• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK DITERBITKANNYA SURAT EDARAN KETUA MAHKAMAH AGUNG NO. 73/KMA/HK.01/IX/2015 TENTANG PENYUMPAHAN ADVOKAT TERHADAP PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK DITERBITKANNYA SURAT EDARAN KETUA MAHKAMAH AGUNG NO. 73/KMA/HK.01/IX/2015 TENTANG PENYUMPAHAN ADVOKAT TERHADAP PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG PENYUMPAHAN ADVOKAT

TERHADAP PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA

Tjandra Sridjaja Pradjonggo

Dosen Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang Jl. Danau Sentani 99 Kota Malang

Abstraksi :

Dengan diterbitkannya surat edaran ketua mahkamah agung no. 73/kma/hk.01/ix/2015 tentang penyumpahan advokat merupakan fenome baru di dunia penegakan hukum di Indonesia, dikeluarkan surat edaran tersebut menjadikan dunia hukum khususnya duni advokat menjadi berubah dari segi penyumpahan, semakin banyaknya organisasi advokat yang akan bermunculan, semakin banyaknya advokat yang akan muncul dengan diberikan legalitas oleh ketua pengadilan tinggi, menjadikan perlindungan hukum yang diharapkan akan semakin baik dan lebih berkwalitas.

(2)

A. Pendahuluan

Diterbitkannya surat edaran ketua mahkamah agung no. 73/kma/hk.01/ix/ 2015 tentang penyumpahan advokat merupakan fenomena baru di dunia penegakan hukum di Indonesia, tentang bagaiamana mekanisme pengangkatan advokat, pengangkatan advo-kat sehingga sesorang bisa diadvo-katakan menja-di advokat memiliki

sarat dan ketentuan yang harus di lampaui oleh para sarjana hukum di In-donesia, advokat yang selama ini menyan-dang predikat profesi yang sangat terhormat di dunia hukum yaitu Officium Nobile (pro-fesi yang terhormat).

Advokat atau pengacara memiliki ke-dudukan yang sama dengan penegak hukum yang lainnya seperti jaksa, hakim maupun polisi, karena bersama-sama menegakkan supremasi hukum yang ada di Indonesia, dengan memiliki posisi yang tinggi dalam hirarki penegakan hukum di Indonesia tentu-nya advokat atau pengacara memiliki ke-banggan serta martabat yang tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi, sebagai seorang pengacara atau advokat tentunya harus miliki kredibilitas yang tidak perlu di-pertanyakan lagi.

Advokat atau pengacara merupa-kan salah satu garda terdepan untuk melindungi kepentingan hukum dari warga negara, baik warga negara yang membutuhkan jasa

hu-kum dan perlindungan huhu-kum dari para ad-vokat atau pengacara, serta warga negara yang menurut ketentuan peraturan perudang-undangan wajib untuk di dampingi oleh advokat atau pengacara,Pada pasal 54 dan 55 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pi-dana tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari advokat pada setiap tingkat pemeriksaan, dan tersangka atau terdakwa berhak untuk memilih sendiri advokatnya, pasal 56 Kitab Undang-Un-dang Hukum Acara Pidana, tersangka atau terdakwa yang diancam dengan pidana penjara 15 tahun atau lebih atau pidana mati atau tersangka atau terdakwa yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun, pejabat yang bersangkutan pada se-tiap tingkat pemeriksaan wajib menunjuk advokat dengan cuma-cuma.1

Sebelum surat edaran ketua mahka-mah agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 ten-tang penyumpahan advokat2 dikeluarkan, semenjak diberlakukannya Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat, terjadi permasalahan terkait dengan legalitas dari advokat atau pengacara untuk dapat beracara atau bersidang di depan majelis hakim, ba-nyak sekali advokat yang masih belum

1

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bab 1, Pasal 54 dan 55

2

Mahkamah Agung, surat edaran ketua mahkamah agung, No. 73/kma/hk.01/ix/2015.

(3)

melakukan sumpah di hadapan ketua pe-ngadian tinggi, karena mereka berasal dari organisasi advokat diluar organisasi advokat Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) yang memiliki legalitas penyumpahan atau yang berhak di sumpah di depan ketua pe-ngadilan tinggi berdasarkan surat edaran ketua mahkamah agung No. 089/KMA/VI/ 2010.3

Terjadinya perdebatan yang begitu panjang dan akhirnya adalah masyarakat sendiri yang dirugikan dari perpecahan orga-nisasi advokat tersebut, masyarakat yang le-bih banyak dirugikan dikarenakan masya-rakatlah yang membutuhkan jasa hukum dari orang-orang yang memiliki pengetahuan hu-kum seperti advokat atau pengacara, per-pecahan ini akhirnya menjadi salah satu alasan dikeluarkannya surat edaran Ketua Mahkamah Agung No. 73/kma/hk.01/ix/ 2015 tentang penyumpahan advokat, yang tidak memberikan batasan penyumpahan ad-vokat berasal dari organisasi manapun yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga bisa di hasilkan banyak penegak hukum seperti advokat yang bisa memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat.

Walaupun akhirnya kembali me-munculkan permasalahan baru setelah surat edaran Ketua Mahkamah Agung No. 73/

3

Mahkamah Agung, surat edaran ketua mahkamah agung, No. 089/KMA/VI/2010.

kma/hk.01/ix/2015 tentang penyumpa-han advokat dikeluarkan, seperti penolakan dari organisasi yang dulunya dianggap wadah tunggal dari profesi advokat atau pengacara, penolakan yang juga beralasan kuat dan me-miliki argumentasi tersendiri dari organisasi yang bersangkutan, dikhawatirkan jika di-berikan kebebasan maka dunia hukum akan semakin tercoreng karena ketidak adanya pe-ngawasan yang ketat dan selaksi yang ketat terhadap calon-calon advokat, sehingga mu-tu dari advokat akan menjadi rendah karena tidak terstadarisasi, dan juga pengawasan da-ri advokat yang menyimpang dada-ri kode etik akan semakin sulit ditanganni dengan mun-culnya banyak organisasi advokat.

B. Pembahasan

1. Dasar Hukum Legalitas Advokat di Indonesia

Undang-Undang No. 18 tentang ta-hun 2003 advokat menjadi dasar secara yu-ridis tentang pengakuan seseorang sah atau tidaknya menjadi seorang advokat, Undang-undang ini adalah salah satu perUndang-undang-un- perundang-dangan yang lahir setelah amandemen un-dang-undang dasar 1945 yang membahas tentang ketentuan-ketentuan yang disaratkan seseorang bisa menjadi seorang advokat dan diberikan hak-haknya untuk menjadi seorang advokat di Indoensia memalui mekanisme tang disyaratkan oleh undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat. Dengan

(4)

diberla-kukannya undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat ini dianggap sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sistem pe-negakan hukum di Indonesia, dimana telah terjadi perubahan yang cukup besar dalam sejarah profesi advokat yang dianggap se-bagai provesi yang begitu legitimet dan ter-hormat di mata hukum.

Berdasarkan undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat ini, profesi ad-vokat semakin diakui eksistensinya sebagai penegak hukum yang sejajar dengan profesi penegak hukum lainnya seperti polisi, jaksa dan hakim.4 Kedudukan advokat atau penga-cara di depan hukum di indonesia sejajar dengan penegak hukum yang lainnya dan tidak kalah dari penegak hukum yang la-innya karena advokat atau pengacar juga dilindungi dengan undang-undang berda-sarkan hak dan kewajiban yang di bebankan kepada para advokat sesuai dengan keten-tuan peraturan perundang-undangan.

