ABSTRAK
Air panas merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk mandi, mencuci peralatan dapur dan sebagainya. Air panas umumnya diperoleh dengan memanaskan air menggunakan energi listrik, bahan bakar minyak, atau gas LPG. Seiring dengan berjalannya waktu dan krisis energi, biaya untuk mendapatkan energi tersebut semakin mahal. Alternatif lain mendapatkan energi panas untuk memanaskan air, salah satunya adalah dengan memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin. Mesin pendingin yang dimanfaatkan panas buangnya umumnya adalah mesin pendingin ruangan (AC) atau mesin pendingin makanan (kulkas).
Penelitian ini bertujuan (1) membuat model pemanas air dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin menggunakan dua kondensor, (2) menganalisis COP relatif antara mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang sebagai pemanas air dan mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang (standar), (3) memanfaatkan panas buang mesin pendingin menggunakan dua kondensorsebagai pemanas air dan (4) menganalisis suhu air yang dihasilkan dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari (1) mesin pendingin yang membuang panas melalui kondensor ke lingkungan, tanpa pemanfaatan panas buang dan (2) mesin pendingin yang dilengkapi alat yang dapat memanfaatkan panas buang mesin pendingin sebagai pemanas air (menggunakan dua kondensor).Hasil penelitian menunjukkan selama 120 menit,rata-rata COP yang dihasilkan oleh mesin pendingin dengan menggunakan dua kondensor relatif lebih rendah dari COP mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang, kemudianpanas buang yang termanfaatkan untuk memanaskan air (Qberguna)
efektif yang dihasilkan yaitu 3,16 kJ.ini setara dengan suhu efektif yang dihasilkan yang mencapai 44°C.
ABSTRACT
Hot water is one of society daily needs to take a bath, wash kitchen utensils and so on. Generally hot water is obtained by heating water using electrical energy or LPG (liquefied petroleum gas). As time goes, energy crisis and the charge to get the energy is getting expensive. The other alternative to get heat energy for heating water is by using of waste heat from refrigerator. It is utilized the waste heat like air conditioning (AC) or refrigerator foods (a fridge).
The purpose of this research are (1) to make the water heater model with utilizing waste heat of refrigerator use 2 condensers, (2) to analyse COP (Coefficient of Performance) relatively between cooling machine and the utilization of waste heat with refrigerator without the utilization of waste heat using 2 condensers relatively lower than COPrefrigerator without utilize waste heat. It is utilized to heating water Qberguna (heat utilized) effectively produced 3,16 kJ. This is equivalent with the effective temperature which is produced that reached until 44°C.
i
PEMANFAATAN PANAS BUANG MESIN PENDINGIN
UNTUK PEMANAS AIR
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh:
ADVENTUS SUJIONO
NIM : 115214001
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
THE UNTILIZATION WASTE HEAT OF REFRIGERATOR
TO WATER HEATER
TITLE PAGE
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirement
To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering Study Program
By :
ADVENTUS SUJIONO
NIM : 115214001
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPARTMEN OF MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Air panas merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk mandi, mencuci peralatan dapur dan sebagainya. Air panas umumnya diperoleh dengan memanaskan air menggunakan energi listrik, bahan bakar minyak, atau gas LPG. Seiring dengan berjalannya waktu dan krisis energi, biaya untuk mendapatkan energi tersebut semakin mahal. Alternatif lain mendapatkan energi panas untuk memanaskan air, salah satunya adalah dengan memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin. Mesin pendingin yang dimanfaatkan panas buangnya umumnya adalah mesin pendingin ruangan (AC) atau mesin pendingin makanan (kulkas).
Penelitian ini bertujuan (1) membuat model pemanas air dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin menggunakan dua kondensor, (2) menganalisis COP relatif antara mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang sebagai pemanas air dan mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang (standar), (3) memanfaatkan panas buang mesin pendingin menggunakan dua kondensorsebagai pemanas air dan (4) menganalisis suhu air yang dihasilkan dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari (1) mesin pendingin yang membuang panas melalui kondensor ke lingkungan, tanpa pemanfaatan panas buang dan (2) mesin pendingin yang dilengkapi alat yang dapat memanfaatkan panas buang mesin pendingin sebagai pemanas air (menggunakan dua kondensor).Hasil penelitian menunjukkan selama 120 menit,rata-rata COP yang dihasilkan oleh mesin pendingin dengan menggunakan dua kondensor relatif lebih rendah dari COP mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang, kemudianpanas buang yang termanfaatkan untuk memanaskan air (Qberguna)
efektif yang dihasilkan yaitu 3,16 kJ.ini setara dengan suhu efektif yang dihasilkan yang mencapai 44°C.
viii
ABSTRACT
Hot water is one of society daily needs to take a bath, wash kitchen utensils and so on. Generally hot water is obtained by heating water using electrical energy or LPG (liquefied petroleum gas). As time goes, energy crisis and the charge to get the energy is getting expensive. The other alternative to get heat energy for heating water is by using of waste heat from refrigerator. It is utilized the waste heat like air conditioning (AC) or refrigerator foods (a fridge).
The purpose of this research are (1) to make the water heater model with utilizing waste heat of refrigerator use 2 condensers, (2) to analyse COP (Coefficient of Performance) relatively between cooling machine and the utilization of waste heat with refrigerator without the utilization of waste heat using 2 condensers relatively lower than COPrefrigerator without utilize waste heat. It is utilized to heating water Qberguna (heat utilized) effectively produced 3,16 kJ. This is equivalent with the effective temperature which is produced that reached until 44°C.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas segala berkah dan anugerah-Nya, sehingga
Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk
mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma.Penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Pemanfaatan Panas Buang Mesin Pendingin Sebagai Pemanas Air” ini karena adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. P. H. Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Program studi Teknik
Mesin.
3. Budi Setyahandana, M.T.selaku dosen pembimbing akademik.
4. I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Skripsi yang
telah mendampingi dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan
materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Laboranyang telah membantu memberikan ijin dalam penggunakan
fasilitas yang diperlukan dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis (Pak Jiun,Bu Suzana
Upik) yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar.
8. Teman – teman yang turut membantu menyelesaikan Skripsi ini, seluruh
Mahasiswa Universitas Sanata Darma Jurusan Teknik Mesin Angkatan
2011.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dorongan dan bantuan dalam wujud apapun selama
x
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan ini karena keterbatasan pengetahuan yang belum dimiliki, oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga karya ini berguna bagi
mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan naskah ini penulis mohon maaf. Terima kasih.
Yogyakarta, 30 Oktober 2014
xi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
1.4 Tujuan Penelitian ...2
1.5 Manfaat ...3
BAB IIDASAR TEORI ...4
2.1 Komponen Utama Pada Mesin Pendingin ...4
2.2 Analisis Pada Mesin Pendingin ...6
2.3 Perhitungan Yang Digunakan Pada Mesin Pendingin ...7
xii
BAB IIIMETODE PENELITIAN ...11
3.1 Konfigurasi Alat Penelitian ...11
3.2 Peralatan Yang Digunakan Dalam Penelitian ...11
3.3 Variabel yang diukur ...12
3.4 Langkah Penelitian ...12
BAB IVHASIL DAN EMBAHASAN ...14
4.1 Data Penelitian ...14
4.2 Pengolahan data dan perhitungan ...27
4.3 Pembahasan grafik hasil penelitian ...30
BAB VPENUTUP ...38
5.1 Kesimpulan ...38
5.2 Saran ...38
DAFTAR PUSTAKA ...40
LAMPIRAN ...41
LAMPIRAN 1 Foto Konfigurasi Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian...41
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 2 (untuk alat standar). ...14
Tabel 2. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi
pengaturan beban evaporator pada level 2 (untuk alat standar). ...15
Tabel 3. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 2, massa air yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan
pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor). ...15
Tabel 4. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 massa air yang
dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...16
Tabel 5. Data hasil pengolahan (pada Qberguna, COPp dan Peningkatan COP)
untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air
yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...16
Tabel 6. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 4 (untuk alat standar). ...17
Tabel 7. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi
pengaturan beban evaporator pada level 4 (untuk alat standar). ...17
Tabel 8. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 4, massa air yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan
pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor). ...18
Tabel 9. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4, massa air yang
dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor) ...18
Tabel 10. Data hasil pengolahan (pada Qberguna, COPp dan Peningkatan COP)
xiv
yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...19
Tabel 11. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 6 (untuk alat standar). ...19
Tabel 12. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP)
untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 6 (untuk alat
standar). ...20
Tabel 13. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 6, massa air yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan
pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor). ...20
Tabel 14. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 6, massa air yang
dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...21
Tabel 15. Data hasil pengolahan (pada Qberguna, COPp dan Peningkatan COP)
untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 6, massa air
yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...21
Tabel 16. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 2 (untuk alat standar). ...22
Tabel 17. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 (untuk alat
standar). ...22
Tabel 18. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 2, massa air yang dipanasi 47 liter (untuk alat dengan
pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor). ...23
Tabel 19. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang
dipanasi 47 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
xv
Tabel 20. Data hasil pengolahanan (pada Qberguna, COPp dan Peningkatan COP)
untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air
yang dipanasi 47 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...24
Tabel 21. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 2, (untuk alat standar). ...24
Tabel 22. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, (untuk alat
standar) ...25
Tabel 23. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator
pada level 2, massa air yang dipanasi 62 liter (untuk alat dengan
pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor). ...25
Tabel 24. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang
dipanasi 62 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...26
Tabel 25. Data hasil pengolahan (pada Qberguna, COPp dan Peningkatan COP)
untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air
yang dipanasi 62 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
menggunakan dua kondensor). ...26
Tabel 26. Data hasil rata-rata dari alat standar dan alat dengan pemanfaatan
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema mesin pendingin pada kulkas. ...4
Gambar 2. Evaporator atau kondensor. ...5
Gambar 3. Katup ekspansi dengan kontrol temperatur. ...6
Gambar 4. Diagram tekanan-enthalpi (p-h). ...7
Gambar 5. Skema mesin pendingin yang membuang panas melalui kondensor ke lingkungan, tanpa penmanfaatan panas buang. ...8
Gambar 6. Skema mesin pendingin yang dilengkapi dengan alat pemanfaatkan panas buang sebagai pemanas air (menggunakan dua kondensor). ...9
Gambar 7. Pengaturan format “trendline” pada tabel dengan polynomial. ...28
Gambar 8. Peningkatan suhu air yg dipanasi untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level berbeda, massa air yg dipanasi 32 liter. ...31
Gambar 9. Peningkatan suhu air yg dipanasi untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, air yg dipanasi berbeda. ...31
Gambar 10. Grafik rata-rata antara COP standar dan COP alat yang dimanfaatkan panas buangnya sebagai pemanas air, untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level berbeda massa air yg dipanasi 32 liter. ...32
Gambar 11. Grafik rata-rata antara COP standar dan COP yg dimanfaatkan panas buangnya sebagai pemanas air, untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 massa air yg dipanasi berbeda. ...33
Gambar 12. Grafik dari rata-rata COPp pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level berbeda, massa air yg dipanasi 32 liter. ...33
Gambar 13. Grafik dari rata-rata COPp pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yg dipanasi berbeda. ...34
xvii
Gambar 16. Grafik dari rata-rata Qberguna pada kondisi pengaturan beban
evaporator pada level berbeda, massa air yg dipanasi 32 liter. ...36
Gambar 17. Grafik dari rata-rata Qberguna pada kondisi pengaturan beban
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air panas merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam masyarakat air panas diperlukan untuk
mandi, mencuci peralatan dapur dan sebagainya. Air panas tidak hanya
diperlukan oleh masyarakat secara pribadi tetapi juga oleh tempat-tempat
pelayanan umum seperti hotel, rumah sakit dan pada skala industri air panas
diperlukan untuk suatu proses pencucian botol kaca pada industri minuman.
Air panas umumnya diperoleh dengan memanaskan air menggunakan energi
yang diperoleh dari energi listrik, bahan bakar minyak, atau gas LPG.
Seiring dengan berjalannya waktu dan krisis energi, biaya untuk
mendapatkan energi tersebut semakin mahal, banyak orang berupaya
mencari alternatif lain untuk memanaskan air seperti memanfaatkan energi
matahari. Namun selain itu alternatif lain untuk mendapatkan air panas
adalah dengan memanfaatkan panas buang dari suatu mesin. Salah satu
sumber panas buang mesin yang banyak diteliti dan dikembangkan orang
saat kini adalah panas buang dari mesin pendingin.
1.2 Rumusan Masalah
Mesin pendingin yang dimanfaatkan panas buangnya umumnya adalah
mesin pendingin ruangan (AC) atau mesin pendingin makanan (lemari es)
2 hotel atau penginapan memiliki mesin pendingin. Dari penelitian yang
ada, pemanfaatan panas buang mesin pendingin untuk memanaskan air
dapat menekan biaya yang diperlukan untuk memanaskan air. Penghematan
biaya berarti juga penghematan pemakaian energi listrik, bahan bakar
minyak atau gas LPG. Selain itu pemanfaatan panas buang mesin pendingin
untuk memanaskan air dapat meningkatkan unjuk kerja mesin pendingin
yang digunakan. Unjuk kerja sebuah mesin pendingin umumnya dinyatakan
dengan koefisien unjuk kerja (COP). Dari sisi lingkungan pemanfaatan
panas buang mesin pendingin untuk memanaskan air dapat mengurangi
pencemaran lingkungan oleh panas yang terbuang dari mesin pendingin.
1.3 Batasan Masalah
Pada Skripsi ini akan diteliti pemanfaatan panas buang mesin
pendingin untuk memanaskan air. Dibuatlah mesin pendingin dengan dua
kondensor serta menggunakan katub ekspansi thermostatic, dengan alasan
mesin pendingin ini merupakan jenis yang sederhana, mudah dibuat dan
katub ekspansi thermostatik dapat menyesuaikan bukaan refrigeran yang
mengalir ke evaporator ketika beban pada evaporator bertambah maupun
berkurang. Agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan lancar tanpa
mengalami kesulitan, diberikan beberapa batasan masalah sebagai berikut:
a. Kondensor yang dimanfaatkan panas buangnya utuk memanaskan air
adalah kondensor koil yang terbuat dari pipa tembaga.
b. Kondensor koil yang pada penelitian ini dibuat melingkar dan diletakkan
sedemikian rupa di dalam tong air bagian dasar.
c. Panjang kondensor koil adalah 15 m dengan diameter ¼ inchi.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain :
a. Membuat model pemanas air dengan memanfaatkan panas buang mesin
3 b. Menganalisis COP relatif antara mesin pendingin dengan pemanfaatan
panas buang untuk pemanas air menggunakan dua dengan mesin
pendingin tanpa pemanfaatan panas buang (standar).
c. Memanfaatkan panas buang mesin pendingin menggunakan dua
kondensor sebagai pemanas air.
d. Menganalisis suhu air yang dihasilkan dengan memanfaatkan panas
buang mesin pendingin.
1.5 Manfaat
Manfaat yang didapat dari pembuatan Skripsi ini adalah:
a. Berpartisipasi dalam penelitian pemanfaatan energi limbah (waste
energy).
b. Memberikan kontribusi alternatif pemanfaatan energy panas yang
terbuang dari mesin pendingin pada masyarakat.
c. Menambah kepustakaan tentang pemanfaatan panas buang dari mesin
pendingin.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi berikutnya
untuk membuat prototipe dan produk teknologi pemanfaatan panas
4
BAB II DASAR TEORI
2.1 Komponen Utama Pada Mesin Pendingin
Komponen utama yang terdapat pada sebuah mesin pendingin
umumnya adalah evaporator, kompresor, kondensor dan katup ekspansi.
Selain komponen utama, pada mesin pendingin terdapat beberapa komponen
lain seperti filter atau penyaring, kipas kondensor dan kipas evaporator. Di
dalam sistem mesin pendingin terdapat fluida pendingin (refrijeran).
Komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang umum terdapat
pada mesin pendingin baik pendingin ruangan maupun pendingin makanan
atau kulkas (Gambar 1).
Gambar 1. Skema mesin pendingin pada kulkas.
5 Prinsip kerja mesin pendingin adalah sebagai berikut: evaporator
menyerap panas dari benda atau ruangan yang didinginkan karena
temperatur refrijeran dalam evaporator lebih rendah dari benda atau ruangan
yang didinginkan. Dari evaporator refrijeran terhisap kedalam kompresor
dan keluar dari kompresor dengan tekanan yang tinggi (sekitar 15 bar).
Tekanan refrijeran yang tinggi menyebabkan temperatur refrijeran juga
tinggi. Dari kompresor refrijeran masuk kedalam kondensor. Temperatur
refrijeran lebih tinggi dari temperatur udara sekitar sehingga melalui
kondensor refrijeran dapat membuang panas ke lingkungan. Dari kondensor
refrijeran masuk kedalam katup ekspansi dan keluar katup ekspansi pada
tekanan yang rendah. Tekanan refrijeran yang rendah menyebabkan
temperatur refrijeran juga rendah sehingga dapat menyerap panas dari benda
atau ruangan yang didinginkan. Siklus ini akan terus berulang.
Evaporator dan kondensor yang umum digunakan pada mesin
pendingin adalah jenis pipa bersirip (Gambar 2). Katup ekspansi yang umum
digunakan adalah jenis pipa kapiler dan jenis katup ekspansi dengan kontrol
temperatur atau katup ekspansi termostatik (Gambar 3).
6 Gambar 3. Katup ekspansi dengan kontrol temperatur.
Evaporator dan kondensor umumnya dilengkapi dengan kipas. Kipas
berfungsi untuk memudahkan penyerapan panas (pada evaporator) dan
memudahkan pembuangan panas ke lingkungan (pada kondensor).
Komponen lain yakni filter/ penyaring berfungsi untuk menyaring uap air
dan kotoran yang terdapat di refrijerant akibat gesekan atau korosi di jalur
yang di lalui cairan refrijeran. Kotoran dalam refrijeran cenderung
menimbulkan karat pada komponenkomponen mesin pendingin sedangkan
uap air dapat membeku di dalan katup ekspansi atau evaporator sehingga
dapat menghalangi aliran refrijeran.
2.2 Analisis Pada Mesin Pendingin
Analisis mesin pendingin lebih mudah dilakukan dengan
menggambarkan siklus pendinginan mesin pendingin pada diagram
tekanan-enthalpi atau diagram p-h (Gambar 4). Titik 1 adalah posisi refrijeran keluar
evaporator atau masuk kedalam kompresor, titik 2 adalah posisi refrijeran
keluar kompresor atau masuk kedalam kondensor, titik 3 adalah posisi
refrijeran keluar kondensor atau masuk katup ekspansi dan titik 4 adalah
posisi refrijeran keluar katup ekspansi atau masuk kedalam evaporator.
7 dibuang kondensor ke lingkungan dan Wkompresor adalah kerja yang
dilakukan kompresor.
Gambar 4. Diagram tekanan-enthalpi (p-h).
2.3 Perhitungan Yang Digunakan Pada Mesin Pendingin
Unjuk kerja suatu mesin pendingin ditunjukkan oleh koefisien unjuk
kerja (COP) yang dihasilkan. COP suatu mesin pendingin dapat dihitung
dengan persamaan:
(1)
Persamaan (1) berlaku untuk mesin pendingin yang membuang panas
melalui kondensor ke lingkungan, tanpa pemanfaatan panas buang
8 Gambar 5. Skema mesin pendingin yang membuang panas
melalui kondensor ke lingkungan, tanpa penmanfaatan panas buang.
Pada mesin pendingin yang dilengkapi mesin yang dapat
memanfaatkan panas buang kondensor maka COP yang dihasilkan dapat
dihitung dengan persamaan:
(2)
Persamaan (2) berlaku untuk mesin pendingin yang dilengkapi alat yang
dapat memanfaatkan panas buang mesin pendingin. Peningkatan COP yang
diperoleh dihitung dengan persamaan:
(3)
Pada pemanfaatan panas buang mesin pendingin untuk pemanas air, panas
buang yang termanfaatkan (Qberguna) dapat dihitung dengan persamaan:
9 Dengan m adalah massa air panas (kg), Cp adalah kapasitas panas air
atau heat capacity (J/kg) dan ∆T adalahPeningkatan Suhu air (°C). Persamaan (4) berlaku untuk mesin pendingin yang dilengkapi alat yang
dapat memanfaatkan panas buang mesin pendingin sebagai pemanas air
menggunakan dua kondensor (Gambar 6).
Gambar 6. Skema mesin pendingin yang dilengkapi dengan alat pemanfaatkan panas buang sebagai pemanas air (menggunakan dua kondensor).
2.4 Penelitian Yang Pernah Dilakukan
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, penelitian
pemanfaatan panas buang pada mesin pendingin domestik dapat menaikkan
COP mesin pendingin dan penghematan biaya pemanas air. Suatu disain
penukar kalor yang digunakan pada pemanfaatan panas buang mesin
pendingin dapat memanfaatkan 40% dari panas yang terbuang melalui
kondensor (Kaushik, 1995). Pemanfaatan panas buang mesin pendingin
untuk pemanas air dan lantai dapat menghasilkan temperatur air panas
sebesar 60⁰C dan temperatur lantai maksimal 50⁰C, temperatur lantai yang
10 Pemanfaatan panas buang mesin pendingin makanan untuk pemanas
air menghasilkan air panas 60⁰C dalam 5 jam, COP pendinginan 3 dan COP
pemanasan 4 sehingga COP secara keseluruhan sebesar 7 (Slama, 2009).
Penelitian pemanfaatan panas buang pendingin untuk pengering pakaian
menghasilkan laju pengeringan sebesar 2,26 kg/jam jika menggunakan kipas
tambahan dan 1,1 kg/jam jika tidak menggunakan kipas tambahan. Hasil ini
lebih baik dibandingkan pengeringan di dalam ruangan sebesar 0,17 kg/jam
dan pengeringan dengan pengering listrik sebesar 1,9 kg/jam
(Suntivarakorn, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa unit pendingin yang
dimanfaatkan untuk pemanas dapat menghemat energi listrik, mengurangi
pencemaran lingkungan, biaya pembuatan yang murah, operasional dan
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Konfigurasi Alat Penelitian
Sarana yang di gunakan untuk penelitian pemanfaatan panas buang
mesin pendingin sebagai pemanas air ini adalah terdiri dari 2 (dua)
konfigurasi mesin sebagai berikut:
1. Mesin pendingin tanpa pemanas air/mesin pendingin standar.Dengan
skema seperti disajikan pada Gambar 5.
2. Mesin pendingin yang dilengkapi alat yang dapat memanfaatkan panas
buang mesin pendingin sebagai pemanas air menggunakan dua
kondensor.Dengan skema seperti disajikan pada Gambar 6.
3.2 Peralatan Yang Digunakan Dalam Penelitian
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :
1. Kondensor koil
Kondensor koil digunakan sebagai alat untuk membuang kalor dari
refrigerant ke air yang ingin dipanasi di dalam tong air.
2. Manometer.
Manometer berfungsi sebagai mengukur dan membaca tekanan
refrigerant pada mesin pendingin yang digunakan dalam penelitian.
3. Thermokopel tipe-k.
Alat ini berfungsi sebagai sensor temperatur yang mampu mengubah
tegangan/arus listrik yang selanjutnya dikonversi menjadi data
temperatur dengan alat thermo-logger.
4. Thermo-logger
Alat ini digunakan untuk mengubah dan menyimpan data temperatur
suatu tempat atau benda setiap satu menit kedalam memori, dengan cara
12 5. Memori card 2Gb.
Memori card digunakan sebagai media penyimpanan data dihasilkan
oleh thermo logger, sampai data yang dibutuhkan selesai diambil.
3.3 Variabel yang diukur
Data yang diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Temperatur masuk evaporator (TMEvap)
2. Temperature keluar evaporator (TKEvap)
3. Temperatur keluar kompresor (TKKomp)
4. Tekanan refrijeran masuk kompresor (PM)
5. Tekanan refrijeran keluar kompresor (PK)
6. Temperatur udara sekitar (Ta)
7. Temperatur air yang dipanasi/ Tair-panas (⁰C)
8. Temperatur air pada kotak evaporator/ Tair-evap (⁰C)
9. Lama waktu pencatatan data (t)
3.4 Langkah Penelitian
Adapun langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penelitian diawali dengan penyiapan mesin seperti disajikan padagambar
5 dan 6. Kedua konfigurasi mesin dijalankan secara bersamaan.
b. Pengambilan data dilakukan tiap 10 menit selama 120 sekali
operasional, untuk tiap variasi tekanan kerja evaporator dan massa air
yang dipanasi, temperatur kerja evaporator divariasikan dengan
mengatur angka pada pengaturan thermostat, sedangkan massa air yang
dipanasi divariasikan dengan alat ukur takaran liter.
c. Data yang dicatat adalah temperatur masuk evaporator (TMEvap),
temperature keluar evaporator (TKEvap), temperatur keluar kompresor
(TKKomp), tekanan refrijeran masuk kompresor (PM), tekanan refrijeran
keluar kompresor (PK), temperature evaporator (Tair-evap) dan temperatur
13 d. Sebelum melanjutkan pengambilan data untuk hari berikutnya kondisi
mesin penelitian harus diperiksa untuk memastikan tidak ada masalah
seperti kebocoran freon pada mesin maupun alat ukur yang terlepas.
e. Setelah data yang dibutuhkan untuk penelitian selesai diambil, kemudian
masuk tahap pengolahan data.
Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan
padaparameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan
14
BAB IV
HASIL DAN EMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Data yang diperoleh pada saat penelitian dari konfigurasi mesin
pendingin tanpa pemanfaatan panas buang (standar) dan mesin pendingin
dengan pemanfaatan panas buang dengan menggunakan dua kondensor
adalah sebagai berikut :
Suhu udara sekitar = 28⁰C
Adapun data yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Data pertama
Tabel 1. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 (untuk alat standar).
15 Tabel 2. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP)untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 (untuk alat standar).
Tabel 3. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor).
P evap P Kond Hf Kond (H4) Hg Evap (H1) H Komp (H2) COP
Kpa Kpa kj/kg kj/kg kj/ kg (Standar)
1 168,95 1099,74 220,30 414,12 412,75
2 217,21 1168,69 192,85 413,94 437,49
3 224,11 1175,58 195,09 413,74 454,48 5,37
4 224,11 1189,37 210,34 413,34 464,11 4,00
5 237,90 1203,16 198,51 413,12 470,49 3,74
6 224,11 1189,37 198,51 412,89 472,27 3,61
7 224,11 1203,16 205,53 412,89 473,76 3,41
8 237,90 1216,95 201,99 412,65 476,08 3,32
9 237,90 1203,16 198,51 412,65 477,03 3,33
10 237,90 1203,16 201,99 412,41 476,21 3,30
11 237,90 1203,16 200,82 412,65 475,40 3,38
12 237,90 1203,16 201,99 412,41 476,21 3,30
13 237,90 1203,16 203,16 412,15 475,40 3,30
16 Tabel 4. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP)untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 massa air yang
1 168,95 1065,27 221,57 414,45 413,36
2 224,11 1168,69 200,82 414,29 441,55
3 265,47 1272,11 203,16 413,34 459,90 4,51
4 293,05 1306,58 203,16 412,65 470,57 3,62
5 293,05 1375,53 207,92 412,65 479,17 3,08
6 306,84 1444,48 207,92 412,65 481,02 2,99
7 306,84 1513,43 207,92 411,88 481,94 2,91
8 306,84 1547,90 209,13 412,41 481,74 2,93
9 320,63 1616,85 209,13 412,41 481,26 2,95
10 320,63 1651,32 209,13 411,88 480,90 2,94
11 320,63 1651,32 209,13 411,61 480,90 2,92
12 327,53 1720,27 209,13 411,61 481,05 2,92
13 293,05 1754,74 209,13 411,32 480,67 2,92
No
Q loss m refrigeran Q Kond Q berguna Q terbuang Peningkatan COP
(kJ) (kg/detik) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 10,24 0,0001 0,0170 0,0000 0,0170 2 12,86 0,0014 0,3320 0,0187 0,3134
3 15,59 0,0014 0,3652 0,0373 0,3279 5,08 12,49% 4 21,34 0,0028 0,7424 0,0000 0,7424 3,62 0,00% 5 24,35 0,0015 0,4155 0,0187 0,3968 3,26 5,95% 6 27,43 0,0016 0,4251 0,0000 0,4251 2,99 0,00% 7 30,58 0,0016 0,4352 0,0187 0,4166 3,08 5,76% 8 33,79 0,0016 0,4416 0,0373 0,4043 3,26 11,34% 9 33,79 0,0003
10 37,07 0,0017 0,4488 0,0560 0,3928 3,43 16,73% 11 43,81 0,0031 0,8309 0,0000 0,8309 2,92 0,00% 12 43,81 0,0004 0,0981 0,0373 0,0607 4,41 51,13% 13 47,26 0,0017 0,4724 0,0187 0,4537 3,07 5,31%
17 2. Data kedua
Tabel 6. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4 (untuk alat standar).
