• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK (KETELADANAN KELUARGA NABI IBRAHIM DI DALAM AL-QUR AN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK (KETELADANAN KELUARGA NABI IBRAHIM DI DALAM AL-QUR AN)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM AL-QUR’AN)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh

Shofi Hidayatullah Akbar NIM 11160340000018

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Shofi Hidayatullah Akbar NIM : 11160340000018

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “POLA

KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK (KETELADANAN KELUARGA NABI IBRAHIM DI DALAM AL-QUR’AN)” adalah

benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 15 Maret 2021

MATERI 6000

Shofi Hidayatullah Akbar NIM 11160340000018

(4)

iv

Skripsi berjudul “POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK

(KETELADANAN KELUARGA NABI IBRAHIM DI DALAM

AL-QUR’AN)” disusun oleh Shofi Hidayatullah Akbar, NIM

11160340000018, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 26 Februari 2021

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M. A.

(5)

v

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK (KETELADANAN KELUARGA NABI IBRAHIM DI DALAM AL-QUR’AN) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 April 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 10 Mei 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Ala’i Nadjib, M. A. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH. NIP. 1971105 200501 2 004 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Hamdani Anwar, M. A. Dr. M. Suryadinata, M. A. NIP. 19530107 198303 1 001 NIP. 19600908 198903 1 005

Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M. A. NIP. 19690822 199703 1 002

(6)
(7)

vii

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب ba b be ت ta t te ث s|a s| es (dengan titik di atas) ج jim j je ح h{

h{ ha (dengan titik di bawah

خ kha

kh ka dan ha

د dal

d de

ذ z|al

z| zet (dengan titik di atas)

ر ra

r er

ز zai

(8)

س sin

s es

ش syin

sy es dan ye

ص s}ad

s} es (dengan titik di bawah) ض d{ad

d{ de (dengan titik di bawah)

ط t{a

t{ te (dengan titik di bawah) ظ

z}a z{ zet (dengan titik

di bawah) ع ‘ain ‘ apostrof terbalik غ gain g ge ف fa f ef ق qof q qi ك kaf k ka ل lam l el م mim m em ن nun n en و wau w we ه ha h ha ء hamzah ’ apostrof ي ya y ye

(9)

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

َ

fath|ah a a

َ kasrah i i

َ d{ammah u u

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf

Nama Huruf dan tanda

Nama ى َ | ا َ fath|ah dan alif

atau ya

a> a dan garis di atas َ

ى kasrah dan ya i> i dan garis di atas و َ d{ammah dan

(10)

4. Ta marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harkat fath|ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

(11)

xi

ABSTRAK

SHOFI HIDAYATULLAH AKBAR, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak (Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur’an).

Komunikasi adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan oleh manusia. Karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi pertama kali dilakukan oleh manusia sejak dia dilahirkan, yaitu komunikasi dengan ibunya. Seiring berjalannya waktu, seorang anak akan senantiasa berkomunikasi dengan kedua orang tuanya, Dengan demikian, orang tualah yang akan menjadi guru pertama dalam mengajarkan anak untuk berkomunikasi.

Komunikasi yang disampaikan orang tua kepada anak, kadang kalanya tidak dapat dipahami dengan cepat dan tidak dapat diterima oleh anak. Di antara penyebabnya adalah, ada hal-hal yang di luar nalar atau menyulitkan keadaan anak. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam berkomunikasi dengan anaknya. Komunikasi yang baik dalam keluarga, telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Dalam skripsi ini akan dipaparkan lebih detail bagaimana cara Nabi Ibrahim berkomunikasi dengan anaknya. Penelitian skripsi ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang bersifat studi pustaka (library Research).Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini ialah untuk menjelaskan pola (cara penyampaian) komunikasi orang tua kepada anaknya menyangkut hal yang menyulitkan anak bila mengacu pada kisah keteladanan keluarga Nabi Ibrahim.

Hasil dari penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa komunikasi orang tua dan anak yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ialah komunikasi yang menggunakan pola dialog dan pertanyaan. Komunikasi yang terjadi ialah komunikasi dua arah yang melibatkan interaksi kedua belah pihak (orang tua dan anak) serta mengedepankan akhlak mulia dan kata-kata yang sopan santun dalam berkomunikasi.

(12)
(13)

xiii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena nikmat, hidayah dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak (Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur’an).

S{alawat serta salam selalu dihadiahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW atas kegigihan dan keyakinannya dalam menyebarkan Islam sehingga nikmat Islam dapat dirasakan di seluruh belahan dunia hingga saat ini. Dengan adanya Islam, jalan kebenaran terbentang luas, ilmu pengetahuan berkembang semakin pesat, tatanan kehidupan semakin membaik.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari doa, dukungan, semangat, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas dedikasinya terhadap kampus tercinta dan para mahasiswanya, khususnya penulis.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

3. Dr. Eva Nugraha, M.A. selaku Ketua Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas dedikasinya yang tinggi yang selalu memberi dukungan moril kepada penulis dan selalu bersedia meluangkan waktu untuk

(14)

menjawab segala kebingungan yang penulis hadapi selama proses pengerjaan skripsi.

4. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH selaku Sekretaris Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas dedikasinya yang tinggi dan telah bersedia menampung keluh kesah penulis dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis terkait skripsi dan perkuliahan.

5. Dr. Ahsin Sakho Bin Muhammad Asyrofuddin sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi penulis.

6. Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, kritik dan saran kepada penulis guna memperbaiki dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat lebih luas dirasakan manfaatnya melalui skripsi ini.

7. Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyampaikan ilmu mengenai pokok-pokok agama Islam maupun ilmu umum.

8. Kakak tersayang, Hariati Rukaya yang selalu membimbing penulis, mendoakan, menemani dalam menyelesaikan skripsi, menyemangati, serta memberikan dukungan tiada henti.

9. Kedua adik tersayang, Luthfiana Alfia dan Nuria Alfi Zahrah yang selalu mendoakan dan tak pernah bosan memberikan semangat kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan IAT angkatan 2016, forum angkatan al-A’ra>f LDK Syahid, Faiz dan Faizah, teman-teman Ikatan Remaja Masjid Fathullah, cucu-cucu nenek yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis.

(15)

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya namun tak mengurangi rasa syukur penulis. Terima kasih atas semua doa, bantuan dan dukungan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terakhir, penulis ucapkan terima kasih yang paling mendalam kepada kedua orang tua yang selalu membimbing, mendoakan, memberi dukungan tiada henti baik moril maupun materil kepada penulis. Terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan. Semua itu tidak ternilai harganya, semoga Allah selalu mencurahkan kasih sayang dan rida serta membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan balasan terbaik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. A<min ya> Robbal‘a>lami>n.

