• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prof. Or. Faisal A. Rani, S.H.,M.Hum.dkk 235 KONTRIBUSI PAD DALAM APBO SEBAGAI INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENG GARAAN OTONOMl DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prof. Or. Faisal A. Rani, S.H.,M.Hum.dkk 235 KONTRIBUSI PAD DALAM APBO SEBAGAI INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENG GARAAN OTONOMl DAERAH"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KANUN No. 51 Edisi Agustus 2010 ii

Andri Kurniawan, S.H. 430 KEBIJAKAN DAN ISU KESEHATAN DALAM KONTEKS OTONOMI DAERAH

Kurniawan, S.H.

Muhammad lnsa Ansari, S.H., M.Hum. 395 DESENTRALISASI PENYELENGGARA PEN A­

NAMAN MODAL (Suatu Tinjauan Alas Undang­

Undang Nomor lS Tahun 2007 Tentang Penanamsn Modal)

­,

414 SEMANGAT OTONOMI DAN KEBUTUHAN DAERAH: Kajian Terbadap Penyempurnaan UU Nomor 22 Tahun 2009

367 PERANAN DAN FUNGSI POLDA NAO DI

BIDANG KAMTIBMAS DALAM KERANGKA OTONOMI KHUSUS DI PROVINSI ACEH M.Gaussyah, S.H., M.Hum.

349 PEMBERDA Y AAN PEREMPUAN OALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH Ria Fitri, S.H., M.Hum.

334 KEDUDU.KAN HUKUM ADAT DALAM OTONOMJ KH1JSUS

Darmawan, S.H., M.Hum.

Sanusi Bintang. S.H., MJ,..IS., LLM., 293 OTONOMI KHUSUS DALAM PENANAMAN MODAL DAN PERMASALAHAN HUKUM YANG TERKAIT: STUDT KASUS 01 PROVINS! ACEH

Dr. Eddy Purnama, S.11., M.Hum.dkk 257 IDENTIF'IKASI QANUN ACEH DA LAM UPAYA MENUMBUHKAN lKLIM USAHA MENUJU DEMOKRASI EKONOMI BERDASARKAN UNDANG­UNDANG DASAR TAHUN 1945

Prof. Or. Faisal A. Rani, S.H.,M.Hum.dkk 235 KONTRIBUSI PAD DALAM APBO SEBAGAI INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENG­

GARAAN OTONOMl DAERAH

Prof. Or. HusniJatil,

s.u ..

M.Hum.dkk 206 IMPLEMENTASI OTONOMI KHUSUS DI PROVINS) ACEH BERDASARKAN UNDANG­

UNDANG NOMOR 11TAHUN2006

No mo r 51

JURNAL lLMU HUKUM Ta b u n Xll

Agustus 2010

KA NUN

(3)

·) Dibiayai Oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Nornor : 307/SP2H/PP/DP2M/Vl/2009, Tanggal 16 Juni 2009 .

.. )Prof. Dr. Faisal A. Rani, S.H., M.Hum., Dr. M. Syahbandir, S.H., M.Hum. Dr.Eddy

Pumama, S.H., M.Hum. adalah Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

Kata Kunci: Kontribusi APBD, Otonomi Daerah

This research aims to explain the percentage of the contribution of Regional Own Revenues to Local Government Budget. In every establishment of new autonomy region,

ii

is· assumed that

it

would make the community prosperous by exploring and using all available resources. Apart from that,

this research also aims to describe the steps that have been taken by the governments in improving Regional Own Revenues.

The research finds that the realization of the budget in 2006, 2007 and 2008 shows that the percentage of such contribution to local government budget is very little compared to the contribution comes from other sources.

As a result, the income of such areas is mostly depended on the budget given by central government through the balancing budget known as the General Allocation Grant. According to the data of the realization of Regional Own Revenues for the Local Government Budget in 2006, 2007 and 2008, there was no district or municipality which the contribution higher than I 0%. The average contribution during the years had been 5. 04%. Ideally, all local government budget especially the regular budget, should be similar to

the

ABSTRACT

Oleh: Faisal A. Rani, dkk •• ) / I I

The Contribution of Regional Own Revenues as A Success Indicator of Regional Autonomy's Implementation

KONTR1BUSI PAD DALAM APBD SEBAGAI INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENGGARAAN OTONOMI

DAERAH•)

Faisal A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Keberhasilan

KANUN No. SI Ed/sl Agustus 2010 235

(4)

KANUN No, 61 Edisi Agostus:ZOlO.

236

­'..!'·

pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah, dan

I •• ' '

m:oin~~

kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif

~ t .: r , ;.· ;

iedtadap kebutuhan, potensi,

dan

karakteristik daerah masing­rnasing. Untuk maksud tersebut, peningkatan kualitas desentralisasi urusan pemerintahan,

I t , I

melal~

peningkatan hak d~ tanggungjawab pemerintah daerah untuk mengurus danrnengatur urusan rumah tangganya sendiri.

..

. .

~

Salah satu pendorong desentralisasi atau pembentukan daerah otonom

I , I& f t

adal~~

pengalam~ ~~yelenggaraan pemerintahan dan pemban~ pada masa

lalu,

masa Orde Baru, yang sentralistik, Penyelenggaraan pembangunan

I I · l , I ' ~ ,

tidak didasarkan pada kondisi daerah a~u lokal, rang men~akibatk~ terjadi

~jan~an .F~a~~erah "~aya". de~gan ~erap­ru:erah "miskin"r antayt .guJau Jawa/

dan

luar Ja~a, dan Kawasan Indonesia Bagian Barat .dan

.

. .

.,

...

Kawasan Indonesia Bagian Timur. Kesenjangan antar daerah ini relatif tinggi

... -- 1 ·' r 1 ··, •• • • .... j _. ,

dari berbagai indikator seperti pendapatan per kapita antar daerah, konsumsi

I ,­,

A.PENDAHULUAN

T~~~ otonomi daerah adalah meningkatkan ke~jahteraan

~t Dengan upaya rnempercepat I ,., pertumbuhan I ekonomi .,

clan p nmmenls were

really strongly depended on

central government in terms

of

~ budget and budget for development through the balancing budget. In

""'1er words, it could be said that the local governments that are unable to

f

'-ce between the regular, budget and the Regional Own Revenues do not

lltJafve to

be called

as

autonomy governments.

4 : .; .-. * l

f'tlilla A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Kebechasilan

235 )r.Eddy

; Syiah

asional,

>rioritas 07 and

rnment ources.

t given

leneral 11 Own

, there

~-The

7 local to the

'lion of

'shment imunity m that,

by the

tor of

\TOR

OMI

(5)

1 lndra J. Piliang, et. el., (ed.), Otonomi Daerah, Evaluasi dan Proyeksi, Partnersbip­

Govemance for Indonesia, Divisi Kajian Demokrasi Lokal­Yayasan Harkat Bangsa, Jakarta, November 2003, blm. 83.

KAN.UN No.!51 Edlsl JfgllStus 2010 237

, I •• I

didasarkan potensi yang diasumsikan dapat

meningkatakan kesejahteraan

: ' ! ­, '

masyarakat. Namun dalam kenyataannya, konstribusi PAD dalam 'APBD (APBK) pada daerah­daerah kabupaten/kota dalarn Provinsi

N~g~~

Aceh

Daerussru~,: fet~fo·r san:gat rendah. Untuk itu perlu

iajian

~ta'.u peneiitian.

untuk menjawab pertanyaan: (1) Berapakah besar persentase kon'tribusi PAD

I , \ P •' '

masyarakat. Semestinya semua daerah otonom mampu meningkatkan

' I

kontribusi

PAD

dalam APBD, oleh karena pembentukan daerah otonom Penyelenggaraan otonomi daerah oleh daerah kabupaten/kota, .

tidak

berarti semua daerah dapat secara cepat

mendorong pembangunan daerah dan

mengurangi kesenjangan antar daerah. Bagi daerah­daerah yang kaya sumber

­­­­­.___.,­' ' •' ' ~ , f i I" ;

daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur yang baik, yang dapat rnemanfaatkan desentralisasi urusan pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Sementaran untuk daerali­daerah

yang

miskm

sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia rendah,

dan inffa.stntlctur

tidak

baik,

tldak dapat

memanfaatkan peluang oton6mi sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat. :ii:· ·

.,·

.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan Tndikator 'penting untuk menilai tingkat keberbasilan

penyelenggaraan

otonomi.

Besamya konstribusi

j • .. ~

PAD dalam APBD merupakan ­ ukuran keberhasilan penyelenggaraan pembangunan, periingkatan pelayanan,

dan

peningkatan kesejahteraan

', ', '

kemiskinan. 1

per kapita antar daerah,

dan

banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis Faisal A. Rani, Konbibusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Keberhasilan

(6)

2Lihat Ketentuan UUD 1945, Passi 18, amandemen ke dua.

3 I Gde Pantja Astawa, Problematika Hu/cum Otonomi Daerah di Indonesia, Alumni, Bandung, 2008, him. 52.

'Uodang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal I angka 5.

238 KA.NUN No. St Edisi.Agustus2010

&nNJAUANPUSTAKA

Dalam Pasal 1. ayat (1.) UUD .. 1945 ditegaskan bahwa negara W•esia adalah negara kesatuan · yang berbentuk republik. Sebagai llmselruensi dari penegasan tersebut, maka dalam Pasal 18 ditegaskan bahwa Wilayah negara dalam lingkungan pemerintahan provinsi clan pemerintahan bbapaten, clan kota, Dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan ladasarkan asas otonomi.

2

Secara­ etimologis, otonomi diartikan sebagai pemerintahan sendiri (arao=sendiri, nomes=pemerintaban). Dalam bahasa Yunani, istilah otonomi hemsal dari. kata autos

=

sendiri, nemein

::=

menyerahkan, atau memberikan,

JEg

berarti.kekuatan mengatur sendiri. Sehingga secara

maknawi

(begrif), elDDOmi mengandung pengertian kemandirian dan kebebasan mengatur dan mengurus diri sendiri.

3

Dalam

Undang­Undang

Nomor 32 Tahun 2004, didefinisikan otonomi daerah adalah

"hale,

wewenang' \ dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang­undangan.t" Dalam

suatu

negara kesatuan, penyelenggaraan otonomi daerah menghendaki

pcmbentukan daerah otonom, sebagai wujud desentralisasi urusan .._ APBD kabupaten/kota? (2). kebijakan apa saja .yang telab ditempuh .._.,anerintab daerah kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan PAD?

5 ' SA Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Keberhasllan

237 'Ship­

ngsa,

PBD Aceh

lid an

pAJ)'

onorn eraan atkan leraan

lribusi '

untuk

sarana 'I

truktUr

'

dapat

~atkan miskln

,. .

a, ­tidak

rah

dan

sumber

ah garis

(7)

KA.Nl:JNWo. 'Sf· Edisi Agustus2010. 239

s Bagir Manan, Hubungan Pusat dan Daerah Menurut Asas Desentralisasi Berdasarkan UUD 1945, Disertasi, Unpad, Bandung, 1990, hlm. '3.

6 Dalkn' Amrah Muslimin, IchtisarPerkembangan Otonomi Daera, ']903~1958, Djambatan, Jakarta, 1960, hlm. 4. Pengertian "de schepping van zelfstandige staatsrechtelijke

organisatie" dalam terjemahan bebas peneliti adalah "penciptaan organisasi bersifat bukum ketatanegaraan yang berd.iri sendiri".

7 Bhenyamin Hoessein, Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Ting/cat 11, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, h1m. 12.

8 Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Russell & Russell, New York. 1973, hlm.

303.

pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah, dalam bentuk saruan­

satuan

pemerintahan

lebih rendah (teritorial atau fungsional) yang berhak mengatur dan mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya. 5

Malena desentralisasi adalah,

pertama,

pembentukan daerah otonom dan atau penyerahan­ wewenang tertentu 'kepadanya oleh pemerintab pusat.

Sejalan dengan itu,

JHA. Logemann

·m~gatakan bahwa desentralisasi sebagai

"de schepping van -zelfstandige st~~tsrechte/ijke organisaties.

,,_6

Kedua,

desentralisasi

dapat

juga

berarti penyerahan wewenang

tertentu kepada daerah otonom yang telah dibentuk. oleh pemerintah pusat. 7

Menurut Hans Ke/sen,

desentralisasi adalab salah satu bentuk organisasi negara.

Karena itu pengertian desentralisasi berkaitan dengan pengertian negara.

Negara, menurut

Hans Ke/sen

adalah tatanam

hukurn (legal order).

Dengan demikian desentralisasi itu .: menyangkut sistem tatanam

hukum

dalam kaitannya· dengan wilayah .

negara,

Tatanam. hukum desentralistik

menunjukkan adanya berbagai tatanarn

huk:um

yang berlaku sah

pada

bagian­

bagian wilayah yang berbeda, 8

Faisal A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagal lndikator Keberhasilan

(8)

KAN.UN No.·Sl·Edisi ·Agustus 2(UO 240

9 lbid,-hlm. 14.

• Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal l angka 7 dan 8.

u Amrah Muslimin, Loe. Cit.

cBhenyamin Hoessein, Op. Cit., him. 15.

P~rahan wewenang dalam

konsep

desentralisasi, mengandung '• yang

berbeda dengan pelimpahan wewenang dalam konsep

7 • d•asi:

Dalam

penyerahan wewenang,

mencakup baik wewenang

_... menetapkan kebijak.sanaan maupun wewenang untuk melaksanakan

' 'j 'sanaan. Sedangkan dalam pelimpahan.

wewenang,

da1am

konsep

•11msc9':n:21trasi.,

wewenang yang dilimpahkan terbatas hanya pada wewenang

­* melaksanakan

kebijaksanaan.9

Dalam

Undang­Undang Nomor 32

Tahun 2004, "desentralisasi"

Si!

finistxan 'dengan "penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

lqwla .daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan .

pemerintahan

iillam sistem ..

Negara Kesatuan Republik Indonesia." Sedangkan

Clekonsentrasi" dide:finisikan dengan "pelimpahan wewenang pemerintahan

*8

Pemerintah kepada Gubemur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada

iammsi

vertikal di wilayah tertentu."10

. Menurut

Logemann,

daerah otonom sebagai

"zelfstandige'

.-.aisrechtelijke . organisaties",

11 organisasi yang· bersifat

hukum

Matanegara

yang

mandiri (zelfstandige ),

jadi · kemandirian inilah sebagai

cirinya daerah otonom. Kemandirian

ini

juga . tercermin pada keuangan,

pembiayaan, dan

dinas daerah yang

dimiliki

oleh daerah otonom.12 Djodi

Gondokusumo, juga­mendeskripsikan ciri daerah otonom

dari

sisi

hukum

atat ab sebagai badan hukum

~~

(rechtspersoon),

oleh

karenanya

berkuasa untuk

mdakukan tindakan mengenai

huk.um

kekayaan

(vermogensrecht).

Daerah

., l ­ ,,

239 Im.

batan, telijlce ukurn iegara,

iegara.

iengan dalam alistik igian­

enurut ertentu

sties.

,,6

pusat.

ralisasi oton

om

. urusan

satuan­

berhak

(9)

241

l ,

KA.NUN No. 51 EdisiA.gustus '2010

13 Djodi Gondokusumo, Tata Hu/cum Daerah Otonom, Menara Pengetahuan, Jokyakarta, 1950, hlm. 28, dalam Bhenyamin Hoessein, Op. Cit., hlm. 15.

14 Paulo Reis Vieira, "Oward A Theory of A Comparative View On Forry-Five Counties", Ph.D Thesis, Faculty of Graduate School University of Southern California, 1967, dalam Bbenyamin Hoessein, Op. Cit., hlm. 81.

otonom mempunyai kekuasaan hukum irechtsbevoegdt,

dan

dapat bertindak (handelingsbekwaam ).

13

Menurut Paulo R. Vieira, menggunakan tiga

ukuran

untuk menentukan derajat desentralisasi. Tiga· ukuran dimaksud. diperoleh rnelalui kajian terhadap berbagai

ukuran

yang terdapat dalam kelompok indikator

formal

dan indikator behavioral Indikator formal adalah. , indikator desentralisasi menurut peraturan perundang­undangan yang mengatur tentang penyerahan wewenang, yang dapat berupa jumlah tingkatan daerah. otonom, rasio antara jumlah daerah otonom dan luas wilayah nasional, keberadaan dewan perwakilan rakyat local, dan lain­lain. lndikator behavioral ditekankan pada perilaku yang sebenarnya dari daerah otonom, menurut tiga

ukuran,

yaitu: perbandingan (1) antara

jumlah

pegawai daerah dan pegawai pusat; (2) antara jumlah pengeluaran daerah

dan

pengeluaran pusat; dan (3) antara jumlah pendapatan daerah

dan

pendapatan pusat."

Untuk melaksanakan otonomi daerah dengan baik, ada beberapa faktor atau syarat yang harus mendapat perhatian. Menurut Kaho, beragam faktor yang mempengaruhi otonomi daerah adalah: (I) Manusia pelaksananya harus baik.; (2) keuangan harus cukup dan baik; (3)

Faisal A. Rani, Konbibusi PAO dalam APBD Sebagai lndlkator Kebemasilan

(10)

zs JasefRiwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, ldentifikasi Pabor-falctor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Raja Grafindo

.Pei:sada, Jakarta, 2007. .

•Gabriel U. Iglesias, dalam bukunya lmplementation: The Problem of Achieving Results.

EltOPA. Manila, 1976, him. XXXV­XXXVl, yang dikutip dalam Ibid, hlm. 65­66.

mc:ogunglcapkan factor­faktor tersebut, yaitu:

(fl!i I(es()UTces ... include generally human (e.g. program personnel) as well

as

non-human

(fonding, physical plant and equipment, material. etc. ' '

~ Structure. This refers to certain stable organizational roles and relationships which are J}l'ogram re/avant and either prescribes legally or informally by convention at both;

(CJ Technology;

(4' Support;

"tJ

readership.

"Josef.Riwu Kaho, Op. Cit., hl.m. 138. "­­­­­­­­­·

242 KANUN No. St Edisi Agustus 2010

: ~ • f

Menu:rut­ Kaho, keempat faktor tersebut di atas mencakup.faktor­faktor

pmg diungkapkan oleh

Gabriel U. Jglesias.

16

Salah satu

kriteria penting

­*

mengetahui secara nyata

kemampuan daerah dalam mengatur

dan

•111gmµn:us rumah tangganya sendiri adalah kemampuan self-supporting dalam

' '""'* keuangan. F aktor kenangan merupakan faktor esensial dalam

• ugokur

kemampuan daerah dalam me1aksanak.an

otonomi.

Berarti

bahwa ptaksanaan otonomi

ataurumah. tangganya, daerah

membutuhkan

dana

atau

.mg.

17 Keuangan menduduki posisi

yang sangat

penting

dalam

pmyelenggaraan ·. urusan . rumah. taagga daerah, Keadaan

keuangan sangat

lllC"C"tnkan

bentuk, . corak serta

1

keniungk.inan­kemungkinan kegiatan

yang

­... difaksanakan oleh pemerintah

daerah,

Pamndji mengungkapkan bahwa • pemerintah . daerah

tidak: akan

mmipu

melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien tanpa

biaya yang

a*up

untuk memberikan pelayanan

dan

pembangunan. Keuanganlah yang

ol I t

... lllik.15

a

I

r••nya harus cukup clan

baik;

dan (4) organisasi dan manajemennya i'tllll

A.Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagal. lndlkator Keberhasilan

241 ties", a lam

(3) nusia agarn

erapa

radaan :ankan kuran,

at; (2) :mtara

ton om,

untuk

melalui

dikator

dikator

entang ertindak

(11)

18 S. Pamudji, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, lchtiar, Jakarta, 1980 .• him. 62.

19 Ibnu Syamsi, Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, Bina Aksaran, Jakarta, 1983, him. 190.

merupakan

salah.saru

kriteria untuk mengetahui kemampuan daerah: untuk mengurus rumah tangganya sendiri.18 Keuangan daerah sebagai salah satu indikator:

pen

ting. untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur _,..,.

dan

mengurus rumah tangganya sendiri. 19 ­­­­­­

Pentingnya posisi kekuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi sangat disadari oleh pembuat

undang­undang, Oleh

karena itu dalam Penjelasan Umum Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa:

"penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan · diikuti dengan pemberian sumber­sumber penerimaan

yang

cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undang .. undang tentang Perimbangari Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dimana: besamya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah · dan Daerah. Semua sumber­ keuangan ­yang melekat pada setiap

'urusan

pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.

"=

Dalam Pasal 157 Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004, ditentukan bahwa sumber pendapatan daerah

terdiri

atas:

1. PAD, yaitu:

(a)

basil

pajak daerah;

(b) hasil retribusi daerah;

( c)

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan (d) lain­lain PAD yang sah;

2. dana perimbangan; dan

Faisal A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Kebertlasilan

KANUN No.'51 EdisiAgustusl20JO' 243

(12)

~ No.:51. Ed;isi Agustus 2010 243

:lll Abdo) Halim, "Bungo Rampai Manajemen Keuangan Daerah", UPP AMP YKPN

Jodearta, 2001, hlm. 23.

­ ­

1983, ­ LA. Musgrave, dan P.B. Musgrave, "Keuangan Negara dalam Teori danrraksek; Penerbit

&llngga, Jakarta 1991, him. 34.

­p:ageluarannya

sendiri

tanpa bantuan dari pemerintah pusat. Apabila

It Hean

dengan derajat desentralisasi fiskal yang digunakan untuk melihat

terse

but semakin mampu I l

membiayai

'

.. : I I

wmmjukkall bahwa daerah

aaah

dapat menggunakan derajat kemandirian daerah untuk mengukur

!d:ierapa. jauh penerimaan yang berasal dari .daerah dalam me~enuhi

bbotuhari

1daerah. Semakin tinggi derajat kemandirian suatu daerah

'

.

p:Uienntiih

pusat dan daerah.21 Selain itu, dalam melihat kinerja keuangan

m1am

menjalankan otonomi daerah, salah satunya dapat diukur melalui

tinerj a

keuangan daerah, Menurut

Musgrave dan Musgrave

dalam mengukur tinerja keuangan daerali dapat digunakan derajat desentalisasi fiskal antara

'

pdaksanaan pemerintahan. Oleh karena itu, untuk melihat kemampuan daerah

. .

'

• daerah

harus, sesuai dengan kemampuan daerah dalam membiayai

'

. .

...

.

.

Secara

konseptual, pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat

', l " ~

.1 Iain­lain

pendapatan daerah yangsah,

Menurut Halim, ciri utama suatu

daerah mampu

melaksanakan

tmmll111'1ni•i adalah: ( 1) kemampuan keuangan daerah, yang berarti

daerah

' ' t

Nit

memiliki kemampuan

clan

kewenarigan 'untuk menggali sumber­

-•ihlllel"'°" keuangan, mengelola

dan menggiianakan keuangannya sendiri

untuk

~ penyelenggaraan pemerintahan; idan (2) ketergantunganr kepada

' f 18'! ·

pusat

hams

seminimal mungkin, oleh karena

itu, P AD harus

menjadi

'PQher

keuangan , terbesar yang didukung oleh, kebijakan ~rimpang~

kaangan

pusat dan da~rah.2

°

Kedua ciri tersebut akan mempengaruhi pola

"

,

~ .

illixlngan antara

pemerintah pusat

dan

daerah.

' 11 '

.... /.. Rani, Konbibusi PAD dalam APBO­Sebagai lndikator Keberhasllan

rtukan yang raskan

Semua engacu erintah

dalam bahwa:

optimal

aberian

nonomi

ih.

untuk lah satu atur dan

(13)

22 Abdul Halim, Op. Cit., hlm. 24.

23 Erlangga Agustino Landiyanto, Kinerja Keuangan don Strategi Pembangunan Kosa di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya, Makalah, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, 2005.

KANUN No. 51 £</isl Agustus>2rnl) 245

Dalam penyelenggaraan otonomi

daerah,

PAD merupakan sumber

"

... .

yang penting untuk. biaya kebutuhan rutin pemerintah daerah. Dalam

' :

. . .

kenyataannya, hampir sebagian besar daerah kabupate~ota, persentase

1;. !

kontribusi penerimaan daerah melalui PAD dalam APBD relatif kecil.

I " . I ;

Misalnya kota besar seperti Surabaya memiliki potensi besar dalam

.

'

kemandirian finansial, .

akan

tetapi data tahun 2000­2002 menunjukkan bahwa . . kontribusi pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, maka akan terlihat kinerja keuangan daerah secara utuh.

22

.: Berbagai basil ~nelitian.m~nunjukkan

1

bahwa penerirnaan daerah dari ~­­

sumber PAD b.elum dapat membiayai kebutuhan rutin .daerah, Dalam penelitian Erlangga Agustino Landiy.anto pada Kota Surabaya, menyimpulkan bahwa pemerintah kota Surabaya rnemiliki ketergantungan yang tinggi pada pemerintah pusat, yang disebabkan oleh belum optimalnya ·pen~ dari PAD kota Surabaya. oleh karena itu, pemerintah kota Surabaya perlu meningkatan penerimaan Sumber daya

dan

penerimaan kota Surabaya dengan meningkatkan' penerimaan dari perpajakan cian retribusi · daerah, selain pemerintah kota Surabaya perlu mengoptimalkan kinerja

dari

BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) agar dapat Iebih menyokong PAD.

23

Faisal A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBO Sebagai lndikator Keberhasilan

kontribusi PAD kota SUJ1lba~a hanya sekitar 25% dari penerimaan kota

(14)

I I~ ,0 I

. '.

•', I I

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan secara jelas besarnya

1 •I I

pasenrase konstribusi PAD dalam APBD (APBK) daerah ­otonom i:lmpatenlkota. Dalam. setiap1 i>embe~~~ daerah otonom, ·diaswnsikan

o ~ I t \ ' ', I I I

llilwa

akan ­ terjadi perbaikan kesejahteraan pada masyarakat, dengan

' , I

• aggali dan memberdayakan berbagai potensi yang tersedia di daerah

·yang

llasangkUtan.

D! .

sampmg

itu juga akan diurigkapkan komposisi dalam

wwwnuskan

formula pembiayaan kebutuhan · i rutin dan pembiayaan

,anhangunan dalam

:APBD kabupatea/kbta,' ' .. · ·

c Hasil penelitian

ini

dapatbermanfaat'bagi pengembangan kurikulum

.a

lruliah "hukum pemerintahan daerah" ·pada Fakultas· Hukum Unsyiah,

._ dapat .,

bennanfaat bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan

dw:rah dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada

~arakat.

,; I

e TIJJUAN­DAN MANFAA~

1'

....

­·I

.i··

5

r ;a

Hal ini

menunjukkan tingginya ketergantungan fiskal pemerintah

Sw:abaya terliadap uluran

tangan dari Pusat 24 · • . · · •

Secata umum, semakin/ tinggi kontribusi pendapatan · asli daerah

dan

7 2 •• 1higw kemampuan daerah: untuk' membiayai kemampuannya sendiri

.m momnjtik.kan l<J.ngrja

keuangan

daerah

yang positif.

Dalam ha!

ini,

rt

p keuangan

positi{dapat diart~'sebagai

kemandirlan

'ketian~an dae~

J

.... membi~yai . kebu~

daerah

dan mendukung 'pelaksanaan otonomi

... I , • .! ~ , 1 I I ' : I ·I:

L

ul• pada

daerah tersebut.

'

r •<­

245 'iEra

IS

kecil,

dalam iahwa

kota

:entase ..

Dalam

.

mmber (Badan a perlu

dengan

selain erah

dari

. Dalarn

mpulkan

~gi pada

aari dari

th

secara

22

(15)

247

KAN1:!N Nt>. 51' Edisl Agtistfls 2f>J()

Data yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah data ' yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data sekunder

berasal

dari

!+.

analisis.

sebagai sampel wilayah penelitiaa, dengan pertimbangan bahwa sampel

l. •• ­· 11 "·'· ·'l '

wilayah

terse~ut

1mence~ rep~e1:}tasi .•. ~abupaten/kota. Untuk

itu

wilayah penelitian dikelompokkan dalam 3 klaster berdasarkan katagori:

'• II f '• •:, o" t •!, :: 0

wilayah barat dan selatan; wilayah tengah dan tenggara; dan wilayah pesisir,

dan

juga kriteria keterwakilan kabupaten/kota induk

dan

kabupaten/kota pemekaran. Berdasarkan kriteria tersebut, maka ditetapkan kabupaten/kota

sampel, yaitu:

Kabupaten Aceh Barat; Kabupaten Nagan

~y,.a; Kota

Banda Aceh; Kabupaten Aceh Utara;Kabupaten

Aceh

Tengah; dan Kabupaten

' ; . I, I · I

Tamiang.

l 0

0

'I \' I ' 0

I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

besamya

persentase

0

1; 0 .. # 0 JI It I #

kontribusi

PAD dalam

APBD kabupaten/kota, kebijakan yang telah ditempuh

11 ' ~ , 1 0

' 1 o, ', . 1 .,f ~' ' • r , f

oleh pemerintah daerah kabupaten/kota

dalam

upaya meningkatkan

PAD, dan

1 I , ' I ' } ' 01

sebab (faktor­faktor) ren.~koptribusi PAD ruµam,,AJ>.f3D kabupaten/kota, Untuk menjawab Permasalahan, analisis penelitian

ini

menggunakan metode eksploratif. Metode tersebut sangat fleksibel 1

clan tidak

terstruktur sehingga memudahkan

­pencarian

ide serta petunjuk. .. mengenai situasi permasalahan. Pendekatari

penelitian

yang akan digunakan dalam adalah pendekatan kuantitatif yang

­diperkuat

dengan pendekatan kualitatif dalam Objek penelitian

adalah

kontribusi PAD

dalam

APBD_ keb,upaten/kota

di ­Prqvinsi Nanggroe, Aceh Darussalam .(NA,D) •. Jumlah ~ab4pa~~

di

Provinsi

NAD

adalah ..

21.buah. Untuk.itu

ditetapkan

beberapa

~P,µpa~n/ko~ ­··\

.

'

• •• , •• t

D. METODE PENELJ~

Faisal A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBO Sebagai lndikatof Kebeftlasilan

(16)

KANUN No. 51 Edisi Agustus 2010

-ma a~•y&'8

rendah, dan ketergantungan pemerintah kabupaten/kota pada dana

..

• Ri'

dari

pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi sangat tinggi. Untuk .._ 2006, 2007, ~ dan tahun 2008, dalam realisasi anggaran rata­rata

& BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan

~il penelitian pada 6 (enam) daerah otonom

\

I '

1W*'nlkota di

Aceh, persentase kontribusi PAD

terhadap

APBD pada

lllllillli.APBD

kabupaten/kota, dari BPS, penelitian literatur, dan peraturan

~gan. Sedangkan data primer bersumber dari para responden ( ' eat• (nara sumber) yang terlibat langsung perumusan kebijakan

.__.u"llpltenlkota.

Dlfa

yang

berasal dari

realisasi APBD kabupaten/kota dianalisis

••·hmtjtimt: .Selain

itu,­ peri~litian. ini

juga

menggunakan~ ~ekat~11

• a !Cf

~d~

data .Y.~_g bersumber

dari _peneliti.~ literatur, penelitian­

1

s - ~gpernah clilakukan sebelumnya, dan data dari nara sumberyang

r dal8m

perumusan dan pengambilan kebijakan daerah.

lnchhtor­utama

yang akan

digunakan .dalam penelitian nu adalah

z

NM+ reacana anggaran dan realisasi anggaran dalam AP.BD

' ' 1•• 1.tkota.

Indikator yang digunakan sebagai data dalam analisis adalah '

-icm• dan

realisasi anggaran APBD kabupaten/kota dalam tiga tahun

•MW, APBD tahun 2006, tahun 2007, dan tahun 2008. Jika dimungkinkan,

I

M pertama APBD 2009 dapat juga cligunakan sebagai indikator.

I R •

tersebut

akan

diungkapkan dalam bentuk persentase besarnya

s

si

smnber pendapatan daerah yang

berasal

dari PAD dalam kontribusi

w '

'apkeseluruhan realisasi penerimaan dalam APBD kabupaten/kota

247 yang I dari idalah :falam

temp uh

D,~

p~~t lllaka,n

;ruktw:

situasi sentase

<atagori:

t pesisir;

ten/kota

ten/kota

~ Banda

bupaten aten/kota

n/kota

di aten/kota • t ' ~

sampel

ntuk itu

(17)

Kontribusi PAD Kabupaten Nagan Raya dalam tahun anggaran 2006 sebesar 2, 77

%,

tahun 2007 sebesar 2, 78 % dari total penerimaan dalam realisasi APBD. Penerimaan APBD Kabupaten Nagan Raya terbesar pada tahun anggaran 2007 berasal dari dana perimbangan, sebesar 65,16

%.

Kemudian pada tahun 2008, besarnya kontribusi PAD adalah 3,33 % dari total pendapatan dalam APBD.

Kabupaten Aceh Tengah, kontribusi PAD sebesar 4,75 % dari total

.

,

pendapatan daerah tahun anggaran 2007. Pendapatan terbesar diperoleh rnelalui dana perimbangan, yangjumlahnya 87,71 %.

2006 2007 2008

Daerah

APBDdanPAD APBDdanPAD APBD dan P.AD

N. Raya 300.654.63~ 8.346.25~ 340.469.59i 9.978.25~ 379.618.151 12.642.155 A.Teogab 354.340.216 8}03.037 333.549.068 15.871.245 1442.150.005. 16.580.~

I

!B.

Aceb 412.717.935 21.110299 466.404.069 30.859.032 469.740.754 45.000.000 rramiang 344.084.76~ 7.516.785 391.623 .530 15.999.885 445.914.566 12.099.716 IA.Utan 1.153.4 74.36/ 112.872.199 1.073.971.740 101.357 .834 980.701.175 79.720.897 A.Ba rat 238.527.708 6.038.601 346.231.653 12.409.413 383.677.418 18.114.831

Tabell

Besar PAD Dalam APBD Tabuo 2006­2008 (RP. 000)

kontribusi PAD

terhadap

APBD kebupaten kota berkisar, 5,04 persen dari

~,...:;­~~

total pendapatan.

Faisal A. Rani, KontribuSi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Keberhasilan

249 KANUN No. -s r&f'isl J4gustus 10 Io

(18)

KA.NUN No.•Sl Edisi AgustoS'2QlO

Kpta

Banda Aceh

dan Kabupaten

Aceh

Utara

cenderung mempunyai

I f ­ ltt

~ ~AD dalam APBI? lebih PeS¥ ­.

dib(µl~ingkan dengan

t

1 ;ten~ota lain, karena kota Banda Ace~ sebagai . Ibukota provi~i

#

.t11nhan,

ekonomi lebih

baik, dan demikian juga Kabupaten Aceh

~tara

p iooomian

masyarakat lebih baik, terutama karena masih dipengaruhi oleh

a:m lolasi

beberapa perusahan besar

di

Aceh Utara. Hal

ini

berkaitan

• 4ilJP''

snmber utama

PAD

yaitu pajak daerah

dan

retribusi

da~rah

yang

leert•ha& positif dengan tingkat dan kinerja

perekonomian

daerah.

r' A hB

­..­.:~wteulleD ce arat.

irim

mempunyai . ratio

PAD

kurang atau lebih kecil , dari 5 .persen I

(<?

yaitu. Kabupaten Nagan

Raya,

Aceh Tengah, Aceh Tamiang,

dan

< J ­ • • , •I

I

' ' t•enlkota sampel

.

penelitian yang mempunyai ratio

PAp,di

atas

5

persen ':..

.

... brang

dari ~ 0 persen (>, 5%

dan

< 1,9), y~~

JSo~

B~da A~~.

dan g ' pen Aceh Utara; dan (2)

lebih

setengah

dae~

kabupaten/kota

sampel

Berdasarkan persentase data realisasi

PAD. dan

ArBD. kabupaten/kota

.._ tabel

dan

gambar di atas,

dapat di.kelompok.kan

4 ( dua) kelompok

' •• berdasarkan

persentase

PAP,

yaitu: (1)

hanya dua , daerah

I ~ ' I

ta PAD/APBD PAD/APBD PAD/APBD ,/

2006 % 2007 •;. 2008 o/o

2,78 ' I 2,93­: 3,33

2,34 4 75 3,75

. 5,11 6;62 9,58

2,18 4,Q9 ' 2,71

9,79 9.44 8,13

2.,53· ~58 4,72

Tabell

Penentase Kontribusi PAD DalaJn APBD 2()06,.2008

'

.

249 total

.roleh

n 2006

dalam r pada 16 %.

lo

dari 114.831

rsen dari

(19)

25 E. Blakley, Planning Local. Economic Development: Theory and Practices, Calofomia:

Sage Publication, Inc., 1989. '

26 M. Kuncoro, Oton01J1i· Daerah: Reformasi, Perencanaan; Strategi, dan Peiuang, Jakarta:

Erlangga, 2004.

I . · , t

Pergeseran wewenang dan tanggung jawab yang besar tersebut belum sepenuhnya dapat ditangani dengan balk. n'aiam' hasil penelitian Bank Dunia

. I . ·•

diungkapkan bahwa dalarn suatu model pembangunan daerah yang ideal, perlu penekanan pada · upaya pelayanan publik, dalam bentuk: ·(a) menclptakan tata pemerintahan yang baik, akan mendorong manajemen finansial dan penyediaan pelayanan daerah yang bermutu tinggi; (b) tata pemerintahan' yang' baik akan menarik penanam

r

modal, yang akan

. I I ' .

merangsang pengembangan ekonomi daerah dan meningkatkan kualitas hidup masyarak~t; ( c) pengernbangan ekon~mi · 'ciaelah akan menguatkan keuangan daerah dan ~ein.bantu nienciptakan lapangan kerja; dan ·c d) posisi

. .

sebagai sumber daya perencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan dan perilaku.

25

Perencanaan dimaksud sebagai perencanaan untuk memperbaiki

t ' f•

berbagai sumber daya masyarakat yang tersedia di daerah tersebut dan untuk

memperbaiki

kapasitas sektor swasta

dalam

menciptakan

sumber

daya swasta.

26

Pada era desentralisasi urusan pemerintahan atau otonomi,

pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya,

dari

tangan pemerintah pusat ke tangan pemerintah kabupaten/kota, Pembangunan adalah suaru · · proses d.irnana suatu masyarakat menciptakan

­suatu

lingkungan yang.

/mempengaruhi

basil­~

indikator

ekonomi · seperti perbaikan kesempatan kerja. Lingkungaa dimaksudkan ,. .

Faisal A. Rani, Konlribusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Keberhasilan

251

K!4NUN No.·51Edisl14gustus'2010·

(20)

~ .Bank, Kota-kota Dalam Transisi: Tinjauan Seksor Perkotaan pada Era Damlralisasi, Working Paper No. 7, 2003 .

.Jll KANUN No. 51 Edisi Agustus·20JO

••11111• Jebih lruat · akan

meningkatkan

layanan

daerah

dan membnat

a

hangunan terns melaju. 27

8abagai.~cara telah ditempuh oleh pemerintah.kabupaten/kota dalam .... mallngkatkan PAD. Usaha­usaha tersebut ·antara lain.t melalui:

... _ objek . pendapatan; ekstensifikasi

dan

antensifikasi; pembinaan

••Ii; dan perbaikan

berbagai pasilitas ekonomi. '

Berdasarkan ,APBD

·kabupaten/kota

6

(enam) kabupaten/kota dalam

9 lllmn

terakhir

(2006; 2007,

dan

2008) investasi pemerintah

sangat ... !•'IL Raidahriya investasi pemerintah daerah diperlihatkan pada kecilnya

' ' j modal

dalam

APBD.

Realisasi belanja pada kabupaten/kota

p

'lilmu masih didominasi oleh belanja rutin. · Padahal di. era otonomi,

I + barns berupaya

meningkatkan PAD·

sebagai

sumber daya utama untuk

W1qw

kebutuhan rumah

tangga sendiri.

Dari

6 (enam) daerah penelitian, pendataan objek PAD kurang tertib ' t&ang ­lengkap; .perubahan data dari tahun ke tahun juga tidak tertata

• z

baik. Dalam upaya intensifikasi pajak daerah, pajak kenderaaan

' l!ffJr merupakan ·sumber pendapatan PAD penting, namun tidak ada

p •h!a:an

berapa jumlah kenderaan riil di .suaru daerah· kabupaten kota yang

I D:oya penduduk kabupaten yang bersangkutan. lndikasinya bahwa

' :;at

kenderaan bermotor yang

dimiliki

oleh penduduk menggunakan

­mr· polisi

di

luar Aceh, di kabupaten Aceh

Tamiang

misalnya sebagai

' ala perba'

dengan Provinsi Sumatra Utara, perlu

usaha

penertiban

I

/

251

:ikarta:

fomia:

~ ideal,

k: ·ca)

ajemen

b) tata

akan ualitas ratkan posisi , terjadi

sumber

en/kota, beltim c Dunia

1asyarakat

indikator aksudkan

uran 9an

tl~r~~

an untuk

er

daya

(21)

KANUNN~-'51 Edlsl ifgustus 2010 F. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan .. hasil penelitian ·pada · 6 (enam) daerah otonom kabupaten/kota

di

Aceh, .persentase .kontribusi PAD terhadap APBD pada umumnya rendah, dan ketergantungan pad a transfer pemerintah pusat sang at tinggi. Untuk tahun 2006, 2007, dan tahun 2008, dalam realisasi anggaran Faisal A. Rani, Kontribusi PAl>dalam·APBD Sebagai lndikator Keberhasilan

253 penggunaan kenderaan bermotor dengan bekeriasamapefnerintah. Provinsi Sumatra Utara,

Sistem pemungutan pajak

dan

retribusi daerah juga masih belum berjalan dengan baik. Fungsi dan tanggung jawab pemungutan tidak berjalan sebagaimana mestinya Pegawai pemungut belum memberikan kontribusi maksimal terhadap peningkatan pendapatan

daerah

melalui PAD. Unruk perlu,

upaya

debirokratisasi dan swastanisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah. Untuk menciptakan rasionalisasi antara PAD dalam APBD, dan antara belanja rutin danbelanja pembangunan .perlu tindakan rasionalisasi jumlah pegawai dan beban tugas dan fungsi serta volume kerja masing­

masing fungsi pernerintahan.

· Beberapa daerah berupaya meningkatkan tarif pajak

retribusi daerah dengan usaha revisi qanun atau peraturan ·

daerah,

namun enggan melalrulannya · karena khawatir pembatalan oleh pemerintah pusat melalui . kewenangan pengawasan preventif dan represif terhadap peraturan

daerah

(qanun). Untuk itu usaha atau upaya daerah­daerah meningkatkan PAD relatif tidak begitu aktif, dan pemerintah kabupaten/kota nyaman dengan sumber pendapataa dari dana perimbangan, dan dana otonomi

khusus,

(22)

KANIJN No, Sl·Edisi AglBtus 2010

~tah

kabupaten/kota harus berupaya keras untuk meningkatkan

­ t I

Q

se

kontribusi PAD dalam realisasi APBD. Untuk itu belanja · investasi

lilil.: dalmn

bentuk modal maupun

dalam

bentuk

pembangunan

lebih besar, I • cara memperkecil belanja rutin. Memperkecil belanja rutin, para

p 2 •bil

kebijakan publik di kabupaten/kota secara sistem~tis dan kontinyu

­*.

mengurangi jumlah pegawai / secara bertahap. Perlu penataan organisasi

.. fimgs(

organisasi pemerintah kabupaten/kota, seita menilai ulang

Si

•••­ belanja pada kabupaten/kota penelitian masih didominasi oleh '

1 ' g mtin..

Padahal di era otonomi, daerah harus berupaya meningkatkan _, ~ ~~~r

daya

utama untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga

11111-.•a~

investasi pemerintah sangat ' rendah. Rendahnya investasi

~­­­.z, daerah

diperlihatkan

pada­

kecilnya belanja

modal dalam

APBD.

11111111""'•.nbt·~.i:PAD

terhadap APBD kebnpaten kota berkisar 5,04 persen

41ijill ..

pea•lapatan.

Dari 6

daerah sampel,

tidak

ada sampun. daerah yang

'111ilJ!iliili PAD­nya di

atas

10 %,

semua

di

bawah

10%.

Rendahnya

lillllilllli PAD

terhadap pengeluaran dalam APBD, mengindikasi.kan bahwa

ii1•11g111m

pemerintah

~pill­

t<:r?~P· balanja rutin dan pembangunan

•­:r

pemerintah pusat melalui

dana

perimbangan sangat tinggi.

~ juga mengindikasikan bahwa deraj~ otonomi rendah.

1

8 4egai

kebiajakan telah ditempuh oleh pemerintah kabupaten/kota

­­ _._ meningkatkan PAD. Usaha­usaha tersebut antara lain melalui

­­­~ pendapatan, ekstensifikasi dan

intensifi.kasi

pajak daerah

dan

­­­­ dmnb.,

pembinaan · aparatur,

dan

perbaikan perbaikan berbagai

••• pmdukung

pembangunan ekonomi. Berdasarkan­ realisasi APBD

253 tgaran

• pada sang at tonom

namun h

pusat

~aturan gkatkan dengan

rah dan

•ili belum le

berjalan mntribusi

uuk perlu

retribusi BD, dan onalisasi

masing­

1. Provinsi

(23)

KANUN No. 51 · Etllsl Agustas <10101

Kuncoro, M., (2004). "Otonomi Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang". Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ismail, M., (2002). "Pendapatan Asli Daerah Dalam Otonomi Daerah".

Malang: FE Unibraw

Halim, A. and Abdullah, S., (2004). "Local Original Revenue (PAD). as' A

Source of Development Financing". Makalah disampaikan pada

kotuerensi IRSA (Indonesian Regional Science A5·sociatioii) ·ice 6 di Jogjakarta.

Hofman, B. and 'Kaiser, K., (2004)'. "The Making "of Big Bang and its Aftermath: A political

'Economy

Perspective" .. Georgia:· Andrew Young School of Policy Studies. Georgia State University.

. l : .

I 1'

Halim, Abdul., (2001). "Bunga Rampai Manajemen .Keuangan Daerah".

Jogjakarta: {,JPP AMP YKPN.

Blakley, E., (1989). "Planning Local Economic Development: .Theory and Practices". California: Sage Publication, ~c.

Bahl, Roy., (1999). "Implemeniation Rules for Fiscal decentralizatton" . . Working,Pa~r: Georgia State University ..

. .1. ' :

Dick, H:, (J9<hb). "the Economic Role of Surabaya". In H.,J.J. Fox, & r.

Mackie­(Ed), Balanced Development: East Java in the Ne.w Order (pp.

325­343). Singapore: Oxford University Press.

DAFi' AR PUST AKA

.,

'

ineedassessmeru) kompetensi pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi

/

dalam melakukan pelayanan.

/

Faisal A. Rani, Kontribusi PAD dalam APBD Sebagai lndikatof Keberhasilan ;

(24)

KANUN No. 51 Edisi Agustus 2010

I

Wadel

Bank., (2003 b ).

"Kota-Kota dalam Transisi: Tinjauan Saktor Perkotaan pada Era Desentralisasi di Indonesia". Working Paper

No.7.

//

Wadd

Bank., (2003 a).

"Decentralizing Indonesia: A Regional Public Expenditure Review Overview Report".

Report No. 26191­IND

T h S.,

(2001).

"Indonesia's Decentralization Policy: Initial Experiences

and

Emerging Problems".

SMERU Working paper.

:;JS z lolon

Et

al,

(2002).

"Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Potensi Peningkatan PAD di Kabupaten Tapanuli Utara".

USAJD Working

Paper.

·n .. M.... "Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan

Desentralisasi

flskal".

Makalab disampaikan pada Seminar Setahun

lmplementasi Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia. Jogjakarta,

13

Maret2002.

1•1r1z111,. R.

Y., (2001 ). "Survey of Recent Developments",

Bulletin of

Rldonesian Economic Studies, vol. 37, no. 3 (December 2001).

1­~

m,as .,.

(2003).

"Implementasi Otonomi Daerah sudah mengarah pada

Distorsi dan High Cost Economy".

Smeru Working Paper.

•[lie. R. A. and

Musgrave,

P. B., (1991). "Keuangan Negara dalam J'iori danhrakrek',

Jakarta: Penerbit Erlangga,

(1997).

"Political Economy of Decentralization".

World Bank,

gt 1997.

(2001): "The New Indonesian Equalisation Transfer".

Bulletin

ritlJIJllQfon.~ian

Economic Studies, vol. 37 no. 3 (December 2001).

tramiJusi PAD dalam APBD Sebagai lndikator Keberhasilan

255 rategi erah".

ind its

.ndrew

~ asA.

1 pada

ke 6 di 'aerah",

ory

and

'izafion".

lox,

& J.

rder

(pp.

organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan laporan akhir ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan (studi kasus restoran bumbu desa palembang) dan untuk mengetahui

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan judul Mengubah Sampah Organik menjadi Pupuk organik di Desa Namo Bintang pada bulan Mei – November 2019.. Kegiatan ini

Selain pencemaran lingkungan dampak negatif yang terjadi antara lain adanya potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial negatif yang terjadi antara lain adanya potensi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap kurang mendukung pada niat mengatasi kekerasan dalam pacaran.. sebanyak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik pengolahan produk nasi jagung menjadi makanan dialektik yang disukai panelis, dengan teknik pengolahan yang telah biasa

Bab enam berisikan tentang kendala apa yang dihadapi dalam implementasi Assessment Center dalam pengembangan sumber daya manusia bidang pertahanan negara di

1) Berorientasi pada tujuan pembelajaran merupakan komponen yang utama. Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus.Setiap siklus memiliki 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan