• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. iii"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LAKI P

2016 Lapor an Akunt abi l i t as Ki ner j a

Deput i Bi dang Pengembangan Dest i nasi

dan I ndust r i Par i wi st aa

(2)

iii

LAKIP 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri

Pariwisata

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ...ii

BAB I PENDAHULUAN ... 5

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Gambaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dan Industri Pariwisata ... 6

1.3 Posisi Strategis Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dan Industri Pariwisata Dan Dukungan Sektoral Dalam Pembangunan Kepariwisataan ... 7

1.4 Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan ... 7

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 8

2.1 RENCANA STRATEGIS ... 8

2.2 PENETAPAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 13

3.1

CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

... 13

3.1.1 Sasaran Srategis Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2016 ... 13

3.1.2 Capaian dan Analisis Kinerja Tahun 2016 ... 14

1) Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem ... 26

2) Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam dan Buatan ... 30

3) Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata ... 34

4) Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat ... 38

3.2 ANGGARAN

... 40

BAB IV PENUTUP

... 44

(4)

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata merupakan Unit Eselon I yang bertanggungjawab langsung di bawah Menteri Pariwisata sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata mempunyai tugas penyiapan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, serta peningkatan daya saing industri pariwisata, dengan fungsi sebagai berikut:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat;

b. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan analisis kegiatan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat;

c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat;

d. pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan perintisan daya tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan pengembangan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing pariwisata;

e. pelaksanaan administrasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata;

f. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat;

(5)

g. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat;

h. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; dan

i. pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

1.2 GAMBARAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA

Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dibantu oleh 6 (enam) unit Eselon II:

a. Sekretariat Deputi;

b. Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem;

c. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya;

d. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan;

e. Asisten Deputi Industri Pariwisata; dan

f. Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Adapun struktur organisasi Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

(6)

7

1.3 POSISI STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA DAN DUKUNGAN SEKTORAL DALAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Pengembangan destinasi dan industri pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan daya saing industri pariwisata melalui pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, pengembangan wisata alam, budaya dan buatan, peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat serta pengembangan industri pariwisata.

1.4 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019, dalam kerangka pengembangan destinasi wisata terdapat beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu : (1) perubahan iklim (2) ketersediaan konektivitas dan infrastruktur yang belum optimal; (3) kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal; (4) kemudahan investasi yang masih belum optimal.

Selain itu, di dalam kerangka pengembangan industri pariwisata terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industrI pariwisata, antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal; (2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3) kemitraan usaha pariwisata yang belum optimal; (4) pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih belum optimal.

Kendala-kendala tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi pengembangan destinasi dan industri pariwisata di Indonesia.

(7)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 RENCANA STRATEGIS

Rencana Strategis Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata merupakan turunan dari Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019.

Adapun visi, misi, tujuan, sasaran serta arah kebijakan dan strategi dalam pengembangan destinasi dan industri pariwisata sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah :

VISI

Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong

MISI

Berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2015 – 2019 dan dalam 9 Agenda Prioritas “Nawa Cita” tersebut, disusunlah 4 (empat) Misi Pembangunan Pariwisata tahun 2015-2019, dengan mengadaptasi empat elemen pengembangan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Pembangunan Pariwisata Tahun 2015-2019 adalah:

a. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan mewujudkan masyarakat yang mandiri;

b. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;

c. Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara dan kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar Internasional; dan

(8)

9

d. Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.

TUJUAN

Berdasarkan misi Pembangunan Pariwisata Tahun 2015-2019, maka berikut ini adalah tujuan pembangunan pariwisata tahun 2015-2019 dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata yaitu :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional ;

2. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya;

3. Memasarkan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif sehingga kinerja pemasaran pariwisata mencapai produktifitas maksimal; dan

4. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas maksimal.

Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 - 2019 diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan daya saing industri pariwisata, melalui :

1. Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan

(9)

kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata;

2. Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi;

3. Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata;

4. Pengembangan industri pariwisata antara lain meliputi peningkatan kemitraan usaha pariwisata dan investasi pariwisata, pengembangan standar usaha pariwisata dan sertifikasi usaha pariwisata, peningkatan keragaman dan daya saing produk jasa pariwisata di setiap destinasi pariwisata, dan pembinaan usaha pariwisata bagi masyarakat lokal.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai salah satu eselon I pada Kementerian Pariwisata sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 -2019 bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Adapun Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 - 2019 memiliki 3 (tiga) sasaran strategis yaitu :

A. Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata yang ditandai dengan 4 (empat) indikator utama yaitu :

1. Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem;

2. Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan;

3. Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata;

4. Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat.

(10)

11

B. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama yaitu : Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional.

C. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama yaitu : Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata.

2.2 PENETAPAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberian amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, akan tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata tahun 2015 adalah sebagai berikut :

(11)

Tabel

Perjanjian Kinerja Tahun 2016

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

1 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Jumlah investasi sektor pariwisata (US$

Juta)

1627.36

2 Meningkatnya kontribusi

kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional

Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

11.7

3 Meningkatnya kualitas destinasi

pariwisata Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)

34

Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi

wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi) 25 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola

destinasi pariwisata (lokasi) 25 Jumlah fasilitasi pemberdayaan

masyarakat (provinsi) 34

Dari Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dapat terlihat bahwa sasaran strategis dalam Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah (1) Meningkatnya investasi di sektor pariwisata, (2) Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional, (3) Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata; dimana ketiga sasaran tersebut sesuai dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2015-2019 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata.

