• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan mengggali dan mengembangkan potensi yang terdapat dalam lembaga keagamaan yang memiliki manfaat ekonomis. Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, dipandang perlu meningkatkan peran wakaf sebagai lembaga keagamaan yang tidak hanya bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, melainkan juga memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.

Wakaf sebagai suatu lembaga keagamaan disamping sebagai ibadah kepada Allah juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah, wakaf diharapkan menjadi bekal bagi kehidupan wakif di akherat. Sedangkan dalam fungsi sosial wakaf merupakan aset yang sangat bernilai dalam pembangunan.

Pengaturan mengenai tanah wakaf diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Menurut

(2)

2 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya dan/atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Praktek wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, sehingga dalam berbagai kasus harta wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Dalam kaitan hal ini realitas kehidupan menunjukkan bahwa masih banyak kasus sengketa wakaf muncul ke permukaan dan juga berpindah tangan menjadi milik pribadi orang yang dipercaya mengelolanya atau dialihkan ke organisasi lain yang berbentuk kepentingan pribadi, misalnya tanah wakaf untuk keperluan suatu lembaga pendidikan seperti sekolah atau pesantren. Ironisnya tanah wakaf tersebut sudah disertifikasi atas nama yang menerima amanat tersebut.

Satria Effendi sebagaimana yang dikutip oleh Muchsin1 mengatakan bahwa berdasarkan informasi hukum yang diterima antara 1991-1998, terdapat variasi sengketa wakaf, yaitu sebagai berikut :

1. Penggugat mendakwa adanya ikrar wakaf dari pemilik sebidang kebun untuk kepentingan meunasah, sedangkan ahli waris dari pemilik kebun itu tidak mengakui adanya ikrar wakaf dari orang tuanya.

1

Muchsin, 2007, Penyelesaian Sengketa Wakaf di Pengadilan Agama. Makalah disampaikan pada Rakernas Mahkamah Agung RI, Makassar 

(3)

3 2. Dakwaan adanya penukaran tanah wakaf oleh pihak tertentu.

3. Gugatan pembatalan wakaf karena telah disalahgunakan oleh pihak nadzir pada hal-hal yang tidak sejalan dengan maksud pihak yang berwakaf.

4. Pihak tergugat tidak secara tegas mengingkari adanya ikrar wakaf dari pihak orang tuanya.

Selain hal-hal di atas, sengketa wakaf dapat juga terjadi karena beberapa kemungkinan sebagai berikut :

1. Kedangkalan pemahaman sebagian umat Islam tentang kedudukan dan arti harta wakaf, baik bagi wakif maupun masyarakat, sementara wakaf mempunyai dua dimensi; ibadah dan sosial.

2. Harga tanah yang semakin melambung dapat menjadi pemicu timbulnya masalah wakaf.

3. Sewaktu melakukan ikrar wakaf, pihak wakif tidak memperhitungkan kondisi ekonomi pihak ahli waris yang akan ditinggalkan, sehingga seluruh hartanya atau sebagian besarnya diwakafkan. Akibatnya, terjadi pengingkaran oleh ahli warisnya.

4. Kondisi ekonomi pihak nazhir yang tidak menguntungkan sehingga mendorongnya untuk menyalahgunakan harta wakaf.

5. Kondisi nazhir yang tidak memahami bahwa penggunaan harta wakaf harus sesuai dengan tujuan pihak wakif.

6. Pihak yang berwakaf tidak secara tegas memberitahukan anak atau ahli warisnya bahwa tanah tertentu telah diwakafkan kepada pihak tertentu. 7. Nazhir-nya bukan badan hukum, melainkan bersifat pribadi, sehingga

lebih leluasa dan sekehendak hati mendayagunakan benda wakaf tanpa kontrol. 2

Penyelesaian perselisihan wakaf tanah milik termasuk yurisdiksi Pengadilan Agama, yaitu sepanjang masalah sah atau tidaknya perbuatan mewakafkan tanah milik sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan masalah-masalah lainnya yang menyangkut wakaf berdasarkan syari’at Islam.

2

Suhrawardi K. Lubis dkk, 2010, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Sinar Grafika dengan UMSU Publisher, Jakarta, hlm. 168-169 

(4)

4 Dengan demikian, berarti masalah-masalah lainnya yang secara nyata menyangkut perdata dan hukum pidana diselesaikan melalui hukum acara dalam Pengadilan Negeri.3

Pasal 62 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 yang mengatur mengenai penyelesaian sengketa wakaf, yang menyatakan :

1. Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai mufakat

2. Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrasi atau Pengadilan.