Untuk diangkat menjadi seorang ad-vokat tentunya memiliki sarat yang harus di-penuhi oleh seorang sarjana hukum menurut Undang-Undang No. 18 tentang tahun 2003 advokat diantaranya adalah sebagai berikut:5

4Republik Indonesia, Undang-Undang

No. 18 tahun 2003 tentang advokat, Pasal 5 ayat 1

5Republik Indonesia, Undang-Undang

No. 18 tentang tahun 2003 advokat, Pasal 2ayat (1),(2),(3)

Pasal 2. 1. Yang dapat diangkat sebagai Ad-vokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah meng-ikuti pendidikan khusus profesi Advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat. 2. Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat. 3. Salinan surat kepu-tusan pengangkatan Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri.

Pasal 3(1) Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persya-ratan sebagai berikut: 1. Warga negara Re-publik Indonesia, 2. Bertempat tinggal di Indonesia, 3. Tidak berstatus sebagai pega-wai negeri atau pejabat Negara, 4. Berusia sekurang-kurangnya 25 (duapuluh lima) ta-hun, 5. Berijazah sarjana yang berlatar be-lakang pendidikan tinggi hukum sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), 6. Lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat, 7. Magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat, 8. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, 9. Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.6

6

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat, Pasal 3 ayat (1), (2)

(5)

(2) Advokat yang telah diangkat berda-sarkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan prak-tiknya dengan mengkhususkan diri pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundang-un-dangan.

Selain persaratan tersebut diatas seseorang baru bisa dikarakan benar-benar sebagai seorang advokat atau pengacara jika orang tersebut sudah melampaui persyaratan yang penting yaitu prosesi sumpah menurut Undang-Undang No. 18 tentang tahun 2003 advokat seperti tersebut dibawah ini: Pasal 4, 1. Sebelum menjalankan profesinya, Ad-vokat wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili, 2. Salinan berita acara sumpah se-bagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Panitera Pengadilan Tinggi yang bersang-kutan dikirimkan kepada Mahkamah Agung, Menteri, dan Organisasi Advokat.7

2. Kewenangan Pengankatan Profesi Advokat di Indonesia

Kewenangan penyumpahan profesi advokat masih terikat kepada Undang-Un-dang No. 18 tahun 2003 tentang advokat dimana kewenangan tetap diberikan kepada

7

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 18 tentang tahun 2003 advokat, Pasal 4 ayat (1), (2)

ketua pengadilan tinggi untuk menyum-pah calon-calon advokat yang sudah memenuhi kreteria yang disaratkan untuk menjadi ad-vokat berdasarkan ketetapan yang telah di-tentukan dalam Undang-Undang No. 18 ten-tang tahun 2003 advokat, ketua pengadilan tinggi masih memiliki peranan sentral ten-tang legalitas dari advokat yang kalah akan bersidang di depan pengadilan.

Alasan yang melatar belakangi dari dikeluarkannya surat edaran ketua mahka-mah agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 ten-tang penyumpahan advokat diataranya a-dalah:

1. Sebelum beracara di depan pe-ngadilan advokat harus di sumpah terlebih dahulu di depan Ketua Pe-ngadilan Tinggi setempat.

2. Terjadinya perpecahan di organisasi advokat Perhimpunan Advokat Indo-nesia (PERADI) yang dulu dianggap sebagai wadah tunggal dari advokat. 3. Adanya jaminan dari

Undang-Un-dang Dasar Negara Republik Indo-nesia Tahun 1945 hak untuk bekerja dan memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, hak menda-patkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (tidak terkecuali advokat) sesuai

(6)

ke-tentuan Pa-sal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2).8

4. Tenaga advokat dirasakan sangat ku-rang khususnya di daerah-daerah ka-rena banyak advokat yang belum diambil sumpah atau janji sehingga tidak bisa beracara di pengadilan se-dangkan pencari keadilan sangat membutuhkan advokat.

5. Advokat yang telah bersumpah atau berjanji di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukum-nya, sebelum maupun sesudah ter-bitnya Undang-Undang Advokat, te-tap dapat beracara di pengadilan de-ngan tidak melihat latar belakang or-ganisasinya.