Jakarta, 12 Februari 2021

(16)
(17)

xvii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ... v

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

ABSTRAK ... xi

KATA PENGANTAR ... xiii

DAFTAR ISI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 7

G. Metodologi Penelitian ... 11 H. Sistematika Penulisan ... 13 BAB II KOMUNIKASI ... 15 A. Pengertian Komunikasi ... 15 B. Tujuan Komunikasi ... 17 C. Teori-teori komunikasi ... 18

D. Unsur - Unsur Komunikasi ... 23

(18)

F. Komunikasi dalam Keluarga ... 29

BAB III KOMUNIKASI YANG DILAKUKAN NABI IBRAHIM .... 33

A. Profil Nabi Ibrahim ... 33

B. Komposisi keluarga Nabi Ibrahim ... 36

C. Kisah-Kisah Keluarga Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur’an ... 39

D. Komunikasi Nabi Ibrahim ... 44

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI NABI IBRAHIM DENGAN NABI ISMAIL ... 53

A. Jenis Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Ismail ... 53

B. Pola Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Ismail ... 53

C. Nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalam komunikasi Nabi Ibrahim dan Ismail ... 54

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT di muka bumi paling sempurna dan memiliki potensi yang tidak dimiliki makhluk lain yakni potensi komunikasi.1 Salah satu kesempurnaan manusia sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan di dalam al-Qur’an, yang berbunyi:

َناَسإنِإلْا َقَلَخ

{ 3 }

َناَيَ بإلا ُهَمَّلَع

{ 4 }

“Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.” (Qs. Al-Rahma>n/55: 3-4)

Prof. Dr. Quraish Shihab di dalam tafsir al-Misbah menjelaskan tentang potensi al-bayan ialah potensi yang melekat pada diri manusia yang membuat dapat hidup bersama dalam lingkungan sosial. Dengan potensi ini, manusia memiliki potensi untuk melahirkan suara yang memiliki makna yang disepakati bersama. Sehingga tercipta saling pengertian antara satu sama lain.

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun tidak dikenal sama sekali.2 Dalam penelitian ini, komunikasi yang dimaksudkan ialah dari manusia yang tentunya sudah dikenal yakni orang tua. Orang tua harus dapat berkomunikasi dengan baik dalam keseharian di lingkungan keluarga khususnya dalam mendidik anak-anaknya.

1 Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki hakiki, Pengantar Ilmu Komunikasi

(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2017), 1.

2 Morissan, TEORI KOMUNIKASI: Individu Hingga Massa (Jakarta: KENCANA

(20)

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai oleh seorang anak. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan dari orang tua adalah pendidikan pertama yang diterima setiap anak. Seyogyanya bagi umat Islam, pendidikan yang diterima pertama kali merupakan Pendidikan aqidah dan akhlak. Hal ini sangat penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan karakter anak. Dalam mendidik anak, komunikasi yang disampaikan harus dengan cara yang tepat agar anak dapat menerima apa yang disampaikan orang tuanya dengan baik.

Dalam kenyataannya dapat dijumpai masih ada orang tua yang belum menemukan cara berkomunikasi yang baik dan tepat kepada anaknya sehingga menyebabkan pesan yang ingin disampaikan tidak dapat dipahami oleh anak. Keadaan ini lebih lanjut akan berdampak kepada pertumbuhan karakter dan kepribadian anak menjadi terhambat. Bahkan dalam beberapa kasus komunikasi dari orang tua kepada anaknya, acap kali hal-hal yang disampaikan merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan anak sehingga dapat menyulitkan kondisi anak atau dapat menyakiti anak. Dalam keadaan ini orang tua dituntut untuk menyampaikan kepada anak dengan cara yang bijaksana.

Dalam melakukan suatu aktivitas termasuk berkomunikasi, manusia memerlukan contoh yang dapat ditiru agar tidak ada kerancuan dalam pengaplikasiannya. Dalam Islam, segala aktivitas telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW juga para nabi sebelumnya. Contoh tersebut yang dapat membantu manusia dari zaman ke zaman untuk dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik sesuai koridor syariat Islam baik dalam hal beribadah kepada Allah SWT maupun hubungannya dengan manusia lain dalam kehidupannya.

Allah SWT sudah menurunkan satu kitab suci yang dijadikan pedoman bagi umat muslim sepanjang zaman. Pedoman tersebut adalah

(21)

al-Qur’an sebagai mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW diutus untuk membawa risalah kepada umat Islam di seluruh dunia. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Maka dalam mendakwahkan Islam kepada umatnya, Nabi Muhammad SAW selalu berpedoman kepada al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam al-Qur’an itu sendiri sudah Allah jelaskan bahwa kitab ini merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu ayat yang berbunyi:

َيِقَّتُمإلِل ىًدُه

ۛ

ِهيِف

ۛ

َبإيَر َلَ ُباَتِكإلا َكِلََٰذ

“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Qs. al-Baqarah/2: 2)

Di dalam al-Qur’an pun telah banyak dibahas ayat-ayat mengenai komunikasi, khususnya dari orang tua terhadap anak. Berbagai macam contoh kehidupan dan kisah dari umat terdahulu yang telah diceritakan di dalam al-Qur’an sedikit banyak akan memberikan gambaran mengenai model keluarga dengan pola komunikasi terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Gambaran model keluarga terbaik tersebut telah banyak dijelaskan di dalam kisah-kisah yang tersebar di beberapa ayat al-Qur’an. Misalnya kisah keluarga Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim telah memberikan keteladanan yang sangat luar biasa dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya. Dari kisah inilah, dapat diambil pelajaran hingga saat ini. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

(22)

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ...” (Qs. al-Mumtah}anah/60: 4)

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa ada banyak hal yang harus diteladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, termasuk di antaranya anaknya sendiri yaitu Nabi Ismail. Nabi Ibrahim adalah seorang sosok ayah yang telah berhasil membina keluarga sejahtera hingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an untuk dipelajari oleh umat Islam sepanjang zaman.

Keberhasilan Nabi Ibrahim dalam membina keluarga tentu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, di antaranya adalah komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak pernah putus sepanjang hayat. Salah satu kisah teladan beliau ialah penyembelihan kurban yang dinarasikan di dalam al-Qur’an surah al-S{a>ffa>t ayat 102.

Dalam ayat ini terdapat hal yang unik dari pola komunikasi antara orang tua dengan anak. Ada keadaan yang tidak sejalan dengan ketentuan yang berlaku yang dalam hal ini tidak menyenangkan bagi anak. Semestinya seorang Ayah yang merupakan orang tua secara naluriah tidak akan melakukan hal-hal yang dapat menyulitkan dan menyakiti anaknya sendiri. Namun Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anak kesayangannya. Hal ini menuntut Nabi Ibrahim untuk dapat menyampaikan informasi ini dengan komunikasi yang amat baik.

Di samping keberhasilannya membina keluarga, ada beberapa alasan yang menjadi penguat sehingga penulis memilih Nabi Ibrahim dalam penelitian ini. Alasan tersebut di antaranya: Nabi Ibrahim merupakan Nabi yang memiliki banyak keistimewaan, ia merupakan salah satu Nabi dan Rasul ‘ulul ‘azmi (memiliki ketabahan dan keimanan yang luar biasa), Ia

(23)

juga digelari khalilullah (kekasih Allah) karena selalu mengutamakan perintah Allah di atas segalanya, serta selalu bertawakal kepada Allah.

Maka dari itu, dalam skripsi ini penulis akan lebih fokus kepada pola komunikasi keluarga Nabi Ibrahim. Bagaimana Nabi Ibrahim menggunakan cara-cara yang amat baik dan tepat ketika berkomunikasi dengan anaknya, Ismail. Sehingga komunikasi itu dapat ditangkap dan dipahami dengan baik olehnya, akan dibahas secara mendalam melalui penelitian skripsi ini. Di samping itu, penulis menyempurnakan dengan kisah yang lainnya yakni komunikasi antara Nabi Ibrahim dengan Tuhannya dan ayahnya.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pola komunikasi dalam keluarga Nabi Ibrahim melalui skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak (Keteladanan

Keluarga Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur’an).” B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis mengumpulkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Terdapat komunikasi yang kurang baik antara orang tua dan anak. 2. Informasi yang disampaikan orang tua tidak sebatas pada hal-hal yang

menyenangkan atau sesuai dengan keadaan yang diinginkan, melainkan juga pada hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan anak.

3. Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa komunikasi antara orang tua dan anak, diantaranya: komunikasi Nabi Ibrahim dengan anaknya, Nabi Yusuf dengan anaknya, Luqman dengan anaknya, Nuh dengan anaknya, komunikasi Ibu Nabi Musa, dengan saudara perempuan Nabi Musa, Istri Fir‘aun dengan Fir‘aun, dan sebagainya.

4. Terdapat ayat-ayat komunikasi di dalam al-Qur’an, diantaranya: Qs.

(24)

42-48, dan Qs. al-S{a>ffa>t/37: 100-111, Qs. Yusuf/12: 4-5, Qs.

Luqman/31: 13,16-19, Qs. Hud/11: 42-43, Qs. al-Qas}as}/28: 9, 11-12.

5. Di dalam al-Qur’an, kata kunci yang paling banyak disebutkan untuk komunikasi adalah al-qaul yang memiliki arti berbicara. Setiap kalimat di dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang komunikasi dari satu pihak ke pihak lain selalu diawali dengan kata qa>la.

C. Pembatasan Masalah

Bila berbicara mengenai komunikasi, akan banyak sekali teori yang ditemukan untuk mendukung penelitian skripsi ini. Namun di sini akan dibatasi lebih mendalam mengenai penyampaian komunikasi orang tua kepada anak bila terdapat informasi yang kurang menyenangkan atau tidak diinginkan anak sehingga menimbulkan kondisi yang menyulitkan anak.

Penulis membatasi komunikasi yang diteliti, yaitu komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail, ayat-ayat yang akan diteliti dan dikaji lebih lanjut yakni kepada ayat-ayat yang menjelaskan komunikasi antara Nabi Ibrahim dengan Tuhannya, ayahnya dan dengan anaknya. Ayat yang diteliti terdapat pada 4 surah yang berbeda, yaitu Qs. al-Baqarah/2: 124-131 dan 260, Qs. al-An‘a>m/6: 74, Qs. Maryam/19: 42-48, dan Qs. al-S{a>ffa>t/37: 100-111.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dituliskan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana pola komunikasi Nabi Ibrahim kepada anak adalah surah al-S{a>ffa>t ayat 102?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berangkat dari permasalahan di atas, dapat dijelaskan tujuan dan manfaat dalam penelitian skripsi ini ialah sebagai berikut:

(25)

1. Tujuan

a. Untuk menjelaskan pola (cara penyampaian) komunikasi orang tua kepada anaknya menyangkut hal yang menyulitkan anak bila mengacu pada kisah keteladanan keluarga Nabi Ibrahim.

b. Untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Agama (S.Ag) jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin.

2. Manfaat

a. Secara teoretis penelitian skripsi ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis maupun pembaca.

b. Secara praktis, penelitian skripsi ini bermanfaat untuk menjadi sumber acuan bagi setiap orang tua dalam menerapkan pola komunikasi yang baik dengan meneladani keluarga Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari terkhusus dalam lingkup keluarga.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis telah menelusuri dan menelaah beberapa kajian terdahulu yang relevan dengan tema yang penulis angkat pada penelitian ini. Hal ini dimaksudkan supaya dapat membedakan hasil penelitian dari kajian-kajian terdahulu dengan hasil penelitian ini. Sepanjang penulis menelusuri, penulis menemukan beberapa judul tulisan yang telah dikaji dan memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Artikel jurnal yang ditulis oleh Alvon Pusungulaa3 yang membahas pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakter anak. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keluarga (orang tua) sering menyampaikan pesan yang mengandung arti kejujuran kepada setiap anak mereka guna membentuk karakter anak menjadi baik dan jujur. Dapat disimpulkan bahwa media/ saluran komunikasi yang paling sering digunakan adalah

3Alfon Pusungulaa, “Pola Komunikasi Keluarga dalam Membentuk Karakter

(26)

tatap muka langsung antara orang tua dengan anak ketika memberikan pesan yang membangun karakter anak tersebut.

Artikel jurnal yang ditulis oleh St. Rahmah4 yang membahas pola komunikasi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Menjelaskan bahwa pola asuh yang baik adalah hasil dari pola komunikasi yang baik, dan untuk menciptakan pola asuh yang baik tersebut harus dilandasi dengan cinta dan kasih sayang.

Tesis yang ditulis oleh Suliyono5 membahas penafsiran ayat-ayat komunikasi orang tua dan anak. Melalui Tafsir Lat}a>if Isya>>rat karya al-Qusyayri yang bercorak sufistik, Suliyono menyimpulkan bahwa terdapat nilai sufistik yang dapat diambil dari ayat komunikasi orang tua dan anak (dalam hal ini ia meneliti pola komunikasi Nabi Ibrahim dan Ismail, Lukman al-Hakim dan anaknya, Ya’qub, Yusuf dan saudara-saudaranya, Nuh dan Kan‘an dapat dipetakan sebagai berikut: Nilai tauhid, sabar, mahabah, mura>qabah, raja’, rid}a, dan tawakal.

Skripsi yang ditulis oleh Fatichurriza Rizqa6 membahas mengenai metode pendidikan Islam dalam surah al-S{a>ffa>t ayat 102. Menjelaskan metode dialog dalam berkomunikasi, yakni dialog antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail. Dialog tersebut dilakukan melalui tanya jawab yang di dalamnya memiliki kesamaan topik atau tujuan pembicaraan.

Skripsi yang ditulis oleh Siti Mahmudah7 yang membahas interaksi pendidikan Islam dalam al-Qur’an mengenai kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.

4St. Rahma>h, “Pola Komunikasi Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian

Anak”. Jurnal Alhadharah, vol.17, no.33 (Januari-Juni 2018): 30.

5 Suliyono, “Penafsiran Ayat-ayat Komunikasi Orang Tua dan Anak: Studi

Analisis Tafsir Lat}a>if Al-Isya>rat Karya Al-Qusyayri” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), 5.

6 Fatichurriza Rizqa, “Metode Pendidikan Islam dalam Surah Al-S{a>ffa>t Ayat 102”

(Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017), 10.

7 Siti Mahmudah, “Interaksi Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an (Kisah Nabi

(27)

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa keberhasilan Nabi Ibrahim dalam membina keluarga yang sejahtera tentu ditunjukkan oleh banyak indikator. Di antara indikator tersebut ialah adanya dialog atau interaksi antara bapak dan anak yang tidak pernah putus sepanjang hayat.

Skripsi yang ditulis oleh Rachma Meviliyanti8 yang membahas pendidikan tauhid di dalam keluarga, kajian tafsir surah al-S{a>ffa>t ayat 100-110. Dalam skripsi ini terdapat relevansi dalam pengambilan ayat-ayat al-Qur’an yang hendak dikaji, yakni mengenai keluarga Nabi Ibrahim. Dijelaskan lebih lanjut mengenai pemaknaan para ulama terhadap surah al-S{a>ffa>t ayat 100-110. Orang tua merupakan panutan dalam keluarga dan memiliki tanggung jawab atas anak-anaknya.

Orang tua yang dapat memberikan pendidikan tauhid kepada anaknya akan dapat membentuk karakter anak menjadi anak yang bukan hanya taat kepada orang tuanya namun juga taat kepada Allah SWT.

Tesis yang ditulis oleh Emilya Ulfa9 mengenai konsep pendidikan anak dalam keluarga perspektif al-Qur’an. Pada penelitian ini, difokuskan untuk mencari persamaan dan perbedaan, materi maupun metode pendidikan anak dalam keluarga Nabi Ibrahim dan Luqma>n.

Artikel jurnal yang ditulis oleh Marfuah Sri Sanityastuti, Yani Tri Wijayanti dan Alip Kunandar10 yang membahas pola komunikasi keluarga dalam membangun akhlak yang terpuji. Di dalam jurnal ini dijelaskan bahwa keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memberikan

8 Rachma Meviliyanti, “Pendidikan Tauhid di dalam keluarga (Kajian Tafsir Qs.

Al-S{a>ffa>t Ayat 100-110)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), 6.

9 Emiliya Ula, “Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif Al-Qur’an

(Analisis Kandungan Qs. Ibrahim Ayat 35-41, Qs. Luqma>n Ayat 12-19, dan Qs. Al-S{{a>ffa>t Ayat 100-113” (Tesis S2., Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), 15.

10 Marfuah Sri Sanityastuti, Yani Tri Wijayanti dan Alip Kunandar, “Pola

Komunikasi Keluarga dalam Membangun Akhlakul Karimah”. Channel, vol.3, no.2 (Oktober 2015): 113.

(28)

bekal pendidikan kepada anak dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam hal sosial kemasyarakatan. Pendidikan dalam keluarga yang paling utama adalah dalam hal membentuk akhlak.

Pola komunikasi dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting. Pola komunikasi yang baik, menggabungkan antara komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi individu dan kelompok, ikut menentukan bagaimana akhlak seorang anak dibentuk.

Tesis yang ditulis oleh Robitoh Widi Astuti11 yang membahas tentang komunikasi orang tua dan anak perspektif kisah dalam al-Qur’an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi orang tua dan anak perspektif kisah dalam al-Qur’an memiliki pola dengan Model Stimulus-Respon (S-R), Model ABX, serta Model Interaksional. Komunikasi yang terjadi bisa dipetakan menjadi komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi langsung bisa berupa komunikasi verbal, non verbal, maupun interpersonal Sedangkan komunikasi tidak langsung terjadi ketika komunikator dan komunikan dihubungkan oleh pihak ketiga. Adapun gaya bahasa komunikasi yang dipakai setidaknya ada dua; kalimat interogatif (pertanyaan), dan kalimat imperatif (perintah dan larangan).

Artikel jurnal yang ditulis oleh Zeni Murtafiati Mizani12 yang membahas komunikasi orang tua dan anak dalam Islam (Tinjauan pedagogis komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail dalam al-Qur’an). Dalam Jurnal ini dijelaskan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya melalui proses komunikasi. al-Qur’an sebagai sumber yang paling utama dalam mendidik, memberi beberapa gambaran

11 Robitoh Widi Astuti, “Komunikasi Orang Tua dan Anak Perspektif Kisah

Dalam Al-Qur’an” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2011), 6.

12 Zeni Murtafiati Mizani, “Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Islam

(Tinjauan Pedagogis Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail dalam Al-Qur’an)”.

(29)

kisah tentang komunikasi orang tua dan anak. Salah satu kisah tersebut adalah kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam Qs. al-S{a>ffa>t ayat 102-107.

Berdasarkan kajian-kajian yang relevan dengan penelitian ini, penulis membedakan objek kajian dalam penelitian ini dengan objek kajian yang telah diteliti sebelumnya. Objek dalam penelitian ini ialah komunikasi antara orang tua dan anak bila pesan yang disampaikan dapat menyulitkan anak.

G. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam penelitian karya ilmiah, maka dalam penelitian skripsi ini metode penelitian memegang peranan yang amat penting. Dalam penelitian skripsi ini, metode yang digunakan oleh penulis yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan satu keadaan atau objek dalam konteksnya, menemukan makna dan pemahaman secara mendalam tentang masalah yang dihadapi yang tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, maupun kata.

Pendekatan Kualitatif adalah satu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki satu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif.13

13 Juliansyah Noor, METODOLOGI PENELITIAN Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2017), 33-34.

(30)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library Research) yang menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai subjek yang utama.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis melakukan teknik kepustakaan. Yaitu metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penelitian. Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan metode yang sesuai untuk penelitian kualitatif lalu dianalisis dan disimpulkan berdasarkan informasi-informasi penting secara garis besar.

3. Sumber Data

Sebagai penelitian kepustakaan, terdapat dua macam sumber data yang digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini, sumber data primer yang digunakan ialah al-Qur’an. Seluruh terjemahan al-Qur’an yang terdapat di dalam skripsi ini bersumber dari al-Qur’an yang disusun oleh Kementerian Agama terbitan PT Insan Media Pustaka, Jakarta pada tahun 2012.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder yang digunakan ialah buku tafsir al-Qur’an, literatur-literatur, serta buku-buku bacaan lain yang relevan dengan materi yang diteliti.

(31)

Dalam penelitian kualitatif ini, dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Metode ini memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis, analitis, dan kritis mengenai pola komunikasi keluarga Nabi Ibrahim. Pendekatan kualitatif ini didasarkan pada langkah awal yakni pengumpulan data-data yang dibutuhkan kemudian dilakukan klasifikasi dan deskripsi.

H. Sistematika Penulisan

Suatu penelitian karya ilmiah akan lebih baik jika disajikan dengan sistematika yang rapi. Dalam rangka mempermudah dan memperindah penelitian skripsi ini, maka penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika yang tersusun dalam tiga bagian. Yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Masing-masing bagian akan lebih dirincikan sebagaimana pemaparan di bawah ini.

Bagian awal terdiri dari Lembar Sampul, Lembar Judul, Lembar

Pernyataan Keaslian Karya, Lembar Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Pedoman Transliterasi, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi.

Bagian tengah terdiri dari 5 Bab yang dirincikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan urgensi penelitian yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab I ini berfungsi untuk memberi gambaran secara umum mengenai keseluruhan isi pada Bab II, III, IV, dan V.

Bab II Komunikasi. Berisi penjelasan mengenai seluk beluk komunikasi. Bab II ini berfungsi untuk memaparkan materi mengenai komunikasi, di mana komunikasi menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini. Isi bab ini memiliki hubungan dengan bab III yakni untuk menjelaskan jenis

(32)

komunikasi yang seperti apa dan bagaimana cara komunikasi Nabi Ibrahim kepada anaknya.

Bab III Komunikasi Yang Dilakukan Nabi Ibrahim. Berisi penjelasan lebih dalam mengenai profil Nabi Ibrahim beserta komposisi dan kisah keluarga Nabi Ibrahim di dalam al-Qur’an, dan juga komunikasi Nabi Ibrahim dengan Tuhannya dan anaknya. Bab ini berfungsi untuk memperkenalkan profil Nabi Ibrahim dan komunikasi-komunikasi yang dilakukannya dengan berbagai pihak yang akan menjadi acuan untuk dianalisis pada bab IV.

BAB IV Analisis Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail. Berisi hasil analisis berdasarkan temuan data dan teori yang terdapat pada bab II dan III.

BAB V Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan pada bab ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah yang terdapat pada bab 1.

(33)

15

BAB II KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara etimologi (bahasa), ialah communication dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa satu pikiran, satu makna, atau satu pesan dianut secara sama.1

Secara terminologi (istilah), komunikasi memiliki banyak pengertian. Berikut akan dipaparkan berbagai pengertian dari komunikasi. Komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima, melalui satu medium yang biasanya mengalami gangguan. Dalam definisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan.2

Komunikasi merupakan proses pertukaran dan pemaknaan pesan dalam pikiran individu, antar individu atau kelompok individu melalui interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat terjadi secara face to face atau tatap muka dan non tatap muka.3

Dalam kehidupan, komunikasi adalah sistem yang mengatur pengiriman pesan untuk ditanggapi oleh penerima, karena itu proses

1 Zeni Murtafiati Mizani, “Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Islam

(Tinjauan Pedagogis Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail dalam Al-Qur’an)”.

Ibriez, vol.2, no.1 (2017): 97.

2 Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Prenada media group,

2009), 54.

3 Rachmat Kriyantono, Pengantar Lengkap llmu Komunikasi: Filsafat dan Etika Ilmunya serta Perspektif Islam (Jakarta: Prenada media Group, 2019), 156.

(34)

transmisi dari sebagian informasi atau pesan yang berasal dari sumber itu harus dirancang menarik, sehingga dapat mencapai tujuan akhir.4

Komunikasi dalam prosesnya, melibatkan pertukaran tanda atau simbol baik verbal maupun non verbal dan berorientasi pada adanya kesamaan pemahaman antara komunikator dengan komunikan dalam memaknai tanda atau simbol tersebut untuk mencapai tujuan dari komunikasi.

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi adalah tindakan atau aktivitas manusia untuk menyampaikan suatu pesan yang memiliki makna yang dapat dipahami oleh penerima pesan sehingga dapat mencapai tujuan akhir. Komunikasi dikatakan dapat mencapai tujuannya bila pemberi pesan dan penerima pesan sudah memiliki kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan.

Dalam penelitian ini, komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dalam lingkup keluarga. Komunikasi dalam lingkup keluarga merupakan dialog antar anggota keluarga yang berupa transfer gagasan, ide, keinginan atau sekedar perasaan kepada anggota yang lain dalam keluarga, dapat berupa perkataan, gerakan petunjuk atau isyarat dan simbol-simbol lain dalam bentuk verbal atau non verbal yang dapat mengantarkan sebuah keluarga kepada kondisi saling mengerti dan memahami.

Komunikasi yang terjadi dalam lingkup keluarga, dalam penelitian ini dikhususkan kepada penyampaian komunikasi dari orang tua kepada anak dan sebaliknya.

Di dalam keluarga, komunikasi yang disampaikan oleh orang tua kepada anak-anaknya bertujuan untuk mendidik dan mengarahkan agar anak-anaknya dapat mengenal Allah dan patuh serta tunduk kepada Allah.

4 Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011),

(35)

Karena di dalam islam, komunikasi dibangun di atas prinsip-prinsip islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah yang bertujuan untuk membangun hubungan dengan diri sendiri, Sang Pencipta, serta dengan sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan dan keselamatan dengan cara tunduk kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.

B. Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain:5

1. Pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti. 2. Memahami orang lain.

3. Gagasan dapat diterima oleh orang lain.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

Komunikasi memiliki tujuan utama, yaitu agar dapat memindahkan pengertian yang dimiliki seseorang komunikator (yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (penerima pesan) agar memiliki pengertian baru yang dapat dipahami.

Adapun tujuan Komunikasi antara suami dan istri adalah untuk dapat saling memahami, untuk mengetahui bagaimana perasaan pasangan, kesanggupan atau kondisi pasangan, serta menciptakan keinginan maupun tujuan bersama dalam komitmen.6

Sebagaimana yang dikutip oleh Dwiningtyas, bahwa Montgomery menjelaskan, komunikasi yang efektif adalah tingkat kemampuan pasangan dalam menjalin hubungan interpersonal dalam keluarga, memberikan

5 Isra Wahyuni, “Metode Komunikasi dalam Al-Qur’an” (Skripsi S1., Universitas

Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, 2018), 32.

6 Bonifasia Agiesta Dwiningtyas, “Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara

Suami-Istri dengan Kepuasan Perkawinan Pada Istri yang Bekerja” (Skripsi S1., Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2018), 19.

(36)

tanggapan, dapat memahami perkataan pasangan dan memelihara pengertian melalui komunikasi yang dilakukan.7

Dwiningtyas juga mengutip perkataan Daradjat, komunikasi yang efektif di antara suami istri membuat hubungan interpersonal menjadi baik sehingga dapat terwujudnya keharmonisan dalam pernikahan yang ditunjukkan dengan adanya rasa saling mengerti, saling menerima, saling menghargai, saling percaya dan saling mencintai di antara suami dan istri. Namun, hubungan interpersonal tidak hanya ditentukan oleh sering tidaknya individu melakukan komunikasi, melainkan ditentukan juga oleh mutu dari komunikasi.8

C. Teori-teori komunikasi

Terdapat beberapa teori tentang pola komunikasi. Pola komunikasi di dalam keluarga sering kali berkisar seputar model stimulus-respon, model ABX dan model interaksional.

Pertama, model stimulus-respon (S-R) dianggap sebagai proses pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini bersifat timbal balik dan memiliki efek. Kedua, model ABX yakni menggambarkan seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Ketiga, model interaksional menyatakan bahwa proses komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna, yakni penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh peserta komunikasi. Pada jenis komunikasi interaktif suasana dialogis lebih terbuka, yang aktif tidak hanya orang tua ke anak, akan tetapi juga anak ke orang tua.

Ada tiga teknik komunikasi yang paling penting untuk dapat membangun jenis hubungan yang penuh kasih sayang dalam keluarga, yaitu: bercerita, mendengarkan dan berempati.9

7 Bonifasia Agiesta Dwiningtyas, “Hubungan Komunikasi Interpersonal,” 20. 8 Bonifasia Agiesta Dwiningtyas, “Hubungan Komunikasi Interpersonal,” 20. 9 Darosy Endah Hyoscyamina, “Peran Keluarga dalam Membangun Karakter

(37)

Teori komunikasi terbagi ke dalam dua kelompok yaitu, kelompok pertama disebut dengan ‘Teori-teori umum’ (general theoris) dan kelompok kedua disebut dengan ‘Teori-teori kontekstual’ (contextual theories).10

1. Teori-Teori Umum (General Theoris)

Teori-teori umum terbagi kepada empat jenis teori, yaitu: a. Teori-teori fungsional dan struktural

Teori fungsional dan struktural dibangun berdasarkan asumsi dasar dari: a) Masyarakat adalah organisme kehidupan, b) masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan, c) Masing-masing subsistem memiliki fungsi yang berbeda, d) fungsi-fungsi subsistem saling memberi kontribusi kepada subsistem yang lainnya dan, e) Setiap fungsi akan terstruktur dalam masyarakat berdasarkan fungsi masing-masing.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang kedua teori ini dapat disimpulkan bahwa setiap masyarakat memiliki struktur dan peranan yang berbeda-beda. Setiap struktur atau peranan yang berbeda-beda tersebut berfungsi untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat yang lain. b. Teori-teori behavioral dan cognitive

Teori-teori behavioral dan kognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda, seperti halnya teori-teori struktural dan fungsional begitu juga tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan. Namun perbedaan utama antara teori behavioral dan kognitif dengan teori struktural dan fungsional yaitu hanya terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori struktural dan fungsional berkembang dari ilmu-ilmu sosial cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya, sedangkan teori-teori behavioral dan kognitif yang berkembang dari ilmu psikologi dan ilmu-ilmu

(38)

pengetahuan behavioralis, cenderung memusatkan perhatiannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah model “S-R” (stimulus-respons) yaitu yang menggambarkan proses informasi antara rangsangan dengan respons.

Teori-teori behavioral dan kognitif juga mengutamakan analisis variabel, yaitu merupakan upaya dasar mengidentifikasikan variabel-variabel kognitif yang dianggap penting serta mencari korelasi di antara variabel. Selain itu analisis ini juga menguraikan tentang bagaimana cara variabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebabkan tingkah laku tertentu. Sehingga, apabila komunikasi dilihat dari sudut pandang teori ini, maka komunikasi dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir, dan fungsi beo-neural dari individu. Karena variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran manusia.

Apabila melihat komunikasi berdasarkan teori ini, komunikasi merupakan hasil dari kebiasaan atau tingkah laku setiap individu atau masyarakat.

c. Teori-teori konvensional dan interaksional

Menurut teori ini, komunikasi dianggap sebagai alat perekat masyarakat (The glue of society). Selain itu teori ini juga berpendapat bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi untuk membangun, memelihara, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk bahasa dan simbol-simbol. Bagi kalangan yang mendukung teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi. Sehingga teori-teori ini melihat struktur sosial sebagai produk dari interaksi.

Sedangkan fokus pengamatan teori-teori ini adalah bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk struktur sosial serta bagaimana

(39)

bahasa dan simbol lainnya direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaannya. Begitu juga dengan makna yang diciptakan dari interaksi bukan dari suatu kesatuan obyektif yang ditransfer melalui komunikasi. Sehingga makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari interaksi. Oleh karena itu, makna dapat berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu kelompok sosial ke kelompok lainnya, sehingga sifat dari makna objektivitas adalah relatif dan temporer.

Apabila melihat komunikasi berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan kebiasaan untuk membangun dan memelihara kehidupan sosial. Teori ini juga berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari kehidupan sosial.

d. Teori-teori kritis dan interpretasi

Gagasan-gagasan kelompok ini banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretasi pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutics, marxisme dan aliran rankurt school serta pendekatan tekstual seperti teori-teori retorika, dan kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara-negara Eropa. Teori-teori ini kemudian melahirkan teori dan pendekatan baru dalam komunikasi, komunikasi antar budaya, politik, organisasi, dan lain sebagainya. Karakteristik umum dari teori-teori ini adalah: pertama, penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Kedua, makna merupakan konsep kunci dari teori-teori ini, Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna. Dalam hal ini, bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori ini merupakan kekuatan yang paling penting untuk mengemudikan

(40)

pengalaman manusia. Karena pengalaman merupakan dasar pemahaman makna.

Dari beberapa uraian di atas terlihat dengan jelas bahwa setiap teori komunikasi yaitu teori-teori umum memiliki ciri-ciri masing-masing dan menampilkan empat pendapat yang berbeda-beda.

2. Teori-teori kontekstual

Teori kontekstual terdiri dari beberapa jenis teori yaitu a. Komunikasi intra pribadi

Yaitu komunikasi yang berlangsung pada pelaku komunikasi dengan dirinya sendiri atau proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang dan yang menjadi pusat perhatiannya yaitu proses pengelolaan informasi yang dialami oleh seseorang melalui sistem saraf dan inderanya. Pada umumnya teori komunikasi intra pribadi membalas tentang proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol yang ditangkap melalui panca indera.

b. Komunikasi antar pribadi

Yaitu komunikasi dalam bentuk percakapan dua atau tiga orang yang berlangsung secara timbal balik, baik secara tatap muka (langsung) maupun melalui media (tidak langsung).

c. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pada interaksi antara orang-orang dalam kelompok kecil dan juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Teori ini membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk informasi, serta pembuatan keputusan.

d. Komunikasi organisasi

Yaitu komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi secara timbal balik, baik antara pimpinan dengan karyawan maupun pimpinan dengan

(41)

masyarakat luar untuk mencapai satu tujuan yang diinginkan. Komunikasi ini melibatkan bentuk komunikasi formal dan informal, komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.

e. Komunikasi massa

Komunikasi massa pada dasarnya adalah komunikasi melalui media massa yang ditunjukkan kepada seluruh khalayak. Komunikasi ini melibatkan aspek-aspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. Pada umumnya komunikasi massa memfokuskan perhatiannya pada hal yang berkaitan dengan struktur media, hubungan antar media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu.

D. Unsur - Unsur Komunikasi

Di dalam sebuah komunikasi, terdapat unsur-unsur yang melengkapinya, yaitu:11

1. Pengirim/sumber

a. Merupakan tempat asal informasi, atau orang yang menjadi sumber atau pencipta pesan.

b. Merupakan orang yang terlibat dalam proses komunikasi antar personal, dia berperan sebagai ”sumber” dan sekaligus sebagai “penerima” pesan. Dikatakan sebagai “sumber” karena dia yang memulai pesan, dan sebagai penerima karena dia pula yang menjadi sasaran. Peran pengirim dan penerima tampil secara bergantian, simultan dan terus-menerus.

c. Merupakan seorang komunikator yang bertindak sebagai pengirim atau encoder, dia yang memulai proses komunikasi. Seorang komunikator berperan sebagai editor, reporter, sutradara film, guru,

(42)

penulis, pembicara, pemimpin, atau siapa saja yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi.

d. Pada umumnya pengirim pesan memiliki: (1)The Ide, atau gagasan, maksud yang ingin disampaikan, (2) conveying The massage, berbagai cara untuk menyampaikan pesan, misalnya secara lisan, tertulis atau melalui sarana lain; dan (3) interpretation, atau kemampuan untuk menafsirkan pesan sehingga lebih mudah disampaikan kepada penerima, dengan harapan agar penerima dapat menyandi balik pesan itu kepada pengirim.

2. Encoding

a. Merupakan proses untuk menyandi pesan yang hendak dikomunikasikan itu ke dalam bentuk yang dapat dikirim sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh penerima secara baik, benar, dan lengkap.

b. Proses di mana sumber merumuskan maksud pesan ke dalam bahasa atau gaya yang sesuai agar pesan itu diterima oleh penerima.

c. Merupakan perumusan pesan yang terjadi dalam pikiran komunikator, di mana komunikator tidak hanya menerjemahkan maksud pesan (ide, pikiran, atau informasi) ke dalam pesan tetapi juga memutuskan media yang menjadi saluran pesan tersebut.

3. Pesan

a. Adalah “apa” yang telah dirumuskan dalam bentuk kata-kata lisan atau tertulis seperti, foto, lukisan, film, dan poster kemudian dikirimkan kepada penerima. Perumusan pesan memerlukan keterampilan dan usaha yang memadai demi pesan tersebut bermakna sehingga dapat dimengerti oleh penerima.

b. Pesan merupakan ide, pikiran, atau perasaan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada penerima. Pesan mengambil bentuk dalam

(43)

simbol (kata dan frasa) yang dapat dikomunikasikan sebagai ide melalui ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik, dan nada suara. c. Sesuatu disebut pesan apabila pesan itu telah disandi dan telah

ditransmisikan oleh pengirim kepada penerima melalui media yang telah ditentukan agar penerima dapat menerima pesan tersebut. d. Pesan adalah satu maksud yang berbentuk “sinyal” kemudian

dialirkan melalui saluran tertentu. Ada dua bentuk sinyal, yaitu: (1) sinyal paralel, yang terjadi dalam interaksi tatap muka, di mana suara dan gerakan menampilkan makna yang berbeda, dan (2) sinyal serial, yang tampil dalam bentuk suara dan/atau isyarat yang selalu berubah-ubah menjadi sinyal elektronik, gelombang radio, atau kata-kata dan gambar.

4. Saluran

a. Sebuah saluran ibarat kendaraan yang mengangkut pesan dari pengirim kepada penerima. Saluran komunikasi bisa berbentuk ucapan kata-kata verbal dan non verbal, saluran media massa seperti TV, radio, surah kabar, dan buku.

b. Saluran adalah sarana di mana pesan bergerak dari sumber kepada penerima, bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari satu orang kepada orang lain yang semuanya berfungsi sebagai alat transportasi. Contoh: gelombang suara, kabel tembaga, serat kaca, juga televisi, dan radio.

5. Decoding

a. Decoding merupakan proses yang dilakukan oleh penerima (decoder)

untuk menyandi pesan sesuai dengan apa yang dia terima. Menyandi pesan tidaklah sederhana yang dibayangkan, kadang-kadang faktor “mental set” sangat berpengaruh terhadap penerima ketika dia menyandi pesan tersebut.

(44)

b. Decoding adalah penafsiran pesan oleh penerima (decoder) agar pesan tersebut bermakna sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim.

6. Penerima

a. Adalah sebuah tujuan, sasaran, atau orang yang mengonsumsi dan memproses pesan dari penerima.

b. Penerima merupakan orang yang menerima pesan (dalam bentuk frasa kata dan kalimat) dan menerjemahkannya dalam makna tertentu. 7. Gangguan

a. Noise, adalah gangguan atau hambatan bagi kelancaran proses

pengiriman pesan dari pengirim kepada penerima. Contoh: sumber gangguan adalah persepsi, informasi yang berlebihan, kesulitan semantik atau perbedaan budaya.

b. Proses komunikasi juga dapat terganggu karena indra pengirim, misalnya kerusakan indra yang permanen (mata, hidung, telinga, dan penciuman), atau kerusakan organ tubuh yang mengganggu ketidakleluasaan berkomunikasi antar personal.

8. Umpan balik

Umpan balik adalah reaksi atau respons yang diberikan oleh penerima terhadap pesan dari pengirim. Reaksi atau respons juga bisa berbentuk verbal atau non verbal. Ada yang menyebutkan “umpan balik eksternal” (sesuatu yang kita lihat) atau umpan balik internal (sesuatu yang kita tidak bisa melihat). Umpan balik sangat bermanfaat bagi seorang komunikator untuk menyesuaikan pesannya agar lebih efektif. Tanpa umpan balik, tidak akan ada cara untuk mengetahui apakah makna pesan telah terbagi atau sudah dimengerti penerima.

(45)

Komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa tetapi berada di dalam konteks tertentu di mana komunikasi itu berlangsung. Konteks memengaruhi di mana kita berada dan dengan siapa kita berkomunikasi, inilah “tempat” kita berkomunikasi, situasi fisik seperti ukuran ruangan, warna dinding, jenis aksesoris dan penempatan furnitur dapat memengaruhi bagaimana pikiran dan perasaan kita di saat komunikasi berlangsung.

E. Pola Komunikasi

Komunikasi verbal antar manusia kadang dihiasi dengan pertanyaan, dialog, sumpah, janji dan ancaman, metafora dan sebagainya. Hal itu dimaksudkan agar pesan yang disampaikan mengenai sasaran dan efektif.12 Kelima hal tersebut ialah pola komunikasi yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari di dalam lingkup keluarga. Penjelasan lebih rincinya adalah sebagai berikut:

1. Pertanyaan

Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai ungkapan yang berbentuk pertanyaan dengan menggunakan kata tanya apakah, bagaimana, siapa, dan lain lain. Kata tanya ini di dalam bahasa Arab dinamakan istifham. Di dalam al-Qur’an banyak dijumpai lafal istifham ini yang tentunya memiliki makna yang berbeda-beda.13

Istifham dimaksudkan untuk mencari informasi atau pemahaman tentang segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam bahasa Arab, istifham (kata tanya) terbagi dalam dua kategori. Pertama, huruf istifham, berupa hamzah dan hal yang artinya apakah. Kedua, isim istifham, yakni ma> (apa), man (siapa), kaifa (bagaimana), mata (berapa), ayya>na

12 Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Komunikasi dan Informasi

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 212.

13 Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Komunikasi dan Informasi,

(46)

(bilamana), anna (dari mana), kam (berapa), aina (di mana), ayyu (apa, siapa).

2. Dialog (Tanya-Jawab)

Pertanyaan adalah perkataan yang menjadi permulaan, sedangkan jawaban adalah perkataan yang dikembalikan ke penanya.14

Komunikasi dalam lingkup keluarga terjadi di antara orang tua dengan anak. Orang tua dapat memberikan pertanyaan yang akan dijawab oleh anaknya. Begitu pun sebaliknya, seorang anak juga bisa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak diketahuinya, dan orang tua akan menjawabnya.

Dialog merupakan salah satu media bagi manusia untuk mengungkapkan inspirasi dan aspirasi yang masih terpendam dalam hatinya. Berbagai pertanyaan yang terpendam dalam hatinya dapat disampaikan melalui media dialog. Karena itu, Islam memberikan perhatian besar terhadap dialog dengan meletakkan kaidah dan etikanya.15

3. Sumpah

Kata aqsam adalah bentuk jamak dari isim mas}dar qasam yang berarti sumpah. Sesuatu yang digunakan untuk bersumpah disebut muqsam bihi; sesuatu yang dinyatakan dalam satu sumpah disebut muqsam ‘alaihi, yang disebut juga dengan jawab al-qasam. Qasam ialah sumpah, memperkuat maksud sesuatu dengan menyebutkan sesuatu yang memiliki posisi yang lebih tinggi menggunakan huruf wawu atau lainnya. Ditinjau dari segi pelakunya, sumpah dalam al-Qur’an terdiri atas dua macam, yakni Allah dan manusia.

14 Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Komunikasi dan Informasi,

216.

15 Afrizal El Adzim Syahputra, “Proses Berpikir Nabi Ibrahim As. Melalui Dialog

dengan Tuhan dalam Al-Qur’an”. Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, vol.12, no.02 (2018): 163.

(47)

Dalam komunikasi Sehari-hari, manusia terkadang menggunakan kalimat sumpah untuk menguatkan pesan yang ingin disampaikannya. 4. Janji dan Ancaman

Komunikasi yang dicontohkan di dalam al-Qur’an, dapat berupa janji dan ancaman. Janji-janji Allah kepada hamba-hamba Nya mengambil pola tertentu. Di antaranya adalah dengan menggunakan kata wa‘ada yang artinya menjanjikan dengan konotasi positif, sedangkan janji dengan konotasi negatif biasanya menggunakan kata anz\ara yang artinya memperingatkan atau menyampaikan ancaman.

Dalam berkomunikasi, orang tua akan memberikan janji kepada anak-anaknya supaya mengikuti dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Janji yang diberikan, akan membuat seorang anak merasa sangat terdorong untuk melaksanakan pesan yang disampaikan. Begitu juga dengan ancaman, seorang anak akan enggan melakukan suatu perbuatan bila dia mendapat ancaman dari orang tuanya.

5. Amsal/ Perumpamaan

Suatu perkataan yang memiliki makna yang tinggi dan rumit, akan lebih mudah dipahami jika dituangkan dengan perumpamaan/ analogi dengan sesuatu yang sudah diketahui dan diyakini maknanya dengan mudah serta menjadi lebih indah dan menarik hati. Tamsil/ perumpamaan dapat lebih mendorong jiwa untuk mudah menerima pesan yang disampaikan. Tamsil merupakan gaya bahasa al-Qur’an yang mengungkapkan berbagai penjelasan.

F. Komunikasi dalam Keluarga

Dalam keluarga terjadi interaksi antara anggota keluarga. Dalam interaksi itu terjadi proses belajar, pembinaan, pembimbingan, atau proses pendidikan. Orang tua akan menjadi model atau panutan pertama yang akan ditiru anak.

(48)

Faktor yang sangat penting diperhatikan dalam pendidikan anak adalah komunikasi, karena komunikasi merupakan dasar dari seluruh hubungan antar manusia, baik yang terjadi antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa adanya sebuah komunikasi.16

Komunikasi dalam lingkup keluarga adalah menyampaikan pesan dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga yang lainnya. Namun demikian, di dalam penelitian skripsi ini akan dikhususkan kepada komunikasi yang disampaikan dari orang tua (ayah) kepada anak-anaknya. Pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi, meliputi: nasihat, petunjuk, informasi, meminta bantuan, maupun mengarahkan.

Komunikasi merupakan fitrah manusia yang harus dibangun di atas kejujuran, keadilan, kewajaran, dan kepatutan, ketelitian, keseksamaan, kecermatan, ketepatan, bebas dan bertanggung jawab, dan melakukan kritik yang membangun. Komunikasi dengan etika seperti ini dipraktikkan oleh Nabi Ibrahim dalam beberapa komunikasinya, seperti komunikasinya bersama anaknya Ismail, bersama ayahnya, bersama kaum penyembah patung, bersama raja Namrud, bersama kaumnya penyembah matahari, bulan, dan bintang, bersama istrinya Hajar dan komunikasinya dengan Allah.17 Hal tersebut membuktikan bahwa Nabi Ibrahim telah memberikan teladan yang amat baik dalam hal berkomunikasi dengan anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar berkomunikasi. Dari komunikasi ini, seorang anak dididik untuk berekspresi dan berkasih sayang. Pola Komunikasi dari orang tua kepada anak, dapat mempengaruhi perkembangan karakter seorang anak. Orang tua

16 St. Rahmah, “Pola Komunikasi Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian

Anak”. Jurnal Alhadharah, vol.17, no.33 (Januari-Juni 2018): 14.

17 Sahirman, “Penerapan Strategi Nabi Ibrahim dalam Mendidik Anak dalam

Tafsir Surah Ash-Shaffat Ayat 99-113 (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah 3 Muhammadiyah Masaran Sragen)”. Jurnal Studi Islam, vol.15, no.2 (Desember 2014): 129.

(49)

yang sering kali menyampaikan pesan dengan nada tinggi yang penuh amarah, akan membiasakan seorang anak untuk menjadi pribadi yang pemarah. Hubungan antara orang tua dengan anak sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua itu sendiri.

Seorang anak akan menganggap orang tuanya seperti teman bila orang tua dapat berkomunikasi dengan baik dan menjadikan anaknya sebagai teman bicara. Dengan banyak mengajak anak berkomunikasi, akan menciptakan suasana yang hangat di dalam keluarga sehingga seorang anak pun akan terbuka dan merasa diberi kebebasan untuk berpendapat, mengemukakan keinginan, perasaan. Komunikasi yang efektif dan terbuka ini akan membentuk kepribadian anak yang dapat menghadapi berbagai persoalan dalam hidupnya dengan baik.

Setiap proses interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap seorang anak, sehingga interaksi komunikasi yang baik dapat membawa pengaruh positif terhadap perkembangan sikap anak.

Dalam berkomunikasi antara orang tua dan anak harus memiliki pola komunikasi yang lebih baik. Pola menyangkut pesan yang terkait dengan situasi dan kondisi yang mengacu pada sesuatu yang membungkus inti pesan itu. Pola juga memberikan data untuk memahami dan mengerti tindakan dan tingkah laku baik secara individu maupun secara kelompok atau secara organisasi. Pola komunikasi menunjukkan satu identifikasi untuk mengakses tingkah laku komunikasi dalam suatu sistem, karena pola komunikasi menyediakan konteks atau ruang untuk memahami tingkah laku spesifik. Pola komunikasi disesuaikan dengan kondisi anggota dan komunikan yang ada pada saat terjadinya komunikasi dan interaksi dalam lingkungannya.

(50)
(51)

33

BAB III

KOMUNIKASI YANG DILAKUKAN NABI IBRAHIM

A. Profil Nabi Ibrahim

Silsilah Nabi Ibrahim sampai kepada Nabi Nuh ialah Nabi Ibrahim bin Terah bin Nahar bin Serug bin Rehu bin Peleg bin Eber bin Selah bin Arpakhsad bin Sam bin Nuh.1

Mufasir Nusantara berbeda pendapat saat menafsirkan nama Azar dalam al-Qur’an surah al-An‘a>m ayat 74. Perbedaan pendapat ini dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama ialah Hasbi, Hamka, dan Kementerian Agama RI yang menafsirkan bahwa Azar merupakan ayah kandung Nabi Ibrahim. Kedua ialah Nawawi yang menafsirkan Azar adalah Paman Nabi Ibrahim. Ketiga Quraish Shihab yang cenderung menengahi kedua penafsiran di atas.

Dalam penafsiran lain, al-T{u>si mengutip hadis yang menyatakan bahwa Allah memindahkan Nabi Muhammad dari sulbi yang suci. Oleh karena itu, ia beranggapan bahwa Azar bukan ayah Nabi Ibrahim yang beriman, tetapi ia adalah kakek dari ibu atau paman Nabi Ibrahim. Jika ayah Ibrahim kafir, maka tidak mungkin riwayat itu menyebut nenek moyang Nabi Muhammad sebagai orang suci. Seperti yang telah tertulis pada silsilah Nabi Ibrahim di atas, nama ayah kandungnya yakni Terah. Sedangkan pada nama Terah sendiri, terdapat perbedaan pandangan di kalangan mufasir al-Qur’an. Nama tersebut ada yang menyatakan Terah ada yang menyatakan tarukh.

1 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, terj. Dudi Rosyadi. (Jakarta: Qisthi Press, 2002),

Referensi

Dokumen terkait

Relevansi nilai pendidikan dalam surah Ibrahim Ayat 35-36 dan surah Yusuf ayat 5 dengan dunia pendidikan yakni dapat ditanamkan kepada kita agar kita dapat menerapkannya untuk

Keuntungan utama dari penerapan pelat sandwich dibandingkan dengan menggunakan pelat baja konvensional adalah sebagai berikut: (1) mengurangi kebutuhan penegar,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan sifat mekanika bambu petung dalam bentuk laminasi, terutama sifat tekan (kuat tekan, modulus elastisitas, dan angka poisson)

Menurut Widoyoko (2009: 155) cara menganalisis validitas dan reabilitas instrumen menggunakan komputer dilakukan dengan mengunakan program SPSS ( Statistical Package Faor

Hasil ini menunjukkan bahwa luas 30 % penutupan vegetasi pohon atau hutan kota dengan Beringin (Ficus Benjamina L.) sebagai indikator, efektif sebagai amliorasi iklim mikro atau

Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.Penerapan teknik diskusi dalam layanan informasi

Dikatakan tinggi jika pria pensiunan PNS usia 64 tahun memiliki pertimbangan pribadi dalam membuat keputusan, memiliki kesadaran sendiri untuk hidup mandiri dan mengatur

Perancangan dan pembuatan “Rancang Bangun Pintu Masuk Perpustakaan menggunakan Scanning Barcode” yang kami buat ini menggunakan basis mikrokontroler ATmega32,