DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1.LatarBelakang………... 1
1.2.RumusanMasalah……… 11
1.3.TujuandanManfaatPenelitian……… 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS……… 14
2.1. KajianPustaka………. 14
2.1.1. KonsepBelajar……….. 14
2.1.2. TeoriBelajar……….. 16
2.1.3. KonsepHasilBelajar……… 27
2.1.3.1. Faktor yang MempengaruhiHasilBelajar... 28
2.1.3.2. JenisdanIndikatorHasilBelajar………… 30
2.1.4. Pengetahuanawal……….. 32
2.1.4.1. KonsepPengetahuanAwal……….. 32
2.1.4.2. Jenis-jenisPengetahuanAwalSiswa……... 37
2.1.4.3. IdentifikasiPengetahuanAwalSiswa…….. 40
2.1.4.4. DimensiEntering Behavior………. 41
2.1.5. IklimSekolah………. 41
2.1.5.1. KonsepIklimSekolah……….. 41
2.1.5.2. PengertianIklimSekolah………. 43
2.1.5.3. UrgensiIklimSekolah……….. 43
2.1.5.4. DimensiPengukuranIklimSekolah………. 45
2.1.5.5. GambaranIklimSekolah……….. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 78
3.1. ObjekPenelitian……… 78
3.3. PopulasidanSampel……….. 79
3.4. OperasionalisasiVariabel……… 84
3.5. TeknikPengumpulan Data……… 85
3.6. TeknikSkoring………. 85
3.7. PengujianInstrumenPenelitian……… 86
3.7.1. Korelasi Item-Total danKorelasi Item-Total Dikoreksi……… 87
3.7.2. Koefisien Alpha Cronbach………. 89
3.8. TeknikAnalisis Data……… 91
3.8.1. AnalisisDeskriptifVariabel………... 92
3.8.2. Path Analisis……….. 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 99
4.1. HasilPenelitian……… 99
4.1.1. DeskripsiLokasiPenelitian………. 99
4.1.1.1. Deskripsi Kota Sukabumi……… 99
4.1.1.2. JumlahSiswa SMA NegeridanSwasta Kota Sukabumi……….. 100
4.1.2. DeskripsiRespondenPenelitian……… 101
4.1.2.1. DeskripsiRespondenBerdasarkanJenisK elamin……….. 101
4.1.2.2. DeskripsiRespondenBerdasarkanusia…. 102 4.1.3. DeskripsiVariabelPenelitian……….. 103
4.1.3.1. DeskripsiVariabelPengetahuanAwal…… 103
4.1.3.2. DeskripsiVariabelIklimSekolah……….. 104
4.1.3.3. DeskripsiVariabel Gaya BelajarSiswa….. 107
4.1.3.4. DeskripsiVariabelHasilBelajarSiswa….. 109
4.2. PengujianHipotesis………..… 110
4.3. Pengujian Model Strukturaldibedakanmenurut Gaya BelajarSiswa………...………….. 117
4.4. Pengujian Model StrukturaldibedakanmenurutSMA negeridanswasta……… 119 4.5. Perbandingan Model Fit Summary……… 121
4.6. Pembahasan……… 122
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……. 138
5.1. Kesimpulan……….. 138
5.2. Rekomendasi……… 140
BAB I PENDAHULAN
1.1.Latar Belakang
Persoalan paling mendasar yang dihadapi oleh siswa IPS di sekolah
khususnya di sekolah lanjutan tingkat atas adalah rendahnya hasil belajar siswa
IPS dibandingkan dengan siswa IPA, dan rata-rata hasil belajar siswa IPS tidak
selalu stabil di atas rata-rata nilai minimum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Winda Aprillia (2011) juga dalam penelitiannya mengatakan bahwa “hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Grogol masih tergolong rendah
karena jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas standar Ketuntasan Belajar
Minimum masih sedikit”, hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sarwastuti Novia (2012) bahwa “rendahnya hasil belajar IPS siswa terutama
disebabkan oleh faktor guru”.Nu‟man Somantri (2001:132) bahwa kendala dalam
upaya pembaharuan pendidikan IPS ini diantaranya keahlian akademik, fasilitas
belajar, mutu buku pelajaran serta administrasi dan manajemen.
Hasil belajar siswa merupakan output dari proses belajar yang ia jalankan
di sekolah. Semakin tinggi hasil belajar yang didapatkan, maka diindikasi semakin
kualitas sumber daya tapi tidak dibarengi dengan kualitas pendidikan. Hal ini
mengakibatkan kesenjangan antara tuntutan masyarakat dan dunia pendidikan.
Sejak tahun ajaran 2010/2011, Indonesia menetapkan standar nilai
kelulusan siswa SMA berdasarkan nilai akhir yaitu komposisi nilai UN dan nilai
sekolah (nilai rapor semester 3,4,5 dan nilai ujian sekolah) masing-masing sebesar
40% dan 60%. Ini merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk
mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mengintervensi nilai ujian nasional
ataupun upaya untuk tetap memberikan penilaian terhadap proses siswa di
sekolah. Adapun komposisi nilai tersebut pada jenjang SMA di Kota Sukabumi
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai UN Ekonomi, Nilai Sekolah dan Nilai Akhir Program IPS SMA di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2010/2011
No. Nama Sekolah UN NS NA
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, diolah
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat nilai akhir kelulusan siswa SMA di
kota Sukabumi mencapai nilai diatas rata-rata, tapi nilai akhir tersebut mendapat
berdasarkan proses belajar mengajar yang kemungkinan besar masih adanya
intervensi dari guru mata pelajaran.
Adapun nilai rata-rata ujian nasional (UN) SMA negeri dan swasta di Kota
Sukabumi berdasarkan program pilihan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Nilai Hasil UN SMA Tahun Pelajaran2010/2011 Kota Sukabumi
Nama Sekolah Nilai Rata-rata UN Program IPA
SMA Hayatan Thayyibah 9,12 8,33
SMA K BPK Penabur 7,76 7,79
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, diolah
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan nilai
rata-rata ujian nasional SMA di Kota Sukabumi melebihi standar nilai kelulusan siswa
yang ditetapkan pemerintah pusat, tetapi nilai rata-rata nilai UN program IPS
lebih rendah di bandingkan dengan rata-rata nilai UN program IPA.
Hingga saat ini pandangan orang tua, sikap dan perhatian siswa terhadap
ilmu sosial masih rendah jika dibandingkan dengan pandangan mereka terhadap
ilmu alam. Begitu juga dengan tuntutan orang tua kepada anaknya supaya masuk
program IPA, padahal anak tersebut mempunyai minat terhadap ilmu sosial.
mementingkan isi daripada proses sehingga tidak diarahkan pada pembelajaran
yang bermakna yang berfungsi bagi kehidupan sehari-hari (meaningfull learning).
Menurut Sardiman (dalam Pos Kota, 2011), selama ini ilmu-ilmu sosial
mendapatkan perlakukan kurang adil. Ilmu ini seolah ditempatkan pada peringkat
atau kelas dua dalam tataran keilmuan. Termasuk pada lembaga pendidikan level
SMA dan perguruan tinggi. salah satu buktinya, lomba keilmuan lebih banyak
pada ilmu eksakta (sains) dan tidak pernah melombakan ilmu sosial. Padahal
tanpa ilmu sosial, Negara ini juga tidak bisa dijalankan dengan baik. Sebab
ilmu-ilmu sosial tidak sebatas mempelajari gejala dan aturan yang berlaku ditengah
masyarakat secara sempit, tetapi juga menyangkut bagaimana seseorang menjadi
warga Negara yang baik, bagaimana mengatur Negara dan bagaimana
berdemokrasi.
Kajian dari ilmu sosial salah satu diantaranya adalah ilmu ekonomi, dalam
dunia pendidikan mata pelajaran ekonomi SMA berfungsi mengembangkan
kemampuan siswa untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan
dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam
memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat
(Depdiknas, 2003). Inilah yang menjadi acuan pendidikan ekonomi di sekolah
agar hasil pembelajaran dari segi kognitif, afektif dan psikomotor tidak terlepas
dari nilai-nilai falsafah Negara.
Ilmu ekonomi mempelajari analisis tentang cost and benefit untuk
membantu manusia untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Hal ini
memperbaiki pola alokasi sumber-sumber produktif yang tersedia. Maka sistem
ekonomilah yang dapat memecahkan masalah fundamental tersebut dengan cara
yang berbeda-beda tergantung sistem nilai dan budaya yang dianut masyarakat
(Samuelson, 2001:2-18).
Pendidikan merupakan satu cara seseorang untuk memperoleh kehidupan
lebih baik di masa yang akan datang. Perilaku, wawasan, keahlian dan
keterampilan manusia dengan nilai-nilai tersebut merupakan subjek dari konsepsi
sumber daya manusia (human capital). Teori human capital meganggap bahwa
tenaga kerja merupakan pemegang kapital (capital holder) yang tercermin dalam
keterampilan, pengetahuan dan produktivitas kerjanya. Jika tenaga kerja
merupakan pemegang kapital, orang dapat melakukan investasi untuk dirinya
dalam rangka memilih profesi atau pekerjaan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya (Nanang Fattah, 2009:18).
Keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai
ekonomi atau uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, disamping memiliki
nilai ekonomi juga memiliki nilai sosial. Dalam pengukuran dampak pendidikan
terhadap keuntungan ekonomi atau pendapat seseorang dari produktivtas yang
dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi bahwa produktivitas
seseorang dianggap merupakan fungsi dari keahlian dan keterampilan yang
diperoleh dari pendidikan. Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator
dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu dapat tidaknya seorang
lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dapat tidaknya memperoleh
konteks sosial, budaya dan politik (Nanang Fattah, 2009:28). Dari
indikator-indikator penentu tersebut maka dapat disimpulkan, jika seorang idividu tidak
dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik maka keuntungan pendidikan
tidak dapat diperoleh dengan maksimal.
Tujuan mata pelajaran ekonomi SMA dan MA pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan Negara.
2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.
3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial
ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
(Panduan Penyususnan KTSP: 2006)
Pendidikan ekonomi di sekolah pada kenyataannya lebih mengarah pada
bagaimana cara mentransfer konsep-konsep ekonomi kapitalis, tidak
mengedepankan nilai-nilai sosial ekonomi untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini bertentangan
dengan UU Sisdiknas tahun 2003 tentang fungsi pendidikan nasional.
Undang-Undang No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa:
berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari tujuan nasional tersebut maka seluruh jalur, jenjang dan jenis
pendidikan di Indonesia harus memiliki konsekuensi yang sama yaitu bermuara
kepada tujuan pendidikan nasional yang dapat mengembangkan Sumber Daya
Manusia (SDM) secara terarah, terpadu, dan menyeluruh dengan melalui
berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen yang ada secara
optimal sesuai dengan potensinya dalam membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
Peningkatan sumber daya manusia juga dapat dilakukan dengan perbaikan
kualitas pendidikan disegala jenjang pendidikan. Akan tetapi untuk memperbaiki
semua itu tidak semudah apa yang kita bayangkan, banyak sekali kendala-kendala
yang dihadapi.
Bila dikaji lebih dalam mengenai kendala yang dihadapi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dilihat dari proses pembelajaran di sekolah
memang sulit untuk dirinci, karena kendala-kendala yang menyangkut pada
keefektivan proses pembelajaran itu saling berkaitan. Misalnya dapat kita lihat
pada pengetahuan awal siswa mengenai materi ekonomi, pengetahuan awal
merupakan proses konstruksi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
dapat memberikan kontribusi untuk penerimaan materi selanjutnya. Kemampuan
kognitif atau kemampuan penalaran yang tinggi akan membantu siswa dapat
belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif sedang.
Slameto (2010:54) memaparkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain dikelompokan menjadi dua yaitu internal dan eksternal seperti
dijelaskan berikut ini:
1. Faktor Intern
a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan, motivasi, dan kesiapan
a) Faktor kelelahan
2. Faktor Ekstern
a) Faktor Keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan
b) Faktor Sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat yang turut berpengaruh seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Lingkungan siswa adalah tempat di sekitar siswa untuk berinteraksi
dengan orang lain maupun melakukan kegiatan, baik kegiatan sehari-hari maupun
kegiatan belajar. Maka lingkungan siswa akan berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya. Menurut Slameto (2010:76), untuk dapat belajar yang efektif
diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya:
1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.
2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.
3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.
Lingkungan sekolah yang kurang kondusif tidak seluruhnya dipengaruhi
proses belajar dan prestasi belajar. Interaksi guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa dan unit sosial lainnya pun akan mempengaruhi gaya belajar siswa
yang berdampak pada keefektifan hasil belajar. Kondisi iklim sekolah yang
memadai dan menyenangkan akan menimbulkan gaya belajar siswa sehingga
siswa akan memperoleh hasil belajar yang optimal. Sebaliknya, tanpa adanya
kondisi lingkungan sekolah yang memadai dan menyenangkan akan menimbulkan
rendahnya minat dan mempengaruhi gaya belajar siswa sehingga hasil yang
dicapai tidak optimal. Hali ini sesuai dengan aliran empirisme yang menyatakan
bahwa “…dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali
ditentukan oleh lingkungan nya…” (Ngalim Purwanto, 2011:59).
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, tidak lepas
dari peranan guru yang senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang
diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa (yang terutama), sesama
guru maupun dengan staf lainnya. Peranan guru sebagai motivator ini penting
artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan
belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika proses
belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang
membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti
Hukum konvergensi yang dikemukakan oleh Withelm Stem dikutip dari
Ngalim Purwanto (2011:60) yang menyatakan bahwa „pembawaan dan
lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia‟.
Selain itu pun karakter peserta didik, dari setiap peserta didik memiliki
perilaku yang berbeda dalam menerima sebuah materi ekonomi. Gaya belajar
yang dimilikinya akan menjadi faktor pendorong atas minat yang muncul dari
dalam diri untuk dapat menerima materi seutuhnya sehingga tercapai efektivitas
hasil belajar.
Beberapa penelitian yang bermaksud mengidentifikasi gaya belajar
mahasiswa menurut Tanta (2010) “…menunjukkan bahwa 73 % gaya belajar
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa karena kecenderungan
kepuasan sebagian besar mahasiswa diukur dari kelulusan pada mata kuliah dari
pada pemahaman terhadap isi mata kuliah”.
Hasil lain menunjukkan bahwa mahasiswa dengan gaya belajar yang mirip
dosen pengampu matakuliah tertentu, cenderung memiliki kinerja yang lebih baik
atau lebih tinggi tingkat kepuasannya (Gaiger dalam Tanta, 2010:8).
Mengacu pada uraian di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar yang
dicapai seseorang merupakan hasil dari usaha yang disadari dilihat dari penilai
yang diberikan guru pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan masalah-masalah
yang terjadi di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pengetahuan Awal Siswa dan Iklim Sekolah terhadap Gaya
Belajar Siswa serta Implikasinya pada Hasil Belajar Mata Pelajaran
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah
untuk penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap efektivitas
gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?
2. Bagaimanakah pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap efektivitas gaya
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?
3. Bagaimanakah pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap tingkat
hasil belajar mata pelajaran ekonomi?
4. Bagaimanakah pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap tingkat hasil
belajar mata pelajaran ekonomi?
5. Bagaimanakah pengaruh efektivitas gaya belajar siswa terhadap tingkat hasil
belajar mata pelajaran ekonomi?
6. Bagaimanakah tingkat pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran
ekonomi?
7. Bagaimanakah kondusivitas iklim sekolah pada mata pelajaran ekonomi?
8. Bagaimanakah efektivitas gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap
efektivitas gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri
dan Swasta di Sukabumi.
2. Untuk mengetahui pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap efektivitas
gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta
di Sukabumi.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan awal siswa terhadap tingkat
hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di
Sukabumi.
4. Untuk mengetahui pengaruh kondusivitas iklim sekolah terhadap tingkat
hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di
Sukabumi.
5. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas gaya belajar terhadap tingkat hasil
belajar pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di
Sukabumi.
6. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri dan Swasta di Sukabumi.
7. Untuk mengetahui kondusivitas iklim sekolah pada mata pelajaran ekonomi
di SMA Negeri dan Swasta di Sukabumi.
8. Untuk mengetahui efektivitas gaya belajar siswa pada mata pelajaran
9. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di
SMA Negeri dan Swasta di Sukabumi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh pengetahuan awal siswa dan iklim sekolah (variabel independen), terhadap gaya belajar (variabel antara) serta hasil belajar (variabel dependen) pada mata pelajaran ekonomi.
2. Secara Praktis
a. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pengetahuan awal siswa dan iklim sekolah (variabel independen), terhadap gaya belajar (variabel antara) serta hasil belajar (variabel dependen) pada mata pelajaran ekonomi.
b. Untuk dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah tingkat hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi, sebagai variabel dependen. Pengetahuan awal siswa dan iklim
sekolah sebagai variabel independen. Gaya belajar siswa menjadi variabel antara.