6. Terhadap advokat yang belum ber-sumpah atau berjanji, Ketua Pe-ngadilan Tinggi berwenang mela-kukan penyumpahan terhadap advo-kat yang memenuhi persyaratan da-lam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Un-dang No. 18 tahun 2003 tentang ad-vokat atas permohonan dari beberapa organisasi advokat yang menga-tasnamakan PERADI dan pengurus organisasi advokat lainnya.

8Republik Indonesia, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2).

7. Kepengurusan advokat yang dapat mengusulkan pengambilan sumpah atau janji harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan da-lam Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat selain yang ditentukan dalam angka 6 tersebut di atas.

8. dengan diterbitkannya surat ini, ma-ka Surat Ketua MA Nomor 089/ KMA/VI/2010 tanggal 25 Juni 2010 perihal Penyumpahan Advokat dan Surat Nomor 052/KMA/HK.01/III/ 2011 tanggal 23 Maret 2011 perihal Penjelasan Surat Ketua MA Nomor 089/KMA/VI/2010 dinyatakan tidak berlaku.

Trobosan hukum yang dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung terlihar jelas bah-wasannya setelah surat edaran ketua mah-kamah agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 ten-tang penyumpahan advokat diterbitkan maka akan berimplikasi terhadap semakin ba-nyaknya organisasi yang akan bermunculan dan semakin banyaknya advokat-advokat dari organiasai selain Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI), karena telah dibuka-kannya dan diberikan kewenangan yang besar kepada ketua pengadilan tinggi untuk mengambil sumpah dari calon-calon advokat tanpa harus melihat latar belakang organisasi mana mereka berasal.

(7)

3. Perlindungan Hukum Oleh Advokat Pada Mayarakat

Kebutuhan yang begitu besar dari masyarakat menganai perlindungan hukum merupakan urgensi yang tidak bisa ditawar lagi, masyarakat yang buta akan hukum yang ada di Indonesia maka hak-hak dari masyarakat harus dilindungi oleh orang-orang yang mengerti akan hukum, salah satu yang dianggap mengerti akan hukum serta bisa memberikan perlindungan hukum ada-lah advokat atau pengacara yg bisa mem-berikan masukan nasehat serta perlindungan terhadap hak-hak dari masyarakat terkait de-ngan permasalahan hukum dan bisa mem-berikan penjelasan sekitar hukum yang ada di Indonesia.

Masyarakat yang bisa dipastikan se-bagian besar masih buta dan awam terhadap dunia hukum yang ada di Indonesia mem-butuhkan bantuan serta tempat untuk ber-tanya terhadap permasalahan-permasalah hu-kum yang ada di Indonesia, masyarakat In-donesia saat ini tentunya mengalami banyak permasalahan hukum yang tentunya harus dilindungi hak-haknya, permasalahan hukum oleh orang-orang yang membutuhkan perlin-dungan hukum mutlak membutuhkan orang-orang yang mengerti tentang hukum.

Advokat atau pengacara yang diang-gap mengerti akan hukum harus menun-jukkan peranannya dalam memberikan per-lindungan serta pencerahan hukum kepada

masyarakat, posisi penanganan serta pene-gakan hukum prinsipnya adalah harus dapat memberikan sebuah manfaat atau memiliki daya guna bagi kehidupan masyarakat, di samping itu masyarakat juga harus meng-harapkan adanya penegakan hukum yang adil untuk dapat mencapai keadilan yang diharapkan oleh masyarakat.

4. Pro dan Kontra Surat Edaran Ke-tua Mahkamah Agung No. 73/kma/hk.01/ ix/2015 Tentang Penyumpahan Advo-kat

Dari setiap kebijakan yang dike-luarkan tentunya akan ada imlikasi dibe-lakangnya mengenai kebijakan yang di-keluarkan tersebut, tidak terkecuali dengan dikeluarkannya surat edaran Ketua Mah-kamah Agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 tentang penyumpahan advokat yang juga memunculkan kan pro dan kontra dalam pe-laksanannya, sehingga tentunya akan me-munculkan berbagai macam tanggaan baik yang positif maupun negatif dari surat eda-ran ketua Mahkamah Agung No. 73/kma/ hk.01/ix/2015 tentang penyumpahan advo-kat.

