• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUM

Pada bab ini menjabarkan mengenai gambaran kondisi wilayah studi yang ada di Kota Bandar Lampung. Kondisi kependudukan, ekonomi, struktur kota dan sistem transportasi Kota Bandar Lampung.

3.1 Kondisi Geografi Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Dalam konstelasi pembentukan kawasan metropolitan, Kota Bandar Lampung akan berperan sebagai kota inti dalam wilayah Metropolitan Bandar Lampung dan sekitarnya yang meliputi seluruh wilayah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kota Metro. Sebagai salah satu PKN di Indonesia, Kota Bandar Lampung juga mengalami pertumbuhan kota yang berkembang dinamis setiap tahunnya. Berkembangnya kota bisa disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, bertambahnya kegiatan, dimana berpengaruh terhadap pertambahan infrastruktur dan luasnya kegiatan ekonomi. Kota Bandar Lampung menjadi pusat kegiatan seperti pemerintahan, sosial, politik, Pendidikan dan kebudayaan.

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5020’ sampai 5030’ Lintang Selatan dan 105028’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Selain itu, Kota Bandar Lampung memiliki luas perairan kurang lebih 39,82 km2 yang terdiri atas Pulau Kubur dan Pulau Pasaran. Secara administratif, Kota Bandar Lampung berbatasan langsung dengan beberapa wilayah Kabupaten di Provinsi Lampung, yaitu:

• Utara : Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan)

• Selatan : Kecamatan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) dan Katibung (Kabupaten Lampung Selatan)

• Barat : Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) • Timur : Kecamatan Tanjung Bintang (Kabupaten Lampung Selatan)

(2)

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR 3.1

(3)

3.2 Kondisi Sosial Kependudukan Kota Bandar Lampung

Sebagai kota metropolitan, Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk yang cukup beragam pada setiap kecamatannya. Masyarakat Lampung sendiri memiliki suku yang beragam, seperti Suku Lampung, Rawas, Melayu, Pasemah dan Sumendo yang tersebar di berbagai wilayah Kota Bandar Lampung. Selain penduduk asli Lampung, terdapat berbagai pendatang yang menetap di Lampung dari kelompok etnis terbesar adalah jawa dan Sunda/Banten. Banyaknya penduduk pendatang ini disebabkan oleh adanya program relokasi yang dilakukan pada tahun 1905 oleh pemerintah colonial Belanda dengan memindahkan petani untuk membangun berbagai kota yang disebar seluruh Indonesia. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada tahun 2019 adalah 1.051.500 Jiwa dengan sex ratio 101 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Penjelasan lebih lanjut, dapat dipahami dengan melihat peta sebagai berikut:

(4)

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR 3.2

(5)

Berdasarkan peta tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling besar terdapat di Kecamatan Tanjung Karang yaitu sebesar 19.633jiwa/km2, sedangkan jumlah penduduk paling kecil terdapat di Kecamatan Sukabumi sebesar 2.609jiwa/km2. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat dengan menggunakan piramida penduduk. Pembagian kelompok umur penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat sebagai berikut:

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR 3.3

PIRAMIDA PENDUDUK KOTA BANDAR LAMPUNG

Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa jenis piramida penduduk Kota Bandar Lampung adalah jenis expansive. Ditandai dengan tingginya tingkat kelahiran dan rendahnya tingkat kematian, dan umumnya penduduk usia produktif lebih dominan. Tipe ini, umumnya terdapat di negara berkembang, termasuk Indonesia, dan khususnya Kota Bandar Lampung.

3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung memiliki letak yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. untuk melihat struktur ekonomi Kota Bandar Lampung, dapat

60 000 40 000 20 000 0 20 000 40 000 60 000 0-4 5-9 14-Oct 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+

Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung

(6)

digambarkan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada PDRB terdapat 17 sektor, dan dapat dilihat sektor yang paling dominan dalam kegiatan perekonomian Kota Bandar Lampung. hal tersebut dapat dilihat dari PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebagai berikut:

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR 3.4

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2015-2019

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dari tahun 2015 hingga 2019, sector yang paling berperan adalah industri pengolahan yang mencapai 12.000 per-tahun. Selanjutnya diikuti oleh sector transportasi dan pergudangan. kontruksi, perdagangan besar dan eceran. hal ini didukung dengan tingginya kegiatan industri pengolahan yang ada di Kota Bandar Lampung dan cukup mendominasi kegiatan perekonomian yang ada. Sebagai Ibukota Provinsi, Bandar Lampung merupakan pusat seluruh kegiatan ekonomi, sehingga tidak asing bahwa Kota Bandar Lampung menjadi poros ekonomi terutama dari segi jasa.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan…

Kontruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil…

Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan…

Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2015-2019 di Kota Bandar Lampung

(7)

Berdasarkan data PDRB ADHB Kota Bandar Lampung tahun 2015-2019 terus terjadi peningkatan pada setiap sector. hal ini erarti meningkatnya pola konsumsi masyarakat dengan munculnya beberapa aktivitas baru yang mendorong perekonomian disebabkan bertumbuhnya Kota Bandar Lampung.

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR 3.5

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2015-2019

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Setelah melihat PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), penting juga untuk melihat PDRB Atas Dasar harga Konstan (ADHK). Hal ini untuk melihat tingkat konsistensi sektor-sektor yang berkontribui dalam perekonomian Kota Bandar Lampung tahun 2015-2019. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan PDRB ADHB, dimana industri pengolahan masih menjadi sector yang menyumbang kontribusi terbanyak dibandingkan sector-sektor lainnya. Sektor Industri pengolahan menjadi sector yang cukup memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung. Untuk melihat apakah industri menjadi pekerjaan utama dari

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah…

Kontruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi…

Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan…

Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan tahun 2015-2019 di Kota Bandar Lampung

(8)

masyarakat Kota Bandar Lampung, peneliti perlu melihat jenis pekerjaan masyarakat Kota Bandar Lampung. Hal tersebut, dapat digambarkan pada tampilan chart berikut:

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR 3.6

JENIS PEKERJAAN PENDUDUK KOTA BANDAR LAMPUNG

Jenis pekerjaan yang paling dominan di Kota Bandar Lampung adalah bagian jasa. Hal ini selaras dengan hasil PDRB yang dominan berkontribusi adalah industri pengolahan. Untuk itu, masyarakat Kota Bandar Lampung leih memilih menawarkan dan memberikan kontribusi lebih dalam hal jasa dibandingkan aktivitas lainnya. Untuk itu, perekonomian Kota Bandar Lampung didominasi oleh kegiatan industri pengolahan, dimana masyarakat Kota Bandar Lampung banyak mengahbiskan pekerjaannya dalam hal memberikan jasa. Hal ini juga selaras dengan kondisi Kota Bandar Lampung yang strategis sebagai transit kegiatan antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan beberapa kota lainnya.

3.4 Struktur Ruang Kota Bandar Lampung

Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah Kota Bandar Lampung merupakan arahan pengembangan wilayah terkait dengan hierarki pelayanan kota serta sistem prasarana utama kota yang akan ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah. Hal ini juga membant membentuk jarngan transportasii kota untuk memudahkan aksesibilitas menuju tempat-tempat yang dijadikan poros kegiatan di Kota Bandar Lampung. Rencana struktur ruang kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain saling terhubung oleh jaringan prasarana kota. Pertimbangan pembentukan bagian wilayah dan kota (BWK) adalah

1%

21%

78%

Jenis Pekerjaan Penduduk Kota Bandar Lampung

(9)

memperhatikan struktur jaringan jalan, daya Tarik fungsi pelayanan suatu kota, kebijakan pembangunan, poros kegiatan ekonomi, dan berpotensi dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru yang mempunyai fungsi dan peran dalam mendukung pola pengembangan Kota Bandar Lampung khususnya.

Berdasarkan pertimbangan kerangka nasional untuk pertumbuhan, kesesuaian dengan kecendrungan perkembangan, keperluan konservasi, prioritas investasi, tingkat aksesibilitas, dan potensi pertumbuhan ekonomi, yaitu pengembangan kota dengan pola multiple nuclei dirasa tepat diterapkan di Kota Bandar Lampung. Dimana, kegiatan primer yang perlu dipertahankan adalah Pelabuhan Panjang, Kawasan Perdagangan dan Perdagangan Grosir/Regional di Teluk Betung, Jasa Komersial di Pusat Kota Tanjung Karang.

(10)

Sumber: Sumber: Dokumen Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 GAMBAR 3.7

(11)

1. Pusat Pelayanan Primer

Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional berdasarkan fungsinya dan tingkatan pelayanan Kota Bandar Lampung terhadap wilayah sekitarnya. Jenis kegiatan yang mencerminkan Kota Bandar Lampung sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) oleh Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) adalah berdasarkan : a) Simpul transportasi, yang ditetapkan sebagai pusat pelayanan regional dn nasional

adalah Pelabuhan Laut Utama Panjang, terminal Angkutan Jalan Raya Tipe A Rajabasa, dan Stasiun Kereta Api Kelas I Tanjung Karang.

b) Pendidikan, yang dikembangkan dalam hierarki ini adalah Pendidikan tinggi dan Pendidikan khusus. Jenis Pendidikan tinggi yang dikembangkan di Kawasan Pendidikan Labuhan Ratu-Rajabasa dan Sukarame.

c) Olahraga, kawasan olahraga terpadu dan rekreasi yang memiliki skala pelayanan nasional dan regional adalah GOR/PKOR yang rencananya dikembangkan di Kemiling.

d) Perkantoran, yang ada dalam hierarki ini adalah kawasan pemerintahanProvinsi lampug. Kawasan ini berada di Kecamatan Teluk Betung, namun kedepannya akan diarahkan menuju Kota Baru yang berlokasi di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan berbatasan dengan Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung.

e) Perdagangan, yang dikembangkan sebagai sarana jual beli skala regional akan dikembangkan adalah Pasar Bambu Kuning yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, dan perdagangan grosir di Kecamatan Teluk Betung Selatan.

f) Budaya, yang dikembangkan di Kota Bandar Lampung adalah situs Keratuan Balaw, permukiman adat Lampung di Negri Olok Gading, Museum Lampung dan Islamic Center.

2. Pusat Pelayanan Sekunder

Hierarki internal Kota Bandar Lampung direncanakan berisi tentang kegiatan komersial dan sarana prasarana serta utilitas yang menjadi pusat pelayanan bagi Kota Bandar Lampung dan sekitarnya.

Hierarki internal Kota Bandar Lampung dalam RTRW 2011-2030 terdiri dari: a) Pusat Pelayanan Kota,

• PPK Rajabasa dengan wilayah pelayanan Kecamatan Kedaton, Labuhan Ratu dan Rajabasa yang berfungsi sebagai pusat Pendidikan tinggi dan budaya, simpul utama transportasi darat, perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan dan kesehatan

(12)

• PPK Tanjung Karang dengan wilayah pelayanan seluruh kota yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa skala regional, simpul transportasi dan Pendidikan. • PPK Panjang dengan wilayah pelayanan seluruh kota yang berfungsi sebagai pelabuhan utama, pergudangan, perdagangan dan jasa, industri menengah, kawasan kota wisata dan kota pantai, serta permukiman/perumahan.

b) Sub-pusat Pelayanan Kota,

• SPPK Kemiling dengan wilayah pelayanan Kecamatan Kemiling, Langkapura, dan Tanjung Karang Barat yang berfungsi sebagai kawasan Pendidikan khusus, agrowisata dan ekowisata, pusat olahraga, perdagangan dan jasa, kawasan lindung dan konservasi, permukiman/perumahan terbatas, Pendidikan tinggi serta industri rumah tangga

• SPPK Sukarame dengan wilayah pelayanan Kecamatan Sukarame, Way Halim, dan Tanjung Senang yang berfungsi sebagai pendukung pusat pemerintahan provinsi, Pendidikan tinggi, perdagangan dan jasa, permukiman/perumahan, industri rumah tangga, dan konservasi/hutan kota

• SPPK Sukabumi dengan wilayah pelayanan Kecamatan Sukabumi, Kedamaian, dan Tanjung Karang Timur yang berfungsi sebagai kawasan industr menengah dan pergudangan, perdagangan dan jasa, permukiman/perumahan, Pendidikan tinggi • SPPK Teluk Betung dengan wilayah pelayanan Kecamatan Teluk Betung Utara,

Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Timur, dan Teluk Betung Barat yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kota, wisata alam, Pendidikan tinggi, industri pengolahan hasil perikanan laut, perdagangan dan jasa

c) Pusat Lingkungan, kawasan ini hanya akan mempertimbangkan pelayanan unit/blok. • Pusat Lingkungan Rajabasa, direncanakan berpusat di koridor Jalan Z.A. Pagar Alam dan Jalan Pramuka akan bertindak sebagai pusat pelayanan tertier dan akan menjadi pusat pelayanan untuk Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Rajabasa. • Pusat Lingkungan Tanjung Senang, direncanakan berpusat di koridor Jalan RA.