Unit analisis dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS SMA Negeri dan
swasta di kota Sukabumi.
3.2.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji
hipotesis. Adapun metode dalam penelitian ini adalah metode survei eksplanatori.
Penelitian survei menurut Masri Singarimbun (2008:3) adalah penelitian
yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data yang pokok. Menurur Klinger dalam Riduwan (2010:49)
menyatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Penelitian eksplanatori adalah penelitian bertujuan untuk menguji suatu
teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesisi
diketahui bagaimana korelasi antara dua atau lebih variabel baik pola, arah, sifat,
bentuk maupun kekuatan hubungannya.
3.3.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Wiratna Sujarweni (2012:13) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa
kelas XI program IPS SMA di Kota Sukabumi sebanyak 1104 siswa. Populasi
siswa kelas XI jurusan IPS dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA di Kota Sukabumi
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SMA NEGERI 1 108
2 SMA NEGERI 2 152
3 SMA NEGERI 3 89
4 SMA NEGERI 4 171
5 SMA NEGERI 5 136
6 SMA ADVENT 9
7 SMA HAYATAN THAYYIBAH 15
8 SMA K BPK PENABUR 12
9 SMA MARDI YUANA 119
10 SMA MUHAMMADIYAH 89
11 SMA NURUL KAROMAH 13
12 SMA PASUNDAN 22
13 SMA PELITA 31
14 SMA PGRI 1 23
15 SMA TAMAN SISWA 86
16 SMA YAD 29
JUMLAH 1104
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti. Menurut Riduwan (2010:56) yang dimaksud
menggeneralisasikan sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai
suatu yang berlaku bagi populasi. Pengambilan sampel bila populasi sudah
diketahui dengan menggunakan rumus berikut:
1 N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan = 0,05
Dari hasil diatas dibulatkan menjadi 294 siswa.
Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode
stratified random sampling, menurut Singarimbun (2008:162) stratified random sampling yaitu metode pengambilan sampel yang bertujuan agar dapat
menggambarkan secara tepat sifat populasi yang heterogen. Yang dilakukan
a. Sampel kelas
Dalam penarikan sampel kelas dilakukan secara purposif, dimana yang
menjadi sampel adalah siswa kelas XI jurusan IPS.
Tabel 3.2
Sampel Kelas XI Jurusan IPS
Nama sekolah Jumlah ruang kelas XI IPS
Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional, dimana setiap
siswa diambil sampel secara random. Adapun rumus untuk menentukan
ukuran sampel adalah sebagai berikut:
Dimana:
ni : ukuran sampel
Tabel 3.3
Sampel Siswa Kelas XI IPS
XI IPS 2 34
7 SMA HAYATAN THAYYIBAH
XI IPS 1 15
10 SMA MUHAMMADIYAH
16 SMA YAD
Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data Pengetahuan awal lingkungan yang ada pada diri siswa.
Data diperoleh dari pihak sekolah tentang nilai rapor mata pelajaran ekonomi kelas X semester 1.
Iklim sekolah
(X2)
Kondusivitas iklim sekolah
Keadaan atau suasana psikologis yang tercipta di lingkungan sekolah
1) Interaksi anatara siswa yang satu dengan yang lain
2) Interaksi antara guru dengan siswa 3) Interaksi antara siswa
dengan personil yaitu persiapan siswa, cara mengikuti belajar, aktivitas mandiri, pola siswa dan cara siswa mengikuti ujian
Data diperoleh dari kuisioner yang meliputi aspek gaya belajar yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu visual learners,
auditory learners dan kinesthetic learners yang
diukur dengan skala likert.
Hasil Belajar
(Y2)
Tingkat hasil belajar Suatu gambaran pengetahuan atau
keterampilan yang dikuasai para peserta didik dalam mamahami mata pelajaran ekonomi disekolah
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:
1. Angket, Yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat
pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi
sampel dalam penelitian.
2. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
3.6.Teknik Skoring
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Sugiyono
(2010:134) menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyususn item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Data yang diperoleh dari skala
tersebut adalah berupa data interval sehingga untuk keperluan perhitungan analisa
maka data tersebut relevan.
Dalam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu butir-butir
pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral atau negatif, sehingga
responden dapat menjawab dengan konsisten. Untuk keperluan analisis
1. Selalu/sangat positif diberi skor 5
2. Sering/positif diberi skor 4
3. Kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Hampir tidak pernah/jarang diberi skor 2
5. Tidak pernah diberi skor 1
3.7. Pengujian Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai
pengetahuan awal siswa, iklim sekolah, terhadap gaya belajar siswa dan
implikasinya terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi dengan
menyebarkan angket sebagai instrumen penelitian karena instrumen merupakan
suatu alat pengukuran pengetahuan, keterampilan, sikap dan dapat berupa tes,
angket atapun dengan wawancara.
Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan tidak diragukan
kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah
terhadap kuesioner yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam
tes, yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.
Validitas menunjukan kemampuan instrumen penelitian mengukur dengan
tepat dan benar apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukan
keajegan, kemantapan dan kekonsistenan suatu instrumen penelitian mengukur
apa yang diukur.
Dalam praktik penelitian, dari sekian metode yang ada pada umumnya
para peneliti biasa menggunakan korelasi item-total (item-total correlation) dan
atau korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation) sebagai
statistik uji validitas. Sedang pengujian reliabilitas, para peneliti biasa
membantu pengujian validitas dan reliabilitas ini peneliti menggnakan bantuan
software statistik SPSS versi 19.
3.7.1. Korelasi Item-Total dan korelasi Item-Total Dikoreksi
Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya
tes tersebut.
y = skor keseluruhan item responden uji coba
Item pertanyaan atau pernyataan diindikasi memiliki validitas apabila skor
item tersebut berkorelasi secara positif dan signifikan (nilai P-hitung ≤0,05)
dengan skor totalnya. Jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
tidak signifikan (nilai P-hitung > 0,05) atau bernilai negatif hal tersebut
menunjukan item yang bersangkutan tidak valid.
Alternatif lain untuk menguji validitas internal setiap item adalah korelasi
item-total dikoreksi. Koefisien korelasi item-total dikoreksi digunakan jika jumlah
item yang diuji relatif kecil, yaitu kurang dari 30. Alasannya adalah dengan
jumlah item kurang dari 30 dan uji validitas digunakan koefisien korelasi
Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya tumpang tindih atau pengaruh
kontribusi masing-masing skor item terhadap jumlah skor total. Untuk
menghilangkan efek spurious overlap maka koefisien korelasi item-total perlu
dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dan skor
total. Didefinisikan sebagai berikut:
� − � = � −
( )2+ ( )2− 2 (� )( )( )
Dimana:
� = koefisien korelasi item-total
= simpangan baku skor setiap item pertanyaan = simpangan baku skor total
Patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25
sebagai validitas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua item
pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total dikoreksi
sama atau lebih besar dari 0,25 diindikasikan memiliki validitas internal yang
memadai, dan kurang dari 0,25 diindikasikan item tersebut tidak valid. Perlakuan
terhadap item pertanyaan yang tidak memenuhi syarat validitas biasanya di drop
dari kuisioner penelitian. Artinya, item yang tidak valid tersebut tidak
diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Pengujian Validitas Variabel Iklim Sekolah
No.Item Keputusan
1-8, 10, 13-15, 17-22 Valid
9, 11, 12, 16 Tidak Valid
Sumber : Lampiran C
37 item soal variabel gaya belajar yang diujikan, dinyatakan 31 item soal valid karena nilai korelasi item–total dikoreksi ≥ 0,25 dan sebanyak 6 item soal dinyatakan
tidak valid karena nilai korelasi item –total dikoreksi < 0,25.
Tabel 3.6
Rekapitulasi Pengujian Validitas Variabel Gaya Belajar
No.Item Keputusan
1, 2, 4-6, 9-20, 22, 24-36 Valid 3, 7, 8, 21, 23, 37 Tidak Valid
Sumber : Lampiran C
Data selengkapnya mengenai hasil validitas instrument penelitian dapat
dilihat pada lampiran C.
3.7.2. Koefisien Alpha Cronbach
Tes reliabilitas adalah tes yang digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat
ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan
gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang
berbeda. Pengujian reliabilitas instrumen dianalisis dengan rumus Alpha
Cronbach yaitu sebagai berikut :
Cα =
−1 1−
Dimana :
k = Jumlah item
2 = jumlah variansi setiap item
�2 = Varians skor total
Koefisien alpha Cronbach merupakan statistik uji yang paling umum
digunakan para peneliti untuk menguji realibilitas suatu instrumen penelitian.
Menurut statistika alpha Croncbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan
memiliki realibilitas yang memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar
atau sama dengan 0,70.
Berikut rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas variabel iklim sekolah (X2) dan gaya belajar siswa (Y1), Rekapitulasi pengujian reliabilitas intrumen penelitian variabel iklim sekolah. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas diketahui koefisien Alpha Cronbach senilai 0.776 > 0.70, maka intrumen penelitian dinyatakan reliabel.
Tabel 3.7
Rekapitulasi Pengujian Reliabilitas Variabel Iklim Sekolah
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keputusan
0.776 Reliabel
Sumber : Lampiran C
Pengujian reliabilitas intrumen penelitian variabel gaya belajar. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas diketahui koefisien Alpha Cronbach senilai 0.852 > 0.70, maka intrumen penelitian dinyatakan reliabel.
Tabel 3.8
Rekapitulasi Pengujian Reliabilitas Variabel Gaya Belajar
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keputusan
0.852 Reliabel
3.8.Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan sebab akibat keempat variabel dengan
mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel pengetahuan
awal siswa, iklim sekolah, sebagai variabel eksogen terhadap variabel endogen
yaitu tingkat hasil belajar siswa dengan variabel antara yaitu gaya belajar siswa,
maka digunakan pengujian path analisis (analisis jalur). Analisis jalur adalah
metode analisis data multivariat dependensi yang digunakan untuk menguji
hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas dasar kajian teori tertentu,
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dapat diobservasi
secara langsung (Kusnendi, 2008:147). Alat bantu analisis yang digunakan dengan
menggunakan program komputer Amos versi 5.
Model analisa data yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel eksogen terhadap variabel endogen dan untuk menguji kebenaran dari hipotesis maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Model Y1: Y1 = f(X1, X2)+ e1 Model Y2: Y2 = f(X1, X2,Y1)+ e2
Dimana :
Y1= Gaya Belajar Siswa Y2 = Hasil belajar Siswa X1= Pengetahuan awal Siswa X2= Iklim sekolah
3.8.1. Analisis Deskriptif Variabel
Untuk mengungkapkan gambaran variabel independen dan dependen
digunakan pendekatan statistik secara deskriptif. Statistik deskriptif digunakan
untuk mendapatkan skor ukuran proporsi atau prosentase. Untuk mengetahui
kategori skor yang diperoleh maka perlu ditentukan intervalnya.