(12)

13

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

3.1.1 SASARAN SRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA TAHUN 2016

Capaian kinerja pada LAKIP Tahun 2016 berdasarkan pada Perjanjian Kinerja Tahun 2016 yang memuat sasaran strategis, indikator kinerja dan taget. Capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dilihat dengan membandingkan target dan juga realisasi. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel

Capaian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2016

* Sumber : BKPM, update s/d September 2016 NO SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN

REALISASI % 1 Meningkatnya

investasi di sektor pariwisata

Jumlah investasi sektor pariwisata

(US$ Juta) 1627.36 1093.65* 67

2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional

Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

11.7 N/A N/A

3 Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata

Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan

infrastruktur dan ekosistem (provinsi)

34 34 100

Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)

25 25 100

Jumlah fasilitasi peningkatan tata

kelola destinasi pariwisata (lokasi) 25 27 108 Jumlah fasilitasi pemberdayaan

masyarakat (provinsi) 34 34 100

(13)

3.1.2 CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA TAHUN 2016

Berikut analisis capaian kinerja dari Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 :

SASARAN 1

MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA

Investasi di sektor pariwisata mencakup investasi publik oleh pemerintah (infrastruktur) dan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta (amenitas).

Berdasarkan laporan “Travel & Tourism Investment in ASEAN” Tahun 2016 oleh World Travel Tourism Council (WTTC), baik investasi dari pemerintah maupun investasi swasta menjadi faktor penting dalam pengembangan kepariwisataan di ASEAN. Hal ini disebabkan karena :

• Investasi dapat meningkatkan kapasitas : untuk mendukung tingginya permintaan dan jumlah wisatawan, investasi dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik serta peningkatan fasilitas.

• Investasi dapat menjaga dan meningkatkan infrastruktur yang ada : melanjutkan investasi pada infrastruktur yang sudah ada dapat meningkatkan fungsi dan kualitas, serta dapat mendorong regulasi baru dan standar lingkungan yang lebih baik.

• Mendorong permintaan wisatawan : Investasi untuk meningkatkan atraksi dapat mendorong permintaan baru dan merebut pangsa pasar dari pesaing.

Meningkatnya investasi di sektor pariwisata menjadi sasaran pertama dalam sasaran kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Sasaran tersebut dijabarkan melalui indikator kinerja utama “Jumlah Investasi Sektor Pariwisata”. Adapun realisasi jumlah investasi sektor pariwisata tahun 2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(14)

15

Sumber : BKPM, update s/d September 2016

Dari tabel di atas, realisasi jumlah investasi sektor pariwisata adalah sebesar 1093.65*

US$. Jika dibandingkan dengan target sebesar 1627.36 US$, nilai capaiannya adalah sebesar 67%.

Perhitungan realisasi investasi di Indonesia berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meliputi realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berikut adalah penjabaran nilai realisasi investasi asing dan investasi dalam negeri pada tahun 2016 :

Tabel

Jumlah Realisasi Investasi Tahun 2016

Realisasi Investasi Pariwisata Jumlah

Penanaman Modal Asing (PMA) 954.59

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 139.06

Total Investasi Pariwisata 1093.65

* PMA dan PMDN dalam Juta US$

Sumber : BKPM, 2016

Rincian realisasi Top 3 pada Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan jenis usaha, tujuan investasi dan asal negara dapat terlihat sebagai berikut (Januari-September):

1. Berdasarkan jenis usaha : 56% hotel bintang, 27% kegiatan konsultasi manajemen, 7% restoran

2. Berdasarkan tujuan investasi : 54% DKI Jakarta, 22% Bali, 7% Jawa Barat

3. Berdasarkan asal negara :51% Singapura, 14% British Virgin Island, 8% Luxembourg

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA

(IKU) TARGET REALISASI %

CAPAIAN 1 Jumlah investasi sektor

pariwisata (US$ Juta) 1627.36 1093.65* 67

(15)

Adapun rincian realisasi Top 3 pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berdasarkan jenis usaha dan tujuan investasi dapat terlihat sebagai berikut (Januari- September):

1. Berdasarkan jenis usaha : 65% hotel bintang, 21% wisata tirta, 4% kegiatan taman bertema atau taman hiburan

2. Berdasarkan tujuan investasi : 29% Jawa Barat, 23% Bali, 17% Yogyakarta

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah realisasi investasi pariwisata dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel

Realisasi Investasi Sektor Pariwisata Tahun 2011 - 2016

Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

PMA (US$) 242.20 768.30 462.47 511.81 732.46 954.59 PMDN (US$) 39.40 101.50 140.18 173.08 316.20 139.06 Total 281.60 869.80 602.65 648.80 1048.66 1093.65

* Sumber : BKPM, realisasi s/d September 2016

Nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya.

Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2016 adalah sebesar 1.04 % jika dibandingkan dengan tahun 2015.

