• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam membina hubungan dengan teman sebaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam membina hubungan dengan teman sebaya."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013 DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA

CDandra WaDyu Kristanto Universitas Sanata DDarma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleD gambaran mengenai perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi LuDur Yogyakarta taDun ajaran 2012/2013 dalam membina Dubungan dengan teman sebaya dan mengetaDui topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan berperilaku asertif berdasarkan butir-butir skala perilaku asertif yang terindikasi rendaD. Penelitian ini adalaD penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalaD peserta didik kelas X SMA Pangudi LuDur Yogyakarta taDun ajaran 2012/2013 sejumlaD 12/ siswa yang terdiri dari 4 kelas yaitu, kelas X.1, kelas X.4, kelas X.5 dan kelas X.6. Instrumen penelitian yang digunakan adalaD “Skala Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan dengan Teman Sebaya”. Teknik analisis data yang digunakan adalaD perDitungan persentase dan tingkat dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus kategorisasi jenjang menurut Azwar.

Hasil penelitian menunjukan baDwa: (1) tidak ada peserta didik yang memiliki perilaku asertif sangat rendaD. (2) tidak ada peserta didik yang memiliki perilaku asertif rendaD, (3) 18,6% peserta didik memiliki perilaku asertif sedang, (4) 68,2% peserta didik memiliki perilaku asertif tinggi dan (5) 13,2% peserta didik memiliki perilaku asertif sangat tinggi. Berdasarkan Dasil penelitian tersebut, diusulkan topik-topik bimbingan yang dapat meningkatkan keterampilan perilaku

(2)

ABSTRACT

THE ASSERTIVE BEHAVIOR OF TENTH GRADE STUDENTS AT SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR IN MAINTAINIING THE RELATIONSHIPS WITH PEERS

CDandra WaDyu Kristanto Sanata DDarma University

Yogyakarta 2013

TDe aim of tDis researcD is to obtain a description of assertive beDavior of tentD grade students at SMA Pangudi LuDur Yogyakarta in 2012/2013 academic year in maintaining tDe relationsDips witD peers and find out appropriate guidance topics for guidance in otDer to develop tDe skills of assertive beDavior based on tDe scale items of assertive beDavior wDicD are indicated low. TDis researcD is a descriptive study using survey metDod. TDe subjects is tDe tentD grade students at SMA Pangudi LuDur Yogyakarta in 2012/2013 academic year consisting of 12/ students. TDe students come from four classes, namely class X.1, X.4, X.5 and X.6. TDe researcD instrument used is "Assertive BeDavior Scale in Maintaining RelationsDips witD Peers". TDe tecDnique of analysis data used is tDe calculation of tDe percentage and tDe distribution rate formula is based on categorization levels according to Azwar.

(3)

PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

CHANDRA WAHYU KRISTANTO

081114051

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA

SKRIPSI

Diajukan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program

Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

CHANDRA

WAHYU KRISTANTO

081114051

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku (Filipi 4: 13)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menuntun setiap

langkahku.

Untuk kedua orangtua ayahanda Sukamto dan ibunda Suharti serta

kedua adikku Ari dan Tria yang tak hentinya mendoakan.

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,10 Desember 2013

Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Chandra Wahyu Kristanto

Nomor Mahasiswa : 081114051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013 DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 10 Desember 2013 Yang menyatakan

(10)

vii

ABSTRAK

PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013 DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA

Chandra Wahyu Kristanto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam membina hubungan dengan teman sebaya dan mengetahui topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan berperilaku asertif berdasarkan butir-butir skala perilaku asertif yang terindikasi rendah. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sejumlah 129 siswa yang terdiri dari 4 kelas yaitu, kelas X.1, kelas X.4, kelas X.5 dan kelas X.6. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Skala Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan dengan Teman Sebaya”. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dan tingkat dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus kategorisasi jenjang menurut Azwar.

(11)

viii

ABSTRACT

THE ASSERTIVE BEHAVIOR OF TENTH GRADE STUDENTS AT SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR IN MAINTAINIING THE RELATIONSHIPS

WITH PEERS Chandra Wahyu Kristanto Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The aim of this research is to obtain a description of assertive behavior of tenth grade students at SMA Pangudi Luhur Yogyakarta in 2012/2013 academic year in maintaining the relationships with peers and find out appropriate guidance topics for guidance in other to develop the skills of assertive behavior based on the scale items of assertive behavior which are indicated low. This research is a descriptive study using survey method. The subjects is the tenth grade students at SMA Pangudi Luhur Yogyakarta in 2012/2013 academic year consisting of 129 students. The students come from four classes, namely class X.1, X.4, X.5 and X.6. The research instrument used is "Assertive Behavior Scale in Maintaining Relationships with Peers". The technique of analysis data used is the calculation of the percentage and the distribution rate formula is based on categorization levels according to Azwar.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya dalam mendampingi, memberi kekuatan, memberi semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, dan akhirnya peneliti dapat menyelesaikannya dengan baik dan lancar.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, dan dampingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd selaku dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu, memberikan motivasi, dan ide-ide kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

3. Bapak Andreas Mujiyono S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang bersedia memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

(13)

x

5. Peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 atas bantuan dan kerjasama sebagai responden dalam melaksanakan penelitian.

6. Orangtua Bapak Sukamto dan Ibu Suharti, serta kedua adik Ari Chandra Wardani dan Tria Widiastuti yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman BK 2008; Oky Widyastuti, Marcella Iqnatia, L. Ratna Panditasari, Yuliana Marsheyla Atanus, Laurentia Dian Arvita, Ursulani Bonatiur Nainggolan, Dian Setianingsih, Benedictus Herru, Teofilus Tri Yanuar, Vincentius Wisnu, Rani Savitri, Ester Yanti, Catur Nur Wijayanti, Rosalia Dessy, Chandra Ningtyas, Diana Setyowati dan Yunita Sari serta teman-teman yang lain untuk setiap bantuan, pendapat, saran, kritik, dukungan motivasi dan semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat teoritis ... 5

2. Manfaat praktis... 6

F. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pergaulan Remaja dengan Teman Sebaya... 7

1. Hakekat Perkembangan Remaja ... 7

2. Tugas Perkembangan Remaja... 8

3. Remaja dan Teman Sebaya ... 9

(15)

xii

1. Pengertian Perilaku Asertif ... 11

2.

Ciri-Ciri Orang Yang Asertif ... 12

3. Tujuan Perilaku Asertif... 14

4. Aspek-Aspek dalam Perilaku Asertif ... 15

5. Manfaat Perilaku Asertif ... 18

6. Hambatan Perilaku Asertif ... 20

7. Perilaku Non-Asertif/Pasif ... 21

8. Perilaku Agresif... 22

C. Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Perilaku Aserif Peserta Didik ... 23

D. Tinjauan Penelitian Lain Yang Relevan ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 26

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

D. Responden Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

1. Skala Likert Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan dengan Teman Sebaya ... 28

2. Skoring Skala Likert... 31

F. Uji Coba Alat ... 31

1. Validitas Instrumen ... 31

2. Reliabilitas Instrumen ... 36

G. Pengumpulan Data... 37

1. Tahap persiapan ... 37

2. Tahap pelaksanaan ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian... 42

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

(16)

xiii

BAB V PENUTUP... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

C. Usulan Topik Bimbingan Pribadi-Sosial ... 51

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Rincian Jumlah Peserta Didik ... 28

Tabel 2: Kisi-Kisi Skala Perilaku Asertif... 30

Tabel 3: Hasil Perhitungan Taraf Validitas... 33

Tabel 4: Jumlah Item Valid dan Tidak Valid... 35

Tabel 5: Kriteria Guilford ... 37

Tabel 6: Norma Kategorisasi ... 40

Tabel 7: Kategorisasi Skor Skala Perilaku Asertif... 41

Tabel 8: Distribusi Skor Skala Perilaku Asertif ... 43

Tabel 9: Capaian Butir Skala Perilaku Asertif ... 48

Tabel 10: Item-Item Skala yang Berkategori Sedang ... 49

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Skala Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan Dengan

Teman Sebaya (uji coba)…... 57

Lampiran 2 : Tabulasi Uji Coba Penelitian... 62

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Validitas ... 71

Lampiran 4 : Perhitungan Reliabilitas ... 74

Lampiran 5 : Skala Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan Dengan Teman Sebaya... 75

Lampiran 6 : Tabulasi Hasil Penelitian ... 79

Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian ... 90

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Dikatakan masa transisi karena remaja belum memiliki status

orang dewasa dan juga telah meninggalkan masa kanak-kanak. Dalam masa

transisi ini, remaja memiliki kesempatan untuk mencoba berbagai perilaku

baru dalam rangka mencari jati diri. Mencoba perilaku baru merupakan tugas

perkembangan yang umum pada masa remaja. Dalam melaksanakan tugas

perkembangan ini, remaja seringkali dihadapkan dalam keragu-raguan dalam

memilih perilaku.

Mappiare (1982: 157) berpendapat bahwa penerimaan dan penolakan

teman sepergaulan serta akibat-akibatnya dapat menciptakan sikap dan

bentuk perilaku tertentu pada remaja. Perilaku remaja akan tampak dalam

pergaulannya dengan orang lain. Pergaulan yang umum dilakukan remaja

adalah dalam lingkup pergaulan dengan teman sebaya. Dalam pergaulannya

dengan teman sebaya, remaja banyak melakukan penyesuaian diri karena

lingkup teman sebaya merupakan lingkup sosial pertama remaja untuk belajar

hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Pada tahap ini,

(20)

harga diri seorang remaja. Remaja yang diterima teman-teman sebaya

akan merasa bahwa dirinya dihargai dan dihormati, namun seorang remaja

yang tidak diterima teman-teman sebaya akan memposisikan diri sebagai

orang yang tidak berharga.

Standar perilaku tertentu yang memungkinkan remaja dapat diterima

oleh kelompoknya, dapat menjerumuskan remaja pada kepatuhan kepada

kelompok secara berlebihan tanpa memperhitungkan akibat negatif yang

mungkin mereka terima. Akibat negatif yang mereka tanggung sebagai

konsekuensi terhadap kepatuhan kelompok tidak jarang justru bertentangan

dengan nilai-nilai tertentu yang mereka anut sebagai pribadi.

Untuk menghindari dampak-dampak negatif, seorang remaja

diharapkan dapat menempatkan dirinya di dalam kelompok yang

memungkinkan terpenuhinya kepentingan kelompok tanpa menyingkirkan

nilai-nilai yang dianut sebagai pribadi. Apabila remaja dapat melakukan hal

ini, maka ia dapat diterima oleh kelompok sebaya dan dapat berkembang

sebagai pribadi. Remaja dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam

menyesuaikan diri dalam hubungan sosial dan menyeimbangkan dengan

perkembangannya sebagai pribadi.

Dalam melaksanakan hubungan sosial dibutuhkan kemampuan dalam

berkomunikasi secara terbuka untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan

dengan jujur pada diri sendiri maupun orang lain. Inilah yang disebut sebagai

perilaku asertif. Lloyd (1990: 1) mendefinisikan perilaku asertif sebagai gaya

(21)

respek dalam berinteraksi dengan orang lain. Sementara Cawood (1997: 13)

mengartikan perilaku asertif sebagai ekspresi yang langsung, jujur, dan pada

tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa

kecemasan yang berlebihan. Kemampuan bersikap asertif ini sangat penting

dimiliki sejak dini, karena hal ini akan membantu remaja untuk bersikap tepat

dalam hubungan sosialnya.

Mengembangkan kemampuan berperilaku asertif akan membantu

remaja dalam menciptakan dan mengembangkan kemampuan komunikasi

serta penyesuaian diri yang efektif. Remaja membutuhkan kemampuan

berperilaku asertif untuk menjalin hubungan interpersonal yang baik.

Individu yang berperilaku tidak asertif akan mengalami kesulitan dalam

menjalin hubungan interpersonal sehingga membuat dirinya merasa tidak

nyaman. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan timbul potensi konflik

intrapersonal maupun interpersonal.

Remaja pada umumnya banyak menghabiskan waktu dengan

teman-teman sebayanya, maka dapat dipahami bahwa pengaruh teman-teman-teman-teman sebaya

pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar

daripada pengaruh keluarga. Ketidakmampuan bersikap asertif pada remaja

dapat berperan terhadap terjadinya perilaku yang tidak sesuai atau

menyimpang. Disinilah diperlukan keterampilan berperilaku asertif pada

remaja dalam hubungan interpersonal terutama dengan kelompok sebaya.

Peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran

(22)

sedang mengalami masa transisi dalam mencari jati diri. Ada kemungkinan

peserta didik belum atau kurang memiliki perilaku asertif dalam

pergaulannya dengan teman sebaya. Kesan peserta didik kelas X SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta belum atau kurang memiliki perilaku asertif

diperkuat dengan pernyataan salah satu guru BK SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta yang mengatakan bahwa sebagian peserta didik nampak masih

canggung dalam bergaul dengan teman sebaya.

Dari uraian di atas, timbul sebuah pertanyaan yaitu sejauh mana

perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam

membina hubungan dengan teman sebaya? Inilah permasalahan yang akan

diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis

memberi judul skripsi ini: “Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas X SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Dalam Membina

Hubungan Dengan Teman Sebaya”. Lewat skripsi yang disusun penulis

berharap dapat ikut memberikan sumbangan kepada berbagai pihak yang

berkepentingan terhadap topik skripsi ini.

B. Batasan Masalah

Sehubungan dengan judul skripsi, maka pembatasan masalah terfokus

pada “Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Dalam Membina Hubungan Dengan

(23)

C. Rumusan Masalah

Secara spesifik, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta dalam membina hubungan dengan teman sebaya?

2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan perilaku

asertif untuk peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang perilaku asertif peserta didik kelas X SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam membina

hubungan dengan teman sebaya.

2. Mengetahui topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan

perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. ManfaatTeoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya

mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan

memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut tentang perilaku

asertif sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di

(24)

2. ManfaatPraktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan

Konseling untuk pengembangan program layanan Bimbingan

Konseling Pribadi-Sosial, khususnya dalam rangka meningkatkan

perilaku asertif peserta didik dalam membina hubungan dengan teman

sebaya.

b. Bagi Peserta didik

Apabila guru BK melaksanakan program yang diusulkan,

peserta didik mendapat kesempatan mengembangkan kemampuan

perilaku asertifnya.

F. Definisi Operasional

Perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan pikiran, gagasan,

pendapat, maupun perasaan dengan jujur dan terbuka tanpa melanggar

hak-hak pribadi orang lain yang meliputi dua aspek yaitu kemampuan memberi

dan menerima secara asertif. Kemampuan memberi adalah kemampuan untuk

mengungkapkan dan mengekspresikan diri kepada orang lain. Kemampuan

menerima adalah kemampuan untuk mendengarkan, mempertimbangkan,

menunjukan pemahaman, dan merespon apa yang diungkapkan atau

(25)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab kajian pustaka memuat landasan teori yang berkaitan dengan masalah

dalam penelitian ini, yaitu pergaulan remaja dengan teman sebaya, perilaku

asertif, bimbingan dan konseling dalam mengembangkan perilaku asertif peserta

didik, dan tinjauan penelitian lain yang relevan.

A. Pergaulan Remaja dengan Teman Sebaya

1. Hakekat Perkembangan Remaja

Masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang

sama (Hurlock, 1997: 154). Stanley Hall (Gunarsa, 1983: 85)

berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan

badai dan tekanan dalam kehidupan perasaan dan emosinya, dengan

demikian remaja mudah terkena pengaruh lingkungan.

Perkembangan remaja ditandai dengan adanya perkembangan

fisik, perkembangan emosi, perkembangan sosial, dan perkembangan

intelektual. Perkembangan-perkembangan tersebut menimbulkan

kebutuhan-kebutuhan baru dalam diri remaja (Hurlock, 1997: 77).

Pada perkembangan sosial remaja, aspek yang berkembang antara lain

(26)

Kelompok teman sebaya sangat berperan dalam kehidupan

remaja. Apabila remaja mengalami tekanan dari pihak lain, biasanya

mereka akan pergi kepada kelompok teman sebayanya. Teman sebaya

merupakan kelompok yang sangat dipercaya oleh remaja (Mappiare,

1984: 155).

2. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (Hurlock, 1997:10) menjabarkan 8 tugas

perkembangan remaja.Salah satu tugas perkembangan itu ialah

mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

Selama tahun-tahun terakhir dari masa kanak-kanak, minat

seseorang tumbuh semakin besar terhadap kebersamaan.Dari hal ini

mereka membentuk kelompok teman sebaya.Pada masa remaja,

dorongan untuk disetujui oleh kelompok menjadi sangat

kuat.Dorongan ini muncul dalam perilaku remaja saat berada dalam

kelompok.Ia akan memakai suatu gaya tertentu pada penampilannya

agar sesuai dengan gaya yang digunakan oleh kelompok sebayanya.

Keberhasilan yang diperoleh dalam melaksanakan tugas

perkembangan ini akan membawa remaja pada penyesuaian sosial

yang lebih baik sebagai bekal melaksanakan tugas perkembangan

(27)

3. Remaja dan Teman Sebaya

Santrock (2002:43) menyebutkan bahwa memasuki masa remaja,

seorang anak meluangkan lebih banyak waktu dengan teman-teman

sebaya mereka dan persahabatan menjadi semakin penting serta

popularitas di antara teman-teman sebaya merupakan motivasi yang

kuat bagi kebanyakan remaja. Lebih jauh Santrock (2002: 46)

menjelaskan bahwa remaja banyak terlibat dalam konformitas dengan

teman sebaya baik yang bersifat positif maupun negatif.Bentuk

perilaku konformitas negatif antara lain menggunakan bahasa yang

kasar dan jorok, tindakan merusak, olok-olok, mencuri, dan membuat

keributan. Konformitas positif antara lain tampak dalam keinginan

untuk meluangkan waktu lebih banyak dengan kelompok, terlibat

dalam kegiatan-kegiatan sosial kelompok.

Remaja saat berada dalam kelompok sebaya akan membentuk

suatu iklim kelompok dan norma-norma kelompok tertentu (Monks,

1989:235). Norma-norma dalam kelompok remaja sangat ditentukan

oleh pemimpin dalam kelompok.Meskipun norma-norma dalam

kelompok bukan hal yang buruk, terdapat bahaya bagi pembentukan

identitas remaja. Bahaya yang muncul adalah saat remaja lebih

mementingkan perannya sebagai bagian dari kelompok daripada

mengembangkan norma pribadi.

Kebersamaan dalam kelompok mampu mengembangkan rasa

(28)

dalam kelompok dapat mengatakan kepada remaja bagaimana ia

seharusnya bersikap secara tepat serta mengoreksi dan membimbing

sikap dan nilai-nilai remaja dengan cara yang langsung maupun tidak

langsung. Teman dan kebersamaan akan mengembangkan rasa saling

memberi perhatian dan saling membagi respon-respon emosional

(Duck, 1991).

Menurut Mappiare (1984: 170) dalam kelompok teman sebaya,

adalah sebuah kenyataan bahwa ada remaja yang dapat diterima dan

ada pula yang mengalami penolakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang bersifat pribadi, antara lain:

a. Penampilan dan perbuatan yang meliputi: tampang yang baik

atau rapi serta aktif dalam urusan kelompok.

b. Kemampuan berpikir antara lain: mempunyai inisiatif,

mengemukakan buah pikirannya dan banyak meikirkan

kepentingan kelompok.

c. Sikap, sifat dan perasaan antara lain: bersikap sopan,

memerhatikan orang lain, dapat menahan emosi bila berada

dalam keadaan yang tidak menyenangkan, dan suka

menyumbangkan pengetahuan pada orang lain terutama

anggota kelompok.

d. Pribadi, meliputi: jujur dan dapat dipercaya,

(29)

menyesuaikan diri secara tapat dalam berbagai situasi dan

pergaulan sosial.

Penerimaan teman sebaya penting artinya bagi seorang remaja,

karena itu ia akan berusaha agar dapat diterima dalam pergaulan

dengan teman sebaya.

B. Perilaku Asertif

1. Pengertian Perilaku Asertif

Llyod (1991:1) mengartikan perilaku asertif sebagai suatu gaya

atau bentuk wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan

penuh respek pada saat berinteraksi dengan orang lain. Perilaku asertif

merupakan perilaku yang menjadi syarat untuk hasil “sama-sama

menang” (win-win solution) dalam negosiasi, pemecahan konflik,

kehidupan keluarga, dan transaksi bisnis yang normal.

Cawood (1997:13) mendefinisikan perilaku asertif sebagai

ekspresi yang langsung dan jujur sebagai pengungkapan pikiran,

perasaan, kebutuhan atau hak-haknya tanpa kecemasan yang

beralasan.Kata langsung diartikan sebagai perilaku yang tidak

berputar-putar, pesan yang disampaikan dengan jelas terfokus dan

tidak menghakimi. Kata jujur berarti perilaku yang selaras, semua

isyarat-isyaratnya cocok, kata-kata, gerak-gerik, dan perasaan

semuanya mengatakan hal yang sama. Pada tempatnya dimaksudkan

sebagai perilaku yang memerhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan

(30)

Adams dan Lenz (1995:5) menyatakan bahwa asertivitas adalah

kemampuan untuk bersikap jelas, jujur, mengomunikasikan yang benar

tentang diri sendiri sambil tetap mampu menghormati orang lain.

Bersikap asertif berarti mengerti apa yang diperlukan dan diinginkan,

menjelaskannya kepada orang lain, bekerja dengan cara sendiri sambil

tetap menunjukan hormat kepada orang lain (Adams dan Lenz,

1995:28). Sementara Corey (1988:217) mengartikan perilaku asertif

sebagai perilaku yang mampu menerima kenyataan atau menegaskan

diri sebagai tindakan yang layak dan tegas.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan pikiran, gagasan,

pendapat, maupun perasaan dengan jujur dan terbuka terhadap diri

sendiri dan tanpa keraguan dalam menjelaskan kepada orang lain; tidak

berputar-putar, langsung menuju pokok persoalan, tidak

menutup-nutupi masalah yang hendak disampaikan tanpa menimbulkan

perselisihan, tidak menyakiti, dan tidak melanggar hak dan kebutuhan

orang lain.

2. Ciri-Ciri Orang Yang Asertif

Adams dan Lenz (1995: 15) mengemukakan enam ciri orang

yang asertif, yaitu:

a. Orang yang asertif dapat bergaul dengan jujur dan langsung

(31)

mempertahankan hak-haknya dengan tidak melanggar hak dan

kebutuhan orang lain.

b. Orang yang asertif bersikap apa adanya, terbuka, otentik, dan

langsung dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya.

c. Orang yang asertif mampu bertindak demi kepentingan diri sendiri

dan mengambil inisiatif demi memenuhi kebutuhannya.

d. Orang yang asertif berani meminta informasi dan bantuan dari

orang lain jika membutuhkan.

e. Saat mengalami konflik dengan orang lain, orang yang asertif

bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak.

f. Orang yang asertif kecemasannya akan berkurang dan semakin

merasakan suatu kepuasan, meningkatkan harga diri dan

kepercayaan diri, sehingga kebutuhan yang penting akan semakin

dapat terpenuhi.

Alberti dan Emmons (2002: 42) menjelaskan perilaku asertif

secara terperinci, yaitu perilaku yang memungkinkan individu untuk:

a. Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal dimana

kedua pihak berdiri di atas dasar yang sama dengan saling

menyeimbangkan kekuatan sehingga tidak ada pihak yang menang

atau kalah.

b. Berbuat menurut kepentingan yang dianggap baik, seperti:

1) Meyakini penilaian pribadi.

(32)

3) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

c. Mempertahankan hak tanpa merasa cemas, yaitu:

1) Berani berkata tidak.

2) Menyatakan kekecewaan.

3) Mengekspresikan dukungan atau bantahan terhadap suatu

pendapat.

d. Mengekspresikan perasaan secara terbuka tanpa merasa cemas.

3. Tujuan Perilaku Asertif

Cawood (1997:21) menyebutkan ada dua tujuan utama

berperilaku asertif, yaitu:

a. Menjaga proses komunikasi agar tetap lancar. Dengan

menggunakan keterampilan asertif, diharapkan agar dialog tetap

terbuka, membiarkan informasi baru dan pikiran-pikiran serta

perasaan yang berbeda secara jujur dan mengalir. Dengan sikap ini

diharapkan tidak ada maksud dari pihak lain untuk memaksa agar

mendapatkan apa yang diinginkannya atau sebaliknya

mengesampingkan hak-haknya.

b. Membangun sikap saling menghormati. Dengan bersikap asertif,

orang diharapkan semakin percaya diri, harga dirinya bertambah,

dan mempunyai rasa hormat terhadap diri sendiri. Dengan bersikap

hormat terhadap diri sendiri maka ia juga bisa menghormati orang

(33)

4. Aspek-Aspek dalam Perilaku Asertif

Perilaku asertif memuat dua aspek utama yaitu keterampilan

menerima dan keterampilan memberi. Cawood (1997: 78-79)

mendeskripsikan aspek keterampilan memberi ke dalam enam

komponen atau indikator yaitu:

a. Keterampilan memberikan informasi.

Ketrampilam memberikan informasi yaitu ketrampilan untuk

memberikan pernyataan atau tanggapan yang berisi informasi

tertentu secara lugas, deskriptif, tanpa bias, dan tanpa nasihat.

b. Keterampilan memberikan opini atau sudut pandang.

Ketrampilan memberikan opini atau sudut pandang yaitu

kemampuan untuk mengngkapkan pendapat atau sudut pandang

pribadi dengan disertai kesadaran bahwa setiap pribadi memiliki

hak atas opininya sendiri serta pengenalan atas pengetahuan

pribadi. Opini yang diberikan disertai dengan pengakuan atasnya,

tanpa adanya rasa bersalah dan tanpa intimidasi dari orang lain.

c. Keterampilan menyatakan kebutuhan atau harapan

Keterampilan menyatakan kebutuhan atau harapan yaitu

kemampuan untuk menyatakan kebutuhan atas harapan pribadi

dengan disertai pemahaman atas kebutuhan atau harapan tersebut

(34)

d. Keterampilan berbagi perasaan

Ketrampilan berbagi perasaan secara asertif didasarkan atas

pengenalan akan perasaan pribadi sehingga perasaan tersebut

diakui dan diungkapkan kepada orang lain secara terbuka dan jelas.

e. Keterampilan memberikan keputusan ya dan tidak

Keterampilan memberikan keputusan ya dan tidak yaitu

kemampuan memberikan keputusan dengan sikap tegas, tidak

bertele-tele dan menggunakan alternative atau alasan yang jelas

terutama dalam memberukan keputusanmengatakan tidak.

f. Keterampilan menyampaikan kritik atau pujian

Keterampilan menyampaukan kritik atau pujian yaitu kemampuan

menyampaikan kritik atau pujian secara terfokus pada perilaku

yang dituju, disertai penjelasan atas dampaknya pada diri sendiri

dan orang lain tanpa manipulasi atau maksud tersembunyi dan

disampaikan pada waktu yang tepat.

Ketrampilan menerima secara asertif secara umum ditandai

dengan adanya penerimaan atas pernyataan orang lain, mendengarkan

secara aktif, mempertimbangkan, menunjukkan pemahaman, serta

merespons sesuai wawasan pribadi. Cawood (1997:105-107) juga

mendeskripsikan aspek keterampilan menerima dalam perilaku asertif

(35)

a. Keterampilan mencari informasi

Ketrampilan mencari informasi yaitu kemampuan untuk

mendengarkan dan menanggapi pernyataan orang lain dengan

disertai pertimbangan atas pengenalan lawan bicara dan pengajuan

pertanyaan yang tepat dan mengundang informasi.

b. Keterampilan merefleksikan isi pesan

Ketrampilan merefleksikan isi pesan yaitu kemampuan untuk

mendengarkan tanpa sikap kritis, menafsirkan isi

pernyataan/informasi orang lain dan mengungkapkan lagi isi pesan

dalam paraprase yang tepat.

c. Keterampilan merefleksikan kembali perasaan yang terlibat

Ketrampilan merefleksikan kembali perasaan yang terlibat yaitu

kemampuan untuk berempati terhadap pernyataan perasaan orang

lain, menafsirkan nada atau label emosi dalam pernyataan tersebut

dan mamu mengungkapkan dalam tanggapan yang tepat.

d. Keterampilan menerima kritik

Ketrampilan menerima kritik yaitu kemampuan menerima kritik

dari orang lain dengan disertai pengakuan atas kesalahan pribadi

jika kritik itu benar, menelusuri pokok permasalahan yan

disampaikan sehingga mampu meminta saran kepada pemberi

(36)

e. Keterampilan menerima pujian

Ketrampilan menerima pujian yaitu kemampuan untuk menerima

pujian dan meresapi pujian dari orang lain serta menanggapi

dengan bijak dan tidak tergesa-gesa membalas pujian yang

diberikan.

5. Manfaat Perilaku Asertif

Menurut Cawood (1997: 26) perilaku asertifmemiliki banyak

manfaat khususnya dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Manfaat yang diperoleh bila orang berperilaku asertif adalah sebagai

berikut:

a. Menjalani kehidupan secara realistis. Jika orang berperilaku asertif

maka ia akan berurusan dengan perasaan-perasaan nyata, pikiran

nyata, dan kebutuhan-kebutuhan nyata untuk memecahkan masalah

yang nyata. Orang lebih memusatkan perhatiannya pada

masalah-masalah yang nyata dengan cara memusatkan perhatian pada masa

kini dan tidak terkekang akan berbagai kecemasan masa lalu atau

kekhawatiran akan masa depan.

b. Kepercayaan diri yang meningkat. Pilihan untuk menegaskan

perasaan dan pikiran kita akan meningkatkan penghargaan diri dan

kepercayaan diri. Orang menjadi lebih kreatif dan terbuka terhadap

usaha mengambil resiko.

c. Hubungan yang diperkaya. Kepercayaan didasarkan antara lain

(37)

konflik. Keterampilan asertif memberikan sumbangan besar pada

kedua hal ini. Orang mempunyai kompetensi dan keberanian untuk

mengawali kegiatan-kegiatan dan untuk mengatasi kesulitan

bersama orang lain.

Menurut Adams (1995: 29) manfaat perilaku asertif adalah:

a. Memahami diri sendiri. Setiap orang memiliki kebutuhan, harapan,

dan ide-ide tersendiri. Melalui pengungkapan diri kepada orang

lain, orang akan semakin mengenal dirinya dengan baik.

b. Hidup di masa kini. Orang menjalani hidup dengan berfokus pada

masa kini. Dengan berani mengungkapkan pendapat dan kebutuhan

secara tepat, orang akan menyadari kebutuhan masa kini dan

berusaha memenuhinya.

c. Menjadi pribadi yang menarik. Pengungkapan diri secara jujur,

tegas, dan langsung tanpa kepura-puraan dibalik perkataan dan

tingkah laku, mencerminkan pribadi yang menarik.

d. Harga diri bertambah. Pengungkapan diri secara jujur, langsung,

dan tegas menambah harga diri karena pengungkapan diri menjadi

lebih mudah ketika orang berhasil melakukannya.

e. Orang lain menjadi asertif. Kesediaan mengungkapkan pikiran,

kebutuhan, perasaan, dan keinginan, membuka jalan bagi orang

(38)

f. Mencegah keretakan hubungan. Komunikasi yang tidak jujur

menyebabkan hubungan menjadi rusak. Kesalahpahaman dapat

dihindari dengan mengungkapkan diri secara asertif.

6. Hambatan Dalam Perilaku Asertif

Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kecenderungan

yang sering terjadi adalah orang menyetujui permintaan orang lain dan

mengalami kesulitan untuk mengatakan ”tidak” terhadap pernyataan

orang lain. Beberapa alasan orang sulit mengatakan “tidak” kepada

orang lain, adalah:

a. Tidak menyangka akan tawaran mendadak dari orang lain.

b. Adanya keinginan untuk menyenangkan orang lain yang

membutuhkan persetujuan atau dukungan.

c. Adanya perasaan takut bila menyinggung orang lain.

d. Adanya ketakutan mendapatkan hukuman atau kehilangan teman.

e. Adanya perasaan bersalah.

f. Adanya harapan akan timbal balik dari orang lain.

g. Terbebani kewajiban atau tugas yang harus dijalankan.

h. Adanya keinginan berkorban untuk orang lain.

i. Adanya suatu kebutuhan atau dorongan untuk melakukan sesuatu.

Perilaku asertif individu perlu dikembangkan agar dalam

berkomunikasi dengan orang lain dapat bereaksi secara tepat terhadap

(39)

7. Perilaku Non-Asertif/Pasif

Cawood (1997: 31) menjelaskan perilaku non-asertif/pasif

sebagai perilaku yang hanya bisa menerima (pandangan-pandangan

dan harapan-harapan setiap orang) tanpa memberikan pendapat

maupun perasaannya sendiri. Perilaku non-asertif/pasif berarti tidak

menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan, pendapat sendiri kepada

orang lain dan kurang bertindak demi diri sendiri untuk memenuhi

kebutuhan penting diri sendiri. (Adams, 1995: 25).

Kecenderungan perilaku non-asertif/pasif adalah memenangkan

harapan orang lain dan menjunjung tinggi pandangan serta kebutuhan

orang lain. Orang yang memiliki perilaku non-asertif/pasif cenderung

kurang menghargai diri sendiri. Perilaku non-asertif juga dapat dilihat

jika seseorang selalu berusaha menghindari konflik, bahkan

mendiamkan orang lain yang menyebabkan konflik.

Ada empat ciri-ciri perilaku non-asertif/pasif menurut Adams

(1995: 30), yaitu:

a. Cenderung menghindari konflik

b. Lebih mengutamakan reaksi daripada melakukan aksi.

c. Menggunakan lebih banyak waktu dan energi untuk menanggapi

yang dikatakan dan dilakukan orang lain daripada mengambil

inisiatif untuk berkomunikasi dan bertindak atas kemauan sendiri.

(40)

Menurut Cawood (1997: 33), ciri-ciri perilaku non-asertif/pasif

adalah:

a. Bersikap manis. Sikap manis yang ditunjukan bukanlah sikap yang

mengekspresikan perasaannya, melainkan sikap pura-pura yang

tidak berani mengungkapkan opini, ide, kebutuhan, perasaan, dan

haknya kepada orang lain.

b. Merasa bertanggung jawab atas perasaan-perasaan orang lain yang

tersinggung, kecewa, atau marah.

c. Menghalangi tindakan nyata dan kemajuan yang nyata dengan

menunda keputusan atau tindakan. Ini adalah cara untuk

menghindari usaha menguji keberhasilan diri sendiri.

8. Perilaku Agresif

Lloyd (1991) mendefinisikan perilaku agresif sebagai tindakan

yang melanggar orang lain, menempatkan keinginan dan kebutuhan

pribadi di atas orang lain. Cawood (1997: 35) menjelaskan bahwa

perilaku agresif berarti hanya memberikan pandangan-pandangan dan

harapan-harapan sendiri pada orang lain tanpa mau menerima dan

memperhitungakan sama sekali hak, kebutuhan, perasaan, atau

pendapat mereka.

Perilaku agresif dapat diungkapkan secara langsung maupun

tidak langsung. Pengungkapan secara langsung berarti dalam

mengekspresikan pikiran atau perasaannya diluapkan secara langsung

(41)

artinya dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan tidak langsung

kepada orang atau benda tetapi melalui media yang dianggap mewakili

orang atau benda tersebut. Usaha untuk mengurangi perilaku agresif

dapat dilakukan melalui proses katarsis dan berperilaku asertif.

C. Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Perilaku Asertif

Peserta Didik

Tujuan pelayanan bimbingan adalah agar peserta didik mampu

mengatur kehidupannya sendiri, menjamin perkembangan pribadinya

seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab atas hidupnya sendiri,

memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar “membebek” pendapat orang

lain, mengambil sikap sendiri dan berani bertanggung jawab atas

perbuatannya (Winkel, 2004:31). Tujuan ini dapat terwujud melalui program

bimbingan yang dijalankan oleh guru pembimbing.Salah satunya adalah

melalui pelayanan bimbingan pribdi-sosial.

Winkel (2004:118) menjelaskan mengenai bimbingan

pribadi-sosial:

Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina kemanusian dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Melalui bimbingan pribadi-sosial seorang guru pembimbing

menyampaikan suatu topik bimbingan.Salah satu topik bimbingan yang

(42)

asertif. Guru pembimbing menyusun suatu modul bimbingan tentang

mengembangkan perilaku asertif peserta didik. Manfaat yang dapat

diperoleh peserta didik melalui topik mengembangkan perilaku asertif,

antara lain:

1. Peserta didik berlatih untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, ide-ide,

kebutuhan-kebutuhannya kepada orang lain secara tepat serta tidak

melanggar pikiran, perasaan, ide-ide, dan kebutuhan-kebutuhan orang

lain.

2. Peserta didik mampu memberikan respon yang tepat dalam menyikapi

pernyataan dari orang lain dan keadaan tertentu yang terjadi dalam

dirinya.

3. Peserta didik menerapkan perilaku asertif dalam pergaulannya dengan

teman sebaya dalam berbagai situasi yang terjadi.

D. Tinjauan Penelitian Lain Yang Relevan

Hia (2004) mengadakan penelitian tentang asertivitas para suster

yunior dan medior Konggregasi Suster-Suster Cinta Kasih dari Maria

Bunda Berbelas Kasih (SCMM) di Sumatera Utara tahun 2004. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode

survei. Jumlah populasi penelitian adalah 60 orang, yang terdiri dari para

suster yunior dan medior SCMM Indonesia yang berusia maksimal 56

tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil

(43)

Indonesia tahun 2004 yang berdomisili di Sumatera Utara belum tinggi

dan perlu ditingkatkan.

Da Santo (2004) mengadakan penelitian tentang tingkat

komunikasi asertif para suster medior Congregation Imitations Jesu (CIJ)

tahun 2004 dan implikasinya terhadap program pelatihan asertivitas. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi

pada penelitian ini adalah 70 orang. Alat pengumpul data yang digunakan

adalah kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi asertif

sebagian besar suster medior CIJ tahun 2004 belum tinggi dan perlu

ditingkatkan.

Redong (2006) mengadakan penelitian tentang persepsi

siswa-siswi SMK Panti asuhan Santo Thomas Ngawen Gunung Kidul

Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 tentang ketrampilan asertifnya dan

implikasinya terhadap program bimbingan kelompok. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah

remaja penghuni Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen Gunung Kidul

Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dengan jumlah 80 orang. Alat

pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini

adalah menurut siswa-siswi SMK Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen

Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 ketrampilan asertif

(44)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab metodologi penelitian ini memuat penjelasan mengenai tujuan

penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,

responden penelitian, dan instrument penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat

penelitian dilakukan (Furchan, 1982: 415). Selain itu penelitian ini juga

termasuk penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk

meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian meruntut ke belakang

untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Penelitian ex post facto bertujuan untuk melacak kembali, jika dimungkinkan,

apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

metode survei. Menurut Furchan (1982: 424) metode survei dapat digunakan

bukan hanya untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga untuk

membandingkan kondisi-kondisi tersebut dengan menilai keefektifan suatu

(45)

variabel. Variabel adalah atribut suatu obyek yang mempunyai variasi antara

satu dengan yang lain (Sugiyono, 2010: 60).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

pada peserta didik kelas X sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada

tanggal 2 Februari 2013.

D. Responden Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah 208 peserta didik.

Responden dalam penelitian ini adalah sebagianpeserta didik kelas X SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 4 kelas

dengan jumlah 129 peserta didik. Dengan demikian penelitian ini termasuk

penelitian sampel. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling

karena pengambilan sampel populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2009: 124). Rincian jumlah peserta didik tiap kelas adalah seperti

(46)
[image:46.612.101.509.110.576.2]

Tabel 1. Rincian Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Kelas Jumlah siswa

X.1 33

X.4 34

X.5 31

X.6 31

Total 129

E. Instrumen Penelitian

1. Skala Likert Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan dengan Teman

Sebaya

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan dengan Teman Sebayayang

berpedoman pada teknik penyusunan skala model Likert yang

dimodifikasi. Skala ini dirancang dalam bentuk item tertutup, dengan

alternatif jawaban empat pilihan (genap). Penyajian alternatif jawaban

dengan empat pilihan (genap) ditempuh untuk menghindari central

tendency effect yaitu kecenderungan responden untuk memilih pilihan

tengah.

Variabel yang diangkat dalam skala didasarkan pada aspek-aspek

perilaku asertif sebagaimana diungkapkan Cawood (1997) yaitu:

a. Keterampilan memberi, yaitu: memberikan informasi, memberikan

(47)

perasaan, memberikan keputusan ya dan tidak, dan memberikan kritik

atau pujian.

b. Keterampilan menerima, yaitu: mencari informasi, merefleksikan

kembali isi pesan, merefleksikan kembali perasaan yang terlibat,

menerima kritik dan menerima pujian.

Kisi-kisi skala perilaku asertif dalam membina hubungan dengan teman

(48)
[image:48.792.115.670.157.429.2]

Tabel 2.Kisi-Kisi Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba

No Aspek Perilaku Asertif Indikator Item

Favorable Jml Unfavorable Item Jml

1 Keterampilan menerima 1.1 Memberikan informasi. 1.2 Memberikan opini/sudut

pandang.

1.3 Menyatakan kebutuhan/harapan. 1.4 Berbagi perasaan.

1.5 Memberikan keputusan ya dan tidak.

1.6 Menyampaikan kritik atau pujian.

1,3,9 2,4,8

13,15,53 19, 20, 21 12, 26, 27

31, 32,33 3 3 3 3 3 3 5,34,51 10,65,66 16,18,60 22, 23, 24 28, 29, 30

7, 35, 36

3 3 3 3 3 3

2 Keterampilan memberi 2.1 Mencari informasi.

2.2 Merefleksikan kembali isi pesan. 2.3 Mefefleksikan perasaan yang

terlibat.

2.4 Menerima kritik. 2.5 Menerima pujian

37, 38, 39 43, 44, 45 49, 50, 17

55, 56, 57 61, 62, 63

3 3 3

3 3

40, 41, 42 46, 47, 48 25,52, 54 6,58, 59, 11,14,64 3 3 3 3 3

Jumlah item 33 33

(49)

2. Skoring Skala Likert

Dalam instrumen penelitian ini digunakan empat opsi atau

alternatif jawaban yaitu sangat sering, sering, jarang, dan tidak

pernah.Alternatif/opsi tengah (sedang/cukup) dalam skala ini tidak dipakai

untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban

yang netral agar dapat meningkatkan variabilitas responsi. Skor untuk

masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

a. Untukpernyataan positif (favorable item): sangat sering (SS) = 4,

sering (S) = 3; jarang (J) = 2; dan tidak pernah (TP) = 1.

b. Untuk pernyataan negatif(unfavorable item): sangat sering (SS) = 1,

sering (S) = 2, jarang (J) = 3 dan tidak pernah (TP) = 4.

Adapun total skor dari masing-masing responden adalah hasil

penjumlahan skor dari seluruh item yang tersedia dan dijadikan sebagai

data olahan untuk kepentingan analisis penelitian ini. Instrumen penelitian

dapat dilihat pada lampiran 1.

F. Uji Coba Alat

1. Validitas Instrumen

Kualitas instrumen penelitian ini diperiksa dengan validitas isi

(content validity), dikarenakan penyusunan instrumen didasarkan pada

kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator

dan jumlah pernyataan per indikator. Untuk mengetahui validitas isi,

(50)

pembimbing. Konsultasi dengan dosen pembimbing bertujuan untuk

mengetahui apakah masing-masing pernyataan benar-benar sesuai dengan

aspek dan indikator perilaku asertif. Skala kemudian diujicobakan pada

peserta didik kelas X.2 dan X.3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Setelah

diujicoba, validitas instrumen ini dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis statistik yaitu dengan menggunakan analisis korelasi product

moment dari Pearson (Masidjo, 1995: 246) dengan rumus sebagai berikut:

XY

r =

 

 

 2 2 2

2 X N Y Y

X N Y X XY N Keterangan : XY

r = korelasi skor butir dengan skor-skor aspek

N = jumlah subyek

X = skor butir

Y = skor total per aspek

Untuk menghitung koefisien korelasi validitas item, digunakan

SPSS (Statistic Programme for Social Sciene)versi 17,0for windows) agar

penghitungan menjadi lebih cepat dan mudah. Penghitungan validitas

dengan menggunakan SPSS menggunakan batasan taraf signifikasi 0,05

(5%) dan patokan korelasi minimum yaitu 0,25. Jika koefisien korelasinya

lebih besar dari 0,25 maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Jika

koefisien korelasinya kurang dari 0,25 maka item yang bersangkutan

(51)

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan memberi skor

pada setiap item dan mentabulasi data uji coba. Tabulasi uji coba

penelitian dapat dilihat pada lampiran 2. Selanjutnya proses perhitungan

dilakukan dengan program SPSS (Statistical Programe For Social

Science) versi 16,0for windows agar lebih efektif dan efisien. Hasil

[image:51.612.104.509.249.702.2]

perhitungan taraf validitas dapat dilihat padatabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Taraf Validitas

Item-Total Statistics

Corrected

Item-Total Correlation Keputusan

Item 1 .391 VALID

Item 2 .497 VALID

Item 3 .097 TIDAK VALID

Item 4 .414 VALID

Item 5 .274 VALID

Item 6 -.277 TIDAK VALID

Item 7 .222 TIDAK VALID

Item 8 .019 TIDAK VALID

Item 9 .129 TIDAK VALID

Item 10 .500 VALID

Item 11 .011 TIDAK VALID

Item 12 .417 VALID

Item 13 .317 VALID

Item 14 .034 TIDAK VALID

Item 15 .438 VALID

Item 16 .445 VALID

Item 17 -.049 TIDAK VALID

Item 18 .210 TIDAK VALID

Item 19 .223 TIDAK VALID

Item 20 .264 VALID

Item 21 .083 TIDAK VALID

(52)

Item 23 .385 VALID

Item 24 .450 VALID

Item 25 .552 VALID

Item 26 .108 TIDAK VALID

Item 27 .065 TIDAK VALID

Item 28 .339 VALID

Item 29 .046 TIDAK VALID

Item 30 .167 TIDAK VALID

Item 31 .471 VALID

Item 32 .400 VALID

Item 33 .315 VALID

Item 34 .428 VALID

Item 35 .288 VALID

Item 36 .441 VALID

Item 37 .568 VALID

Item 38 .471 VALID

Item 39 .325 VALID

Item 40 .135 TIDAK VALID

Item 41 -.035 TIDAK VALID

Item 42 .062 TIDAK VALID

Item 43 .401 VALID

Item 44 .280 VALID

Item 45 .452 VALID

Item 46 .238 TIDAK VALID

Item 47 .455 VALID

Item 48 .441 VALID

Item 49 .527 VALID

Item 50 .571 VALID

Item 51 .354 VALID

Item 52 .479 VALID

Item 53 .590 VALID

Item 54 .468 VALID

Item 55 .401 VALID

Item 56 .237 TIDAK VALID

Item 57 .471 VALID

Item 58 .380 VALID

Item 59 .457 VALID

(53)

Item 61 .173 TIDAK VALID

Item 62 .522 VALID

Item 63 .466 VALID

Item 64 .244 TIDAK VALID

Item 65 .396 VALID

Item 66 .480 VALID

[image:53.612.100.545.192.632.2]

Adapun jumlah item yang valid dan tidak valid tertera pada tabel 4:

Tabel 4. Jumlah Item Valid dan Tidak Valid

No Variabel yang

diangkat Indikator FavorableItem Skala Uji coba Unfavorable Item yang GugurFav Unfav 1 Keterampilan

Memberi Memberikan Informasi Memberikan 1,3,9 5,34,51 3, 9 - opini/sudut pandang 2, 4, 8 10, 65, 66 8 -

Menyatakan

kebutuhan/harapan 13, 15, 53 16, 18, 60 - 16 Berbagi perasaan 19, 20,

21 22, 23, 24 19, 21 22 Memberikan keputusan

ya atau tidak 12, 26, 27 28, 29, 30 26, 27 29, 30 Menyampaikan kriktik

atau pujian 31, 32, 33 7, 35, 36 - 7 2 Keterampilan

Menerima Mencari informasi 37, 38, 39 40, 41, 42 - 40, 41, 42 Merefleksikan kembali

isi pesan 43, 44, 45 46, 47, 48 44 - Merefleksikan kembali

perasaan yang terlibat 49, 50, 17 25, 52, 54 17 - Menerima kritik 55, 56,

57 6, 58, 59 56 6 Menerima pujian 61, 62,

63 11, 14, 64 61 11, 14, 64

Jumlah 33 33 11 12

Total 66 23

Total keseluruhan yang digunakan untuk penelitian 43 item, yang

(54)

aspek keterampilan menerima. Keduapuluh tiga item yang tidak digunakan

dalam penelitian karena item yang valid dianggap telah cukup mewakili

aspek dan indikator.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut

dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan, 1982: 295). Masidjo

(1985: 209) berpendapat reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf sampai

dimana suatu alat tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukuran

yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.

Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa reliabilitas skala

pada penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach melalui program

SPSS(Statistic Programme for Social Sciene)versi 17,0for window).

Rumus koefisien alpha (α) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

S12 dan S22 = Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 = Varians skor skala

Dari hasil data uji coba diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas

(55)

menghasilkan angka 0,723 (Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat

dalam lampiran 4). Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford

[image:55.612.102.510.181.659.2]

(Masidjo, 1995: 72) yang disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Guilford No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0.41 – 0,70 Cukup 4. 0,21 – 0.40 Rendah 5. Negatif – 0,20 Rendah Sekali

Berdasarkan kriteria yang disusun Guilford,hasil tersebut disimpukan

bahwa reliabilitas skala pada penelitian ini termasuk tinggi (0,71-0,90).

G. Pengumpulan Data

Di bawah ini disajikan garis besar tahap-tahap pengumpulan data yang

dilalui dalam penelitian, yaitu:

1. Tahap persiapan

Berikut ini langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap persiapan

penelitian:

a. Mempelajari buku-buku mengenai perilaku asertif.

b. Menyiapkan instrumen/skala tentang perilaku asertif dalam membina

hubungan dengan teman sebaya yang digunakan untuk menggali data

penelitian.

c. Mengkonsultasikan instrumen penelitian yang telah dibuat dengan

(56)

d. Menentukan responden untuk uji coba alat dan penelitian, yaitu peserta

didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

e. Meminta ijin uji coba alat dan penelitian kepada Kepala SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta.

f. Melaksanakan uji coba skala di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada

tanggal 19 Januari 2013.

g. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner yang

dilakukan kepada peserta didik kelas X SMAPangudi Luhur

Yogyakarta.

h. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas

kuesioner.

2. Tahap pelaksanaan

Skala yang telah diujicobakan digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian (skala penelitian dapat dilihat dalam lampiran 5).

Penelitian dilaksanakan pada peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur

pada tanggal 2 Februari 2013. Jumlah peserta didik yang menjadi subjek

penelitian adalah 129 orang.

Penyebaran skala penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri. Skala

yang disebarkan sejumlah 129 eksplempar dan kembali 129 eksplempar.

Peneliti mendampingi siswa selama mengisi skala sehingga siswa dapat

bertanya mengenai butir pernyataan yang tidak dipahami secara langsung

(57)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skoring

jawaban subyek, membuat tabulasi dan menghitung total jawaban,

menghitung presentase, mengelompokan data, menyusun peringkat presentase

aspek perilaku asertif peserta didik dalam membina hubungan dengan teman

sebaya dan menampilkan hasil penelitian. Untuk menilai tinggi rendahnya

perilaku asertif peserta didik, digunakan kategorisasi jenjang (ordinal)

berdasarkan distribusi normal (Azwar, 2012: 106). Tujuan penggolongan ini

adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinium berdasar atribut yang diukur.

Berikut ini dijelaskan langkah yang ditempuh dalam mengolah dan

menganalisis data:

1. Memeriksa keabsahan administratif setiap lembar jawaban responden

untuk diolah lebih lanjut.

2. Memberi skor setiap alternatif jawaban yang dipilih oleh setiap responden.

Norma skoring adalah: sangat sering = 4, sering = 3; jarang = 2; dan tidak

pernah = 1 untuk pernyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan

negatif.

3. Memasukan skor jawaban ke dalam tabulasi data dengan bantuan

Microsoft Exel for Windowsuntuk memudahkan pengolahan data (tabulasi

data penelitian dapat dilihat dalam lampiran 6).

4. Menghitung skor total yang dicapai responden.

(58)

6. Mengkategorisasikan kualifikasi perilaku asertif dalam membina

hubungan dengan teman sebaya peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 berdasar kriteria Azwar. Kategorisasi

disusun berdasar distribusi normal dengan model kategorisasi jenjang

(ordinal). Norma kategorisasi dibuat dengan berpedoman pada norma

kategorisasi Azwar (2012: 147-148) dengan lima jenjang kategori

diagnosis, yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah. Norma

[image:58.612.100.512.185.650.2]

kategorisasi yang digunakan disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6.Norma Kategorisasi

Keterangan:

X maksimum teoretis : skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian

dalam skala.

X minimum teoretik : skor terendah yang diperoleh subyek penelitian

dalam skala.

σ (standart deviasi) : luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan

deviasi sebaran.

µ (mean teoretik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan

minimum.

Perhitungan Skor Keterangan

µ+1.5σ ฀ X Sangat Tinggi µ+0.5σ ฀ X ≤ µ+1.5σ Tinggi

µ-0.5σ ฀ X ≤ µ+0.5σ Cukup µ-1.5σ ฀ X ≤ µ-0.5σ Rendah

(59)

Kategori di atas digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendah

perilaku asertif peserta didik. Perhitungan dalam penggolongan norma

kategorisasi adalah sebagai berikut:

x : Minimum Teoritik : 1 x 43 = 43

x : Maximum Teoritik : 4 x 43 = 172

Luas Jarak : 172 – 43 =129

x : Mean Teoretis : (172+43) : 2 = 107,5

sd : Standar Deviasi : 141 : 6 = 23,5

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan kategori skor. Kategori skor

[image:59.612.102.517.179.610.2]

disajikan dalam tabel 7.

Tabel 7. Kategori Skor Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan

dengan Teman Sebaya Peserta Didik Kelas X SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta

No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori (kualitatif)

1. X [x-1,5(sd)] 72 Sangat Kurang Asertif

2. [x-1,5(sd)] X [x-0,5(sd)] 73-95 Kurang Asertif 3. [x-0,5(sd)] X [x+0,5(sd)] 96-119 Cukup Asertif 4. [x+0,5(sd)] ) X[x+1,5(sd)] 120-142 Asertif

5. [x+1,5(sd)] X 143 Sangat Asertif

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam

mengelompokkan skor individu dalam kategorisasi/skala perilaku

(60)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu “Bagaimana

perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun

Ajaran 2012/2013 dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan topik-topik

bimbingan apa saja yang dapat diusulkan untuk meningkatkan perilaku asertif

peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta”. Penyajian hasil

penelitian dilanjutkan dengan pembahasan tentang hasil penelitian tersebut.

A. Hasil Penelitian

Perilaku asertif peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 dalam membina hubungan dengan teman sebaya

ditentukan dengan menggunakan kategorisasi jenjang berdasar model

distribusi normal. Dalam penelitian ini ada lima kategori perilaku asertif

dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya berdasarkan nilai rata-rata

skor total, yaitu kategori sangat rendah, kategori rendah, kategori sedang,

kategori tinggi, dan kategori sangat tinggi. Perilaku asertif peserta didik

dalam membina hubungan dengan teman sebaya pada penelitian adalah

(61)
[image:61.612.103.517.157.522.2]

Tabel 8. Distribusi Skor Perilaku Asertif dalam Bergaul dengan Teman

Sebaya

Norma Kategori Rentang

Skor Kategori Frekuensi Persentase

X [x-1,5(sd)] ≤ 72 Sangat Kurang

Asertif 0 0 %

[x-1,5(sd)] X [x-0,5(sd)] 73 – 95 Kurang Asertif 0 0 % [x-0,5(sd)] X [x+0,5(sd)] 96 – 119 Cukup Asertif 24 18,6 % [x+0,5(sd)] ) X[x+1,5(sd)] 120 – 142 Asertif 88 68,2 % [x+1,5(sd)] X ≥ 143 Sangat Asertif 17 13,2 %

Jumlah 129 100 %

Dari tabel 8 tampak bahwa :

1. Tidak ada peserta didik yang sangat kurang asertif (0 %).

2. Tidak ada peserta didik yang kurang asertif (0 %).

3. Peserta didik yang cukup asertif ada 24 orang (18,6 %).

4. Peserta didik yang asertif ada 88 orang (68,2 %).

5. Peserta didik yang sangat asertif ada 17 orang (13,2%)

Dari data tersebut, tampak bahwa sebagian besar peserta didik kelas X

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 berperilaku asertif

yang tinggi. Ada sebagian peserta didik yang perilaku asertifnya cukup. Peserta

yang berada dalam ketegori sedang inilah yang berada dalam kondisi tidak

ideal sehingga perlu ada peningkatan untuk mencapai per

Gambar

Tabel 1. Rincian Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Pangudi Luhur
Tabel 2.Kisi-Kisi Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba
Tabel 3. Hasil Perhitungan Taraf Validitas
Tabel 4. Jumlah Item Valid dan Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan surat penetapan penyediaan barang dan jasa Nomor 13/PPBJ.04.05/III/2015 tanggal 27 Maret 2015, dengan ini pejabat pengadaan barang dan jasa Dinas pertanian

experiential learning pada setiap sesi layanan bimbingan, 4) efektivitas implementasi pendidikan pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan

Produk, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus pada Bakso Lapangan Tembak Payakumbuh).”. 1.2

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dibuktikan dan

[r]

Sejalan dengan pembahasan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian serupa dengan Ahmad dan Fatima (2008) yaitu melakukan pengujian terhadap hubungan langsung

POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI TUNANETRA (Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Wyta Guna Bandung.

Nurmiyati, 2009 Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Promosi Penjualan terhadap Citra Perusahaan.. Tesis Program Studi Megister Managemen