Penentuan skor terbesar (maksimum), skor terkecil (minimum), median,
kuartil I dan III dilakukan melalui cara sebagai berikut :
skor maksimal = skor tertinggi (5) x jumlah item x jumlah responden skor minimal = skor terendah (1) x jumlah item x jumlah responden Median = skor minimal + skor maksimal : 2
Kuartil I = skor minimal + median : 2
Kuartil III = skor minimal + skor maksimal : 2
Untuk melihat deskripsi lingkungan sekolah digunakan rumus konversi skala lima di bawah ini:
Tabel 3.9
Pedoman Konversi Norma Absolut Skala 5 Rentang
(Mi + 1,5 SDi) – (Mi + 3,0 SDi) (Mi + 0,5 SDi) – (Mi + 1,5 SDi) (Mi – 0,5 SDi) – (Mi + 0,5 SDi) (Mi – 1,5 SDi) – (Mi – 0,5 SDi) (Mi – 3,0 SDi) – (Mi – 1,5 SDi)
3.8.2. Path Analisis (Analisis Jalur)
Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
Pada dasarnya analisis jalur merupakan analisi regresi, namun analisis
jalur memiliki perbedaan dengan regresi biasa, khususnya dalam hal
penggunaannya. Berikut ini adalah perbedaan antara model analisis jalur dengan
model regresi.
Tabel 3.10
Perbedaan Antara Model Analisis Jalur dengan Model Regresi
Peninjauan Model regresi Model analisis jalur Tujuan Memprediksi nilai sebuah
variabel dependen atas dasar nilai tertentu satu atau beberapa variabel independen
Menganalisis pola hubungan kausal antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung Terminologi untuk
Berapa besar variasi perubahan variabel dependen, secara serempak maupun parsial dapat dijelaskan oleh variabel independen
Bagaimana pengaruh variabel penyebab X1, X2……Xj terhadap variabel akibat Yi?
Barapa besar pengaruh langsung, tidak langsung, total maupun pengaruh bersama variabel peyebab X1, X2……Xj terhadap variabel akibat Yi?
Jenis dan input data Metrik(skala pengukuran interval-rasio), skor data mentah
Sekurang-kurangnya interval
Hubungan yang dianalisis
Bersifat tunggal Persamaan regresi multipel; Y1 = f (X1, X2……Xk, e1) … ……… Yi = f (X1, X2…….Xk, ei) Asumsi Data variabel berdistribusi
normal dan homogen
Hubungan antar variabel bersifat linier
Tidak ada multikolinier yang sempurna antar variabel independen
Tidak ada autokorelasi atau residual bersifat independen
Hubungan antarvariabel linier
Antarvariabel penyebab tidak terdapat problem
multikolinearitas. Artinya, matriks kovariansi/korelasi yang dihasilkan data sampel adalah matriks positive definite
Model yang akan diuji dibangun atas dasar teori yang kuat dan hasil penelitian yang relevan
Variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung Sumber: Kusnendi, 2008
eksogen. Cara perhitungan model uji analisis jalur secara manual dapat
diterangkan sebagai berikut: (Kusnendi, 2008:154-156).
1. Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Model Y1 : Y1 = ρ11X1 + ρ12X2 + e1
Model Y2 : Y2 = ρ21X1 + ρ22X2 + ρ21Y1 + e2
2. Pengujian Hipotesis
Secara manual, statistik analisis jalur dihitung dengan basis data matriks
korelasi. Prosedurnya dijelaskan sebagai berikut:
(1) Hitung koefisien korelasi antarvariabel penelitian dengan rumus:
]
Nyatakan koefisien korelasi antarvaiabel penelitian tersebut dalam sebuah
matriks korelasi (R) sebagai berikut:
Y1 Y2 X1 X2 ….. Xk
1 rY1Y2 rY1X1 rY1X2 ….. rY1Xk
1 rY2X1 rY2X2 ….. rY2Xk
R= 1 rX1X2 ….. rX1Xk
1 ….. rX2Xk
……
1
(2) Hitung determinan matriks korelasi R antarvariabel penyebab untuk
menentukan ada tidaknya problem multikolinearitas dalam data sampel
(3) Identifikasi model atau substruktur yang akan dihitung koefisien
jalurnyadan rumuskan persamaan strukturalnya sehingga jelas variabel apa
yang diberlakukan sebagai variabel penyebab dan variabel apa yang
diberlakukan sebagai variabel akibat
(4) Identifikasi matriks korelasi antarvariabel penyebab yang sesuai dengan
sub-sub struktur atau model yang akan diuji
(5) Hitung matriks invers korelasi antarvariabel penyebab untuk setiap model
yang akan diuji, dengan rumus:
−1 = 1 � .
(6) Hitung semua koefisien jalur yang ada dalam model yang akan diuji,
dengan rumus:
�
= −1 �Dimana ρ menunjukan koefisien jalur, −1 adalah matriks invers
korelasi antarvariabel eksogen dalam model yang dianalisis, dan �
koefisien korelasi antara variabel eksogen dan endogen dalam model yang
(7) Hitung koefisien determinasi R2 dan koefisien jalr error variabels
(ρei) melalui rumus:
= ∑ � �
2
Dan
� = 1− 2
(8) Uji kebermaknaan koefisien determinasi dengan statistik uji F sebagai berikut:
= − −1
2
(1− 2 )
Dimana k menunjukan banyak variabel penyebab dalam model yang
dianalisis, dan n menunjukan ukuran sampel. Hipotesis statistiknya
dirumuskan sebagai berikut:
H0 : ρYiX1 = ρYiX2 = … = ρYiXk = 0: Yi tidak dipengaruhi X1, X2,…Xk
H1 : ρYiX1 = ρYiX2 = …= ρYiXk ≠ 0: sekurang-kurangnya Yi dipengaruhi
oleh salah satu variabel X1,
X2,…Xk
Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
H0 : RYiXk = 0: variasi yang terjadi pada Yi tidak dipengaruhi oleh
Xk
H1 : RYiXk ≠ 0: variasi yang terjadi pada Yi sekurang-kurangnya
dipengaruhi oleh salah satu variabel Xk
(9) Lakukan pengujian individual terhadap setiap koefisien jalur yang
�
= � = �
1− 21 � − −1
Dimana � menunjukan koefisien jalur antara variabel eksoen terhadap
variabel endogen yang terdapat dalam model yang dianalisis, SE
menunjukan standard error koefisien jalur yang diperoleh untuk model
yang dianalisis, n adalah ukuran sampel, k adalah variabel penyebab dalam
model yang dianalisis, dan Ckk menunjukan elemen matriks invers korelasi
variabel penyebab untuk model yang dianalisis. Hipotesis statistik
pengujian individual dirumuskan sebagai berikut:
H0 : � = 0; secara individual Xk tidak berpengaruh terhadap Yi
H1 : � > 0: secara individual Xk berpengaruh positif terhadap Yi, atau
H1 : � < 0: secara individual Xk berpengaruh negatif terhadap Yi,
Karena model atau hipotesis penelitian yang akan diuji melalui analisis
jalur adalah model yang telah mendapat justifikasi teori yang kuat dan
hasil-hasil penelitian yang relevan maka pengujian individual dalam
format analisis jalur sifatnya akan merupakan uji satu arah (direksional).
Jika dari hasil uji individual terdapat koefisien jalur yang tidak signifikan,
maka model perlu diperbaiki. Perbaikan model dilakuakn dengan
(10)Lakukan pengujian overall model fit dengan statistic Q dan atau W
dengan rumus sebagai berikut:
= 1−
2
1− �
Dimana 2 menunjukan koefisien variansi terjelaskan seluruh model, dan
M menunjukan koefisien variansi terjelaskan setelah koefisien jalur yang
tidak signifikan dikeluarkan dari model yang diuji. Koefisien 2 dan M
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2 = �= 1− 1−
12 1− 2 2 …. (1− 2)
Statistik Q berkisar antara 0 dan 1. Jika Q = 1 menunjukan model yang
diuji fit dengan data. Dan jika Q<1, maka untuk menentukan fit tidaknya
model statistik Q perlu diuji dengan statistik W yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
= − − � = − − ln( )
Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang
ditunjukan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan.
(11)Lakukan diskusi statistik untuk menjawab masalah penelitian yang
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengetahuan awal siswa berpengaruh terhadap gaya belajar siswa SMA.
Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan awal siswa maka akan semakin
efektif gaya belajar siswa dalam menerima materi pelajaran ekonomi.
2. Iklim sekolah berpengaruh terhadap gaya belajar siswa SMA. Artinya
semakin kondusif iklim sekolah maka semakin efektif gaya belajar siswa
dalam menerima materi pelajaran ekonomi.
3. Pengetahuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran
ekonomi di SMA. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan awal siswa
maka akan meningkatkankan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi.
4. Iklim sekolah tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar mata
pelajaran ekonomi di SMA.
5. Gaya belajar siswa tidak berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran
ekonomi di SMA.
6. Tingkat pengetahuan awal siswa SMA negeri dan swasta mata pelajaran
ekonomi kelas XI IPS di Kota Sukabumi di atas rata-rata, sebesar 76,95.
diantara nilai 70-79, artinya tingkat pengetahuan awal siswa SMA kelas XI
IPS di Kota Sukabumi tinggi.
7. Kondusivitas iklim sekolah di SMA negeri dan swasta mata pelajaran
ekonomi di Kota Sukabumi sangat kondusif, terbukti sebesar 58,80% berada
pada rentang 82,5-110, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 84,04.
8. Efektivitas gaya belajar di SMA negeri dan swasta mata pelajaran ekonomi di
Kota Sukabumi efektif, terbukti sebesar 73,47% berada pada rentang
107,91-138,74 dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 123,74.
9. Tingkat hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi SMA di Kota Sukabumi
di atas rata-rata, nilai rerata hasil belajar siswa sebesar 82,69. Diantara nilai
80-89 sebesar 54,08%, artinya tingkat hasil belajar siswa SMA kelas XI IPS
di Kota Sukabumi sangat tinggi meningkat dari hasil pengetahuan awalnya
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru:
a. Sebelum memulai pelajaran guru hendaknya melakukan kegiatan apersepsi
yaitu berusaha menghubungkan terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan
diajarkan dengan pengetahuan telah dikuasai oleh siswa.
b. Agar hasil belajar siswa lebih tinggi maka guru harus memperhatikan gaya
mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswanya.
2. Kepada Pihak Sekolah:
a. Iklim sekolah di SMA kota Sukabumi sudah kondusif, maka dari itu kepada
pihak sekolah untuk tetap menjaga suasana, keharmonisan antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan personil sekolah
lainnya.
b. Proses rekruitmen siswa yang masuk program IPS seharusnya dilihat dari
hasil nilai IPS kelas sebelumnya bukan sebagai pilihan terakhir atau
”buangan” dari program lain. Karena nilai di kelas sebelumnya akan
menjadi pengatahan awal siswa di kelas selanjutnya.
3. Kepada siswa:
Sebelum mengikuti proses belajar, siswa harus mempersiapkan materi yang
agar saat guru menerangkan materi siswa sudah memiliki pengetahuan awal
tentang materi tersebut sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar.
4. Kepada Peneliti Selanjutnya:
a. Penelitian ini dapat direplikasi kembali dengan syarat memilih indikator
penelitian yang lebih sempit sehingga dapat menjelaskan pengaruh antar
variabel dengan jelas.
b. Bagi peneliti selanjutnya juga dapat mengambil variabel lain yang
mempengaruhi hasil belajar untuk diteliti selain iklim sekolah dan gaya
belajar.
c. Mengenai subjek penelitian perlu dikembangkan lagi tidak hanya pada
jenjang SMA saja.
d. Dalam penelitian ini cakupan studi masih terbatas pada wilayah kota
Sukabumi saja. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas wilayah
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
---. (2006). Prosedur Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2003). Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Mengengah Atas dan
Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
---. (2003). Undang-undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung. Citra Umbara.
---. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Mata Pelajaran
Ekonomi SMA dan MA. Jakarta: Depdiknas.
DePorter&Hernacki. (2007). Quantum Learning. Bandung: Kaifa. .
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Bahri, S. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
---. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta.
Fattah, Nanang. (2009). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ghufron, M.Nuh dan Rini Risnawita. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hergenhahn, B.R.&Matthew. (2009). Theories of Learning. Jakarta: Kencana.
Hamalik, Oemar. (2004). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusnendi. (2006). Pengaruh Kompetensi, Kominmen Manager dan Budaya
---. (2008). Analisis Jalur: Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS
dan Lisrel 8. Bandung. Jurusan Pendidikan Ekonomi. UPI.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
---. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung. Alfabeta.
S, Syaefudin. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta.
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfhabeta.
Samuelson, Paul A. & W D. Nordhaus. 2001. Macroeconomics. PT Media Global Edukasi. Jakarta.
Silberman, Melvin. (2012). Active Learning;101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa.
Singarimbun, Masri. (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.
Somantri, Muhammad Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan
IPS. Bandung: Program Pascasarjana dan FPIPS UPI dengan PT.REmaja
Rosdakarya.
Subini, Nini. (2011). Rahasia Gaya Belajar Orang Besar. Yogyakarta: Javalitera.
Suhartini, Dewi. (2002). Minat Siswa Terhadap Topik-Topik Mata Pelajaran
Sejarah Dan Beberapa Faktor Yang Melatarbelakanginya. Tesis. PPS UPI:
Tidak Diterbitkan.
Sujarweni, Wiratna. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susilo, Joko M. (2009). Sukses dengan Gaya Belajar. Yogyakarta: Pinus.
Syah, Muhibin. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, A. (2001). Psikologi Kependidikan. Bandung; Remaja Rosda Karya.
Prashnig, Barbara. (2007). The Power Of Learning Style. Bandung: Kaifa.
---, (2004).Psikolog Pendidikan. Bandung: RosdaKarya.
Thabrany, Hasbullah . (1994). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum
Pembelajaran. Bandung: UPI
Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Grafindo Raja Persada.
SUMBER INTERNET:
Anonim. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia:
http://belajarpsikologi.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/ (3 Maret 2012)
Aprillia, Winda. (2001). Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan
Pendekatan Contextual Teaching Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-9 pada Pelajaran Ekonomi di SMAN 1 Grogol Kediri.
[Online]. Tersedia:
karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/14060 (25 Juni 2012)
Ardiansyah, Asrori. (2011).Pengertian cara belajar. [online]. Tersedia:
http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/pengertian-cara-belajar.html (8 Januari 2013)
Gallagher, Kevin P. (2010). The Impact of Learning Style on Learning Outcomes in an Interactive Multimedia Instruction (IMI) Program. [Online].
Tersedia:
http://search.proquest.com/docview/807441741/1379BC01D3839326FA0/1?acco untid=48290
(20 Juli 2012)
Gunbayi, Ilhan. (2007). School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate
Factors: Research Into Nine Urban High Schools. The Turkish Online Journal of
Educational Technology (TOJET). 6(3). 1-10. [Online].
Tersedia:
http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019 b/80/3d/04/58.pdf
Lambas. (2008). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal teknologi Pendidikan Vol 10, No. 3. Desember 2008. [Online].
Tersedia:
http;//jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10308149160.pdf (15 Juli 2012)
Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And
Educational Influences. Center for Research on School Safety, School Climate
and Classroom Management Georgia State University. [Online]. Tersedia:
http://education.gsu.edu/schoolsafety/download%20files/wp%202002%20school %20climate.pdf (10 Juli 2012)
Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators. Alliance for Excellent Education. 1-20. [Online].
Tersedia:
http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf (10 Juli 2012)
Pos kota. (2011). Pemerintah Jangan Diskriminasi Terhadap Ilmu-ilmu
Sosial.[Online].
Tersedia:
http://poskota.co.id/berita-terkini/2011/10/09/pemerintah-jangan-diskriminasi-terhadap-ilmu-ilmu-sosial
( 9 Juli 2012)
Pratiwi, Sarwastuti Novia. (2012). Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui model Pembelajaran Mind Map pada Siswa Kelas IV SDN Pucangan 06 Kec. Kartasura. [Online].
Tersedia:
etd.eprints.ums.ac.id/17085/2/03_BAB_I_pdf (25 Juni 2012)
Rijal. (2011). Kemampuan Awal. [Online]. Tesedia:
http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/kemampuan-awal-prior-knowledge.html (25 Juni 2012)
Sorenson, Richard D., Goldsmith, Lloyd M. (2008). The Principal’s Guide to
Managing School Personnel. Corwin Press. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id/books?id=tomNInqEARcC&printsec=frontcover#v=one page&q=&f=false
Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori Belajar. [Online]. Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com (30 Juni 2012)
Sunardi, Adi. (2012). Pengaruh Iklim Sekolah dan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Praktik Siswa di SMK Negeri 2 Wonosobo. [Online]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1960 (15 Juli 2012)
Suyono, Ahmad. (2012). Pengaruh Pengetahuan Awal dan Self-efficacy terhadap
Hasil Belajar Akuntansi Mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau. [Online].
Tersedia:
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/22540 (8 Januari 2013)
Tanta. (2010). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswapada Mata Kuliah Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih. Dalam Jurnal Kependidikan Dasar. 1(1). 21 hal. [Online].
Tersedia:
journal.unnes.ac.id/index.php/kreatif/article/download/1666/1873 (9 Juli 2012)
Tobias, Sigmund. (1994). Interest, Prior Knowladge, and Learning. Review of Educational research: Spring 1994;64,1. [Online].
Tersedia: