• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang bergantung pada tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana diberlakukannya pasar bebas dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta meningkatnya persaingan antar rumah sakit, dibutuhkan SDM yang berkualitas dan profesional dibidangnya, dengan demikian tantangan utama dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya adalah pengembangan SDM. Tenaga kesehatan yang telah berada di dalam sektor pelayanan kesehatan perlu dikembangkan dan diarahkan agar dapat bekerja lebih produktif (Suarli, 2011).

Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psikososial-spritual yang komprehensif dan ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Mangkuprawira & Hubeis (2007) menjelaskan beberapa indikator mutu seorang perawat adalah derajat pendidikan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi.

1

(2)

Salah satu jalan yang harus ditempuh manajemen tenaga kerja yang sekaligus merupakan salah satu fungsinya adalah memberikan kesempatan kepada perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan baik secara terencana dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perawat. Zainal (2007), menjelaskan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keperawatan, serta tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya bidang keperawatan yang berkualitas juga semakin meningkat. Untuk itu dibutuhkan tenaga yang berkualitas dan profesional dibidang keperawatan, sehinggga mampu memberikan kontribusi yang bermakna sesuai dengan peran dan fungsinya. Atas dasar kondisi tersebut, maka pengembangan keperawatan dengan titik awal dari pendidikan keperawatan merupakan langkah yang cukup strategis.

Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah sakit adalah perawat. Menurut data dari direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan tahun 2011 sebagian besar atau 80%

perawat yang bekerja di rumah sakit berpendidikan diploma III, diploma IV 0,5%,

S1 Keperawatan 1%, Ners 11% , S2 0,4% dan SPK 7%. Jumlah perawat yang ada

di Gorontalo berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2012

berjumlah 901 orang dan pada tahun 2014 berdasarkan data dari Kemenkes

jumlah perawat 1.598 orang, sebagian besar perawat berpendidikan Diploma III

yang berkisar 85%, yang sudah melanjutkan studi sekitar 14% dan SPK 0,9%.

(3)

Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual tehnikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral. Hal ini dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan pada program pendidikan sehingga mampu memberikan kontribusi yang brmakna sesuai dengan peran dan fungsinya ( Ferry, 2012).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dahlia 2009 tentang Motivasi mahasiswa DIII keperawatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, penelitiannya menggambarkan bahwa motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana S1 keperawatann mayoritas tinggi( 88,02%)

Serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna tentang

motivasi perawat D III dalam melanjutkan pendidikan, Arum Setyaningsih tahun

2012 lebih memfokuskan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan di Rumah

Sakit Roemani Muhamadiyah Semarang, didapatkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara usia, lama kerja, status pernikahan dan motivasi perawat untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan ( p > 0,05), sedangkan faktor

penghargaan dan faktor dukungan atasan dengan motivasi perawat untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan terdapat hubungan yang

signifikan ( p < 0,05).

(4)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan November 2014, RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo adalah rumah sakit termuda yang ada di Gorontalo, namun rumah sakit ini sudah mulai berkembang seiring berjalannya waktu dan kerja keras dari pihak rumah sakit itu sendiri dengan didukung oleh Pemda Provinsi Gorontalo. Rumah sakit ini memiliki 38 orang perawat yang terdiri dari 8 orang perawat laki-laki dan 30 orang perawat wanita yang sebagian besar adalah lulusan dari Diploma-III dan hanya 1 orang yang berpendidikan S1, 7 orang sementara melanjutkan pendidikan S1 keperawatan ners dan 31 orang belum melanjutkan pendidikan S1 keperawatan ners tetapi mereka punya tekad untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Diantara mereka ada yang memiliki pengalaman kerja sudah 11 tahun dan ada juga memiliki pengalaman kerja kurang lebih 4 tahun.

Untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi seseorang harus memiliki motivasi untuk itu. Yang dimaksud dengan motivasi disini adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Purwanto, 2011). Motivasi terdiri atas motivasi intrinstik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu.

Motivasi ekstrinstik yaitu motivasi yang datang dari luar dari individu. Motivasi

terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya

serentak dan cepat sekali (Sastrohadiwiryo, 2005). Mereka yang mempunyai

motivasi dalam melanjutkan pendidikan biasanya akan mempunyai kemampuan

dan semangat belajar yang tinggi disebabkan karena mempunyai tujuan yang jelas

yang ingin dicapai (Purwanto, 2007).

(5)

Motivasi untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, status perkawinan dan dukungan atasan. Banyak lulusan Diploma keperawatan yang mengalami kesulitan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) atau Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) karena beban kerja yang dialami. Terlebih lagi perkuliahan yang harus dijalani sangat padat, berat dan cukup melelahkan. Isu inilah yang kemungkinan membuat mereka merasa kalah sebelum bertanding.

Harapan seseorang untuk dihargai yang berpendidikan S1meningkat dibandingkan dengan D III. Ada perbedaan tunjangan antara yang berpendidikan S1 dan D III, dan aspek karir menganggap pendidikan sebagai salah satu pertimbangan untuk mendapatkan jatah fungsional atau struktural di rumah sakit.

Makin tinggi pendidikan seseorang maka akan bertambah juga penghasilan yang akan didapatinya misalnya PNS yang ada di rumah sakit yang sudah melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi akan naik golongan sehingga penghasilan yang diterima akan bertambah juga.

Disamping itu, hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa perawat

yang ada di rumaha sakit diantaranya Ny. MK dan Ny. NK, mereka mengatakan

bahwa mereka belum melanjutkan pendidikan keperawatan ners karena waktu

yang terlalu padat dan sulit membagi waktu dengan keluarga, disisi lain mereka

punya keinginan yang sangat besar untuk melanjutkan pendidikan karena untuk

kedepan nanti dibutuhkan tenaga perawat yang profesional yang akan menjadikan

rumah sakit sebagai rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan yang ada di

Provinsi Gorontalo.

(6)

Dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi pendidikan Keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan awal, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan peneliti sebagian besar perawat yang ada di rumah sakit yang berjumlah 31 orang belum melanjutkan pendidikan keperawatan.

2. Peneliti melakukan wawancara dengan perawat rumah sakit bahwa mereka belum melanjutkan studi pendidikan karena waktu yang terlalu sempit.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut di atas, penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu “Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi pendidikan Keperawatan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo”.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor apa

saja yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi

keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

(7)

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor usia, jenis kelamin, status perkawinan, harapan, dukungan atasan, penghargaan dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

b. Menganalisis faktor usia yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

c. Menganalisis faktor jenis kelamin yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

d. Menganalisis faktor status perkawinan yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

e. Menganalisis faktor harapan yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

f. Menganalisis faktor dukungan atasan yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

g. Menganalisis faktor penghargaan yang berpengaruh terhadap motivasi

perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun

Habibie Provinsi Gorontalo.

(8)

h. Menganalisis faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk melanjutkan studi keperawatan di RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan kualitas/mutu sumber daya manusia dan fasilitas- fasilitas penunjang pendidikan sehingga tercipta iklim pendidikan kondusif agar nantinya mencetak tenaga-tenaga yang benar-benar profesional.

1.5.2 Bagi Rumah Sakit

a. Mendorong peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia dibidang keperawatan.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan dalam bentuk ketersediaan tenaga profesional dibidangnya guna meningkatkan kepuasan pasien sebagai pengguna jasa layanan keperawatan.

1.5.3 Bagi perawat

a. Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat sebagai pemberi layanan profesional.

b. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi

perawat untuk melanjutkan pendidikan keperawatan kejenjang yang

lebih tinggi lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam kelompok, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki

Pada penelitian sebelumnya variabel yang digunakan yaitu Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) dengan objek Perusahaan Perbankan di Bursa

Untuk tempat tumbuh Panggang, pertambahan diameter maksimum diamati antara bulan Januari - Februari dan April-Juni di periode I sesuai dengan pola curah dan hari hujan juga

Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan metode tersebut efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan Membaca.Buktinya : Dari hasil data observasi

Namun, pada penelitian ini akan dikembangkan lembar kerja eksperimen berbasis inquiry yang dapat mengarahkan siswa terlibat dalam proses mengajukan pertanyaan ilmiah,

Penelitian Nency (2011) di RSUP Dr Kariadi Semarang tentang perbedaan kebutuhan transfusi darah selama fase induksi pada pasien dengan leukemia limfoblastik akut didapatkan

Adapun peran tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk : kreator produk dan jasa kreatif, pasar baru yang dapat menyerap produk yang dihasilkan, serta menciptakan

Penelitian ini dilatarbelakangi ketidakmampuan anak tunagrahita ringan kelas VIII dalam keterampilan membuat Nasi Goreng. Hal ini disebabkan kurangnya