Secara umum, peningkatan investasi di Indonesia pada tahun 2016 disebabkan antara lain adanya kebijakan kemudahan dalam berinvestasi. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah (1) Kemudahan perizinan melalui peluncuran PTSP pusat, (2) Layanan izin investasi 3 jam, (3) Kemudahan investasi langsung konstruksi (KLIK), serta (4) Adanya revisi Daftar Negatif Investasi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Revisi Daftar Negatif Investasi adalah bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X yang

(16)

17

dikeluarkan oleh pemerintah. Terdapat 4 (empat) usaha pariwisata yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK); 15 (lima belas) usaha pariwisata yang terbuka untuk PMA dengan persyaratan dan 37 (tiga puluh tujuh) usaha pariwisata yang terbuka 100% untuk PMA.

Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak terlepas dari adanya komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang pariwisata sesuai dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas), adanya dukungan dari berbagai pihak (Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan stakeholder terkait), serta ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten.

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tahun 2016 untuk mendukung sasaran meningkatnya investasi di sektor pariwisata adalah sebagai berikut :

• Penyusunan Proposal Investasi

(17)

Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi potensi investasi pariwisata untuk selanjutnya dapat dilakukan promosi investasi baik dengan melakukan penyebaran informasi maupun melalui pertemuan-pertemuan bisnis dengan investor potensial, baik dalam maupun luar negeri. Dengan adanya proposal Investasi dapat tersedia informasi peluang investasi di destinasi pariwisata dan dapat mendorong daerah yang memiliki potensi investasi untuk berkembang.

Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah lokasi sebanyak 3 lokasi, tahun 2013 sebanyak 4 lokasi, tahun 2014 sebanyak 6 lokasi, tahun 2015 sebanyak 55 lokasi pada 16 Kabupaten/Kota dan di tahun 2016 ini sebanyak 73 lokasi di 34 Kabupaten/Kota. Proposal-proposal investasi tersebut diantaranya telah berhasil menarik minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di bidang pariwisata (hotel, resort, marina) antara lain di KEK Mandalika, KEK Tanjung Lesung dan Lombok Barat.

• Promosi Investasi Pariwisata

Kegiatan promosi investasi pariwisata dilakukan untuk meningkatkan awareness calon investor pada sektor pariwisata baik investor dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu tujuan promosi investasi antara lain adalah untuk membuka networking melalui pertemuan bisnis, menyebarkan peluang investasi di sektor pariwisata kepada potensial investor; meningkatkan minat investasi pariwisata bagi investor dalam dan luar negeri; meningkatkan jumlah penanaman modal ke Indonesia; serta menumbuhkan minat pemerintah daerah untuk melakukan promosi investasi pariwisata.

Pada tahun 2016 telah dilakukan promosi investasi pariwisata melalui pertemuan bisnis dan event investasi di Jakarta, Bali, Abu Dhabi, Hongkong, Jerman, Perancis, Australia, Seoul. Berikut adalah kegiatan dan hasil dari promosi investasi Tahun 2016 :

(18)

19

No Kegiatan Tempat Waktu

Pelaksanaan Hasil

1 Gulf and Indian Ocean Hotel

Investor’s Summit (GIOHIS)

Abu Dhabi 8 – 9 Februari

2016

Ketertarikan investor Abu Dhabi National Bank dan Asiya Investment Kuwait untuk mendukung pembiayaan di KEK Mandalika dan Tanjung Lesung, namun masih membutuhkan proses penjajakan, mengingat investasi KEK yang sangat besar dapat mencapai angka hingga Rp 10 triliun.

2 Pertemuan Bisnis di Hong Kong

Hongkong 11 – 12 Februari

2016

Pada tanggal 21 Maret 2016, Meridian Capital akan datang ke Indonesia untuk menandatangani Kerangka Acuan yang telah diperbaharui, bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat

3 International Hotel

Investment Forum (IHIF)

Berlin, Jerman

7 – 9 Maret 2016

Ketertarikan dari International Finance Corporation, sebuah anak perusahaan dari World Bank Group untuk pembiayaan proyek- proyek pembangunan hotel di Indonesia dengan maksimal jumlah pembiayaan mencapai angka USD 200 Juta per proyek.

4 MIPIM (Le marché international des

professionnels de

l’immobilier)

Cannes, Perancis

15 – 18 Maret 2016

• Business meeting dengan 50 pengusaha dan investor di bidang pariwisata dan hospitality, marina, properti, teknologi arsitektur, dan industrial

• Komitmen investor diantaranya Ecoregions International Singapore, PT Dharmakusala Waskita Brana, Islamic Development Bank untuk investasi hotel, sarana rekreasi, inrastruktur, di KEK Mandalika. Total komitmen yang dicapai sebesar USD 287,5 Juta atau Rp 3,88 Triliun.

5 Pertemuan Bisnis di Monaco

Monaco, Perancis

April 2016 Perusahaan funding dari Monaco siap untuk membantu pengembangan kepariwisataan di Indonesia.

6 Hospitality Investment Conference Indonesia (HICI)

Jakarta 28 – 29 April

2016 Louvre Hotel Group (grup investor China) berencana melakukan pengembangan dan pembangunan hotel baru di seluruh Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun. Telah tersedia dana Rp + 10 Triliun untuk pembelian dan pembangunan hotel baru di Indonesia.

7 Marketing

Investasi Melbourne – Brisbane, Australia

9 -10 Mei 2016

Tiga investor Australia akan melakukan investasi di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara di tahun 2016 yaitu: 1 (satu) investor akan membangun usaha marina dan hotel bintang di Kabupaten Lombok Barat dengan nilai investasi + Rp 200 Miliar; dan 2 (dua) investor yang tergabung dalam AIBC akan membangun usaha marina dan hotel bintang di Kota Manado di atas lahan seluas 200 ha, dengan nilai investasi + Rp 300 Miliar.

(19)

No Kegiatan Tempat Waktu

Pelaksanaan Hasil

8 Pertemuan Bisnis di Seoul

Seoul, Korea Selatan

2 – 3 Juni

2016 MoU antara Daewo Development Ltd dengan PT Jababeka Tbk, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten disaksikan langsung oleh Menpar Arief Yahya dan Minister of Culture, Sports and Tourism of Republic of Korea

9 Tourism, Hotel Investment,

&

Networking Conference (THINC)

Bali 31 Agustus – 1 September

2016

• Komitmen PT Celecton Hotels and Resorts Internasional untuk membangun hotel bintang 3 dan 4 dengan nuansa kebudayaan Jepang di Cikarang dan Karawang dengan nilai investasi lebih dari USD 20 Juta;

• Komitmen PT Marina Del Ray untuk pembangunan Marina di Lombok Barat;

• Komitmen PT Paradise Property untuk pengembangan ecotourism di semua Taman Nasional di Indonesia, dengan proyek awal di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi dengan nilai investasi sebesar USD 1,8 Juta;

• Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk atau Panorama Destination (DTN) dengan PT Centrasolusi Intiselaras yang akan bekerjasama dalam pengembangan konten digital terkait produk-produk tour ke Indonesia dengan target dapat menarik kunjungan wisman asal tiongkok sebesar 300.000 pada tahun 2017.

Penandatanganan MoU antara Daewo Development Ltd dengan PT Jababeka Tbk di Seoul

MIPIM (Le marché international des professionnels de l’immobilier), Cannes – Perancis

(20)

21

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian target sasaran meningkatnya Investasi di sektor pariwisata diantaranya adalah terkait lahan yang tidak clean and clear.

SASARAN 2

MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL

Sektor pariwisata memberikan dampak ekonomi yang luas bagi sektor-sektor lainnya.

Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30% dalam waktu 5 tahun. Pariwisata merupakan pencipta lapangan kerja termurah yaitu dengan US$

5.000/satu pekerjaaan, dibanding rata-rata industri lainnya sebesar US$ 100.000/satu pekerjaan.

Jumlah tenaga kerja langsung (direct), tidak langsung (indirect), dan ikutan (induce) di sektor pariwisata dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan.

Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional, telah ditetapkan indikator kinerja utama yaitu jumlah tenaga kerja

(21)

langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata. Tenaga kerja langsung sektor pariwisata mencakup antara lain tenaga kerja di sektor hotel, travel agent, airlines dan pelayanan penumpang lainnya, termasuk juga tenaga kerja di sektor usaha restoran dan tempat-tempat rekreasi yang langsung melayani wisatawan. Tenaga kerja tidak langsung mencakup antara lain tenaga kerja di sektor promosi pariwisata, furnishing/equipment, persewaan kendaraan, manufaktur transportasi, dan juga pengembangan resort. Tenaga kerja ikutan mencakup antara lain tenaga kerja di sektor supply makanan dan minuman, wholesaler, computer utilities, dan jasa personal.

Adapun realisasi Indikator Kinerja Utama “Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata” pada tahun 2016 adalah sebagai berikut (Data tersedia di akhir tahun 2016/awal 2017) :

* Sumber : Kemenpar - 2016

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, capaian jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata terus mengalami kenaikan.

Perbandingan capaian tersebut (dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016) dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

Sumber : Kementerian Pariwisata, 2016

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak

langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

11.3 ….

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

2016 2015 2014

REALISASI %

CAPAIAN REALISASI %

CAPAIAN REALISASI % CAPAIAN

1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor

pariwisata (juta orang)

… …. 12.16 107.6 10.32 118.03

(22)

23

Permintaan di sektor pariwisata memberi dampak terhadap penciptaan lapangan kerja. Semakin besar permintaan di sektor pariwisata, baik konsumsi wisatawan maupun investasi di bidang pariwisata, akan semakin besar pula penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor terkait. Meningkatnya jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata tahun 2016 antara lain disebabkan oleh :

a. Kemudahan Investasi

Berdasarkan laporan dari Bank Dunia, peringkat kemudahan usaha di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015. Pada indeks, Indonesia berada di peringkat 109 dari 189 negara atau naik 11 peringkat dari tahun lalu di posisi 120. Penilaian tersebut berdasarkan dari beberapa indikator, diantaranya adalah bagaimana investor memulai usaha di Indonesia, proses perizinan dan pembayaran pajak. Pemerintah telah berkomitmen untuk mempermudah investasi, upaya yang telah dilakukan diantaranya melalui berbagai terobosan paket kebijakan investasi, diantaranya adalah (1) Kemudahan perizinan melalui peluncuran PTSP pusat, (2) Layanan izin investasi 3 jam, (3) Kemudahan investasi langsung konstruksi (KLIK), serta (4) Adanya revisi Daftar Negatif Investasi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

Terkait dengan realisasi investasi, nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2016 tercatat mencapai angka US$ 1.093,65 Juta. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi investasi pariwisata tahun 2015 yaitu US$ 1.049,07Juta.

Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata, dapat meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja memberikan dampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata.

b. Meningkatnya Jumlah Usaha Pariwisata

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, terdapat 13 bidang usaha pariwisata yang meliputi usaha di bidang (1) daya tarik wisata; (2) kawasan pariwisata; (3) jasa transportasi wisata; (4) jasa perjalanan wisata; (5) jasa

(23)

makanan dan minuman; (6) penyediaan akomodasi; (7) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; (9) jasa informasi pariwisata; (10) jasa konsultan pariwisata; (11) jasa pramuwisata; (12) wisata tirta; dan (13) spa.

Pada tahun 2014 tercatat dari 13 bidang usaha pariwisata terdapat total 41.045 unit usaha, dengan jumlah terbanyak pada bidang usaha jasa penyediaan akomodasi sebesar 17.484 unit (BPS, 2015). Adapun jumlah akomodasi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel

Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun 2010 – 2016

Sumber : BPS, 2015. (*Data 2016 menunggu data BPS di awal tahun 2017).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015, rata-rata pekerja di setiap usaha hotel berbintang mampu menyerap sebanyak 92.3 orang dan pada usaha akomodasi lainnya sebanyak 8.1 orang. Meningkatnya jumlah usaha pariwisata, terutama hotel dan akomodasi lainnya telah memberikan dampak positif terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata.

TAHUN HOTEL

BERBINTANG AKOMODASI

LAINNYA TOTAL

2016 *

2015 2.197 16.156 18.353

2014 1.996 15.488 17.484

2013 1.778 14.907 16.685

2012 1.623 14.375 15.998

2011 1.489 13.794 15.283

2010 1.306 13.281 14.587

(24)

25

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tahun 2016 untuk mendukung sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional adalah sebagai berikut :

• Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata

Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata bertujuan agar usaha pariwisata harus terus meningkatkan pelayanannya sehingga tercipta pelayanan prima (service excellent) agar wisatawan terus loyal kembali berkunjung.

• Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi

Meningkatnya investasi pariwisata dapat mendorong meningkatnya jumlah usaha pariwisata yang berdampak pada meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata. Upaya peningkatan investasi antara lain dilakukan melalui kegiatan penyusunan proposal investasi di 73 lokasi dan juga kegiatan promosi investasi baik di dalam maupun di luar negeri.

• Pemberdayaan Masyarakat

Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja bidang pariwisata antara lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Selain untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang sadar wisata, pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat di bidang usaha pariwisata. Pada tahun 2016 telah terlaksana kegiatan peningkatan kapasitas usaha masyarat di bidang pariwisata di 40 Kabupaten/Kota, 24 Provinsi dengan lokasi utama di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Penerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat Destinasi Pariwisata adalah pelaku usaha homestay, kuliner, dan cinderamata, dengan kegiatan antara lain berupa bimbingan teknis, pelatihan pengelolaan usaha serta pemberian fasilitasi peningkatan kapasitas usaha masyarakat.

(25)

SASARAN 3 MENINGKATNYA KUALITAS DESTINASI PARIWISATA

Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata, melalui : (1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di bidang pariwisata.

Indikator dalam sasaran meningkatnya kualitas destinasi pariwisata yaitu (1) jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem, (2) jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan, (3) jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, (4) jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat, sesuai hasil review Kementerian PAN-RB merupakan indikator yang bersifat output. Namun demikian, pada tahun 2017 telah diusulkan untuk berubah menjadi “jumlah destinasi pariwisata yang berkualitas” dengan target 10 destinasi pariwisata prioritas. Jumlah destinasi yang berkualitas dapat diukur dari adanya peningkatan aksesibilitas, atraksi dan amenitas pariwisata pada sebuah destinasi.

Adapun capaian dari masing-masing indikator dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini.

1)

Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem

Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan destinasi pariwisata.

(26)

27

Semakin banyak destinasi pariwisata yang memiliki infrastruktur (akses, amenitas, sarana dan prasarana) yang berkualitas, diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah lain serta mampu meningkatkan daya saing. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata.

Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut:

Dari tabel capaian Indikator Kinerja Utama di atas, dapat dilihat pada tahun 2016 dari target 34 provinsi telah tercapai sebanyak 34 provinsi yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata.

Walaupun indikator yang diukur berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata di daerah telah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif , diantaranya adalah:

1. Pengakuan Internasional untuk Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Berdasarkan data dari Travel Tourism Competitiveness Index (TTCI) Tahun 2015 dari World Economic Forum (WEF), Indonesia dinilai sangat lemah dalam aspek keberlanjutan lingkungan. Salah satu langkah yang diambil Kementerian Pariwisata adalah dengan melakukan pengembangan program pariwisata berkelanjutan / Sustainable Tourism Development (STD). Pada tanggal 1 September 2016 Menteri Pariwisata telah menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, yang memuat kriteria dan indikator dalam pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, optimalisasi pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, optimalisasi pelestarian budaya

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA

(IKU) TARGET REALISASI %

CAPAIAN 1 Jumlah daerah yang difasilitasi

untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)

34 34 100

(27)

bagi masyarakat dan pengunjung, serta optimalisasi konservasi lingkungan.

Pedoman tersebut mendapatkan pengakuan internasional dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Pengakuan ini secara langsung di tandai dengan penyerahan piagam dari Chief Executive Officer pada acara PATA TravelMart tanggal 8 September 2016.

Selain itu, 3 lokasi Sustainable Tourism Observatory (STO) di Pangandaran, Sleman dan Lombok secara resmi juga telah mendapatkan pengakuan langsung dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO).

Directore Sustainable Development of Tourism UNWTO, Dirk Glaesser menyerahkan piagam pengakuan 3 Pusat Pemantauan STO Indonesia kepada Menteri Pariwisata

2. Pembangunan 100 Amenitas (Homestay) Pariwisata

Pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya Nota

(28)

29

Kesepahaman (MoU = Memorandum of Understanding) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Pariwisata, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PERA) serta PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terkait Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman untuk Mendukung Pengembangan Pondok Wisata (Homestay) dan Toilet Publik di Destinasi Pariwisata Terpilih. Dalam rangka mendukung program satu juta rumah, pada tahun 2016 dimulai pembangunan homestay sebanyak 100 buah di kawasan Tanjung Lesung, Mandalika, dan Probolinggo. Hingga tahun 2019, ditargetkan akan dibangun sebanyak 100.000 homestay.

3. Tercapainya Target Prioritas Presiden

Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata melalui skema dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan Kementerian PU-PR) pada tahun 2016 merupakan kegiatan prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil Presiden. Janji Presiden/Wakil Presiden tersebut dalam implementasi pembangunan fisiknya dilakukan oleh Kementerian/Lembaga sesuai tugas dan fungsi, dan dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi yang dilakukan periodik setiap 3 bulan telah tercapai hasil psoitif untuk Kementerian Pariwisata pada periode B-06 : 100% (hijau), B-09 : 100% (hijau), dan B-12 : 100% (hijau).

Untuk mendukung pencapaian target jumlah daerah yang difasilitasi pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :

• Dukungan Sarana Prasarana Pariwisata di 24 Provinsi

Fasilitasi pengembangan infrastruktur dilakukan antara lain melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Pariwisata yang ditujukan untuk mendukung sarana prasarana pariwisata dalam rangka penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.

Pembangunan yang dilakukan antara lain berupa penataan kawasan (penataan taman, pembuatan amphitheater, pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, kios cinderamata, pusat jajanan/kuliner, tempat ibadah), aksesibilitas pariwisata (pembuatan jalur pejalan kaki di kawasan pariwisata, pembuatan

(29)

rambu-rambu petunjuk arah, jembatan di kawasan pariwisata, dermaga/jetty di kawasan pariwisata) dan amenitas pariwisata (menara pandang, ruang ganti/toilet di lokasi daya tarik wisata, dive centre dan pengadaan peralatannya).

• Peningkatan Aksesibilitas di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata merupakan salah satu prioritas Presiden pada tahun 2015-2019 untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang berdaya saing. Pada tahun 2016 telah tercapai dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan infrastruktur di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, diantaranya sebagai berikut :

i. (a) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas bandara, (b)Pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN, (c) Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan.

ii. (a) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN sepanjang 460,29 Km, (b) Pengembangan kawasan pemukiman, sistem penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di 1.080 lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA.

2) Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan Menurut data dari Passenger Exit Survey (PES) tahun 2014, kontribusi wisatawan terbesar ada pada destinasi wisata budaya (wisata warisan budaya dan sejarah, belanja dan kuliner, kota dan desa) yaitu sebesar 60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata, petualangan) yaitu sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga, kawasan terintegrasi) sebesar 5%.

Terkait dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata melakukan upaya pengembangan destinasi pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk destinasi tersebut yaitu destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata.

(30)

31

Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan adalah sebagai berikut :

Dari tabel di atas dapat dilihat dari target sebanyak 25 lokasi yang difasilitasi terkait peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan, telah tercapai sebanyak 25 lokasi yaitu (1) KSPN Nongsa – Pulau Abang dskt, (2) KSPN Natuna dskt, (3) KSPN Ijen-Baluran dskt, (4) KSPN Gili Tramena dskt, (5) KSPN Weh dskt, (6) KSPN Toba dskt, (7) KSPN Teluk Dalam-Nias dskt, (8) KSPN Tanjung Kelayang dskt, (9) KSPN Kota Tua-Sunda Kelapa dskt, (10) KSPN Kep Seribu dskt, (11) KSPN Borobudur dskt, (12) KSPN Bromo-Tengger-Semeru dskt, (13) KSPN Kuta-Sanur- Nusa Dua dskt, (14) KSPN Kintamani-Danau Batur dskt, (15) KSPN Menjangan- Pemuteran dskt, (16) KSPN Rinjani dskt, (17) KSPN Komodo dskt, (18) KSPN Ende- Kelimutu dskt, (19) KPSN Sentarum dskt, (20) KSPN Tanjung Puting dskt, (21) KSPN Bunaken dskt, (22) KSPN Toraja dskt, (23) KSPN Wakatobi dskt, (24) KSPN Morotai dskt, dan (25) KSPN Raja Ampat dskt.

Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam dan buatan di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah :

1. Peningkatan Kunjungan Kapal Yacht dan Cruise

Salah satu langkah untuk pengembangan destinasi wisata bahari diantaranya telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang kunjungan kapal wisata (yacht) asing ke Indonesia.

Kemudahan yang diberikan dalam Peraturan Presiden ini antara lain menghapus ketentuan mengenai CAIT (Clearance Approval for Indonesia Territory). Sebagai tindak lanjut dari Perpres Nomor 105 Tahun 2015, telah diundangkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 171 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelayanan Kapal Wisata (Yacht) Asing

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Jumlah fasilitasi peningkatan

destinasi wisata budaya, alam dan buatan (lokasi)

25 25 100

(31)

di Perairan Indonesia. Kemudahan layanan kepada kapal wisata asing diberikan kepada yacht yang masuk dan keluar melalui 18 Pelabuhan.

Adanya kemudahan tersebut memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan kunjungan kapal yacht dan juga cruise. Berikut tercatat capaian dari wisata yacht dan cruise :

Tabel

Jumlah Kunjungan Kapal Yacht Asing

*per November 2016

Sumber : Kementerian Pariwisata, 2016 Tabel

Jumlah Call Kapal Pesiar (Cruise) Asing No. Tahun Target Realisasi

(calls)

Jumlah Wisman (orang)

1 2015 361 361 108.300

2 2016 *) 500 357 107.100

*per November 2016

Sumber : Kementerian Pariwisata, 2016

2. World Halal Tourism Award 2016

Berdasarkan data Global Muslim Travel Index (GMTI) Tahun 2016, Indonesia masuk dalam peringkat 4 Top 10 Halal Friendly Holiday Destinastion di dunia. Pada Tahun 2016, dari hasil Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 Kementerian Pariwisata telah menetapkan 3 destinasi wisata halal, yaitu di Sumatera Barat, Aceh dan Nusa Tenggara Barat.

No Tahun Target

(kapal) Realisasi (kapal)

Jumlah Wisman (orang)

1 2015 1.200 1.198 3.594

2 2016 *) 1.500 1.900 4.500

(32)

33

Menteri Pariwisata Memberikan Penghargaan Anugerah Pariwisata Halal

Terbaik 2016

Para pemenang Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 mewakili Indonesia dalam ajang World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada bulan Desember 2016. Indonesia berhasil memenangkan 12 penghargaan dari total 16 penghargaan pada World Halal Tourism Award 2016.

Kategori yang berhasil dimenangkan Indonesia adalah : (1) World’s Best Airline for Halal Travellers : Garuda Indonesia, (2) World’s Best Airport for Halal Travellers : Sultan Iskandar Muda International Airport, Aceh, (3) World Best Family Friendly Hotel : The Rhadana Kuta, Bali, (4) World’s Luxurious Family Friendly Hotel : The Trans Luxury Hotel Bandung, (5) World’s Best Halal Beach Resort : Novotel Lombok Resort & Villas, (6) World’s Best Halal Tour Operator : ERO Tour, Sumatera Barat, (7) World’s Best Halal Travel Website : www.wonderfullomboksumbawa.com, (8) World’s Best Halal Honeymoon Destination : Sembalun Valley Region, NTB, (9) World’s Best Hajj & Umrah Operator : ESQ Tours and Travel, Jakarta, (10) World’s Best Halal Destination : Sumatera Barat, (11) World’s Best Halal Culinary Destination : Sumatera Barat, dan (12) World’s Best Halal Cultural Destination : Aceh.

(33)

Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan yaitu :

• Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya

Untuk mengembangkan destinasi wisata budaya dilakukan fasilitasi pada destinasi wisata sejarah dan religi, destinasi wisata perdesaan dan perkotaan, destinasi wisata tradisi dan seni budaya. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain Pengembangan Destinasi Wisata Halal, Penetapan Destinasi Wisata Kuliner, Fasilitasi Pengembangan Destinasi Wisata Perdesaan dan Perkotaan.

Fasilitasi peningkatan destinasi wisata alam dan buatan

Untuk mengembangkan destinasi wisata alam dan buatan dilakukan fasilitasi pada destinasi wisata bahari, ekowisata, wisata petualangan, wisata MICE dan even, wisata olahraga, dan kawasan terintegrasi. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain Sosialisasi Kemudahan Kunjungan Yacht dan Cruise (Perpres Nomor 105 Tahun 2015, Permenhub Nomor 121 Dan 171 Tahun 2015), Peningkatan Kapasitas Pemandu Selam Rekreasi, Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Geopark Indonesia, asilitasi Pengembangan Kawasan Pariwisata Labuan Bajo, Koordinasi Percepatan Pengembangan Wisata Ekologi.

3) Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata

Salah satu upaya meningkatkan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan meningkatkan tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.

(34)

35

Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata difokuskan pada dua critical success factor, yakni Management Destinasi yang meliputi Finansial, Operasional, Marketing, SDM, dan Inovasi; dan Pembenahan Destinasi. Untuk pembenahan destinasi, dikonsentrasikan pada pembangunan infrastruktur dalam rangka dukungan pengembangan aksesibilitas, amenitas dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya.

Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Pada tabel di atas dapat terlihat, dari target yang ditetapkan sebanyak 25 lokasi, pada tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 27 lokasi (Cluster), atau tercapai sebesar 108%. Adapun dari 27 lokasi tersebut, 25 cluster adalah cluster existing dan 2 cluster baru. Cluster existing adalah Sabang, Toba, Nias, Muaro Jambi, Palembang, Kota Tua, Kepulauan Seribu, Pangandaran, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Pemuteran, Batur, Sanur, Rinjani, Komodo, Flores, Wakatobi, Toraja, bunaken, Derawan, Sentarum, Belitung (Tanjung Kelayang), Tanjung Puting, Pulau Morotai, dan Raja Ampat. Sedangkan Cluster baru pada tahun 2016 adalah Tanjung Lesung dan Mandalika. Dari cluster-cluster tersebut, 10 diantaranya merupakan bagian dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas.

Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster DMO memberikan peranan yang strategis terhadap pembangunan kepariwisataan, salah satunya adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Hal tersebut dapat terlihat grafik di bawah ini:

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN 1 Jumlah fasilitasi peningkatan tata

kelola destinasi pariwisata (lokasi) 25 27 108

(35)

Grafik

Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014-2015

Dari grafik di atas terlihat peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yakni sebesar 152%.

(36)

37

Berikut tabel detail jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di 16 cluster :

Tabel

Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014-2015

Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu sebagai berikut :

• Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata

Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting, convergence meeting, workshop dan bimbingan teknis di 27 cluster. Hasil dari kegiatan tersebut diantaranya adalah terbentuknya Forum Tata Kelola Destinasi Pariwisata, terbentuknya Local Working Group atau Kelompok Kerja Lokal, serta critical success factor.

No. Cluster Tahun 2014 Tahun 2015

Wisman Wisnus Total Wisman Wisnus Total 1. DMO Batur 447,199 200,408 647,607 421,318 138,794 560,112 2. DMO Borobudur 254,082 3,182,738 3,436,820 246,494 3,885,443 4,131,937 3. DMO BTS 23,172 546,443 569,615 16,639 433,350 449,989 4. DMO Bunaken 34,443 832,015 866,458 40,205 1,073,136 1,113,341

5. DMO Derawan 10,728 77,574 88,302 2,872 53,141 56,013

6. DMO Flores 80,273 55,108 135,381 12,633 50,324 62,957 7. DMO Kota Tua

Jakarta 116,461 247,272 363,735 41,761 1,241,504 1,283,265 8. DMO

Pangandaran 5,515 946,580 952,095 31,775 3,089,055 3,120,830 9. DMO Raja

Ampat 10,427 2,961 13,388 6,674 1,401 8,075

10. DMO Rinjani 15,827 26,364 42,191 25,733 67,706 93,439 11. DMO Sabang 3,564 512,992 516,556 5,582 623,635 629,217 12. DMO Sanur*** 154,054 210,286 364,340 4,001,654 5,263,766 9,265,420 13. DMO Tanjung

Puting

10,986 5,703 16,689 9,576 2,577 12,153

14. DMO Toba 30,751 104,098 134,849 116,795 - 116,795

15. DMO Toraja 61,225 131,591 192,816 40,312 84,545 40,312

16. DMO Wakatobi 9,704 4,568 14,272 8,854 9,194 18,048

TOTAL 1,268,411 7,086,701 8,355,114 5,028,877 16,017,571 21,046,448

Referensi

Dokumen terkait

Banyak hal yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas khususnya dalam pelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah matematis yang meningkat tentunya juga

Belajar ialah suatu perubahan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam merubah tingkah laku sesuai dengan pengalaman yang dialaluinya secara keseluruhan yang berasal dari

Susun algoritma dan flowchart untuk menginput sebuah nilai integer (misal N), kemudian periksa isi array, dan cetak ada berapa buah isi array yang nilainya sama dengan

Adanya peningkatan pelayanan dalam dimensi jaminan (assurance), dalam hal ini meningkatkan kemampuan dosen, karyawan dan fungsionaris Jurusan Pendidikan Ekonomi yang

Namun misi suci itu gagal diemban pendidikan sejarah karena memang nasionalisme yang asalnya dari peradaban Barat sekuler tidak pernah memiliki dimaksudkan sebagai sumber

Untuk kondisi minimum phase, seperti yang terlihat pada gambar 12 dan 13, kedua kontroler baik MPC maupun PI, terlihat mampu mengikuti referensi yang diharapkan,

Tanya jawab dapat dilakukan oleh seluruh siswa, dengan cara mengumpan pertanyaan, jika pertanyan tersebut sesuai atau penting untuk ditanyakan maka siswa bisa memberikan

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian