• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Oleh:

Alfred Hadi Winata

11140331000048

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FALSAFAH ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Alfred Hadi Winata

NIM : 11140331000048

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KONSEP

PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUTHB adalah benar merupakan karya

saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipan dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan meruakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Ciputat, 17 Juni 2021

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag) pada program studi Aqidah dan Filsafat Islam.

Jakarta, 16 Juli 2016

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merankap Anggota

Dra. Tien Rohmatin. MA Dra. Banun Binaningum, M.Pd

NIP. 19680803 199403 02 002 NIP. 19680618 199903 20 01

Penguji I Penguji II

Dr. Kholid Al Walid, M.Ag. Dr. Edwin Syarif, M.Ag.

NIP. 19700920 200501 10 04 NIP. 19670918 199703 1 001

Dosen Pembimbing

Drs. Agus Darmaji, M. Fils

(4)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

KONSEP PERDAMAIAN DALAM ISLAM SAYYID QUṮHB

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Alfred Hadi Winata

NIM. 11140331000048

Pembimbing

Drs. Agus Darmaji, M.Fils.

NIP. 19610827 199303 1 002

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan

B Be

T Te

Ts te dan es

J Je

H ha dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D De

Dz de dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Sy es dan ye

S es dengan garis di bawah

Ḏ de dengan garis di bawah

(6)

v

Z zet dengan garis di bawah

koma terbalik di atas hadap

kanan

Gh ge dan ha

F Ef

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

H Ha

` Apostrof

Y Ye Vokal Panjang ʻ

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

اـَـ

Ȃ a dengan topi di atas

ْ يـِـ

Ȋ i dengan topi di atas

(7)

vi ABSTRAK

Penelitian ini membahasa tentang Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb. Secara umum Perdamaian merupakan cita-cita setiap individu untuk kelangsungan hidup yang lebih aman dan tentram tanpa tindakan intimidatif dari orang lain. Istilah perdamaian juga berlaku untuk kelmpok yang lebih besar dengan kelompok lainnya. Negara dengan Negara lainnya memiliki cita-cita yang sama yakni perdamaian untuk sebuah kelangsungan hidup aman tanpa kekerasan.

(8)

vii

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (Library research). Data yang terkumpul diolah menggunakan metode deskriptif yaitu melakukan analisis terhadap karya-karya yang mengkaji perdamaian lalu mendeskripsikan hasil analisis tersebut. Teknik penulisan skripsi ini sesuai dengn buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan CeQDA (Center for

Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

Hasil tulisan ini berupa tulisan yang memaparkan bahwa bagaimana konsep perdamaian Islam mampu menjawab stigma masyarakat tentang Islam adalah agama kekerasan, dan mencapai konsep perdamaian Islam itu sendiri ditengah polemik yang terjadi dan peranan Islam dalam menyuarakan perdamaian.

Kata Kunci: Sayyid Quṯhb, Perdamaian.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik materiil dan immateriil, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

(9)

viii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Agus Darmaaji M. Fils selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia

meluangkan waktunya, dengan sabar membimbing penulis, terimakasih atas semua kritik dan saran yang membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Edwin Sarip, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik, yang telah

bersedia meluangkan waktunya memberi masukan terhadap saya.

5. Prof. Dr. H. Masri Mansoer, MA, selaku Wakil Rektor Tiga Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Senior IMM Ciputat

6. Dra. Tien Rohmatin, MA, selaku Ketua Program Studi Aqidah dan Filsafat

Islam dan Dr. Banun, MA, selaku sekertaris Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan ka Ria selaku Asisten Dosen yang telah banyak membantu.

7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen, khususnya Program Studi Aqidah dan

Filsafat Islam, Staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, beserta Civitas Akademik, yang telah setia melayani penulis dalam segala keperluan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini

(10)

ix

Alfred Hadi Winata 11140331000048 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... PEDOMAN TRANSLITERASI ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... vii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

(11)

x

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II BIOGRAFI SAYYID QUṮHB A. Riwayat Hidup Sayyid Quṯhb ... 15

B. Latar Belakang Pendidikan ... 20

C. Karya-karya Sayyid Quṯhb ... 22

BAB III PERDAMAIAN DAN ISLAM A. Perdamaian Menurut Para Ahli ... 26

B. Perdamaian dalam Perspektif Islam ... 30

C. Peran Islam dalam menyuarakan Perdamaian ... 36

BAB IV KATEGORI PERDAMAIAN A. Watak Perdamaian ... 44

B. Kedamaian Batin ... 49

C. Keharmonian Rumah Tangga ... 60

D. Kedamaian Masyarakat ... 62

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 65

B. SARAN ... 65

(12)
(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdamaian merupakan cita-cita setiap individu untuk kelangsungan hidup yang lebih aman dan tentram tanpa tindakan intimidatif dari orang lain. Istilah perdamaian juga berlaku untuk kelompok yang lebih besar dengan kelompok lainnya. Negara dengan negara lainnya memiliki cita-cita yang sama yakni perdamaian dunia untuk kelangsungan hidup aman tanpa kekerasan.

Sedikit menengok sejarah pada perang dunia I yang merupakan perang paling destruktif dalam sejarah modern. Hampir sepuluh juta prajurit tewas, jumlah yang lebih besar dibanding jumlah korban militer yang tewas dari seluruh peperangan pada seratus tahun sebelumnya . diperkirakan dua puluh satu juta orang terluka dalam pertempuran.1

Setelahnya Negara-negara yang menjadi pemenang perang Dunia I yakni blok sekutu atau blok entente, Inggris, Prancis, Serbia, Kekaisaran Rusia, Italia, Yunani, Portugal, Rumania, dan Amerika. Mendirikan Lembaga yang memiliki visi perdamaian dunia. Pada 1919 Liga Bangsa Bangsa terbentuk dan disahkan pada konferensi perdamaian di Paris. Meskipun prinsip lembaga tersebut menyerukan keamanan bersama, penyelesaian

1Ensiklopedi Holocausy. Perang Dunia I (Artikel Ringkas),

(14)

konflik internasional, diplomasi terbuka, serta pengurangan penggunaan senjata. Tetap saja perang dunia II tak bisa dihindari lalu Liga Bangsa Bangsa diganti dan berdirilah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 24 oktober 1945 di San Fransisco dengan dalih dan visi yang tak jauh beda dengan Liga Bangsa Bangsa.

Terdapat beberapa tokoh terkenal yang memandang penting dan menciptakan sebuah gagasan tentang perdamaian dunia. Salah satu dari tokoh tersebut ialah Dante Alighieri. Meskipun Dante seorang penyair namun gagasannya tentang politik mampu membawa pemikirannya masuk kedalam pemikiran politik barat. Pemikir politik barat yang hidup bersama Dante adalah Thomas Aquinas.

Dante Alighieri dan Thomas Aquinas sangat berbeda pendapat dalam gagasan tentang Negara. Thomas Aquinas dalam buku De Regimme berpendapat bahwa kedudukan Paus sama dengan raja dan Paus berhak mengurusi negara. Teori Thomas tersebutlah yang kemudian melahirkan sebuah adagium Tweez Waarden Theorie (ajaran dua belah pedang). Kemudian Thomas menawarkan jalan tengah dengan menggabungkan

Summa Dei dan kehidupan gereja sehingga bisa sejalan. Meskipun demikan

Dante yang masih mempercayai dengan adanya Tuhan beranggapan negara bertujuan mencapai perdamaian dunia. Dalam teori perdamaian dunianya, Dante berpendapat bahwa di dunia ini sebaiknya hanya terdapat satu negara yang berdaulat penuh dan kekuasaanya terletak penuh pada satu orang saja. Karena jika di dunia ini terdapat banyak negara, maka ketentraman serta

(15)

kedamaian tidak akan terwujud. Hal ini terjadi karena setiap negara mempunyai tujuan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Kondisi tersebut akan memicu konflik yang dapat mengarah kepada peperangan sehingga perdamaian pasti akan hilang.2

Dalam persolan tersebut Dante dan Thomas mendebatkan tentang siapa yang pantas memimpin sebuah Negara yang pada akhirnya pemimpin Negara mampu membawa perdamaian. Namun untuk memperoleh perdamaian yang bersifat, apakah indikatornya hanya sebatas kepantasan seorang pemimpin? Banyak aspek yang perlu diperhatikan untuk mencapai sebuah perdmaian. Dan hal tersebut perlu diperhatikan secara detail jika memang perdamaian ingin terwujud.

Perdamaian berkaitan dengan kesejahteraan sosial. Jika masyarakat dalam sebuah Negara memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi maka di dalam Negara tersebut perdamaian bukan hanya wacana. Di dalan al-Qurʻan, masyarakat yang sejahtera dinamakan al-muflihun, yang secara harfiah berarti orang-orang yang beruntung. Indikator masyarakat yang sejahtera

(al-muflihun), yaitu mereka yang beriman kepada (al-Qurʻan) yang diturunkan

kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat

2Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),

(16)

petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung, (meraih kesejahteraan dunia dan akhirat) (Qs. al-Baqarah: 4-5)3

Mengimani al-Qurʻan bukan semata hanya mempercayai bentuk kesahihan kitab Allah. Akan tetapi, lebih jauh dari pada itu, para muslim harus berani mengimani al-Qurʻan dengan cara menjadikan al-Qurʻan sebagai pandangan dan sikap hidup. al-Qurʻan sebagai pandangan dan sikap hidup menuntun kaum muslim untuk menjadikan al-Qurʻan sebagai landasan hukum beraktivitas sehari-hari. Dengan demikian keberuntungan yang disebutkan dalah surah al-Baqarah merupakan satu hal yang harus diusahakan agar masyarakat dapat hidup sejahtera di dunia dan akhirat.

Dalam penyebaran ajaran Islam, sejarah mecatat banyak pertumpahan darah yang dilakoni para muslim untuk menyebarkan ajaran Islam dan membangun paradigma masyarakat bahwa Islam merupakan agama kekerasan yang membolehkan pertumpahan darah dengan dalih jihad. Jika demikan, lantas bagaimana bisa agama yang berdiri dari pertumpahan darah menyerukan konsep tentang perdamaian? Layaknya memesan secangkir kopi di sebuah kafe, kita hanya mencicipi hasil yang sudah ada, tanpa mencari tahu kombinasi apa saja yang dapat menciptakan secangkir kopi tersebut. Pada akhirnya dengan kapsitas pengetahuan yang minim kita berani membuat kritik dan mengklain kandungan kopi tersebut, entah itu terlalu banyak gula atau biji kopi yang kurang berkulitas yang mempengaruhi cita rasa.

3Asep Usman Ismail, al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera Hati,

(17)

Sejarah merupakan pohon lebat yang memiliki banyak akar, dengan kata lain pembentukan pengetahuan tentang sejarah tidak berasal dari sumber tunggal. Banyak persepsi dari berbagai macam bentuk pemahaman orang-orang yang terlibat dalam pembentukan sejarah yang pemikirannya tersampaikan sampai ke periode sekarang. Sudut pandang seseorang tidak lah sama, mereka memiliki pola pikir yang terpengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, strata sosial, letak geografis, dan lain-lain yang membuat sudut pandang berbeda dan menghasilkan pemahaman beragam tentang suatu hal. Dengan demikian untuk mempelajari sejarah, sifat inklusif harus menyertai pikiran untuk menerima pengetahuan-pengetahuan tentang sejarah yang beragam sumbernya.

Untuk menjawab paradigma masyarakat tentang Islam yang dibangun atas sejarah pertumpahan darah dan peperangan, lalu menyerukan perdamaian, sekiranya tidak cukup hanya dengan menawarkan secarik kata analogi. Kita perlu menyajikan data sejarah tentang islam yang berkaitan dengan konsep perdamaian, karena memang sejarah memiliki sumber yang beragam. Oleh karena itu penulis ingin menawarkan sejarah tentang Islam yang mencita-citakan perdamaian dari akar yang berbeda.

Banyak tokoh-tokoh Islam dengan pola pikir yang mengagumkan dalam menyusun konsep perdamaian denga sumber hukum al-Qurʻan dan as-Sunnah. Namun penulis lebih tertarik kepada Sayyid Quṯhb yang merupakan seorang jenius dengan gagasan-gagasan menarik dalam penentangan rezim kepemimpinan yang otoriter di Turki. Dalam karyanya as-Salʻam al-ʻalami

(18)

wal-Islam, Sayyid Quṯhb secara tidak langsung memberi gambaran tentang

perdamaian yang mana perdamaian memiliki kategori-ketegori sesuai tingkatan dalam lingkupnya. Kategori perdamaian menurut Quṯhb yang pertama perdamaian batin, yang kedua kedamaian rumah tangga atau yang akan biasa disebut keharmonian dalam rumah tangga, dan yang terakhir kedamaian masyarakat.

Ketiga kategori perdamaian tersebut merupakan poin-poin yang saling berhubungan, satu sama lain tidak dapat dipisahkan untuk tercapainya perdamaian. Dan untuk memasuki lingkup perdamaian dalam tiga kategori tersebut, perlunya mengetahui watak dari perdamaian itu sendiri. Yang mana akan dijelaskan dalam bab IV.

Dalam buku as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam, Quṯhb berpendapat bahwa: “Belum pernah terjadi Islam mencetuskan peperangan dengan tujuan memaksa orang supaya memeluknya. Peperangan semacam itu tidak terdapat di dalam prinsip-prinsip ajaran Islam dan tidak pernah terjadi dalam sejarah Islam. Kalau pun pernah terjadi insiden seperti itu, tidak lebih dari suatu kekeliruan yang dilakukan oleh sebagian orang yang tidak dapat memahami da’wah Islam”

Seperti halnya Ketika Islam mampu menaklukan kekuasaan Andalusia yang saat ini Bernama Spanyol. Latar belakang datangnya tantara Islam di sana karena atas undangan Coun4 Julian, salah seorang Gubernur Ceutah.

Tujuan undangan itu tidak lain hanyalah untuk menyingkirkan panglima Roderik yang telah merampas kekuasan dari tangan raja Gothik Bernama

(19)

Witiza pada tahun710M5. Setelah berhasil menaklukan Andalusia, Islam tidak

memaksa penduduk setempat untuk memeluk ajarannya. Mereka tetap pada keyakinannya masing-masing. Namun untuk sistem pemerintahan yang baru menggunakan sistem kepemimpina dari Islam.

Dari pemikirannya tersebut, penulis sangat tertarik membahas konsep Perdamaian dalam Islam yang di susun oleh Sayyid Quṯhb dalam buku

as-Salʻam al-‘alami wal-Islam. Beliau mampu menjawab kekeliruan masyarakat

terhadap sejarah Islam, yang megatakan bahwa Islam merupakan ajaran kekerasan yang menghalalkan peperangan dengan dali Jihad.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas. Peneliti memfokuskan persolan Perdamaian dalam sudut pandang Tokoh Pembaharu Islam Sayyid Quṯhb. Oleh karena itu dalam pembatasan masalah ini peneliti hanya memfokuskan tentang Pandangan Sayyid Quṯhb terhadap Perdamaian dalam Islam dalam buku as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam.

Oleh karena itu pokok perumusan masalah yang dijadikan obyek pembahasan dalam skripsi ini menimbulkan beberapa pertanyaan yakni: bagaimana perspektif Islam terhadap Perdamaian dan bagaimana Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb.

5 Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang, (Jakarta: Bulan

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui secara umum tentang Perdamaian dari Para Ahli. 2. Mengetahui Perdamaian dalam perspektif Islam.

3. Menjelaskan Konsep Perdamaian dalam Islam Sayyid Quṯhb. Sementara itu, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperkenalkan kepada khalayak umum tentang pandangan Islam dan Sayyid Quṯhb terhadap Perdamaian.

2. Menambah khazanah kepustakaan di Indonesia khususnya dalam bidang Pembaharu dala Islam tentang pemikiran Sayyid Quṯhb.

D. Tinjauan Pustaka

Dari hasil pengamatan penulis di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah ada beberapa penelitian sebelumnya yang menulis tentang pemikiran Sayyid Quṯhb. Tetapi belum ada satu pun yang menulis tentang Konsep Perdamaian dalam Islam menurut Sayyid Quṯhb. Hal inilah yang akan membedakan penulis dari penelitian-penelitian sebelumnya, karena penulis lebih fokus pada konsep Perdamaian dalam Islam yang dibangun Sayyid Quṯhb dalam buku as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

Skripsi Nuru Zibad tahun 2013 yang berjudul “Takdir dalam Pandangan Sayyid Quṯhb”, program studi Ilmu al-Qurʻan dan Hadis, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut

(21)

dijelaskan tentang penciptaan manusia. Bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang tidak ada harganya sama sekali, dari bahan pokok yang tidak bernilai. Atas kuasa Sang Pencipta, manusia tercipta dan diberinya ciptaan tersebut nilai dan harga. Dan atas kuasaNya lah manusia menjadi makhluk yang sempurna dan mulia. Serta mengangkatnya dari asal-usul yang hina dan rendah ke tempat dan kedudukan tinggi yang untuknya bumi dengan segala sesuatunya dicptakan. Menurut penafsiran Hamka.

“Dari nuṯhfah Dia telah menjadikannya. Nuṯhfah ialah segumpalan air yang telah menjadi kental, gabungan yang keluar dari syulbi ayah, dengan yang keluar dari taraib ibu. Dari itulah asal manusia dijadikan. Dan dia mengaturnya”

Dari sanalah asal kejadian itu, yakni dipertemukan air bapak dengan air ibu, bertemu di dalam rahim ibu, lalu berpadu jadi satu, menjadi nuṯhfah yang berarti segumpalan air. Setelah empat puluh hari pula sesudah itu menjelma menjadi segumpal daging.6

Kedua, tesis dari Amin Johari yang berjudul “Negara dalam Pandangan ʻAli Abd al-Raziq dan Sayyid Quṯhb”. Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut ʻAli Abd al-Raziq meyakini bahwa Islam adalah agama moral, sebelum menjadi agama lainnya. Nabi Muhammad diutus kepada bangsa Arab untuk memperbaiki moralitas mereka. Tugas utama Nabi adalah menyampaikan risalah kenabian yang mengandung ajaran-ajaran moral. Ketika Nabi membangun sebuah komunitas di Madinah, dia tidak pernah menyatakan satu bentuk pemerintahan yang

6 Nurul Zibad, Takdir dalam Pandangan Sayyid Quthb, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

(22)

harus diterapkan, tidak juga memerintahkan penerusnya (khulafa `al-rasyidîn) untuk membuat satu sistem politik tertentu sementara menurut Sayyid Quṯhb agama harus menjadi dasar dalam terbentuknya suatu pemerintahan, Bagi Sayyid Quṯhb untuk memperoleh predikat pemerintahan Islam sebuah masyarakat atau Negara harus dijalankan atas peraturan, hukun, dan undang-undang Tuhan.7

Terakhir, skripsi Siti Rochman yang berjudul “Sayyid Quṯhb dan Ikhwanul Muslimin: Peran Sayyid Quṯhb dalam Gerakan Ikhwanul Muslimin”. Program studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian tersebut dijelaskan tentang peranan Sayyid Quṯhb dalam gerakan Ikhwanul Muslimin. Quṯhb menolak sistem nilai yang dianut Barat dan makin memantapkan diri berjuang untuk tegaknya Islam di tanah kelahirannya, Mesir. Ia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai negara dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin (IM) di awal tahun 1950an. Pemikiran-pemikirannya kian terasah sejak ia menjadi pemimpin redaksi majalah propoganda mingguan IM, al-Ikhwan al-Muslimin. Apalagi ia kemudian ditunjuk sebagai anggota komite kerja dalam dewan pembimbing, cabang tertinggi dalam organisasi.8

7Amin Johari, Negara dalam Pandangan Ali ‘Abd Raziq dan Sayyid Quthb, (Jakarta:

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)

8 Siti Rochman, Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin: Peran Sayyid Quthb dalam

(23)

E. Metode Penelitian

1. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini merupakan Library Research (Studi Kepustakaan) yang menggunakan sumber data primer yaitu as-Salʻam al-ʻalami wal-Islam (Islam dan Perdamaian Dunia) yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Pustaka Firdaus. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Sayyid Quṯhb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya yang ditulis oleh Nuim

Hidayat, M.Si, Keadilan Sosial dalam Islam karya Sayyid Quṯhb yang duterjemhkan oleh Tim Pustaka Bandung, Fi Ẕhilālil al-˗Qurʻān (Hidup

Damai dalam Islam: Tafsir Kontemporer) karya Sayyid Quṯhb yang

diterjemahkan oleh Abu Fahmi dan Ibnu Marjan, serta buku-buku lain yang berkaitan dengan tema pembahasan pada penelitian ini.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptis-analitis yaitu dengan mendeskripsikan secara terperinci terkait dengan masalah yang hendak diteliti kemudian menganalisis setiap masalah untuk memeroleh pemahaman secara komperhensif.

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini termasuk penelitian library research (Studi Kepustakaan), maka teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan mencari literatur atau referensi yang ada di perpustakaan, baik perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan utama UIN Syarif

(24)

Hidayatullah Jakarta, perpustakaan umum, maupun perpustakaan pribadi yang menyediakan referensi yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini. Semua buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini dikumpulkan dan diklarifikasi berdasarkan relevansi terhadap pembahasan penelitian ini. Selanjutnya dibaca dan diteliti, dan dimasukan pada pembahasan penelitian yang diangkat.

4. Teknik Analisis Data

Setelah membaca dengan teliti semua buku yang berkaitan dengan tema pembahasan, penulis memberikan tanda khusus pada bagian-bagiab yang penting untuk memermudah dalam memahami data yang akan dipaparkan. Kemudian penulis mulai menganalisa data yang telah terkumpul dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu sebuah prosedur penilaian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati.

Karena penelitian ini merupakan studi kepustakaan maka metode yang digunakan adalah metode analisis dan sintesis. Metode analisi yaitu jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mengadakan perincian terhadap obyek yang diteliti atau cara penanganan terhadap suatu obyek tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian-pengertian lainnya.9 Sedangkan metode sintesis merupakan

(25)

metode yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan

5. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini pun mengacu pada buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang duterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017 serta buku Pedoman Penulisan

Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sementara untuk prnulisan transliterasi mengacu pada jurnal Ilmu Ushuluddin yang diterbitkan oleh HIPUS (Himpunan Peminat Ilmu-ilmu Ushuluddin)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap pembahasan ini maka penulis menguraikan skripsi ini dengan beberapa bab, agar memperoleh gambaran yang jelas, terarah, dan sistematis, maka dalam pembahasan ini akan digunakan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua, membahas tentang Biografi Sayyid Quṯhb, Latas Belakang Pendidikan dan Karir, dan Karya-Karya Sayyid Quṯhb. Bab ketiga, tentang Islam dan Perdamaian, yang merupakan gambaran umum tentang perdamaian

(26)

menurut para ahli dan pandangan islam tentang perdamaian. Bab ini bertujuan sebagai informasi awal sebelum masuk pada pembahasan agar dapat terarah dan spesifik.

Bab keempat, sudah mulai masuk pembahasan mengenai analisis terhadap pemikiran Sayyid Quṯhb tentang perdamaian yang meliputi pandangan Islam terhadap perdamaian, dan Kategori-kategori perdamaian. Bab kelima yaitu bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran.

(27)

15 BAB II

BIOGRAFI SAYYID QUṮHB

A. Riwayat Hidup Sayyid Quṯhb

Sayyid Quṯb memiliki nama lengkap Sayyid Quṯhb Ibrahim Husain Syadzili. Ia dilahirkan di sebuah desa yang subur bernama Mausyah, salah satu desa di wilayah Provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir pada tanggal 9 Oktober 1906. Dilihat dari silsilah jalur ayahnya, dalam dirinya mengalir darah India karena kakek buyutnya yang keenam (jadduh al-sadis) yang bernama al-faqir Abdullah memang berasal dari India yang menetap di dataran Mesir saat setelah menunaikan ibadah haji.1

Ayahnya, al-hajj Quṯb Ibrahim dikenal sebagai pemuka desa dan politisi yang bergabung dalam anggota Partai Nasionalis (al-Hizb al-Wathani) yang dideklarasikan oleh Musthafa Kamil.2 Rumah sang ayah dijadikan

markas bagi kegiatan politik partainya. Di situlah rapat-rapat penting diselenggarakan, baik yang dihadiri oleh semua orang, maupun yang sifatnya rahasia dan hanya didatangi oleh orang-orang tertentu saja. Lebih dari itu, rumah ayah Quthb juga menjadi pusat informasi yang selalu didatangi oleh

1 Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Sayyid Quthb al-Adib al-Naqid wa Da’iyah al-Mujahid

wa-al Mufakir al-Mufassir al-Raid, h 50

2 Syahrough Akhavi, Sayyid Quthb, dalam John L. Esposito (editor in chief), The Oxford

Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol.3., (New York: Oxford University Press, 1995), h 400

(28)

orang-orang yang ingin mengikuti berita-berita nasional dan internasional dengan diskusi-diskusi para aktivis partai yang sering berkumpul disana.3

Sayyid Quṯhb memiliki lima saudara dari enam putra ayah ibunya. Ia sendiri anak ke lima. Saudara pertama bernama Nafisah, ia lebih tua tiga tahun dari Quṯhb. Saudara kedua dan ketiga Quṯhb meninggal, yang pertama meninggal ketika sebelum usia dua tahun dan kedua meninggal ketika masih kecil, Saudara keempat bernama Aminah, seorang penulis dalam bidang kesusastraan. Ia pernah menulis buku sastra yang diterbitkan yaitu: Fi Tayyar

al-Hayah (Dalam Arus Kehidupan), dan Fi Ṯhariq (Di jalan). Lalu putra

kelima ia sendiri, dan keenam adiknya yang bernama Muhammad (Quṯb); seorang sarjana sastra Universitas Kairo yang juga penulis sajak, esai, refleksi, dan cerpen hingga studi keislaman. Salah satu karyanya adalah

Jâhiliyyah al-Qarn al-ʻIsyrin yang edisi Indonesia telah diterbitkan dengan

judul Jâhiliyyah Masa Kini diterjemahkan oleh Afif Muhammad. Lalu adiknya yang bungsu, Hamidah, seorang aktifis pergerakan dan juga pernah menulis buku bersama saudara-saudaranya berjudul Al-Athyaf al-Arbaʻah4

Sayyid Quthb adalah salah seorang pemikir besar Islam kontemporer. Di pergerakan Ikhwanul Muslimin, ia disebut-sebut sebagai tokoh kedua setelah Hasan al-Bana (1906-1949).5 Ia juga sering disejajarkan dengan Abul

3 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005) h 17

4 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 16

5 Ahmad S Moussalli, Islamic Fundamentalism Myths and Realities, (United Kingdom:

(29)

Aʻla al-Maududi (1903-1997), tokoh gerakan Islam Jamaat Islami di Pakistan dan Ali Syariati (1933-1977), seorang ideology revolusi Iran6.

Quṯhb bersekolah di daerahnya selama empat tahun dan ia mampu menghafal al-Qurʻan ketika berusia 10 tahun. Pengetahuannya yang mendalam dan luas tentang al-Qurʻan dalam konteks pendidikan agama, tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat pada hidupnya. Pada usia tiga belas tahun, Quṯhb dikirimkan oleh pamannya ke Kairo untuk melanjutkan pendidikannya. Ia lulus dari Darul Ulum memperoleh ijazah S1 dalam bidang sastra dan diploma dalam bidang pendidikan. Ketika kuliah ia banyak dipengaruhi oleh pemikiran Abbas Mahmud Al-Aqqad yang cenderung pada pendekatan pembaratan. Ia sangat berminat pada sastra inggris dan dilahapnya segala sesuatu yang diperolehnya dalam bentuk terjemahan.7

Di Darul Ulum, Quṯhb berkenalan dan menjadi akrab dengan kepustakaan Barat dan sebagaimana intelektual muda lainnyta waktu Itu, ia tumbuh sebagai pengagum Barat. Setelah lulus, Quṯhb bekerja sebagai pejabat di Kementrian Instruktur Publik (Pendidikan). Ia juga peserta aktif dalam debat-debat sastra dan sosial pada zamannya. Kemudia ia menjadi penulis tangguh dan mulai menerbitkan puisi dan kritik-kritik sastranya.8

Sayyid Quṯhb mengalami perkembangan pemikiran dalam kehidupannya. Dari seorang sastrawan ketika muda, kemudia ia menjadi

6 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 1

7 Afif Muhammad, dari Teologi ke teologi: Telaah atas Metode dan Pemikiran Teologi

Sayyid Quthb, (Bandung: Pena Merah, 2004) h 47

(30)

seorang yang ‘fanatik’ terhadap Islam setelah pulang dari Amerika. Tokoh Islam India, Abu Hassan an-Nadwi membagi fase kehidupan Quṯhb dalam lima tahapan sebagai berikut.

1. Tumbuh dalam tradisi-tradisi Islam di desa dan rumahnya

2. Beliau pindah ke Kairo, sehingga terputuslah hubungan antara dirinya dengan pertumbuhan yang pertama, lalu wawasan keagamaan dan akidah Islamiahnya menguap.

3. Quṯhb mengalami periode kebingbangan mengenai hakikat-hakikat keagamaan sampai batas yang jauh

4. Quṯhb menelaah al-Qurʻan karena dorongan-dorongan yang bersifat sastra 5. Quṯhb memperoleh pengaruh dari al-Qurʻan dan dengan al-Qurʻan itu ia terus

meningkat secara gradual menuju iman

Menurut Dr. Shalah Abdul Fattah Al Khalidi, seorang pengamat Sayyid Quṯhb terkemuka, kehidupan Islami Sayyid Quṯhb dapat dibagi dalam empat fase berikut.

1. Fase Keislaman yang bernuansa seni. Fase ini bermula dari pertengahan

tahun empat puluhan, kira-kira saat Sayyid mengkaji al-Qurʻan dengan maksud merenunginya dari aspek seni serta meresapi keindahannya. Quṯhb berniat menulis beberapa buku dalam pustaka baru al-Qurʻan yang bernuansa seni. Pada fase ini beliau menulis dua buah buku yaitu At-Tashwîr al-Fannî

Fi al-Qurʻān (Ilustrasi Artistik dalam al-Qurʻan) dan Masyāhid al-Qiyāmah al-Qurʻān (Bukti-bukti Kiamat dalam al-Qurʻan).

2. Fase Kesilaman Umum. Fase ini dimulai pada seperempat dari tahun empat

puluhan, kurang lebih ketika Quṯhb mengkaji al-Qurʻan dengan tujuan studi-studi pemikiran jeli serta pandangan reformasi yang mendalam. Disini Quṯhb

(31)

hendak memahami dasar-dasar reformasi sosial dan prinsip-prinsip solidaritas sosial dalam Islam. Buku yang mencerminkan fase ini dengan sebenarnya adalah al-Adalâh Ijtimaʻiyah fil Islam (Keadilan Sosial dalam Islam).

3. Fase Amal islami yang terorganisir. Yaitu fase ketika Quṯhb berkenalan

dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin dan bergabung ke dalam barisannya, serta memahami Islam secara menyeluruh, baik pemikiran dan amalan, akidah dan prilaku maupun wawasan dan jihad. Fase ini dimulai dari sekembalinya Quṯhb dari Amerika sampai ia bersama-sama sahabat-sahabatnya dimasukkan ke penjara pada penghujung tahun 1954. Buku-buku yang paling menonjol pada fase ini: Ma’rakatûl Islam wal-Raʻsima`iyah, As

Salʻam al-ʻAlami wal-Islam dan Fi Ẕhilālil Qurʻān pada juz-juz pertama edisi

pertama

4. Fase Jihad dan Gerakan. Yaitu fase di mana ia tenggelam dalam konflik

pemikiran dan praktik nyata dengan kejahiliahan dan ia lalui di dalamnya dengan praktik jihad yang nyata. Melalui hal ini, maka tersingkaplah metode pergerakan (al-manhaj al-haraki), bagi agama ini dan realitasnya yang signifikan dan bergerak melawan kejahiliahan, serta tersingkap pula rambu-rambu yang jelas di jalan Allah. Fase ini bermula sejak Quṯhb dijebloskan ke dalam penjara pada penghujung tahun 1954, dan terus mendarah daging-ketika ia dipenjara hingga penghujung tahun 50-an, lalu menjadi matang dan memberikan buahnya yang matang pada tahun 60-an. Buku pertama pada fase

(32)

ini adalah Hadẕad Dîn, yang paling pokok adalah Fi Ẕhilālil Qurʻān edisi revisi dan yang paling matang adalah Maʻalim fith-Ṯhariq.9

B. Latar Belakang Pendidikan

Sayyid Quṯhb merupakan salah satu seorang pemikir terkenal Islam

Kontemporer. Dalam masa pertumbuhan pemikirannya, beliau mulai menempu pendidikikan Sekolah Dasar di Desa tempat tinggalnya dan mampu menghapal al-Qurʻan diusia 10 tahun. Kegigihan menuntut ilmu sejak dini membuat Quṯhb mengikuti sekolah agama (kuttab) diluar pendidikan sekolah dasar, stelah itu beliau pindah ke sekolah pemerintah dan lulus pada tahun 1918. Pada tahun 1919 terjadi Revolusi Rakyat Mesir melawan pendudukan Inggris, dan pada tahun yang sama Sayyid Quṯhb berangkat dari desanya menuju Kairo untuk melanjutkan studinya di al-Hulwan.10

Pada tahun 1925, Sayyid Quṯhb mengikuti pendidikan keguruan, dan lulus pada tahun 1928. Lalu ia mengikuti kuliah secara informal ditingkat tsanawiyah (menengah) pada tahun 1928 hingga tahun 1929 di Tajhiziyyah Dar al-Ulum. Pada tahun 1930, ia kuliah secara formal di Institut Darul Ulum atau Kulliyat Dar al-Ulum (didirikan tahun 1872 sebagai Universitas Mesir Modern Model Barat) dan lulus pada tahun 1933 dengan gelar sarjana muda (Lc) dalam bidang sastra dan diploma dalam bidang pendidikan. Sebagai pengakuan atas prestasinya, ia ditunjuk sebagai dosen di amamaternya. Sejak 1933 ia bekerja di Departemen Pendidikan dengan tugas

9 Shalah Abdul Fatah al-Khalid, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilail Qur’an, (Solo:

Era Intermedia, 2001), h 44

(33)

sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah milik Departemen Pendidikan selama enam tahun; setahun di Suwaif, setahun di Dimyat, dua tahun di Kairo, dua tahun di Madrasah Ibtidaiyyah Halwan. Setelah bekerja sebagai tenaga pengajar, ia kemudian pindah kerja sebagai pegawai kantor di Departemen Pendidikan sebagai penilik lembaga. Lalu pindah tugas di Lembaga Pengawasan Pendidikan Umum selama 8 tahun, sampai akhirnya kementerian mengirimnya ke Amerika untuk belajar di tahun 1948. Setelah selesai studi dari Amerika, ia kembali ke Mesir pada tahun 1950. Di Amerika Serikat, ia belajar tentang pendidikan di Wilson’s Teachers Collage (kini bernama Universitas Columbia) di lingkungan Universitas Northern Colorado dan Universitas Stanford dan meraih gelar MA pada tahun 1950. Dalam perjalanan pulang ke Mesir di tahun 1951, ia mengunjungi Inggris, Swiss, dan Italia. Perjalanan ke Amerika ini adalah saat yang menentukan baginya, menandai perpindahan dari minat terhadap sastra dan pendidikan menjadi komitmen yang kuat terhadap agama. Meskipun dia mengakui prestasi ekonomi dan ilmu pengetahuan masyarakat Amerika, ia terperanjat melihat rasisme, kebebasan seksual, dan pro zionisme.11

Sekembali dari studinya di Amerika, ia mengajukan surat pengunduran diri dari pekerjaannya, menolak promosi menjadi penasehat Kementerian Pendidikan dan kemudian mencurahkan seluruh waktunya untuk dakwah, pergerakan, serta untuk studi dan mengarang. Ia juga mulai menulis artikel untuk berbagai surat kabar dengan tema sosial dan politik

(34)

C. Karya-karya Sayyid Quṯhb

Membaca karya-karya Sayyid Quṯhb adalah menyimak pemikiran tokoh besar. Meski ada yang mengkritiknya, pemikiran-pemikiran Quṯhb tetap memberikan sinarnya sampai kini. Tokoh-tokoh Islam, dari Timur Tengah sampai Eropa tidak habis-habisnya membahas dan mengambil hikmah pemikiran dari pemikir terkemuka Ikhwanul Muslimin ini.12

Karya-karya Sayyid Quṯhb selain beredar di Negara-negara Islam, juga beredar di kawasan Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika. Di mana terdapat pengikut Ikhwanul Muslimin, hampir dipastikan disana ada buku-buku Quṯhb, karena ia adalah tokoh Ikhwanul Muslimin terkemuka.

Buku-buku hasil torehan tangan Sayyid Quṯhb adalah sebagai berikut.

1. Muhimmatus Syaʻir fil Hayah wa Syiʻr al Jail al-Hadhir, terbit tahun 1953. 2. as-Syathiʻ al-Majhul, kumpulan sajak Quthb satu-satunya, terbit Febuari 1935 3. Nadq Kitab “Mustaqbal ats-Tsaqafah di Mishr” li ad-Duktur Thaha Husain,

terbit tahun 1939.

4. at-Tashwîr al-Fannî Fil-Qurʻān, buku Islam Quṯhb yang pertama, terbit April 1945.

5. al-Athyaf al-Arbaʻah, ditulis bersama-sama saudara-saudaranya: Aminah, Muhammad, dan Hamidah, terbit tahun 1945

6. Ṯhif min al-Qarayāh, berisi tentang gambaran tentang desanya serta catatan masa kecilnya di desa, terbit tahun 1946

(35)

7. al-Madînah al-Manshûrah, sebuah kisah khayal semisal kisah Seribu Satu Malam, terbit tahun 1946

8. Kutub wa Syakhshîyat, sebuah studi Quṯhb terhadap karya-karya pengarang lain, terbit tahun 1946

9. Asywak, terbit tahun 1947

10. Masyāhîd al-Qiyâmah fil-Qurʻān, bagian kedua dari serial Pustaka Baru Al-Qurʻan, terbit pada tbulan April 1947

11. Raudhâtut Ṯhifl, ditulis bersama Aminah as-Saʻid dan Yusuf Murad, terbit dua episode.

12. al-Qashash ad-Dîniy, ditulis bersama Abdul Hamid Jaudah as-Sahhar 13. al-Jadîd fil al-Lughâh al-Arabiyâh, bersama penulis lain.

14. al-Jadîd fil al-Mahfuzhât, ditulis bersama penulis lain

15. al-Adalâh al-Ijtimaʻiyah fi al-Islam, buku pertama Quthb dalam hal pemikiran Islam, terbit April 1949

16. Maʻrakâh al-Islam wa ar-Raʻsimaliyâh, terbit Febuari 1951

17. As Sal ʻam al-ʻAlami wa al-Islam, terbit Oktober 1951

18. Fi Ẕhilāil Qurʻān, cetakan pertama juz pertama terbit Oktober 1952.

19. Dîrasat Islamiyah, kumpulan berbagai macam artikel yang dihimpun oleh Muhibbudin al-Khatib, terbit 1953.

20. al-Mustaqabâl li Hadza ad-Dîn, buku penyempurna dari buku Hadza ad-Din.

21. Khashaîsh at-Tashawwûr al-Islami wa Muqawwîmatûhu, buku dia yang mendalam yang dikhususkan untuk membicarakan karakteristik akida dan unsu-unsur dasarnya.

(36)

22. Al-Islam wa Musykilat al-Hadharâh. 23. Maʻalim fith-Ṯharîq.13

Sedangkan studinya yang bersifat keislaman harakah yang matang, yang menyebabkan ia dieksekusi (dihukum penjara)14 adalah sebagai berikut.

1. Maʻalim Fith-l Ṯharîq 2. Fi Ẕhilālil as-Sirâh

3. Muqawwîmat at-Tashawwûr al-Islami 4. Fi Maukîb al-Iman

5. Nahwû Mujtamaʻ Islam 6. Hadẕa al-Qurʻān

7. Awwâliyat li Hadẕa ad-Dîn

8. Tashwibat fi al-Fikri al-Islami alMuʻAshîr.15

Buku pertama Sayyid Quṯhb yang berbicara tentang Islam adalah

At-Tashwwîr al-Fannî fi Qurʻān. Di dalam buku ini ia menuliskan tentang

karakteristik-karakteristik umum mengenai keindahan artistik dalam al-Qurʻan. Quṯhb mendefenisikan ilustrasi artistik (at-Tashwwîr al-Fannî) sebagai berikut:

“Ia adalah sebuah instrument terpilih dalam gaya al-Qurʻan yang memberikan ungkapan dengan suatu gambaran yang dapat dirasakan dan dikhayalkan mengenai konsep akal pikiran, kondisi kejiwaan, peristiwa nyata, adegan yang dapat ditonton, tipe manusia dan juga tabiat manusia. Kemudia ia meningkat dengan gambaran yang dilukiskan itu untuk memberikan kehidupan yang menjelma atau

13 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilail Qur’an, h 41-42 14 Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, h 23

(37)

aktivitas yang progresif. Dengan demikian, tiba-tiba konsepsi akal pikiran itu muncul dalam sebuah format atau gerak. Kondisi kejiwaan tiba-tiba menjadi sebuah pertunjukan. Model atau tipe manusia tiba-tiba menjadi suatu yang menjelma dan hidup dan tabiat manusia seketika menjadi dapat terbentuk dan terlihat nyata. Berbagai adegan, kisah,dan perspektif ditampilkan dalam sebuah wujud yang mucul. Di dalamnya terdapat kehidupan dan juga gerak. Jika ditambahkan lagi dengan sebuah dialog, maka menjadi lengkaplah semua unsur-unsur imajinasi itu”16

(38)

26 BAB III

PERDAMAIAN DAN ISLAM

Bagian ini merupakan gambaran umum tentang pandangan Islam terhadap Perdamaian. Sebelum memasuki pandangan Islam terhadap Perdamaian. Perlunya mengetahui istilah Perdamain secara umum melalui argumen-argumen para Ahli terkemuka. Agar dapat lebih mengatahui perbedan perdamaian secara umum dan dari pandangan Islam

A. Perdamaian Menurut Para Ahli

Damai memiliki arti yang cukup banyak dan dapat berubah sesuai dengan hubungan kalimat. Damai dapat diartikan sebagai persetujuan untuk mengakhiri sebuah peperangan atau sengketa dan masih banyak lagi. Damai juga dapat diartikan sebagai sebuah kondisi yang tenang. Dan juga damai juga bisa diartikan sebagai kondisi emosi dalam diri

.

Konsep damai yang tersusun dapat berbeda-beda sesuai dengan lingkungan serta budaya. Karena memang setiap orang memiliki lingkungan dan budaya yang berbeda yang mana akan mempengaruhi pola pikir dalam menyusun sebuah konsep perdamaian.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata “damai” berarti “tidak ada perang”, “tidak ada kerusuhan”, dan “aman”. Merujuk kata “damai” jika ditambahkan awalan “per” maka arti dari kata “perdamaian”

(39)

menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) “perhentian permusuhan (perselisihan, perang, dan sebagainya).

Kata damai sering dimaknai sebagai situasi tanpa peang. Padahal, menurut de Rivera1 dan Fell2, kata ini dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama adalah perdamaian negative (negative peace). Sudut pandang ini persis dengan defenisi sebagai situasi tanpa perang (war), pemerkosaan (rape), pembunuhan (homicide) atau kekerasan (violence). Sudut pandang kedua adalah damai positif (positive peace), yakni tumbuhnya kesamaan hak, harapan hidup yang panjang dan berbagai indikator keadilan. Sebagaimana mengutip pendapat Galtung (1969), de Rivera juga menyebut bahwa perang dan pembunuhan merupakan bentuk-bentuk kekerasan yang bersifat langsung

(direct violence) sedangkan yang kedua, seperti persamaan hak dan keadilan,

dapat menjadi kekerasaan tidak langsung (indirect violence) apabila tidak diperjuangkan dan diwujudkan. Berpijak pada konsep ini, kemiskinan misalnya, merupakan bentuk kekerasan tidak langsung. Dengan demikian, konsep ‘damai’ perlu didefenisikan secara menyeluruh, mulai dari keadaan tanpa perang hingga keberlangsungan keadilan di tengah masyarakat.

Perdamaian dapat ditemui dalam balance of power antar-negara, ataupun dengan adanya suatu hegemoni. Sedangkan, bagi kaum kapitalis, perdamaian bisa diwujudkan dengan cara kerjasama dan pengumpulan

1 De Rivera, J. “Assesing the Peacefulness of Culture” dalam de Rivera. J. (Ed.).

Handbook on Building Cultures of Peace. USA: Springer, 2009, h. 89

2 Fell, G. “Peace” dalam Hicks, D. Education for Peace: Issues. Principles and Practice

(40)

kekayaan (accumulation of wealth). Paham lingkungan (Green Thought) menganggap bahwa dunia akan aman dan damai jika manusia tidak merusak alam. Kemudian, liberalisme melihat bahwa perdamaian ada dalam institusionalisasi norma liberal dari ekonomi politik internasional yang berbasis pada kerjasama saling menguntungkan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Marxisme menghendaki tercapainya perdamaian dengan penghilangan kelas yang menjadi dasar dari penindasan melalui sebuah revolusi. Sementara itu, kelompok idealisme atau utopian memahami perdamaian sebagai keadaan ketika negara dan individu berada dalam kebebasan, kesejahteraan, dan tidak ada ancaman.3

Istilah perdamaian memiliki arti yang universal. Oleh karena itu ada beberapa pengertian perdamaian dari beberapa tokoh terkenal seperti Paolo Friere. Dalam diskusi tentang perdamaian, Friere berpendapat.

“Damai merupakan dimensi kemurahan hati yang memiliki tujuan untuk mengkikis penyebab dari sebuah pertempuran”

Perkataan Friere merupakan harapan untuk kelangsungan hidup tanpa peperangan di seluruh dunia. Meskipun kenyataannya peperangan tidak akan pernah lenyap, Friere berharap perdamaian dapat mengkikis faktor peperangan. Meskipun ia sadar bahwa akan selalu ada alasan untuk berperang, entah itu peperangan fisik atau peperangan dalam maksud lain.

3 Jerry Indrawan Prakoso, “Memahami Studi Perdamaian sebagai Bagian dari Ilmu

(41)

Selain Paolo Friera, Martin Luther King yang merupakan seorang pendeta Baptis dan aktivis Amerika Serikat dan juga pemimpin Gerakan Hak Sipil tahun 1954 sampai 1968 (Wikipedia, Agustus 2020), menyuarakan pendapat tentang diskusi perdamaian. Menurutnya sebuah perdamaian dapat menjadi ketegangan sosial atas dasar terbentuknya sebuah keadilan.

Di Indonesia sendiri ada salah satu tokoh spiritual terkenal yang merupakan keturunan India yang bernama Anand Krishna. Anand lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 1 September 1956.4 Dalam diskusi tentang

perdamaian Anand berpendapat bahwa pengertian damai di dalam pendidikan kedamaian adalah sebuah proses dimana seseorang bisa mengubah sikap serta prilakunya mengenai konflik kekerasan, mendapatkan beberapa nilai, pengetahuan serta mengembangkan keterampilan serta prilaku untuk hidup secara harmoni bersama orang lain.

Perdamaian merupakan cita-cita setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu tokoh terkenal Dante Alighieri, lahir di kawasan San Martino di Florence5 pada tahun 1265.6 Meskipun Dante seorang penyair namun gagasannya tentang politik mampu membawa pemikirannya masuk

4 Anand Krishna, Islam Esoteris Kemulyaan dan Keindahannya, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2000), h. 5

5 Florence atau di kalangan orang Italia lebih akrab didengar sebagai Firenza adalah kota

komersial yang terlupakan. Florence hanya akan diingat sebagai tempat Penyair Dante dan Pelukis Michelangelo. Lihat Goenawan Mohammad, Catatan Pinggir: Utara-Selatan (Jakarta: Grafitipress, 2006), h. 32

6 Villa Nova University, Falvey Memorial Library, “Dante’s Biography”,

(42)

kedalam pemikiran politik barat. Pemikir politik barat yang hidup bersama Dante adalah Thomas Aquinas.7

Dante Alighieri dan Thomas Aquinas sangat berbeda pendapat dalam gagasan tentang Negara. Thomas Aquinas dalam buku De Regimme berpendapat bahwa kedudukan Paus sama dengan raja dan Paus berhak mengurusi negara. Teori Thomas tersebutlah yang kemudian melahirkan sebuah adagium Tweez Waarden Theorie (ajaran dua belah pedang). Kemudian Thomas menawarkan jalan tengah dengan menggabungkan

Summa Dei dan kehidupan gereja sehingga bisa sejalan. Meskipun demikan,

Dante yang masih mempercayai dengan adanya Tuhan beranggapan negara bertujuan mencapai perdamaian dunia. Dalam teori perdamaian dunianya, Dante berpendapat bahwa di dunia ini sebaiknya hanya terdapat satu negara yang berdaulat penuh dan kekuasaanya terletak penuh pada satu orang saja. Karena jika di dunia ini terdapat banyak negara, maka ketentraman serta kedamaian tidak akan terwujud. Hal ini terjadi karena setiap negara mempunyai tujuan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Kondisi tersebut akan memicu konflik yang dapat mengarah kepada peperangan sehingga perdamaian pasti akan hilang.8

7 Syarif Fatul, “Pemikir Politik Barat Dante Alighieri”,

http://stsyarifatulmarah.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html

8 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

(43)

B. Perdamaian dalam Perspektif Islam

Setiap individu pasti menginginkan perdamaian. Ketenangan dari menjalankan aktivitas, kebebasan dalam memeluk ajaran ketuhanan, tegaknya keadilan dan kesetaraan, terbebas dari peperangan dan lain sebagainya. Merupakan cita-cita setiap individu. Begitu pula Sayyid Quṯhb menegaskan Tujuan utama Islam adalah Perdamaian. Bahkan Islam sangat tetiliti dalam melihat makna dari perdamaian.

Kita melihat banyak dari buku-buku sejarah atau dokumen-dokumen yang mencatat peristiwa perbudakan yang mana Islam hadir sebagai konsep yang universal tentang makna dari Perdamaian. Pembesan budak dari kekejaman Raja Firʻaun, hinggan penyetaraan antara pria dan Wanita. Karena memang sejarah mencatat Wanita tidak memiliki nilai pada masa itu dan lebih kejamnya lagi dijadikan alat jual.

Belum pernah terjadi Islam mencetuskan peperangan dengan tujuan memaksa orang supaya memeluknya.9 Seperti halnya Ketika Islam mampu menaklukan kekuasaan Andalusia yang saat ini Bernama Spanyol. Latar belakang datangnya tantara Islam di sana karena atas undangan Count10 Julian salah seorang Gubernur Ceutah. Tujuan undangan itu tidak lain hanyalah untuk menyingkirkan panglima Roderik yang telah merampas kekuasan dari tangan raja Gothik Bernama Witiza pada tahun710M11. setelah

9 Sayyid Quthb, Islam dan Perdamaian Dunia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 24 10 Count=Suatu gelar kebangsawanan di Eropa

11 Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang, (Jakarta: Bulan

(44)

berhasil menaklukan Andalusia, Islam tidak memaksa penduduk setempat untuk memeluk ajaran Islam. Mereka tetap pada keyakinannya masing-masing. Namun untuk system pemerintahan yang baru menggunakan system kepemimpina dari Islam.

Dalam surah al-Anfaal ayat 60 dan 61:

اوُّدِعَأ َو

ْمُك َّوُدَع َو ِ َّاللَّ َّوُدَع ِهِب َنوُبِه ْرُت ِلْيَخْلا ِطاَب ِر ْنِم َو ٍة َّوُق ْنِم ْمُتْعَطَتْسا اَم ْمُهَل

ِ َّاللَّ ِليِبَس يِف ٍء ْيَش ْنِم اوُقِفْنُت اَم َو ۚ ْمُهُمَلْعَي ُ َّاللَّ ُمُهَنوُمَلْعَت َلَ ْمِهِنوُد ْنِم َني ِرَخآ َو

ْمُتْنَأ َو ْمُكْيَلِإ َّف َوُي

َنوُمَلْظُت َلَ

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang menggentarkan pasukan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).”

ُميِلَعْلا ُعيِمَّسلا َوُه ُهَّنِإ ۚ ِ َّاللَّ ىَلَع ْلَّك َوَت َو اَهَل ْحَنْجاَف ِمْلَّسلِل اوُحَنَج ْنِإ َو

“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui”

Dalam penafsiran Quraish Shibab tentang surah al-Anfaal ayat 60. Beliau berpendapat:

“Dalam ayat tersebut kita dapat menangkap perintah yang jelas sekali mengenai keharusan menyiapkan segala perlengkapan dalam menghadapi musuh, sebagai suatu hal yang teramat penting karena menyangkut hidup matinya suatu bangsa. Persiapan itu meliputi segala aspek, baik kualitas dan kuantitas perlengkapan. Berperang tanpa kesiapan berarti suatu kekalahan dan kehancuran. Pada masa-masa damai seperti sekarang ini saja hampir semua negara seolah-olah bersiap-siap untuk perang, sehingga kebijakan-kebijakan politik strategis masing-masing negara diarahkan, meskipun secara tidak langsung, untuk memenangkan pertempuran”

(45)

Dan dalam penafsiran ayat 61. Quraish berpendapat:

“Apabila musuh-musuh kalian itu cenderung untuk berdamai dan ingin mengakhiri perang, maka sambutlah kemauan mereka itu, wahai Rasul. Karena perang bukan semata-mata sebagai tujuan bagimu, tapi engkau berperang sebagai alasan membela diri dari serangan musuh dan mereka yang merintangi dakwah. Maka terimalah usul perdamaian dari mereka dan bertawakallah kepada Allah, dan jangan engkau mengkhawatirkan rencana jahat, tipu daya dan makar mereka. Allah Maha Mendengar apa yang mereka rundingkan, Maha tahu apa yang mereka rencanakan dan tidak ada sesuatu pun samar dalam pandangan Tuhan”

Islam sangat menjaga persatuan dan kesatuan umat manusia. Meskipun selalu ada pertikaian di kalangan umat manusia, Islam datang dan menawarkan satu konsep tunggal tentang ajaran hidup bermasyarakat dan hidup beragama. agama mempunyai dua peran besar: pertama, agama mengajarkan bagaimana kita melaksanakan ritual. Dalam Islam, misalnya, bagaimana seseorang melaksanakan shalat, puasa, berzakat, dan sebagainya, berdoa, dll. Dan kedua, agama mengajarkan kedamaian dan toleransi. Peran agama yang kedua inilah yang dapat berkontribusi dalam pencegahan perang dan konflik.12

Islam memandang perdamaian sebagai suatu keharusan, di dalam Qurʻan banyak terdapat ayat-ayat tentang perdamaian seperti halnya surah al-Anfaal sebelumnya. Perdamaian merupakan kunci untuk melaksanakan aktivitas dengan sempurna. Bahkan untuk melakukan ritual dalam Islam seperti sholat, mengaji dan lainnya, harus dilandasi dengan hati yang damai

12 Prof. Azyumardi Azra, Teaching Tolerancethrough Education in Indonesia, Reflections

on the Keynote Address and Symposium Theme of International Symposium on Educating for a Culture of Peace through Values, Virtues, and Spirituality of Diverse Cultures, Faiths, and Civilizations, Multi-Faith Centre, Griffith University, 10-13August 2005

(46)

dan tenang. Segala macam bentuk pertikaian yang menngikis nilai perdamaian, sangat dihindari di dalam Islam. Dalam surah al-Baqarah ayat 181:

ُهَعِمَس اَمَدْعَب ُهَلَّدَب ْنَمَف

ٌميِلَع ٌعيِمَس َ َّاللَّ َّنِإ ۚ ُهَنوُلِ دَبُي َنيِذَّلا ىَلَع ُهُمْثِإ اَمَّنِإَف

“Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat tersebut merupakan peristiwa tentang permasalahan yang mengganggu keharmonisan rumah tangga dan masyarakat.dan perdamaian atas persoalan tersebut merupakan jalan utama dalam Islam untuk menjaga tali silaturahmi. Quraish shibab menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:

“Namun jika isi wasiat itu menyeleweng dari keadilan dan jalan lurus yang telah Kami jelaskan, seperti apabila pemberi wasiat mendahulukan si kaya dari si miskin yang sangat membutuhkan, atau mengabaikan kerabat dekat demi para fakir yang bukan ahli waris yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, lalu ada seorang yang bermaksud baik dan meluruskan persoalan dengan mengajak para penerima wasiat itu kembali kepada kebenaran, maka ia tidak berdosa dan Allah tidak akan menghukumnya atas tindakan mengubah wasiat jika demikian bentuknya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Dalam surah an-Nissa ayat 114, sangat jelas diterangkan bahwa perdamaian merupakan kebaikan yang diharuskan oleh Islam untuk setiap manusia. Dan atas hal tersebut dijanjikannya oleh Allah pahala yang besar.

َنْيَب ٍح َلَْصِإ ْوَأ ٍفوُرْعَم ْوَأ ٍةَقَدَصِب َرَمَأ ْنَم َّلَِإ ْمُها َوْجَن ْنِم ٍريِثَك يِف َرْيَخ َلَ

ْلَعْفَي ْنَم َو ۚ ِساَّنلا

اًميِظَع اًرْجَأ ِهيِتْؤُن َف ْوَسَف ِ َّاللَّ ِتاَض ْرَم َءاَغِتْبا َكِلََٰذ

(47)

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”

Sementara dalam tafsir Jalalayn tentang ayat tersebut seperti berikut: “(Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka) artinya bisikan-bisikan manusia dan apa yang mereka percakapkan (kecuali) bisikan (orang yang menyuruh mengeluarkan sedekah atau melakukan perbuatan baik) atau kebaikan (atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang melakukan demikian) yakni yang telah disebutkan tadi (demi menuntut) mencari (keridaan Allah) dan bukan karena hal-hal lainnya berupa urusan dunia (maka akan Kami beri dia) memakai nun dan ya maksudnya Allah (pahala yang besar).”

Perdamaian merupakan watak atau karakter dari Islam itu sendiri, yang mana Islam sangat menaruh perhatian lebih terhadap perdamaian di dalam kitab sucinya. Beberapa ayat-ayat al-Qurʻan tentang perdamaian sudah dipaparkan sebelumnya dan berikut beberap nama ayat-ayat al-Qurʻan yang menyinggung tentang perdamaian:

Q.S. Al-Waaqiʻah [56]: 26; Q.S. Shafaat[37]: 109; Q.S. Ash-Shafaat [37]:130; Q.S. Ash-Ash-Shafaat [37]: 181; Q.S. Al-Hijr [15]: 46; Q.S. Ash-Shafaat [37]: 120; Q.S. Yaa Siin [36]: 58; Q.S. Adz-Dzariaat [51]: 25; Q.S. Ash-Shafaat [37]: 79; Q.S. Al-Qadr [97]: 5; Q.S. Al-Waaqiʻah [56]: 91; Q.S. Qaf [50]: 34; Q.S. Az-Zuhruf[43]: 89; Q.S. Al-Anbiyaa` [21]: 69; Q.S. Ar-Raʻd: 24; Q.S. Huud: 69; Q.S. Maryam: 33; Q.S.Al-Hijr: 52; Q.S. Maryam: 15; Q.S. Al-Anʻaam: 127; Q.S. Al-Ahzaab; 44; Q.S. Yuunuus: 25; Q.S. Maryam: 47; Q.S. Al-Furqaan: 75; Q.S. Maryam: 62;Q.S. An-Naml:59; Q.S. AaliImraan: 85; Q.S. Al-Furqaan: 63; Q.S. An-Naml: 32; Q.S.Yuunuus: 10; Q.S. Ash-Shaf: 7;Q.S. Al-Qashash: 55; Q.S. Al-Maaidah: 16;

(48)

Q.S.Al-Hasyr: 23; Q.S. Huud: 48; Q.S. Taahaa: 47;Q.S. Al-Hujuraat: 17; Q.S. Ibraahiim: 23; Q.S.Az-Zumar: 22; Q.S. Al-A'raaf: 46; Q.S. Az-Zumar; 73; Q.S. Ali Imraan: 19; Q.S. Al-Anʻaam: 54; Q.S. Al-Anʻaam: 125; Q.S. An-Nisaa: 94; Q.S. At-Taubah: 74;Q.S. Al-Maaidah: 3. Q.S Al-Baqarah:182; Q.SAn-Nisaa`:62;Q.S An-Nisaa`: 90; Q.S An-Nisaa`: 91; Q.S An-Nisaa`: 92; Q.S An-Nisaa`: 114; Q.S An-Nisaa`:128; Q.S Anfaal: 61;Q.S Al-Qashash:19; Q.SMuhammad:35; Q.S Al-Hujurat: 9; dan Q.S Al-Hujurat: 10.

Setelah dijumlah, total terdapat 59 Ayat. Jika ayat al-Qurʻan semuanya berjumlah 6236 berarti 0.95% dari ayat al-Qurʻan. Data tersebut menunjukkan bahwa hampir satu persen ayat al-Qurʻan memiliki relevansi dengan topik perdamaian.13

C. Peran Islam dalam Menyuarakan Perdamaian

Munculnyaisu-isu mengenai kekerasan dalam Islam (radikalisme Islam) merupakan tantangan baru bagi umat Islam untuk memberikan solusi dan jawaban yang tepat. Isu ini sebenarnya sudah ada sejak lama, terutama di tingkat Internasional. Radikalisme Islam (kekerasan dalam Islam) merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat nasional dan dunia. Kalangan luar, seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat menyebut gerakan Islam sebagai agama yang radikal, kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme

13 Jurnal Studi al-Qur’an, “Ayat-ayat Damai dalam al-Qur’an”, Membangun Tradisi

(49)

sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara barat pasca hancurnya ideologi komunisme (perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan yang menakutkan. Tidak ada gerakan yang lebih ditakuti melebihi gerakan Islam yang diberi label sebagai radikalisme Islam. Gerakan perlawanan rakyat Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS, merebaknya solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas dan sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam mengkampanyekan label radikalisme Islam.14

Manusia yang telah dianugerahi akal dan nafsu dipercaya oleh Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya dengan misi menjaga bumi dari kerusakan. Untuk menjadi keseimbanganantara ke dua kekuatan yang dimiliki manusia tersebut, Agama adalah jawabannya.15 Oleh karennya Allah mengutus rasul-rasul-Nya guna menyebarkan ajaran-ajaran yang dapat menjadi pelita manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Islam merupakan penyempurna dari ajaran-ajaran sebelumnya. Dan ia adalah agama samawi terakhir yang dibawa oleh Rasul terakhir dan untuk umat terakhir yang hidup di zaman akhir. Dengan berpedoman pada al-Qurʻan dan as-Sunnah maka Islam mampu menjawab tantangan zaman semenjak kemunculannya, zaman ini hingga yang akan datang.

14 Nur Hidayat, “Nilai-nilai Islam tentang Perdamaian”, Aplikasia: Volume 17, No. 1,

2017.

(50)

Islam muncul untuk menjadi “penyelamat” dunia sebagai Rahmatan Lil ʻAlamin oleh karenanya setiap ajaran Islam memiliki nilai kebenaran yang tidak diragukan lagi. Ia berusaha menciptakan perdamaian di bumi sehingga umat manusia dan seluruh makhluk Allah dapat hidup sejahtera.

Perdamaian merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya kedamaian, akan tercipta kehidupan yang sehat, nyaman dan harmonis dalam setiap interaksi antar sesama. Dalam suasana aman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan dan kegembiraan, dan juga bisa melaksanakan kewajiban dalam bingkai perdamaian. Oleh karena itu, kedamaian merupakan hak mutlak setiap individu.16 Bahkan kehadiran perdamai dalam kehidupan setiap mahluk

merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan perdamaian itu menyimpan keramahan, kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan bukan hanya untuk pengikut Muhammad semata. Islam pada intinya bertujuan menciptakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai dengan nama agama ini: yaitu al-Islām. Islam bukan nama dari agama tertentu, melainkan nama dari persekutuan agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut mereka. Itulah misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam di

16 Syarifuddin Jurdi, Islam dan Ilmu Sosial Indonesia, (LABSOSUIN Sunan Kalijaga:

(51)

antara umat manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana sikap tasāmuh (toleran) dan kasih sayang kaum muslim terhadap pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke dalam ahl al-Kitab maupun kaum mushrik, bahkan terhadap seluruh makhluk, Islam mendahulukan sikap kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian.17

Di dalam Islam gagasan tentang perdamaian merupakan pemikiran yang sangat mendasar dan mendalam karena berkait erat dengan watak agama islam, bahkan merupakan pemikiran universal islam mengenai alam, kehidupan, dan manusia.18 Yang dimaksud universal disini adalah pemikiran Islam yang sama tujuannya dengan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu dalam upaya menciptakan kemanusiaan dan keadilan di muka bumi.

Islam sebagaiagama yang membawa misi perdamaian dengan tegas mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan di mana saja. Firman Allah QS. A-Furqaan:19 berikut ini:

“Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar”

Disamping itu Rasulullah bersabdah:

“Wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku perbuatan dzalim dan aku juga mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat dzalim”

17 Nur Hidayat, “Nilai-nilai Islam tentang Perdamaian”, Aplikasia: Volume 17, No. 1,

2017.

Referensi

Dokumen terkait

brand image dari STIKES PemKab Jombang dari investasi sistem informasi akademik.. Hasil dari studi kelayakan investasi informasi akademik pada STIKES

membangun minat baca serta adanya pelayanan fasilitas internet memudahkan siswa membuka media dalam jaringan siswa dengan mudah mencari sebuah materi

Sistem yang dibangun adalah sistem informasi inventory obat yang mampu mengolah data persediaan stok obat, pengecekan, pemesanan dan pembuatan laporan secara

Pada penelitian ini akan dianalisa, bagaimana hubungan antara kekasaran permukaan dengan viskositas pelumas terhadap koefisien gesek pada bidang miring menggunakan

Gambaran pendugaan pola penyabaran sumber lumpur bawah permukaan tanah dari hasil pengolahan data menggunakan software Res2DInv untuk lintasan 1, 2, dan 3 adalah

Pengawasan dalam pelaksanaan eco-airport di bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk memastikan apakah tujuan