Tabel 7. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4 (untuk alat standar).
waktu P evap P kond TK evap TK komp TM evap T air evap
Kpa Kpa kj/kg kj/kg kj/ kg (Standar)
1 265,47 1444,48 193,97 412,89 460,28 4,62
2 224,11 1203,16 195,09 412,41 466,41 4,02
3 231,00 1203,16 204,34 412,41 469,68 3,63
4 237,90 1203,16 195,09 412,41 471,31 3,69
5 237,90 1223,85 193,97 411,88 475,19 3,44
6 237,90 1237,63 193,97 412,41 472,60 3,63
7 237,90 1237,63 199,66 411,88 473,42 3,45
8 237,90 1237,63 198,51 412,41 475,06 3,41
9 237,90 1237,63 196,23 411,88 473,42 3,50
10 237,90 1237,63 195,09 411,61 472,60 3,55
11 237,90 1237,63 195,09 411,88 472,60 3,57
12 237,90 1237,63 195,09 411,88 473,42 3,52
13 237,90 1237,63 195,09 412,41 475,06 3,47
18 Tabel 8. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4, massa air yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor).
Tabel 9. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4, massa air yang
1 251,68 1306,58 204,34 411,03 463,11 3,97
2 279,26 1341,06 204,34 411,61 471,87 3,44
3 286,16 1444,48 203,16 411,32 477,60 3,14
4 293,05 1492,74 204,34 411,03 475,65 3,20
5 299,95 1547,90 204,34 411,32 476,62 3,17
6 306,84 1582,37 205,53 411,03 478,96 3,03
7 306,84 1616,85 205,53 411,03 481,26 2,93
8 293,05 1823,69 205,53 411,03 479,80 2,99
9 293,05 1651,32 209,13 411,32 479,18 2,98
10 313,74 1706,48 205,53 411,03 486,40 2,73
11 293,05 1996,06 205,53 411,03 479,74 2,99
12 279,26 1740,95 207,92 411,03 482,56 2,84
13 279,26 1754,74 205,53 411,03 486,76 2,71
19 evaporator pada level 6 (untuk alat standar).
Q loss m refrigeran Q Kond Q berguna Q terbuang Peningkatan COP
(kJ) (kg/detik) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 43,81 0,0004 0,0914 0,0000 0,0914 3,97 0,00% 2 47,26 0,0017 0,4540 0,0373 0,4167 3,80 10,61% 3 50,76 0,0017 0,4714 0,0560 0,4154 3,63 15,66% 4 50,76 0,0004 0,1110 0,0373 0,0737 4,61 44,13% 5 54,31 0,0018 0,4782 0,0000 0,4782 3,17 0,00% 6 54,31 0,0004 0,1204 0,0373 0,0831 4,27 41,25% 7 54,31 0,0004 0,1214 0,0187 0,1028 3,53 20,62% 8 57,90 0,0018 0,4932 0,0373 0,4558 3,29 10,10% 9 57,90 0,0005 0,1289 0,0187 0,1102 3,56 19,34% 10 61,54 0,0018 0,5133 0,0187 0,4946 2,86 4,97% 11 57,90
12 61,54 0,0018 0,5078 0,0000 0,5078 2,84 0,00% 13 61,54 0,0005 0,1404 0,0187 0,1217 3,21 18,20%
20 dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor).
P evap P Kond Hf Kond (H4) Hg Evap (H1) H Komp (H2) COP
Kpa Kpa kj/kg kj/kg kj/ kg (Standar)
1 265,47 1341,06 222,86 413,12 409,27
2 237,90 1237,63 203,16 412,41 466,86 3,84
3 237,90 1237,63 200,82 411,88 471,78 3,52
4 237,90 1203,16 196,23 411,61 473,76 3,47
5 237,90 1203,16 193,97 411,61 473,76 3,50
6 237,90 1203,16 193,97 411,88 475,40 3,43
7 237,90 1203,16 193,97 411,61 475,40 3,41
8 237,90 1203,16 193,97 411,88 473,76 3,52
9 237,90 1203,16 193,97 411,88 476,21 3,39
10 237,90 1203,16 195,09 411,88 476,21 3,37
11 237,90 1203,16 195,09 411,61 476,21 3,35
12 237,90 1203,16 195,09 411,61 477,03 3,31
13 237,90 1203,16 193,97 411,88 476,21 3,39
21 Tabel 14. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 6, massa air yang dipanasi 32 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
1 251,68 1341,06 224,14 411,03 448,80 4,95
2 231,00 1396,21 205,53 411,03 480,02 2,98
3 224,11 1410,00 207,92 411,32 482,17 2,87
4 251,68 1444,48 209,13 411,32 485,28 2,73
5 265,47 1513,43 205,53 411,03 486,18 2,73
6 237,90 1513,43 207,92 411,03 487,87 2,64
7 237,90 1561,69 205,53 411,03 488,48 2,65
8 265,47 1616,85 205,53 411,03 488,14 2,67
9 293,05 1637,53 205,53 411,03 488,80 2,64
10 279,26 1685,79 204,34 410,73 486,60 2,72
11 279,26 1706,48 203,16 410,09 488,13 2,65
12 293,05 1720,27 203,16 410,42 486,25 2,73
13 293,05 1734,06 201,99 410,42 486,98 2,72
No
Q loss m refrigeran Q Kond Q berguna Q terbuang Peningkatan COP
(kJ) (kg/detik) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 61,54 0,0005 0,1233 0,0000 0,1233 4,95 0,00% 2 65,23 0,0019 0,5099 0,0373 0,4725 3,27 9,78% 3 65,23 0,0005 0,1466 0,0560 0,0906 4,35 51,51% 4 76,53 0,0047 1,2928 0,0187 1,2741 2,79 1,97% 5 72,72
6 72,72 0,0006 0,1671 0,0187 0,1484 3,05 15,40% 7 72,72 0,0006 0,1669 0,0000 0,1669 2,65 0,00% 8 72,72 0,0006 0,1667 0,0373 0,1294 3,49 30,80% 9 65,23
10 65,23 0,0005 0,1487 0,0000 0,1487 2,72 0,00% 11 72,72 0,0032 0,9188 0,0373 0,8815 2,80 5,60% 12 65,23
13 61,54
22 4. Data keempat
Tabel 16. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 (untuk alat standar).
Tabel 17. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP)
Kpa Kpa kj/kg kj/kg kj/ kg (Standar)
1 162,05 1030,79 220,30 413,74 414,77
2 210,32 1168,69 192,85 413,12 438,30
3 217,21 1203,16 203,16 412,65 452,52 5,25
4 231,00 1203,16 211,56 412,65 459,87 4,26
5 237,90 1203,16 205,53 412,65 466,41 3,85
6 237,90 1203,16 201,99 412,65 470,49 3,64
7 244,79 1203,16 198,51 412,65 471,31 3,65
8 237,90 1216,95 211,56 412,65 469,53 3,54
9 237,90 1216,95 198,51 412,65 471,17 3,66
10 237,90 1216,95 203,16 412,65 471,99 3,53
11 237,90 1216,95 198,51 412,89 471,17 3,68
12 237,90 1216,95 198,51 412,65 471,99 3,61
13 237,90 1216,95 198,51 412,89 472,81 3,58
23 Tabel 18. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang dipanasi 47 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor).
Tabel 19. Data hasil pengolahan (pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang dipanasi 47 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang
1 162,05 1065,27 224,14 413,34 413,36
2 244,79 1216,95 200,82 412,65 442,52
3 272,37 1272,11 204,34 412,65 463,20 4,12
4 279,26 1306,58 204,34 412,65 471,40 3,55
5 293,05 1375,53 205,53 412,65 480,03 3,07
6 293,05 1410,00 207,92 412,41 483,03 2,90
7 293,05 1465,16 207,92 411,88 482,36 2,89
8 293,05 1499,64 207,92 412,41 481,19 2,97
9 299,95 1527,21 207,92 411,88 481,86 2,91
10 306,84 1582,37 209,13 411,61 481,53 2,90
11 313,74 1616,85 210,34 411,88 481,26 2,91
12 313,74 1637,53 209,13 411,61 482,77 2,85
13 320,63 1651,32 209,13 411,61 483,49 2,82
24 Tabel 20. Data hasil pengolahanan (pada Qberguna, COPp dan
PeningkatanCOP) untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang dipanasi 47 liter (untuk alat dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor).
5. Data kelima
Tabel 21. Data hasil pengamatan untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, (untuk alat standar).
Q loss m refrigeran Q Kond Q berguna Q terbuang Peningkatan COP
(kJ) (kg/detik) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 21,34 0,0002 0,0356 0,0000 0,0356 2 21,34 0,0002 0,0406 0,0000 0,0406
3 24,35 0,0015 0,3897 0,0000 0,3897 4,12 0,00% 4 27,43 0,0015 0,4086 0,0823 0,3263 4,46 25,81% 5 27,43 0,0002 0,0606 0,0274 0,0332 4,92 59,98% 6 30,58 0,0016 0,4359 0,0823 0,3536 3,63 25,39% 7 33,79 0,0016 0,4431 0,0548 0,3883 3,38 16,65% 8 37,07 0,0016 0,4474 0,0274 0,4200 3,22 8,19% 9 43,81 0,0030 0,8314 0,0274 0,8040 3,04 4,43% 10 43,81 0,0004 0,0982 0,0000 0,0982 2,90 0,00% 11 47,26 0,0017 0,4728 0,0548 0,4180 3,36 15,59% 12 50,76 0,0018 0,4833 0,0548 0,4284 3,28 15,33% 13 50,76 0,0004 0,1146 0,0000 0,1146 2,82 0,00%
25 dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor).
P evap P Kond Hf Kond (H4) Hg Evap (H1) H Komp (H2) COP
Kpa Kpa kj/kg kj/kg kj/ kg (Standar)
1 265,47 1444,48 212,79 411,88 450,61 5,14
2 224,11 1203,16 195,09 412,89 465,59 4,13
3 224,11 1203,16 198,51 412,89 470,49 3,72
4 237,90 1216,95 196,23 412,65 471,17 3,70
5 237,90 1216,95 195,09 412,65 471,17 3,72
6 237,90 1216,95 195,09 412,41 471,17 3,70
7 237,90 1216,95 198,51 412,65 471,17 3,66
8 237,90 1216,95 201,99 412,41 471,99 3,53
9 224,11 1189,37 201,99 412,41 470,63 3,61
10 231,00 1189,37 199,66 411,88 471,45 3,56
11 237,90 1189,37 193,97 411,88 472,27 3,61
12 237,90 1189,37 195,09 412,41 472,27 3,63
13 231,00 1168,69 195,09 412,41 473,29 3,57
26 Tabel 24. Data hasil pengolahan(pada tekanan, enthalpy dan COP) untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang
1 279,26 1513,43 207,92 411,88 467,48 3,67
2 286,16 1513,43 205,53 411,61 475,14 3,24
3 293,05 1547,90 205,53 411,32 480,03 3,00
4 293,05 1582,37 205,53 411,32 481,53 2,93
5 293,05 1603,06 207,92 411,32 482,26 2,87
6 293,05 1603,06 205,53 411,03 483,12 2,85
7 293,05 1637,53 205,53 411,03 485,35 2,77
8 293,05 1637,53 205,53 411,03 483,63 2,83
9 293,05 1651,32 209,13 411,32 481,77 2,87
10 293,05 1672,00 204,34 411,03 485,87 2,76
11 293,05 1685,79 204,34 411,03 486,60 2,74
12 279,26 1685,79 205,53 411,03 484,87 2,78
13 293,05 1878,85 207,92 411,32 480,68 2,93
No
Q loss m refrigeran Q Kond Q berguna Q terbuang Peningkatan COP
(kJ) (kg/detik) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 50,76 0,0004 0,1077 0,0000 0,1077 3,67 0,00% 2 54,31 0,0018 0,4756 0,1085 0,3671 4,21 29,85% 3 54,31 0,0004
4 54,31 0,0004 0,1214 0,1085 0,0129 6,44 119,87% 5 54,31 0,0004 0,1221 0,0000 0,1221 2,87 0,00% 6 54,31 0,0004 0,1223 0,0362 0,0861 3,99 39,96% 7 61,54 0,0032 0,8831 0,0000 0,8831 2,77 0,00% 8 57,90
9 61,54 0,0019 0,5064 0,0000 0,5064 2,87 0,00% 10 65,23 0,0018 0,5199 0,0000 0,5199 2,76 0,00% 11 72,72 0,0032 0,9112 0,0362 0,8750 2,88 5,42% 12 65,23
13 72,72 0,0033 0,8947 0,0000 0,8947 2,93 0,00% COPp
27 Tabel 26. Data hasil rata-rata dari alat standar dan alat dengan pemanfaatan panas buang menggunakan dua kondensor pada variasi yang berbeda.
4.2 Pengolahan data dan perhitungan
Berikut adalah proses pengolahan dan perhitungan data yang saya
lakukan dalam penelitian :
1. Mengkonversikan tekanan masuk dan keluar kompresor
Karna data dari tekanan (presure) yang didapat masih menggunakan
satuan Psi maka data tersebut dikonversikan ke satuankPakemudian
menjadi tekanan absolut, menggunakanMs Excel dengan persamaan
berikut :
Pevap (kPa) = {[6894,75729*Pevap(Psi)]+100000}/1000
Dengan : 6894.75729 adalah (1 Psi = 6894,75729 MPa)., 100000 adalah
Tekanan absolutkPa ke 1 atm dan1000 adalah Dari MPa ke kPa (mega
ke kilo).
2. Mencari Hfpada evaporator (H4) dan Hg pada kompresor (H1)
Untuk mendapatkan nilai Hf dan Hg menggunakan tabel temperature
Freon-22 (saturation properties) yaitu Temperatur dan Enthalpy,
kemudian membuat grafik x-y scatter pada Ms Excel dengan :
Aksis x = Temperatur (⁰C)
Aksis y = Enthalpy (Hfatau Hg)
Kemudian mengubah pengaturan format trendline dari tabel dengan
polynomial pada order = 2, lalu display Equation on Chart-nya diceklis
kemudian click “Close” pada sudut kanan bawah (Gambar 7).
Q berguna Peningkatan COP
(kJ) (%)
1 Beban Evap level 2, massa air 32 Lt 0,0202 3,51 10,87% 3,15 3,64 2 Beban Evap level 4, massa air 32 Lt 0,0233 3,56 15,41% 3,09 3,66 3 Beban Evap level 6, massa air 32 Lt 0,0228 3,34 12,78% 2,90 3,46 4 Beban Evap level 2, massa air 47 Lt 0,0316 3,56 15,58% 3,08 3,84 5 Beban Evap level 2, massa air 62 Lt 0,0289 3,54 19,51% 2,94 3,79
COPp
No COP (m-air) COP
28 Gambar 7. Pengaturan format “trendline” pada tabel dengan polynomial.
Cara ini digunakan untuk mendapatkan rumus pendekatan nilai Hf dan
Hg. Rumusyang didapatkan dari cara ini adalah sebagai berikut :
Hf = (y = 0,0034x2 + 1,1493x + 198,51)
= (0,0034*TMevap2 + 1,1493*TMevap + 198,51)
Hg = (y = -0,0047x2 + 0,4018x + 407,18)
= (-0,0047*TKevap2 + 0,4018*TKevap + 407,18)
3. Mecari Hkompresor(H2)
Untuk mendapatkan rumus yang digunakan unruk mendapatkan enthalpy
kompresorHkomp(H2) juga menggunakan tabel temperature Freon-22
(superheated vapor) yaitu Temperatur dan Enthalpy pada tiap pressure
atau tekanan yang berbeda yang disesuaikan dengan tekanan pada
29 adalah 140 kPa sampai tekanan paling tinggi pada kondensor/Pkondadalah
2000kPa.Kemudian membuat grafik x-y scatter pada Ms Excel dengan :
Aksis x = Temperature (⁰C)
Aksis y = Enthalpy sesuai pressure (tekanan absolut yang
sudah ada dalam tabel R-22)
Pengaturan polynomialnya sama seperti pada kasus mencari Hf dan Hg,
sebagai contoh saya gunakan rumus dari tekanan yang paling rendah
dan tekanan yang paling tinggi sebagai berikut :
Pada tekanan 140 kPa = (y = 0,0005x2 + 0,6446x + 412,34)
= (0,0005*TKkomp2 + 0,6446*TKkomp + 412,34)
Pada tekanan 2000 kPa = (y = -0,0003x2 + 0,9557x + 371,12)
= (-0,0003*TKkomp2 + 0,9557* TKkomp + 371,12)
Setelah didapat nilai dari rumus diatas, kemudian untuk mendapat nilai
Hkomp yang paling mendekati nilai Hkomp sebenarnya saya menggunakan
Ms Excel.
4. Menghitung COP
Setelah H1, H2 dan H4 telah didapatakan maka selanjutnya mencari
COP dari mesin pendingin dengan rumus :
5. Mencari kalor dari luar yang masuh ke kotak evaporator (Qloss)
Persamaan yang digunakan adalah rumus perpindahan kalor konduksi
dari buku (Holman, 1984).
h = 1,42*(∆T/L)0,25
= (1,42*((suhu udara - Tair evap)/tinggi air)0,25*t)/1000,
dengant adalah waktu 10 menit (setiap satu kali pengambilan data)
[10 * 60 = 600 (s)],
p
airadalah 1000 (kg/m2).6. Mencari mrefrigerant (mref)
Untuk mencari massa refrigerant yang mengalir setiap waktunya (10
menit) digunakanlah persamaan sebagai berikut :
30 dengan
m
air pada evapadalah massa air dalam kotak evaporator, Cpairadalah 4200 kJ, ∆Tevapadalah Penurunan suhu air pada evaporator.
7. Menghitung Qkondensor (Qkond)
Persamaan yang digunakan adalah :
Qkond = (mref * Qin)/Cpair/waktu (t)
Qin = H2 – H4
8. Mencari Qberguna (kalor yang dimanfaatkan untuk memanaskan air)
Qberguna = (mair panas*Cp*∆Tair panas),
dengan;mair panasadalah massa air yang dipanasi, ∆Tair panasadalah
peningkatan suhu air panas
9. Mencari Qterbuang (kalor yang terbuang ke udara atau lingkungan)
Qterbuang = Qkond - Qberguna
10.Mencari COPp digunakan persamaan :
11.Peningkatan COP didapat dengan persamaan :
4.3 Pembahasan grafik hasil penelitian
Dari penelitian dan proses pengolahan data yang sudah saya lakukan
31 Gambar 8. Peningkatan suhu air yg dipanasi untuk kondisi pengaturan beban
evaporator pada level berbeda, massa air yg dipanasi 32 liter.
Pada Gambar 8 diatas terlihat bahwa suhu air yang dipanasi dengan
memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin menggunakan dua
kondensor, seiring berjalannya waktu mengalami kenaikan suhu yang cukup
baik dan stabil. Namun dari ketiga kenaikan suhu pada ketiga temperatur
evaporator tersebut, proses kenaikan suhu yang paling baik adalah terjadi
pada temperatur evaporator 4 dan pada temperatur evaporator 6.
32 Pada Gambar 9 diatas terlihat bahwa suhu air yang dipanasi dengan
memanfaatkan panas buang dari mesin pendingin menggunakan dua
kondensor, mengalami kenaikan suhu yang hampir sama dan stabil seiring
dengan berjalannya waktu. Pada kondisi beban evaporator pada level6
kenaikan suhunya lebih baik dari kedua variasi 2 dan 4, namun pada menit
akhir pengujian rata-rata suhu yang dihasilkan hampir sama nilainya yaitu
sekitar 42⁰C.
Gambar 10. Grafik rata-rata antara COP standar dan COP alat yang dimanfaatkan panas buangnya sebagai pemanas air, untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level berbeda massa air yg dipanasi 32 liter.
Pada Gambar 10terlihat bahwa dari tiga rata-rata COP pada alat
tanpa pemanfaatan panas buang dari mesin pendingin lebih tinggi. Hal ini
disebabkan oleh pembuangan panas dari alat standar lebih baik
(menggunakan bantuan 2 kipas/fan untuk pembuangan panasnya). Dari
kedua alat ini variasi yang paling baik adalah pada kondisi pengaturan beban
33 Gambar 11. Grafik rata-rata antara COP standar dan COP yg dimanfaatkan panas buangnya sebagai pemanas air, untuk kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 massa air yg dipanasi berbeda.
Pada Gambar 11 juga terlihat bahwa rata-rata COP pada alat tanpa
pemanfaatan panas buang (standar) lebih tinggi dari COP dengan
pemanfaatan panas buang sebagai pemanas air. Dari mesin pendingin
dengan pemanfaatan panas buang, variasi yang paling baik adalah pada
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yang dipanasi
47 liter.
34 Pada Gambar 12 rata-rata COPp pada alat dengan pemanfaatan panas
buang sebagai pemanas air, variasi yang paling baik adalah pada kondisi
pengaturan beban evaporator pada level 4 yang mencapai 3,55.
Gambar 13. Grafik dari rata-rata COPp pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2, massa air yg dipanasi berbeda.
Pada Gambar 13terlihat bahwa rata-rata COPp pada alat dengan
pemanfaatan panas buang sebagai pemanas air, variasi yang paling baik
adalah pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4massa air
yang dipanasi 47 liter. Namun secara keseluruhan dari tiga variasi diatas
35 Gambar 14. Grafik dari rata-rata peningkatan COPp pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level berbeda, massa air yg dipanasi 32 liter.
Pada Gambar 14 rata-rata peningkatan COP terjadi pada alat dengan
pemanfaatan panas buang sebagai pemanas air, yaitu dari COP ke COPp.
Dari ketiga variasi diatas terlihat bahwa pada kondisi pengaturan beban
evaporator pada level 4 massa air yang dipanasi 32 liter adalah yang terbaik
dengan peningkatan COP 15%.
36 Pada Gambar 15 rata-rata peningkatan COP yang dihasilkan selama
120 menit semakin meningkat pada setiap massa air yang dipanasi, dari
ketiga variasi diatas, terjadi peningkatan COP terbaik sebasar 19% pada
kondisi pengaturan beban evaporator pada level 2 massa air yang dipanasi
62 liter.
Gambar 16. Grafik dari rata-rata Qberguna pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level berbeda, massa air yg dipanasi 32 liter.
Pada Gambar 16 dari ketiga variasi kondisi pengaturan beban
evaporator pada level berbeda, rata-rata Qberguna yang termanfaatkan pada
mesin pendingin dengan pemanfaatan panas buang sebagai pemanas air
selama 120 menit adalah 20 J sampai 23,5 J. Dari ketiga variasi diatas yang
terbaik yaitu pada kondisi pengaturan beban evaporator pada level 4 massa
air yang dipanasi 32 liter dengan Qberguna yang dimanfaatkan selama 120
37 Gambar 17. Grafik dari rata-rata Qberguna pada kondisi pengaturan beban
evaporator pada level 2, massa air yg dipanasi berbeda.
Pada Gambar 17 dari ke tiga rata-rata Qberguna yang termanfaatkan
sebagai pemanas air seama 120 menit adalah sebesar 20 J sampai 32 J. Dari
ketiga variasi diatas yang terbaik yaitu pada kondisi pengaturan beban
evaporator pada level 2 massa air yang dipanasi 47 liter dengan Qberguna
38
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan perhitungan Pada Skripsi ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pemanas air dengan memanfaatkan panas buang mesin pendingin
berhasil dibuat.
2. Dari rata-rata COP yang dihasilkan ternyata COP mesin pendingin
dengan menggunakan dua kondensor relatif lebih rendah dari COP
mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas buang.
3. Pemanfaatan panas buang dari mesin pendingin yang menggunakan dua
kondensor sebagai pemanas air berhasil hal ini ditunjukan dengan
rata-rata Qberguna efektif yang dihasilkan yaitu 31,6 J selama 120 menit.
4. Suhu efektif yang dihasilkan dari pemanfaatan panas buang mesin
pendingin menggunakan dua kondensor dalam pengoperasian selama
120 menit adalah 44⁰C.
5.2 Saran
Adapun saran untuk pihak yang akan mengembangkan penelitian pada
bidang ini adalah :
1. Untuk sensor temperatur air yang akan dipanasi, gunakanlah lebih dari
satu sensor serta peletakan posisi sensor dalam air yang akan dipanasi,
letakankan sensor pada titik yang bebeda agar didapat pembacaan suhu
air yang lebih baik.
2. Jika menggunakan sensor temperatur termokopel pada bodi atau
kerangka alat yang terbuat dari bahan konduktor, sebaiknya lapisi
dengan isolasi listrik tipis namun harus tetap bisa membaca temperatur
dengan normal dari bagian alat yang diinginkan, ini dilakukan agar arus
39 3. Pada kondensor koil yang digunakan untuk menyalurkan kalor (Q) ke air
yang ingin dipanasi, sebaiknya tambahkan sirip agar pembuangan kalor
ke air yang dipanasi lebih baik dan maksimal.
4. Jika menggunakan mesin pendingin tanpa pemanfaatan panas
buang(standar) sebagai pembanding, sebaiknya jangan menggunakan fan
(kipas). Kalau pun harus menggunakan fan tambahan untuk membantu
pembuangan kalor dari kondensor gunakanlah satu fan saja, agar
pembuangan kalor dari kondensor pada mesin standar sama dengan
40
DAFTAR PUSTAKA
Holman. J.P.,(1984), Heat Trasfer, Erlangga Jakarta., Edisi V, PP. 288-289.
Kaushik, S.C., Singh, M., (1995), Feasibility and Design studies for heat
recovery from a refrigeration system with a canopus heat exchanger,
Heat Recovery Systems & CHP, Vol.15,pp:665-673.
Slama, R. B., (2010), Refrigerator Coupling to a Water-Heater and Heating
Floor to Save Energy and to Reduce Carbon Emissions, Computational
Water, Energy, and Environmental Engineering, ,2, pp: 21-29
Slama, R.B., (2009), Water-heater coupled with the refrigerator to develop
the heat of the condenser, International Renewable Energy Congress,
November 5-7, Sousse Tunisia
Suntivarakorn, P., Satmarong, S., Benjapiyaporn, C., Theerakulpisut, S.,
(2010), An Experimental Study on Clothes Drying Using Waste Heat
from Split Type Air Conditioner, International Journal of Aerospace
and Mechanical Engineering 4:4
Zhu, C.,Yang, M., Wang, J.L., (2012), Research and Analysis of the
Domestic Cooling and Heating Unit, Journal Of Environmental
41
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Foto Konfigurasi Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
Keterangan:
42 Keterangan:
43
LAMPIRAN 2 Foto Peralatan Yang Digunakan Dalam Penelitian
Kondensor koil
44 Manometer (Presure Gate)