Bahwa dalam penjelasan Pasal 62 ayat (2) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tersebut yang dimaksud dengan Pengadilan adalah Pengadilan Agama dan/atau Mahkamah Syariah. Oleh karena itu Pengadilan Agama mempunyai wewenang untuk memutuskan perkara yang berkaitan dengan wakaf. Putusan hakim sendiri menurut Sudikno Mertokusumo adalah suatu pernyataan oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan terbuka dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Bukan hanya yang diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh hakim di

3

Rachmadi Usman, 2009, Hukum Perwakafan di Indonesia, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 97 

(5)

5 persidangan.4 Dengan banyaknya kasus tentang pembatalan wakaf yang telah diputus oleh Pengadilan Agama maka penulis bermaksud untuk mengidentifikasi putusan Pengadilan Agama tentang pembatalan wakaf baik dari segi penggugat, tergugat, latar belakang putusan maupun isi putusan itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti sangat tertarik untuk meneliti putusan-putusan tentang pembatalan wakaf. Oleh karena itu, dalam tesis ini peneliti mengambil judul “Analisis Hukum

Terhadap Putusan Pengadilan Agama Tentang Pembatalan Wakaf.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti telah merumuskan permasalahan sebagai acuan penelitian ini. Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian dengan tema mengenai sengketa wakaf ini adalah sebagai berikut :

1. Apa alasan-alasan diajukannya pembatalan wakaf di Pengadilan Agama?

2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Agama untuk menolak atau menerima pembatalan wakaf?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai wakaf telah banyak dilakukan. Sebagaimana yang termuat di dalam penelitian dari Nanda Umi Kalsum pada tahun 2010 yang berjudul “ Tinjauan Yuridis Tanah Wakaf, Studi Kasus Penjaminan Sertifikat Tanah Wakaf

4

Sudikno Mertokusumo, 1988, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm. 174  

(6)

6 Masjid Fathur Qorib Di Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta “, permasalahan penelitiannya adalah telah terjadi penjaminan terhadap sertifikat tanah wakaf masjid Fathul Qarib di Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan oleh pengurus takmir masjid Fathul Qarib kepada pihak rumah sakit. Tindakan takmir masjid sebagai pihak yang menjaminkan dan pihak rumah sakit sebagai pihak yang menerima sertifikat sebagai jaminan bertentangan dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 40.5

Selain itu juga ada tesis dari Ismawati tahun 2010 yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Tanah Wakaf Studi Terhadap Tanah Wakaf Banda Masjid Agung Semarang”, dalam tesis ini permasalahan penelitiannya adalah mengenai skandal penyalahgunaan tanah wakaf milik Masjid Agung Semarang. Dimana kurang lebih 119,1270 ha tanah wakaf milik Masjid Agung Semarang tidak jelas keberadaannya.6

Namun penelitian yang peneliti lakukan terfokus kepada alasan diajukannya pembatalan wakaf dan pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tentang sengketa wakaf dimana dalam perkara yang serupa ternyata masing-masing hakim berbeda dalam memutuskan perkara tentang sengketa wakaf.

E. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

5

Nanda Umi Kalsum, 2010, “Tinjauan Yuridis Tanah Wakaf Studi Kasus Penjaminan Sertifikat Tanah Wakaf Masjid Fathul Qorib Di Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta”, Tesis, Magister Kenotariatan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hlm. 5-6 

6

Ismawati, 2010, “Penyelesaian Sengketa Tanah Wakaf Studi Terhadap Tanah Wakaf Banda Masjid Agung Semarang”, Tesis, Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang, hlm 2-3 

(7)

7 1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya tentang penyelesaian sengketa wakaf.

2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi :

Akademisi : untuk menambah wawasan serta pengetahuan dalam hal memperdalam pengetahuan di bidang hukum Islam khususnya tentang wakaf. Praktisi : dengan adanya penelitian yang membahas tentang alasan diajukannya pembatalan wakaf dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara tentang sengketa wakaf diharapkan adanya tindak lanjut dari para praktisi yang berkaitan untuk dapat melakukan sebuah langkah konkret yang dapat menjamin perlindungan, keadilan serta kepastian hukum.

Masyarakat : meningkatkan kesadaran bagi masyarakat dalam mensertifikatkan tanah wakaf serta mendapatkan pemahaman yang lebih tentang seluk-beluk wakaf.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalahnya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji alasan-alasan diajukannya pembatalan wakaf di Pengadilan Agama.

2. Untuk mengkaji pertimbangan hakim Pengadilan Agama untuk menolak atau menerima gugatan pembatalan wakaf.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari Penelitian yang berjudul Harta Bersama (Telaah Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018) yaitu sebagai berikut: SEMA tersebut menginginkan jangan

Dalam kaitan sebagai sebuah integrasi ekonomi regional SAARC masih terjadi kekurangan-kekurangan di tahap membuat kebijakan bersama dalam menentukan pengurangan

Produksi arang terpadu dengan hasil cuka kayu dari limbah kayu dengan menggunakan tungku drum ganda yang dilengkapi alat pengkondensasi asap berkisar 6,00 - 15,00 kg.. Rendemen

Penilaian anak dan dalam kategori mulai berkembang pada pra tindakan berjumlah 4 orang anak atau 27% sedangkan pada siklus 1 yaitu 11 orang anak, hal ini disebabkan karena

(2) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining (kelas eksperimen)

Adapun judul dari skripsi saya adalah: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Untuk Berkarir Di Bidang Perpajakan ( Studi Empiris Pada Mahasiswa

Rasa syukur dan ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti haturkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa sehingga peneliti dapat

73/kma/hk.01/ix/2015 ten- tang penyumpahan advokat adalah yang ter- penting perlindungan dari warga masyarakat Indonesia serta pendewasaan secara hukum yang dilakukan oleh