viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK SISWA
KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR
Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain dilingkungan sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Pengembangan dilakukan meliputi lima langkah pengembangan yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas lembar kerja siswa oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi produk dua pakar kurikukum SD 2013 dan
media LKS memberikan skor 4 “baik” dan 3,81 “ baik”, dua Guru kelas II memberikan skor 3.62 “baik” dan 3.81 ”baik”. LKS menggunakan pendekatan
saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 3,81 dan termasuk dalam kategori
“baik”. Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk /uji coba dengan revisi sesuai saran.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING
SCIENTIFIC APPROACH
ON THE SUBTHEME “BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH”
FOR THE SECONDGRADE ELEMENTARY SCHOOL
Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma
2016
This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the sub-theme of “Bermain di Lingkungan Sekolah” at the second grade of primary school students.
This research was research and deveplopment. The worksheet development done with the steps of research and development of modivication between models. according to Borg & Gall and Sugiyono. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, the produce a final product design in the form of worksheets students use a scientific approach to the subthemes.Bermain di Lingkungan Sekolah For the Second Grade of Kalasan elementary school. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan I elementary school, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two elementary school curriculum experts of 2013 and the two teachers of the second grade of primary state.
According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4 (good) and 3.81 (good), and the two teachers of the first grade of primary state showed result on the score of 3.62 (good) and 3.81 (good). The learning instrument got mean score 3,81 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: (1) the
completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school.
i
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK
SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elisabeth Awe
NIM. 121134265
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan yang Maha Esa
Yang selalu memberi bimbingan, kemudahan dan
kelancaran dalam mengerjakan penelitian ini.
Ayah dan Ibu Tercinta
Yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang.
Kakak dan Adik-adikku
Anggela Ega, Beni Ngoju, Shinta Dhiju, dan Rin Bhoki dan
kelurga
Besarku yang selalu memberikan motivasi kepada saya.
Teman-teman PPGT angkatan 1, II, III
Yang memberikan motivasi dan dukungan kepada saya
selama
menyelesaikan skripsi.
Teman-teman tersayang
Ayu dan Etty yang selalu membantu saya.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
Universitas Sanata Dharma
v
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK SISWA
KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR
Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain dilingkungan sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Pengembangan dilakukan meliputi lima langkah pengembangan yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas lembar kerja siswa oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi produk dua pakar kurikukum SD 2013 dan
media LKS memberikan skor 4 “baik” dan 3,81 “ baik”, dua Guru kelas II memberikan skor 3.62 “baik” dan 3.81 ”baik”. LKS menggunakan pendekatan
saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 3,81 dan termasuk dalam kategori
“baik”. Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk /uji coba dengan revisi sesuai saran.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING SCIENTIFIC APPROACH
ON THE SUBTHEME “BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH”
FOR THE SECONDGRADE ELEMENTARY SCHOOL
Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma
2016
This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the sub-theme of “Bermain di Lingkungan Sekolah” at the second grade of primary school students.
This research was research and deveplopment. The worksheet development done with the steps of research and development of modivication between models. according to Borg & Gall and Sugiyono. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, the produce a final product design in the form of worksheets students use a scientific approach to the subthemes.Bermain di Lingkungan Sekolah For the Second Grade of Kalasan elementary school. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan I elementary school, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two elementary school curriculum experts of 2013 and the two teachers of the second grade of primary state.
According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4 (good) and 3.81 (good), and the two teachers of the first grade of primary state showed result on the score of 3.62 (good) and 3.81 (good). The learning instrument got mean score 3,81 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: (1) the
completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah Untuk Siswa Kelas Dua (II) Sekolah Dasar Negeri Kalasan I” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik. 5. Galih Kusumo. S.Pd.,M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013
yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.
6. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.
7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah. 8. Catur Eny Rahayu. S.Pd. SD selaku guru kelas I SD Negeri Kalasan 1
yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian. 9. Purwanti. S.Pd. SD selaku guru kelas I SD Negeri Kalasan 1 yang telah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Batasan Istilah ... 6
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9
1. Lembar Kerja Siswa ... 9
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 9
b. Karateristik Lembar Kerja Siswa ... 10
c. Jenis-Jenis Lembar Kerja Siswa ... 11
d. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa ... 13
xiii
2. Kurikulum 2013 ... 18
a. Urgensi Pengembangan Kurikulum ... 18
b. Karateristik Kurikulum 2013 ... 20
c. Pendidikan Karakter ... 24
d. Pendekatan Tematik Integratif ... 29
e. Pendekatan Saintifik ... 32
f. Penilaian Outentik ... 35
3. Pendekatan Saintifik ... 41
a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 41
b. Karateristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 43
c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 43
d. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik ... 44
B. Penelitian yang Relevan ... 45
C. Kerangka Pikir ... 47
D. Pertanyaan Penelitian... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50
B. Prosedur Pengembangan ... 50
1. Potensi dan Masalah ... 57
2. Pengumpulan Data ... 58
3. Desain Produk ... 58
4. Validasi Ahli Media LKS ... 59
5. Revisi Desain ... 60
C. Jadwal Penelitian ... 60
D. Validasi Ahli Kurikulum SD 201 ... 61
E. Validasi Guru Kelas II SDN Kalasan Baru ... 62
F. Instrumen Penelitian ... 62
G. Teknik Pengumpulan Data ... 66
H. Teknik Analisis Data ... 66
1. Data Kualitatif ... 66
2. Data Kuantitatif ... 67
xiv
A. Analisis Kebutuhan ... 71
1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 71
2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 75
B. Deskripsi Produk Awal ... 76
C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 78
D. Data Hasil Validasi Guru Kelas II Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 79
E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 84
1. Kajian Produk Akhir ... 85
2. Pembahasan... 87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Keterbatasan Penelitian ... 90
C. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 95
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum ... 19
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 60
Tabel 3.2 Panduan Wawancara Survei Kebutuahan ... 62
Tabel 3.3 Lembar Kuesioner Instrumen Validasi LKS ... 63
Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 67
Tabel 3.5 Kriteria Skor Skala Lima ... 89
Tabel 4.1 Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS Serta Revisi ... 79
Tabel 4.2 Komentar guru kelas II SD dan Revisi ... 83
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Langkah-Langkah Penyusunan LKS ... 14
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 47
Bagan 3.1 Model Pengembangan Bord & Gall ... 51
Bagan 3.2 Model Pengembangan Sugiyono ... 53
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Validasi ... 96
Lampiran 2 Surat Ijin Observasi dan Wawancara ... 97
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian ... 98
Lampiran 4 Panduan Wawancara Survei Kebutuhan... 99
Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 102
Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas II SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 108
Lampiran 7 Silabus ... 114
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. Melalui pendidikan seseorang bisa mendapatkan pengetahuan
yang baik. Untuk mencapai pendidikan yang baik dan berkualitas
diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan
berkualitas dalam proses pembelajaran yang diperoleh siswa seharusnya
tidak melalui pemberian informasi melainkan melalui proses pemahaman
tentang pengetahuan. Salah satu contoh dalam menerapkan pendidikan
yaitu disekolah. Di sekolah banyak siswa mendapatkan pendidikan yang
layak dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
Berdasarkan hal tersebut maka kurikulum adalah sebuah bentuk elemen
pendidikan yang dijadikan sebagai alat untuk mencapai pendidikan dan
sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
Di Indonesia perubahan kurikulum mengalami perjalanan yang
sangat panjang dari rencana pembelajaran 1947, kurikulum 1952,
kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984,
kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004 dan 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan hingga terakhir ini kurikulum
2013 (Hidayat, 2013:10-16). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat
sejarah kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian,
dengan tujuan untuk membentuk kualitas pendidikan yang bermutu yang
dapat memenuhi kebutuhan siswa.
Kurikulum SD 2013 melaksanakan pembelajaran tematik terpadu
dan prosesnya dengan pendekatan saintifik. Penerapan pembelajaran
tematik terpadu dengan pendekatan saintifik membawa implikasi
perubahan dalam pembelajaran di SD. Perubahan itu mengakibatkan
perubahan buku siswa, buku guru, sistem penilaian, pelaksanaan program
remedial dan pengayaan, Agar semua pemangku kepentingan pendidikan
dasar memiliki persepsi yang sama dalam pelaksanaan Kurikulum SD
2013, maka dibutuhkan adanya pedoman pelaksanaan pembelajaran yang
bersifat teknis. Dalam Kurikulum 2013, pemerintah menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific appoach).
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau dapat
menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran. Melalui
pendekatan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan atau
menyeimbangkan antara kemampuan dalam berinteraksi sosial (soft skill),
dan manusia yang memiliki kecakapan intelektual atau pengetahuan (hard
skill), yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Modul
Guru Kelas SD, 2013).
Dalam pendekatan saintifik, menuntut agar dapat mewujudkan
pembelajaran yang menyenangkan. Salah Kegiatan belajar yang
menyenangkan dengan menciptakan media pembelajaran. Media
pembelajaran merupakan salah satu bentuk alat yang digunakan dalam
proses pembelajaran dan dapat membangkitkan minat belajar siswa. Salah
satu media pembelajaran yang digunakan adalah media LKS. Media LKS
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat
siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.
Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait penggunaan
Lembar Kerja Siswa pada tanggal 29 Juni pukul 10.00 WIB SDN Kalasan
1 dengan Ibu E.C, guru mengatakan media LKS sangat diperlukan siswa
dalam proses pembelajaran karena media LKS merupakan bukti nyata dari
pekerjaan siswa yang harus diselesaikan. Media LKS dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik minat siswa. Tetapi
pada saat pembuatan media LKS guru E.C mengatakan bahwa guru belum
kreatif dalam membuat LKS alasannya guru belum memahami
saintifik. Selain itu, guru belum baik dalam mengaplikasikan teknologi
informasi yang semakin berkembang. Sehingga dalam proses
pembelajaran guru dimanja dengan menggunakan media LKS yang
diperjualbelikan oleh penerbit. Hal ini menyebabkan guru menjadi tidak
inovatif, kreatif, dan tidak menghiraukan kompetensi yang akan diperoleh
siswa.
Pada saat melakukan wawancara dengan guru E.C, beliau juga
mengatakan bahwa LKS yang diperjualbelikan kurang baik dalam hal segi
isi kurang variatif, kalimat-kalimat kurang jelas. Beliau juga mengatakan
media LKS yang diperjualbelikan kadang-kadang tidak berpegang pada
silabus dan RPP dan kata yang tulis juga sulit dipahami oleh siswa. Dalam
hal ini, guru menyadari akan kesulitan yang dialami dalam
mengembangkan LKS, terutama dalam hal membuat LKS, karena selama
ini, guru hanya membeli LKS dari penerbit. Oleh karena itu, guru sangat
membutuhkan contoh LKS yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013
guna untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan
implemetasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Dengan melihat adanya masalah tersebut dan pentingnya diadakan
contoh-contoh media pembelajaran Kurikulum SD 2013, maka peneliti
mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan
Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik
pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II
Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk LKS menggunakan pendekatan saintifik
pada subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II
Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada
Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II Sekolah
Dasar?
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk LKS menggunakan
pendekatan saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah
untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian
Research and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan
saintifik dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja siswa
dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Bermain di
lingkungan Sekolah Kelas II Sekolah Dasar.
2. Bagi guru
Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian
Kerja siswa khususnya Lembar Kerja Siswa Mengacu pada Pendekatan
Saintifik Pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah kelas II
Sekolah Dasar.
3. Bagi sekolah
Bagi sekolah, dapat memperoleh contoh lembar kerja siswa kurikulum
2013 dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research
and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik
dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja Siswa Pada
Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah Kelas II Sekolah Dasar.
4. Bagi Prodi PGSD
Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan
perpustakan terkait dengan penelitian Research and Development
(R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik dalam upaya untuk
Mengembangkan Lembar Kerja Siswa Pada Subtema Bermain di
Lingkungan Sekolah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan
karakter, dan penilaian autentik.
2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis ilmiah dengan
menekankan metode ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, mengomunikasikan dan membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran.
3. Lembar kerja siswa adalah bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar
kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan
atau praktis, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai
siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.
4. Subtema “Bermain di Lingkungan Sekolah” adalah subtema yang
memuat tentang Kompetensi Dasar dan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan tentang bermain di sekitar lingkungan sekolah.
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai
berikut :
1. Unsur-unsur LKS disusun lengkap yang terdiri dari :
a. Identitas LKS terdiri dari :
1) Satuan pendidikan
2) Kelas/Semester
3) Tema / Subtema
4) Mata pelajaran terkait
6) Pertemuan keberapa
b. Petunjuk umum
c. Tujuan pembelajaran dari setiap indikator mata pelajaran terkait
d. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengomunikasikan yang dilengkapai
dengan tugas dan langkah-langkah kerja.
e. Refleksi
2. LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang singkat, sederhana,
dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
3. LKS memungkinkan tercapainya indikator/tujuan pembelajaran
4. LKS secara runtut sesuai dengan kegiatan pembelajaran dalam
pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar,
mengomunikasikan)
5. LKS disusun dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
6. LKS disusun dengan tampilan yang menarik dan dapat menciptakan
9
BAB ll
LANDASAN TEORI
A.Kajian Pustaka
1. Lembar Kerja Siswa
a. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Majid (2009:176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa
(student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah
untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori
dan atau tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah
artikel tertentu, kemudian membuat rangkuman yang selanjutnya
dipresentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium
atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga bawang merah dan
bawang putih dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat atau dapat berupa
menyelesaikan suatu permasalahan. Tim Penyusun Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas
(2004:23) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan
lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, dari kedua
pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwa lembar kerja siswa
merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
Trianto (2010:212) mengatakan bahwa “lembar kegiatan siswa
merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan
kegiatan terprogram”. Depdikbud dalam Trianto (2010:212) menjelaskan
bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat
berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan
yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan
pertanyaan. Belawati (2003:322) mengemukakan bahwa LKS bukan
merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”.
LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga
siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.
Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang
berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan
arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan
lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus
dikerjakan oleh siswa.
b. Karateristik Lembar Kerja Siswa
Trianto (2010:212) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi
dalam dua karakteristik, yaitu 1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk
melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan
konsep dalam suatu tema, dan lembar kegiatan ini tidak terstruktur; 2)
lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam
suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kegiatannya
terstruktur. Dalam menyusun lembar kegiatan siswa, ada beberapa kriteria
siswa untuk belajar dan bekerja; 3) bahasa yang digunakan mudah dipahami
oleh peserta didik; dan 4) tidak dikembangkan untuk menguji
konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.
Ibrahim dalam Trianto (2010:213) mengungkapkan bahwa dalam
mengembangkan lembar kegiatan, siswa harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan
teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa
yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti
memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu. Maksud
dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan
siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai
dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek,
serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas
untuk memudahkan mengadministrasinya. Maksud dari persyaratan teknis
adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, harus mencakup
tulisan, gambar, dan tampilan.
c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa
Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang
dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. (Prastowo, 2014:272)
mengemukakan ada 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut:
1) LKS yang Penemuan (Membuat Siswa Menemukan Suatu Konsep)
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar
jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini
merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini
mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena
hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu
siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan
dibangun siswa dalam benaknya.
2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membuat Siswa Menerapkan dan
Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)
Di dalam suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan
konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang
telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh
LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh
dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan tugas
kepada mereka untuk bertanya dan menonton video, kemudian meminta
mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa
dilatih untuk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah
makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi
terimplementasikannya keterampilan merawat anggota tubuh bagi
siswa.
3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)
LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam
buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku,
sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari,
menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di
4) LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)
LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik
tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan
lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan
penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.
5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)
Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam
kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk
praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.
Trianto (2011:244) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi
menjadi dua macam yaitu: (1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk
melatih, mengembangkan keterampilan, dan menemukan konsep dalam
suatu tema atau yang disebut dengan lembar kegiatan siswa tak
berstruktur, (2) lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk
membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau
tanpa bimbingan guru atau yang disebut dengan lembar kegiatan siswa
berstruktur.
Jenis lembar kerja siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah jenis lembar kerja siswa yang penemuan ( membuat siswa
menemukan suatu konsep) dan lembar kerja siswa yang
Aplikatif-Integratif ( membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan bebagai
konsep yang telah ditemukan).
d. Langkah-langkah Lembar Kerja Siswa
Keberadaan LKS dalam kegiatan pembelajaran menjadi salah satu hal
kondisipeserta didik maupun sekolah sehingga menuntut guru untuk membuat
LKS. LKS yang dibuat harus bersifat inovatif dan kreatif dengan tujuan agar
dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan (
Prastowo, 2014:274).
Berikut ini adalah empat langkah – langkah dalam penyusunan LKS
lembar kerja siswa adalah : analisis kurikulum tematik, menyusun peta
kebutuhan LKS, menentukan judul-judul LKS dan menulis LKS (menentukan
KD dan indikator antar-mata pelajaran, menentukan tema sentral dan pokok
bahasan, menentukan alat penilaian, menyusun materi dan memerhatikan
struktur bahan ajar menurut ( Prastowo, 2014:275).
Bagan 2.1 Langkah-langkah Penyusunan LKS
Analisis Kurikulum Tematik
Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Menentukan judul-judul LKS
Memetakan KD dan Indikator antar-Mata Pelajaran
Menentukan Tema Sentral dan Pokok Bahasan
Menentukan Alat Penilaian
Menyusun Materi
Memerhatikan Struktur Bahan Ajar
1) Lakukanlah Analisis Kurikulum Tematik
Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam
penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi
pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar
berbentuk LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah
analisisnya, dilakukan dengan cara melihat mater pokok dan
pengalaman belajar, serta pokok bahasan yang akan dajarkan.
Kemudian setelah itu, kita harus mencermati kompetensi antarmata
pelajaran yang hendaknya dicapai siswa.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui materi apa saja
yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi
atau urutan materi dalam LKS. Sekuens LKS ini sangat dibutuhkan
dalam menentukan prioritas penulisan materi.
3) Menentukan Judul LKS
Perlu diketahui bahwa judul LKS tematik ditentukan atas dasar
tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan
kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antarmata
pelajaran di SD/MI.
4) Penulisan LKS
Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut: pertama, merumuskan indikator dan/atau
pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telh
disepakati. Kedua, menentukan alat peniilaian. Penilaian kita dilakukan
pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian
yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian
Acuan Patokan (PAP). Dengan demikian, guru dapat menilainya
melalui proses dan hasilnya. Ketiga, menyusun materi. Untuk
penyusunan materi LKS, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan,
yaitu.
a) Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu
gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.
b) Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti: buku, majalah,
internet, dan jurnal hasil penelitian.
c) Supaya pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja
di dalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar siswa bisa
membacanya lebih jauh tentang materi tersebut.
d) Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari
siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya.
Keempat, perhatikan struktur LKS. Ini merupakan langkah
terakhir dalam penyusunan LKS, yaitu menyusun materi berdasarkan
struktur LKS. Kita harus memahami bahwa struktur LKS terdiri dari
enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan
dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-langkah kerja, dan
e. Keunggulan dan kelemahan Lembar Kerja Siswa
Lismawati (2010:40) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa memiliki
keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai
berikut.
1) Keunggulan Lembar Kegiatan Siswa
a) Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus
menggunakan alat khusus.
b) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang
fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak
dengan menggunakan argumentasi yang realistis.
c) Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar
dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.
d) Secara ekonomis, lebih hemat dibandingkan dengan media
pembelajaran yang lainnya.
2) Kelemahan Lembar Kerja Siswa
a) Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami
kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.
b) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan.
c) Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
d) Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami
materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi
pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam
2. Kurikulum 2013
a. Urgensi Pengembangan Kurikulum
Kunandar (2014:15) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa
dan negara akan terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah organisme,
negara Indonesia lahir, tumbuh, berkembang, dan mempertahankan
kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan di awal
kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut tercantum dalam UUD 1945 alinea
ke empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam rangka mewujudkan kondisi di atas pemerintah melalui
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaruan
dan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pembaruan
dan inovasi dalam bidang kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013.
Hidayat (2013:113) mengemukakan bahwa orientasi kurikulum 2013
adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi
sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
Kunandar (2014:16) mengemukakan jikalau pemerintah
menjawab tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Berikut ini merupakan alasan pengembangan kurikulum menurut
[image:39.595.84.509.180.646.2]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum
No. Tantangan Masa Depan Kompetensi Masa Depan
1. Globalisasi: WTO, ASEAN community, APEC, CAFTA
Kemampuan berkomunikasi
2. Masalah lingkungan hidup Kemampuan berpikir jernih dan kritis
3. Kemajuan tekhnologi informasi
Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan 4. Konvergensi ilmu dan
tekhnologi
Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab
5. Ekonomi berbasis pengetahuan Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda 6. Kebangkitan industri kreatif
dan budaya
Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal 7. Pergeseran ekonomi dunia Memiliki minat luas dalam
kehidupan
8. Pengaruh dan imbas teknosains Memiliki kesiapan untuk bekerja 9. Mutu, investasi dan
transformasi pada sektor pendidikan
memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat / minatnya
10. Hasil TIMSS dan PISA Memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan
b. Karateristik Kurikulum 2013
Kunandar (2014:24) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang
1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik.
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyrakat sebagai sumber belajar
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horisontal dan vertikal).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kurikulum 2013, kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang
kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak
lulusan jenjang SMP/MTs. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan
melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi
dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti bukan
untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran
berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan.
Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,
sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan
demikaian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organisasi elemen) kompetensi dasar.
Kemdikbud (dalam Kunandar, 2014:27) memaparkan bahwa
pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut.
1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan
merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka
kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten
pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah
menyelesaikan pendidikannya disatu satuan atau jenjang
pendidikan tertentu.
2) Standar kompetensi kelulusan ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai
dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan
kurikulum didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta standar
3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran.
4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum
berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap
peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum
berbasis kompetensi.
5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan
dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kmampuan individual
perserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan diaas standar
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, beragam program dan
pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan
kemampuan awal peserta didik
6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada
pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan budaya, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan
atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten
pengetahuan, buadaya, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan
kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan
tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan
pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi
pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.
9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlansung sepanjang hayat.
Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat
dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang
dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.
10) Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, standar
kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.
11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan
memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil
belajar adalah alat untuk mengetahui kekuarangan yang dimiliki
setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
c. Pendidikan karakter
Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang.
berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat
untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai setempel atau
“cap”, berarti sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Kertajaya
(dalam Hidayatullah, 2010:13) menjelaskan karakter merupakan ciri
khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu”. Gunawan (2012:3)
mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri
individu yang membedakannya dengan orang lain.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut yakni Dumadi yang
mengatakan karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada
seseorang sedangkan Kertajaya berpendapat bahwa karakter ciri khas
yang dimiliki oleh individu. Gunawan (2012:3) berpendapat karakter
merupakan keadaan asli yang membedakan individual. Dapat
disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa karakter merupakan
sifat-sifat atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dari setiap individu
yang membedakannya dengan orang lain. Ciri khas di sini dapat
diartikan sebuah keutuhan kepribadian yang melekat dalam diri
individu sebagai kekuatan moral dalam dirinya dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai yang terdapat di masyarakat.
Koesuma (dalam Muslich, 2013:70) memaparkan bahwa
karakter sama dengan kepribadian. Dimana kepribadian merupakan ciri
atau kharasteristik dari diri seseorang yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga dari masa kecil. Suyanto (dalam Muslich, 2013:70)
juga menyatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir tiap
individu untuk bekerjasama dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan
berkaitan dengan moral, berkonotasi “positif” bukan netral.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karkter
merupakan ciri khas atau kharaktersistik tiap individu yang diperoleh
dari lingkungan keluarga sehingga individu tersebut terbentuk
kepribadian yang bermoral sehingga individu dapat bekerjasama
dengan masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Samani (dalam, Maksudin 2013:7) pendidikan karakter
berpatok pada sikap jujur cerdas, punya cita-cita dan olahraga.
Pendidikan karakter juga diperluas dengan budi pekerti luhur, kerja
keras, dan disiplin. Menurut Lincona (dalam Salahudin dan
Alkrienchie-chie, 2013:45) pendidikan karakter diterapkan secara
sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam
emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan
Alkrienchiechie (2013:45) adalah pendidikan budi pekerti yaitu,
melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.
Hill (dalam Muslich, 2013:38) mengatakan bahwa pendidikan
karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara
berpikir dan berprilaku yang membantu individu untuk hidup dan
bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan
membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45)
menambahkan bahawa peran sekolah sangat penting dalam usaha
pembentukan karakter. Dimana pendidikan karakter diartikan sebagai
usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan
untuk membentuk ahlak, watak melalui berbagai kebaikan yang
terdapat dalam ajaran agama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang
mengembangkan kecerdasan emosional dan membantu membentuk
kepribadian yang berahlak dan berwatak sehingga dapat bekerjasama
dengan masyarakat dan bernegara dan mampu bertanggungjawab atas
segala keputusan yang dibuatnya. Dalam pelaksanaan pendidikan
karakter, sekolah berperan penting dalam menanamkan pendidikan
karakter yang diintegrasikan dalam semua kegiatan yang dilakukan.
Peran penting sekolah dalam penanaman pendidikan karakter dapat
membantu siswa untuk menjadi pribadi yang berwatak dan
mengaplikasikannya dalam kehidupannya.
Muslich (2013:81) mengatakan tujuan pendidikan karakter
adalah untuk meningkatkan mutu yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan
seimbang. Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010:17-18)
mengemukan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling
penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter
adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Santosa
(dalam Hidayatullah, 2010:18) menambahkan dalam membentuk harga
diri yang kukuh dalam jiwa pelajar meupakan tujuan tiap pendidikan
yang murni.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
nasional (Sisdiknas). Dimana tujuan dari pendidikan karakter dapat
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
bukan hanya cakap dalam pengetahuan namun memiliki kepribadian
yang kukuh dan memiliki akhlak yang mulia.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai
kepada siswa untuk memfasilitasi siswa agar menjadi manusia yang
berahlak, berwatak dan berkepribadian tangguh. Menurut Salahudian
dan Alkrienchiechie (2013:54) nilai pendidikan karakter bangsa berasal
dari nilai-nilai luhur universal. Nilai- nilai universal tersebut yaitu, (1)
cinta Tuhan dan ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3)
kejujuran/ amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5)
dermawan suka tolong-menolong, gotong-royong, dan kerja sama, (6)
percaya diri dan kerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik
dan rendah hati, (9) toleransi kedamaian dan kesatuan. Sementara itu,
Muslich (2013:80) mengemukakan bahwa bangsa Indonesia
menyepakati beberapa nilai yang dijadikan pandangan filosofis
kehidupan bangsa. Nilai-nilai tersebut meliputi (1) ketuhanan yang
Maha Esa, (2) kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) persatuan
Indonesia, (4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Selaras dengan nilai-nilai luhur tersebut, Muslich (2013:80)
mengemukakan bahwa nilai-nilai luhur selaras dengan lima pilar
karakter. Lima pilar karakter tersebut meliputi (1) Transendensi yaitu
Humanisasi yaitu setiap manusia memiliki hakekat yang sama dimata
Tuhan yang Maha Esa kecuali ilmu dan ketakwaan yang
membedakannya, (3) Kebinekaan menyadari banyak perbedaan di dunia
dan mampu mengambil kesamaan sebagai kekuatan, (4) liberalisai yaitu
pembebasan atas penindasan sesama manusia, (5) keadilan merupakan
kuci kesejahteraan. Definisi lain juga dikemukakan oleh Gaffar (dalam
Kesuma, 201:5), bahwa pendidikan karakter adalah “sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
orang itu”. Kesuma dkk (2011:5) juga mendefinisikan pendidikan
karakter dalam setting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah
pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang
didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.
Pentingnya pendidikan karakter ini bertujuan untuk memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses
sekolah atau lulus.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa nilai karakter bangsa Indonesia ialah memaknai nilai-nilai luhur
universal dan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur ini dijadikan
sebagai pandangan filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lima
pilar karakter.
Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Salahudian dan
nilai karakter di antaranya (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)
disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa
ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12)
menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,
(15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18)
tanggung jawab. Delapan belas butir nilai karakter ini ditanamkan pada
siswa melalui pengintegrasian butir nilai karakter pada semua muatan
pelajaran dan setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa.
d. Pendekatan tematik integratif
Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik
integratif menurut Ahmadi (2014:225) adalah “pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga
dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa”. Daryanto
(2014:45-46) juga menjelaskan bahwa tematik integratif adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik-topik tertentu,
sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep
yang sesuai dengan tema sentralnya.
Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran
tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik
integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik
integratif menurut Majid (2014:89) adalah sebagai berikut.
1) Pembelajaran tematik integrative memiliki satu tema yang actual,
dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari
beberapa mata pelajaran.
2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa
mata pelajaran yang mungkin saling terkait.
3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan
tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran
tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh
kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum.
4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu
mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan,
kebutuhan, dan pengetahuan awal.
5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya
materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Selain itu, Majid (2014:89-90) menjelaskan bahwa pembelajaran
tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal
yang lebih abstrak
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian, siswa mampu memahami konsep tersebut secara utuh.
Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Hesty
dalam (Majid, 2014:90) adalah sebagai berikut.
1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa
bidang sekaligus.
2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam
aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara
schemata yang dimiliki oleh siswa.
3) Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami
secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada
pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik
terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema
sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar,
pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan
pembelajaran bermakna kepada peserta didik.
e. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan
(Hosnan, 2014:34).
Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan
pendekatan saintifik antara lain:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah
dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik
mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga
ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit
tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
“apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi
ajar agar peserta didik tahu tenta