• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang akan dialami remaja putri sebagai proses persiapan memasuki masa dewasa (Rumini dan Sundari, 2004). Secara umum, di antara perubahan yang terjadi pada masa ini, perubahan fisik cenderung lebih mendominasi karena merupakan salah satu ciri yang penting dari perkembangan masa remaja. Perubahan fisik yang terjadi antara anak laki - laki dan perempuan sangatlah berbeda, pada anak laki - laki perubahan fisik ditunjukkan dengan pertumbuhan batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum) atau biasa ditandai dengan mimpi basah. Sementara itu, pada anak perempuan terjadi perubahan pada payudara dan alat kemaluan (vagina) atau biasa ditandai dengan munculnya menstruasi pertama kali atau menarche (Mar’at, 2005).

Berkaitan dengan semua perubahan yang terjadi pada masa remaja diatas, masa remaja pun sering dikatakan sebagai masa kebingungan dikarenakan remaja putri belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai perkembangan serta pematangan organ-organ tubuhnya sendiri. Menurut Fitri (2012) mengungkapkan bahwa sebagian besar remaja putri tidak siap menghadapi menarche disebabkan kurangnya pengetahuan yang diterima oleh remaja putri tentang menarche. Oleh karena itu, pendidikan seputar menarche sangat disarankan untuk diterapkan bagi

(2)

remaja putri yang belum mengalami menstruasi sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan kesiapan remaja putri menghadapi menarche ( Astuti, 2003 ).

Remaja putri dan menstruasi mempunyai kaitan yang sangat erat karena menstruasi merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja putri. Remaja putri dikatakan sudah memasuki masa pubertas ketika ia telah mengalami menstruasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa siklus masa subur pada wanita sudah dimulai. Menarche merupakan suatu peristiwa penting pada masa pubertas yang merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual dan akan timbul bermacam-macam peristiwa, yaitu reaksi biologis dan reaksi psikis (Kartono, 2006). Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche berbeda-beda, hal ini tergantung pada faktor biologi, faktor genetik (keturunan), faktor nutrisi, faktor lingkungan seseorang serta rangsangan audiovisial. Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada usia 10 – 15 tahun, tetapi sebagian besar anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada usia 12,5 tahun. Namun, ada juga yang mengalami lebih cepat atau bahkan dibawah usia tersebut (Sarwono, 2007). Kedatangan menarche ini sering kali dianggap sebagai suatu penyakit, sehingga menarche tersebut memicu timbulnya kecemasan (Dariyo,2004).

Kecemasan adalah suatu perasaan yang timbul ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya peristiwa yang menakutkan yang akan terjadi dimasa depan (Sivalitar, 2007). Kecemasan yang sering dialami remaja putri adalah kecemasan ketika mereka menghadapi menarche. Di Amerika Serikat tahun 2003 prevalensi yang diperoleh dari penelitian mengenai masalah

(3)

remaja dalam menghadapi pubertas, diperoleh hasil 5-50% remaja mengalami kecemasan premenarche (Ghozally, 2007). Kecemasan premenarche bisa berpengaruh buruk jika frekuensi timbulnya sering kali terjadi.

Kecemasan yang terjadi secara terus menerus dan tidak segera ditangani akan menyebabkan ketakutan yang berlebihan akan darah yang banyak dan tiba-tiba keluar dari alat kelaminnya, kegelisahan karena merasa direpotkan harus memakai pembalut dan menggantinya disaat-saat tertentu serta sulitnya berkonsentrasi yang disebabkan karena nyeri yang hebat ketika mereka menstruasi nanti. Bagi seorang remaja yang masih duduk di bangku sekolah hal ini tentunya akan mengganggu aktivitas belajarnya (Utami, 2008). Sampai saat ini, remaja putri cenderung memilih komunikasi sebagai salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang mereka alami. Kelihatannya memang solusi yang sangat mudah akan tetapi dalam kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan (Ayu, 2011).

Mengingat hal tersebut, diperlukan solusi lain untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh remaja putri. Pemberian pendidikan kesehatan merupakan solusi yang sangat dianjurkan untuk mengatasi hal tersebut. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada kelompok atau individu. Pesan kesehatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kelompok atau individu tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diperoleh oleh responden berdampak pada peningkatan pengetahuan responden. Menurut Bloom dan Skinner, pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik secara lisan ataupun tulisan.

(4)

Pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat indra. Hasil persepsi tersebut berupa informasi yang akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya informasi tersebut akan digunakan pada saat diperlukan.

Pengetahuan tentang menarche perlu dimiliki remaja putri sejak dini, karena pengetahuan ini nantinya akan berpengaruh terhadap kesiapan remaja putri menghadapi menarche. Berdasarkan penelitian Henny (2012) mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan tingkat pengetahuan tentang menarche mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan tingkat pengetahuan tentang menarche. Jadi, dengan meningkatnya pengetahuan remaja putri diharapkan nantinya dapat menurunkan kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Semarapura dari 10 responden yang diwawancarai terdapat 8 responden yang mengatakan sangat cemas dan takut menghadapi menarche. Sebagian besar alasan mereka mengatakan cemas dan takut menghadapi menarche dikarenakan kurangnya informasi mengenai menarche. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan mengenai menarche terhadap penurunan kecemasan siswi smp kelas VII menjelang menarche di SMP Negeri 1 Semarapura.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan mengenai menarche terhadap penurunan kecemasan siswi smp kelas VII menjelang menarche di SMP Negeri 1 Semarapura?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menjelaskan adanya pengaruh pendidikan kesehatan mengenai menarche terhadap penurunan kecemasan siswi SMP kelas VII menjelang menarche di SMP Negeri 1 Semarapura.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada siswi sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai menarche.

b. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada siswi setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai menarche selama 25 menit.

c. Menganalisis perbedaan kecemasan pada siswi sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai menarche dan setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai menarche.

(6)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pendidikan kesehatan menarche serta pengaruhnya terhadap penurunan kecemasan menjelang menarche.

1.4.2 Manfaat Teoritis a. Bagi Remaja Putri

Untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri khususnya mengenai menarche sehingga dapat mengurangi kecemasan remaja putri menjelang menarche.

b. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya pustaka terutama dalam bidang keperawatan komunitas.

c. Bagi Profesi

Sebagai sumbangan aplikatif bagi profesi perawat dalam penanganan kecemasan remaja putri menjelang menarche.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan telaah literature, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah:

1. Ayu (2011) dalam penelitiannya berjudul “ Hubungan Antara Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche)

(7)

Pada Siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh “. Metode pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana subjek yang diambil berdasarkan karekteristik yang telah ditentukan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 109 responden. Metode analisis data yang digunakan teknik product moment dari pearson menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) sehingga hipotesis diterima. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah metode analisis data yang digunakan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui kesiapan remaja putri menghadapi menarche.

2. Fitri (2012) dalam penelitiannya berjudul “ Deskripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Anak Dalam Menghadapi Menarche Di SD Negeri 1 Kretek Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes” Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 52 anak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan waktu pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Metode analisis data yang digunakan analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak tidak siap menghadapi menarche disebabkan kurang pengetahuannya yang diterima oleh anak tentang menarche. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah sample yang digunakan untuk penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui kesiapan remaja putri menghadapi menarche.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan teori yang dikemukakan karim 4 bahwa dalam produk giro, bank syariah menerapkan prinsip wadi’ah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai

Meskipun sekolah SMP PGRI 7 memiliki lingkungan buruk dengan banyaknya siswa-siswa yang melanggar peraturan dan prestasi akademik yang rendah, namun masih ada

Pelajar yang memiliki pertimbangan kasihan terhadap orang tua dan malu jika ketahuan oleh keluarga atau teman-temannya, serta menghancurkan nama baik jika

Karena itu knowledge management dibutuhkan sebagai solusi yang dapat mendukung proses dokumentasi yang baik, efektif, dapat digunakan, dan berdampak pada peningkatan kualitas

Bagaimana proses pelaksanaan teknik bermain peran (role playing) yang diberikan untuk meningkatkan keterampilan sosial di sekolah siswa kelas VIII SMPN 1 Pameungpeuk

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini : (1) Perencanaan proses rekrutmen dan seleksi CPNS yang dilaksanakan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman telah

Sesuai dengan Hidayat (2007 ) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi kepuasan interaksi sosial lansia yaitu kesehatan, daya tarik fisik, tingkat