• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGETAHUAN AWAL SISWA DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP GAYA BELAJAR SISWA SERTA IMPLIKASINYA PADA HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI : Survei di SMA Negeri dan Swasta di Kota Sukabumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGETAHUAN AWAL SISWA DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP GAYA BELAJAR SISWA SERTA IMPLIKASINYA PADA HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI : Survei di SMA Negeri dan Swasta di Kota Sukabumi."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1.LatarBelakang………... 1

1.2.RumusanMasalah……… 11

1.3.TujuandanManfaatPenelitian……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS……… 14

2.1. KajianPustaka………. 14

2.1.1. KonsepBelajar……….. 14

2.1.2. TeoriBelajar……….. 16

2.1.3. KonsepHasilBelajar……… 27

2.1.3.1. Faktor yang MempengaruhiHasilBelajar... 28

2.1.3.2. JenisdanIndikatorHasilBelajar………… 30

2.1.4. Pengetahuanawal……….. 32

2.1.4.1. KonsepPengetahuanAwal……….. 32

2.1.4.2. Jenis-jenisPengetahuanAwalSiswa……... 37

2.1.4.3. IdentifikasiPengetahuanAwalSiswa…….. 40

2.1.4.4. DimensiEntering Behavior………. 41

2.1.5. IklimSekolah………. 41

2.1.5.1. KonsepIklimSekolah……….. 41

2.1.5.2. PengertianIklimSekolah………. 43

2.1.5.3. UrgensiIklimSekolah……….. 43

2.1.5.4. DimensiPengukuranIklimSekolah………. 45

2.1.5.5. GambaranIklimSekolah……….. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 78

3.1. ObjekPenelitian……… 78

(2)

3.3. PopulasidanSampel……….. 79

3.4. OperasionalisasiVariabel……… 84

3.5. TeknikPengumpulan Data……… 85

3.6. TeknikSkoring………. 85

3.7. PengujianInstrumenPenelitian……… 86

3.7.1. Korelasi Item-Total danKorelasi Item-Total Dikoreksi……… 87

3.7.2. Koefisien Alpha Cronbach………. 89

3.8. TeknikAnalisis Data……… 91

3.8.1. AnalisisDeskriptifVariabel………... 92

3.8.2. Path Analisis……….. 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 99

4.1. HasilPenelitian……… 99

4.1.1. DeskripsiLokasiPenelitian………. 99

4.1.1.1. Deskripsi Kota Sukabumi……… 99

4.1.1.2. JumlahSiswa SMA NegeridanSwasta Kota Sukabumi……….. 100

4.1.2. DeskripsiRespondenPenelitian……… 101

4.1.2.1. DeskripsiRespondenBerdasarkanJenisK elamin……….. 101

4.1.2.2. DeskripsiRespondenBerdasarkanusia…. 102 4.1.3. DeskripsiVariabelPenelitian……….. 103

4.1.3.1. DeskripsiVariabelPengetahuanAwal…… 103

4.1.3.2. DeskripsiVariabelIklimSekolah……….. 104

4.1.3.3. DeskripsiVariabel Gaya BelajarSiswa….. 107

4.1.3.4. DeskripsiVariabelHasilBelajarSiswa….. 109

4.2. PengujianHipotesis………..… 110

4.3. Pengujian Model Strukturaldibedakanmenurut Gaya BelajarSiswa………...………….. 117

4.4. Pengujian Model StrukturaldibedakanmenurutSMA negeridanswasta……… 119 4.5. Perbandingan Model Fit Summary……… 121

4.6. Pembahasan……… 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……. 138

5.1. Kesimpulan……….. 138

5.2. Rekomendasi……… 140

(3)
(4)

BAB I PENDAHULAN

1.1.Latar Belakang

Persoalan paling mendasar yang dihadapi oleh siswa IPS di sekolah

khususnya di sekolah lanjutan tingkat atas adalah rendahnya hasil belajar siswa

IPS dibandingkan dengan siswa IPA, dan rata-rata hasil belajar siswa IPS tidak

selalu stabil di atas rata-rata nilai minimum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Winda Aprillia (2011) juga dalam penelitiannya mengatakan bahwa “hasil belajar

siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Grogol masih tergolong rendah

karena jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas standar Ketuntasan Belajar

Minimum masih sedikit”, hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Sarwastuti Novia (2012) bahwa “rendahnya hasil belajar IPS siswa terutama

disebabkan oleh faktor guru”.Nu‟man Somantri (2001:132) bahwa kendala dalam

upaya pembaharuan pendidikan IPS ini diantaranya keahlian akademik, fasilitas

belajar, mutu buku pelajaran serta administrasi dan manajemen.

Hasil belajar siswa merupakan output dari proses belajar yang ia jalankan

di sekolah. Semakin tinggi hasil belajar yang didapatkan, maka diindikasi semakin

(5)

kualitas sumber daya tapi tidak dibarengi dengan kualitas pendidikan. Hal ini

mengakibatkan kesenjangan antara tuntutan masyarakat dan dunia pendidikan.

Sejak tahun ajaran 2010/2011, Indonesia menetapkan standar nilai

kelulusan siswa SMA berdasarkan nilai akhir yaitu komposisi nilai UN dan nilai

sekolah (nilai rapor semester 3,4,5 dan nilai ujian sekolah) masing-masing sebesar

40% dan 60%. Ini merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk

mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mengintervensi nilai ujian nasional

ataupun upaya untuk tetap memberikan penilaian terhadap proses siswa di

sekolah. Adapun komposisi nilai tersebut pada jenjang SMA di Kota Sukabumi

dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Rata-rata Nilai UN Ekonomi, Nilai Sekolah dan Nilai Akhir Program IPS SMA di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2010/2011

No. Nama Sekolah UN NS NA

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, diolah

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat nilai akhir kelulusan siswa SMA di

kota Sukabumi mencapai nilai diatas rata-rata, tapi nilai akhir tersebut mendapat

(6)

berdasarkan proses belajar mengajar yang kemungkinan besar masih adanya

intervensi dari guru mata pelajaran.

Adapun nilai rata-rata ujian nasional (UN) SMA negeri dan swasta di Kota

Sukabumi berdasarkan program pilihan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Nilai Hasil UN SMA Tahun Pelajaran2010/2011 Kota Sukabumi

Nama Sekolah Nilai Rata-rata UN Program IPA

SMA Hayatan Thayyibah 9,12 8,33

SMA K BPK Penabur 7,76 7,79

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, diolah

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan nilai

rata-rata ujian nasional SMA di Kota Sukabumi melebihi standar nilai kelulusan siswa

yang ditetapkan pemerintah pusat, tetapi nilai rata-rata nilai UN program IPS

lebih rendah di bandingkan dengan rata-rata nilai UN program IPA.

Hingga saat ini pandangan orang tua, sikap dan perhatian siswa terhadap

ilmu sosial masih rendah jika dibandingkan dengan pandangan mereka terhadap

ilmu alam. Begitu juga dengan tuntutan orang tua kepada anaknya supaya masuk

program IPA, padahal anak tersebut mempunyai minat terhadap ilmu sosial.

(7)

mementingkan isi daripada proses sehingga tidak diarahkan pada pembelajaran

yang bermakna yang berfungsi bagi kehidupan sehari-hari (meaningfull learning).

Menurut Sardiman (dalam Pos Kota, 2011), selama ini ilmu-ilmu sosial

mendapatkan perlakukan kurang adil. Ilmu ini seolah ditempatkan pada peringkat

atau kelas dua dalam tataran keilmuan. Termasuk pada lembaga pendidikan level

SMA dan perguruan tinggi. salah satu buktinya, lomba keilmuan lebih banyak

pada ilmu eksakta (sains) dan tidak pernah melombakan ilmu sosial. Padahal

tanpa ilmu sosial, Negara ini juga tidak bisa dijalankan dengan baik. Sebab

ilmu-ilmu sosial tidak sebatas mempelajari gejala dan aturan yang berlaku ditengah

masyarakat secara sempit, tetapi juga menyangkut bagaimana seseorang menjadi

warga Negara yang baik, bagaimana mengatur Negara dan bagaimana

berdemokrasi.

Kajian dari ilmu sosial salah satu diantaranya adalah ilmu ekonomi, dalam

dunia pendidikan mata pelajaran ekonomi SMA berfungsi mengembangkan

kemampuan siswa untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan

dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam

memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat

(Depdiknas, 2003). Inilah yang menjadi acuan pendidikan ekonomi di sekolah

agar hasil pembelajaran dari segi kognitif, afektif dan psikomotor tidak terlepas

dari nilai-nilai falsafah Negara.

Ilmu ekonomi mempelajari analisis tentang cost and benefit untuk

membantu manusia untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Hal ini

(8)

memperbaiki pola alokasi sumber-sumber produktif yang tersedia. Maka sistem

ekonomilah yang dapat memecahkan masalah fundamental tersebut dengan cara

yang berbeda-beda tergantung sistem nilai dan budaya yang dianut masyarakat

(Samuelson, 2001:2-18).

Pendidikan merupakan satu cara seseorang untuk memperoleh kehidupan

lebih baik di masa yang akan datang. Perilaku, wawasan, keahlian dan

keterampilan manusia dengan nilai-nilai tersebut merupakan subjek dari konsepsi

sumber daya manusia (human capital). Teori human capital meganggap bahwa

tenaga kerja merupakan pemegang kapital (capital holder) yang tercermin dalam

keterampilan, pengetahuan dan produktivitas kerjanya. Jika tenaga kerja

merupakan pemegang kapital, orang dapat melakukan investasi untuk dirinya

dalam rangka memilih profesi atau pekerjaan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan hidupnya (Nanang Fattah, 2009:18).

Keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai

ekonomi atau uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, disamping memiliki

nilai ekonomi juga memiliki nilai sosial. Dalam pengukuran dampak pendidikan

terhadap keuntungan ekonomi atau pendapat seseorang dari produktivtas yang

dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi bahwa produktivitas

seseorang dianggap merupakan fungsi dari keahlian dan keterampilan yang

diperoleh dari pendidikan. Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator

dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu dapat tidaknya seorang

lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dapat tidaknya memperoleh

(9)

konteks sosial, budaya dan politik (Nanang Fattah, 2009:28). Dari

indikator-indikator penentu tersebut maka dapat disimpulkan, jika seorang idividu tidak

dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik maka keuntungan pendidikan

tidak dapat diperoleh dengan maksimal.

Tujuan mata pelajaran ekonomi SMA dan MA pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut :

1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan Negara.

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.

3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.

(Panduan Penyususnan KTSP: 2006)

Pendidikan ekonomi di sekolah pada kenyataannya lebih mengarah pada

bagaimana cara mentransfer konsep-konsep ekonomi kapitalis, tidak

mengedepankan nilai-nilai sosial ekonomi untuk membantu siswa dalam

menyelesaikan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini bertentangan

dengan UU Sisdiknas tahun 2003 tentang fungsi pendidikan nasional.

Undang-Undang No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa:

(10)

berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari tujuan nasional tersebut maka seluruh jalur, jenjang dan jenis

pendidikan di Indonesia harus memiliki konsekuensi yang sama yaitu bermuara

kepada tujuan pendidikan nasional yang dapat mengembangkan Sumber Daya

Manusia (SDM) secara terarah, terpadu, dan menyeluruh dengan melalui

berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen yang ada secara

optimal sesuai dengan potensinya dalam membentuk manusia Indonesia

seutuhnya.

Peningkatan sumber daya manusia juga dapat dilakukan dengan perbaikan

kualitas pendidikan disegala jenjang pendidikan. Akan tetapi untuk memperbaiki

semua itu tidak semudah apa yang kita bayangkan, banyak sekali kendala-kendala

yang dihadapi.

Bila dikaji lebih dalam mengenai kendala yang dihadapi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dilihat dari proses pembelajaran di sekolah

memang sulit untuk dirinci, karena kendala-kendala yang menyangkut pada

keefektivan proses pembelajaran itu saling berkaitan. Misalnya dapat kita lihat

pada pengetahuan awal siswa mengenai materi ekonomi, pengetahuan awal

merupakan proses konstruksi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang

dapat memberikan kontribusi untuk penerimaan materi selanjutnya. Kemampuan

kognitif atau kemampuan penalaran yang tinggi akan membantu siswa dapat

belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif sedang.

(11)

Slameto (2010:54) memaparkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar antara lain dikelompokan menjadi dua yaitu internal dan eksternal seperti

dijelaskan berikut ini:

1. Faktor Intern

a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh

b) Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan, motivasi, dan kesiapan

a) Faktor kelelahan

2. Faktor Ekstern

a) Faktor Keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan

b) Faktor Sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat yang turut berpengaruh seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Lingkungan siswa adalah tempat di sekitar siswa untuk berinteraksi

dengan orang lain maupun melakukan kegiatan, baik kegiatan sehari-hari maupun

kegiatan belajar. Maka lingkungan siswa akan berpengaruh terhadap prestasi

belajarnya. Menurut Slameto (2010:76), untuk dapat belajar yang efektif

diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya:

1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.

2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.

3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

Lingkungan sekolah yang kurang kondusif tidak seluruhnya dipengaruhi

(12)

proses belajar dan prestasi belajar. Interaksi guru dengan siswa maupun siswa

dengan siswa dan unit sosial lainnya pun akan mempengaruhi gaya belajar siswa

yang berdampak pada keefektifan hasil belajar. Kondisi iklim sekolah yang

memadai dan menyenangkan akan menimbulkan gaya belajar siswa sehingga

siswa akan memperoleh hasil belajar yang optimal. Sebaliknya, tanpa adanya

kondisi lingkungan sekolah yang memadai dan menyenangkan akan menimbulkan

rendahnya minat dan mempengaruhi gaya belajar siswa sehingga hasil yang

dicapai tidak optimal. Hali ini sesuai dengan aliran empirisme yang menyatakan

bahwa “…dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali

ditentukan oleh lingkungan nya…” (Ngalim Purwanto, 2011:59).

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, tidak lepas

dari peranan guru yang senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang

diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa (yang terutama), sesama

guru maupun dengan staf lainnya. Peranan guru sebagai motivator ini penting

artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan

belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta

reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya

(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika proses

belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam

interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang

membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti

(13)

Hukum konvergensi yang dikemukakan oleh Withelm Stem dikutip dari

Ngalim Purwanto (2011:60) yang menyatakan bahwa „pembawaan dan

lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia‟.

Selain itu pun karakter peserta didik, dari setiap peserta didik memiliki

perilaku yang berbeda dalam menerima sebuah materi ekonomi. Gaya belajar

yang dimilikinya akan menjadi faktor pendorong atas minat yang muncul dari

dalam diri untuk dapat menerima materi seutuhnya sehingga tercapai efektivitas

hasil belajar.

Beberapa penelitian yang bermaksud mengidentifikasi gaya belajar

mahasiswa menurut Tanta (2010) “…menunjukkan bahwa 73 % gaya belajar

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa karena kecenderungan

kepuasan sebagian besar mahasiswa diukur dari kelulusan pada mata kuliah dari

pada pemahaman terhadap isi mata kuliah”.

Hasil lain menunjukkan bahwa mahasiswa dengan gaya belajar yang mirip

dosen pengampu matakuliah tertentu, cenderung memiliki kinerja yang lebih baik

atau lebih tinggi tingkat kepuasannya (Gaiger dalam Tanta, 2010:8).

Mengacu pada uraian di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar yang

dicapai seseorang merupakan hasil dari usaha yang disadari dilihat dari penilai

yang diberikan guru pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan masalah-masalah

yang terjadi di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pengetahuan Awal Siswa dan Iklim Sekolah terhadap Gaya

Belajar Siswa serta Implikasinya pada Hasil Belajar Mata Pelajaran

(14)

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah

untuk penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap efektivitas

gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

2. Bagaimanakah pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap efektivitas gaya

belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

3. Bagaimanakah pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap tingkat

hasil belajar mata pelajaran ekonomi?

4. Bagaimanakah pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap tingkat hasil

belajar mata pelajaran ekonomi?

5. Bagaimanakah pengaruh efektivitas gaya belajar siswa terhadap tingkat hasil

belajar mata pelajaran ekonomi?

6. Bagaimanakah tingkat pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran

ekonomi?

7. Bagaimanakah kondusivitas iklim sekolah pada mata pelajaran ekonomi?

8. Bagaimanakah efektivitas gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

(15)

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap

efektivitas gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri

dan Swasta di Sukabumi.

2. Untuk mengetahui pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap efektivitas

gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta

di Sukabumi.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap tingkat

hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di

Sukabumi.

4. Untuk mengetahui pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap tingkat

hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di

Sukabumi.

5. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas gaya belajar terhadap tingkat hasil

belajar pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di

Sukabumi.

6. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran

ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di Sukabumi.

7. Untuk mengetahui kondusivitas iklim sekolah pada mata pelajaran ekonomi

di SMA Negeri dan Swasta di Sukabumi.

8. Untuk mengetahui efektivitas gaya belajar siswa pada mata pelajaran

(16)

9. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di

SMA Negeri dan Swasta di Sukabumi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh pengetahuan awal siswa dan iklim sekolah (variabel independen), terhadap gaya belajar (variabel antara) serta hasil belajar (variabel dependen) pada mata pelajaran ekonomi.

2. Secara Praktis

a. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pengetahuan awal siswa dan iklim sekolah (variabel independen), terhadap gaya belajar (variabel antara) serta hasil belajar (variabel dependen) pada mata pelajaran ekonomi.

b. Untuk dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tingkat hasil belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi, sebagai variabel dependen. Pengetahuan awal siswa dan iklim

sekolah sebagai variabel independen. Gaya belajar siswa menjadi variabel antara.

Unit analisis dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS SMA Negeri dan

swasta di kota Sukabumi.

