• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Prosedur Pengembangan

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini mengadopsi dua model. Model pertama adalah model Borg & Gall dan Model yang kedua merupakan model Sugiyono. Langkah pelaksanaan pengembangan Borg & Gall (dalam Sukmadinata, 2005:169) adalah (1) pengumpulan data, (2) perencanaan pengembangan produk, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba lapangan awal (5) revisi hasil uji coba produk awal, (6) uji coba produk yang telah disempurnakan, (7) penyempurnaan produk hasil uji coba produk yang telah disempurnakan, (8) uji produk yang telah disempurnakan, (9) penyempurnaan produk akhir, (10) diseminasi serta implementasi. Berikut ini merupakan bagan model pengembangan dan penelitian Borg & Gall.

51

Bagan 3.1. Model Pengembangan Borg & Gall (dalam Sukmadinata, 2005:169)

Tahapan pertama dalam model ini adalah penelitian dan pengumpulan data yang meliputi pengukuran kebutuhan, studi literatur, dan penelitian dalam skala kecil. Setelah mengumpulkan berbagai data, langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan pengembangan produk. Perencanaan ini meliputi merencanakan kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, tujuan yang hendak dicapai, desain atau langkah penelitian, serta kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas yang kemudian menjadi dasar untuk pengembangan produk awal pada tahap selanjutnya.

Pengumpulan data

Penyempurnaan produk akhir

Uji produk yang telah disempurnakan Penyempurnaan produk

hasil uji coba produk yang telah Uji coba produk yang telah disempurnakan

Revisi hasil uji coba produk awal Uji coba lapangan awal Pengembangan produk awal Perencanaan pengembangan produk Diseminasi serta implementasi

52

Setelah mengembangkan produk awal, uji coba dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah, dengan 6 sampai 12 subjek uji coba. Selama uji coba ini diadakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran angket. Produk yang telah diuji cobakan pada lapangan awal kemudian direvisi sesuai hasil yang diperoleh pada uji coba lapangan awal. Produk yang telah disempurnakan ini kemudian diuji cobakan kembali secara lebih luas pada 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 orang subjek uji coba.

Uji coba yang terakhir kemudian dilakukan pada 10 sampai 30 sekolah dengan 40 sampai dengan 200 subjek yang terlibat. Setelah uji coba dilaksanakan, maka produk akhir dapat disempurnakan untuk dapat melanjutkan tahap berikutnya, yakni diseminasi dan implementasi sebagai pelaporan hasil dari penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dalam pertemuan profesional dan jurnal (Borg & Gall dalam Sukmadinata, 2005:169).

Sugiyono (2014:409) memaparkan 10 langkah dalam penelitian dan pengembangan yang meliputi (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) uji coba pemakaian, (6) revisi produk, (7) uji coba produk, (8) revisi desain, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal.

Adapun model pengembangan menurut Sugiyono (2014:409) adalah sebagai berikut.

53

Bagan 3.2 Model Pengembangan Sugiyono (Sugiyono, 2014:409)

Tahapan pertama dalam model ini adalah mengkaji potensi dan masalah. Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila dikembangkan akan memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, akan tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, maka langkah selanjutnya adalah perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tertentu. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan Potensi dan Masalah Pengumpulan data Desain Produk Validasi Desain Revisi Desain Ujicoba Produk Revisi Produk Ujicoba Pemakaian Revisi

54

yang ingin dicapai. Hal ini nantinya akan dijadikan dasar untuk membuat desain produk.

Desain produk yang dihasilkan harus lengkap dan spesifikasi. Desain produk harus dibuat dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Selanjutnya dilakukan validasi desain. Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancangan tersebut.

Setelah melakukan desain produk, langkah selanjutnya yaitu memperbaiki kelemahan dari desain produk sesuai dengan saran perbaikan. Dalam bidang pendidikan, desain produk dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba ini dilakukan pada kelompok kecil dan kelompok terbatas atau kelas.

Pengujian efektivitas desain pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan bahwa desain tersebut memiliki perbedaan signifikan, maka desain tersebut perlu direvisi agar dicek kembali kelemahannya dan segera diperbaiki. Setelah direvisi produknya, maka produk tersebut perlu diterapkan dalam lingkup yang lebih luas. Selanjutnya dilakukan revisi produk dalam skala yang lebih luas.

55

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian pada lingkup yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya membuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk. Bila produk tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan di setiap lembaga tertentu sesuai dengan produk pengembangannya.

Model pengembangan Borg & Gall serta Sugiyono memiliki kekurangan dan kelebihan. Model pengembangan Borg & Gall membutuhkan subjek yang sangat banyak dalam melakukan penelitiannya (Borg & Gall dalam Sukmadinata, 2005:169). Meskipun demikian, model Borg & Gall memiliki detail tahapan yang lebih rinci sehingga memudahkan peneliti dalam mengembangkan produk yang lebih maksimal dan optimal. Selain itu, model Borg & Gall ini lebih fleksibel tergantung waktu dan tidak harus semua langkah dilaksanakan. Sugiyono memaparkan model pengembangannya dengan lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Meskipun demikian, model Sugiyono ini tidak disusun dengan rinci sehingga detail untuk instrumen yang disarankan untuk digunakan dalam pengembangan ini tidak dibahas secara mendalam. Berdasarkan tinjauan model pengembangan ini, peneliti merumuskan model pengembangan baru yang lebih sesuai dengan penelitian ini.

Secara garis besar, model pengembangan yang dihasilkan oleh peneliti terdiri dari 5 langkah dikarenakan terbatasnya waktu yang

56

dibutuhkan dalam penelitian ini, yang meliputi (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk hasil validasi.

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilkan desain produk final berupa Lembar Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan adalah dimulai dari analisis masalah, pengumpulan data, pengembangan produk, validasi produk, dan revisi produk hasil validasi. Bagan langkah-langkah model pengembangan tersebut dapat dilihat pada berikut.

57

Bagan 3.3 Langkah-langkah Pengembangan LKS

1. Potensi dan Masalah

Dalam mengetahui adanya potensi dan masalah, peneliti melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan wawancara langsung. Wawancara yang dilakukan di SDN Kalasan 1

58

dengan Ibu E.C pada tanggal 29 Juni 2015 pukul 10.20 WIB di ruang kelas II.

Pada wawancara ini peneliti mewawancarai langsung dengan ibu E.C mengenai sejauh mana pemahaman guru mengenai kurikulum 2013, pendekatan saintifik dan Lembar Kerja Siswa, sehingga dalam wawancara ini diharapkan agar pengembangan Lembar Kerja Siswa menggunakan Pendekatan Saintifik yang akan dikembangkan disusun sesuai dengan Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II sekolah dasar.

2. Pengumpulan Data

Hasil wawancara yang diperoleh dari Ibu E.C di SDN Kalasan 1 adalah data dari hasil wawancara tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan produk yang berupa pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. Pengumpulan data untuk pembuatan pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik dilakukan dengan melakukan studi pustaka, dan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber.

3. Desain Produk

Desain produk dimulai dengan menentukan desain awal pengembangan LKS. Desain awal dilakukan dengan menentukan tema

yaitu “Bermain di Lingkunganku”, kemudian menentukan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Setelah memilih KI dan KD, peneliti

menentukan subtema “ Bermain di Lingkungan Sekolah”. Peneliti

59

setelah itu peneliti menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan indikator yang memiliki empat elemen yaitu ABCD. Unsur ini sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa. Setelah itu peneliti membuat silabus berdasarkan tema, KI-KD, Subtema, indikator dan tujuan yang telah dibuat. Setelah membuat silabus peneliti membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan tema, KI-KD, Subtema, indikator, tujuan dan silabus.

Dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus mempunyai urutan isi pembelajaran dengan strategi pengajaran. Perlu adanya kegiatan pembelajaran yang dibuat dengan mempunyai sumber-sumber yang terkait dalam proses pembelajaran selain itu juga harus adanya evaluasi selama pembelajaran. Selanjutnya peneliti membuat LKS. Dalam membuat LKS peneliti harus menentukan unsur-unsur dalam membuat LKS. Unsur yang pertama identitas LKS seperti satuan pendidikan, hari/tanggal/pertemuan keberapa, kelas/Semester, mata pelajaran terkait, tema/Subtema dan alokasi waktu. Kedua Petunjuk umum, kompetensi dasar dan indikator setiap kompetensi inti, uraian materi, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan yang dilengkapai dengan tugas dan langkah-langkah kerja, penilaian dan refleksi.

4. Validasi Ahli Media LKS

Peneliti menggunakan validasi pakar (expert judgment) sebagai evaluasi formatif terhadap desain bahan produk pengembangan LKS

60

menggunakan pendekatan saintifik. Produk yang akan dikembangkan akan divalidasi oleh empat validator ahli yang kompeten. Validator ahli tersebut terdiri dari 2 dosen dan 2 guru SD kelas II. Validasi produk ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran serta penilaian produk yang dikembangkan oleh peneliti. Kritik dan saran tersebut untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan produk yang akan dikembangkan sebagai perbaikan terhadap produk ini.

5. Revisi Desain

Revisi desain dilakukan, setelah mendapatkan kritik dan saran. Peneliti melakukan revisi terhadap produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar. Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang telah divalidasi oleh pakar. Hasil revisi dari produk ini akan menjadi desain produk final LKS menggunakan pendekatan saintifik mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas II SD.

Dokumen terkait