Dampak Positif

Surat edaran ketua Mahkamah Agung no. 73/kma/hk.01/ix/2015 tentang pe-nyumpahan advokat tentunya akan memiliki implikasi yang cukup luas dari dunia profesi advokat di Indonesia dengan dikeluarkannya

(8)

surat edaran tersebut tentunya menjadi fe-nomena baru, terdapat implikasi yang luas dari dikeluarkannya surat edaran ketua Mah-kamah Agung tersebut diantaranya adalah:

1. Semakin banyaknya profesi advokat atau pengacara

2. Semakin mudahnya perlindungan hu-kum yang bisa didapatkan dari jasa advokat atau pengacara oleh masya-rakat

3. Tersebar dan meratanya profesi advokat di seluruh wilayah Indonesia

4. Semakin mudahnya masyarakat untuk mencari perlindungan hukum dari jasa advokat atau pengacara.

5. Semakin terjaminnya perlindungan hu-kum dari masyarakat yang membutuh-kan jasa hukum

6. Masyarakat semakin mengerti akan hu-kum karena banyaknya advokat atau pe-ngacara di sekitar masyarakat.

7. Tidak perlu lagi ada perselisihan menge-nai legalitas advokat karena berbeda or-ganisasi advokat.

Dampak Negatif

1. Tidak terkendalinya jumlah advokat yang ada di Indonesia sehingga peman-tauan jumlah advokat yang akan sulit di-lakukan

2. Standarisasi advokat yang berbeda-beda setiap organisasi advokat

3. Mutu advokat yang di pertanyakan ka-rena tidak ada standarisasi yang sama

4. Semakin mudahnya untuk menjadi ad-vokat yang mengakibatkan adad-vokat akan tidak terkontrol perilaku diluar per-sidangan

5. Mudahnya advokat berpindah organisasi 6. Perlindungan terhadap advokat oleh

or-ganisai yang tidak tersentral.

Berbagai macam pro dan kontra dari keluarnya SEMA tersebut tentunya terdapat pro dan kontra serta ada dampak positif dan negatif, di satu sisi masyarakat lebih terlin-dungi dan banyak pilihan terhadap pe-nanganan hukum masyarakat yang mem-butuhkan jasa advokat, di sisi lain stan-darisasi serta pemantauan advokat akan sulit dilakukan karena banyaknya organisasi ad-vokat dan mudahnya adad-vokat untuk memi-liki organisasi lebih dari satu organisasi ad-vokat, sehingga dikhawatirkan akan banak advokat nakal yang bisa menghidar dari ke-wajibannya berdasarkan Undang-Undang No. 18 tentang tahun 2003 advokat.

C. Penutup

Dengan diterbitkannya surat edaran Ketua Mahkamah Agung No. 73/kma/hk.01/ ix/2015 tentang penyumpahan advokat ten-tunya benyak sekali mengalami pertentangan maupun dukungan yang dilakukan oleh berbagai macam pihak yang berkepentingan khususuya organisasi advokat yang ada di Indonesia yang saling memiliki argumentasi masing-masing yang kesemuanya memiliki

(9)

kekuatan alasan yang sama-sama kuat, baik dari organisasi yang dulu dianggap sebagai organisasi yang legal dan tunggal seperti perhim-punan advokat Indonesia (PERADI) mau-pun dari organisasi yang lainya seperti dari kongres advokat Indonesia (KAI) dari per-satuan advokat Indonesia (PERADIN) kesemuanya memiliki alasan yang sama-sama kuat.

Sejak awal di undangkannya Un-dang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang ad-vokat sudah mengalami benyak sekali peno-lakan dari berbagai pihak yang sama-sama mengaku sebagai wadah tunggal dari advo-kat yang sama-sama mengaku memiliki le-galitas yang sah sebagai wadah tunggal ad-vokat di Indonesia, sejak dikeluarkannya surat edaran Ketua Mahkamah Agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 tentunya memberikan terobosan yang baru di dunia profesi advokat khususnya dan dunia hukum di Indonesia pada umumnya, yang memberikan peluang yang seluas-luasnya para sarjana hukum un-tuk mengabdi memberikan pencerahan hu-kum kepada masyarakat di Indeonesia.

Sampai pada saat ini Undang-Un-dang No. 18 tentang tahun 2003 advokat ma-sih menjadi dasar secara yuridis formal ten-tang pengakuan seseorang sah atau tidaknya menjadi seorang advokat untuk beracara di-depan persidangan di Indonesia, setiap pro-sedur yang diisaratakan dalam undang-un-dang No. 18 tentang tahun 2003 advokat

ha-rus dipenuhi sehingga legalitas seseorang untuk beracara tidak perlu di ragukan lagi, advokat akan dilindungi secara hukum ter-hadap setiap perbuatan maupun tindakan yang dilakukan untuk membela kepantingan dari klien yang juga di lindungi dengan adanya undang-undang no 18 tahun 2003 tentang advokat.

Dari kesemaunya pro dan kontra dari dikeluarkananya surat edaran Ketua Mahka-mah Agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 ten-tang penyumpahan advokat adalah yang ter-penting perlindungan dari warga masyarakat Indonesia serta pendewasaan secara hukum yang dilakukan oleh para orang-orang yang mengerti tentang hukum, dengan semakin banyaknya advokat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia diharapkan akan semakin banyak pula kepentingan hukum dari setiap warga masyarakat yang terlindungi secara hukum dengan adanya advokat, semngat dari surat edaran Ketua Mahkamah Agung No. 73/kma/hk.01/ix/2015 harus di hormati terle-pas dari pro dan kontara dari keluarnya surat edaran tersebut.

Harus kita ambil sisi positif dari keluarnya surat edaran tersebut yang ingin menigkatkan kwalitas dari perlindungan hu-kum kepada masyarakat, serta memberikan serta menegakkan amanat dari Undang-Un-dang Dasar Negara Republik Indonesia ta-hun 1945 tentang hak setiap orang untuk mendapatkan penghidupan yang layak, pada

(10)

intinya adalah masyarakat yang harus diu-tamakan untuk dapat merasakan perlindung-an hukum dperlindung-angperlindung-an adperlindung-anya advokat, dengperlindung-an banyaknya advokat ini kwalitas dari perlin-dungan hukum diharapkan semakin banyak dan merata.

DAFTAR PUSTAKA A. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Un-dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia, Undang-Un-dang No. 18 tahun 2003 tentang advokat, Jakarta: Sekretariat Negara.

Mahkamah Agung, surat edaran ke-tua mahkamah agung, No. 089/KMA/VI/ 2010, Jakarta: Sekertariat Mahkamah Agung.

Mahkamah Agung, surat edaran ketua mahkamah agung No. 73/kma/hk.01/ix/ 2015,Jakarta: Sekertariat Mahkamah Agung.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan subsektor industri ekstil dan garmen yang

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, baik simultan maupun parsial besarnya pengaruh indeks harga saham bursa global, yang terdiri

Adapun personel yang ditugaskan dalam kegiatan short term training untuk Radar Antenna Technician adalah 1 orang peneliti dari BPOL yaitu Teguh Agustiadi, S.T dan 1

Pelanggaran oleh petugas parkir yang sering ditemui adalah petugas tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa parkir sebagai bukti pembayaran retribusi sebagaimana

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hasim selaku petugas PK Bapas Kelas I Makassar yang menangani klien anak yang mendapatkan pembinaan di BRSAMPK Toddopuli Makassar,

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan