• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di lingkungan sekolah untuk siswa kelas dua (II) Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di lingkungan sekolah untuk siswa kelas dua (II) Sekolah Dasar."

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK SISWA

KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain dilingkungan sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Pengembangan dilakukan meliputi lima langkah pengembangan yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas lembar kerja siswa oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi produk dua pakar kurikukum SD 2013 dan

media LKS memberikan skor 4 “baik” dan 3,81 “ baik”, dua Guru kelas II memberikan skor 3.62 “baik” dan 3.81 ”baik”. LKS menggunakan pendekatan

saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 3,81 dan termasuk dalam kategori

“baik”. Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk /uji coba dengan revisi sesuai saran.

(2)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING

SCIENTIFIC APPROACH

ON THE SUBTHEME “BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH”

FOR THE SECONDGRADE ELEMENTARY SCHOOL

Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma

2016

This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the sub-theme of “Bermain di Lingkungan Sekolah” at the second grade of primary school students.

This research was research and deveplopment. The worksheet development done with the steps of research and development of modivication between models. according to Borg & Gall and Sugiyono. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, the produce a final product design in the form of worksheets students use a scientific approach to the subthemes.Bermain di Lingkungan Sekolah For the Second Grade of Kalasan elementary school. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan I elementary school, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two elementary school curriculum experts of 2013 and the two teachers of the second grade of primary state.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4 (good) and 3.81 (good), and the two teachers of the first grade of primary state showed result on the score of 3.62 (good) and 3.81 (good). The learning instrument got mean score 3,81 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: (1) the

completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school.

(3)

i

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA

SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK

SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elisabeth Awe

NIM. 121134265

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan yang Maha Esa

Yang selalu memberi bimbingan, kemudahan dan

kelancaran dalam mengerjakan penelitian ini.

Ayah dan Ibu Tercinta

Yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang.

Kakak dan Adik-adikku

Anggela Ega, Beni Ngoju, Shinta Dhiju, dan Rin Bhoki dan

kelurga

Besarku yang selalu memberikan motivasi kepada saya.

Teman-teman PPGT angkatan 1, II, III

Yang memberikan motivasi dan dukungan kepada saya

selama

menyelesaikan skripsi.

Teman-teman tersayang

Ayu dan Etty yang selalu membantu saya.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma

(7)

v

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK SISWA

KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain dilingkungan sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Pengembangan dilakukan meliputi lima langkah pengembangan yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas lembar kerja siswa oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi produk dua pakar kurikukum SD 2013 dan

media LKS memberikan skor 4 “baik” dan 3,81 “ baik”, dua Guru kelas II memberikan skor 3.62 “baik” dan 3.81 ”baik”. LKS menggunakan pendekatan

saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 3,81 dan termasuk dalam kategori

“baik”. Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk /uji coba dengan revisi sesuai saran.

(11)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING SCIENTIFIC APPROACH

ON THE SUBTHEME “BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH”

FOR THE SECONDGRADE ELEMENTARY SCHOOL

Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma

2016

This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the sub-theme of “Bermain di Lingkungan Sekolah” at the second grade of primary school students.

This research was research and deveplopment. The worksheet development done with the steps of research and development of modivication between models. according to Borg & Gall and Sugiyono. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, the produce a final product design in the form of worksheets students use a scientific approach to the subthemes.Bermain di Lingkungan Sekolah For the Second Grade of Kalasan elementary school. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan I elementary school, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two elementary school curriculum experts of 2013 and the two teachers of the second grade of primary state.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4 (good) and 3.81 (good), and the two teachers of the first grade of primary state showed result on the score of 3.62 (good) and 3.81 (good). The learning instrument got mean score 3,81 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: (1) the

completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah Untuk Siswa Kelas Dua (II) Sekolah Dasar Negeri Kalasan I” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik. 5. Galih Kusumo. S.Pd.,M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah. 8. Catur Eny Rahayu. S.Pd. SD selaku guru kelas I SD Negeri Kalasan 1

yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian. 9. Purwanti. S.Pd. SD selaku guru kelas I SD Negeri Kalasan 1 yang telah

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Lembar Kerja Siswa ... 9

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 9

b. Karateristik Lembar Kerja Siswa ... 10

c. Jenis-Jenis Lembar Kerja Siswa ... 11

d. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa ... 13

(15)

xiii

2. Kurikulum 2013 ... 18

a. Urgensi Pengembangan Kurikulum ... 18

b. Karateristik Kurikulum 2013 ... 20

c. Pendidikan Karakter ... 24

d. Pendekatan Tematik Integratif ... 29

e. Pendekatan Saintifik ... 32

f. Penilaian Outentik ... 35

3. Pendekatan Saintifik ... 41

a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 41

b. Karateristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 43

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 43

d. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Prosedur Pengembangan ... 50

1. Potensi dan Masalah ... 57

2. Pengumpulan Data ... 58

3. Desain Produk ... 58

4. Validasi Ahli Media LKS ... 59

5. Revisi Desain ... 60

C. Jadwal Penelitian ... 60

D. Validasi Ahli Kurikulum SD 201 ... 61

E. Validasi Guru Kelas II SDN Kalasan Baru ... 62

F. Instrumen Penelitian ... 62

G. Teknik Pengumpulan Data ... 66

H. Teknik Analisis Data ... 66

1. Data Kualitatif ... 66

2. Data Kuantitatif ... 67

(16)

xiv

A. Analisis Kebutuhan ... 71

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 71

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 75

B. Deskripsi Produk Awal ... 76

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 78

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas II Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 79

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 84

1. Kajian Produk Akhir ... 85

2. Pembahasan... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan Penelitian ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 95

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum ... 19

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 60

Tabel 3.2 Panduan Wawancara Survei Kebutuahan ... 62

Tabel 3.3 Lembar Kuesioner Instrumen Validasi LKS ... 63

Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 67

Tabel 3.5 Kriteria Skor Skala Lima ... 89

Tabel 4.1 Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS Serta Revisi ... 79

Tabel 4.2 Komentar guru kelas II SD dan Revisi ... 83

(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Langkah-Langkah Penyusunan LKS ... 14

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 47

Bagan 3.1 Model Pengembangan Bord & Gall ... 51

Bagan 3.2 Model Pengembangan Sugiyono ... 53

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Validasi ... 96

Lampiran 2 Surat Ijin Observasi dan Wawancara ... 97

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian ... 98

Lampiran 4 Panduan Wawancara Survei Kebutuhan... 99

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 102

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas II SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 108

Lampiran 7 Silabus ... 114

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 133

(20)
(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara. Melalui pendidikan seseorang bisa mendapatkan pengetahuan

yang baik. Untuk mencapai pendidikan yang baik dan berkualitas

diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan

berkualitas dalam proses pembelajaran yang diperoleh siswa seharusnya

tidak melalui pemberian informasi melainkan melalui proses pemahaman

tentang pengetahuan. Salah satu contoh dalam menerapkan pendidikan

yaitu disekolah. Di sekolah banyak siswa mendapatkan pendidikan yang

layak dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses

interaksi antara peserta didik dengan pendidik untuk mencapai tujuan

pendidikan yang ditetapkan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

(22)

Berdasarkan hal tersebut maka kurikulum adalah sebuah bentuk elemen

pendidikan yang dijadikan sebagai alat untuk mencapai pendidikan dan

sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.

Di Indonesia perubahan kurikulum mengalami perjalanan yang

sangat panjang dari rencana pembelajaran 1947, kurikulum 1952,

kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984,

kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004 dan 2006

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan hingga terakhir ini kurikulum

2013 (Hidayat, 2013:10-16). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat

sejarah kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian,

dengan tujuan untuk membentuk kualitas pendidikan yang bermutu yang

dapat memenuhi kebutuhan siswa.

Kurikulum SD 2013 melaksanakan pembelajaran tematik terpadu

dan prosesnya dengan pendekatan saintifik. Penerapan pembelajaran

tematik terpadu dengan pendekatan saintifik membawa implikasi

perubahan dalam pembelajaran di SD. Perubahan itu mengakibatkan

perubahan buku siswa, buku guru, sistem penilaian, pelaksanaan program

remedial dan pengayaan, Agar semua pemangku kepentingan pendidikan

dasar memiliki persepsi yang sama dalam pelaksanaan Kurikulum SD

2013, maka dibutuhkan adanya pedoman pelaksanaan pembelajaran yang

bersifat teknis. Dalam Kurikulum 2013, pemerintah menekankan pada

dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan

pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific appoach).

(23)

menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau dapat

menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran. Melalui

pendekatan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan atau

menyeimbangkan antara kemampuan dalam berinteraksi sosial (soft skill),

dan manusia yang memiliki kecakapan intelektual atau pengetahuan (hard

skill), yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Modul

Guru Kelas SD, 2013).

Dalam pendekatan saintifik, menuntut agar dapat mewujudkan

pembelajaran yang menyenangkan. Salah Kegiatan belajar yang

menyenangkan dengan menciptakan media pembelajaran. Media

pembelajaran merupakan salah satu bentuk alat yang digunakan dalam

proses pembelajaran dan dapat membangkitkan minat belajar siswa. Salah

satu media pembelajaran yang digunakan adalah media LKS. Media LKS

dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat

siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait penggunaan

Lembar Kerja Siswa pada tanggal 29 Juni pukul 10.00 WIB SDN Kalasan

1 dengan Ibu E.C, guru mengatakan media LKS sangat diperlukan siswa

dalam proses pembelajaran karena media LKS merupakan bukti nyata dari

pekerjaan siswa yang harus diselesaikan. Media LKS dapat menciptakan

suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik minat siswa. Tetapi

pada saat pembuatan media LKS guru E.C mengatakan bahwa guru belum

kreatif dalam membuat LKS alasannya guru belum memahami

(24)

saintifik. Selain itu, guru belum baik dalam mengaplikasikan teknologi

informasi yang semakin berkembang. Sehingga dalam proses

pembelajaran guru dimanja dengan menggunakan media LKS yang

diperjualbelikan oleh penerbit. Hal ini menyebabkan guru menjadi tidak

inovatif, kreatif, dan tidak menghiraukan kompetensi yang akan diperoleh

siswa.

Pada saat melakukan wawancara dengan guru E.C, beliau juga

mengatakan bahwa LKS yang diperjualbelikan kurang baik dalam hal segi

isi kurang variatif, kalimat-kalimat kurang jelas. Beliau juga mengatakan

media LKS yang diperjualbelikan kadang-kadang tidak berpegang pada

silabus dan RPP dan kata yang tulis juga sulit dipahami oleh siswa. Dalam

hal ini, guru menyadari akan kesulitan yang dialami dalam

mengembangkan LKS, terutama dalam hal membuat LKS, karena selama

ini, guru hanya membeli LKS dari penerbit. Oleh karena itu, guru sangat

membutuhkan contoh LKS yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013

guna untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan

implemetasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

Dengan melihat adanya masalah tersebut dan pentingnya diadakan

contoh-contoh media pembelajaran Kurikulum SD 2013, maka peneliti

mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan

Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema

(25)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik

pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II

Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk LKS menggunakan pendekatan saintifik

pada subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II

Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada

Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II Sekolah

Dasar?

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk LKS menggunakan

pendekatan saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah

untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian

Research and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan

saintifik dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja siswa

dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Bermain di

lingkungan Sekolah Kelas II Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian

(26)

Kerja siswa khususnya Lembar Kerja Siswa Mengacu pada Pendekatan

Saintifik Pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah kelas II

Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah, dapat memperoleh contoh lembar kerja siswa kurikulum

2013 dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research

and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik

dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja Siswa Pada

Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah Kelas II Sekolah Dasar.

4. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan

perpustakan terkait dengan penelitian Research and Development

(R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik dalam upaya untuk

Mengembangkan Lembar Kerja Siswa Pada Subtema Bermain di

Lingkungan Sekolah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

(27)

pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan

karakter, dan penilaian autentik.

2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis ilmiah dengan

menekankan metode ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar,

mencoba, mengomunikasikan dan membentuk jejaring untuk semua

mata pelajaran.

3. Lembar kerja siswa adalah bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar

kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas

pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan

atau praktis, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai

siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

4. Subtema “Bermain di Lingkungan Sekolah” adalah subtema yang

memuat tentang Kompetensi Dasar dan kegiatan-kegiatan yang

berkaitan tentang bermain di sekitar lingkungan sekolah.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai

berikut :

1. Unsur-unsur LKS disusun lengkap yang terdiri dari :

a. Identitas LKS terdiri dari :

1) Satuan pendidikan

2) Kelas/Semester

3) Tema / Subtema

4) Mata pelajaran terkait

(28)

6) Pertemuan keberapa

b. Petunjuk umum

c. Tujuan pembelajaran dari setiap indikator mata pelajaran terkait

d. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan mengamati, menanya,

mencoba, menalar, dan mengomunikasikan yang dilengkapai

dengan tugas dan langkah-langkah kerja.

e. Refleksi

2. LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang singkat, sederhana,

dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

3. LKS memungkinkan tercapainya indikator/tujuan pembelajaran

4. LKS secara runtut sesuai dengan kegiatan pembelajaran dalam

pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar,

mengomunikasikan)

5. LKS disusun dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran

6. LKS disusun dengan tampilan yang menarik dan dapat menciptakan

(29)

9

BAB ll

LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka

1. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Majid (2009:176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa

(student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah

untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada

siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori

dan atau tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah

artikel tertentu, kemudian membuat rangkuman yang selanjutnya

dipresentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium

atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga bawang merah dan

bawang putih dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat atau dapat berupa

menyelesaikan suatu permasalahan. Tim Penyusun Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas

(2004:23) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan

lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, dari kedua

pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwa lembar kerja siswa

merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh

(30)

Trianto (2010:212) mengatakan bahwa “lembar kegiatan siswa

merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan

kegiatan terprogram”. Depdikbud dalam Trianto (2010:212) menjelaskan

bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat

berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan

yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan

pertanyaan. Belawati (2003:322) mengemukakan bahwa LKS bukan

merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”.

LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga

siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang

berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan

arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan

lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus

dikerjakan oleh siswa.

b. Karateristik Lembar Kerja Siswa

Trianto (2010:212) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi

dalam dua karakteristik, yaitu 1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk

melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan

konsep dalam suatu tema, dan lembar kegiatan ini tidak terstruktur; 2)

lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam

suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kegiatannya

terstruktur. Dalam menyusun lembar kegiatan siswa, ada beberapa kriteria

(31)

siswa untuk belajar dan bekerja; 3) bahasa yang digunakan mudah dipahami

oleh peserta didik; dan 4) tidak dikembangkan untuk menguji

konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.

Ibrahim dalam Trianto (2010:213) mengungkapkan bahwa dalam

mengembangkan lembar kegiatan, siswa harus memenuhi beberapa

persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan

teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa

yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti

memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu. Maksud

dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan

siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai

dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek,

serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas

untuk memudahkan mengadministrasinya. Maksud dari persyaratan teknis

adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, harus mencakup

tulisan, gambar, dan tampilan.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang

dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. (Prastowo, 2014:272)

mengemukakan ada 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut:

1) LKS yang Penemuan (Membuat Siswa Menemukan Suatu Konsep)

Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar

jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini

merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini

(32)

mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus

dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena

hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu

siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan

dibangun siswa dalam benaknya.

2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membuat Siswa Menerapkan dan

Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)

Di dalam suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan

konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang

telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh

LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh

dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan tugas

kepada mereka untuk bertanya dan menonton video, kemudian meminta

mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa

dilatih untuk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah

makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi

terimplementasikannya keterampilan merawat anggota tubuh bagi

siswa.

3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam

buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku,

sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari,

menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di

(33)

4) LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik

tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan

lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan

penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.

5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam

kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk

praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

Trianto (2011:244) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi

menjadi dua macam yaitu: (1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk

melatih, mengembangkan keterampilan, dan menemukan konsep dalam

suatu tema atau yang disebut dengan lembar kegiatan siswa tak

berstruktur, (2) lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk

membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau

tanpa bimbingan guru atau yang disebut dengan lembar kegiatan siswa

berstruktur.

Jenis lembar kerja siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah jenis lembar kerja siswa yang penemuan ( membuat siswa

menemukan suatu konsep) dan lembar kerja siswa yang

Aplikatif-Integratif ( membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan bebagai

konsep yang telah ditemukan).

d. Langkah-langkah Lembar Kerja Siswa

Keberadaan LKS dalam kegiatan pembelajaran menjadi salah satu hal

(34)

kondisipeserta didik maupun sekolah sehingga menuntut guru untuk membuat

LKS. LKS yang dibuat harus bersifat inovatif dan kreatif dengan tujuan agar

dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan (

Prastowo, 2014:274).

Berikut ini adalah empat langkah – langkah dalam penyusunan LKS

lembar kerja siswa adalah : analisis kurikulum tematik, menyusun peta

kebutuhan LKS, menentukan judul-judul LKS dan menulis LKS (menentukan

KD dan indikator antar-mata pelajaran, menentukan tema sentral dan pokok

bahasan, menentukan alat penilaian, menyusun materi dan memerhatikan

struktur bahan ajar menurut ( Prastowo, 2014:275).

Bagan 2.1 Langkah-langkah Penyusunan LKS

Analisis Kurikulum Tematik

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan judul-judul LKS

Memetakan KD dan Indikator antar-Mata Pelajaran

Menentukan Tema Sentral dan Pokok Bahasan

Menentukan Alat Penilaian

Menyusun Materi

Memerhatikan Struktur Bahan Ajar

(35)

1) Lakukanlah Analisis Kurikulum Tematik

Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam

penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi

pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar

berbentuk LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah

analisisnya, dilakukan dengan cara melihat mater pokok dan

pengalaman belajar, serta pokok bahasan yang akan dajarkan.

Kemudian setelah itu, kita harus mencermati kompetensi antarmata

pelajaran yang hendaknya dicapai siswa.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui materi apa saja

yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi

atau urutan materi dalam LKS. Sekuens LKS ini sangat dibutuhkan

dalam menentukan prioritas penulisan materi.

3) Menentukan Judul LKS

Perlu diketahui bahwa judul LKS tematik ditentukan atas dasar

tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan

kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antarmata

pelajaran di SD/MI.

4) Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan,

yaitu sebagai berikut: pertama, merumuskan indikator dan/atau

pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telh

disepakati. Kedua, menentukan alat peniilaian. Penilaian kita dilakukan

(36)

pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian

yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian

Acuan Patokan (PAP). Dengan demikian, guru dapat menilainya

melalui proses dan hasilnya. Ketiga, menyusun materi. Untuk

penyusunan materi LKS, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan,

yaitu.

a) Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan

dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu

gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.

b) Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti: buku, majalah,

internet, dan jurnal hasil penelitian.

c) Supaya pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja

di dalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar siswa bisa

membacanya lebih jauh tentang materi tersebut.

d) Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari

siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya.

Keempat, perhatikan struktur LKS. Ini merupakan langkah

terakhir dalam penyusunan LKS, yaitu menyusun materi berdasarkan

struktur LKS. Kita harus memahami bahwa struktur LKS terdiri dari

enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan

dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-langkah kerja, dan

(37)

e. Keunggulan dan kelemahan Lembar Kerja Siswa

Lismawati (2010:40) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa memiliki

keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai

berikut.

1) Keunggulan Lembar Kegiatan Siswa

a) Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus

menggunakan alat khusus.

b) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang

fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak

dengan menggunakan argumentasi yang realistis.

c) Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar

dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

d) Secara ekonomis, lebih hemat dibandingkan dengan media

pembelajaran yang lainnya.

2) Kelemahan Lembar Kerja Siswa

a) Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami

kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.

b) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan.

c) Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang

membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.

d) Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami

materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi

pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam

(38)

2. Kurikulum 2013

a. Urgensi Pengembangan Kurikulum

Kunandar (2014:15) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa

dan negara akan terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah organisme,

negara Indonesia lahir, tumbuh, berkembang, dan mempertahankan

kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan di awal

kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut tercantum dalam UUD 1945 alinea

ke empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam rangka mewujudkan kondisi di atas pemerintah melalui

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaruan

dan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pembaruan

dan inovasi dalam bidang kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013.

Hidayat (2013:113) mengemukakan bahwa orientasi kurikulum 2013

adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi

sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia.

Kunandar (2014:16) mengemukakan jikalau pemerintah

(39)

menjawab tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Berikut ini merupakan alasan pengembangan kurikulum menurut

[image:39.595.84.509.180.646.2]

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum

No. Tantangan Masa Depan Kompetensi Masa Depan

1. Globalisasi: WTO, ASEAN community, APEC, CAFTA

Kemampuan berkomunikasi

2. Masalah lingkungan hidup Kemampuan berpikir jernih dan kritis

3. Kemajuan tekhnologi informasi

Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan 4. Konvergensi ilmu dan

tekhnologi

Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab

5. Ekonomi berbasis pengetahuan Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda 6. Kebangkitan industri kreatif

dan budaya

Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal 7. Pergeseran ekonomi dunia Memiliki minat luas dalam

kehidupan

8. Pengaruh dan imbas teknosains Memiliki kesiapan untuk bekerja 9. Mutu, investasi dan

transformasi pada sektor pendidikan

memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat / minatnya

10. Hasil TIMSS dan PISA Memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan

b. Karateristik Kurikulum 2013

Kunandar (2014:24) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang

(40)

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan

kemampuan intelektual dan psikomotorik.

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan

apa yang dipelajari disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan

masyrakat sebagai sumber belajar

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat

4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang

dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing

elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai

kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya

(enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi

horisontal dan vertikal).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kurikulum 2013, kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang

kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak

(41)

lulusan jenjang SMP/MTs. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan

melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi

dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti bukan

untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran

berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan.

Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,

sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan

demikaian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organisasi elemen) kompetensi dasar.

Kemdikbud (dalam Kunandar, 2014:27) memaparkan bahwa

pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut.

1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan

merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka

kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten

pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah

menyelesaikan pendidikannya disatu satuan atau jenjang

pendidikan tertentu.

2) Standar kompetensi kelulusan ditetapkan untuk satu satuan

pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai

dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan

menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan

pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan

kurikulum didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan

pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta standar

(42)

3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan

kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan

keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata

pelajaran.

4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum

berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap

peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum

berbasis kompetensi.

5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan

dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kmampuan individual

perserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan diaas standar

yang telah ditentukan. Oleh karena itu, beragam program dan

pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan

kemampuan awal peserta didik

6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada

pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan budaya, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan

atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,

dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten

(43)

pengetahuan, buadaya, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan

kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan

tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan

pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi

pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.

9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan

dan pemberdayaan peserta didik yang berlansung sepanjang hayat.

Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat

dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang

dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10) Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan

nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional

dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, standar

kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.

11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan

memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil

belajar adalah alat untuk mengetahui kekuarangan yang dimiliki

setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.

c. Pendidikan karakter

Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang.

(44)

berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat

untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai setempel atau

“cap”, berarti sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Kertajaya

(dalam Hidayatullah, 2010:13) menjelaskan karakter merupakan ciri

khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu”. Gunawan (2012:3)

mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri

individu yang membedakannya dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut yakni Dumadi yang

mengatakan karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada

seseorang sedangkan Kertajaya berpendapat bahwa karakter ciri khas

yang dimiliki oleh individu. Gunawan (2012:3) berpendapat karakter

merupakan keadaan asli yang membedakan individual. Dapat

disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa karakter merupakan

sifat-sifat atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dari setiap individu

yang membedakannya dengan orang lain. Ciri khas di sini dapat

diartikan sebuah keutuhan kepribadian yang melekat dalam diri

individu sebagai kekuatan moral dalam dirinya dan bertingkah laku

sesuai dengan nilai yang terdapat di masyarakat.

Koesuma (dalam Muslich, 2013:70) memaparkan bahwa

karakter sama dengan kepribadian. Dimana kepribadian merupakan ciri

atau kharasteristik dari diri seseorang yang diterima dari lingkungan,

misalnya keluarga dari masa kecil. Suyanto (dalam Muslich, 2013:70)

juga menyatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir tiap

individu untuk bekerjasama dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan

(45)

berkaitan dengan moral, berkonotasi “positif” bukan netral.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karkter

merupakan ciri khas atau kharaktersistik tiap individu yang diperoleh

dari lingkungan keluarga sehingga individu tersebut terbentuk

kepribadian yang bermoral sehingga individu dapat bekerjasama

dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Samani (dalam, Maksudin 2013:7) pendidikan karakter

berpatok pada sikap jujur cerdas, punya cita-cita dan olahraga.

Pendidikan karakter juga diperluas dengan budi pekerti luhur, kerja

keras, dan disiplin. Menurut Lincona (dalam Salahudin dan

Alkrienchie-chie, 2013:45) pendidikan karakter diterapkan secara

sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam

emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan

Alkrienchiechie (2013:45) adalah pendidikan budi pekerti yaitu,

melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

Hill (dalam Muslich, 2013:38) mengatakan bahwa pendidikan

karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara

berpikir dan berprilaku yang membantu individu untuk hidup dan

bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan

membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45)

menambahkan bahawa peran sekolah sangat penting dalam usaha

pembentukan karakter. Dimana pendidikan karakter diartikan sebagai

usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan

(46)

untuk membentuk ahlak, watak melalui berbagai kebaikan yang

terdapat dalam ajaran agama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang

mengembangkan kecerdasan emosional dan membantu membentuk

kepribadian yang berahlak dan berwatak sehingga dapat bekerjasama

dengan masyarakat dan bernegara dan mampu bertanggungjawab atas

segala keputusan yang dibuatnya. Dalam pelaksanaan pendidikan

karakter, sekolah berperan penting dalam menanamkan pendidikan

karakter yang diintegrasikan dalam semua kegiatan yang dilakukan.

Peran penting sekolah dalam penanaman pendidikan karakter dapat

membantu siswa untuk menjadi pribadi yang berwatak dan

mengaplikasikannya dalam kehidupannya.

Muslich (2013:81) mengatakan tujuan pendidikan karakter

adalah untuk meningkatkan mutu yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan

seimbang. Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010:17-18)

mengemukan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling

penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter

adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Santosa

(dalam Hidayatullah, 2010:18) menambahkan dalam membentuk harga

diri yang kukuh dalam jiwa pelajar meupakan tujuan tiap pendidikan

yang murni.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

(47)

nasional (Sisdiknas). Dimana tujuan dari pendidikan karakter dapat

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

bukan hanya cakap dalam pengetahuan namun memiliki kepribadian

yang kukuh dan memiliki akhlak yang mulia.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai

kepada siswa untuk memfasilitasi siswa agar menjadi manusia yang

berahlak, berwatak dan berkepribadian tangguh. Menurut Salahudian

dan Alkrienchiechie (2013:54) nilai pendidikan karakter bangsa berasal

dari nilai-nilai luhur universal. Nilai- nilai universal tersebut yaitu, (1)

cinta Tuhan dan ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3)

kejujuran/ amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5)

dermawan suka tolong-menolong, gotong-royong, dan kerja sama, (6)

percaya diri dan kerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik

dan rendah hati, (9) toleransi kedamaian dan kesatuan. Sementara itu,

Muslich (2013:80) mengemukakan bahwa bangsa Indonesia

menyepakati beberapa nilai yang dijadikan pandangan filosofis

kehidupan bangsa. Nilai-nilai tersebut meliputi (1) ketuhanan yang

Maha Esa, (2) kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) persatuan

Indonesia, (4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Selaras dengan nilai-nilai luhur tersebut, Muslich (2013:80)

mengemukakan bahwa nilai-nilai luhur selaras dengan lima pilar

karakter. Lima pilar karakter tersebut meliputi (1) Transendensi yaitu

(48)

Humanisasi yaitu setiap manusia memiliki hakekat yang sama dimata

Tuhan yang Maha Esa kecuali ilmu dan ketakwaan yang

membedakannya, (3) Kebinekaan menyadari banyak perbedaan di dunia

dan mampu mengambil kesamaan sebagai kekuatan, (4) liberalisai yaitu

pembebasan atas penindasan sesama manusia, (5) keadilan merupakan

kuci kesejahteraan. Definisi lain juga dikemukakan oleh Gaffar (dalam

Kesuma, 201:5), bahwa pendidikan karakter adalah “sebuah proses

transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan

orang itu”. Kesuma dkk (2011:5) juga mendefinisikan pendidikan

karakter dalam setting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah

pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang

didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.

Pentingnya pendidikan karakter ini bertujuan untuk memfasilitasi

penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud

perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses

sekolah atau lulus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa nilai karakter bangsa Indonesia ialah memaknai nilai-nilai luhur

universal dan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur ini dijadikan

sebagai pandangan filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai tersebut selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lima

pilar karakter.

Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Salahudian dan

(49)

nilai karakter di antaranya (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)

disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa

ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12)

menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,

(15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18)

tanggung jawab. Delapan belas butir nilai karakter ini ditanamkan pada

siswa melalui pengintegrasian butir nilai karakter pada semua muatan

pelajaran dan setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh siswa.

d. Pendekatan tematik integratif

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik

integratif menurut Ahmadi (2014:225) adalah “pembelajaran yang

menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga

dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa”. Daryanto

(2014:45-46) juga menjelaskan bahwa tematik integratif adalah

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik-topik tertentu,

sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep

yang sesuai dengan tema sentralnya.

Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran

tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik

integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan

berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai

(50)

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik

integratif menurut Majid (2014:89) adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran tematik integrative memiliki satu tema yang actual,

dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.

Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari

beberapa mata pelajaran.

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa

mata pelajaran yang mungkin saling terkait.

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan

tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran

tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh

kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu

mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan,

kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya

materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Selain itu, Majid (2014:89-90) menjelaskan bahwa pembelajaran

tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan

pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa

sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan

sebagai fasilitator.

(51)

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung

kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan

pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal

yang lebih abstrak

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran

menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada

pembahasan tema-tema paling dekat berkaitan dengan kehidupan

siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai

mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan

demikian, siswa mampu memahami konsep tersebut secara utuh.

Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan

siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

(52)

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Hesty

dalam (Majid, 2014:90) adalah sebagai berikut.

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian

dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa

bidang sekaligus.

2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam

aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara

schemata yang dimiliki oleh siswa.

3) Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami

secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada

pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat aktif dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik

terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema

sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar,

pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan

pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

e. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang

dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,

hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

(53)

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan

(Hosnan, 2014:34).

Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan

pendekatan saintifik antara lain:

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas

kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa

terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis,

dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan

masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari

materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan

objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,

(54)

Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah

dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik

mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga

ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit

tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

“apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi

ajar agar peserta didik tahu tenta

Gambar

Tabel 3.2 Panduan Wawancara Survei Kebutuahan  ................................................
Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Panduan Wawancara Survei Kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan membuktikan korelasi dari Brand Experience yang ditawarkan oleh ketiga studi kasus dari maskapai penerbangan yakni Garuda Indonesia, Lion Air

Tokoh Lintas Agama Tulungagung.

peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Analisis gender sebagai langkah awal dalam rangka penyusunan kebijakan program

Bagaimana hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran IPA dengan memggunakan metode

Data pengukuran cakap silang NEXT dan FEXT dengan menggunakan kawat dengan diameter berbeda-beda dengan jarak yang berbeda pula diambil contoh dari

[r]

Ho5: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan harga minyak dunia, kurs Yuan, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga secara simultan terhadap harga saham pada

Dalam penelitian ini dilakukan pengetesan kuat tekan 30 benda uji batu bata yang diambil secara random pada 6 lokasi pembuatan dari Bangsal Mojosari Kabupaten Mojokerto