (4-1a) berlangsung pada tekanan

(37)

g. Proses (1a-1) merupakan proses pemanasan lanjut. Proses ini terjadi karena

adanya penyerapan kalor terus menerus setelah proses (4-1a), maka

refrigeran yang masuk ke kompresor berubah fase dari gas jenuh ke gas

panas lanjut. Akibatnya refrigeran mengalami kenaikan temperatur

refrigeran. Dengan terjadinya proses pemanasan lanjut ini, menjadikan

kompresor bekerja lebih ringan.

2.1.5 Penukar kalor (heat exchanger)

Penukar kalor (heat exchanger) adalah alat yang dapat menghasilkan

pepindahan panas dari suatu fluida yang memiliki temperatur tinggi menuju ke

fluida yang memiliki temperatur lebih rendah. Heat excheger dapat berfungsi

sebagai pemanas ataupun pendingin, dalam penelitian ini heat exchanger

digunakan sebagai pemanas udara. Proses perpindahan panas dapat dilakukan

secara langsung ataupun secara tidak langsung. Proses perpindahan panas

secara langsung yaitu fluida panas akan langsung bercampur dengan fluida

dingin tanpa ada pemisah. Sedangkan perpindahan panas secara tidak langsung

yaitu bila antara fluida panas dan fluida dingin tidak terjadi kontak secaara

langsung tetapi dipisah oleh sekat-sekat pemisah.

Dalam penelitian ini heat exchanger yang digunakan untuk meningkatkan

temperatur udara kering sebelum masuk ruang pengering. Heat exchanger

menggunakan fluida air yang dipanaskan menggunakan kompor bertenaga gas.

Gamabr 2.7 menunjukkan gas water heater merupakan water heater yang

menggunakan gas LPG sebagai sumber pemanas airnya. Prinsip kerja dari gas

(38)

air didalam pipa-pipa tembaga, sehingga dapat membuat air dalam pipa

tembaga panas dalam waktu yang cepat. Kemudian air yang telah dipanaskan

tersebut disalurkan menuju kekondensor dengan menggunakan selang sehingga

kondensor memiliki temperatur yang lebih tinggi, Kondensor disini digunakan

untuk heat exchanger. Panas dari kondensor ini yang digunakan untuk

meningkatkan panas udara ketika udara melewati kondenser.

Gambar 2.7 Water heater

2.1.6 Psychrometric Chart

Psychrometric chart adalah grafik digunakan untuk menentukan

karakteristik dari udara di lingkungan tersebut. Skematik psychrometric chart

dapat dilihat pada Gambar 2.8. Untuk mengetahui nilai dari properti – properti

( Tdb, Twb, Tdp, h, RH, w, dan V) bisa dilakukan apabila minimal dua buah

(39)

Gambar 2.8 Psychrometric chart.

2.1.6.1 Parameter-parameter Dalam Psychrometric Chart

Parameter-parameter udara dalam psychrometric chart, diantaranya (a)

temperatur bola kering (b) temperatur bola basah (c) temperatur titik embun

(d) kelembaban spesifik (e) volume spesifik (f) entalpi (g) kelembaban relatif.

a. Temperatur bola kering

Temperatur bola kering adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui

pengukuran dengan thermometer bola kering.

(40)

Temperatur bola basah adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui

pengukuran dengan temperatur bola basah.

c. Temperatur titik embun

Temperatur titik embun adalah suhu yang menunjukkan mulai terjadinya

proses pengembunan ketika udara didinginkan, pada kondisi ini. Udara

memiliki RH 100%.

d. Kelembaban spesifik (w)

Kelembaban spesifik adalah berat kandungan uap air di udara dalam setiap

kilogram udara kering (kg air/kg udara kering).

e. Volume spesifik (v)

Volume spesifik adalah volume udara campuran dengan berat udara

tersebut (m3/kg). f. Entalpi (h)

Entalpi adalah jumlah panas total yang dimiliki oleh campuran udara dan

uap air persatuan massa udara tersebut. Dinyatakan dalam satuan Btu/lb

udara.

g. Kelembaban relatif (RH)

Kelembaban relatif adalah jumlah persentase perbandingan jumlah air

yang terkandung dalam 1m3 dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1m3 tersebut.

2.1.6.2 Proses-proses perlakuan udara dalam psychrometric chart. Proses-proses perlakuan udara dalam psychrometric chart pada

(41)

proses cooling atau proses pendinginan, (c) proses humidify, (d) proses

dehumidify, (e) proses heating dan humidify, (f) Proses Heating &

Dehumidify, (g) Proses Cooling dan Humidify, (h) Proses Cooling dan

De-humidify. Berikut penjelasannya :

Gambar 2.9 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychrometric chart

a. Proses pamanasan (Heating)

Proses pemanasan Gambar 2.10 adalah proses pemanasan udara

sensibel ke udara sehingga temperatur udara terus naik. Proses ini berfungsi

menaikkan temperatur atau proses pemanasan udara tanpa mengurangi

(42)

Gambar 2.10 Pemanasan (Heating)

b. Proses pendinginan (Cooling)

Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari

udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Proses ini berfungsi

untuk menurunkan temperatur bola kering udara tanpa mengurangi kandungan

uap air. Garis proses ini adalah garis horisontal ke arah kiri, seperli yang

terlihat pada Gambar 2.11.

(43)

c. Proses pelembaban (Humidify)

Proses pelembaban adalah proses ini berfungsi menambahkan

kandungan uap air ke udara tanpa merubah temperatur (dry bulb). Pada proses

ini terjadi perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Pada

proses ini digambarkan garis vertikal ke arah atas, seperti yang terlihat pada

Gambar 2,12.

Gambar 2.12 Pelembaban (Humidify)

d. Proses penurunan kelembaban (Dehumidify)

Proses penurunan kelembaban adalah proses ini menurunkan

kandungan uap air di udara tanpa merubah temperatur. Jadi proses ini

berlangsung pada kondisi temperatur kering yang konstan. Pada proses ini

terjadi perubahan kalor laten. Proses ini terjadi pada garis proses ke arah ke

(44)

Gambar 2.13 Penurunan kelembaban (Dehumidify)

e. Proses pemanasan dan pelembaban (Heating & Humidify)

Proses pemanasan dan pelembaban adalah proses ini menaikkan

temperatur dan menaikkan kandungan uap air di udara. Pada proses ini terjadi

peningkatan kalor laten, peningkatan kelembaman, entalpi, Tdb, Twb, dan kelembaman relatif. Garis prosesnya adalah garis ke arah kanan atas, lihat

Gambar 2.14.

(45)

f. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating & De-humidify)

Proses pemanasan dan penurunan kelembaban adalah proses ini udara

mengalami pendinginan dahulu sampai temperatur dibawah titik embun udara,

pada temperatur ini udara mengalami pengembunan sehingga kandungan uap

air akan berkurang kemudian udara dilewatkan kepemanas sehinggan

temperatur akan meningkat. Pada proses ini terjadi penurunan kelembaban,

TWb, kelembaban relatif tetapi terjadi kenaikan Tdb. Garis prosesnya adalah

garis ke arah kanan bawah, lihat Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating & De-humidify)

g. Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling & Humidify)

Proses pendinginan dan pelembaban adalah proses ini melewatkan

udara pada ruangan semburan air yang temperaturnya lebih rendah dari

temperatur udara, tetapi lebih tinggi dari titik embun udara sehingga temperatur

akan mengalami penurunan dan rasio pelembaban akan mengalami

(46)

Gambar 2.16 Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling & Humidify)

h. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling & De-humidify)

Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses ini

dilakukan dengan cara melewatkan udara pada ruang semburan air dimana

temperatur lebih rendah dari udara sehingga terjadi penurunan kalor laten, lihat

Gambar 2.17.

(47)

2.1.7 Proses perlakuan udara yang terjadi pada mesin pengering handuk

Gambar 2.18 menyajikan proses-proses perlakuan udara yang terjadi

pada mesin pengering handuk. Udara dikondisikan melalui proses pendinginan

dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidity) guna mendapatkan udara

yang diinginkan. Proses cooling and dehumidity ini terjadi pada evaporator.

Selanjutnya udara dialirkan melalui kompresor, kondensor dan heat exchanger

untuk mendapatkaan suhu udara yang diinginkan. Proses heating ini terjadi

pada komponen kompresor, kondensor dan heat exchanger. Setelah proses

heating udara dialirkan melewati handuk.

Gambar 2.18 Proses yang terjadi pada mesin pengering handuk.

Untuk menghitung laju pengeringan mesin pengering handuk dapat

dipergunakan Persamaan (2.2):

t m M

  

(48)

Pada Persamaan (2.2):

Ahmadsul Ameen (2003) membahas temuan investigasinya untuk

menentukan kelayakan pengeringan pakaian yang menggunakan panas dari

kondensor AC split gedung tinggi apartemen perkotaan. Pengujian dilakukan di

ruang pengering unit kondensasi, panas dari kondensor digunakan untuk

pengeringan pakaian. Pengeringan pakaian menggunakan panas dari kondensor

membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Pengeringan kovensional memerlukan

waktu 2,5 jam dan pengeringan alami di dalam ruangan memerlukan waktu

lebih dari 6 jam. Laju pengeringan mesin pengering 0,424 kg / jam,

(49)

alami dalam ruangan 0,139 kg / jam. Hasil penelitian menunjukkan

mengembangkan mesin pengering AC cocok untuk iklim tropis lembab.

Michael Cochran a, Jared Goodnight a, Bruce Babin a, Steve Eckels,

(2008) menjelaskan tentang mesin pengering kondensasi dengan teknologi baru

untuk pengeringan pakaian. Untuk meningkatkan efisiensi mesin tersebut,

menggunakan permukaan unsur ment (STE) mengalirkan udara ke permukaan

pelat penukar panas kondensasi. STE digunakan untuk meningkatkan

dehumidifikasi dari aliran udara lembab dan mengurangi kelembaban yang

digunakan untuk pengeringan. Berdasarkan analisis model, STE prototipe telah

dibuat dan diimplementasikan ke dalam sistem pengering kondensasi. Rata-

rata efisiensi 0,616 kW h / kg kering menggunakan STE, dibandingkan dengan

pengering konvensional 0,643 kW h / kg .

Driussi, Diego. (2009) menjelaskan tentang mesin pengering pakaian

yang menggunakan panas pompa. Khususnya pengaturan pompa panas yang di

gunakan untuk menurunkan kelembaban dari udara yang di gunaakan untuk

pengeringan. Bagian-bagian yang digunakan untuk mengatur pompa panas

terdiri dari sejumlah sirkuit atau lintasan loop tertutup yang terpisah.

Masing-masing bagian terdiri dari setidaknya kompresor, evaporator, pipa kapiler dan

kondensor.

Ah Bing Ng, Shiming Deng, (2008) menjelaskan tentang studi

pengembangan metode control untuk pengeringan, menggunakan pemodelan

mathematical dan pendekatan eksperimental. Model pengeringan dalam

(50)

berdasarkan teori pengeringan. Percobaan ini menggunakan kain katun. Sebuah

trobosan baru metode pngeringan menggunakan kontrol konten keseimbangan

kelembaban di udara lingkungan. Efektivitas dari metode ini telah di uji oleh

kedua pendekatan eksperimental dan modeling. Hasil dari evaluasi telah

menunjukkan bahwa metode ini bisa diterapkan dan dapat menghemat energi.

James P. Carow, Moeed Mukhtar, Jurij Paderno dan Paolo Spranzi.

(2014) menjelaskan tentang mesin pengering laundri dengan sistim pompa

panas yang terdiri dari drum yang berputar, blower pemanas dan satu siklus

refrigeran yang berada dalam satu rangkaian mesin pengering. Di dalam mesin

pengering ini juga dipasang dua sensor suhu yang ditempatkan pada saluran

udara untuk proses pengeringan. Sensor tersebut digunakan untuk

mengendalikan mesin pengering. Mesin pengering ini dibuat dengan mesin

(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah mesin pengering handuk buatan

sendiri dengan benda uji handuk berbahan katun. Ukuran dari lemari pengering

150cm x 90cm x 156cm dan ukuran mesin pengering 176cm x 81cm x 60cm.

Gambar 3.1 memperlihatkaan skematik alat yang digunakan saat penelitian.

(52)

Keterangan :

a Evaporator I Gas LPG

b Kompresor J Pemanas air

c Kondensor K Kompor gas

d Pipa kapiler L Selang masuk pemanas air

e Kipas M Selang masuk heat exchanger

f Lemari N Pompa air

g Heat exchanger o Bak penampungan air

h Handuk P selang keluar heat exchanger

3.2 Variasi Penelitian

Variasi penelitian dilakukan terhadap kondisi awal handuk sebelum

dikeringkan (a) peras tangan dan (b) peras mesin cuci. Variasi dengan peras

tangan dan peras mesin cuci dengan jumlah handuh 20 handuk. Penelitian

dilakukan sebanyak 4 kali percobaan pada masing-masing variasi penelitian,

guna untuk mendapatkan hasil karakteristik pengeringan handuk yang baik.

Gambar 3.2 menunjukkan bahan yang dijadikan benda penelitian terbuat dari

(53)

Gambar 3.2 Handuk bahan katun.

3.3 Alat dan Bahan Pembuata Mesin Pengering Handuk

Dalam proses pembuatan mesin pengering handuk ini diperlukan alat

dan bahan diantara lain:

3.3.1 Alat

a. Gergaji kayu

Gergaji kayu digunakan untuk memotong kayu. Pemotongan kayu

dimana kayu tersebut digunakan untuk membuat rangka utama peletakan mesin

(54)

b. Bor dan cutter

Bor digunakan untuk membuat lubang. Pembutan lubang dilakukan

untuk dapat memasukkan kabel kedalam ruang mesin. Cutter digunakan untuk

memotong plat triplek, lakban dan styrofoam kasing mesin pengering handuk.

c. Obeng dan kunci pas ring set

Obeng diguna untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang

digunakan adalah obeng (-) dan obeng (+). Kunci pas ring set digunakan untuk

mengencangkan dan mengendorkan baut.

d. Meteran dan mistar

Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Dalam

proses pembuatan rangka, meteran banyak digunakan untuk mengukur panjang

kayu rangka dan plat triplek. Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur

panjang dari suatu benda seperti styrofoam dan busa.

e. Lakban dan lem aibon

Lakban digunakan untuk menutup cela-cela sambungan triplek.

Sedangkan lem aibon digunakan untuk merekatkan busa dengan rangka kayu.

f. Tang kombinasi

Tang kombinasi digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat

(55)

g. Tube cutter

Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga. Agar hasil

potongan pada pipa lebih baik serta dapat lebih mudah proses pengelasan.

h. Tube expander

Tube expander atau pelebar pipa berfungsi untuk mengembangkan

ujung pipa tembaga agar antar pipa dapat tersambung dengan baik.

i. Gas las Hi-cook

Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan

sambungan pipa-pipa tembaga komponen mesin pengering lainnya.

j. Bahan las

Bahan las yang digunakan dalam penyampungan pipa kapiler

menggunakan perak, kawat las kuningan dan borak. Borak berfungsi untuk

menyambung antara tembaga dan besi. Penggunaan borak sebagai bahan

tambahan bertujuan agar sambungan pengelasan lebih merekat.

k. Metil

Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan

saluran-saluran pipa kapiler. Dosis pemakaian yaitu sebanyak satu tutup botol metil.

l. Pompa vakum

Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak

di sistem mesin pengering pakaian, seperti udara dan uap air. Hal ini

(56)

air yang berlebihan pada sistem pendinginan dapat membeku dan menyumbat

filter atau pipa kapiler.

3.3.2 Bahan

Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan tempat

mesin pengering handuk antara lain:

a. Plat triplek

Plat triplek pada Gambar 3.3 digunakan sebagai casing luar mesin

pengering handuk. Pemilihan plat triplek sebagai kasing dikarenakan mudah

dibuat dan tidak menghantarkan panas.

Gambar 3.3 Plat triplek

b. Styrofoam

Styrofoam seperti yang disajikan pada Gambar 3.4 digunakan sebagai kasing

dalam, dengan tebal 20mm. Menggunakan styrofoam dikarenakan matrial ini yang

(57)

Gambar 3.4 Styrofoam.

c. Busa

Busa seperti yang disajikan pada Gambar 3.5 berfungsi untuk

meminimalir kebocoran udara dan temperatur ke luar ruangan. Dalam

penelitian ini busa digunakan untuk menutup cela-cela udara pada mesin

penggering handuk dan digunakan juga untuk melapisi pintu mesin pengering

handuk.

(58)

d. Lakban dan lem aibon

Lakban digunakan untuk menutupi celah-celah sambunga antara kayu

dan triplek. Sedangkan lem aibon digunakan untuk merekatkan styrofoam dan

busa pada permukaan triplek ataupun seng.

e. Balok kayu

Balok kayu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.6 digunakan

sebagai rangka alas mesin peengering pakaian. Pemilihan balok kayu ini

dikarenakan balok kayu yang harganya murah dan kuat untuk menahan beban

komponen mesin pengering handuk.

Gambar 3. 6 Balok kayu

f. Besi siku L dan berlubang

Besi siku dan berlubang digunakan sebagai rangka penyangga hanger

(59)

g. Roda

Roda digunakan untuk membantu atau memudahkan pada saat

memindahkan mesin pengering handuk dari satu tempat ke tempat yang lain.

h. Kawat

Kawat disini digunakan untuk mengikat rangka peletakan hanger serta

menyilang pada keempat ujung cantolan hanger, guna mendapatkan posisi

cantolan hanger yang seimbang.

i. Kompresor

Kompresor seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.7 merupakan unit

yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran ke pipa-pipa mesin pengering

handuk dengan cara menghisap dan mempompakan refrigeran. Jenis

kompresor yang digunakan adalah kompresor rotari dengan daya 1/2 HP,

tegangan yang digunakan 220V dan arus yang bekerja sebesar 2 A.

(60)

j. Kondensor

Kondensor seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.8 merupakan

suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengkondensasikan refrigeran

dari fase uap menjadi zat cair. Untuk mengubah fase dari uap menjadi cair ini

membutuhkan suhu lingkungan yang lebih rendah agar terjadi pelepasan kalor

ke lingkungan kondensor. Jenis kondensor yang digunakan pada penelitian ini

merupakan jenis pipa bersirip, pipa yang digunakan berbahan tembaga dan

sirip bahan aluminium. Ukuran dari kondensor yang digunakan adalah 65,7 cm

x 2 cm x 50 cm dengan diameter pipa luar 10 mm, dan jumlah lintasan

sebanyak Sembilan.

(61)

k. Pipa kapiler

Pipa kapiler seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.9 adalah alat

yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran dari tekanan tinggi ke

tekanan redah sebelum masuk ke evaporator. Ketika refrigeran mengalami

penurunan tekanan, temperatur refrigeran juga mengalami penurunan. Panjang

pipa kapiler yang digunakan 60 cm dengan diameter luar 0,3 cm.

Gambar 3.9 Pipa kapiler.

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-ttGC2E17Cf4/UPQ6dYB-slI/AAAAAAAACBQ/fc4pCj Bdmhg/s1600/pipa_kapiler.jpg.

l. Evaporator

Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan

refrigeran, yang sebelumnya di fase cair menjadi gas sebelum refrigeran masuk

kompresor. Jenis evaporator yang digunakan merupakan jenis pipa bersirip

dengan bahan pipa tembaga serta sirip berbahan alumunium, ukuran dari

evaporator adalah 62 cm 1,3 cm 45 cm dengan diameter luar pipa 7 mm

(62)

Gambar 3.10 Evaporator.

m. Filter

Filter seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.11 merupakan alat

yang berfungsi menyaring kotoran agar tidak terjadi penyumbatan pada pipa

kapiler, seperti kotoran akibat korosi, serbuk-serbuk sisa potongan dan uap air.

Filter yang digunakan memiliki panjang 70 mm dan diameter 19 mm dengan

bahan tembaga.

Gambar 3.11 Filter

n. Refrigeran

Refrigeran adalah gas yang digunakan sebagai fluida pendingin.

(63)

sekitar. Jenis gas refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah R 134a

Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Tabung gas refrigeran 134a.

Sumber : http://img.hisupplier.com/var/userImages/2008-04/10/mehree_133919.jpg

o. Kipas

Kipas digunakan untuk menghisap udara dari lingkungan dan

mensirkulasikan udara kering ke lemari pengering hasil proses dehumidifikasi.

Kipas yang digunakan sebanyak dua buah dengan ukuran diameter 38 cm,

(64)

Gambar 3.13 Kipas

p. Pressure Gauge

Pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran

dalam sistem pendinginan baik dalam saat pengisian maupun pada saat

beroprasi. Pada pressure gauge terdapat dua alat ukur tekanan, yaitu tekanan

hisap kompresor dan tekan keluar kompresor terlihat pada Gambar 3.14.

(65)

r. Water heater

Water heater yang digunakan dalam penelitian ini di gunakan untuk

memanaskan air yang disalurkan ke heat exchanger. Jenis water heater yang

digunakan adalah gas water heater dengan LPG sebagai sumber energinya

Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Water heater

s. Kompor

Dalam penelitian, kompor yang digunakan berjenis high pressure.

kompor digunakan untuk memanaskan water heater sehingga air yang

mengalir meningkat suhunya.

t. Pompa

Pompa digunakan untuk mensirkulasikan air dari penampungan air

menuju heat exchanger. Jenis pompa yang digunakan dalam penelitian adalah

(66)

u. LPG

LPG dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan bakar untuk

meningkatkan suhu air ketika air melewati water heater.

v. Selang

Dalam penelitian ini selang digunakan untuk mengalirkan fluida dari

pompa menuju ke water heater, kemudian dari water heater menuju heat

exchanger. Ukuran selang yang digunakan berdiameter ½ inch.

3.3.3 Alat Bantu Penelitian

Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian

sebagai berikur :

a. Pengukur suhu digital dan termokopel

Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan suhu atau temperatur

pada saat pengujian. Cara kerjanya pada ujung termokopel diletakkan

(ditempelkan atau digantung) pada bagian yang akan diukur, maka suhu akan

tampil pada layar penampil suhu digital Gambar 3.16. Dalam pelaksanaannya

(67)

Gambar 3.16 Termometer digital dan termokopel.

b. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang digunakan untuk

pengujian. Waktu yang dibutuhkan setiap pengambilan data yaitu 15 menit.

c. Timbangan digital

Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat handuk basah dan

berat handuk kering dalam pengujian. Gambar 3.17 menunjukkan timbangan

yang digunakan memiliki kapasitas 30 kg dengan ketelitian 5 g .

(68)

d. Termometer bola basah dan termometer bola kering

Termometer bola kering digunakan untuk mengukur suhu kering udara.

Sedangkan suhu udara bola basah digunakan untuk mengukur suhu udara basah

yang melewati termometer.

f. Alat ukur tekanan (Pressure Gauge)

Pressure Gauge digunakan dalam penelitian untuk mengukur tekanan

refrigeran dalam sistem kompresi uap. Terdapat dua alat ukur tekanan, yaitu

tekanan hisap kompresor dan tekan keluar kompresor.

e. Tang ampere

Digunakan untuk mengetahui arus yang bekerja pada mesin pengering

handuk terlihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3. 18 Tang ampere

3.4 Tata Cara Penelitian

(69)

Alur penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alir yang

tersedia pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Diagram alir untuk penelitian. Pengambilan data

Pengolahan, analisis data / pembahasan, kesimpulan dan saran

Selesai

Penambahan heat exchanger Pemvakuman dan pengisian refrigeran

R-134a pada mesin dehumidifier

Uji

Perancangan mesin pengering handuk

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan mesin pengering handuk Mulai

Baik

(70)

3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Handuk

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan mesin

pengering handuk seperti pada gambar 3.20, yaitu :

a. Merancang bentuk model pengering handuk.

b. Membuat rangka mesin pengering dan lemari pengering.

c. Memasang papan kayu (triplek) sebagai alas komponen, seperti : evaporator,

kipas, kompresor, dan kondensor.

Gambar 3.20 Pemasangan rangka mesin pengering handuk.

d. Pemasangan tampungan air dari evaporator dan pemasangan kipas.

e. Pemasangan komponen yang terdiri dari evaporator, kondensor, kompresor,

dan filter.

f. Pemasangan pipa kapiler, pipa-pipa tembaga dan pengelasan sambungan

antar pipa.

(71)

h. Pemasangan pintu.

i. Kemudian pemasangan komponen kelistrikan dan perkabelan mesin

pengering.

j. Pembuatan lemari pengering handuk.

k. Pemasangan heat exchanger.

l. Pembuatan dan pemasangan rangka peletakan hanger.

3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran R-134a

Sebelum pengisian refrigeran diperlukan beberapa proses yaitu proses

pemetilan dan pemvakuman agar mesin pengering dapat digunakan dengan

baik. Proses pemvakuman berarti pengkosongan atau menghampakan sistem

kompresi uap dari udara dan gangguan karena udara tidak dapat diembunkan

pada suhu dan tekanan refrigeran. Proses pemetilan berfungsi untuk

membersihkan saluran dalam sistem kompresi uap dari kotoran yang

menempel pada saluran agar sistem dapat berjalan dengan baik.

Untuk melakukan pengisian refrigeran pada mesin pengering handuk

diperlukan beberapa langkah sebagai berikut :

a. Pasang salah satu ujung selang pressure gauge pada katup pengisian

pressure gauge, kemudian ujung lainnya dihubungkan pada katup tabung

(72)

Gambar 3.21 Katup pengisian refrigeran.

b. Hidupkan kompresor dan buka keran pada katup tabung pada refrigeran

pelan-pelan hingga tekanan pada high pressure gauge mencapai tekanan

yang diinginkan, kemudian tutup keran pada katup tabung refrigeran.

c. Setelah refrigeran terisi kedalam sistem siklus kompresi uap, lepaskan

selang pressure gauge. Pemeriksaan kebocoran dalam sistem dilakukan

dengan bantuan busa sabun, pemeriksaan dilakukan pada lubang katup

pengisian dan sambunga pipa-pipa.

3.5 Skematik Pengambilan Data

Pemasangan alat ukur pada mesin pengering handuk dan alur udara

(73)

Gambar 3.22 Skematik pengambilan data

Keterangan Gambar 3.22 skematik mesin pengering handuk:

a. Termokopel (Tin)

Suhu udara bola kering sebelum masuk mesin pengering.

b. Termokopel (T1)

Suhu udara bola kering setelah melewati evaporator.

c. Termokopel (T2)

Suhu udara bola kering setelah melewati kompresor.

d. Termokopel (T3)

Suhu udara bola kering setelah melewati kondensor.

(74)

Suhu udara bola kering setelah melewati heat exchanger atau suhu udara

bola kering masuk ruang pengering.

f. Termokopel (Tout)

Suhu udara bola kering setelah keluar dari ruang pengering.

g. Termometer bola basah (Twin)

Suhu udara bola basah sebelum masuk mesin pengering.

h. Termometer bola basah (Twout)

Suhu udara bola basah setelah keluar dari ruang pengering.

3.5.1 Cara Pengambilan Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data yaitu

sebagai berikut:

a. Penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas Sanata Dharma pada

musim hujan. Perubahan suhu sekitar dan kelembaban dalam penelitian ini

diabaikan, karena suhu udara sekitar dan kelembabannya berubah-ubah

sesuai cuaca.

b. Memastikan bahwa termokopel sudah dikalibrasi.

c. Memeriksa kipas bekerja dengan baik serta saluran pembuangan air hasil

kondensasi udara tidak tersumbat.

d. Alat bantu penelitian diletakkan pada tempat yang sudah ditetapkan.

e. Menghidupkan mesin pengering handuk, kipas 1 dan kipas 2.

f. Mencatat massa hanger. Selanjutnya timbang dan catat massa kering

(75)

g. Menutup semua celah-celah dengan busa dan menutup semua pintu lemari

pengering. Tunggu hingga beberapa saat agar mesin pengering handuk

mencapai suhu kerja yang stabil.

h. Membasahi dan memeras handuk, kemudian timbang dan catat massa

handuk basah (MHB).

i. Mengecek tekanan (P1&P2) dan arus, kemudian tutup semua pintu.

j. Data yang harus dicatat setiap 15 menit, antara lain:

MHBt : Massa handuk basah saat t ,(kg).

k. Hasil dari data yang diperoleh kemudian dijumlahkan hasil dari kalibrasi

(76)

Tabel 3.1 Tabel yang digunakan dalam pengambilan data.

3.5.2 Cara Menganalisis dan Menampilkan Hasil

Cara yang digunakan untuk menganalisis hasil dan menampilkan hasil,

sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukkan dalam Tabel 3.1. Kemudian

hitung rata-rata dari 4 kali percobaan setiap variasi.

b. Setelah mendapatkan rata-rata, kemudian menghitung massa air yang

menguap dari handuk (M1) setiap variasinya. Massa air yang menguap dari

handuk (M1) dapat dihitung dengan Persamaan (3.1):

M1 = MHB-MHK (3.1)

Pada permasamaan (3.1):

M1 = Massa air yang menguap dari handuk (kg)

MHB = Massa handuk basah (kg)

MHK = Massa handuk kering (kg)

c. Mencari suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor dengan

(77)

menggunakan P-h diagram, satuan tekanan refrigeran P1 dan P2 terlebih

dahulu dikonversi dari Psig ke Mpa.

d. Mencari kelembaban spesifik udara setelah melewati evaporator (wF),

kelembaban spesifik udara setelah keluar dari ruang pengering (wH) dengan

menggunakan psychometric chart.

e. Setelah mengetahui kelembaban spesifik udara setelah melewati evaporator

(wF) dan kelembaban spesifik udara setelah keluar dari ruang pengering

(wH), kemudian dapat dihitung massa air yang berhasil diuapkan (Δw) tiap

variasi. Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan

menggunakan Persamaan (3.1).

f. Menghitung laju pengeringan (M2), dapat dihitung dengan cara perbedaan

massa air (Δm) dibagi dengan perbedaan waktu (Δt). Untuk dapat

menghitung laju pengeringan (M2) dapat menggunakan Persamaan (2.2).

g. Kemudian dapat menghitung laju aliran massa udara pada mesin pengering

handuk (mudara) setiap variasi. Laju aliran massa udara (mudara) dapat

dihitung dengan laju pengeringan mesin pengering handuk (M2) dibagi dengan massa air yang berhasil diuapkan (Δw). Laju aliran massa udara

(mudara) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.3).

h. Untuk memudahkan pembahasan, hasil perhitungan proses pengeringan,

maka digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukan terhadap grafik

(78)

3.5.3 Cara Mendapatkan Kesimpulan

Dari analisis yang sudah dilakukan akan diperoleh hasil kesiimpulan.

Kesimpulan merupakan inti dari hasil analisis penelitian. Kesimpulan harus

Gambar

Gambar 2.3 Termometer bola basah dan termometer bola kering.
Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Skematik siklus kompresi uap
Gambar 2.6 T-s Diagram siklus kompresi uap.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Alat Ukur... Kelima, masukan dari dosen pembimbing diperbaiki. Selanjutnya, hasil perbaikan diberikan kepada dosen ahli untuk judgement. Keenam, setelah di

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori semai yang memiliki nilai rata-rata kerapatan relatif tertimggi adalah jenis Kandelia candel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko terkait karekteristik rumah tangga yang meliputi ketersediaan ventilasi, tumpukan sampah di sekitar rumah, kandang ternak di

Dari kalus embriogen abaka hasil seleksi in vitro dengan AF diperoleh tunas yang insensitif terhadap AF sebanyak 85 tunas varian abaka klon Tangongon dan 28 tunas varian

rolfsii menge1uarkan sejumlah besar asam oksalal (OA), yaitu fitotoksin yang bertanggung jawab pada kematian jaringan tanaman, sebelum dan seiring dengan pertumbuhan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk (1) mengevaluasi respon bibit abaka varian yang diregenerasikan dari kalus embriogen (populasi KJ), dari kalus embriogen yang telah

Pada perlakuan tanpa radiasi, hanya tanaman yang berasal dari seleksi awal dengan asam fusarat 15-30 ppm dengan seleksi silang filtrat 50% dapat bertahan hidup sebanyak 25% baik

Pada contoh pertama dan kedua perbuatan hukum para pihak untuk melakukan perjanjian jual beli hak atas tanah berikut rumah kiranya sudah jelas bahwa akta otentik yang dibuat dihadapan