3.2.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan

untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji

hipotesis. Adapun metode dalam penelitian ini adalah metode survei eksplanatori.

Penelitian survei menurut Masri Singarimbun (2008:3) adalah penelitian

yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpul data yang pokok. Menurur Klinger dalam Riduwan (2010:49)

menyatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada

populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel

yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,

distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Penelitian eksplanatori adalah penelitian bertujuan untuk menguji suatu

teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesisi

(18)

diketahui bagaimana korelasi antara dua atau lebih variabel baik pola, arah, sifat,

bentuk maupun kekuatan hubungannya.

3.3.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Wiratna Sujarweni (2012:13) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa

kelas XI program IPS SMA di Kota Sukabumi sebanyak 1104 siswa. Populasi

siswa kelas XI jurusan IPS dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Populasi Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA di Kota Sukabumi

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SMA NEGERI 1 108

2 SMA NEGERI 2 152

3 SMA NEGERI 3 89

4 SMA NEGERI 4 171

5 SMA NEGERI 5 136

6 SMA ADVENT 9

7 SMA HAYATAN THAYYIBAH 15

8 SMA K BPK PENABUR 12

9 SMA MARDI YUANA 119

10 SMA MUHAMMADIYAH 89

11 SMA NURUL KAROMAH 13

12 SMA PASUNDAN 22

13 SMA PELITA 31

14 SMA PGRI 1 23

15 SMA TAMAN SISWA 86

16 SMA YAD 29

JUMLAH 1104

(19)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan

tertentu yang akan diteliti. Menurut Riduwan (2010:56) yang dimaksud

menggeneralisasikan sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai

suatu yang berlaku bagi populasi. Pengambilan sampel bila populasi sudah

diketahui dengan menggunakan rumus berikut:

1 N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan = 0,05

Dari hasil diatas dibulatkan menjadi 294 siswa.

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode

stratified random sampling, menurut Singarimbun (2008:162) stratified random sampling yaitu metode pengambilan sampel yang bertujuan agar dapat

menggambarkan secara tepat sifat populasi yang heterogen. Yang dilakukan

(20)

a. Sampel kelas

Dalam penarikan sampel kelas dilakukan secara purposif, dimana yang

menjadi sampel adalah siswa kelas XI jurusan IPS.

Tabel 3.2

Sampel Kelas XI Jurusan IPS

Nama sekolah Jumlah ruang kelas XI IPS

Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional, dimana setiap

siswa diambil sampel secara random. Adapun rumus untuk menentukan

ukuran sampel adalah sebagai berikut:

Dimana:

ni : ukuran sampel

(21)

Tabel 3.3

Sampel Siswa Kelas XI IPS

(22)

XI IPS 2 34

7 SMA HAYATAN THAYYIBAH

XI IPS 1 15

10 SMA MUHAMMADIYAH

(23)

16 SMA YAD

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data Pengetahuan awal lingkungan yang ada pada diri siswa.

Data diperoleh dari pihak sekolah tentang nilai rapor mata pelajaran ekonomi kelas X semester 1.

Iklim sekolah

(X2)

Kondusivitas iklim sekolah

Keadaan atau suasana psikologis yang tercipta di lingkungan sekolah

1) Interaksi anatara siswa yang satu dengan yang lain

2) Interaksi antara guru dengan siswa 3) Interaksi antara siswa

dengan personil yaitu persiapan siswa, cara mengikuti belajar, aktivitas mandiri, pola siswa dan cara siswa mengikuti ujian

Data diperoleh dari kuisioner yang meliputi aspek gaya belajar yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu visual learners,

auditory learners dan kinesthetic learners yang

diukur dengan skala likert.

Hasil Belajar

(Y2)

Tingkat hasil belajar Suatu gambaran pengetahuan atau

keterampilan yang dikuasai para peserta didik dalam mamahami mata pelajaran ekonomi disekolah

(24)

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:

1. Angket, Yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat

pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi

sampel dalam penelitian.

2. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan

3.6.Teknik Skoring

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Sugiyono

(2010:134) menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyususn item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Data yang diperoleh dari skala

tersebut adalah berupa data interval sehingga untuk keperluan perhitungan analisa

maka data tersebut relevan.

Dalam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu butir-butir

pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral atau negatif, sehingga

responden dapat menjawab dengan konsisten. Untuk keperluan analisis

(25)

1. Selalu/sangat positif diberi skor 5

2. Sering/positif diberi skor 4

3. Kadang-kadang/netral diberi skor 3

4. Hampir tidak pernah/jarang diberi skor 2

5. Tidak pernah diberi skor 1

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai

pengetahuan awal siswa, iklim sekolah, terhadap gaya belajar siswa dan

implikasinya terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi dengan

menyebarkan angket sebagai instrumen penelitian karena instrumen merupakan

suatu alat pengukuran pengetahuan, keterampilan, sikap dan dapat berupa tes,

angket atapun dengan wawancara.

Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan tidak diragukan

kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah

terhadap kuesioner yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam

tes, yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.

Validitas menunjukan kemampuan instrumen penelitian mengukur dengan

tepat dan benar apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukan

keajegan, kemantapan dan kekonsistenan suatu instrumen penelitian mengukur

apa yang diukur.

Dalam praktik penelitian, dari sekian metode yang ada pada umumnya

para peneliti biasa menggunakan korelasi item-total (item-total correlation) dan

atau korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation) sebagai

statistik uji validitas. Sedang pengujian reliabilitas, para peneliti biasa

(26)

membantu pengujian validitas dan reliabilitas ini peneliti menggnakan bantuan

software statistik SPSS versi 19.

3.7.1. Korelasi Item-Total dan korelasi Item-Total Dikoreksi

Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut

menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya

tes tersebut.

y = skor keseluruhan item responden uji coba

Item pertanyaan atau pernyataan diindikasi memiliki validitas apabila skor

item tersebut berkorelasi secara positif dan signifikan (nilai P-hitung ≤0,05)

dengan skor totalnya. Jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor total

tidak signifikan (nilai P-hitung > 0,05) atau bernilai negatif hal tersebut

menunjukan item yang bersangkutan tidak valid.

Alternatif lain untuk menguji validitas internal setiap item adalah korelasi

item-total dikoreksi. Koefisien korelasi item-total dikoreksi digunakan jika jumlah

item yang diuji relatif kecil, yaitu kurang dari 30. Alasannya adalah dengan

jumlah item kurang dari 30 dan uji validitas digunakan koefisien korelasi

(27)

Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya tumpang tindih atau pengaruh

kontribusi masing-masing skor item terhadap jumlah skor total. Untuk

menghilangkan efek spurious overlap maka koefisien korelasi item-total perlu

dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dan skor

total. Didefinisikan sebagai berikut:

� − � = � −

( )2+ ( )2 2 ( )( )( )

Dimana:

� = koefisien korelasi item-total

= simpangan baku skor setiap item pertanyaan = simpangan baku skor total

Patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25

sebagai validitas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua item

pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total dikoreksi

sama atau lebih besar dari 0,25 diindikasikan memiliki validitas internal yang

memadai, dan kurang dari 0,25 diindikasikan item tersebut tidak valid. Perlakuan

terhadap item pertanyaan yang tidak memenuhi syarat validitas biasanya di drop

dari kuisioner penelitian. Artinya, item yang tidak valid tersebut tidak

diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya.

(28)

Tabel 3.5

Rekapitulasi Pengujian Validitas Variabel Iklim Sekolah

No.Item Keputusan

1-8, 10, 13-15, 17-22 Valid

9, 11, 12, 16 Tidak Valid

Sumber : Lampiran C

37 item soal variabel gaya belajar yang diujikan, dinyatakan 31 item soal valid karena nilai korelasi item–total dikoreksi ≥ 0,25 dan sebanyak 6 item soal dinyatakan

tidak valid karena nilai korelasi item –total dikoreksi < 0,25.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Pengujian Validitas Variabel Gaya Belajar

No.Item Keputusan

1, 2, 4-6, 9-20, 22, 24-36 Valid 3, 7, 8, 21, 23, 37 Tidak Valid

Sumber : Lampiran C

Data selengkapnya mengenai hasil validitas instrument penelitian dapat

dilihat pada lampiran C.

3.7.2. Koefisien Alpha Cronbach

Tes reliabilitas adalah tes yang digunakan dalam penelitian untuk

mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat

ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan

gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang

berbeda. Pengujian reliabilitas instrumen dianalisis dengan rumus Alpha

Cronbach yaitu sebagai berikut :

Cα =

−1 1−

(29)

Dimana :

k = Jumlah item

2 = jumlah variansi setiap item

�2 = Varians skor total

Koefisien alpha Cronbach merupakan statistik uji yang paling umum

digunakan para peneliti untuk menguji realibilitas suatu instrumen penelitian.

Menurut statistika alpha Croncbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan

memiliki realibilitas yang memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar

atau sama dengan 0,70.

Berikut rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas variabel iklim sekolah (X2) dan gaya belajar siswa (Y1), Rekapitulasi pengujian reliabilitas intrumen penelitian variabel iklim sekolah. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas diketahui koefisien Alpha Cronbach senilai 0.776 > 0.70, maka intrumen penelitian dinyatakan reliabel.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Pengujian Reliabilitas Variabel Iklim Sekolah

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Keputusan

0.776 Reliabel

Sumber : Lampiran C

Pengujian reliabilitas intrumen penelitian variabel gaya belajar. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas diketahui koefisien Alpha Cronbach senilai 0.852 > 0.70, maka intrumen penelitian dinyatakan reliabel.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Pengujian Reliabilitas Variabel Gaya Belajar

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Keputusan

0.852 Reliabel

(30)

3.8.Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan sebab akibat keempat variabel dengan

mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel pengetahuan

awal siswa, iklim sekolah, sebagai variabel eksogen terhadap variabel endogen

yaitu tingkat hasil belajar siswa dengan variabel antara yaitu gaya belajar siswa,

maka digunakan pengujian path analisis (analisis jalur). Analisis jalur adalah

metode analisis data multivariat dependensi yang digunakan untuk menguji

hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas dasar kajian teori tertentu,

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung

seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dapat diobservasi

secara langsung (Kusnendi, 2008:147). Alat bantu analisis yang digunakan dengan

menggunakan program komputer Amos versi 5.

Model analisa data yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel eksogen terhadap variabel endogen dan untuk menguji kebenaran dari hipotesis maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Model Y1: Y1 = f(X1, X2)+ e1 Model Y2: Y2 = f(X1, X2,Y1)+ e2

Dimana :

Y1= Gaya Belajar Siswa Y2 = Hasil belajar Siswa X1= Pengetahuan awal Siswa X2= Iklim sekolah

(31)

3.8.1. Analisis Deskriptif Variabel

Untuk mengungkapkan gambaran variabel independen dan dependen

digunakan pendekatan statistik secara deskriptif. Statistik deskriptif digunakan

untuk mendapatkan skor ukuran proporsi atau prosentase. Untuk mengetahui

kategori skor yang diperoleh maka perlu ditentukan intervalnya.

Penentuan skor terbesar (maksimum), skor terkecil (minimum), median,

kuartil I dan III dilakukan melalui cara sebagai berikut :

skor maksimal = skor tertinggi (5) x jumlah item x jumlah responden skor minimal = skor terendah (1) x jumlah item x jumlah responden Median = skor minimal + skor maksimal : 2

Kuartil I = skor minimal + median : 2

Kuartil III = skor minimal + skor maksimal : 2

Untuk melihat deskripsi lingkungan sekolah digunakan rumus konversi skala lima di bawah ini:

Tabel 3.9

Pedoman Konversi Norma Absolut Skala 5 Rentang

(Mi + 1,5 SDi) – (Mi + 3,0 SDi) (Mi + 0,5 SDi) – (Mi + 1,5 SDi) (Mi – 0,5 SDi) – (Mi + 0,5 SDi) (Mi – 1,5 SDi) – (Mi – 0,5 SDi) (Mi – 3,0 SDi) – (Mi – 1,5 SDi)

3.8.2. Path Analisis (Analisis Jalur)

Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar

variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak

langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat

(32)

Pada dasarnya analisis jalur merupakan analisi regresi, namun analisis

jalur memiliki perbedaan dengan regresi biasa, khususnya dalam hal

penggunaannya. Berikut ini adalah perbedaan antara model analisis jalur dengan

model regresi.

Tabel 3.10

Perbedaan Antara Model Analisis Jalur dengan Model Regresi

Peninjauan Model regresi Model analisis jalur Tujuan Memprediksi nilai sebuah

variabel dependen atas dasar nilai tertentu satu atau beberapa variabel independen

Menganalisis pola hubungan kausal antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung Terminologi untuk

 Berapa besar variasi perubahan variabel dependen, secara serempak maupun parsial dapat dijelaskan oleh variabel independen

 Bagaimana pengaruh variabel penyebab X1, X2……Xj terhadap variabel akibat Yi?

 Barapa besar pengaruh langsung, tidak langsung, total maupun pengaruh bersama variabel peyebab X1, X2……Xj terhadap variabel akibat Yi?

Jenis dan input data Metrik(skala pengukuran interval-rasio), skor data mentah

Sekurang-kurangnya interval

Hubungan yang dianalisis

Bersifat tunggal Persamaan regresi multipel; Y1 = f (X1, X2……Xk, e1) … ……… Yi = f (X1, X2…….Xk, ei) Asumsi  Data variabel berdistribusi

normal dan homogen

 Hubungan antar variabel bersifat linier

 Tidak ada multikolinier yang sempurna antar variabel independen

 Tidak ada autokorelasi atau residual bersifat independen

 Hubungan antarvariabel linier

 Antarvariabel penyebab tidak terdapat problem

multikolinearitas. Artinya, matriks kovariansi/korelasi yang dihasilkan data sampel adalah matriks positive definite

 Model yang akan diuji dibangun atas dasar teori yang kuat dan hasil penelitian yang relevan

 Variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung Sumber: Kusnendi, 2008

(33)

eksogen. Cara perhitungan model uji analisis jalur secara manual dapat

diterangkan sebagai berikut: (Kusnendi, 2008:154-156).

1. Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Model Y1 : Y1 = ρ11X1 + ρ12X2 + e1

Model Y2 : Y2 = ρ21X1 + ρ22X2 + ρ21Y1 + e2

2. Pengujian Hipotesis

Secara manual, statistik analisis jalur dihitung dengan basis data matriks

korelasi. Prosedurnya dijelaskan sebagai berikut:

(1) Hitung koefisien korelasi antarvariabel penelitian dengan rumus:

]

Nyatakan koefisien korelasi antarvaiabel penelitian tersebut dalam sebuah

matriks korelasi (R) sebagai berikut:

(34)

Y1 Y2 X1 X2 ….. Xk

1 rY1Y2 rY1X1 rY1X2 ….. rY1Xk

1 rY2X1 rY2X2 ….. rY2Xk

R= 1 rX1X2 ….. rX1Xk

1 ….. rX2Xk

……

1

(2) Hitung determinan matriks korelasi R antarvariabel penyebab untuk

menentukan ada tidaknya problem multikolinearitas dalam data sampel

(3) Identifikasi model atau substruktur yang akan dihitung koefisien

jalurnyadan rumuskan persamaan strukturalnya sehingga jelas variabel apa

yang diberlakukan sebagai variabel penyebab dan variabel apa yang

diberlakukan sebagai variabel akibat

(4) Identifikasi matriks korelasi antarvariabel penyebab yang sesuai dengan

sub-sub struktur atau model yang akan diuji

(5) Hitung matriks invers korelasi antarvariabel penyebab untuk setiap model

yang akan diuji, dengan rumus:

−1 = 1 .

(6) Hitung semua koefisien jalur yang ada dalam model yang akan diuji,

dengan rumus:

= −1 �

Dimana ρ menunjukan koefisien jalur, −1 adalah matriks invers

korelasi antarvariabel eksogen dalam model yang dianalisis, dan �

koefisien korelasi antara variabel eksogen dan endogen dalam model yang

(35)

(7) Hitung koefisien determinasi R2 dan koefisien jalr error variabels

(ρei) melalui rumus:

= ∑ � �

2

Dan

� = 1− 2

(8) Uji kebermaknaan koefisien determinasi dengan statistik uji F sebagai berikut:

= − −1

2

(1− 2 )

Dimana k menunjukan banyak variabel penyebab dalam model yang

dianalisis, dan n menunjukan ukuran sampel. Hipotesis statistiknya

dirumuskan sebagai berikut:

H0 : ρYiX1 = ρYiX2 = … = ρYiXk = 0: Yi tidak dipengaruhi X1, X2,…Xk

H1 : ρYiX1 = ρYiX2 = …= ρYiXk ≠ 0: sekurang-kurangnya Yi dipengaruhi

oleh salah satu variabel X1,

X2,…Xk

Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut:

H0 : RYiXk = 0: variasi yang terjadi pada Yi tidak dipengaruhi oleh

Xk

H1 : RYiXk ≠ 0: variasi yang terjadi pada Yi sekurang-kurangnya

dipengaruhi oleh salah satu variabel Xk

(9) Lakukan pengujian individual terhadap setiap koefisien jalur yang

(36)

= � = �

1− 21 � − −1

Dimana � menunjukan koefisien jalur antara variabel eksoen terhadap

variabel endogen yang terdapat dalam model yang dianalisis, SE

menunjukan standard error koefisien jalur yang diperoleh untuk model

yang dianalisis, n adalah ukuran sampel, k adalah variabel penyebab dalam

model yang dianalisis, dan Ckk menunjukan elemen matriks invers korelasi

variabel penyebab untuk model yang dianalisis. Hipotesis statistik

pengujian individual dirumuskan sebagai berikut:

H0 : � = 0; secara individual Xk tidak berpengaruh terhadap Yi

H1 : � > 0: secara individual Xk berpengaruh positif terhadap Yi, atau

H1 : � < 0: secara individual Xk berpengaruh negatif terhadap Yi,

Karena model atau hipotesis penelitian yang akan diuji melalui analisis

jalur adalah model yang telah mendapat justifikasi teori yang kuat dan

hasil-hasil penelitian yang relevan maka pengujian individual dalam

format analisis jalur sifatnya akan merupakan uji satu arah (direksional).

Jika dari hasil uji individual terdapat koefisien jalur yang tidak signifikan,

maka model perlu diperbaiki. Perbaikan model dilakuakn dengan

(37)

(10)Lakukan pengujian overall model fit dengan statistic Q dan atau W

dengan rumus sebagai berikut:

= 1−

2

1− �

Dimana 2 menunjukan koefisien variansi terjelaskan seluruh model, dan

M menunjukan koefisien variansi terjelaskan setelah koefisien jalur yang

tidak signifikan dikeluarkan dari model yang diuji. Koefisien 2 dan M

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2 = = 11

12 1− 2 2 …. (1− 2)

Statistik Q berkisar antara 0 dan 1. Jika Q = 1 menunjukan model yang

diuji fit dengan data. Dan jika Q<1, maka untuk menentukan fit tidaknya

model statistik Q perlu diuji dengan statistik W yang dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

= − − � = − − ln( )

Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang

ditunjukan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan.

(11)Lakukan diskusi statistik untuk menjawab masalah penelitian yang

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengetahuan awal siswa berpengaruh terhadap gaya belajar siswa SMA.

Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan awal siswa maka akan semakin

efektif gaya belajar siswa dalam menerima materi pelajaran ekonomi.

2. Iklim sekolah berpengaruh terhadap gaya belajar siswa SMA. Artinya

semakin kondusif iklim sekolah maka semakin efektif gaya belajar siswa

dalam menerima materi pelajaran ekonomi.

3. Pengetahuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran

ekonomi di SMA. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan awal siswa

maka akan meningkatkankan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

ekonomi.

4. Iklim sekolah tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar mata

pelajaran ekonomi di SMA.

5. Gaya belajar siswa tidak berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran

ekonomi di SMA.

6. Tingkat pengetahuan awal siswa SMA negeri dan swasta mata pelajaran

ekonomi kelas XI IPS di Kota Sukabumi di atas rata-rata, sebesar 76,95.

(39)

diantara nilai 70-79, artinya tingkat pengetahuan awal siswa SMA kelas XI

IPS di Kota Sukabumi tinggi.

7. Kondusivitas iklim sekolah di SMA negeri dan swasta mata pelajaran

ekonomi di Kota Sukabumi sangat kondusif, terbukti sebesar 58,80% berada

pada rentang 82,5-110, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 84,04.

8. Efektivitas gaya belajar di SMA negeri dan swasta mata pelajaran ekonomi di

Kota Sukabumi efektif, terbukti sebesar 73,47% berada pada rentang

107,91-138,74 dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 123,74.

9. Tingkat hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi SMA di Kota Sukabumi

di atas rata-rata, nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 82,69. Diantara nilai

80-89 sebesar 54,08%, artinya tingkat hasil belajar siswa SMA kelas XI IPS

di Kota Sukabumi sangat tinggi meningkat dari hasil pengetahuan awalnya

(40)

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru:

a. Sebelum memulai pelajaran guru hendaknya melakukan kegiatan apersepsi

yaitu berusaha menghubungkan terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan

diajarkan dengan pengetahuan telah dikuasai oleh siswa.

b. Agar hasil belajar siswa lebih tinggi maka guru harus memperhatikan gaya

mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswanya.

2. Kepada Pihak Sekolah:

a. Iklim sekolah di SMA kota Sukabumi sudah kondusif, maka dari itu kepada

pihak sekolah untuk tetap menjaga suasana, keharmonisan antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan personil sekolah

lainnya.

b. Proses rekruitmen siswa yang masuk program IPS seharusnya dilihat dari

hasil nilai IPS kelas sebelumnya bukan sebagai pilihan terakhir atau

”buangan” dari program lain. Karena nilai di kelas sebelumnya akan

menjadi pengatahan awal siswa di kelas selanjutnya.

3. Kepada siswa:

Sebelum mengikuti proses belajar, siswa harus mempersiapkan materi yang

(41)

agar saat guru menerangkan materi siswa sudah memiliki pengetahuan awal

tentang materi tersebut sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya:

a. Penelitian ini dapat direplikasi kembali dengan syarat memilih indikator

penelitian yang lebih sempit sehingga dapat menjelaskan pengaruh antar

variabel dengan jelas.

b. Bagi peneliti selanjutnya juga dapat mengambil variabel lain yang

mempengaruhi hasil belajar untuk diteliti selain iklim sekolah dan gaya

belajar.

c. Mengenai subjek penelitian perlu dikembangkan lagi tidak hanya pada

jenjang SMA saja.

d. Dalam penelitian ini cakupan studi masih terbatas pada wilayah kota

Sukabumi saja. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas wilayah

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

---. (2006). Prosedur Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2003). Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Mengengah Atas dan

Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

---. (2003). Undang-undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung. Citra Umbara.

---. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Mata Pelajaran

Ekonomi SMA dan MA. Jakarta: Depdiknas.

DePorter&Hernacki. (2007). Quantum Learning. Bandung: Kaifa. .

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Djamarah, Bahri, S. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

---. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

Fattah, Nanang. (2009). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ghufron, M.Nuh dan Rini Risnawita. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hergenhahn, B.R.&Matthew. (2009). Theories of Learning. Jakarta: Kencana.

Hamalik, Oemar. (2004). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Kusnendi. (2006). Pengaruh Kompetensi, Kominmen Manager dan Budaya

(43)

---. (2008). Analisis Jalur: Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS

dan Lisrel 8. Bandung. Jurusan Pendidikan Ekonomi. UPI.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

---. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung. Alfabeta.

S, Syaefudin. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta.

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfhabeta.

Samuelson, Paul A. & W D. Nordhaus. 2001. Macroeconomics. PT Media Global Edukasi. Jakarta.

Silberman, Melvin. (2012). Active Learning;101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa.

Singarimbun, Masri. (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Somantri, Muhammad Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan

IPS. Bandung: Program Pascasarjana dan FPIPS UPI dengan PT.REmaja

Rosdakarya.

Subini, Nini. (2011). Rahasia Gaya Belajar Orang Besar. Yogyakarta: Javalitera.

Suhartini, Dewi. (2002). Minat Siswa Terhadap Topik-Topik Mata Pelajaran

Sejarah Dan Beberapa Faktor Yang Melatarbelakanginya. Tesis. PPS UPI:

Tidak Diterbitkan.

Sujarweni, Wiratna. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susilo, Joko M. (2009). Sukses dengan Gaya Belajar. Yogyakarta: Pinus.

Syah, Muhibin. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syamsudin, A. (2001). Psikologi Kependidikan. Bandung; Remaja Rosda Karya.

Prashnig, Barbara. (2007). The Power Of Learning Style. Bandung: Kaifa.

(44)

---, (2004).Psikolog Pendidikan. Bandung: RosdaKarya.

Thabrany, Hasbullah . (1994). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum

Pembelajaran. Bandung: UPI

Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: PT. Grafindo Raja Persada.

SUMBER INTERNET:

Anonim. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia:

http://belajarpsikologi.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/ (3 Maret 2012)

Aprillia, Winda. (2001). Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan

Pendekatan Contextual Teaching Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-9 pada Pelajaran Ekonomi di SMAN 1 Grogol Kediri.

[Online]. Tersedia:

karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/14060 (25 Juni 2012)

Ardiansyah, Asrori. (2011).Pengertian cara belajar. [online]. Tersedia:

http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/pengertian-cara-belajar.html (8 Januari 2013)

Gallagher, Kevin P. (2010). The Impact of Learning Style on Learning Outcomes in an Interactive Multimedia Instruction (IMI) Program. [Online].

Tersedia:

http://search.proquest.com/docview/807441741/1379BC01D3839326FA0/1?acco untid=48290

(20 Juli 2012)

Gunbayi, Ilhan. (2007). School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate

Factors: Research Into Nine Urban High Schools. The Turkish Online Journal of

Educational Technology (TOJET). 6(3). 1-10. [Online].

Tersedia:

http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019 b/80/3d/04/58.pdf

(45)

Lambas. (2008). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal teknologi Pendidikan Vol 10, No. 3. Desember 2008. [Online].

Tersedia:

http;//jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308149160.pdf (15 Juli 2012)

Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And

Educational Influences. Center for Research on School Safety, School Climate

and Classroom Management Georgia State University. [Online]. Tersedia:

http://education.gsu.edu/schoolsafety/download%20files/wp%202002%20school %20climate.pdf (10 Juli 2012)

Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators. Alliance for Excellent Education. 1-20. [Online].

Tersedia:

http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf (10 Juli 2012)

Pos kota. (2011). Pemerintah Jangan Diskriminasi Terhadap Ilmu-ilmu

Sosial.[Online].

Tersedia:

http://poskota.co.id/berita-terkini/2011/10/09/pemerintah-jangan-diskriminasi-terhadap-ilmu-ilmu-sosial

( 9 Juli 2012)

Pratiwi, Sarwastuti Novia. (2012). Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui model Pembelajaran Mind Map pada Siswa Kelas IV SDN Pucangan 06 Kec. Kartasura. [Online].

Tersedia:

etd.eprints.ums.ac.id/17085/2/03_BAB_I_pdf (25 Juni 2012)

Rijal. (2011). Kemampuan Awal. [Online]. Tesedia:

http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/kemampuan-awal-prior-knowledge.html (25 Juni 2012)

Sorenson, Richard D., Goldsmith, Lloyd M. (2008). The Principal’s Guide to

Managing School Personnel. Corwin Press. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id/books?id=tomNInqEARcC&printsec=frontcover#v=one page&q=&f=false

(46)

Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori Belajar. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com (30 Juni 2012)

Sunardi, Adi. (2012). Pengaruh Iklim Sekolah dan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Praktik Siswa di SMK Negeri 2 Wonosobo. [Online]. Tersedia:

http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1960 (15 Juli 2012)

Suyono, Ahmad. (2012). Pengaruh Pengetahuan Awal dan Self-efficacy terhadap

Hasil Belajar Akuntansi Mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau. [Online].

Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/22540 (8 Januari 2013)

Tanta. (2010). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswapada Mata Kuliah Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih. Dalam Jurnal Kependidikan Dasar. 1(1). 21 hal. [Online].

Tersedia:

journal.unnes.ac.id/index.php/kreatif/article/download/1666/1873 (9 Juli 2012)

Tobias, Sigmund. (1994). Interest, Prior Knowladge, and Learning. Review of Educational research: Spring 1994;64,1. [Online].

Tersedia:

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai UN Ekonomi, Nilai Sekolah dan Nilai Akhir Program IPS
Tabel 1.2 Nilai Hasil UN SMA Tahun Pelajaran2010/2011
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas XI Jurusan IPS
Tabel 3.2 Sampel Kelas XI Jurusan IPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dicapai adalah berupa karya visual dalam bentuk buku ilustrasi yang target pasarnya adalah remaja akhir berusia 17-21, dikemas dengan visual yang sesuai.. Warna

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III

Sebuah batang lurus homogen AB ( massanya 10 kg ) di A dihubungkan pada tembok vertikal oleh sebuah sendi, sehingga batang AB dapat berputar pada bidang yang tegak lurus pada

1. Anggota kelompok tani mengenal dengan baik keberadaan penyuluh. Kehadiran penyuluh sangat diharapkan dalam kegiatan kelompok tani. Penyuluh memberikan materi penyuluhan

[r]

Ketika direaksikan dengan asam kolorida, tidak bereaksi, dengan asam sulfida, tidak bereaksi, dengan Amonium hidroksida dan Amonium klorida, tidak bereaksi,

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tek mira Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

d. Membuat instrumen penelitian, yang terdiri dari tes tertulis berupa pilihan berganda beralasan, serta membuat , angket, dan pedoman wawancara. Melakukan