Rashid akan bertindak sebagai pusat pelayanan tertier dan akan menjadi pusat pelayanan untuk Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Tanjung Senang.

• Pusat Lingkungan Tanjung Karang Barat, direncanakan berpusat di sekitar koridor Jalan R. Imba Kesuma Ratu – Jalan R.A. Maulana dan Jalan Mohamad Ali – Jalan Agus Salim akan bertindak sebagai pusat pelayanan tertier dan akan menjadi pusat pelayanan untuk Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Barat.

(13)

• Pusat Lingkungan Teluk Betung Barat, direncanakan berpusat di koridor Jalan R.E. Martadinata akan bertindak sebagai pusat pelayanan tertier dan akan menjadi pusat pelayanan untuk Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Barat.

• Pusat Lingkungan Tanjung Karang Timur, direncanakan berpusat di koridor Jalan Ridwan Rais akan bertindak sebagai pusat pelayanan tertier dan akan menjadi pusat pelayanan untuk Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Timur.

3.5 Sistem Transportasi Kota Bandar Lampung

Sistem transportasi Kota Bandar Lampung terdiri dari transportasi darat berupa transportasi darat, dan transportasi laut . Tranportasi jalan terdiri dari jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.

3.5.1 Transportasi Jalan

Berdasarkan RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030, skenario pengembangan sistem jaringan jalan Kota Bandar Lampung adalah :

1. Memperjelas fungsi dan manfaat masing-masing ruas jalan di Kota Bandar Lampung melalui penetapan fungsi dari perwujudan struktur jaringan jalan.

2. Pembagian beban pada beberapa ruas jalan utama melalui : • Peningkatan fungsi jaringan jalan

• Pembangunan ruas jalan baru berupa jalan layang

• Pembangunan jalan akses (interchange) yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan rencana pembangunan jalan tol.

3. Meningkatkan akses dan membuka akses baru untuk menghidupkan pusat-pusat pertumbuhan baru dan penghubung antar pusat dengan pusat atau pusat dengan sub pusat, melalui pengembangan jaringan jalan lingkar / Radial (Ring Road).

Untuk melihat hierarki jaringan jalan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat melalui tabel berikut:

(14)

Konsep pengembangan sistem transportasi perkotaan dengan yang saat ini sedang menjadi trend di kota-kota besar adalah sistem Transit Oriented Development (TOD) cukup baik, namun secara umum penerapan Bus Rapid Transit (BRT) sebagai bagian dari sistem TOD di Kota Bandar Lampung dengan kondisi jaringan jalan yang ada belum memungkinkan untuk dikembangkan. Seiring dengan kebutuhan penduduk akan sarana transportasi yang memadai, konsep BRT dapat digunakan dengan tetap memperhatikan perkembangan Kota Bandar Lampung, dalam arti konsep BRT diatas digabungkan dengan konsep angkutan masal konvensional yaitu dengan memanfaatkan jaringan jalan yang ada bersamaan dengan angkutan masal dan kendaraan lain.

Mengacu pada konsep diatas, beberapa strategi pengembangan sistem angkutan umum Kota Bandar Lampung masa mendatang adalah :

a. Mempertahankan keberadaan 4 (empat) trayek utama dengan moda transportasi bus kota yang telah ada, yaitu : Rajabasa – Tanjung Karang (Pasar Bawah), Tanjung Karang (Pasar Bawah) – Teluk Betung (Gudang Lelang) via Jalan Diponegoro, Tanjung Karang (Pasar Bawah) – Korpri , Rajabasa – Panjang

b. Mengganti peran angkot secara bertahap menjadi Bus kota ukuran kecil (micro bus) atau sedang pada jalur – jalur utama kota dengan menambah trayek cabang, yaitu : Tanjung Karang – Teluk Betung (Gudang Lelang) via Jalan Wolter Monginsidi – Cut Nyak Dien – P. Emir M Noer – WR. Supratman – Hasanudin – Laks. Malahayati – Yos Sudarso – PP; Tanjung Karang – Kemiling via Jalan Imam Bonjol – PP; Tanjung Karang (Pasar Bawah) – P. Antasari via Jalan Pemuda – Hayam Wuruk – P. Antasari – PP; Tanjung Karang (Pasar Bawah) – Teluk Betung (Gudang Lelang) via Jalan Gatot Subroto – PP.

c. Mempertahankan trayek ranting yang telah ada, yaitu : Sukaraja – Srengsem (Panjang), Sukaraja – Lempasing, Rajabasa – Pramuka – Kemiling, Pasar Cimeng – Lempasing

d. Membatasi jumlah angkutan mobil penumpang umum yang masuk ke Pusat Kota Tanjung Karang dengan Menghapus trayek ranting yang ada, yaitu : Tanjung Karang – Rajabasa, Tanjung Karang – Sukaraja, Tanjung Karang – Kemiling, Tanjung Karang – Garuntang, Tanjung Karang – Teuku Umar – Way Kandis, Tanjung Karang – Ratulangi, Tanjung Karang – Sukarame, Tanjung Karang – Permata Biru, Tanjung Karang –Tirtayasa– Ir.Sutami, Tanjung Karang – Riyakudu – Simp. Sutami

(15)

3.5.2 Trasportasi Kereta Api

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Lampung 20011 – 2030, rencana pengembangan jaringan kereta api dilakukan melalui pembagian antara jaringan jalur kereta api Nasional dan Jaringan Jalur Kereta api Regional.

1. Jaringan jalur kereta api Nasional terbagi menjadi : a. Perkeretaapian Umum yang terdiri dari

• Angkutan Penumpang mulai dari Bandar Lampung – Kota Bumi – Baturaja – Prabumulih – Kertapati (Pengembangan Jalur Bandar Lampung - Bakauheni). • Angkutan barang mulai dari Tarahan – Bandar Lampung – Kotabumi –

Baturaja – Tanjung Enim.

b. Perkeretaapian khusus, merupakan angkutan barang yang meliputi jalur Tanjung Bintang - Tarahan – Kotabumi – Baturaja - Tanjung Enim.

2. Jaringan Jalur Kereta Api Regional, merupakan angkutan penumpang dan barang yang meliputi :

a. Bandar Lampung – Rejosari – Gedung Tataan – Pringsewu. b. Bandar Lampung – Tegineneng – Metro – Sukadana.

c. Bandar Lampung – Terbanggi Besar – Kotabumi – Menggala.

3.5.3 Transportasi Laut

Dalam RTR Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung diarahkan untuk menjadi Pusat Kegiatan Nasional dengan fungsi sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, serta simpul distribusi dan koleksi barang dan jasa skala regional. Berdasarkan arahan dan fungsi tersebut ketersediaan prasarana laut sangat mutlak tersedia di Kota Bandar Lampung.

Arahan pengembangan transportasi laut Kota Bandar Lampung adalah :

1. Menetapkan Pelabuhan Panjang sebagai pelabuhan laut dengan hirarki peran sebagai pelabuhan internasional.

2. Pengembangan dan penetapan Pelabuhan Batu Serampok, Lempasing, sebagai pelabuan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer.

3. Pengembangan pelabuhan laut dan pelabuhan perikanan modern Sukamaju di Teluk Betung Barat untuk mendukung pengembangan kawasan minapolitan

4. Pengembangan pelabuhan Srengsem untuk mendukung kegiatan distribusi batubara 5. Penataan fisik seluruh pelabuhan yang ada dan melengkapi Pelabuhan Panjang dengan

seluruh fasilitas yang dibutuhkan sesuai dengan pedoman pengembangan terminal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001.

(16)

Sumber: Dokumen Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030

GAMBAR 3.8

(17)

3.6 Gambaran Umum Bus Transit Kota Bandar Lampung 3.6.1 Regulator

1. Simpul

Bus transit di Kota Bandar Lampung dilengkapi dengan sarana transportasi berupa terminal, halte, dan beberapa fasilitas pendukung. Hal tersebut sangat penting untuk minimal disediakan sebagai sarana utama dan pendukung pengoperasian Bus transit di Kota Bandar Lampung. Baik untuk rute Rajabasa-Panjang yang dilalui melalui jalur via dalam kota dan jalur via luar kota memiliki karakteristik dari simpulnya masing-masing. Sebelum membahas mengenai penjabaran masing-masing simpul berupa terminal, halte dan beberapa fasilitas pendukung, perlu di identifikasi failitas yang wajib tersedia untuk penyediaan bus transit di suatu kota. Hal- hal tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa komponen berikut, (Das, 2013):

TABEL III. 1

FASILITAS PELENGKAP BUS TRANSIT Komponen Fasilitas BRT Tersedia Tidak Tersedia Keterangan Memiliki jalur khusus v

Untuk Trayek Rajabasa-Panjang yang dilaui oleh Bus Biru dan Bus Hijau tidak tersedia jalur bus khusus pada kondisi eksistingnya.

Halte v

Trayek Rajabasa Panjang yang dilalui Bus Biru sudah terdapat halte, sementara untuk Bus Hijau tidak terdapat halte

Terminal v

Terminal yang aktif beroperasi untuk melayani bus transit yaitu Terminal Rajabasa (Tipe A) dan Terminal Panjang (Tipe B).

Rambu v Rambu hanya terdapat di Pusat Pelayanan

Kota (PPK) Tanjung Karang

Bus Stop v

Bus Stop hanya terdapat di Pusat Pelayanan Kota (PPK) Tanjung Karang, dan hanya terdapat 1 Bus Stop yaitu di Halte Pasar Bawah.

Jadwal Tetap v

Belum terdapat jadwal tetap untuk trayek Rajabasa-Panjang yang dilalui oleh Bus Biru dan Bus Hijau.

Peraturan/Kebijakan

khusus BRT v

Belum ada aturan/kebijakan khusus untuk operasional bus transit di Kota Bandar Lampung

Operator/Perusahaan v

Operator yang menaungi adalah PT. Trans Bandar Lampung yang bergabung dengan Koperasi Kota Bandar Lampung Sumber: Hasil Penelitian, 2021

(18)

Setelah mengidentifikasi fasilitas apa saja yang harus terdapat dalam pelayanan bus transit di suatu kota, perlu mengidentifikasi simpul-simpul yang menjadi salah satu fasilitas utama yang harus ada. Hal tersebut ditunjukkan selama peneliti melakukan observasi lapangan untuk melihat keadaan secara langsung. Berikut keadaan dari simpul transportasi Bus transit Kota Bandar Lampung:

a. Terminal

Bus transit Kota Bandar Lampung memiliki dua (2) terminal pemberhentian utama, yaitu Terminal Rajabasa dan Terminal Panjang. Namun, demikian sangat berbeda dengan apa yang direncanakan dalam RTRW Kota Bandar Lampung yang memberikan beberapa alternatif pemberhentian utama pada beberapa titik kecamatan yang menjadi pergerakan tertinggi. Terminal sebagai lokasi asal dan tujuan perjalanan memainkan peran penting untuk pengaturan kendaraan umum. Selain itu kinerja terminal ditentukan dari kapasitas yang tersedia dan kendaraan umum yang menggunakan terminal. Untuk menunjang sistem transportasi darat, saat ini di Kota Bandar Lampung terdapat beberapa terminal diantaranya:

• Terminal Rajabasa, Tipe A • Terminal Panjang, Tipe B • Terminal Sukaraja, Tipe C • Terminal Pasar Bawah, Tipe C • Terminal Kemiling, Tipe C

Namun, terminal yang aktif beroperasi untuk melayani Bus transit Kota Bandar Lampung hanya ada dua (2) terminal. Berikut keadaan dari terminal yang melayani simpul transportasi Bus transit Kota Bandar Lampung:

TABEL III. 2 KONDISI TERMINAL RAJABASA DAN TERMINAL PANJANG DI KOTA BANDAR LAMPUNG Komponen Standar Terminal Tipe A Tipe B

Kondisi Eksisting Terminal

Rajabsa Kondisi Eksisting Terminal Panjang

Faslitas Pokok Jalur pemberangkat an dan jalur kedatangan V V

(19)

Komponen Standar Terminal Tipe A Tipe B

Kondisi Eksisting Terminal

Rajabsa Kondisi Eksisting Terminal Panjang

Tempat tunggu penumpang

V V

Kantor

Terminal V V Tidak Ada

Rambu dan papan Informasi V V Tidak Ada Fasilitas Penunjang Kios/Kantin V V Menara

(20)

Komponen Standar Terminal Tipe A Tipe B

Kondisi Eksisting Terminal

Rajabsa Kondisi Eksisting Terminal Panjang

Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi V V

Taman V V Tidak ada

Tempat Penitipan Barang

V Tidak Ada Tidak ada

Ruang Informasi dan Pengaduan

V V Tidak ada

Ruang

(21)

Komponen Standar Terminal Tipe A Tipe B

Kondisi Eksisting Terminal

Rajabsa Kondisi Eksisting Terminal Panjang

Musholla V Tidak ada

Telepon

Umum V Tidak ada Tidak ada

Sumber: Hasil Penelitian, 2021

Berdasarkan hasil observasi kondisi terminal yang melayani Bus transit Kota Bandar Lampung, sudah cukup memenuhi standar Kementrian Perhubungan mengenai Terminal Tipe A dan Terminal Tipe B. Namun, ada beberapa fasilitas yang belum maksimal dan terawatt pada dua terminal yang melayai tersebut. Kondisi seperti ruang tunggu, area keberangkatan dan kedatangan belum sepenuhnya terawat sebagaimana mestinya terminal yang layak. Terkhusus pada Terminal Panjang yang masih jauh dari kata layak. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi bangunan dan tempat tunggu penumpang yang belum tertata dengan baik. Banyak penumpang yang langsung menunggu did alam bus atau menunggu bersamaan dengan area kantin/kios.

b. Halte

Selain adanya gterminal sebagai salah satu simpul transportasi yang melayani Bus transit Kota Bandar Lampung, terdapat juga simpul berupa halte. Halte menjadi fasilitas utama yang harus disediakan dalam pengoperasian bus transit Kota Bandar Lampung. Pada trayek yang disediakan dengan rute Rajabasa-Panjang, sudah terdapat beberapa halte sebagai salah satu fasilitas utama. Total halte yang tersedia di Kota Bandar Lampung yang dilalui melalui trayek Rajabasa Panjang terdapat 18 halte pemberhentian yang tersebar diberbagai pusat kegiatan masyarakat di Kota Bandar Lampung. Lokasi halte ditentukan dengan mempertimbangkan tarikan bangkitan serta keadaan pada kondisi eksisiting di sepanjang trayek Rajabasa-Panjang. Berdasarkan RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 syarat penyediaan minimal adalah 300 – 400 meter dari halte transit atau sekitar 5-10 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Keadaan halte yang telah disediakan sudah disediakan yang bertujuan sebagai selther tempat pemberhentian bus sementara, namun, pada kondisi eksistingnya adanya halte tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut menjadikan selther pemberhentian bus tersebut

(22)

dipenuhi oleh para pedagang kaki lima (PKL) dan juga ojek online. Berikut merupakan halte bus dan keadannya pada kondisi eksisting setelah dilakukan observasi:

(a) Halte Bus yang dijadikan tempat Ojek Online (b) PKL yang berdagang didekat Halte Bus

(c) Kondisi salah satu halte Bus di Kota Bandar Lampung (d) Kondisi Halte Bus yang tidak terawat

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 1 KONDISI HALTE BUS TRANSIT

TRAYEK RAJABASA-PANJANG DI KOTA BANDAR LAMPUNG c. Rambu dan Bus Stop

Selain adanya terminal dan halte, fasilitas pendukung juga diperlukan untuk disediakan bertujuan untuk mendukung operasional pelayanan bus transit Kota Bandar Lampung. Fasilitas pendukung yang ada di sepanjang trayek Rajabasa-Panjang berupa rambu atau papan informasi yang menandakan bus stop bus transit. Namun, pada kondisi eksisting, keberadaan rambu/papan informasi ini tidak tersebar di sepanjang trayek Rajabasa-Panjang. Hanya terdapat di beberapa tempat yang memiliki kegiatan/aktivitas terpadat, seperti di Tanjung Karang Pusat. Tanjung Karang Pusat juga merupakan Pusat Pelayanan Kota Bandar Lampung, hal tersebut yang menjadi justifikasi terkuat mengapa

(23)

rambu dan bus stop hanya terdapat di kawasan tersebut. Berikut merupakan kondisi fasilitas pendukung yang ada di sepanjang trayek Rajabasa-panjang:

(a) Kondisi Bus Stop yang berada di Halte TELKOM (b) Kondisi Rambu yang hanya berada di PPK Tanjung Karang

(24)

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 2 LOKASI PERSEBARAN SIMPUL

(25)

2. Moda

Berdasarkan RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030, keberadaan moda transportasi masal yang saat ini didominasi angkutan kota (angkot) atau mobil penumpang umum didukung oleh perilaku pengendara angkutan kota yang berhenti tidak pada tempatnya menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan di beberapa lokasi. pada dokumen tersebut juga dijelaskan bahwa moda transportasi umum yang melayani aktivitas Kota Bandar Lampung berupa trayek cabang dan trayek ranting. Dimana, trayek cabang difokuskan untuk melayani trayek antara kawasan pendukung, antara kawasan pendukung dan kawasan permukiman. Jenis pelayanan cepat dan lambat serta di dukung oleh jenis angkutan bus sedang atau kecil. Moda yang dimaksud adalah bus transit. Bus transit Kota Bandar Lampung terbagi menjadi dua (2) jenis, yaitu Bus Biru sebagai moda transportasi trayek cabang pada rute Rajabasa-Panjang jalur via dalam kota, dan Bus Hijau trayek cabang pada rute Rajabasa-Panjang jalur via luar kota (bypass).

Kapasitas antara bus biru dan Bus Hijau tidak jauh berbeda, dengan cukup melayani kapasitas 40 orang. Berikut karakteristik moda transportasi bus transit di Kota Bandar Lampung:

TABEL III. 3 KARAKTERISTIK MODA BUS TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG

No Rute Trayek Jenis

Angkutan Pengusaha/Pe rusahaan Jumlah Armada Panjang Trayek (km) Kapasitas Bus 1 Rajabasa – Panjang (via dalam kota) Trayek Utama PT. Trans Bandar Lampung 10 19.2 40 2 Rajabasa – Panjang (via luar kota) Trayek Cabang PT. Trans Bandar Lampung 10 21.7 40

(26)

(a) Kondisi Moda Bus Biru yang melayani Rute Rajabasa-Panjang Via Dalam Kota

(b) Kondisi Moda Bus Biru yang melayani Rute Rajabasa-Panjang Via Luar Kota

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 3 KONDISI MODA BUS TRANSIT RUTE RAJABASA-PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG

3. Jaringan

Berdasarkan RTRW Kota Banar Lampung tahun 2011-2030 disebutkan bahwa rencana trayek bus transit Kota Bandar Lampung dilalui oleh empat (4) trayek aktif yang dijelaskan pada tabel III.. namun, pada kondisi eksisting hanya terdapat satu (1) trayek aktif yang dilalui oleh 2 jalur, yaitu Rajabsa-Panjang via dalam kota dan via luar kota. Hal ini dijelaskan oleh pihak operatornya adalah PT. Trans Bandar Lampung mengatakan alasan utamanya karena minimnya perhatian dan kemauan masyarakat Kota Bandar Lampung

(27)

untuk menggunakan bus transit yang telah disediakan. Hal tersebut yang menjadi alasan utama mengapa hanya ada satu (1) trayek aktif. Trayek Rajabasa-panjang tersebut diharapkan sudah cukup melayani aktivitas masyarakat seluruh Kota Bandar Lampung.

TABEL III. 4 TRAYEK BUS TRANSIT KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN RTRW

No Rute Trayek Jenis Trayek

Panjang Trayek

(km)

1 Rajabasa – Panjang Trayek Utama 20.85

2 Rajabasa – Panjang (bypass) Trayek Utama 20.17

3 Perumahan Korpri-PPI Lempasing Trayek Utama 22.90

4 Kemiling-Ir Sutami Trayek Utama 21.94

5 Rajabasa-PPI Lempasing Trayek Utama 23.53

6 Kemiling-Panjang Trayek Utama 18.18

7 Kemiling-Sukajaya 9 Trayek

Pengumpan

12.73

8 Kemiling-Tanjung Karang Trayek

Pengumpan

9.32

9 Ir Sutami-Tanjung Karang Trayek

Pengumpan

11.96

10 Kemiling-Rajabasa Raya Trayek

Pengumpan

12.60

11 Kemiling-Sukarame Trayek

Pengumpan

17.93

12 Srengsem-Ir Sutami Trayek

Pengumpan

11,78

13 Way kandis-Tanjung Karang Trayek

Pengumpan

14.32

14 Way Kandis-Tanjung Gading Trayek

Pengumpan

14.44

(28)

Sumber: hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 4 PETA TRAYEK AKTIF BUS TRANSIT RUTE RAJABASA-PANJANG DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(29)

3.6.2 Operator

Konsep pengembangan sistem transportasi perkotaan dengan yang saat ini sedang menjadi trend di kota-kota besar adalah sistem Transit Oriented Development (TOD) cukup baik, namun secara umum penerapan Bus Rapid Transit (BRT) sebagai bagian dari sistem TOD di Kota Bandar Lampung dengan kondisi jaringan jalan yang ada belum memungkinkan untuk dikembangkan. Seiring dengan kebutuhan penduduk akan sarana transportasi yang memadai, konsep BRT dapat digunakan dengan tetap memperhatikan perkembangan Kota Bandar Lampung, dalam arti konsep BRT diatas digabungkan dengan konsep angkutan masal konvensional yaitu dengan memanfaatkan jaringan jalan yang ada bersamaan dengan angkutan masal dan kendaraan lain. Penyediaan bus transit didukung dengan kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030, Pasal 10 ayat (4) huruf (c) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana kota secara terpadu yang berwawasan lingkungan, maka dikembangkan sistem transportasi perkotaan menggunaakan konsep bus transit di pusat primer tanjung Karang serta penyediaan bus yang berimplikasi pada penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki.

Sejak adanya kebijakan tersebut, maka bus transit Kota Bandar Lampung mulai beroperasi pada 14 November 2011 dengan operatornya adalah PT. Trans Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari 35 perusahaan angkutan di Kota Bandar Lampung. Trayek bus transit yang ada di Kota Bandar Lampung menurut Rencana Tata Ruang Wilayahnya adalah sebangak empat (4) trayek, yaitu; Rajabasa – Tanjung Karang (Pasar Bawah), Tanjung Karang (Pasar Bawah) – Teluk Betung (Gudang Lelang) via Jalan Diponegoro, Tanjung Karang (Pasar Bawah) – Korpri , Rajabasa – Panjang. Dari ke-empat (4) trayek tersbut, hingga saat ini hanya terdapat 1 trayek aktif yaitu Rajabasa-Panjang yang melalui via dalam kota dan via luar kota.

3.6.3 Karakteristik Pengguna (User)

Menyediakan transportasi publik berupa bus transit, yang perlu diperhatikan adalah demands dari masyarakat perkotaa. Terutama, dalam melakukan penyediaan terhadap masyarakat Kota Bandar Lampung atas kepentingan dalam beraktivitas sehari-hari. Setelah melakukan survey, karakteristik pengguna bus transit dapat teridentifikasi untuk menentukan dari penyediaan (supply) yang tepat terhadap pelayanan bus transit di Kota Bandar Lampung. Hal-hal yang dapat diidentifikasi, seperti rata-rata dominan jenis kelamin pengguna, jenis pekerjaan pengguna, kelompok umur pengguna, dan untuk

(30)

kegiatan apa yang mereka lakukan dengan menggunakan bus transit Kota Bandar Lampung. Berikut merupakan karakteristik pengguna bus transit di Kota Bandar Lampung:

A. Pendapatan Responden

Pendapatan masyarakat menjadi salah satu factor penting yang mempengaruhi minat pengguna untuk memilih moda transportasi untuk melayani kegiatannya sehari-hari. Begitu juga dengan mengidentifikasi karakteristik pengguna untuk pemilihan moda transit berupa Bus Rapid Transit (BRT) untuk melayani kegiatan masyarakat. Peneliti, melalui kuisioner, mengidentifikasi setiap pengguna yang menjadi responden untuk mengtahui seberapa besar pendapatan dari pengguna BRT tersebut. Kemudian, data tersebut menjadi pertimbangan analisis yang menentukan para responden untuk menggunakan BRT sebagai salah satu pilihan moda yang melayani kegiatannya sehari-hari. Mengetahui pendapatan dari pengguna BRT sangat penting dilakukan, selain untuk mempertimbangkan pemilihan moda, juga untuk menentukan berapa besar tarif yang mampu pengguna bayar untuk setiap kali perjalananya. Hal tersebut menjadi pertimbangan besar dari regulator dan operator dalam menentukan tarif yang sesuai dengan karakteristik pengguna BRT. Berikut merupakan data pendapatan pengguna BRT yang didapatkan dari 200 responden Bus Rapid Transit (BRT) Kota Bandar Lampung;

GAMBAR III. 5

PENDAPATAN RESPONDEN PENGGUNA BRT KOTA BANDAR LAMPUNG

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

Dari data tersebut, dapat diidentifikasi, bahwa pendapatan dominan dari pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Kota Bandar Lampung berada di range 1,000,000-Rp. 2,499,999 dengan frekuensi 90 orang dari data responden yang didapatkan. Hal tersebut menginformasikan bahwa pengguna Bus Rapid Transit (BRT) memiliki range pendapatan yang cukup rendah, karena berada dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bandar

41 90 43 18 8 <999,000 1,000,000-2,499,999 2,500,000-3,499,999 3,500,000-4,999,999 >5,0000,000

Klasifikasi Pendapatan Responden Pengguna BRT Kota Bandar Lampung

(31)

Lampung senilai Rp. 2,653,000. Untuk mengetahui hal tersebut, perlu diketahui jenis pekerjaan pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Kota Bandar Lampung.

B. Jenis Kelamin

Dari 200 responden yang terbagi dengan dua jalur trayek Rajabasa-Panjang, dimana 100 responden khusus bus transit jalur via dalam kota dan 100 responden selanjutnya merupakan khusus jalur bus transit via luar kota, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 6

JENIS KELAMIN DOMINAN PENGGUNA BUS TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Berdasarkan Gambar III.5 bahwa pengguna bus transit baik untuk Bus Biru dan Bus Hijau lebih dominan berjenis kelamin perempuan. Pada kondisi eksisting juga sangat terlihat jelas bahwa pengguna lebih banyak dari jenis kelamin perempuan. Namun, banyaknya pengguna perempuan juga tidak mendominasi pengguna laki-laki. Hal tersebut juga dibuktikan dengan rasio persentase hasil yang menunjukkan pengguna laki-laki juga cukup seimbang. Untuk hal tersebut, menginformasikan bahwa pengguna bus transit di Kota Bandar Lampung cukup merata baik untuk pengguna perempuan dan pengguna laki-laki.

C. Jenis Pekerjaan

Selain mengetahui karakteristik berdasarkan jenis kelamin, hal tersebut tidak bisa menggambarkan secara spesifik bagaimana karakteristik pegguna bus transit di Kota Bandar Lampung. Untuk itu, pentingnya mengetahui jenis pekerjaan dari para pengguna bus transit, baik untuk Bus Biru dan Bus Hijau.

47% 53%

Responden Bus Biru

Laki-Laki Perempuan

44%

56%

Responden Bus Hijau

Laki-Laki

(32)

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 7

JENIS PEKERJAAN RESPONDEN PENGGUNA BUS TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Berdasarkan Gambar III.6 dapat diidentifikasi jenis pekerjaan dari pengguna bus transit di Kota Bandar Lampung melalui 200 responden yang telah terbagi secara khusus. Jenis pekerjaan pengguna bus transit terbagi menjadi empat (4), yaitu Pelajar/mahasiswa yang memiliki rasio persentase rata-rata 24-27%. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh masa pandemi COVID-19, dimana sebelumnya pengguna bus transit dari kelompok pelajar/mahasiswa cukup mendominasi. Selanjutnya, ada pengguna yang bekerja sebagai wiraswasta. Pengguna yang bekerja sebagai wiraswasta terdiri dari pedagang, kuli bangunan dan pekerja-pekerja toko yang tersebar di Kota Bandar Lampung. Rasio persentase jenis pekerjaan wiraswasta cukup besar dan mendominasi, yaitu >50% untuk Bus Biru dan Bus Hijau.

Jenis pekerjaan selanjutnya adalah Ibu Rumah Tangga, yang menggunakan bus transit untuk berkegiatan. Rasio persetase IRT tidak cukup banyak mendominasi, yaitu hanya berkisar 11-14 % untuk Bus Biru dan juga Bus Hijau. Jenis kegiatan terakhir adalah Pegaawai Negeri Sipil (PNS)/ASN yang memiliki rasio persentase yang tidak dominan yaitu 4-5% dari total responden pengguna Bus Transit di Kota Bandar Lampung.

24% 58%

14%4%

Jenis Pekerjaan Responden Bus Biru

Pelajar/Mahasis wa Wiraswasta Ibu Rumah Tangga (IRT) PNS/ASN 27% 57% 11%5%

Jenis Pekerjaan Responden Bus Hijau

Pelajar/Mahasis wa Wiraswasta Ibu Rumah Tangga (IRT) PNS/ASN

(33)

D. Kelompok Umur

Berdasarkan hasil kuisioner dan observasi dapat diidentifikasi kelompok umur dari pengguna bus transit. Kelompok umur responden pengguna bus transit terbag menjadi empat (4) kelompok umur, yang digambarkan pada grafik berikut:

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 8

JENIS KELOMPOK UMUR PENGGUNA BUS TRANSIT KOTA BANDAR LAMPUNG

Berdasarkan Gambar III.7 kelompok umur dominan pengguna bus transit adalah merata di semua kelompok. Namun, pengguna perempuan lebih banyak pada setiap kelompok umur responden pengguna bus transit. Hal tersebut menjelaskan bahwa pengguna bus transit merata dari berbagai umur, mulai dari usia produktif hingga usia lanjut.

E. Jenis Kegiatan

Selain mengetahui jenis kelamin, jenis pekerjaan dan karakteristik kelompok umur dari pengguna bus transit, perlu juga mengetahui untuk apa para pengguna tersebut menggunakan moda transportasi bus transit sebagai moda yang melayani kegiatan dari aktivitas tersebut. Dari hasil observasi peneliti, dapat digambarkan melalui gambar berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 L ak i-l ak i Per em p u an L ak i-l ak i Peremp u an L ak i-l ak i Peremp u an L ak i-l ak i Peremp u an 18-25 26-35 36-45 46-55

Jenis Kelompok Umur Bus Biru

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 L ak i-l ak i Per em p u an L ak i-l ak i Per em p u an L ak i-l ak i Peremp u an L ak i-l ak i Peremp u an 18-25 26-35 36-45 46-55

(34)

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 9

JENIS KEGIATAN RESPONDEN PENGGUNA BUS TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Dari gambar III.7 tersebut, dapat diidentifikasi dari responden pengguna bus transit memiliki enam (6) tujuan aktivitas yang memilih moda bus transit sebagai alat transportasi yang melayani aktivitas tersebut. Dari hasil kuisioner, didapatkan bahwa pengguna yang menggunakan bus transit untuk kegiatan bekerja mendominasi dengan rasio persentase 41-45% dari responde Bus Biru dan Bus Hijau. Selain itu, maksud kegiatan lainnya digunakan sebagai tujuan aktivitas sekolah, belanja, hiburan, perjalanan ke rumah saudara dan perjalanan pulang kampung yang transit modanya menggunakan bus transit.

F. Pemilihan Moda Transit

Setelah mengetahui jenis kegiatan dan tujuan pengguna BRT dalam beraktivitas perlu untuk mengidentifikasi pemilihan moda transit/penggunaan kendaraan lain oleh prengguna BRT. Data tersebut perlu dipertimbangkan untuk mengetahui, minat masyarakat dalam menggunakan BRT untuk pilihan moda saat beraktivitas. bahwa, banyak dan sedikitnya peminat pengguna BRT juga ditentukan oleh kesiapan dan jenis moda yang ditawarkan oleh pihak regulator dan operator Kota Bandar Lampung. Untuk itu, peneliti mendapatkan data tersebut, dari kuisioner terhadap responden pengguna BRT Kota Bandar Lampung. 45% 15% 8% 15% 9%8%

Jenis Kegiatan Responden Bus Hijau Bekerja Sekolah Belanja Hiburan/Berkunju ng Perjalanan Pulang Kampung Ke rumah saudara 41% 15% 19% 12%6% 7%

Jenis Kegiatan Responden Bus Biru

Bekerja Sekolah Belanja Hiburan/Berkunjun g Ke rumah saudara Perjalanan Pulang Kampung

(35)

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

GAMBAR III. 10

PEMILIHAN MODA TRANSIT PENGGUNA BRT KOTA BANDAR LAMPUNG

Dari data tersebut, peneliti melakukan klasifikasi pemilihan moda yang didapatkan dari responden Bus Biru dan Bus Hijau. Hal itu dikarenakan karakteristik rute yang berbeda, maka mempengaruhi dari data pemilihan moda pengguna BRT Kota Bandar Lampung pada masing-masing bus. Dari data pengguna Bus Biru, klasifikasi moda dibagi menjadi empat 94) jenis, yaitu menggunakan Angkutan Kota (Angkot), Kendaraan pribadi, Jalan kaki dan juga menggunakan Ojek/Taxi Online. Dari data tersebut, pengguna Bus Biru banyak menggunakan Angkutan Kota (Angkot) sebagai pilihan moda trasit lainnya. Untuk itu, dapat diketahui bahwa sebenarnya minat pengguna transportasi umum cukup tinggi, hal itu dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan frekuensi aktivitas masyarakat yang bekerja di perkotaan yang memiliki intensitas pergerakan yang cukup tinggi.

Selain itu, untuk pemilihan moda transit lainnya yang ada di Bus Hijau, juga diklasifikasi menjadi empat (4) jenis yang sama, dimana hasil dominan dari responden pengguna Bus Hijau juga memilih Angkutan Kota (angkot) sebagai pilihan moda lainnya untuk beraktivitas. hal itu, menurut pengguna lebih terjangkau dari harga untuk melakukan banyak pergerakan sehari-ha

51% 11% 34%

4%

Frekuensi pemilihan moda

Angkutan Kota (Angkot) Kendaraan Pribadi Jalan kaki Ojek Online 50% 14% 29% 7%

Frekuensi pemilihan moda

Angkutan Kota (Angkot)

Kendaraan Pribadi Jalan kaki Ojek Online

Gambar

TABEL III. 1
TABEL III. 2 KONDISI TERMINAL RAJABASA DAN   TERMINAL PANJANG DI KOTA BANDAR LAMPUNG  Komponen  Standar  Terminal   Tipe A  Tipe B
GAMBAR III. 1 KONDISI HALTE BUS TRANSIT
GAMBAR III. 2 LOKASI PERSEBARAN SIMPUL
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Tangible adalah kualitas pelayanan yang berupa sasaran fisik perkantoran, komputerisasi, ruang tunggu, tempat informasi, perlengkapan dan personil. Menurut

Penyelesaian analitis dari suatu model matematis adalah penyelesaian yang didapat dari manipulasi aljabar terhadap persamaan dasar sehingga didapat suatu penyelesaian yang

Dalam peningkatan daya saing daerah tersebut, memang tidak semua sektor dapat langsung tersentuh secara maksimal, oleh karena itu dalam lingkup Kabupaten Malang

Batu kandung kemih sering terjadi pada klien yang mengalami gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada klien dengan hiperplasia prostat,

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasih karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan seperti dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat kepada ibu hamil.

Hasil pada penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan pada Instalasi Hemodialisis Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto, dimana pasien perempuan