• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin pengering handuk dengan siklus kompresi uap dibantu dengan satu buah penukar kalor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mesin pengering handuk dengan siklus kompresi uap dibantu dengan satu buah penukar kalor."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Dewasa ini mesin pengering handuk yang praktis, cepat, aman dan dapat dipergunakan kapan saja dibutuhkan masyarakat terutama di daerah perumahan, penginapan dan pelaku bisnis. Tujuan penelitian adalah : (a) Merancang dan membuat mesin pengering handuk (b) mengetahui laju pengeringan handuk dengan kondisi awal pengeringan (1) perasan tangan (2) perasan mesin cuci.

Mesin pengering handuk ini bekerja dengan menggunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap. Komponen siklus kompresi uap meliputi: kompresor, evaporator, filter, kondensor dan pipa kapiler. Kompresor yang dipergunakan berdaya ½ HP, refrigeran yang dipergunakan pada mesin siklus kompresi uap: R134a. Pengeringan handuk, dibantu dengan menggunakan tambahan satu buah alat penukar kalor. Mesin ini bekerja dengan menggunakan sistem terbuka. Variasi penelitian adalah kondisi handuk awal pengeringan (a) perasan tangan (b) perasan mesin cuci, sebanyak 20 handuk. Handuk yang digunakan terbuat dari bahan katun dengan ukuran 30 cm × 75 cm × 1,4 mm. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukan (a) mesin pengering handuk dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, dengan kondisi udara rata-rata di dalam ruang pengering Tdb: 53,7oC, Twb: 28oC, RH: 13%. (b) Laju pengeringan handuk (1) untuk handuk hasil perasan tangan, memerlukan waktu pengeringan 165 menit untuk 20 handuk, dengan massa awal 4,833 kg menjadi 1,779 kg. (2) untuk handuk hasil perasan mesin, memerlukan waktu pengeringan 45 menit untuk 20 handuk, dengan massa awal 2,575 kg menjadi 1,777 kg.

(2)

ii

ABSTRACT

Nowadays, a towel dryer machine which is practical, fast, safe and can be used at any time, is considered very important especially for housing areas, inn and business actors. The goals of this research are : (a) to design and make a towel dryer machine (b) to measure speed of drying towels with initial condition (1) squeeze of hand (2) the spin of the washing machine.

The towel dryer machine works by using the refrigeration cycle. Component the refrigeration cycle include: compressor, evaporator, filter, condenser and capillary tube. Compressor are used powerless ½ HP, refrigerant used in refrigeration cycle engines: R134a. Dryer machine towels, assisted with one heat exchanger. This machine work by using open system. Variation research with initial condition drying towels (a) squeeze of hand (b) the spin of the washing machine, as many as 20 towels. The towels used made from cotton fabric with the size 30 cm × 75 cm. The location of the research is Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma Yogyakarta University.

The results research showed (a) the towel dryer machine can work well as expected, with state of the air the average in the room dryer Tdb: 53,7oC, Twb: 28oC, RH: 13%. (b) speed of drying (1) for towels the results by squeeze of hand, need the time drying 165 minutes with towels as many as 20, of the mass 4,833 kg until 1,779 kg. (2) for towels the results by spin of the washing machine, need the time drying 45 minutes with towels as many as 20, of the mass 2,575 kg until 1,777 kg.

(3)

i

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS

KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH

PENUKAR KALOR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin

Oleh :

KURNIANDY WIJAYA

NIM : 125214012

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ii

TOWEL DRYER MACHINE WITH REFRIGERATION

CYCLE ASSISTED WITH ONE HEAT EXCHANGER

FINAL PROJECT

As Partical Fulfillment of The Requirements

to Obtain the Sarjana Teknik Degree in Mechanical Engineering

By

KURNIANDY WIJAYA

Student Number : 125214012

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)

MESIN PENGERING

IIANDUK

DENGAN SIKLUS

KOMPRESI

UAP

DIBANTU

DENGAIY SATU

BUAII

PENUKAR

KALOR

W

Ir. PK.Purwadi, M.T.

oleh

KURNIAIIDY WIJAYA

NIM

:125214012

F.,Tos)

\

b"ynrorsc

Dosen Pembimbing Skripsi

(6)

MESTN

PENGERING

HANDUK DENGAII

SIKLUS

KOMPRESI

UAP DTBANTU

DENGAN

SATU

BUAH

PENUKAR

KALOR

Dipersiapkan dan disusun oleh:

NAMA

: KURNIANDY WIJAYA

NIM

:125214012

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji 26Mei2016

persyaratan Sarjana Teknik

Yogyakarta,26 Mei 2016

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

lv

Nama Lengkap

r

F-: Wibowo Kusbandono, S.T., M.T.

: w louwu NuSDaIluullu, J. I ., lYr. I

A

;

: Budi Setyahandana, S.T., M.T.

'L I ^\

'L'c

(7)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 26 Mei 2016

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Kurniandy Wijaya

Nomer Mahasiswa : 125214012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

Mesin Pengering Handuk Dengan Siklus Kompresi Uap Dibantu Dengan Satu Buah

Penukar Kalor

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 26 Mei 2016

Yang menyatakan,

(9)

vii

ABSTRAK

Dewasa ini mesin pengering handuk yang praktis, cepat, aman dan dapat dipergunakan kapan saja dibutuhkan masyarakat terutama di daerah perumahan, penginapan dan pelaku bisnis. Tujuan penelitian adalah : (a) Merancang dan membuat mesin pengering handuk (b) mengetahui laju pengeringan handuk dengan kondisi awal pengeringan (1) perasan tangan (2) perasan mesin cuci.

Mesin pengering handuk ini bekerja dengan menggunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap. Komponen siklus kompresi uap meliputi: kompresor, evaporator, filter, kondensor dan pipa kapiler. Kompresor yang dipergunakan berdaya ½ HP, refrigeran yang dipergunakan pada mesin siklus kompresi uap: R134a. Pengeringan handuk, dibantu dengan menggunakan tambahan satu buah alat penukar kalor. Mesin ini bekerja dengan menggunakan sistem terbuka. Variasi penelitian adalah kondisi handuk awal pengeringan (a) perasan tangan (b) perasan mesin cuci, sebanyak 20 handuk. Handuk yang digunakan terbuat dari bahan katun dengan ukuran 30 cm × 75 cm × 1,4 mm. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukan (a) mesin pengering handuk dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, dengan kondisi udara rata-rata di dalam ruang pengering Tdb: 53,7oC, Twb: 28oC, RH: 13%. (b) Laju pengeringan handuk (1) untuk handuk hasil perasan tangan, memerlukan waktu pengeringan 165 menit untuk 20 handuk, dengan massa awal 4,833 kg menjadi 1,779 kg. (2) untuk handuk hasil perasan mesin, memerlukan waktu pengeringan 45 menit untuk 20 handuk, dengan massa awal 2,575 kg menjadi 1,777 kg.

(10)

viii

ABSTRACT

Nowadays, a towel dryer machine which is practical, fast, safe and can be used at any time, is considered very important especially for housing areas, inn and business actors. The goals of this research are : (a) to design and make a towel dryer machine (b) to measure speed of drying towels with initial condition (1) squeeze of hand (2) the spin of the washing machine.

The towel dryer machine works by using the refrigeration cycle. Component the refrigeration cycle include: compressor, evaporator, filter, condenser and capillary tube. Compressor are used powerless ½ HP, refrigerant used in refrigeration cycle engines: R134a. Dryer machine towels, assisted with one heat exchanger. This machine work by using open system. Variation research with initial condition drying towels (a) squeeze of hand (b) the spin of the washing machine, as many as 20 towels. The towels used made from cotton fabric with the size 30 cm × 75 cm. The location of the research is Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma Yogyakarta University.

The results research showed (a) the towel dryer machine can work well as expected, with state of the air the average in the room dryer Tdb: 53,7oC, Twb: 28oC, RH: 13%. (b) speed of drying (1) for towels the results by squeeze of hand, need the time drying 165 minutes with towels as many as 20, of the mass 4,833 kg until 1,779 kg. (2) for towels the results by spin of the washing machine, need the time drying 45 minutes with towels as many as 20, of the mass 2,575 kg until 1,777 kg.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik dan lancar.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk mendapatkan gelar

sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan

skripsi ini melibatkan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik

Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing Skripsi.

3. A. Prasetyadi, S.Si, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Seluruh pengajar dan staf Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Kedua orang tua, Munjirin dan Elina yang telah memberi motivasi dan

(12)

x

penulis selama belajar di Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata

Dharma.

6. Irene Wijayanti yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

7. Teman-teman Teknik Mesin kelompok Skripsi mesin pengering handuk

dengan siklus kompresi uap, serta rekan-rekan mahasiswa Program Studi

Teknik Mesin dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam wujud apapun selama

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu penulis

mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak untuk dapat

menyempurnakannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis

maupun pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, 26 Mei 2016

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………... i

TITLE PAGE ……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………..…….…………... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... vi

ABSTRAK ………...………... vii

ABSTRACT ………... viii

KATA PENGANTAR ………..…………... ix

DAFTAR ISI …….………..…………... xi

DAFTAR TABEL ………..………. xiv

DAFTAR GAMBAR ………..……… xv

BAB I PENDAHULUAN ………..………. 1

1.1 Latar Belakang ………..………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………..……….. 2

1.3 Tujuan Penelitian ………..………….. 3

1.4 Batasan Masalah ………..……… 3

1.5 Manfaat Penelitian ………..…………... 4

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ………... 5

2.1 Dasar Teori ………..…... 5

(14)

xii

2.1.2 Dehumidifier ..………... 7

2.1.3 Parameter Dehumidifier ……...………..………... 9

2.1.4 Psychrometric chart …..………... 13

2.1.5 Siklus Kompresi Uap ………..……… 22

2.1.6 Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger) ………..…….. 25

2.1.7 Proses Udara Pada Mesin Pengering Handuk ………... 27

2.2 Tinjauan Pustaka ………... 30

BAB III METODELOGI PENELITIAN ………... 32

3.1 Obyek Penelitian ……… 32

3.2 Variasi Penelitian ……… 33

3.3 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering …………. 34

3.3.1 Alat ………..………... 34

3.3.2 Bahan ………... 36

3.3.3 Alat Bantu Penelitian ……….. 44

3.4 Tata Cara Penelitian ………... 47

3.4.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ………. 47

3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Handuk ..……… 48

3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran 134a ………... 49

3.4.4 Skematik Pengambilan Data ………...……….. 50

3.4.5 Cara Pengambilan Data .………...….. 52

3.5 Cara Menganalisis dan Menampilkan Hasil ……… 54

(15)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN

DAN PEMBAHASAN ………... 57

4.1 Hasil Penelitian ...……….………... 57

4.2 Hasil Perhitungan ………. 60

4.3 Pembahasan ………... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 70

5.1 Kesimpulan ………... 70

5.2 Saran ………... 71

DAFTAR PUSTAKA ……….. 72

LAMPIRAN ……… 73

A. Foto alat yang digunakan dalam penelitian ……….. 73

B. Gambar Psychrometric Chart & P-h diagram perasan tangan ……… 75

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Udara Kering ………….………... 10

Tabel 3.1 Tabel Pengambilan Data ……….………... 54

Tabel 3.2 Lanjutan Tabel Pengambilan Data ………... 54

Tabel 4.1 Data Hasil Rata-Rata Variasi Perasan Tangan ... 58

Tabel 4.2 Lanjutan Data Hasil Rata-Rata Variasi Perasan Tangan .. 58

Tabel 4.3 Data Hasil Rata-Rata Variasi Perasan Mesin Cuci …... 59

Tabel 4.4 Lanjutan Data Hasil Rata-Rata Variasi Perasan Mesin Cuci ……….. 59

Tabel 4.5 Data Hasil Pengeringan dengan Panas Matahari …... 60

Tabel 4.6 Massa air yang menguap dari handuk (M1) ... 61

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Variasi Perasan Tangan ... 66

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Refrigerant Dehumidifier …..…..………. 8

Gambar 2.2 Desiccant Dehumidifier ………...………... 9

Gambar 2.3 Termometer Kering dan Termometer Basah ………... 11

Gambar 2.4 Skematik Psychrometric Chart ………... 14

Gambar 2.5 Psychrometric Chart …………...………. 15

Gambar 2.6 Proses dalam Psychrometric Chart …………...…….. 16

Gambar 2.7 Proses Cooling and Dehumidifying .………... 17

Gambar 2.8 Proses Heating ……….……….… 17

Gambar 2.9 Proses Cooling and Humidifying ………. 18

Gambar 2.10 Proses Cooling …...………..………. 19

Gambar 2.11 Proses Humidifying ……….. 19

Gambar 2.12 Proses Dehumidifying ……….. 20

Gambar 2.13 Proses Heating and Dehumidifying ……… 21

Gambar 2.14 Proses Heating and Humidifying ………. 21

Gambar 2.15 Skematik Siklus Kompresi Uap ………. 22

Gambar 2.16 Sikuls Kompresi Uap pada Diagram P-h ………. 23

Gambar 2.17 Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s …….……… 23

Gambar 2.18 Gas Water Heater ……….…… 26

Gambar 2.19 Proses Udara Pada Mesin Pengering ……….…….… 27

Gambar 2.20 Proses Pengeringan Pada Psychrometric Chart ……. 28

Gambar 3.1 Obyek Penelitian ………. 32

(18)

xvi

Gambar 3.3 Triplek ………... 36

Gambar 3.4 Styrofoam ………. 37

Gambar 3.5 Busa ……… 37

Gambar 3.6 Balok Kayu ……….. 38

Gambar 3.7 Kompresor .……….……….. 39

Gambar 3.8 Kondensor ……..……….……….. 40

Gambar 3.9 Pipa Kapiler ……….. 41

Gambar 3.10 Evaporator ……….…… 41

Gambar 3.11 Filter ……… 42

Gambar 3.12 Refrigeran 134a ………... 42

Gambar 3.13 Kipas ……… 43

Gambar 3.14 Gas Water Heater ………. 43

Gambar 3.15 Penampil Suhu Digital dan Termokopel ………. 45

Gambar 3.16 Timbangan Digital ……….. 45

Gambar 3.17 Pressure Gauge ………... 46

Gambar 3.18 Diagram Alir Penelitian ………... 47

Gambar 3.19 Pembuatan Rangka Mesin Pengering Handuk ……… 48

Gambar 3.20 Pemasangan Komponen Utama ……… 49

Gambar 3.21 Katup Pengisian Refrigeran ……… 50

Gambar 3.22 Skematik Pengambilan data ……… 51

Gambar 4.1 Suhu Kerja Evaporator dan Suhu Kerja Kondensor …. 62 Gambar 4.2 Psychrometric Chart perasan tangan menit 15 …….... 64

(19)

xvii

Gambar A.1 Mesin Pengering Handuk Sistem Terbuka …………... 73

Gambar A.2 Komponen siklus kompresi uap dalam mesin ……….. 73

Gambar A.3 Ruang kondensor ………. 74

Gambar A.4 Handuk dalam ruang pengering ……… 74

Gambar B.1 Psychrometric Chart perasan tangan menit 15 …... 75

Gambar B.2 Psychrometric Chart perasan tangan menit 30 …... 76

Gambar B.3 Psychrometric Chart perasan tangan menit 45 …... 77

Gambar B.4 Psychrometric Chart perasan tangan menit 60 …... 78

Gambar B.5 Psychrometric Chart perasan tangan menit 75 …... 79

Gambar B.6 Psychrometric Chart perasan tangan menit 90 …... 80

Gambar B.7 Psychrometric Chart perasan tangan menit 105 …….. 81

Gambar B.8 Psychrometric Chart perasan tangan menit 120 …….. 82

Gambar B.9 Psychrometric Chart perasan tangan menit 135 …….. 83

Gambar B.10 Psychrometric Chart perasan tangan menit 150 …….. 84

Gambar B.11 Psychrometric Chart perasan tangan menit 165 …….. 85

Gambar B.12 P-h diagram perasan tangan menit 0 ……… 86

Gambar B.13 P-h diagram perasan tangan menit 30 ……….. 87

Gambar B.14 P-h diagram perasan tangan menit 60 ……….. 88

Gambar B.15 P-h diagram perasan tangan menit 90 ……….. 89

Gambar B.16 P-h diagram perasan tangan menit 120 ……… 90

Gambar B.17 P-h diagram perasan tangan menit 150 ……… 91

(20)

xviii

Gambar C.3 Psychrometric Chart perasan mesin cuci menit 45 …. 94 Gambar C.4 P-h diagram perasan mesin cuci menit 0 …………... 95

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cara pengeringan handuk yang selama ini dilakukan masyarakat,

kebanyakan diantaranya hanya mengandalkan sinar dan panas dari matahari. Hal

ini dikarenakan mudah didapat dan tersedia di alam. Apabila musim hujan tiba,

banyak dari masyarakat tidak dapat menjemur handuk di luar rumah dikarenakan

cuaca yang tidak mendukung. Energi matahari tidak tersedia karena tertutup oleh

awan-awan. Handuk sering kali hanya dijemur di dalam ruangan. Ketika akan

dipakai kembali, pada umumnya handuk masih dalam keadaan basah, sehingga

menyebabkan handuk tidak nyaman saat digunakan dan handuk kurang dapat

menyerap air. Kadangkala handuk juga berbau apek, sehingga cukup mengganggu

penciuman. Selain itu handuk yang sering/selalu basah akan cepat mengalami

kerusakan.

Dalam suatu proses pengeringan, kelembaban udara sangat berpengaruh

terhadap laju suatu proses pengeringan. Kelembaban merupakan banyaknya

kandungan uap air di dalam udara. Udara yang kurang mengandung uap air

dikatakan udara kering, sedangkan udara yang mengandung banyak uap air

dikatakan udara lembab. Semakin tinggi kelembaban udara maka proses penguapan

akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga proses pengeringan juga

membutuhkan waktu yang lama. Pada kelembaban udara yang rendah proses

(22)

dari benda yang akan dikeringkan tinggi. Udara kering sedikit mengandung uap air,

ketika air berpindah ke udara kering, maka udara kering akan naik kelembabannya.

Ketika musim hujan, kelembaban udara menjadi tinggi dan menyebabkan

handuk sulit untuk kering. Mesin pengering handuk di pasaran sangat sulit

ditemukan, maka dari itu mesin pengering handuk sangat dibutuhkan pada saat

musim hujan dan pada saat cuaca tidak mendukung. Mesin pengering sebaiknya

dapat mengkondisikan udara lembab menjadi udara kering dan bersuhu tinggi

sehingga handuk basah cepat menjadi kering.

Mesin pengering dengan laju pengeringan yang besar sangat dibutuhkan

ketika musim hujan. Mesin ini dapat digunakan di rumah, villa, penginapan (home

stay) yang membutuhkan pengeringan handuk yang banyak dan cepat tanpa

terpengaruh oleh cuaca. Sehingga ketika akan melakukan pengeringan, mesin ini

dapat digunakan kapan saja tanpa terpengaruh oleh cuaca.

Dengan latar belakang tersebut di atas, penulis tertantang untuk merancang

dan membuat mesin pengering handuk dengan kapasitas cukup besar, ramah

lingkungan, aman, praktis dan tanpa melibatkan energi surya, serta melakukan

penelitian untuk mengetahui karakteristik dari mesin yang telah dibuat.

1.2 Rumusan Masalah

Di pasaran, mesin khusus untuk pengering handuk sulit ditemukan.

Dimusim hujan mesin pengering handuk sangat dibutuhkan. Diperlukan sebuah

inovasi mesin pengering handuk dengan kapasitas cukup besar yang dapat bekerja

tanpa melibatkan energi surya. Bagaimanakah solusi dari persoalan ini ? Jika

(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Merancang dan membuat mesin pengering handuk yang dapat bekerja tanpa

melibatkan energi surya.

b. Mengetahui laju pengeringan handuk dari mesin pengering handuk yang telah

dibuat dengan dua kondisi awal pengeringan handuk yang berbeda yaitu hasil

perasan tangan dan hasil perasan mesin cuci.

1.4 Batasan Masalah

Batasan-batasan yang dipergunakan di dalam pembuatan mesin pengering

handuk dengan siklus kompresi uap dibantu dengan satu buah penukar kalor:

a. Mesin bekerja dengan menggunakan siklus kompresi uap.

b. Komponen mesin siklus kompresi uap meliputi: kompresor, evaporator,

kondensor, filter dan pipa kapiler.

c. Refrigeran yang dipergunakan pada mesin siklus kompresi uap adalah R134a.

d. Pengeringan handuk, dibantu dengan menggunakan tambahan satu buah alat

penukar kalor.

e. Kompresor yang dipergunakan berdaya 1/2 HP, komponen utama yang lainnya

ukurannya menyesuaikan dengan daya kompresornya, dan mempergunakan

komponen standar yang ada di pasaran.

f. Mesin pengering ini bekerja dengan menggunakan sistem terbuka, artinya udara

yang telah dipergunakan untuk proses pengeringan handuk di buang keluar dari

(24)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah

a. Diharapkan hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti

lain yang berminat pada penelitian pengeringan handuk.

b. Diharapkan dapat menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang pengering

handuk yang dapat diletakkan di perpustakaan.

c. Diharapkan mesin pengering handuk yang dihasilkan dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya di usaha salon, hotel, massage dan spa, penginapan

(25)

5

BAB II

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

Prinsip pengeringan mesin ini dilakukan dengan cara melewatkan udara

kering dan panas ke dalam lemari pengering handuk. Udara sekitar dihembuskan

ke dalam lemari pengering dengan sebuah kipas (fan). Sebelum masuk lemari

pengering, udara tersebut dilewatkan ke evaporator. Pada saat udara melewati

evaporator kandungan uap air yang terdapat dalam udara tersebut diteteskan,

sehingga udara setelah melewati evaporator udara menjadi kering. Selanjutnya

udara kering ini dilewatkan ke kompresor yang bersuhu tinggi, maka akan terjadi

peningkatan suhu pada udara kering tersebut. Tahap berikutnya udara tersebut

dilewatkan melalui kondensor yang bersuhu panas sehingga udara kering yang akan

masuk ke dalam lemari pengering memiliki suhu tinggi. Handuk yang berada di

dalam lemari pengering yang pada awalnya memiliki kelembaban tinggi menjadi

kering akibat dari udara kering dan bersuhu tinggi yang melewatinya. Pada saat

udara melewati handuk yang memiliki kelembaban tinggi, kelembaban pada

handuk akan berpindah ke udara kering yang bersuhu tinggi dan udara tersebut

akhirnya dihembuskan keluar lemari pengering.

2.1.1 Metode Pengeringan Handuk

Metode pengeringan yang berada di pasaran menggunakan beberapa

metode, diantaranya (a) pengeringan dengan penjemuran dibawah sinar matahari,

(26)

pemanas dan kipas, (d) pengering dengan mesin dehumidifier. Berikut adalah

penjelasannya:

a. Pengeringan dengan penjemuran dibawah sinar matahari

Pengeringan dengan dijemur dibawah sinar matahari merupakan cara yang

umum dilakukan oleh masyarakat luas. Panas matahari dapat menguapkan massa

air yang terdapat pada handuk sehingga handuk dapat menjadi kering. Metode ini

masih sering digunakan karena dirasa lebih mudah dan murah.

b. Pengeringan dengan gaya sentrifugal dan heater

Metode pengering jenis ini juga sering dijumpai di pasaran. Prinsip mesin

ini memanfaatkan gaya sentrifugal untuk memisahkan air dari handuk dibantu

pemanas, seperti heater atau Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai pemanas

ruangan. Cara kerja metode ini yaitu handuk diputar di dalam drum dengan

kecepatan tinggi yang digerakkan oleh motor listrik, putaran drum yang tinggi akan

menimbulkan gaya sentrifugal yang mengakibatkan air terhempas keluar dari drum

utama dan tertampung pada drum keluaran. Sementara itu, heater akan

meningkatkan udara panas yang disirkulasikan ke dalam drum. Udara panas

tersebut membuat kandungan air pada handuk menguap.

c. Pengeringan dengan pemanas dan kipas.

Jenis pengering ini merupakan hasil pengembangan dari beberapa mesin

pengering yang terdapat di pasaran. Prinsip kerja pengeringan ini yaitu dengan

memanfaatkan panas dari heater atau gas LPG yang disirkulasikan ke dalam sebuah

lemari. Tujuan pemanasan ini untuk menaikkan suhu udara dan menurunkan

(27)

kandungan massa air dalam handuk dapat menguap. Kemudian udara lembab

tersebut dibuang keluar dari lemari yang biasa disebut dengan sistem terbuka dan

ada pula yang dibiarkan yang disebut sistem tertutup.

d. Pengering dengan mesin dehumidifier

Pengering jenis ini menggunakan metode mesin dehumidifier dan jarang

ditemui di pasaran. Mesin pengering ini memanfaatkan proses dehumidifikasi dan

pemanasan udara yang disirkulasikan ke dalam sebuah lemari. Udara diturunkan

kelembabannya dan menaikkan suhunya kemudian disirkulasikan ke dalam lemari.

Ruangan yang berisi udara kering dengan suhu tinggi menyebabkan kandungan air

dalam handuk menguap.

2.1.2 Dehumidifier

Dehumidifier adalah suatu alat pengering udara yang berguna untuk

mengurangi kadar uap air pada udara melalui proses dehumidifikasi. Proses

dehumidifikasi merupakan suatu proses penurunan kadar uap air pada udara

sehingga dihasilkan udara kering. Metode dehumidifikasi udara dibagi menjadi dua,

yaitu refrigerant dehumidifier yang menggunakan metode pendinginan di bawah

titik embun dan penurunan tingkat kelembaban dengan cara kondensasi, sedangkan

desiccant dehumidifier menggunakan metode bahan pengering sebagai penyerap

kelembaban udara.

Refrigerant dehumidifier merupakan dehumidifier yang umum digunakan

di pasaran karena biaya produksi yang murah dan mudah dalam pengoperasian.

Refrigerant dehumidifier ini dapat bekerja sangat efektif bila ditempatkan pada

(28)

dehumidifier menggunakan sistem kompresi uap. Evaporator berfungsi untuk

menyerap uap air yang terdapat di dalam udara sehingga udara menjadi kering,

kemudian udara kering dilewatkan kondensor agar udara memiliki suhu yang

tinggi. Evaporator mampu menurunkan suhu udara sehingga terjadi kondensasi

dimana uap air akan menetes ke bawah dan tertampung pada wadah.

Gambar 2.1 Refrigerant Dehumidifier

Prinsip desiccant dehumidifier berbeda dengan refrigerant dehumidifier

dalam penurunan kelembabannya. Desiccant dehumidifier menggunakan bahan

penyerap kelembaban yang berupa liquid atau solid, seperti silica gel. Desiccant

dehumidifier ini akan bekerja dengan baik apabila digunakan di daerah beriklim

dingin. Prinsip kerja desiccant dehumidifier dengan mensirkulasikan udara ke

bagian disc yang menyerupai sarang lebah dan terdapat bahan pengering. Disc

diputar perlahan menggunakan motor kecil. Udara yang mengandung uap air masuk

dan diserap oleh disc yang berputar. Hasil udara keluar dari disc memiliki suhu

hangat dan kering. Bersamaan dengan berputarnya disc pada bagian reaktivasi

(29)

meregenerasi bahan pengering pada disc. Kemudian air yang terserap oleh disc

bagian reaktivasi terlepas karena proses pemanasan. Uap air yang terserap oleh

udara pada bagian reaktivasi akan dikeluarkan ke lingkungan.

Gambar 2.2 Desiccant Dehumidifier

2.1.3 Parameter Dehumidifier

Parameter-parameter yang dibutuhkan untuk memahami proses

dehumidifikasi antara lain adalah (a) kelembaban, (b) suhu udara, (c) aliran udara

berikut merupakan penjelasannya:

a. Kelembaban

Kelembaban merupakan banyaknya jumlah kandungan air yang terdapat

pada udara. Udara dapat dikatakan memiliki kelembaban yang tinggi apabila

kandungan uap air yang dimilikinya tinggi, begitu juga sebaliknya. Udara atmosfer

merupakan campuran tiga material penting yaitu udara kering, uap air dan polutan

seperti asap rokok, debu dan gas-gas lainnya. Udara yang kurang mengandung uap

(30)

dikatakan udara lembab. Komposisi campuran udara kering dapat dinyatakan

[image:30.595.84.513.181.630.2]

menurut volume, seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Udara Kering

Gas Persentase

Nitrogen 78%

Oksigen 20%

Argon 0,93%

Karbondioksida 0,03%

Gas lain 1,04%

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelembaban biasanya

menggunakan termometer bola basah dan termometer bola kering. Termometer

bola kering digunakan untuk mengukur suhu udara kering dan termometer bola

basah untuk mengukur suhu udara basah. Pada termometer bola kering, bola tabung

air raksa pada termometer dibiarkan kering ketika mengukur suhu udara aktual.

Sedangkan pada termometer bola basah, bola tabung air raksa diberi kain yang telah

dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu

yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi. Jika suhu bola kering dan suhu

bola basah dari udara telah diketahui, maka dengan bantuan psychrometric chart,

(31)
[image:31.595.87.513.106.629.2]

Gambar 2.3 Termometer Kering dan Termometer Basah

Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban udara mutlak,

kelembaban relatif dan kelembaban spesifik. Kelembaban udara mutlak adalah

banyaknya uap air yang terkandung di dalam 1 kg udara. Kelembaban relatif

merupakan persentase perbandingan jumlah uap air yang terkandung dalam 1 m3 udara dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1 m3 udara pada kondisi udara yang sama.

Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (w) adalah jumlah kandungan

uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara

massa uap air dengan massa udara kering. Kelembaban spesifik umumnya

dinyatakan dalam gram per kilogram dari udara kering (grair/kgudara) atau

(kgair/kgudara). Dalam sistem dehumidifier semakin besar perbandingan kelembaban

spesifik setelah keluar dari mesin pengering (wH) dengan kelembaban spesifik

(32)

diuapkan. Massa air yang berhasil diuapkan (Δw) dapat dihitung dengan Persamaan

(2.1) :

∆� = ��− �� kgair/kgudara (2.1)

Δw : massa air yang berhasil diuapkan (kgair/kgudara)

wH : kelembaban spesifik keluar dari lemari pengering (kgair/kgudara)

wF : kelembaban spesifik di dalam lemari pengering (kgair/kgudara)

b. Suhu Udara

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara disuatu tempat.

Suhu udara dinyatakan panas apabila suhu udara pada tempat dan waktu tertentu

melebihi suhu ligkungan sekitarnya dan begitu pula sebaliknya untuk udara dingin.

Suhu rata-rata di wilayah tropis, khususnya Indonesia yaitu sekitar 28oC.

Suhu udara memiliki pengaruh terhadap laju pengeringan. Semakin besar

perbedaan antara suhu udara pengering dan suhu handuk maka kemampuan

perpindahan kalor semakin besar. Oleh karena itu, proses penguapan air juga akan

meningkat.

Dry-bulb temperature atau suhu bola kering adalah temperatur yang terbaca

oleh termometer dengan kondisi bulb tidak dibasahi (dalam kondisi kering).

Wet-bulb temperature adalah temperatur yang terbaca pada termometer dengan Wet-bulb

yang dibalut dengan kain basah. Dew-point temperature adalah suhu di mana udara

mulai menunjukkan aksi pengembunan ketika didinginkan.

c. Aliran udara

Aliran udara pada proses pengeringan memiliki fungsi membawa udara

(33)

penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan harus segera dikeluarkan agar tidak

membuat jenuh udara pada ruangan, yang dapat mengganggu proses pengeringan.

Semakin besar debit aliran udara panas yang mengalir maka akan semakin besar

kemampuannya menguapkan massa air dari pakaian, namun berbanding terbalik

dengan suhu udara yang semakin menurun.

2.1.4 Psychrometric chart

Psychrometric chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan

karakteristik dari udara pada suatu lingkungan. Ada beberapa istilah yang

digunakan dalam Psychrometric chart ini, antara lain :

a. Temperatur bola kering (Tdb)

Temperatur bola kering adalah temperatur yang terbaca oleh termometer

dengan bulb pada termometer dalam keadaan kering atau tidak dibasahi air atau di

balut dengan kain basah.

b. Temperatur bola basah (Twb)

Temperatur bola basah adalah temperatur yang terbaca oleh termometer

dengan bulb termometer dibasahi air atau di balut dengan kain basah.

c. Temperatur titik embun (Dew-Point)

Temperatur titik embun adalah suhu di mana uap air di dalam udara mulai

menunjukkan aksi pengembunan ketika udara tersebut di dinginkan. Pada saat

udara mengalami pengembunan di temperatur titik embun maka besarnya

temperatur titik embun sama dengan temperatur bola basah (Twb) demikian pula

(34)

d. Kelembaban spesifik (w)

Kelembaban spesifik adalah berat kandungan uap air di dalam udara dalam

satu kilogram udara kering (kgair/kgudara).

e. Volume spesifik (SpV)

Volume spesifik merupakan kebalikan dari massa jenis. Massa jenis

merupakan perhitungan massa setiap satuan volume sedangkan, volume spesifik

merupakan perhitungan volume setiap satuan massa.

f. Entalpi (h)

Merupakan istilah dalam termodinamika yang menyatakan besarnya energi

yang dimiliki benda/material yang nilainya tergantung dari nilai suhu dan

tekanannya.

g. Kelembaban relatif (% RH)

Kelembaban relatif adalah perbandingan massa uap air yang terkandung

pada udara dengan massa uap air maksimal yang dapat dikandung udara pada suhu

[image:34.595.84.515.239.734.2]

tersebut.

(35)

Ga

mbar

2.5

Ps

yc

hrome

tr

ic C

hart

(36)

Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychometric chart adalah

sebagai berikut (1) proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and

dehumidifying), (2) proses pemanasan (heating), (3) proses pendinginan dan

menaikkan kelembaban (cooling and humidifying), (4) proses pendinginan

(cooling), (5) proses humidifying, (6) proses dehumidifying, (7) proses pemanasan

dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying), (8) proses pemanasan dan

[image:36.595.86.512.240.616.2]

menaikkan kelembaban (heating and humidifying).

Gambar 2.6 Proses yang terjadi dalam Psychrometric Chart

1. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying)

Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan

kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses pendinginan dan

penurunan kelembaban terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola

(37)

Sedangkan kelembaban relatif dapat mengalami peningkatan dan dapat mengalami

[image:37.595.85.511.166.735.2]

penurunan, tergantung dari prosesnya.

Gambar 2.7 Proses Cooling and Dehumidifying

2. Proses pemanasan (heating)

Proses pemanasan (heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke

udara. Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering,

temparatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik

embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif

mengalami penurunan.

(38)

3. Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidifying)

Proses cooling and humidifying berfungsi menurunkan temperatur dan

menaikkan kandungan uap air di udara. Proses ini menyebabkan perubahan

temperatur bola kering, temperatur bola basah dan kelembaban spesifik. Pada

proses ini, terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik. Selain itu,

terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif dan

[image:38.595.84.513.236.621.2]

kelembaban spesifik.

Gambar 2.9 Proses Cooling and Humidifying

4. Proses pendinginan (cooling)

Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara

sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses pendinginan, terjadi

penurunan pada suhu bola kering, suhu bola basah dan volume spesifik, namun

terjadi peningkatan kelembaban relatif. Pada kelembaban spesifik dan suhu titik

embun tidak terjadi perubahan atau konstan. Garis proses pada psychrometric chart

(39)
[image:39.595.85.513.99.651.2]

Gambar 2.10 Proses Cooling

5. Proses humidifying

Proses humidifying merupakan penambahan kandungan uap air ke udara

tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikan entalpi, suhu bola basah,

titik embun dan kelembaban spesifik. Garis proses pada psychrometric chart adalah

garis vertikal ke arah atas.

(40)

6. Proses dehumidifying

Proses dehumidifying merupakan proses pengurangan kandungan uap air

pada udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi,

suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis dalam psychrometric

chart adalah garis vertikal ke arah bawah.

Gambar 2.12 Proses Dehumidifying

7. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying)

Pada proses ini berfungsi untuk menaikkan suhu bola kering dan

menurunkan kandungan uap air pada udara. Pada proses ini terjadi penurunan

kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah dan kelembaban relatif tetapi terjadi

peningkatan suhu bola kering. Garis proses ini pada psychrometric chart adalah

(41)

Gambar 2.13 Proses Heating and Dehumidifying

8. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying)

Pada proses ini udara dipanaskan disertai penambahan uap air. Pada proses

ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering.

Garis proses pada psychrometric chart adalah garis kearah kanan atas.

(42)

2.1.5 Siklus Kompresi Uap

Salah satu penerapan yang banyak digunakan dari termodinamika adalah

refrijerasi (refrigeration) yang berfungsi untuk memindahkan kalor dari tempat

bersuhu rendah ke tempat yang bersuhu tinggi. Pada mesin ini siklus refrijerasi yang

digunakan adalah siklus kompresi uap. Sikuls ini digunakan karena pemakaiannya

yang sangat luas dan fluida kerjanya bermacam-macam (misalnya: amonia, R12,

R22, R502, R134a, dll). Pada siklus kompresi uap umumnya menggunakan

refrigeran R134a sebagai fluida kerja karena lebih ramah lingkungan. Siklus

kompresi uap memiliki 4 komponen utama yaitu evaporator, kompresor, kondensor

dan pipa kapiler.

Gambar 2.15 Skematik Siklus Kompresi Uap

Pada siklus kompresi uap refrigeran bertekanan rendah akan dikompresikan

kompresor sehingga menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi, selanjutnya uap

refrigeran bertekanan tinggi diembunkan menjadi cairan refrigeran bertekanan Qout

Qin

Win

Evaporator Kondensor

(43)

tinggi saat melewati kondensor. Kemudian cairan refrigeran bertekanan tinggi

tersebut tekanannya diturunkan oleh pipa kapiler agar cairan refrigeran bertekanan

rendah tersebut dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigeran

tekanan rendah.

Gambar 2.16 Siklus Kompresi Uap pada Diagram P-h

Gambar 2.17 Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s

Te mper atur e (T ) Entropy (s) 1a 3a 2a

4 3 2 1 Qin Qout Win P re ssure (P) Enthalpy (h) 1a 3a 2a

4

3 2

1 P1

P2

Tc

(44)

Dalam siklus kompresi uap, refrigeran mengalami beberapa proses yaitu :

a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi isentropik (proses berlangsung pada

entropi (s) konstan) refrigeran. Karena proses ini berlansung secara isentropik,

maka suhu yang keluar dari kompresor meningkat menjadi gas panas lanjut.

Proses ini dilakukan oleh kompresor, refrigeran yang berupa gas bertekanan

rendah mengalami kompresi yang mengakibatkan refrigeran menjadi gas panas

lanjut bertekanan tinggi.

b. Proses 2-2a merupakan proses penurunan suhu (desuperheating). Proses ini

berlangsung ketika refrigeran memasuki kondensor. Refrigeran gas panas lanjut

yang bertemperatur tinggi diturunkan suhunya sampai memasuki titik gas jenuh,

berlangsung pada tekanan yang konstan.

c. Proses 2a-3a merupakan proses kondensasi atau pelepasan kalor ke udara

lingkungan sekitar kondensor pada suhu konstan. Pada saat yang sama terjadi

perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Perubahan fase ini

dikarenakan temperatur refrigeran lebih tinggi dari pada suhu udara lingkungan

sekitar kondensor. Berlangsung pada tekanan dan suhu yang konstan.

d. Proses 3a-3 merupakan proses pendinginan lanjut, proses ini terjadi pelepasan

kalor sehingga suhu refrigeran keluar dari kondensor menjadi lebih rendah dan

berada pada fase cair. Hal ini agar refrigeran dapat lebih mudah mengalir dalam

pipa kapiler.

e. Proses 3-4 merupakan proses penurunan tekanan secara drastis dan berlangsung

pada entalpi yang konstan, proses ini berlangsung selama di dalam pipa kapiler.

(45)

campuran (cair-gas). Akibat dari penurunan tekanan, suhu refrigeran juga

mengalami penurunan.

f. Proses 4-1a merupakan proses evaporasi atau penguapan. Ketika proses ini

berlangsung terjadi perubahan fase dari campuran (cair-gas) menjadi gas jenuh.

Perubahan fase ini terjadi dikarenakan suhu refrigeran lebih rendah dari pada

suhu udara lingkungan sekitar evaporator sehingga terjadi penyerapan kalor dari

udara lingkungan sekitar evaporator. Proses ini berlangsung pada tekanan dan

suhu yang konstan.

g. Proses 1a-1 merupakan proses pemanasan lanjut. Proses yang terjadi karena

penyerapan kalor terus menurus pada proses 4-1a, refrigeran yang akan masuk

ke kompresor berubah fase dari gas jenuh manjadi gas panas lanjut. Pada proses

ini mengakibatkan kenaikan tekanan dan suhu refigeran.

2.1.6 Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger)

Alat penukar kalor (heat exchanger) merupakan alat yang dapat

menghasilkan perpindahan panas dari suatu fluida yang memiliki temperatur tinggi

menuju fluida yang temperturnya lebih rendah. Heat exchanger dapat berfungsi

sebagai pemanas maupun pendingin, dalam penelitian ini heat exchanger

digunakan sebagai pemanas udara. Proses perpindahan panas dapat dilakukan

secara langsung dan secara tidak langsung. Proses perpindahan panas secara

langsung yaitu fluida panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin

tanpa adanya pemisah, contohnya ejector. Sedangkan perpindahan panas secara

tidak langsung yaitu bila antara fluida panas dan fluida dingin tidak terjadi kontak

(46)

Dalam penelitian ini heat exchanger digunakan untuk meningkatkan

temperatur udara kering sebelum masuk lemari pengering. Heat exchanger

menggunakan fluida air yang dipanaskan dengan menggunakan pemanas air tenaga

gas (gas water heater). Gas water heater merupakan water heater yang

menggunakan gas LPG sebagai sumber energi pemanas airnya. Prinsip kerja dari

gas water heater adalah pembakaran gas LPG yang digunakan untuk memanaskan

air di dalam pipa-pipa tembaga, sehingga dapat membuat air di dalam pipa-pipa

menjadi panas dengan waktu yang cepat. Kemudian air yang telah panas tersebut

disalurkan menuju kondensor dengan menggunakan selang sehingga kondensor

memiliki temperatur yang tinggi. Panas dari kondensor ini yang digunakan untuk

[image:46.595.85.510.229.648.2]

meningkatkan panas udara ketika udara melewati kondensor.

(47)

2.1.7 Proses Udara Yang Terjadi Pada Mesin Pengering Handuk

Pada Gambar 2.19 merupakan proses yang terjadi pada mesin pengering

handuk. Udara luar yang mengandung uap air dilewatkan ke evaporator yang

bertemperatur rendah sehingga uap air pada udara mengalami kondensasi, setelah

melewati evaporator temperatur dan kandungan uap air pada udara mengalami

penurunan (cooling and dehumidifying). Kemudian udara bertemperatur rendah dan

kering tersebut dilewatkan kompresor yang bertemperatur tinggi sehingga terjadi

perpindahan panas dari kompresor ke udara yang melewati kompresor, suhu udara

menjadi naik. Udara ditingkatkan lagi temperaturnya ketika udara dilewatkan

kondensor dan heat exchanger. Proses ini disebut pemanasan (heating), yang

berjalan pada nilai kelembaban spesifik yang tetap.

Gambar 2.19 Proses udara yang terjadi pada mesin pengering (pandangan atas)

Udara yang bertemperatur tinggi masuk dalam lemari pengering handuk

untuk mengeringkan handuk yang basah. Ketika udara bertemperatur tinggi dan

kering melewati handuk basah terjadi perpindahan uap air dari handuk ke udara

yang melewatinya. Sehingga udara yang keluar dari lemari pengering

Eva pora tor Kompr esor Konde nsor He at ex change r Handuk (Cooling and dehumidifying)

(heating) (Cooling and humidifying) Udara

masuk

(48)

temperaturnya menurun dan kandungan uap airnya meningkat proses ini disebut

proses cooling and humidifying.

Gambar 2.20 Proses Pengeringan Handuk Pada Psychrometric Chart

Pada Gambar 2.20 merupakan proses pengeringan handuk pada

psychrometric chart yang terjadi pada mesin pengering handuk. Proses cooling and dehumidifying terjadi pada titik A hingga titik B. Pada titik B hingga titik F

merupakan proses heating. Proses cooling and humidifying terjadi dari titik F

hingga titik H.

Keterangan pada Gambar 2.20 :

a. Titik A merupakan kondisi udara lingkungan sebelum masuk mesin pengering.

b. Titik B merupakan kondisi udara setelah melewati evaporator.

c. Titik C merupakan suhu kerja dari evaporator.

(49)

e. Titik E merupakan kondisi udara setelah melewati kondensor.

f. Titik F merupakan kondisi udara setelah melewati heat exchanger (kondisi udara

masuk lemari pengering).

g. Titik G merupakan suhu kerja dari kondensor.

h. Titik H merupakan kondisi udara setelah keluar dari lemari pengering handuk.

Untuk dapat mengetahui laju pengeringan mesin pengering handuk dapat

dipergunakan Persamaan (2.2):

t m M    2 (2.2)

Pada Persamaan (2.2):

M2 = Laju pengeringan mesin pengering (kgair/menit)

Δm = Perbedaan massa air (kgair)

Δt = Perbedaan waktu (menit)

Menentukan laju aliran massa udara pada mesin pengering handuk dapat

mempergunakan Persamaan (2.3):

w M mudara

  2

 (2.3)

Pada Persamaan (2.3)

udara

m = Laju aliran massa udara (kgudara/menit) M2 = Laju pengeringan mesin pengering (kgair/menit)

(50)

2.2 Tinjauan Pustaka

Maruca (2008), merancang ruang pengeringan pakaian yang didalamnya

terdapat beberapa peralatan, yang meliputi: gantungan untuk menggantungkan

pakaian, kipas dan pompa kalor. Termostat dipergunakan untuk mempertahankan

suhu udara dalam lemari pengering sekitar 32oC. Evaporator dipergunakan sebagai peralatan dehumidifier dan kompresor dipergunakan sebagai peralatan pemanas

udara. Udara lembab dilewatkan ke evaporator, sehingga udara menjadi turun

suhunya dan menjadikan uap air terkondensasi, sehingga udara menjadi kering.

Kipas menghembuskan udara hasil pengkondisian evaporator dan kompresor

menuju kondensor yang bertujuan untuk memanaskan udara kering dan untuk

resirkulasi melalui ruang pengeringan melalui saluran udara, sehingga pakaian

didalamnya menjadi kering.

Goldberg (2005), mengemukakan bahwa alat pengering yang dirancang

mencakup ruang untuk mengeringkan dan sistem untuk mengalirkan udara kering.

Udara dialirkan melalui evaporator untuk diturunkan kelembaban spesifiknya dan

untuk menurunkan suhu udara bola kering di bawah suhu titik embunnya.

Kondensor dipergunakan untuk meningkatkan suhu udara yang keluar dari

evaporator. Peralatan pengering dengan sistem pompa panas memiliki siklus

refrijerasi yang mencakup: kompresor, kondensor, katup TXV dan evaporator.

Bison, Alberto (2012), menyatakan bahwa aliran udara panas dalam sistem

pengeringan melibatkan siklus refrijerasi dan siklus aliran udara. Siklus refrijerasi

terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: kompresor, kondensor, katup

(51)

kondensor, lemari pengering dan sebuah kipas (fan). Kondensor merupakan alat

penukar panas yang digunakan untuk memanaskan udara yang melewatinya dan

juga bertugas untuk mendinginkan dan mengembunkan refrigeran dalam siklus

refrijerasi. Evaporator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk

mendingkan aliran udara yang melewatinya dan juga untuk mendidihkan dan

memanaskan refrigeran dalam siklus refrijerasi.

Beers (2013), menyatakan bahwa peralatan pengering dengan siklus

kompresi uap menggunakan suatu fluida kerja, evaporator, kondensor, kompresor,

dan katup ekspansi, kooperatif saling berhubungan dan mengandung fluida kerja.

Peralatan juga termasuk ruang pengering pakaian, sebuah saluran dan kipas (fan)

yang diatur agar aliran udara melewati evaporator, kondensor dan akhirnya sampai

ke ruang pengering. Terdapat kontroler untuk mengontrol refrigeran ketika siklus

kompresi uap sedang berlangsung dan ketika tekanan melebihi nilai yang telah

ditentukan.

Balioglu (2013), menyatakan bahwa mesin pengering terdiri dari drum,

saluran udara yang terhubung ke drum, evaporator yang terdapat dalam saluran

udara untuk menurunkan kelembaban spesifik udara yang disebut proses

kondensasi, kondensor untuk memanaskan udara setelah udara melewati evaporator

dan kompresor yang berguna untuk memompa refrigeran ke kondensor dan

(52)

32

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah mesin pengering handuk hasil buatan sendiri.

Ukuran dari lemari pengering 150 cm × 90 cm × 156 cm dan ukuran dari ruang mesin pengering 176 cm × 31 cm × 60 cm. Gambar dari skematik alat yang dipergunakan di dalam penelitian disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Skematik dari Obyek Penelitian a b c

d

e e

f

g

h j

(53)

Keterangan pada Gambar 3.1 :

a. Evaporator g. Heat exchanger

b. Kompresor h. Water Heater

c. Kondensor i. Penampungan air

d. Pipa kapiler j. Pompa air

e. Fan k. Kompor

f. Lemari pengering l. Gas LPG

3.2 Variasi Penelitian

Variasi penelitian dilakukan terhadap kondisi handuk awal pengeringan

yaitu hasil perasan tangan dan hasil perasan mesin cuci sebanyak 20 handuk.

Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali percobaan pada masing-masing variasi

penelitian, guna mendapatkan hasil karakteristik mesin pengering handuk yang

baik. Handuk yang dijadikan benda penelitian ini terbuat dari bahan katun dengan

ukuran 30 cm × 75 cm × 1,4 mm.

(54)

3.3 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Handuk

Dalam proses pembuatan mesin pengering handuk ini diperlukan alat dan

bahan sebagai berikut:

3.3.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pengering

handuk, antara lain adalah :

a. Gergaji kayu

Gergaji kayu yang digunakan untuk memotong kayu yang akan dijadikan

rangka lemari mesin pengering.

b. Bor

Bor digunakan untuk membuat lubang, pada pembuatan mesin pengering

handuk bor digunakan untuk membuat lubang paku dan lubang untuk baut.

c. Meteran dan mistar

Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, dalam pembuatan

mesin pengering handuk meteran digunakna untuk mengukur panjang kayu dan

triplek. Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur panjang busa dan styrofoam.

d. Palu

Palu digunakan untuk memukul paku dalam pemasangan rangka dan casing

mesin pengering handuk.

e. Obeng dan kunci pas

Digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut dalam pembuatan

menggunakan obeng (-) dan obeng (+) sedangkan kunci pas digunakan untuk

(55)

f. Pisau cutter dan gunting plat

Pisau cutter digunakan untuk memotong triplek, styrofoam, busa dan

lakban. Gunting plat digunakan untuk memotong plat seng.

g. Tang kombinasi

Tang kombinasi digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat kawat

agar kencang.

h. Tube cutter

Tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga, agar hasil potongan

pada pipa lebih baik serta dapat mempermudah proses pengelasan.

i. Tube expander

Tube expander atau pelebar pipa berfungsi untuk mengembangkan ujung

pipa tembaga agar antar pipa dapat tersambung dengan baik.

j. Gas las Hi-cook

Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan

pipa-pipa tembaga pada komponen mesin pengering.

k. Bahan las

Bahan las yang digunakan dalam penyampungan pipa kapiler menggunakan

perak, kawat las kuningan dan borak. Borak berfungsi untuk menyambung antara

tembaga dan besi. Penggunaan borak sebagai bahan tambahan bertujuan agar

sambungan pengelasan lebih merekat.

l. Metil

Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran

(56)

m.Pompa vakum

Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak di

sistem mesin pengering pakaian, seperti udara dan uap air. Hal ini dimaksudkan

agar tidak menggangu atau menyumbat refrigeran. Karena uap air yang berlebihan

pada sistem pendinginan dapat membeku dan menyumbat filter atau pipa kapiler.

3.3.2 Bahan

Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan mesin

pengering handuk, antara lain :

a. Triplek

Triplek digunakan sebagai casing luar mesin pengering handuk. Pemilihan

triplek sebagai casing luar karena triplek berbahan isolator dengan konduktivitas

termal sebesar k = 0,12 W/m.oC (Moran, Michael, 2004) pada bagian dalam terdapat styrofoam yang juga berbahan isolator agar panas di dalam mesin tidak

keluar ke lingkungan.

(57)

b. Styrofoam

Styrofoam digunakan sebagai casing dalam, dengan tebal 20 mm. Styrofoam

memiliki konduktivitas termal sebesar k = 0,033 W/m.oC (Yunus A. Cengel, 2008), berarti material tersebut memiliki kemampuan penghantar panas yang rendah.

Gambar 3.4 Styrofoam

c. Busa

Busa berfungsi untuk meminimalisir kebocoran udara dan temperatur ke

lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan untuk menutup celah-celah udara pada

mesin pengering handuk dan melapisi rangka-rangka pintu.

(58)

d. Lakban dan lem aibon

Lakban digunakan untuk menutup celah-celah sambungan antara kayu dan

triplek. Sedangkan lem aibon digunakan untuk styrofoam dan busa pada permukaan

triplek ataupun seng.

e. Paku

Paku digunakan untuk menyatukan rangka dan triplek agar dapat menyatu

sehingga konstruksi dapat menjadi kokoh.

f. Kawat

Kawat digunakan untuk mengikat rangka peletakan hanger dan mengikat

alat ukur pressure gauge serta mengikat pintu-pintu pada mesin pengering agar

udara yang keluar dari mesin pengering terminimalisir.

g. Balok kayu

Balok kayu yang digunakan dalam pembuatan mesin pengering handuk

adalah sebagai rangka dari mesin pengering.

(59)

h. Roda

Roda digunakan untuk membantu atau memudahkan pada saat

memindahkan mesin pengering dari satu tempat ke tempat lain.

i. Plat seng

Plat seng digunakan sebagai alas dari komponen evaporator. Pemilihan plat

seng sebagai alas dari komponen evaporator adalah agar rangka kayu tidak terkena

langsung air hasil kondensasi.

j. Kompresor

Kompresor merupakan alat yang berfungsi untuk mensirkulasikan

refrigeran ke komponen sistem kompresi uap yang lainnya melalui pipa-pipa

dengan cara menghisap dan memompa refrigeran. Jenis kompresor yang digunakan

adalah kompresor rotari dengan daya 1/2 HP, tegangan yang digunakan 220V, arus

yang bekerja pada kompresor 2 Ampere.

(60)

k. Kondensor

Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi

mengkondisikan refrigeran dari fase uap menjadi fase cair. Agar dapat mengubah

fase dari uap menjadi cair diperlukan suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu

refrigeran sehingga dapat terjadi pelepasan kalor ke lingkungan kondensor. Jenis

kondensor yang digunakan merupakan jenis pipa bersirip, pipa yang digunakan

berbahan tembaga dan sirip berbahan alumunium. Ukuran dari kondensor yang

digunakan adalah 67,5 cm × 2 cm × 50 cm dengan diameter pipa luar 10 mm, dan jumlah lintasan sebanyak sembilan.

Gambar 3.8 Kondensor

l. Pipa kapiler

Pipa kapiler adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan

refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum masuk evaporator. Ketika

(61)

penurunan. Panjang pipa kapiler yang digunakan sepanjang 60 cm dengan ukuran

diamater luar sebesar 3 mm.

Gambar 3.9 Pipa Kapiler

m.Evaporator

Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran

dari fase cair menjadi gas sebelum refrigeran masuk kompresor. Jenis evaporator

yang digunakan merupakan jenis pipa bersirip dengan bahan pipa tembaga serta

sirip berbahan alumunium, ukuran dari evaporator adalah 62 cm × 1,3 cm × 45 cm dengan ukuran diameter pipa luar sebesar 7 mm dan jumlah lintasan sebanyak 11.

(62)

n. Filter

Merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring kotoran sebelum

refrigeran masuk pipa kapiler agar tidak terjadi penyumbatan dari serbuk-serbuk

sisa pemotongan pipa tembaga, korosi dan kotoran lainnya. Filter yang digunakan

memiliki panjang 70 mm dan diameter 19 mm.

Gambar 3.11 Filter

o. Refrigeran

Refrigeran merupakan jenis gas yang digunakan sebagai fluida pendingin.

Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar.

Jenis refrigeran yang digunakan adalah R134a.

(63)

p. Kipas

Kipas digunakan untuk menghisap udara lingkungan dan mensirkulasi udara

kering hasil dehumidifikasi menuju lemari pengering. Banyaknya kipas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak dua buah dengan ukuran diameter

38 cm, jumlah sudu sebanyak 4 buah dan daya kipas 19 W.

Gambar 3.13 Kipas

q. Water heater

Water heater dalam penelitian ini digunakan sebagai pemanas aliran air

yang akan disalurkan ke heat exchanger. Water heater yang digunakan berjenis gas

[image:63.595.86.513.222.751.2]

water heater dengan LPG sebagai sumber energinya.

(64)

r. Kompor

Dalam penelitian kompor yang digunakan berjenis high pressure , kompor

digunakan untuk memanaskan gas water heater sehingga air yang mengalir

meningkat suhunya.

s. Pompa

Pompa digunakan untuk mensirkulasikan air dari penampungan air menuju

heat exchanger. Jenis pompa yang digunakan dalam penelitian adalah jenis pompa

sentrifugal.

t. Gas LPG

Gas LPG dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan bakar untuk

meningkatkan suhu air ketika air melewati gas water heater.

u. Selang

Dalam penelitian ini selang digunakan untuk mengalirkan fluida dari pompa

menuju gas water heater, kemudian dari gas water heater menuju heat exchanger.

Ukuran selang yang digunakan 1/2 inch.

3.3.3 Alat Bantu Penelitian

Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian sebagai

berikut:

a. Pengukur suhu digital dan termokopel

Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan temperatur pada saat

penelitian. Cara kerja adalah pada ujung termokopel diletakkan (ditempelkan atau

(65)

tertampil pada layar penampil suhu digital. Dalam pelaksanaan diperlukan kalibrasi

agar lebih akurat.

Gambar 3.15 Penampil Suhu Digital dan Termokopel

b. Timbangan digital

Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat handuk basah dan berat

handuk kering dalam penelitian. Timbangan yang digunakan memiliki kapasitas 30

[image:65.595.84.512.168.699.2]

kg dengan ketelitian 0,5 gram.

(66)

c. Termometer bola kering dan termometer bola basah

Termometer bola kering digunakan untuk mengukur suhu kering udara,

sedangkan suhu bola basah digunakan untuk mengukur suhu basah udara yang

melewati termometer.

d. Stopwatch

Stopwatch digunakan dalam penelitian untuk mengukur waktu yang

dibutuhkan dalam penelitian. Waktu yang dibutuhkan setiap pengambilan data

adalah setiap 15 menit.

f. Alat ukur tekanan (Pressure Gauge)

Pressure Gauge digunakan dalam penelitian untuk mengukur tekanan

refrigeran dalam sistem kompresi uap. Terdapat dua alat ukur tekanan, yaitu

[image:66.595.86.513.197.629.2]

tekanan hisap kompresor dan tekan keluar kompresor.

Gambar 3.17 Pressure Gauge

g. Tang amper

Digunakan untuk mengetahui arus yang bekerja pada kompresor dari mesin

(67)

3.4 Tata Cara Penelitian

3.4.1 Alur Pelaksanaan Penelitian

Alur pelaksanaan penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alir

[image:67.595.86.507.191.717.2]

yang tersaji pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Diagram Alir Untuk Penelitian Mulai

Persiapan Alat

Pembuatan Mesin

Pengambilan semua data

Hasil Penelitian, Pengolahan Data,

Perhitungan, Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Tidak baik

(68)

3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Handuk

Langkah-langkah dalam pembuatan mesin pengering handuk yaitu:

a. Merancang bentuk dan ukuran mesin pengering handuk.

b. Membuat rangka mesin pengering handuk dengan menggunakan balok kayu.

c. Pemasangan triplek pada rangka mesin dan menutup sela-sela antara rangka

[image:68.595.86.511.182.639.2]

mesin dan triplek dengan lakban.

Gambar 3.19 Pembuatan Rangka Mesin Pengering Handuk

d. Pembuatan alas komponen evaporator dengan plat seng.

e. Pemasangan pintu agar memudahkan dalam pemasangan komponen utama

siklus kompresi uap dan pemasangan kipas.

f. Pemasangan styrofoam sebagai casing dalam mesin pengering handuk.

g. Pemasangan komponen utama dari siklus kompresi uap yaitu kompresor,

(69)
[image:69.595.84.51

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Udara Kering
Gambar 2.3 Termometer Kering dan Termometer Basah
Gambar 2.4 Skematik Psychometric Chart
Gambar 2.6 Proses yang terjadi dalam Psychrometric Chart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penafsiran ini penulis mengambil pemahaman bahwa unsur kebudayaan dalam tafsīr al-Ibrīz selain unsur mistisisme dan tradisi ziarah seperti pada paragraf sebelumnya

Sedangkan hasil akhir dari perbandingan sistem dengan rekomendasi dari pelatih didapatkan kecocokan data sebanyak 13 data pemain yang lulus seleksi dari 15

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko terkait karekteristik rumah tangga yang meliputi ketersediaan ventilasi, tumpukan sampah di sekitar rumah, kandang ternak di

Dari kalus embriogen abaka hasil seleksi in vitro dengan AF diperoleh tunas yang insensitif terhadap AF sebanyak 85 tunas varian abaka klon Tangongon dan 28 tunas varian

rolfsii menge1uarkan sejumlah besar asam oksalal (OA), yaitu fitotoksin yang bertanggung jawab pada kematian jaringan tanaman, sebelum dan seiring dengan pertumbuhan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk (1) mengevaluasi respon bibit abaka varian yang diregenerasikan dari kalus embriogen (populasi KJ), dari kalus embriogen yang telah

Pada perlakuan tanpa radiasi, hanya tanaman yang berasal dari seleksi awal dengan asam fusarat 15-30 ppm dengan seleksi silang filtrat 50% dapat bertahan hidup sebanyak 25% baik

masyarakat Serui Ansus, hampir semua keluarga yang peneliti jumpai memiliki jumlah anggota yang banyak mereka memiliki anak di atas 3 orang, dan rata-rata 5-7 orang